Anda di halaman 1dari 17

AMDAL

RENCANA PROYEK TAMAN KOTA RAMAH ANAK


DAN DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

Kelompok 2
I Wayan Agus Rene Sanjaya (1606581016)
Ni Luh Seri Astiti (1606581017)
I.G.A Feby Purnami Dewi (1606581018)
Khalifatus Cantika Tisnaningtyas (1606581021)
Putu Wiprah Baskara (1606581022)
Made Kusuma Dharma (1606581023)
A.A Trinanda Benczad Balconis (1606581024)
Yosua Egy Efrianka (1606581025)
Made Meisa Putra Ardans (1606581026)
Perdana Rafialdi Irawan (1606581027)
A.A.Ngr Reza Mahafira Putra (1606581028)
Ayu Kade Puri Puspayanti (1606581030)
Damas Sagita (1606581031)
I Gusti Bagus Agung Dwijaksara (1606581032)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR PERTAMANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Mahaesa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun paper Mata
Kuliah AMDAL yang berjudul “Rencana Proyek Taman Kota Ramah Anak dan
Dampak Terhadap Lingkungan Hidup” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak-
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikiran. Paper ini dapat diselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan paper ini.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan paper ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
paper ini. Oleh karena itu, penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang membangun untuk penyempurnaan paper ke depannya.
Penulis juga berharap semoga paper ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Denpasar, Mei 2019

Penulis
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan hidup mempunyai keterbatasan yang menyebabkan penurunan,
baik dalam hal kualitas maupun kuantitasnya,begitu pula kualitas lingkungan
perkotaan. Penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan ini menyebabkan kondisi
lingkungan kurang atau tidak dapat berfungsi lagi untuk mendukung kehidupan
makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Kota adalah ruang bermukim masyarakat segala usia (Joga, 2013). Karena
itu, harus mampu memenuhi hak masyarakatnya, tak terkecuali anakanak.
Pemenuhan hak anak dapat dilakukan melalui penerapan konsep kota layak anak.
Kota layak anak adalah konsep kota yang menjamin pemenuhan hak-hak anak,
seperti hak pendidikan, kesehatan, perlindungan, non diskrimasi (UNICEF, 2016
dlm Ana, 2017). Dalam Permen PP & PA N0 12/2011, terdapat salah satu indikator
terkait hak pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya yaitu adanya
fasilitas kreatif dan rekreatif ramah anak, diluar sekolah dan dapat diakses semua
anak, dimana taman kota salah satu fasilitas rekreatif dan kreatif.
Taman kota sebagai RTH untuk bermain dan berkreasi juga menjadi salah
satu kualifikasi untuk menerapkan konsep kota layak anak. Ruang bermain yang
sesuai dengan anak dilengkapi dengan fasilitas bermain segala usia, memiliki
aksesibilitas yang mudah, terdapat vegetasi dan sebagai tempat berkumpul. Oleh
karena itu, taman kota sebagai ruang bermain harus dapat memenuhi kebutuhan
akan fasilitas bermain untuk segala usia anak.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep kota ramah anak?
1.2.2 Bagaimana taman kota berdasarkan konsep kota ramah anak?
1.2.3 Apa saja indikator taman kota ramah anak?
1.2.4 Bagaimana penerapan prakiraan dampak lingkungan hidup dan evaluasi
dampaknya?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui konsep kota ramah anak.
1.3.2 Mengetahui taman kota berdasarkan konsep kota ramah anak.
1.3.3 Mengetahui indikator taman kota ramah anak.
1.3.4 Mengetahui penerapan prakiraan dampak lingkungan hidup dan evaluasi
dampaknya.
1.4 Manfaat Penulisan
Paper ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi dalam
pembelajaran ataupun dalam kegiatan positif lainnya untuk para pembaca yang
ingin menambah pengetahuannya dan juga bermanfaat bagi penulis untuk
mengasah pemahamannya mengenai mata kuliah ini.
II. PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kota Ramah Anak


Kota Ramah Anak menurut UNICEF Innocenti Reseach Centre (2004)
adalah kota yang menjamin hak setiap anak sebagai warga kota. Hak-hak anak yang
dimaksud adalah sebagai berikut (Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2016).
1. Keputusannya mempengaruhi kotanya;
2. Mengekspresikan pendapat mereka tentang kota yang mereka inginkan;
3. Dapat berperan serta dalam kehidupan keluarga, komuniti, dan sosial;
4. Menerima pelayanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan;
5. Mendapatkan air minum segar dan mempunyai akses terhadap sanitasi yang
baik;
6. Terlindungi dari eksploitasi, kekejaman, dan perlakuan salah;
7. Aman berjalan di jalan;
8. Bertemu dan bermain dengan temannya;
9. Mempunyai ruang hijau untuk tanaman dan hewan;
10. Hidup di lingkungan yang bebas polusi;
11. Berperan serta dalam kegiatan budaya dan sosial; dan
12. Setiap warga secara seimbang dapat mengakses setiap pelayanan, tanpa
memperhatikan suku bangsa, agama, kekayaan, gender, dan kecacatan.
Salah satu kualifikasi yang harus dipenuhi oleh suatu kota dalam
mewujudkan kota layak anak menurut Subiyakto (2012) adalah keberadaan ruang
terbuka hijau seperti taman kota untuk tempat bermain dan berkreasi anak yang
aman dan nyaman. Dalam penyediaan ruang bermain harus didesign untuk anak-
anak sehingga anak-anak mampu menjelajah lingkungannya dengan bebas,
bertemu teman dan bermain (Riggio, 2002 dlm Ana, 2017).

2.2 Taman Kota Berdasarkan Konsep Kota Ramah Anak


Taman kota berdasarkan konsep kota ramah anak adalah taman kota yang
menerapkan prinsip-prinsip kota ramah anak dalam menjalankan fungsinya. Untuk
menentukan taman kota berdasarkan konsep kota ramah anak dilakukan persilangan
teori antara taman kota dengan konsep kota ramah anak. Komponen taman kota
yang harus sesuai dengan konsep kota ramah anak meliputi aksesibilitas, sarana
rekreatif, sarana olahraga, fasilitas pendukung dan vegetasi (Ana. 2017).
Taman Kota Ramah Anak sebagai sarana rekreasi harus mengoptimalkan
fungsinya sebagai ruang rekreatif dan social bagi anak. Taman kota sebagai sarana
olahraga harus mampu memenuhi kebutuhan anak untuk berolahraga dan
beraktivitas aktif melalui penyediaan fasilitas olahraga. Untuk mewujudkan taman
kota berdasarkan konsep kota ramah anak penyediaan fasilitas pendukung dan
vegetasi menjadi faktor yang penting. Dengan fasilitas yang lengkap taman dapat
menjadi ruang bermain yang aman dan nyaman bagi anak. Fungsi utama dari
adanya vegetasi yaitu terkait dengan fungsi ekologis, fungsi estetis dan arsitektural,
fungsi ekonomi, dan fungsi sosial.

2.3 Indikator Taman Kota Ramah Anak


Berikut merupakan tabel variabel, subvariabel, dan indikator taman kota
ramah anak.

Variabel Subvariabel Indikator taman kota Sumber


layak anak
Aksesibilitas Kemudahan Terjangkau oleh transportasi - Whyte (1988)
untuk umum yang melayani dalam Carmona
menjangkau seluruh bagian kota dengan (2003)
taman jarak maksimal 400 m dari - Barlett (2002)
taman
Jalan yang Ketersediaan jalur pejalan - Barlett
ramah anak kaki menuju ke taman yang (2002)
bersifat kontinyu dengan - Permen PU
kriteria: 03/PRT/M/
-Jalan Arteri dan Kolektor 2014
harus memiliki jalur
pejalan kaki pada jenis
penggunaan lahan
permukiman, perkantoran,
industry, sekolah, terminal,
perdagangan
-Jalan Kolektor harus
memiliki jalur pejalan kaki
pada jenis penggunaan
lahan permukiman,
perkantoran, industry,
sekolah, terminal,
perdagangan
-Jalan Lokal dan Lingkungan
harus memiliki jalur pejalan
kaki pada jenis penggunaan
lahan permukiman,
perkantoran, industry,
Variabel Subvariabel Indikator taman kota Sumber
layak anak
sekolah, terminal,
perdagangan dan tidak
diwajibkan jika pada
penggunaan lahan
permukiman
Ketersediaan lampu
penerangan dengan jarak
maksimal 10 m

Aksesibilitas Ketersediaan jalur


penyebrangan pada jalan
yang memiliki lalu lintas
kendaraan padat, dimana
jalan tersebut menjadi akses
masuk ke taman, dengan
kriteria
 Jalan Arteri dan Kolektor
(kecepatan >40 km/jam)
menggunakan
penyebrangan jenis
pelikan
 Jalan Lokal dan Lingkungan
(kecepatan
<20 km/jam)
menggunakan
penyebrangan
jenis zebra
cross
Sarana Fasilitas Ketersediaan Fasilitas - Permen PU
rekreatif bermain bermain permainan gerak No
Ketersediaan Fasilitas 05/PRT/M/
bermain permainan fiksi 2008
Ketersediaan Fasilitas - Abu
bermain permainan Ahmadi
reseptif (1997)
Ketersediaan Fasilitas dalam
bermain permainan Yusuf
konstruktif (2000)
Fasilitas Tersedia tempat untuk - Barlett
berkumpul berkumpul, dapat berupa (2002)
plasa, bangku ataupun sitting - Siregar
group (2015)
Tempat berkumpul selalu - Kustianingr
mendapatkan pencahayaan um et al (2013)
yang cukup, terutama ketika
malam hari
Pertimbangan Anak dilibatkan dalam Omid et al
pendapat penentuan fasilitas (2007)
anak dalam bermain yang cocok
penentuan berada di taman melalui
fasilitas penggalian pendapat, lalu
bermain pendapatnya
Variabel Subvariabel Indikator taman kota Sumber
layak anak
dipertimbangkan dalam
perencanaan taman
Taman Taman digunakan sebagai Hart et al (2011)
sebagai tempat pelaksanaan event
tempat event sosial dan budaya terkait
sosial budaya anak-anak
anak
Keamanan Keberadaan petugas Barlett (2002)
dan keamanan yang
Kenyamanan memastikan taman aman untuk
Taman beraktivitas
Saluran drainase yang berada
di taman
merupakan saluran
drainase tertutup,
sehingga aman bagi
anak
Keberadaan petugas
kebersihan yang menjaga
kebersihan taman sehingga
berbas dari sampah
Sarana Fasilitas Ketersediaan fasilitas - Barlett
olahraga olahraga olahraga berupa (2002),
lapangan yang dapat - Zulkifli
digunakan untuk (1986)
permainan - Yusuf
berkelompok (2000)
- Monks et
al (1982)
- Permen PU
No
05/PRT/M/
2008
Fasilitas Ketersediaan Tersedia tempat parkir di - Permen PU
pendukung fasilitas taman No
pendukung Tersedia tempat parkir bagi 05/PRT/M/
yang ramah penyandang disabilitas di 2008
terhadap taman kota - Widyawati et
penyandang Tersedia jalur pejalan kaki al (2015)
disabilitas yang yang bersifat kontinue - Kustianingr
keseluruh bagian taman, um et al
sehingga dapat (2013)
menghubungkan setiap
bagian fungsi taman
Tersedia pegangan khusus
bagi anak-anak dan
penyandang disabilitas pada
spot perbedaan ketinggian
lantai
Tersedia ramp pada jalur
sirkulasi bagi orang yang
tidak dapat menggunakan
tangga yang dilengkapi
dengan pegangan rambat
Variabel Subvariabel Indikator taman kota Sumber
layak anak
Tersedia tempat sampah
Tersedia tempat
sampah pada fasilitas
berkumpul
Tempat sampah dibedakan
menjadi 2 jenis yaitu
organik dan nonorganik
Pertimbangan Anak dilibatkan dalam Omid et al
pendapat penentuan fasilitas apa saja (2007)
anak dalam yang sebaiknya ada di
penentuan taman melalui penggalian
fasilitas pedapat lalu pendapatnya
pendukung dipertimbangkan dalam
yang perencanaan taman
diperlukan di
taman
Ketersediaan Adanya fasilitas air bersih - Hart et al
fasilitas air yang dapat digunakan oleh (2011)
bersih pengunjung
Adanya fasilitas air bersih - Hart et al
yang dapat digunakan oleh (2011)
pengunjung
Adanya fasilitas air minum - Glesson et al
yang dapat dimanfaatkan (2006)
oleh pengunjung - Siregar (2015)
Ketersediaan Tersedia toilet yang berfungsi - Glesson et al
fasilitas sanitasi Tersedia toilet khusus (2006)
yang berfungsi untuk - Widyawati
penyandang et al (2015)
disabilitas - Wolcock et al
Toilet dibedakan menjadi (2008)
perempuan dan laki-laki
Toilet bersih dan tidak bau
Vegetasi Ketersediaan Luas area yang ditanami Permen PU No
vegetasi di tanaman berkisar antara 05/PRT/M/2008
taman 80%-90% dari total
luas taman kota
Pertimbangan Anak dilibatkan dalam Omid et
pendapat penentuan vegetasi yang al (2007)
anak tentang diperlukan pada taman
vegetasi yang (seperti : pohon besar, kecil
diperlukan atau bunga), melalui
pada taman penggalian pendapat lalu
(seperti : pendapatnya
pohon besar, dipertimbangkan dalam
kecil atau perencanaan taman
bunga)
Sumber : Kompilasi Peneliti dari Berbagai Sumber, 2017 dalam Ana, 2017
2.4 Perencanaan RPTRA
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak atau juga dikenal dengan singkatan
RPTRA adalah konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang
dilengkapi dengan berbagai permainan menarik, pengawasan CCTV, dan ruangan-
ruangan yang melayani kepentingan komuniti yang ada di sekitar RPTRA tersebut,
seperti ruang perpustakaan, PKK Mart, ruang laktasi, dan lainnya. RPTRA juga
dibangun tidak di posisi strategis, namun berada di tengah pemukiman warga,
terutama lapisan bawah dan padat penduduk, sehingga manfaatnya bisa dirasakan
oleh warga di sekitar.
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTA) dapat direncanakan
berdasarkan kebutuhan dan kelengkapan sumber daya suatu daerah tertentu, Proses
pembangunan RPTRA juga melibatkan masyarakat sekitar. Bahkan perawatan
taman juga dilakukan oleh masyarakat di sekitar RPTRA dan dikoordinir oleh ibu-
ibu PKK. Sederhananya, RPTRA memposisikan warga sebagai pemilik dan
pengelola taman, bukan sekadar penikmat taman.
Adapaun dasar dalam perencanaan dalam pembangunan RPTRA ialah
1. Tersedianya Ruang Terbuka yang dapat dimanfaatkan sebagai RPTRA.
2. Identifikasi faktor pendorong karakteristik Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
(RPTRA) antara lain kelengkapan fasilitas, keamanan, vegetasi, kenyamanan,
keberagaman aktivitas, dan aksesibilitas.
3. Memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh
terhususnya ibu dan anak-anak.
4. Mentransformasikan suatu kawasan rawan sosial dan rawan kesehatan menjadi
kawasan yang layak untuk RPTRA.
5. Aspek pemberdayaan masyarakat dan pihak swasta dalam memenuhi perawatan
dan keberlanjutannya RPTRA.
6. RPTRA pada situasi dan kondisi tertentu dapat dimanfaatkan sebagai tempat
penampungan sementara bagi pengungsi yaitu masyarakat umum korban
bencana (Perempuan dan Anak Khususnya).
7. Terpenuhinya hak tumbuh kembang anak di sarana umum.
2.5 Tahapan Perencanaan RPTRA
Dalam kaitannya dengan perencanaan lansekap, tata hijau (planting design)
merupakan suatu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan ruang luar.
Penataan dan perancangan tanaman mencangkup: habitat tanaman, karakteristik
tanaman, fungsi tanaman, dan peletakan tanaman.
Vegetasi merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang.
Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk tanaman,
tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Pemilihan jenis tanaman
maupun cara pengaturan penanamannya harus mengikuti rencana penanaman yang
disusun untuk memenuhi fungsi serta estetikanya.
Hakim ( 2000) menyatakan bahwa nilai esetika dari tanaman diperoleh dari
perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (batang,
percabangan, dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman.
Nilai estetika tanaman dapat pula diperoleh dari satu tanaman atau sekelompok
tanaman yang sejenis. Kombinasi berbagai jenis tanaman atau kombinasi antara
tanaman dengan elemen lansekap lainnya.
Faktor lingkungan merupakan salah satu hal penting dalam melakukan
pemilihan jenis tanaman, antara lain tanah dan faktor iklim. Tanah berfungsi
sebagai tempat menyediakan unsur hara bagi tanaman, daerah serapan air, dan
tempat tumbuh tanaman. Sedangkan faktor iklim yang perlu diperhatikan adalah
suhu, intensitas cahaya, kelembaban, curah hujan, dan kecepatan angin. Faktor-
faktor iklim tersebut sangat penting bagi kelangsungan hidup tanaman (Ashari,
1995).
Menurut Hakim dan Utomo (2008), berbagai fungsi tanaman dapat
dikatagorikan sebagai: (1) kontrol pandangan (visual control), (2) pembatas fisik
(physical barriers), (3) pengendali iklim (climate control), (4) pencegah erosi
(erosion control), (5) habitat satwa (wildlife habitats), (6) nilai estetika (esthetic
value).
a. Tahap Pengumpulan Data Lapangan
1. Kondisi Fisik Area yang Direncanakan
Sebelum merencanakan perancangan lansekap jalan di suatu area,
perlu diadakan survei lapangan untuk mengumpulkan data-data fisik area
tersebut, antara lain situasi lapangan dan kondisi fisik yang ada saat itu,
seperti : (1) Pengukuran topografi terbatas yang mencakup data ketinggian,
lereng dan luas area yang akan dihijaukan. (2) Pengamatan terhadap : a).
Keadaan Tanah, mencakup tekstur, struktur, kesuburan, pH dan jenis tanah.
b). Kesesuaian vegetasi, berdasarkan bentuk, fungsi dan habitat.
Data lapangan ini sangat berguna sebagai bahan pertimbangan untuk
membuat perencanaan lansekap terutama dalam menentukan elemen-
elemen lanskap yang akan digunakan dan cara pemeliharaan yang akan
diterapkan.
2. Kondisi Lingkungan di Sekitar Area
Kondisi lingkungan di sekitar area penting untuk diamati agar dapat
direncanakan suatu lansekap yang serasi, indah dan sesuai dengan
lingkungan disekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar suasana yang
ditimbulkan setelah direncanakan dan dibangunnya lansekap di area
tersebut menjadi segar, sejuk dan dapat memenuhi fungsi estetika,
keamanan dan kenyamanan.
Data Instansi, mencakup :
(1) Peta penggunaan lahan di wilayah studi yang akan direncanakan.
(2) Peta/data sumberdaya alam (tanah, air dan vegetasi).
(3) Data iklim (temperatur, curah hujan, dan kelembaban udara)
b. Tahap Analisis
1. Analisis keadaan fisik "site", permasalahan yang ada dan cara penyelesaian
dengan konsep disain lansekap.
2. Analisis keadaan tanah, terdiri dari :
a. Penelitian sifat kimia tanah untuk mengetahui kandungan unsur hara
tanah dan pH tanah yang merupakan unsur penting untuk pertumbuhan
tanaman.
b. Penelitian sifat fisik tanah untuk mengetahui struktur, tekstur,
konsistensi, porositas, dan bobot isi tanah. Penelitian ini sangat penting
untuk mengetahui jenis tanaman yang cocok dengan habitat dan jenis
tanahnya, cara perlakuan terhadap kondisi tanah dan cara pemupukan
bagi tanaman yang akan ditanam.
3. Analisis Tanaman
Penelitian tanaman ini dimaksudkan untuk mendapatkan
data/informasi tentang habitat tanaman dan perlakuan terhadap tanaman,
serta mencari jenis tanaman yang cocok dengan daerah yang diteliti.
Pemilihan jenis tanaman bergantung pada :
- Fungsi tanaman, disesuaikan dengan tujuan perancangan.
- Peletakan tanaman, disesuaikan dengan tujuan dan fungsi tanaman.
4. Pembuatan "denah" disain, yang menggambarkan spot-spot potensi dan
daerah yang perlu penyelesaian lansekap.
2.6 Dampak Terhadap Lingkungan Hidup
Hasil prakiraan dampak ini bersifat kuantitatif dan umumnya didukung oleh
tabulasi data, grafik atau referensi spasial/geografis. Oleh karena sifatnya yang
kuantitatif, akuntabilitas metode ini umumnya lebih tinggi ketimbang metode Non-
Formal (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009).
Metode formal merupakan metode prakiraan dampak yang terdiri atas :
1. Metode fisik (physical model)
2. Eksperimen (experimental method)
3. Model matematik (mathematical model)
4. Model analisis statistika (statistical analysis model)
Metode Non-Formal dilakukan dengan instuisi, pengalaman dan analogi
Proses pelaksanaan prakiraan dampak yang dikutip dari Environmental Resources
Limited (1984) oleh Soemarwoto (1989, dalam UMM).
a. Penerapan Prakiraan Dampak di Proyek Kegiatan Taman Kota Ramah
Anak dengan Metode Formal
- Metode Matematik
Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2009) prakiraan dengan
model matematik dilakukan dengan menggunakan model yang sudah tersedia
atau mengembangkan/membuat model sendiri yang khusus dibuat oleh pakar
bersangkutan. Asumsi dasar dari model matematik ini adalah, model yang kita
gunakan disusun/diformulasikan berdasarkan pengetahuan a priori yang kita
miliki tentang bagaimana dinamika atau gerak tatanan atau kehidupan sosial
yang kita telaah.
- Metode Analisis Statistika
Adapun prakiraan dampak dengan analisis statistika umumnya dilakukan
dengan menggunakan model-model statistika yang sudah tersedia. Pada model
statistik persamaan atau formula dikembangkan secara deduktif dari fenomena
yang atau karakter kehidupan aspek sosial tertentu yang telah diketahui. Model
statistik ini dapat digunakan untuk memprakirakan dampak proyek terhadap
ekonomi, kependudukan dan juga bidang-bidang sosial seperti nilai budaya,
sikap dan persepsi.
b. Penerapan Prakiraan Dampak di Proyek Kegiatan Taman Kota Ramah Anak
dengan Metode Non-Formal
Pada situasi tertentu seringkali dijumpai hambatan untuk
memprakirakan dampak sosial secara formal, baik melalui model statistik
maupun matematik. Hal ini dapat terjadi karena:
1. Tidak adanya metode formal yang secara representatif dapat
menggambarkan dinamika sistem yang diteliti.
2. Metode yang tersedia mensyaratkan kebutuhan data dan informasi tertentu
yang tidak dapat dipenuhi oleh peneliti yang bersangkutan.
3. Jalan keluar untuk mengatasi hal ini adalah menggunakan metode yang
bersifat non-formal. Beberapa metode non-formal yang dapat digunakan
antara lain adalah:
- Penilaian profesional dari pakar (professional judgement).
- Metode ad-hoc.
- Komparatif antar budaya (cross cultural).
- Teknik analogi.
- Metoda delphi (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009).
2.7 Evaluasi Dampak
Evaluasi dampak adalah suatu kegiatan melakukan penilaian terhadap
perubahan-perubahan dalam kondisi kehidupan kelompok sasaran, yang
diakibatkan oleh proyek atau program dan merupakan hasil kegiatan-kegiatan
proyek atau program. Pada konteks ini bisa diuraikan kalau kegiatan evaluasi
dampak itu ialah kegiatan menilai suatu perubahan kondisi kehidupan kelompok
sasaran sebagai akibat dari adanya proyek atau program, sehingga bisa diketahui
apakah proyek tersebut efektif ataukah tidak.
Tujuan dari evaluasi dampak dalam amdal adalah:
a. Untuk mengetahui apakah semua input yang telah diberikan sesuai dengan
jadwal atau rencana awal atau tidak.
b. Sasaran atu tujuan kegiatan telah tercapai atau kah tidak.
c. Untuk memperbaiki tata cara dalam mengelola ataupun merevisi kembali
rancangan reklamasi yang telah dikerjakan. Dengan begitu akan memperoleh
hasil yang maksimal tanpa adanya kesalahan.
Manfaat evaluasi dampak yaitu untuk mengetahui relevansi, efisiensi,
efektifitas serta manfaat program dan menyempurnakan perancangan serta
pelaksanaan program.
III. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Hardiana, Ana. 2017. Kesesuaian Taman Kota di Surakarta Berdasarkan Konsep


Kota Layak Anak. Universitas Sebelas Maret : Surakarta.
Joga, Nirwono. 2013. Gerakan Kota Hijau. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia. 2016. Kota Ramah Anak: Apa, Mengapa, Bagaimana. Tersedia
pada: https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/612/kota-
ramah-anak-apa-mengapa-bagaimana. Diakses pada tanggal 6 Mei 2019.

UMM. Modul 8 : Prakiraan Dampak. Tersedia di :


http://directory.umm.ac.id/Data%20Elmu/pdf/8._Prakiraan_dampak.pdf.
Diakses pada : 6 Mei 2019.
Elisa UGM. Dasar-Dasar Penyusunan AMDAL dan Studi Kasusnya. Tersedia di
:http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/32200/2c85e56471e10f84eb
0 . Diakses pada : 6 Mei 2019.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2009. Bahan Ajar Pelatihan AMDAL :
Prakiraan Dampak. Tersedia di :
https://www.scribd.com/document/252403529/13-PRAKIRAAN-
DAMPAK . Diakses pada : 6 Mei 2019.

Anda mungkin juga menyukai