PEKERJAAN :
BETON MASIF
PROYEK :
2013
DISIAPKAN OLEH :
A. Peraturan umum untuk beton masif harus sesuai dengan ACI 207.1R-05, ACI
207.2R-07 dan ACI 207.3R-97.
207.3R
B. Bagian struktur beton yang termasuk dalam struktur beton masif sesuai ketentuan
dalam persyaratan ini harus ditetapkan dalam gambar-gambar
gambar gambar perencanaan.
C. Setiap bagian dari struktur beton yang mempunyai volume pengecoran beton lebih
dari 100 m3 dengan tebal lebih dari 1m serta mempunyai berat volume semen lebih
dari 350 kg/m3 yang harus dicor sekaligus dapat diklasifikasi sebagai struktur beton
masif. Beton masif ini selain harus memenuhi ketentuan beton umumnya pada
persyaratan spesifikasi sebelumnya juga sebagai ketentuan tambahan harus
memenuhi
enuhi persyaratan yang tercantum dalam ketentuan ini
D. Sebelum dimulai pekerjaan ini kontraktor diwajibkan memasukan usulan metode
tahapan perencanaan pelaksanaan pengecoran, tahapan pembuatan bekisting,
metode perawatan kualitas beton sesudah pengecoran,
pengecoran, analisa perhitungan
perkiraan temperatur beton dan cara-cara
cara cara dan prosedur pengukuran suhu (termasuk
metode pemasangan thermo couple)
thermo-couple) yang selanjutnya harus mendapatkan
persetujuan tertulis dari Direksi pengawas.
2. MATERIAL
G. Baja Tulangan
1. Baja tulangan harus dipasang dan terikat kuat sedemikian rupa sehingga tidak
dapat berubah bentuk yang diakibatkan oleh benturan, pembebanan adukan dll
pada saat pengecroan berlangsung.
2. Persyaratan tulangan lainnya harus disesuaikan dengan ketentuan pada bab 4
yang terdapat dalam RKS pekerjaan struktur.
3. CAMPURAN BETON
Jumlah semen minimum yang diperlukan harus diperhitungkan supaya dapat
mencapai keandalan, konsistensi kekentalan adukan, syarat
arat kekuatan tekan,dll
sesuai dengan yang telah ditentukan dalam spesifikasi ini.
4. PENGECORAN
A. Kecuali jika ditentukan lain, nilai slump dari beton masif yang mempunyai tulangan
minimum untuk syarat temperature dan susut tidak diperkenankan kurang dari 75
mm dengan toleransi maksimum sampai 25 mm untuk tiap truk dari setiap
pengiriman 5 truk adukan berturut-turut.
berturut
Ketentuan nilai slump lainnya harus mengikuti persyaratan yang tercantum dalam
bab 5.3.C dari RKS pekerjaan struktur.
struktur
B. Temperatur maksimum adukan beton sebelum dituangkan harus tidak melebihi 24-
24
38o C.
C. Penempatan adukan beton harus di atur sehingga setiap lapisan untuk tidak
melebihi ketebalan 450 mm dan bagian ujung alat penggetar adukan beton harus
ditempatkan sampai mencapai lapisan sebelumnya.
D. Ukuran penampang yang dibentuk dari setiap penempatan adukan
a beton harus di
atur sedemikian rupa sehingga peningkatan suhu di dalam penampang betonnya
tidak melampaui ketentuan temperatur
temp tur maksimum yang telah ditetapkan dalam
spesfikasi ini.
E. Urut-urutan
urutan dan selang waktu penempatan adukan beton dari setiap blok
penampang beton yang dicor harus di atur sedemikian rupa sehingga diharapkan
retak-retak
retak beton akibat perbedaan temperatur adukan dapat dihindari.
F. Jika tidak ditentukan lain metode penempatan adukan beton selama pengecoran
beton masif untuk struktur pondasi
pondasi dapat mengikuti pola papan catur.
C. Perawatan beton menggunakan tekanan uap air, pengaturan temperatur dan atau
cara-cara
cara lain yang bersifat memperlambat waktu pengerasan dapat dilakukan
setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi Pengawas.
D. Selama akhir masa perawaratan dan perlindungan beton, penampang beton harus
dilindungi dan dicegah dari perubahan temperature yang melebihi dari 14 - 19oC
setiap 24 jam.
E. Paling sedikit harus dipasang 6 (enam) buah thermo couples dengan jarak arah
vertical secara beraturan sepanjang tinggi atau ketebalan setiap penampang beton
untuk memonitor laju perkembangan perubahan suhu dalam penampang beton
setiap hari selama proses pengeluaran panas dan pengerasan adukan beton
berlangsung.
F. Untuk pekerjaan beton masif harap diperhatikan
diperhatik hal-hal sbb :
1. Setelah penempatan adukan beton, permukaan penampang beton harus selalu
dalam keadaan lembab dan basah dengan penyemprotan air atau cara-cara
cara lain
untuk menghindari dan mencegah penampang beton dari pemanasan langsung
sinar matahari dan percepatan penguapan air dalam beton.
2. Untuk pemeriksaan rutin peningkatan suhu dalam penampang beton, perawatan
dan perlindungan beton; pengukuran suhu di dalam dan di luar penampang
beton harus diperiksa secara periodik setelah penempatan adukan beton
bet selesai.
3. Selama proses peningkatan suhu dalam penampang beton berlangsung, beton
harus dirawat sedemikian rupa sehingga percepatan kenaikan suhu dapat
dihindari. Suhu di atas permukaan penampang beton harus di atur sehingga
relatif tidak terlalu berbeda banyak dengan suhu di dalam penampang betonnya.
4. Setelah keadaan dimana suhu di dalam penampang beton mencapai nilai
maksimumnya, penampang beton harus dilindungi dan tertutup oleh lapisan
pelindung atau bahan isolasi lainnya untuk
untuk mencegah terjadinya perbedaan suhu
di dalam dan di luar penampang beton yang cukup signifikan. Perbedaan suhu
maksimum yang masih dapat diperkenankan adalah tidak melebihi batas 20oC
selama periode masa perlindungan dan perawatan penampang beton
berlangsung.
G. Pondasi Raft
1. Perbedaan suhu di dalam dan di luar penampang beton harus di atur untuk tidak
dapat melebihi 20o C dengan memberikan lapisan pelindung pada permukaan
beton sejenis lapisan polythene dan lapisan pasir dengan tebal minimum 300
mm.
2. Adukan beton harus ditentukan yang mempunyai sifat karakteristik untuk tidak
menimbulkan kenaikan temperatur yang tinggi. Penggunaan material pozzolan
pengganti sejumlah kecil semen sejenis PFA (fly-ash)
ash) atau dengan mengganti
dengan semen type IV dapat
dapat diperkenankan sepanjang telah mendapatkan
persetujuan tertulis dari Direksi Pengawas. Penggunaan fly-ash
fly harus mengikuti
ketentuan yang tercantum dalam peraturan ASTM C 618 and jumlah prosentase
penggantian semen oleh material Class C fly ash tidak
tidak boleh melampaui 15%.
3. Pemeriksaan dan pengukuran perubahan suhu secara periodik menggunakan
alat thermo-couples
couples dengan interval jarak pengukuran setiap jarak 3 m harus
dilakukan sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam bagian 7.5 dari
spesifikasi ini.
4. Thermo-couple
couple yang dapat dipergunakan jika tidak ditentukan lain harus dari
jenis type kawat yang terdiri atas sepasang kawat, masing-masing
masing masing menggunakan
bahan nikel dan tembaga.
5. Pengukuran dan pencatatan rutin suhu penampang beton menggunakan
Thermocoupler jika tidak ditentukan lain dapat di atur sbb :
a. setiap 2 jam untuk 24 jam pertama setelah pengecoran selesai
b. setiap 3 jam untuk periode 48 jam berikutnya.
c. setiap pagi hari antara jam 11.00 dan and 24.00 dstnya.
6. Pengukuran dan pencatatan rutin yang sama harus dilakukan untuk keadaan
suhu lingkungan sekitarnya.
7. Hubungan suhu vs waktu dari setiap hasil pengukuran suhu tersebut di atas, jika
tidak ditentukan lain harus di plot dari awal pengecoran sampai minimal 3 hari
masa perawatan beton.
8. Ketika peningkatan suhu di dalam penampang beton berlangsung, penampang
beton harus dilakukan perawatan sedemikian rupa sehingga di atur supaya
perbedaan suhu di dalam dan di
di luar penampang beton tidak terlalu signifikan.
9. Lapisan pelindung permukaan beton selama masa perawatan dan perlindungan
dapat di buka setelah kondisi perbedaan suhu di dalam dan di luar penampang
beton kurang dari 20oC.
10. Laporan rutin dari hasil pemeriksaan
pemeriksaan dan pembacaan temperatur harus disajikan
dalam bentuk hubungan garis lengkung dari antara waktu dalam hari dan suhu
dalam derjat Celcius dan diserahkan kepada Direksi Pengawas selambat-
selambat
lambatnya 3 hari kerja setelah pembacaan pertama berlangsung.
berlangsung
11. Laporan lengkap hasil pemeriksaan dan pembacaan temperatur tersebut di atas
harus sudah diserahkan selambat-lambatnya
selambat lambatnya 3 hari setelah pembacaan terakhir
dilaksanakan kepada Direksi Pengawas.
H. Pemeriksaan rutin dari mutu kekuatan tekan beton pada
pada setiap lokasi pengecoran
harus dilakukan atas dasar kekuatan tekan karakteristik sample silinder beton pada
umur 28 hari.
6. TEST KHUSUS
Sebagai tambahan selain harus dilakukan pemeriksaan rutin kekuatan tekan sampel
beton silinder secara berkesinabungan tersebut di atas, jika diperlukan perlu dilakukan
secara acak pembuatan core-drilling
core drilling pada sejumlah lokasi tertentu yang dipilih untuk
memeriksa integritas hasil pengecoran
pengecoran beton termasuk kekuatan tekan dari setiap
lapisan sepanjang ketebalan penampang betonnya.