Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL 1

 Judul
Best Theories Practice Of Guidance And Counseling For Special Need Students In Special
Education School
 Nama Penulis Dan Asal Malaysia
1. Mohd Norazmi Nordin1,
2. Amin Al Haadi Shafie2,
3. Nurul Fazzuan Khalid3,
4. Nor Hafizah
5. Mohammad Hanafi4,
6. Siti Mastura Baharudin5
 Abstrak
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi studi yang berkaitan dengan
layanan bimbingan konseling di sekolah-sekolah di Malaysia serta penerapan teori yang
sesuai. Kerangka Teori: Bimbingan dan konseling merupakan unit penting dalam manajemen
pendidikan di sekolah. Meningkatnya kasus disiplin serta tantangan yang ada membuat unit
ini menghadapi berbagai pendekatan dan perubahan dalam pelaksanaannya di sekolah dasar
serta yang paling kritis di sekolah menengah. Metodologi: Metodologi yang digunakan
adalah tinjauan literatur sistematis yaitu 12 dokumen yang ditinjau untuk mendapatkan data
spesifik. Temuan: Masalah disiplin yang dulu sering muncul dan sering terjadi di sekolah
menengah, kini mulai dijinakkan untuk mencegah penyebarannya di sekolah dasar. Implikasi:
Pembahasan dalam makalah survei ini diharapkan dapat memberikan wawasan awal kepada
peneliti selanjutnya mengenai realita yang terjadi terkait dengan layanan ini di sekolah. Nilai:
Dengan pengaruh internet di dunia tanpa batas ini, sikap banyak siswa dibentuk oleh berbagai
pengaruh eksternal yang sulit dibendung. Dengan demikian, menjadi salah satu tanggung
jawab yang relatif berat dari unit bimbingan dan konseling sekolah dalam membantu
memberantas gejala tersebut.

1
2
3
4
5

Intern. Journal of Profess. Bus. Review. |Miami,


 Latar belakang masalah
Layanan Bimbingan dan Konseling adalah suatu layanan pemberian bantuan daripada
memberikan petunjuk atau membuat pilihan atau membuat keputusan bagi individu tentang
apa yang harus mereka lakukan. Juga tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi individu agar
sesuai dengan idealisme, ideologi atau cara pandang petugas yang memberikan layanan
bimbingan dan konseling. Konseling adalah suatu acuan untuk setiap bantuan yang diberikan
kepada siswa di sekolah melalui percakapan dengan mereka dengan tujuan utama untuk
menghilangkan frustrasi yang mengganggu perkembangan diri dan pembelajaran normal
siswa di sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali kajian terkait layanan
bimbingan konseling di sekolah-sekolah di Malaysia serta penerapan teori yang sesuai.
 Metode
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini adalah dengan
melakukan Kajian Literatur Sistematis. Peneliti mengumpulkan 12 artikel terkait teori
konseling dan menghasilkan tema untuk mendapatkan best practice dalam dunia konseling
bagi mahasiswa pendidikan khusus.
 Hasil dan pembahasan

Membangun hubungan antara konselor dan klien ini merupakan tahap pertama dalam proses
profesional layanan konseling. Fase kedua dalam proses konseling adalah menilai masalah
yang dihadapi klien. Fase ini merupakan fase dimana klien mulai terbuka tentang alasan
mengapa dia datang menemui konselor. Dari sini, konselor akan mulai mengetahui masalah
di permukaan terlebih dahulu. Setelah masalah berhasil diidentifikasi, konselor dan juga klien
akan dengan jelas menentukan tujuan dari sesi konseling. Untuk klien, fokus mereka hanya
pada masalah yang mereka hadapi. Namun berbeda dengan konselor yang fokusnya perlu
lebih luas mencakup masalah, klien, proses konseling yang terstruktur dan juga arah tujuan
yang ingin dicapai. Tahap selanjutnya setelah tujuan berhasil ditetapkan, proses akan
bergerak ke tahap yang lebih kritis dimana intervensi akan dimulai. Pada fase inilah awal
proses bagi konselor untuk mengimplementasikan strategi konseling yang telah disusun pada
fase sebelumnya. Strategi yang akan dipilih dan diterapkan selama intervensi bergantung
pada 3 unsur, yaitu afektif, kognitif dan perilaku.
 Kesimpulan
Beberapa kasus di masa lalu yang tidak pernah diduga terjadi, menjadi hal biasa saat ini.
Kasus-kasus seperti bullying, aborsi, pemerkosaan bahkan pembunuhan mulai melibatkan
siswa di sekolah. Bahkan, kasus-kasus baru seperti bergabung dengan geng sekaligus menjadi
anggota kelompok teroris nampaknya sudah mulai menunjukkan bibit penularan. Dengan
pengaruh internet di dunia tanpa batas ini, sikap banyak siswa dibentuk oleh berbagai
pengaruh eksternal yang sulit untuk dibendung. Dengan demikian, menjadi salah satu
tanggung jawab yang relatif berat dari unit bimbingan dan konseling sekolah dalam
membantu memberantas gejala tersebut.
 Ulasan reviewer (mahasiswa)
Tahap pertama yang disebutkan adalah membangun hubungan antara konselor dan klien. Ini
merupakan langkah penting dalam membentuk ikatan yang kuat antara konselor dan klien,
yang menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung untuk menjalani proses konseling.
Fase kedua adalah menilai masalah yang dihadapi klien. Ini melibatkan eksplorasi masalah
yang dihadapi oleh klien dan memahami latar belakang dan konteks masalah tersebut.
Melalui tahap ini, konselor dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang situasi
klien dan mengidentifikasi masalah yang perlu ditangani. Selanjutnya, konselor dan klien
akan menentukan tujuan dari sesi konseling. Bagi klien, tujuan fokus pada pemecahan
masalah atau perubahan yang diinginkan. Sedangkan bagi konselor, tujuan juga mencakup
faktor-faktor seperti pengelolaan proses konseling dan mencapai hasil yang diharapkan.
Setelah tujuan ditetapkan, intervensi dimulai. Ini adalah tahap dimana konselor menerapkan
strategi konseling yang telah direncanakan sebelumnya. Pemilihan strategi konseling akan
bergantung pada unsur-unsur afektif (emosional), kognitif (pikiran), dan perilaku klien. ecara
umum, penjelasan tersebut memberikan pandangan yang kohesif tentang tahapan-tahapan
yang terlibat dalam proses konseling. Namun, penting untuk dicatat bahwa penjelasan ini
lebih bersifat deskriptif dan umum, dan tidak terkait secara langsung dengan hasil penelitian
tertentu. Untuk memberikan ulasan yang lebih spesifik dan akurat tentang hasil penelitian,
informasi tambahan tentang metode penelitian, temuan, dan analisis data yang digunakan
akan diperlukan.
ARTIKEL 2
 Judul
School counselors’ perceptions of virtual counseling in Lebanon: A qualitative study
 Nama Penulis & Asalnya
 Department of Education, American University of Beirut, Beirut, Lebanon
1. Fatima Jaber
2. Anies Al-Hroub
 Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelajahi persepsi konselor sekolah tentang manfaat dan
hambatan yang mereka temui dalam menggunakan layanan konseling virtual. Metode
penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Lima sekolah swasta di wilayah Beirut dipilih sebagai subjek penelitian, dan tujuh
wawancara mendalam serta satu diskusi kelompok fokus dilakukan dengan partisipan
penelitian. Analisis interpretatif digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisis data yang
diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pengalaman ini, konselor berhasil
mengembangkan metode baru terkait teknologi dan praktik lainnya untuk mengatasi
hambatan yang dihadapi. Alat komunikasi konselor juga disesuaikan karena mereka harus
mengandalkan metode yang tidak konvensional untuk memahami dan berinteraksi dengan
siswa lebih baik. Manfaat utama dari konseling virtual termasuk fleksibilitas waktu dan
metode, sedangkan hambatan utama meliputi masalah privasi, perubahan dinamika tempat
kerja, dan kurangnya penggunaan alat. Temuan ini didiskusikan dalam empat tema utama:
penyesuaian penyampaian layanan, bekerja dengan teknologi, praktik konselor dalam
menyampaikan konseling virtual, serta persiapan dan pelatihan untuk konseling virtual. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perubahan baru dan pengalaman konselor, serta atribut
pribadi konselor dan siswa, semuanya memengaruhi efisiensi sesi konseling.
 Latar belakang masalah
Sementara konseling telah ditetapkan sebagai aspek inti dari program sekolah secara global,
kasus ini tidak sama di Lebanon. Sangat penting untuk mengidentifikasi pencapaian dalam
konseling sesuai dengan garis waktu untuk mengidentifikasi kesenjangan domain. Ada sedikit
informasi tentang penggunaan konseling virtual di lingkungan sekolah. Program konseling
harus mempertimbangkan seberapa sering siswa merasa ingin menghubungi seorang konselor
online, atau apakah mereka lebih suka konseling tatap muka atau tidak.
 Metode
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk
menjelajahi persepsi konselor sekolah tentang hambatan yang mereka temui dalam
menggunakan konseling virtual. Penelitian kualitatif digunakan karena dapat memberikan
pemahaman yang lebih mendalam tentang pengalaman, fenomena, dan konteks yang terlibat.
Penelitian ini melibatkan wawancara semi-terstruktur dengan konselor sekolah swasta dan
diskusi kelompok fokus untuk memperoleh wawasan tentang hambatan-hambatan yang
dihadapi oleh konselor dalam memberikan sesi konseling yang efektif. Penelitian dilakukan
di berbagai wilayah di Beirut dengan melibatkan konselor sekolah dari berbagai latar
belakang untuk meminimalkan bias dan memastikan validitas penelitian.
 Hasil dan pembahasan
Penelitian tersebut menekankan bagaimana konseling virtual menciptakan ruang yang lebih
fleksibel bagi konselor dan siswa. Hal ini lebih lanjut terlihat dari apa yang konselor bagikan.
Beberapa konselor berbagi bahwa mereka lebih fleksibel dengan melakukan sesi konseling
kapan pun mereka bisa, bahkan setelah jadwal sekolah. Kontak dengan konselor dilakukan
secara “one on one” yang pada akhirnya membuat siswa merasa mendapat perhatian penuh
dari konselor. Perlu dipertimbangkan tidak hanya pengalaman konselor tetapi juga perannya
dalam pendidikan konseling mereka. Konselor tidak terpapar berbagai platform yang
disarankan oleh sekolah. Masalah seperti itu, bagaimanapun, dianggap sebagai tantangan oleh
para konselor dan bukan ancaman. Konselor membahas pengembangan keterampilan baru
dan penyempurnaan yang sudah ada.
Pemahaman konselor tentang alat apa yang paling nyaman bagi siswa dan memilih metode
yang akan memfasilitasi komunikasi tidak hanya akan mendorong siswa untuk mendekati
konselor tetapi juga mendorong mereka untuk kembali untuk kedua kalinya. Perspektif
konselor tentang manfaat konseling virtual telah disorot dalam penelitian yang dilakukan di
Skotlandia dan Finlandia. Konseling virtual membuat konseling lebih fleksibel,
memungkinkan siswa untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dalam ruang dan waktu
mereka sendiri. Konselor secara aktif sadar dan terlibat dalam masalah etika. Masalah etika
tentang kerahasiaan adalah salah satu masalah yang paling banyak dilaporkan. Konselor
berbagi bahwa mereka mencoba menemukan metode berbeda untuk memastikan kerahasiaan
dan privasi, terutama dengan siswa yang menghadapi masalah dengan orang tua mereka dan
tidak memiliki alat komunikasi "pribadi".
Konselor yang tidak memiliki pengalaman konseling virtual sebelumnya menceritakan bahwa
pada sesi virtual pertama, mereka merasa seolah-olah baru pertama kali konseling meskipun
mereka memiliki pengalaman beberapa tahun. Ketidaknyamanan awal ini mempengaruhi
kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan mereka secara efisien. Konselor juga
menambahkan bahwa menjadi lebih percaya diri dalam penggunaan alat virtual membantu
mereka dalam memberikan konseling yang lebih baik dan memungkinkan mereka untuk lebih
memperhatikan kebutuhan siswa. Siswa yang secara proaktif meminta sesi mencoba berbagai
metode untuk memastikan bahwa sesi dengan konselor akan berlangsung. Bahkan mengenai
privasi, siswa yang berbeda akan menemukan cara yang berbeda untuk menghubungi
konselor; Salah satu contoh yang diberikan oleh konselor adalah bagaimana siswa melakukan
sesi di dalam mobil untuk melakukan video call dengan konselor untuk menindaklanjuti
masalah tersebut.
 Kesimpulan
Secara keseluruhan, dalam penelitian ini telah dibahas beberapa aspek dan diperoleh gagasan
bersama. Pentingnya integrasi teknologi dalam pekerjaan konselor ditekankan karena
kemampuan untuk beradaptasi dengan baik terhadap alat-alat tersebut membantu dan
meningkatkan fungsi mereka sebagai konselor. Perubahan semacam itu akan bergantung pada
usia siswa karena kriteria tersebut menentukan alat dan metode yang efektif. Konseling
virtual menggunakan strategi sinkron (video konferensi dan panggilan) dan asinkron (email
dan pesan teks) untuk memenuhi kebutuhan individu, fleksibilitas dalam hal waktu
pertemuan, dan bahkan metode menjadi metode utama. Kerahasiaan dan privasi menjadi
hambatan dan tantangan utama yang dihadapi oleh konselor, namun tidak adanya opsi
alternatif mendorong konselor untuk mencari solusi dalam menghadapi masalah tersebut.
Konselor harus nyaman dan percaya diri dalam menggunakan platform komunikasi virtual
dan harus memberikan rasa nyaman yang sama bagi siswa agar sesi tersebut efisien.
Ditemukan bahwa tingkat kenyamanan dengan layanan yang diusulkan berhubungan kuat
dengan tingkat kenyamanan tersebut. Kelompok usia juga memainkan peran penting dalam
mengidentifikasi jenis konseling yang akan direspon oleh siswa. Terutama, siswa SMP
merespons dengan baik ketika masalah sosial ditangani dalam bentuk kelompok karena
masalah tersebut yang mereka hadapi. Gender juga menjadi faktor penting karena konselor
menyatakan bahwa perempuan lebih cenderung mendekati konselor dibandingkan laki-laki
karena norma gender dan konstruksi sosial yang melekat pada mereka. Pada akhirnya,
menciptakan sarana yang memfasilitasi untuk menghubungi konselor, baik melalui teknologi
maupun dengan mengatasi masalah yang diidentifikasi oleh siswa, akan mendorong siswa
untuk mendekati konselor, berkomitmen pada sesi konseling, dan pada akhirnya membantu
meningkatkan efisiensi konseling.
 Ulasan reviewer (mahasiswa)
Penelitian ini memberikan kontribusi yang berharga dalam menjelajahi persepsi konselor
sekolah tentang penggunaan layanan konseling virtual. Penggunaan desain penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif memungkinkan peneliti untuk mendapatkan wawasan
yang mendalam tentang manfaat dan hambatan yang dihadapi oleh konselor dalam
mengadopsi konseling virtual. Pemilihan subjek penelitian dari lima sekolah swasta di
wilayah Beirut dan penggunaan wawancara mendalam serta diskusi kelompok fokus
memberikan keragaman perspektif dan memperkuat validitas penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa melalui pengalaman menggunakan konseling virtual, konselor berhasil
mengembangkan metode baru yang melibatkan teknologi dan praktik lainnya untuk
mengatasi hambatan yang dihadapi. Penyesuaian dalam alat komunikasi juga menjadi penting
karena konselor perlu mengandalkan metode yang tidak konvensional untuk memahami dan
berinteraksi dengan siswa dengan lebih baik. Temuan ini menggarisbawahi manfaat utama
dari konseling virtual, seperti fleksibilitas waktu dan metode, namun juga mengidentifikasi
hambatan utama seperti masalah privasi, perubahan dinamika tempat kerja, dan kurangnya
penggunaan alat. Diskusi dalam penelitian ini mencakup empat tema utama, yaitu
penyesuaian penyampaian layanan, bekerja dengan teknologi, praktik konselor dalam
menyampaikan konseling virtual, serta persiapan dan pelatihan untuk konseling virtual.
Temuan ini memberikan wawasan yang berharga bagi praktisi dan peneliti di bidang
konseling sekolah dalam menghadapi perubahan baru dan mempertimbangkan faktor-faktor
personal yang memengaruhi efisiensi sesi konseling. Secara keseluruhan, penelitian ini
memberikan kontribusi yang penting dalam memahami persepsi konselor tentang konseling
virtual dan memberikan informasi yang berharga dalam pengembangan layanan konseling
yang lebih adaptif dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai