KAJIAN TEORI
9
penemuan alternatif penyelesaian masalah, dan pengambilan
keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan
secara individual maupun kelompok.
b. Referral (rujukan atau alih tangan kasus), apabila konselor
merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah
konseli, maka sebaiknya konselor mengalihtangankan konseli
kepada pihak yang lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater,
dokter, dan kepolisian.
c. Kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas.
Konselor berkolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali
kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta
didik (seperti prestasi belajar, kehadiran, pribadinya),
membantu menyelesaikan masalah peserta didik dan
mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan
oeh guru mata pelajaran.
d. Kolaborasi dengan orang tua. Konselor perlu melakukan kerja
sama dengan para orang tua peserta didik. Melalui kerjasama
ini memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi,
pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang tua
dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik atau
menyelesaikan masalah yang dialami oleh peserta didik.
e. Kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah, yaitu
berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerjasama
dengan unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan
dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan. Jalinan
kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak instansi pemerintah,
instansi swasta, organisasi profesi, seperti ABKIN, para ahli
dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog, psikiater
dan dokter, MGP (Musyawarah Guru Pembimbing) dan
Depnaker.
f. Konsultasi, konselor menerima pelayanan konsultasi bagi guru,
orang tua, atau pihak pimpinan sekolah yang terkait dengan
upaya membangun kesamaan persepsi dalam memberikan
bimbingan kepada peserta didik, menciptakan lingkungan
sekolah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik,
melakukan referral, dan menigkatkan kualitas program
bimbingan dan konseling.
g. Bimbingan teman sebaya (peer guidance/peer education).
Bimbingan teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan
oleh peserta didik terhadap peserta didik lainnya. Peserta didik
yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau
pembinaan oleh konselor.
h. Konferensi kasus, yaitu kegiatan untuk membahas
permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang
dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan,
kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan
10
yang dialami peserta didik. Pertemuan konferensi kasus ini
bersifat terbatas dan tertutup.
i. Kunjungan rumah, yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau
keterangan tentang peserta didik tertentu yang sedang
ditangani, dalam upaya mengentaskan masalahnya, melalui
kunjungan ke rumahnya.
berada di unit bimbingan dan konseling yaitu guru pembimbing atau konselor
11
Meskipun supervisi merupakan salah satu tahap penting dalam
tradisional
anggota profesi yang lebih senior kepada bawahannya dalam profesi yang
sama. Hubungan ini berupa evaluasi, tidak terbatas waktu dan secara
12
bawahannya, memonitoring kualitas dari layanan yang diberikan kepada
beberapa hal khusus. Watskin (Dunn, 2004) memaparkan bahwa hal yang
13
dimana menyangkut supervisi terhadap berbagai layanan yang diberikan
kurikulum bagi siswa atau semua siswa atau siswa ke dalam program
mereka masing-masing
tugasnya masing-masing
ditetapkan.
14
khususnya pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas kepala sekolah dan
supervisor.
15
a. Memfasilitasi perkembangan personal dan profesional guru bimbingan dan
konseling
digunakan secara komplementer. Hal yang terjadi di lapangan yaitu tidak ada
pendekatan tunggal.
16
Tujuan supervisi klinis yaitu peningkatan ketrampilan professional
dan fungsi-fungsi etis guru pembimbing yang sedang menerapkan
ketrampilan professional dan nilai-nilainya. Dalam setting sekolah, peluang
khas pengumpulan data untuk mendukung supervisi klinis cukup tersedia,
seperti rekaman langsung, observasi, studi kasus dan konsultasi. Para
supervisor klinis harus seorang guru pembimbing yang berkompeten dan
berfungsi di dalam praktek supervisi.
Tujuan supervisi pengembangan yaitu peningkatan program
bimbingan dan konseling dan pengejaran perkembangan professional guru
pembimbing. Sumber data yang mendukung supervisi pengembangan adalah
rekaman tujuan-tujuan dan aktivitas yang dikerjakan untuk mencapai tujuan
itu dan ukuran pencapaian tujuan, rencana program dan jadwal implementasi,
self report, dan survey kepuasan konsumen. Supervisi pengembangan yang
terbaik diselenggarakan oleh guru pembimbing yang kompeten yang berasal
dari system yang sama seperti yag disupervisi.
Tujuan supervisi administratif adalah jaminan bahwa guru
pembimbing mempunyai kebiasaan pekerjaan yang patut dilakukan,
mematuhi hukum dan kebijakan, hubungan baik dengan staf sekolah yang
lain dan orang tua dan kegiatan kependidikan lainnya secara efektif
dikerjakan di sekolah. Sumber data yang mendukung supervisi administratif
adalah hal-hal seperti rencana kerja, pemeliharaan arsip, dan sistem
dokumentasi dan bukti-bukti kerja tim. Supervisor guru pembimbing dan
administrator bisa menjadi provider supervisi ini.
fungsi guru pembimbing atau standar-standar etik yang dipegang teguh oleh
guru pembimbing.
17
metodologi” diperkirakan lebih mampu menghadapi situasi yang mendesak
tepat. Supervisor dapat merespon situasi yang muncul dengan penuh percaya
dengan baik dan berkualitas. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya supervisi
bimbingan dan konseling ada yang pernah mendapatkan supervisi dan ada
yang belum pernah mendapat supervisi. Sekolah yang sudah disupervisi, perlu
diketahui supervisi semacam apa yang terlaksana dan apa hasil dari supervisi
bagi layanan bimbingan dan konseling, dan bagi yang tidak mendapat
sekolah.
18
yang sangat kuat terhadap peningkatan kualitas layanan bimbingan dan
Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru dan Hasil Belajar Siswa”
Guru dan Hasil Belajar Siswa pada SMPN di Lingkungan Dinas Pendidikan
positif dan signifikan dari supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru; (2)
terhadap kinerja guru; (3) pengaruh positif dan signifikan dari supervisi kepala
sekolah terhadap subvariabel kinerja guru; (4) pengaruh positif dan signifikan
dari kinerja guru terhadap hasil belajar siswa; (5) pengaruh positif dan
signifikan dari subvariabel kinerja guru terhadap hasil belajar (6) pengaruh
positif dan signifikan dari kinerja guru terhadap sub variabel hasil belajar
siswa; (7) pengaruh positif dan signifikan dari supervisi kepala sekolah
terhadap hasil belajar; dan (8) pengaruh positif dan signifikan dari supervisi
kepala sekolah dan kinerja guru secara bersama-sama terhadap hasil belajar.
19