Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FISIKA RADIODIAGNOSTIK

BODY SECTION RADIOGRAPHY

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Radiodiagnostik
Dosen Pengampu : Sri Mulyati, S.Si., MT

Disusun Oleh :

Kelompok 2 / 2B

1. Dwikki Dafa S (P1337430117049)


2. Erly Indriani (P1337430117053)
3. Tirta Della Veria (P1337430117055)
4. Galih Tama Ramadhani (P1337430117063)
5. Ayu Budi Warsiti (P1337430117064)
6. Aulia Rosa Fibrianta (P1337430117066)
7. Valerian Setyo Adi Nugroho (P1337430117071)
8. Galang Primadacosta (P1337430117083)
9. Eko Suryono (P1337430117084)
10. Desi Sagita (P1337430117085)
11. Faris Afif (P1337430117088)

PRODI D-III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puji syukur atas
kehadiratnya yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayahnya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Body Section Radiography” ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai sumber
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih pada semua sumber yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari semua itu bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menginspirasi terhadap pembaca.

Penulis

Semarang,02 April 2019

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................3

A. LATAR BELAKANG ........................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................3

C. TUJUAN ..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4

A. Definisi Body Section Radiography ..................................................4

B. Definisi Tomografi ..............................................................................4

C. Komponen Pesawat Radiograpfi .......................................................5

D. Prinsip Pesawat Tomografi ................................................................5

E. Blurring ...............................................................................................6

F. Blur Margin .........................................................................................7

G. Ketebalan Irisan..................................................................................7

H. Narrow vs. Wide- Angle Tomografi ..................................................8

1. Circular tomography ......................................................................10

2. Phantom images ..............................................................................11

3. Jenis pergerakan omografi.............................................................13

4. Hubungan antara tomografic angle dengan objek plane ............15

BAB III PENUTUP ...........................................................................................17

A. Kesimpulan ............................................................................................17

B. Saran ...................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah tomografi berawal jauh sebelum ditemukannya teknik


pengolahan citra digital, yaitu pada tahun 1917 ketika Radon
mempublikasikan artikelnya yang kemudian dikenal sebagai transformasi
Radon. Selama bertahun-tahun orang tidak tahu kegunaan dari transformasi
ini, hingga pada era 1960-an ketika beberapa peneliti mengembangan teknik
tomografi transmisi sinar-X. Siapa yang sebenarnya pertamakali menemukan
CT (Computed Tomography atau Computerized Tomography) masih
merupakan kontroversi. Namun pengakuan diberikan kepada Godfrey
Hounsfield dan Allan Cormack yang pada tahun 1971 membangun CT.
Delapan tahun kemudian, pada tanggal 10 Desember 1979, kedua ilmuwan
ini mendapatkan hadiah Nobel dalam bidang Kedokteran dan Fisiologi
(Medicine and Physiology) untuk penemuan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari body section radiografi?

2. Apa saja komponen pada pesawat tomografi ?

3. Bagaimana prinsip kerja pesawat tomografi ?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi dari body section.

2. Mengetahui komponen pada pesawat tomografi..

3. Mengetahui prinsip kerja pesawat tomografi.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Body Section Radiography


Body Section Radiography (Radiografi Irisan Tubuh) merupakan
teknik radiografi khusus menggunakan sinar-X untuk memperlihatkan
struktur tubuh yang diperiksa secara lebih jelas dengan mengaburkan
bayangan dari struktur yang berada di bawah dan di atas obyek yang akan
diperiksa. Body section radiography bukan metode untuk meningkatkan
ketajaman dari semua gambaran radiograf. Pada tahun 1962,International
Commission on Radiologic Unit and Measurement memberikan istilah
tomografi untuk menggambarkan semua tipe dari teknik-teknik body section.
Istiah lain yang umum digunakan adalah:
 Tomography (tomogram) preferred

 Planigrafi (Zienies des Plantes, Bartelink)

 Stratigrafi (Vallebona)

 Laminografi

Revolusi teknik baru ditemukan di inggris tahun 1972 yang disebut Computed
Tomography (CT) (Christensen’s,1984).

B. Definisi Tomografi

Tomografi adalah teknik radiografi untuk memperlihatkan struktur


jaringan anatomi yang berada pada sebuah bidang jaringan dimana struktur
anatomi diatas dan dibawahnya terlihat kabur ( Principles of radiographic
Imaging An Art and science, 1992).

Teknik radiografi untuk memperlihatkan gambaran lapisan-lapisan


tubuh tertentu dengan cara mengaburkan lapisan atas dan bawahnya (Richard
R Chalton 1992).

4
C. Komponen Pesawat Tomografi
Pesawat tomografi mempunyai komponen sebagai berikut:
o Tiang penghubung ( Telescopic Rod ) adalah yang menghubungkan
tabung rontgen dengan tempat kaset yang dapat bergerak sewaktu
eksposi ( movement cassette tray ) , tiang penghubung ini
menghubungkan fokus pada tabung sinar X sampai pada cassette tray.
o Fulcrum, merupakan titik gerak yang dapat diatur ketinggiannya sesuai
dengan kedalaman lapisan yang dikehendaki.
o Tabung sinar X , dapat bergerak selama eksposi.

o Meja kontrol ( control table ) berfungsi mengatur faktor eksposi.

o Panel control berfungsi mengatur penyudutan tabung, jarak sinar X


dengan meja, ketinggian fulcrum dan mengatur kolimasi.

D. Prinsip Pesawat Tomografi

Radiografi konvensional menghasikan 2 gambar dimensional dari


semua struktur tanpa kedalaman obyek diantara tabung sinar-x dan film.
Konsekuensinya adalah semua struktur berada pada arah yang tepat pada
garis tengah dari film yang saling bertumpuk. Bayangan yang tidak
diinginkan dihilangkan dengan cara difusi telah lama dilakukan untuk
daerah spesifik dengan dikontrol menggunakan pergerakan pernafasan dan
teknik jarak pendek.

5
Obyektif plane mewakili ketinggian, terjadi melalui pergerakan
tabung dan film yang berlawanan. Obyektif plane selalu paralel dengan
film.

Terminologi-terminologi dalam tomografi:


1. Blurring (pengaburan) merupakan distorsi (perubahan bentuk)
dari penggambaran obyek yang tidak berada dalam bidang focus.
2. Fulkrum merupakan titik sumbu (perpotongan) dari arm yang berrotasi.

3. Focal plane merupakan bidang dari focus maksimal dan mewakili


sumbu (fulcrum) dari tabung sinar-X dan film yang berrotasi.
4. Focal plane level merupakan ketinggian focal plane di atas meja pemeriksaan.

5. Tomographic angle merupakan amplitude yang dinyatakan dalam satuan


derajat.

6. Exposure angle merupakan sudut dimana berkas sinar-X (Central Ray)


bergerak selama eksposi berlangsung.

E. Blurring

Tujuan utama dari tomografi adalah untuk mengubah bentuk yang


mengganggu persesi kita pada gambaran radiorafi yang khusus. Pada
tomografi, istilah “blur” digunakan pada obyek diluar bidang fokal, dan istilah
ini tidak digunakan pada ketidaktajaman gambaran inheren (inherent
unsharpness) pada tomografi.

Lebar Blur

Lebar blur tergantung pada jarak dimana gambaran sebuah obyek


tersebar pada film. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah:
1. Amplitudo pergerakan tabung

Lebar blur merupakan fungsi linear langsung dari derajat pergerakan


tabung. Jika amplitude pergerakan tabung meningkat, maka lebar blur
juga akan meningkat.
2. Jarak dari bidang fokal
6
Semakin jauh suau obek dari bidang fokal, maka obyek akan
semakin blur. Sayangnya, dalam radiologi diagnostic, kita tidak dapat
mengendaikan jarak ini. Sementara, hubungan antara anatomi tubuh dan
lesi patologi pada pasien adalah tetap.
3. Jarak dari film

Obyek yang jauh dari film akan lebih blur dari pada obyek yang
berada didekat film.

4. Orientasi dari pergerakan tabung

Banyak bagian tubuh manusia yang panjang, sempit dan memiliki


sumbu longitudinal. Ketika sumbu longitudinal dari sebuah obyek
diorientaskan pada arah yang sama dengan arah pergerakan tabung sinar-
X, gambaran dari obyek tidak akan tampak blur, bahkan jika berada di
luar bidang focal.

F. Blur Margin

Dengan tomografi linear, seluruh gambaran akan di-blur-kan secara


seragam dan gambarannya akan terlihat tidak jelas pada ujung-ujungnya
secara bertahap. Dengan pergerakan tabung sinar-X yang melingkar, blur
pada gambaran yang dihasilkan tidak seragam. Pada bagian tepinya akan
terlhat lebih putih dan digambarkan secara lebih tajam pada film dari pada
bagian yang lain. Tabung bergerak sejajar dan menyilang terhadap sumbu
obyek dengan porsi yang berbeda sepanjang pergerakannya. Blur maksimal
terjadi ketika tabung bergerak menyilang terhadap sumbu obyek. Dan bagian
dari eksposi ini menghasilkan pusat dari pola blur. Sediki blur terjadi ketika
tabung sinar-X bergerak sejajar dengan sumbu obyek.

G. Ketebalan Irisan

Pada teorinya, bidang fokal tidak memiliki ketebalan. Gambaran yang


kita lihat sebenarnya dibentuk oleh bidang tipis yang saling bertumpuk satu
dengan yang lainnya. Semakin dekat bidang-bidang ini dengan bidang fokal

7
yang sesungguhnya, maka gambarannya akan semakin tajam. Ketebalan irisan
berbanding terbalik dengan amplitude pergerakan tabung sinar-X. semakin
besar tomographic angle, maka irisannya akan semakin tipis.

H. Narrow vs. wide-angle tomography

Kita dapat menggunakan tomografi untuk berbagai macam tujuan. Satu


system menggunakan tomographic arc yang lebar, system lainnya
menggunakan tomograpic yang sempit dan disebut sebagai zonography.
Zonografi bertujuan untuk memperlihatkan gambaran keseluruhan obyek
tidak mengalami perubahan bentuk dan memiliki ketajaman yang tinggi.
Pemilihan antara keduanya tergantung pada tipe jaringan yang diperiksa dan
masalah yang dihadapi.

Wide-angle tomography

Tujuan dari wide-angle tomography untuk menambah batas visibilitas


Roentgen untuk memungkinkan kita mampu melihat obyek yang
mengganggu karena ada bayangan pada radiograf konvensional. Kelemahan
tomografi ini adalah mengurangi kontras pada gambaran. Bagian tubuh
menghasilkan kontras yang lebih tinggi dari pada bagian tubuh yang tipis
dengan kerapatan yang sama dan karena tomografi ini menghasilkan irisan
yang tipis, hal ini akan mengurangi kontras.
Ketajaman semua gambaran akan menurun jika menggunakan
teknik wide- angle tomography. Semakin lebartomographic arc, maka
gambaran yang dihasilkan semakin tidak tajam. Secara teori, gambaran dari
bidang fokal seharusnya berada dalam focus yang tajam, tetapi dalam
kenyataanya, mustahil untuk mengkoordinir pergerakan tabung sinar-X dan
film secara sempurna. Getaran kecil dapat menyebabkan ketidaktajaman pada
gambaran bidang fokal.

Narrow-angle tomography (Zonography)

Sudut yang digunakan pada zonografi kurang dari 10˚. Zonografi tidak
8
efisien bila menggunakan tomografi linear dan memerlukan pergerakan
tabung yang multi-direction (ke berbagai arah), biasanya dipilih yang
melingkar. Narrow-angle tomography menghasilkan gambaran yang tidak
mengalami perubahan bentuk dan tajam pada obyek yang berada pada bidang
fokal. Semua struktur diperlihatkan dalam focus yang tajam. Kualitas
gambaran yang dihasilkan menyerupai radiograf konvensional dan gangguan
dari bayangan yang mengganggu dapat diminimalisasikan.
Zonografi digunakan bila jaringan memeliki kontras alami yang
rendah. Teknik wide- angle mengurangi kontras, sedangkan narrow-angle
dapat menampakkan kontras alami.

WIDE ANGLE-TOMOGRAPHY NARROW-ANGLE

TOMOGRAPHY
Tomographic arc lebih dari 10˚ Tomographic arc kurang dari 10˚

(biasanya 30˚ sampai 50˚)


Ketebalan irisan kurang Ketebalan irisan lebih tinggi
Terdapat ketidaktajaman pada gambaran Sangat sedikit pada
ketidaktajaman
bidang fokal
gambaran bidang fokal
Obyek di luar bidang fokal mengalami Obyek di luar bidang fokal mengalami

blur maksimal blur yang minimal


Baik untuk memperlihatkan jaringan Baik untuk memperlihatkan jaringan
dengan kontras tinggi dengan kontras yang rendah (misalnya
paru-paru)
Dapat dilakukan dengan pergerakan Biasanya digunakan dengan pergerakan

linear maupun sirkular sirkular


Waktu eksposi tinggi Waktu eksposi singkat

9
1. Circular Tomography

Semakin banyak pergerakan tomografi, maka bentuk dari obyek yang


diperiksa akan berbeda. Jadi pesawat tomografi telah didesain untuk
dioperasikan dengan variasi pergerakan tabung kurvalinear, termasuk
lingkaran (circles), elips (ellipses), hypocycloidals, sinusoids, spirals, bahkan
pergerakan random (acak). Tabung sinar-X dan film terletak pada ujung-
ujung connecting rod. Film tidak memutar sebagaimana pergerakannya. Grid
juga harus memutar untuk menghindari cut-off, yaitu dengan memutar grid
untuk menjaga garis-garis grid agar terarah terhadap tabung sinar-X.
Mengarahkan sebuah grid mengubah posisinya sebagaimana grid
berputar. Jadi strip-strip timbal dapat mempertahankan orientasi yang konstan
dengan target dengan tabung sinar-X. Garis-garis grid dipengaruhi oleh
pergerakan relatif tabung sinar-X dan film.

Keuntungan

Manfaat utama dari circular tomography adalah didapatkannya


ketebalan irisan yang seragam. Tomografi linear tidak menghasilkan ketebalan
irisan yang sebenarnya.

Kelemahan

Kelemahannya adalah biaya perlengkapan yang mahal. Pesawat


tomografi sirkular biasanya lebih mahal daripada pesawat tomografi linear.
Kelemahan lainnya adalah banyaknya waktu eksposi yang dibutuhkan. Untuk
radiograf standar, waktu eksposi dipengaruhi oleh ketebalan dan kerapatan
obyek yang akan diperiksa. Sedangkan waktu eksposi pada tomografi
dipengaruhi oleh lamanya tabung sinar-X menyelesaikan pergerakannya.
Waktu eksposi yang lama ini merupakan kerugian terbesar, terutama untuk
radiografi dada, dimana terdapat pergerakan yang involunter. Kelemahan yang
lainnya yaitu cut-off yang tajam dari pola blur.

10
2. Phantom Images

Gambar maya didefinisikan oleh Webster sebagai sesuatu yang dapat


dilihat tetapi tidak memiliki eksistensi. Gambaran ini terlihat pada tomogram,
tetapi sebenarnya gambar ini tidak ada. Gambar yang tidak nyata ini selalu
memiliki sedikit ketebalan dan ketajaman daripada gambar nyata, tetapi
masih memberikan kesulitan interpretasi.
Gambar maya ini dihasilkan oleh kekaburan pada tepi dari struktur
terluar focal plane, dan hal ini kebanyakan terjadi pada circular tomography
dan narrow-angle technique. Dengan pegerakan sudut tabung yang sedikit
obyek diluar bidang fokal akan mengalami kekaburan yang minimal.
Phantom images dibentuk oleh dua mekanisme yang berbeda. Phantom
images tipe pertama dihasilkan oleh narrow-angle tomogram dari pengulangan
obyek secara teratur. Tipe kedua dibentuk oleh perubahan tempat yang
mengalamai kekaburan pada gambar pada obyek terluar bidang fokal untuk
mensimulasikan tebal struktur pada bidang fokal. Seringkali kekaburan
gambar dari tulang akan simulasikan ke struktur jaringan lunak.
Prinsip tomografi adalah mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari
suatu lapisan tertentu dari organ tubuh dengan cara menggerakkan tabung
sinar x dan kaset. Tabung sinar x dan image receptor (kaset), bergerak
berlawanan arah pada sebuah titik yang dinamakan fulcrum ( pivot point ).
Fulcrum merupakan titik gerak dari tabung sinar x dan image receptor
terkonsentrasi (X-ray equipment for student radiographer, 1975).

11
Gambar 1. Prinsip Kerja Tomografi

(Associate Professor Department of Radiology Medical College of Georgia)

Dari gambar diatas diterangkan tentang prinsip dan teknik tomografi,


yaitu pada permulaan eksposi tabung dan film pada posisi T1 dan F1, selama
eksposi tabung akan bergerak berlawana dengan film dan pergerakan
keduanya akan berakhir pada posisi T2 dan F2. Focal plane adalah bidang
yang berada tepat pada titik fulcrum. Struktur gambaran yang setinggi focal
plane akan terproyeksi jelas yaitu titik 2, sedangkan daerah diatas focal plane
yaitu pada titik 1, dan dibawahnya titik 2 akan terproyeksi kabur. Dalam
tomografi ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu pengaturan film dan
pengaturan fulcrum atau pivot point.

Tebal lapisan gambar yang tergambar dalam foto tergantung pada


besar kecilnya sudut pergerakan tabung. Makin kecil sudut maka lapisan yang
tergambar akan semakin tebal, sudut yang makin besar maka lapisan yang
tergambar akan semakin tipis.

Sudut tabung Lapisan yang tergambar

50° 1,3 mm
20° 3,4 mm
10° 6,9 mm
4° 17,2 mm

2° 34,2 mm

sumber : Thomas S Curry, Chistensen’s Physic of Diagnostic Radiology, 1935 )


12
3. Jenis pergerakan tomografi

1. Line to Line Movement

Pergerakan tabung dan film pada teknik ini berupa garis lurus
yang sejajar tetapi arahnya berlawanan. Sehingga bidang obyek sejajar
dengan pergerakan tabung dan film pada setinggi fulcrum.
2. Arc to Arc Movement

Pergerakan ini termasuk pergerakan sudut yang berlawanan


secara sinkron antara tabung dan film. Pertengahan sudut putaran
berada di sekitar pivoting point. Film parallel terhadap objective plane,
meskipun pertengahannya mengikuti pergerakan sudut. Keduanya
yakni antara FFD dan focus-object, object-film ratio adalah konstan
dan secara konsekuen parallel terhadap objective plane dengan film
setinggi fulcrum dipilih secara konstan.

Gambar 4. Pergerakan Arc to arc movement

3. Arc to Line Movement

Pergerakan ini termasuk pergerakan sudut yang berlawanan


secara sinkron dari pergerakan tabung dengan pergerakan garis lurus
dari film. Meskipun system ini tidak menjamin terjadinya magnifikasi

13
yang konstan, tetapi masih bisa ditolerir dalam pandangan dari
hubungan antara subject-film yang terdekat dibandingkan dengan arc to
arc movement.

Gambar 3. Pergerakan Arc to line movement

Selain itu ada juga jenis-jenis pergerakan tabung pada pesawat tomografi yaitu :
1).Pergerakan Rectilinear
Pengaburan yang disebabkan oleh pergerakan linier Tabung sinar –x
membentuk garis lurus searah dengan meja pemeriksaan namun berlawanan
arah. Menampilkan struktur gambaran yang memanjang. Pergerakan ini
biasanya digunakan untuk tomografi thorax, tulang iga yang letaknya tidak
sejajar dengan pergerakan tabung sinar –x.

2).Pergerakan Sirkular
Pergerakan tabung sinar-x dan film membentuk lingkaran sejajar satu sama
lain Pergerakan ini menghasilkan gambaran yang melingkar. Bentuk melingkar
ini dibentuk oleh tabung sinar x dan film yang sejajar, digunakan untuk tulang
tulang pada umumnya

3).Pergerakan Elips
Pergerakan ini menghasilkan gambaran yang elips. Bentuk elips ini dibentuk
oleh tabung sinar x dan film. Meskipun memiliki efisiensi gerakan
pengkaburan yang lebih tinggi dari gerakan linier, kualitas pengkaburan jauh
lebih sedikit dari pengkaburan dari pergerakan sirkular atau lebih kompleks
14
pergerakannya pada pergerakan secara hiposikloidal dan spiral. Pergerakan ini
baik untuk tulang tulang ekstremitas.

4).Pergerakan Hipocycloidal
Pergerakan tabung sinar-x dan film bergerak seperti clover leaf . Merupakan
pergerakan yang sangat komplek. Pergerakan ini mampu menampilkan gambaran
dengan nilai ketipisan kurang dari 1 mm, digunakan untuk tulang tulang telinga
dalam dan lainnya.

5). Pergerakan Spiral


Pergerakan tabung sinar-x dan film bergerak seperti spiral.

6). Pergerakan Sine wave


Pergerakan tabung sinar-x dan film bergerak seperti gelombang dan digunakan
untuk tulang tulang kecil seperti foramen opticum.

Gambar 5. Jenis‐jenis pergerakan tabung pada pesawat tomografi


( Thomas S Curry, Chistensen’s Physic of Diagnostic Radiology, 1935 )

4. Hubungan antara tomographic angle dengan objective plane

Titik O terletak pada bidang potong dan pergerakan tomografi dianggap


sempurna. Titik X dengan jarak t di atas bidang yang diinginkan akan dikaburkan
dengan seluas Bm yang dianggap menjadi maximum tomographic blurring yang
15
tidak dapat diperhatikan. Akan ada titik yang sama (X’) di bawah O dan potongan
XX’ akan menjadi tomographic layer. Ketebalan (2t) pada potongan ini dapat
dihitung. Pergerakan film (yakni pergerakan bayangan obyek O) dirumuskan
sebagai:
U=S.

Sedangkan pergerakan dari bayangan X dirumuskan sebagai:

V = S.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Body section radiography merupakan suatu teknik sinar x yang


mengkaburkan bayangan dari superposisi bagian tubuh untuk memperlihatkan
dengan lebih jelas struktur yang akan diperiksa. Teknik ini bukan berarti metode
untuk meningkatkan ketajaman suatu bagian objek dalam suatu radiograf.
Sebaliknya, body section radiography merupakan suatu teknik untuk mengontrol
pengkaburan bayangan objek yang mana hanya memperlihatkan bagian objek
yang lebih tajam dari bagian yang lain.

B. Saran

Sebaiknya penggunaan tomografi disesuaikan dengan keperluannya karena


penggunaannya akan mempunyai dosis yang besar terhadap pasien, jika terdapat
modalitas penunjang seperti pesawat x-ray konvensional, maka dapat
menggunakan modalitas penunjang tersebut jika hasil yang diharapkan kurang
memuaskan maka dapat menggunakan modalitas tomografi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Clark, K.C. 1974. Positioning in Radiography, Ninth Edition.London : Ilford Limited.

Curry, Thomas S, dll. 1984. Christensen’s Introduction to the Physics of Diagnostic


Radiology. Philadelphia : Lea & Febiger.

Meredith, W.J. dan J.B. Massey. 1977. Fundamental Physics of Radiology, Third
Edition. Bristol : John Wright & Sons Ltd.

Plaats, G.J. Van Der. 1969. Medical X-Ray Technique, Third Revised and Enlarged Edition.
Netherlands : Centrex Publishing Company

18

Anda mungkin juga menyukai