Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan

pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medis. Berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 pasal 2 tentang

rumah sakit, dimana rumah sakit diselenggarakan berasaskan pancasila dan

didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,

persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan

pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

Dalam pelepasan informasi kepada pihak ke-3 sering muncul pada massa

era komputerisasi informasi kesehatan. Suatu permintaan yang sah dapat diproses

untuk pembayaran tagihan asuransi, tetapi tidak menjamin keamanan dikemudian

hari. (Hatta, 2012).

Berdasarkan PERMENKES RI NO. 269/MENKES/PER/III/2008, pasal 10

ayat 1 menyatakan bahwa informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit,

riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya

oleh dokter, dokter gigi, tenaga kesehatan tertentu, petugas pengelola dan

pimpinan sarana pelayanan kesehatan.

1
Informasi-informasi tersebut bisa dibuka atas permintaan pasien sendiri,

atau demi kepentingan kesehatan pasien. Selain itu, informasi tersebut dapat

dibuka atas permintaan aparat penegakkan hukum asalkan mendapatkan perintah

dari pengadilan. Bisa juga karena permintaan instansi/lembaga lain, dan untuk

kepentingan penelitian, pendidikan atau audit medis.

Proses data informasi yang diperlukan tampaknya seringkali tidak ada lagi

dan rekam medis pun disalin dengan begitu saja. Perlu diketahui bahwa pada

sebuah kasus dengan diagnosis Cholecytitis dan Cholelithiasis dengan tindakan

bedah Cholecystectomy dimana informasi mengenai tanggal masuk dan keluar

perawatan diserahkan kepada perusahan asuransi untuk klaim pembayaran.

Riwayat anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat saja disalin seluruhnya, namun

perlu diingat bahwa informasi tersebut berisikan tentang keadaan sosial, resiko

genetik, riwayat dalam keluarga dan lain-lain yang tidak ada hubungannya dengan

tindakan bedah yang dimaksud, sehingga dapat melanggar privasi. (Hatta,2009).

Pada tahun 2005 di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Purwokerto Kabupaten

Banyumas, seorang Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dipanggil

Markas Kepolisian Resor (Polres) Banyumas, sehubungan dengan somasi dugaan

malpraktik dan juga telah mempublikasikan data rekam medis pasien yang

seharusnya menjadi rahasia. Oleh tindakan tersebut pihak rumah sakit telah

melakukan pelanggaan hukum yakni Pasal 322 KUHP yang berisi larangan

membuka rahasia yang seharusnya wajib disimpan karena jabatan atau pekerjaan

seorang dokter yang mana ancaman hukuman terhadap pelanggaran pasal ini

adalah sembilan bulan penjara. (Rustiyanto. 2009).

2
Berdasarkan PERMENKES No. 269/MENKES/PER/III/2008, pasal 11

ayat (1), “Penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter

atau dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan

peraturan perundang-undangan”. Begitu juga dengan BAB V butir 2 Keputusan

Dirjen Pelayanan Medik Nomor 78/Yan.Med/RS.UM.DK/YMU/I/91, yang

berbunyi “isi rekam medis adalah milik pasien yang wajib dijaga kerahasiaannya“.

Sarana kesehatan bertanggung jawab untuk melindungi informasi

kesehatan yang terdapat didalam rekam medis terhadap kemungkinan hilang,

rusak, pemalsuan dan akses yang tidak sah. Menjaga keamanan informasi,

keakuratan informasi dan kemudahan akses informasi menjadi tuntutan pihak

organisasi pelayanan kesehatan dan praktisi kesehatan serta pihak ke-3 yang

berwenang. Sedangkan pihak yang membutuhkan informasi harus senantiasa

menghormati privasi pasien. Secara keseluruhan, keamanan (security), privasi

(privacy), kerahasiaan (confidentiality) dan keselamatan (safety) adalah perangkat

yang membentengi informasi dalam rekam medis.

Berdasarkan survey awal yang peneliti temukan di Rumah Sakit Umum

Imelda Pekerja Indonesia Medan, dengan melakukan wawancara kepada salah

satu petugas rekam medis bahwasannya menyatakan pengetahuan petugas rekam

medis didalam proses pelepasan informasi berkas rekam medis di unit rekam

medis bahwa beberapa permasalahan yakni masih heterogen antara yang

mengerti dan kurang mengerti utamanya dalam pengertian, alur dan prosedur serta

formulir yang masih belum dioptimalkan yang menyatakan perizinan tertulis oleh

pasien ataupun kuasanya untuk melepaskan informasi yang terdapat dalam rekam

medis pasien.

3
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut tentang “Tinjauan Pengetahuan Petugas Rekam Medis dalam

Pelepasan Informasi Berkas Rekam Medis Di RSU Imelda Pekerja Indonesia

(IPI) Medan Tahun 2015”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut :


1. Bagaimana gambaran pengetahuan petugas rekam medis dalam

pelepasan informasi berkas rekam medis di RSU Imelda Pekerja

Indonesia Medan Tahun 2015?


2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan petugas

rekam medis dalam pelepasan informasi berkas rekam medis di RSU

Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2015?

1.3 Pembatasan Masalah


Permasalahan dalam penelitian dibatasi dengan maksud untuk

memperoleh ruang lingkup yang lebih jelas dan menghindari terjadinya

pengembangan analisa data. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian

dibawah adalah :
1. Pengetahuan petugas rekam medis dalam pelepasan informasi berkas

rekam medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2015.


2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan petugas rekam medis

dalam pelepasan informasi berkas rekam medis di RSU Imelda Pekerja

Indonesia Medan Tahun 2015.


1.4 Rumusan Masalah

4
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah disebutkan diatas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan bagaimana gambaran

pengetahuan petugas rekam medis dalam pelepasan informasi berkas rekam medis

di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2015?

1.5 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui gambaran pengetahuan petugas rekam medis dalam

pelepasan informasi berkas rekam medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan

Tahun 2015.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam meningkatkan pengetahuan

lebih dalam pengembangan pelepasan berkas rekam medis pasien dimasa yang

akan datang.

1.6.2 Bagi Pendidikan

Sebagai bahan pustaka dan referensi bagi institusi Akademi Perekam

Medis dan Informatika Kesehatan Imelda Medan serta menambah masukan dan

sumber informasi untuk mahasiswa/I Apikes dalam meningkatkan pengetahuan

tentang pelepasan informasi berkas rekam medis.

1.6.3 Bagi Peneliti


Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan di bidang rekam medis

khususnya dalam pelepasan berkas rekam medis serta mengetahui perbandingan

antara teori yang didapat selama pendidikan dengan kenyataan di RSU Imelda

Pekerja Indonesia Medan Tahun 2015.


1.6.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam

pengembangan pelayanan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti

5
tentang gambaran pengetahuan petugas rekam medis dalam pelepasan informasi

berkas rekam medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2015.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera pada manusia yaitu indera pengelihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh

melaluai mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan komponen yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. (Notoatmodjo, 2010).

2.1.2 Gambaran Pengetahuan berdasarkan :

a. Pendidikan

6
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang, makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga

lebih banyak pula pengetahuan yang didapatkan.

b. Usia

Usia adalah lamanya seseorang hidup di hitung dari tahun lahirnya

sampai dengan ulang tahunnya yang terakhir.

c. Lama Kerja

Lama kerja adalah jumlah waktu kerja yang ditempuh oleh petugas

saat bekerja dalam kurun waktu tertentu.

2.1.3 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam komponen kognitif mempunyai 6

tingkatan menurut Notoatmodjo, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengatahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu spesifik dari bahanyang di pejajari

atau yang diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang akan diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

7
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam

suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhannya

yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

(justifikasi) terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian ini

berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

2.2 Rekam Medis

2.2.1 Pengertian Rekam Medis

Rekam medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam

tentang identitas, anamnese penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala

pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik

8
yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat

darurat (Depkes RI. 1997).

Menurut Permenkes NO. 269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis

adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien.

2.2.2 Kegunaan Rekam Medis

Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain:

a. Aspek Administrasi

Didalam berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena

isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab

sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan

kesehatan.

b. Aspek Medis

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan

tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan

pengobatan/perawatan yang diberikan kepada seorang pasien dan dalam

rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan melalui

9
kegiatan audit medis, manajemen risiko klinis serta keamanan/keselamatan

pasien dan kendali biaya.

c. Aspek Hukum

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar

keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan

sebagai tanda bukti untuk menegakkan keadilan, rekam medis adalah milik

dokter dan rumah sakit sedangkan isinya yang terdiri dari identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

diberikan kepada pasien adalah sebagai informasi yang dapat dimilki oleh

pasien sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

(UU Praktik Kedokteran RI No. 29 Tahun 2004 Pasal 46 ayat (1),

Penjelasan).

d. Aspek Keuangan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya

mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek

keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan sangat erat

sekali dalam hal pengobatan, terapi serta tindakan-tindakan apa saja yang

diberikan kepada seorang pasien selama menjalani perawatan dirumah

sakit.

e. Aspek penelitian

10
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena

isinya menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan sebagai

aspek pendukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan

dibidang kesehatan.

f. Aspek pendididkan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena

isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dan

kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, informasi

tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan/referensi pengajaran dibidang

profesi pendidikan kesehatan.

g. Aspek Dokumentasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena

isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan

dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.

Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut diatas, rekam medis

mempunyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara

pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan saja. Kegunaan rekam medis secara

umum adalah :

a) Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahlinya yang ikut

ambil bagian didalam memberikan pelayanan pengobatan, perawatan

kepada pasien.

11
b) Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus

diberikan kepada seorang pasien.

c) Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan

penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat dirumah

sakit.

d) Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi

terhadapad kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.

e) Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit, maupun

dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

f) Menyediakan data-data khususnya yang sangat berguna untuk

penelitian dan pendidikan.

g) Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan

medik pasien.

h) Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai

bahan pertanggung jawaban dan laporan.

2.2.3 Kepemilikan Rekam Medis

Dalam Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 menyatakan bahwa

berkas rekam medis adalah milik sarana pelayanan kesehatan (pasal 12 ayat 1),

sedangkan isi rekam medis adalah milik pasien (pasal 12 ayat 2). Isi rekam medis

tersebut berbentuk ringkasan rekam medis. Ringkasan ini dapat diberikan, dicatat,

12
atau dicopy oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujan pasien

atau keluarga pasien yang berhak untuk itu.

2.2.4 Nilai Informasi Yang Terkandung Dalam Rekam Medis

Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan

lebih berarti bagi penerimanya. Informasi yang merupakan sumber daya strategis

bagi organisasi atau suatu entitas yang mendukung kelangsungan hidup bagi

organisasi. Oleh karena itu, informasi merupakan faktor yang sangat berpengaruh

terhadap kelangsungan organisasi (Murdani.2007).

Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari rekam

medis sifatnya rahasia, tetapi kalau dianalisa, konsep kerahasiaan ini akan ditemui

banyak pengecualian. Yang menjadi masalah disini ialah : Bagi siapa rekam medis

itu dirahasiakan, dan dalam keadaan bagaimana rekam medis dirahasiakan.

Informasi didalam rekam medis bersifat rahasia karena hal ini menjelaskan

hubungan yang khusus antara pasien dan dokter yang wajib dilindungi dari

pembocoran sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pada dasarnya, informasi yang bersumber dari rekam

medis ada dua kategori yaitu :

1. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan

Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan merupakan catatan

yeng mengenai hasil pemeriksaan, wawancara, diagnosa, pengobatan,

tindakan medis dan perkembangan mengenai pasien yang bersangkutan.

Informasi ini tidak boleh disebarluaskan kepada pihak yang tidak

berwenang walaupun itu keluarga pasien sendiri tanpa izin pasien tersebut

13
2. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan

Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan yaitu

mengenai identitas pasien (nama,alamat dan lain-lain), serta informasi lain

yang tidak mengandung nilai medis. Lazimnya informasi jenis ini terdapat

dalam lembaran paling depan berkas rekam medis rawat jalan maupun

rawat inap (ringkasan riwayat klinik ataupun ringkasan masuk dan keluar).

Namun, perlu diingat bahwa diagnosa akhir pasien mengandung nilai

medis maka lembaran tersebut tidak boleh disiarkan kepada pihak-pihak

yang tidak berwenang. Walaupun begitu petugas rekam medis, perawat

maupun petugas rumah sakit lainnya harus berhati-hati bahwa ada kalanya

identitas pasien pun dianggap perlu.

2.2.5 Pelepasan Informasi Rekam Medis

Pelepasan adalah proses, cara, perbuatan yang diberikan kepada orang lain

atau orang yang dibutuhkan dan informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi)

atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau kumpulan pesan. Informasi

dapat direkam atau ditransmisikan.

Secara umum dapat disadari bahwa informasi yang terdapat dalam rekam

medis sifatnya rahasia dan harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter maupun

tenaga profesi kesehatan lainnya.

Dari pernyataan diatas mungkin akan timbul pertanyaan apakah rahasia

kedokteran itu dapat dibuka ?

14
Menurut Pitono Soeparto (2006) dalam Etik dan Hukum di Bidang

Kesehatan mengatakan bahwa di Indonesia tidak menganut paham kewajiban

menyimpan rahasia kedokteran secara mutlak, namun terdapat pengecualian

bahwa rahasia kedokteran dapat dibuka berdasarkan beberapa alasan yaitu :

a. Karena Daya Paksa Pasal 48 KUHP yang berbunyi :

“Barang siapa melakukan sesuatu perbuatan karena pengaruh daya

paksa tidak dapat dipidana”. Dengan adanya pasal tersebut, maka

tenaga kesehatan terpaksa membuka rahasia pasien karena pengaruh

daya paksa untuk melindungi :

1) Kepentingan umum

2) Kepentingan orang yang tidak bersalah

3) Kepentingan pasien

4) Kepentingan tenaga kesehatan itu sendiri tidak dapat

dipidanakan.

b. Karena Menjalankan Perintah Undang-Undang (Pasal 50 KUHP)

Seorang tenaga kesehatan yang dipanggil sebagai saksi ahli atausaksi

dalam sidang pengadilan, kewajiban untuk menyimpan rahasia pasien

dapat gugur atas perintah hakim yang memimpin sidang (pasal 170

ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana).

c. Karena Perintah Jabatan (Pasal 51 KUHP)

15
Seorang tenaga kesehatan yang diperintahkan untuk membuka rahasia

pasien oleh atasannya yang berhak untuk itu, tidak dapat dipidana.

d. Karena Untuk Mendapatkan Santunan Asuransi

Seorang dokter wajib mengisi formulir yang diperlukan oleh pasien

atau keluarganya untuk mendapat santunan asuransi.

Dalam hal ini kewajiban untuk menyimpan rahasia kedokteran menjadi

gugur, karena berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja,

tanpa keterangan dari dokter yang merawat, maka santunan asuransi tenaga kerja

tidak akan dapat diberikan kepada yang bersangkutan.

Hal pembukaan rahasia kedokteran dipertegas kembali dalam Permenkes

RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 Bab IV Pasal 10 :

Ayat (2)

“Informasi tentang identitas, diagnosa, riwayat penyakit, riwayat

pemeriksaan, dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal :

a. Untuk kepentingan kesehatan pasien

b. Memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka

penegakkan hukum atas perintah pengadilan.

c. Permintaan dan atau persetujuan pasien sendiri

16
d. Permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-

undangan dan

e. Untuk kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis sepanjang

tidak menyebutkan identitas pasien.

Ayat (3)

“Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan

kesehatan”.

2.2.6 Prosedur Pelepasan Informasi Rekam Medis

Dalam memberikan dan memaparkan isi dokumen rekam medis milik

pasien kepada orang lain atau pihak tertentu, kita sebagai petugas rekam medis

harus mengetahui alur dan prosedur dalam memberikan dan memaparkan isi

berkas rekam medis milik pasien. Karena jika kita salah dalam memberikan dan

memaparkan isi berkas rekam medis rekam medis milik pasien, bisa-bisa kita

dapat dituntut kepengadilan oleh pihak pasien, karena pasien merasa rahasia

tentang penyakitnya dibongkar atau diketahui oleh orang lain/pihak lain. Untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan alangkah baiknya kita sebagai petugas

harus bisa mengantisipasi dengan cara membuatkan surat pernyataan (bisa dengan

materai) kepada pasien atau pihak lain tentang memberikan dan memaparkan isi

berkas rekam medis milik pasien.

Alur pemberian informasi rekam medis kepada pihak ke-3 (Asuransi,

pengadilan, dll) yaitu :

17
1. Harus adanya surat kuasa dari pasien

2. Pemegang kuasa harus menunjukkan identitas diri (sebagai karyawan

suatu perusahaan Asuransi atau petugas dari pengadilan)

3. Kemudian, harus memperoleh izin dari pimpinan sarana pelayanan

kesehatan setelah disetujui oleh Komite Medis dan unit rekam medis

Untuk pemberian dan pemaparan informasi dipengadilan, pihak rumah

sakit dapat memberikan salinan rekam medis dan bila diminta aslinya harus ada

permintaan secara tertulis dan ada tanda terima dari pengadilan. Bila ada keraguan

tentang isi rekam medis, maka pihak pengadilan dapat memerintahkan saksi ahli

untuk menanyakan arti dan maksud yang terkandung didalamnya.

Beberapa hal yang patut diperhatikan dalam proses dan prosedur pelepasan

informasi rekam medis (misalnya, saat memberikan salinan/fotocopy rekam

medis) menurut Indriadi, 2009 yaitu :

1. Semua permintaan fotocopy rekam medis harus tertulis dengan

menggunakan formulir “permintaan salinan rekam medis” yang

disediakan oleh rumah sakit. Sediakan formulir permintaan

fotocopy/salinan rekam medis untuk diisi dan ditanda-tangani oleh

pasien atau walinya yang sah (lampirkan surat kuasa dan bukti identitas

diri yang sah yang berlaku).

2. Pastikan bahwa peminta fotocopy rekam medis tersebut adalah memang

pasien yang berhak atas isi rekam medisnya.

18
3. Konsultasikan dan konfirmasikan permintaan tertulis ini kepada atasan

langsung anda untuk mendapatkan persetujuan atau penolakan.

4. Siapkan rekam medis yang akan difotocopy dan pastikan bahwa yang

difotocopy hanya sebatas yang dibutuhkan saja.

5. Fotocopy rekam medis selayaknya dilaksanakan didalam lingkup

rumah sakit dan hanya oleh petugas rekam medis yang berwenang.

Berkas rekam medis tidak boleh keluar dari rumah sakit.

6. Setelah difotocopy, cek dan pastikan bahwa seluruh lembaran rekam

medis tersebut tetap utuh dan urut sepertinya sebelumnya.

7. Cek dan pastikanlah bahwa setiap lembar hasil fotocopy pada kondisi

jelas dan terbaca, tidak ada bagian yang hilang/terlipat/tertutup dan

tidak ada kotoran yang menganggu pembacaan hasil fotocopy.

8. Bawa dan tunjukan berkas rekam medis asli dan hasil fotocopynya

kepada peminta.

9. Tunjukan lembaran-lembaran dari rekam medis asli beserta hasil

fotocopynya tersebut dan pastikan bahwa lembaran yang difotocopy

sudah sesuai dengan yang diminta dan sesuai dengan aslinya.

10. Setelah lembar copy dinyatakan sesuai dengan permintaan dan sesuai

dengan aslinya, maka masing-masing lembaran copyan tersebut

distempel sesuai dengan aslinya dan ditanda-tangani oleh petugas yang

berwenang.

19
11. Lembar copy rekam medis diserahkan kepada pasien /peminta

12. Pasien/peminta mengisi dan menandatangani bukti serah terima

salinan rekam medis. Dalam bukti ini hendaknya dicantumkan jumlah

lembar, jenis lembar/form, dan tercantum kalimat “telah saya periksa

isinya dan sesuai dengan aslinya”.

13. Rekam medis asli berikut bukti permintaan salinan dan bukti serah

terima salinan rekam medis disimpan kembali oleh petugas yang

berwenang.

Orang yang mengambil hasil copy-an rekam medis harus sama dengan

yang mengajukan permintaan salinan rekam medis, jika berbeda maka harus

dipastikan bahwa pengambil ini membawa surat kuasa atau bukti identitas diri

yang sah.

2.2.7 Ketentuan-Ketentuan Pelepasan Informasi

1. Setiap informasi yang bersifat medik yang dimiliki rumah sakit tidak

boleh disebarkan oleh pegawai rumah sakit itu, kecuali bila pimpinan

rumah sakit itu mengijinkan.

2. Rumah sakit tidak boleh dengan sehendaknya menggunakan rekam

medis dengan cara yang dapat membahayakan kepentingan pasien,

20
kecuali jika rumah sakit itu sendiri akan menggunakan rekam medis

tersebut bila perlu untuk melindungi dirinya atau mewakilinya.

3. Para asisten dan dokter yang bertanggungjawab boleh dengan bebas

berkonsultasi dengan bagian rekam medis dengan catatan yang ada

hubungan dengan pekerjaannya. Andai kata ada keragu-raguan dipihak

staf rekam medis maka persetujuan masuk ketempat rekam medis itu

boleh ditolak dan persoalannya hendaknya diserahkan kepada

keputusan pimpinan rumah sakit. Bagaimana pun salinan rekam medis

tidak boleh dibuat untuk tanpa persetujuan khusus dari kepala rekam

medis yang akan bermusyawarah dengan pimpinan rumah sakit jika ada

keragu-raguan. Tidak seorang pun boleh memberikan informasi lisan

atau tertulis kepada orang dilaur organisasi rumah sakit tanpa

persetujuan tertulis dari pihak pimpinan rumah sakit (perkeculian:

mengadakan diskusi mengenai kemajuan dari pada kasus dengan

keluarga atau wali pasien yang mempunyai kepentingan yang sah).

4. Dokter tidak boleh memberikan persetujuan kepada perusahaan

asuransi atau badan lain untuk memperoleh rekam medis.

5. Badan-badan sosial boleh mengetahui isi data sosial dari rekam medis,

apabila mempunyai alasan-alasan yang sah untuk memperoleh

informasi namun untuk data medisnya tetap diperlukan surat

persetujuan dari pasien yang bersangkutan.

6. Permohonan pasien untuk memperoleh informasi mengenai catatan

dirinya diserahkan kepada dokter yang bertugas merawatnya.

21
7. Permohonan secara lisan, permintaan informasi sebaiknya ditolak,

karena cara permintaan harus tertulis.

8. Informasi rekam medis hanya dikeluarkan dengan surat kuasa yang

ditanda-tangani dan diberi tanggal oleh pasien (walinya jika pasien

tersebut secara mental tidak kompeten), atau keluarga terdekat kecuali

jika ada ketentuan lain dalam peraturan. Surat kuasa hendaknya juga

ditanda-tangani dan diberi tanggal oleh orang yang mengeluarkan

rekam medis dan disimpan didalam berkas rekam medis tersebut.

9. Informasi didalam rekam medis boleh diperlihatkan kepada perwalian

rumah sakit yang sah untuk melindungi kepentingan rumah sakit dalam

hal-hal yang bersangkutan dengan pertanggung-jawaban.

10. Informasi boleh diberikan kepada rumah sakit lain, tanpa surat kuasa

yang ditanda-tangani oleh pasien berdasarkan permintaan dari rumah

sakit itu yang menerangkan bahwa si pasien sekarang dalam perawatan

mereka.

11. Dokter-dokter dari luar rumah sakit yang mencari keterangan

mengenai pasien pada suatu rumah sakit, harus memliki surat kuasa dari

pasien tersebut. Tidak boleh seorang beranggapan bahwa karena

pemohon seorang dokter ia seolah-olah lebih berhak untuk memperoleh

informasi dari pemohon yang bukan dokter. Rumah sakit dalam hal ini

akan berusaha memberikan segala pelayanan yang pantas kepada dokter

luar, tetapi selalu berusaha lebih memperhatikan pasien dan rumah

sakit.

22
12. Ketentuan ini tidak hanya berlaku bagi bagian rekam medis, tetapi

juga berlaku bagi semua orang yang menangani rekam medis di bagian

perawatan, bangsal-bangsal dan lain-lain.

13. Rekam medis yang asli tidak boleh dibawa keluar rumah sakut,

kecuali bila atas perintah pengadilan, dengan surat kuasa khusus tertulis

dari pimpinan rumah sakit.

14. Rekam medis tidak boleh diambil dari tempat penyimpanan untuk

dibawa kebagian lain rumah sakit, kecuali jika diperlukan untuk

transaksi dalam kegiatan rumah sakit itu. Apabila mungkin rekam

medis ini hendaknya diperiksa dibagian setiap waktu dapat dikeluarkan

bagi mereka yang memerlukan.

15. Dengan persetujuan pimpinan rumah sakit, pemakaian rekam medis

untuk keperluan riset diperbolehkan. Mereka yang bukan staf medis

rumah sakit, apabila ingin melakukan riset harus memperoleh

persetujuan tertulis dari pimpinan rumah sakit.

16. Bila suatu rekam medis diminta untuk dibawa ke pengadilan segala

ikhtisar hendaklah dilakukan supaya pengadilan menerima salinan foto

statik rekam medis yang dimaksud. Apabila hakim minta yang asli,

tanda terima harus diminta dan disimpan di folder sampai rekam medis

yang asli tersebut kembali.

17. Fakta bahwa seorang majikan telah membayar atau telah menyetujui

untuk membayar ongkos rumah sakit bagi seorang pegawainya, tidak

dapat dijadikan alasan bagi rumah sakit untuk memberikan informasi

23
medis pegawai tersebut kepada majikan tadi tanpa surat kuasa/

persetujuan tertulis dari pasien atau walinya yang sah.

18. Pegesahan untuk memberikan informasi hendaklah berisi indikasi

mengenai periode-periode perawatan tertentu. Surat kuasa/persetujuan

itu hanya berlaku untuk informasi yang termasuk dalam jangka

waktu/tanggal yang ditulis didalamnya.

2.2.8 Persetujuan Pelepasan Informasi Rekam Medis

Walaupun informasi yang terkandung dalam rekam medis dapat dibuka,

namun pelepasan informasi tersebut harus melalui persetujuan atau izin tertulis

dari pasien ataupun kuasa pasien itu sendiri. Ini dimaksudkan untuk melindungi

hak privasi pasien dan melindungi sarana pelayanan kesehatan dalam tindak

hukum perlindungan hak kerahasiaan informasi pasien.

Izin tertulis atau persetujuan pelepasan informasi medis ini harus

dilengkapi dengan tanda tangan pasien. Selanjutnya Huffman, 1994 menyebutkan

bahwa formulir pelepasan informasi setidaknya memutar unsur-unsur yang

meliputi :

a. Nama institusi yang akan membuka informasi.

b. Nama perorangan atau institusi yang akan menerima informasi.

c. Nama lengkap pasien, alamat terakhir dan tanggal lahir.

d. Maksud dibutuhkannya informasi.

24
e. Jenis informasi yang diinginkan termasuk tanggal pengobatan pasien.

Hati-hati perkataan “apapun dan semua” jenis informasi tidak

dibenarkan.

f. Tanggal yang tepat, kejadian, kondisi hingga batas waktu izin yang

ditetapkan, kecuali dicabut sebelumnya.

g. Pernyataan bahwa izin dapat diacabut dan tidak berlaku bagi masa

lampau maupun mendatang.

h. Tanggal izin ditanda-tangani. Tanggal tanda-tangan harus sebelum

tanggal membuka informasi.

i. Tanda tangan pasien/kuasa

Jika anak termasuk kategori telah dewasa/mandiri maka membuka

informasi harus berdasarkan izin anak.

Kemudian WHO dalam Medical Record Manual menjelaskan apabila

suatu permintaan dibuat untuk pelepasan informasi, permintaan tersebut harus

mengandung hal-hal sebagai berikut :

1. Nama lengkap pasien, alamat dan tanggal lahir

2. Nama orang atau lembaga yang akan meminta informasi

3. Tujuan dan kebutuhan informasi yang diminta

4. Tingkat dan sifat informasi yang akan dikeluarkan, termasuk tanggal

keluar informasi

25
5. Ditanda-tangani oleh pasien atau wakilnya yang sah (misalnya, orang

tua atau anak).

Berikut ini adalah contoh formulir pelepasan informasi berkas rekam

medis sebagai berikut :

Persetujuan Pelepasan Informasi Medis


(Meng-Copy Dokumen Rekam Medis)

Yang bertanda-tangan dibawah ini :


Nama : ................................................................................................
Umur : ................................................................................................
Alamat : ...............................................................................................
Hubungan dengan pasien : .......................................................................
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah meminjam dokumen rekam medis untuk
di “Foto Copy” baik seluruhnya/ sebagian atas nama ;
Nama pasien : .................................................................................................
Umur : .................................................................................................
Jenis kelamin : .................................................................................................
Alamat : .................................................................................................
No. RM : .................................................................................................

26
Jika nantinya tejadi kebocoran informasi dengan isi dokumen rekam medis milik
pasien yang bersangkutan, maka itu diluar tanggung jawab kami sebagai petugas
rekam medis di RS. XX...

Medan, Mei 2009


Petugas RM Peminjam

(.........................................) (................................)

Saksi 1 Saksi 2

(.........................................) (................................)

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah kerangka yang menghubungkan antara konsep

satu dengan yang lainnya (Hatta, 2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi Kriteria Pengetahuan Petugas


Pengetahuan Petugas Rekam Medis Rekam Medis dalam Pelepasan
dalam Pelepasan Informasi Berkas Informasi Berkas Rekam Medis
Rekam Medis yaitu : yaitu :

1. Pendidikan 1. Baik

2. Umur 2. Cukup

3. Lama Kerja 3. Kurang

27
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Pengaruh

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005).

Jenis penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran pengetahuan petugas

rekam medis dalam pepelepasan informasi berkas rekam medis di RSU Imelda

Pekerja Indonesia Medan Tahun 2105.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juni 2015.

3.2.2 Tempat Penelitian

28
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja

Indonesia Medan di ruangan rekam medis. Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia

Medan adalah suatu rumah sakit swasta tipe B berskala besar yang memiliki

fasilitas pelayanan yang lengkap seperti fasilitas untuk pelaksanaan rekam medis.

Awal berdirinya Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia dimulai

dari Klinik Bersalin yang terletak di Jl. Bilal No. 48 Medan dan didirikan oleh

Yayasan Imelda. Pada tahun 1982 seiring bertambahnya pasien bersalin dan

berobat umum, pihak yayasan memperluas lahan dan pindah lokasi di Jl. Bilal No.

52 Medan serta mendapat izin sementara sebagai Rumah Sakit Umum Imelda.

Pada tahun 1997 perpanjangan izin penyelenggara rumah sakit,

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. Ym.02.04.3.5.5504 pada

tanggal 15 Desember 1997. Pada tahun 2002 perpanjangan izin penyelenggara

rumah sakit berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. Ym.02.04.2.2.864

pada tanggal 04 Maret 2003.

Pada tahun 2004 RSU Imelda berubah nama menjadi RSU Imelda Pekerja

Indonesia tepatnya pada tanggal 24 Mei 2004. Pada tahun 2008 RSU Imelda

Pekerja Indonesia menerima Sertifakat Akreditasi Penuh Tingkat Dasar dari

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia pada tanggal 06 februari 2004.

Pada tahun 2009 keluarlah Keputusan Menteri Republik Indonesia No.

822/MENKES/SK/IX/2009 tentang Penetapan RSU Imelda Pekerja Indonesia

sebagai Rumah Sakit Kelas “B”. Pada tahun 2008 izin tetap RSU Imelda Pekerja

Indonesia saat ini adalah dari Departemen Kesehatan RI No. 07/06/III/522/08.

29
Adapun visi RSU Imelda Pekerja Indonesia sebagai pusat pelayanan dan

pendidikan kesehatan kepada masyarakat pekerja, pengusaha dan umum serta

menjadi rumah sakit rujukan regional dan nasional.

Guna mewujudkan visi tersebut ditempuh dengan menetapkan misi dari

RSU Imelda Pekerja Indonesia adalah :

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja, pengusaha dan

umum demi tercapainya produktivitas kerja yang tinggi melalui upaya

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatitive.

2. Mengembangkan sarana pendidikan kesehatan termasuk bidang

kesehatan kerja (Accupational Medikine).

3. Berperan aktif mengkampanyekan kesehatan kerja kepada para pekerja

dan pengusaha.

4. Meningkatkan kinerja manajemen RSU Imelda Pekerja Indonesia

sesuai dengan standar peraturan Pemerintah, kebijakan manajemen dan

kebutuhan pasien.

5. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia RSU Imelda Pekerja

Indonesia melalui pendidikan dan pelatihan.

6. Meningkatkan pengenalan dan informasi kepada masyarakat luas

bahwa RSU Imelda Pekerja Indonesia siap menerima dan memberikan

pelayanan yang prima.

30
Adapun Falsafah dari RSU Imelda Pekerja Indonesia adalah mengutamkan

kepuasan pelanggan secara utuh. Selain itu, motto dari Rumah Sakit Umum

Imelda Pekerja Indonesia adalah “Memberikan pelayanan prima”.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas rekam medis dalam

pelepasan informasi berkas rekam medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia Tahun

2015.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian atau yang mewakili dari populasi yang diteliti

yaitu sebanyak 31 orang dengan menggunakan tehnik total populasi yaitu total

sampling (seluruh populasi dijadikan sampel) (Arikunto,2002).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam

penelitian. Data yang terkumpul akan digunakan sebagai analisis yang telah

dirumuskan. Oleh karena itu pengumpulan data harus dilakukan dengan

sistematis, terarah dan sesuai dengan masalah penelitian. Data primer diperoleh

secara langsung dari petugas rekam medis yang melepaskan informasi berkas

rekam medis dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun dan mengacu

pada variabel yang diteliti.

31
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional

a. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah pendidikan, usia dan lama kerja.

b. Defenisi Operasional

a. Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang, makin tinggi tingkat

pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga

lebih banyak pula pengetahuan yang didapatkan.

Kategori Pendidikan :
1. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
2. Sekolah Menengah Atas (SMA)
3. D-III (Diploma)
4. D-IV
5. > S-1 (Sarjana)

b. Umur

Umur adalah lamanya seseorang hidup di hitung dari tahun lahirnya

sampai dengan ulang tahunnya yang terakhir.


Kategori Umur :
1. < 20 Tahun
2. 21 - 35 Tahun
3. > 36 Tahun

c. Lama Kerja

Lama kerja adalah jumlah waktu kerja yang ditempuh oleh petugas

saat bekerja dalam kurun waktu tertentu.

Kategori Lama Kerja :

1. < 4 Tahun

32
2. 5-9 Tahun

3. 10-14 Tahun

4. > 15 Tahun

3.6 Teknik Pengukuran Data

Teknik pengukuran pada setiap variabel adalah dengan mengajukan 24

pernyataan dengan menggunakan skala ordinal. Skala ordinal adalah pengukuran

dimana skala yang dipergunakan disusun berdasarkan ata jenjang dalam atribut

tertentu sehingga penyusunannya disusun secara terurut dari nilai terendah sampai

yang tertinggi menurut ciri tertentu. (Nasir, 2011).

Rumus Range = (Skor maksimal – Skor minimal)= 24 - 0 = 24

Rumus Interval = range = 24 = 8


Kelas 3

Menurut Budiarto, (2007), Aspek Pengukuran data dilakukan terhadap

tingkat pengetahuan berdasarkan pada jawaban responden pada semua pernyataan

pengetahuan yang diberikan. Aspek pengukuran di lakukan dengan cara sebagai

berikut :

1. Skor jawaban yang benar diberi nilai 1

2. Skor jawaban yang salah di beri nilai 0

Persentase untuk menghitung skor dari setiap pengetahuan responden

dalam persentase digunakan :

33
Rumus:

Jumlah Jawaban yang benar


S= X 100 %
Jumlah soal

Setelah mendapat data dari perhitungan melalui rumus diatas, nilai-nilai

tersebut akan dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu :

a) Baik, apabila responden mendapat skor nilai 71-100% dan responden

dapat menjawab pernyataan sebanyak 17-24 pernyataan.

b) Cukup, apabila responden mendapat skor nilai 37-67% dan responden

dapat menjawab pernyatan sebanyak 9-16 soal pernyataan.

c) Kurang, apabila responden mendapat skor <33% dan responden dapat

menjawab pernyataan sebanyak 0-8 pernyataan.

3.7 Teknik Analisa Data

3.7.1 Pengolahan Data

a. Editing adalah memeriksa kuesioner yang telah masuk, apakah semua

pertanyaan dapat diisi oleh responden.

b. Cooding adalah memberikan kode atau langkah-langkah terhadap

kuesioner.

c. Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan peneliti dengan pengorganisasian

34
sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun, ditata

untuk disajikan dan dianalisis.

d. Data Entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian terhadap 31 responden dengan judul

“Tinjauan Pengetahuan Petugas Rekam Medis dalam Pelepasan Informasi Berkas

Rekam Medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia Tahun 2015”. Maka diperoleh

hasil distribusi seperti dibawah ini :

4.1.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Petugas Rekam Medis dalam

Pelepasan Informasi Berkas Rekam Medis

Tabel 4.1.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Petugas Rekam Medis
dalam Pelepasan Informasi Berkas Rekam Medis
Di RSU IPI Medan Tahun 2015

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 5 16.1

2 Cukup 10 32.3

3 Kurang 16 51.6

Total 31 100

35
Dari tabel 4.1.1 di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden

yang berpengetahuan kurang sebanyak 16 orang (51.6%) dan minoritas yang

berpengetahuan cukup sebanyak 10 orang (32.3%).

4.1.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan


Pendidikan

Tabel 4.1.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Petugas Rekam Medis dalam Pelepasan
Informasi Berkas Rekam Medis Berdasarkan Pendidikan
di RSU IPI Medan Tahun 2015

Pengetahuan
Jumlah
No Pendidikan Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

1 SMP - - - - - - - -

2 SMA 1 3.2 3 9.7 5 16.1 9 29.0

3 D-III 4 12.9 5 16.1 9 29.0 18 58.1

4 D-IV - - 1 3.23 1 3.23 2 6.5

5 > S-1 - - 1 3.23 1 3.23 2 6.5

Total 5 16.1 10 32.3 16 51.6 31 100

Dari tabel 4.1.2 di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas petugas

berpengetahuan kurang pada jenjang pendidikan D-III sebanyak 9 orang (29.0%),

dan minoritas petugas berpengetahuan kurang pada jenjang pendidikan D-IV

sebanyak 1 orang (3.23%) dan juga pada jenjang pendidikan > S-1 sebanyak 1

orang (3.23%).

36
4.1.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1.3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Petugas Rekam Medis dalam Pelepasan
Informasi Berkas Rekam Medis Berdasarkan Umur
di RSU IPI Medan Tahun 2015

Pengetahuan
Jumlah
No Umur Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

1 < 20 Tahun 3 9.7 4 12.9 10 32.3 17 54.8

2 21-35 Tahun 2 6.4 6 19.4 6 19.3 14 45.2

3 > 36 Tahun - - - - - - - -

Total 5 16.1 10 32.3 16 51.6 31 100

Dari tabel 4.1.3 di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas petugas

berpengetahuan kurang pada umur < 20 tahun sebanyak 10 orang (32.3%), dan

minoritas petugas berpengetahuan kurang pada umur 21-35 tahun sebanyak 6

orang (19.3%).

37
4.1.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Lama
Kerja

Tabel 4.1.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Petugas Rekam Medis dalam Pelepasan
Informasi Berkas Rekam Medis Berdasarkan Lama Kerja
di RSU IPI Medan Tahun 2015

Pengetahuan
Jumlah
No Lama Kerja Baik Cukup Kurang

F % F % F % F %

1 < 4 Tahun 5 16.1 7 22.6 15 48.4 27 87.1

2 5-9 Tahun - - 3 9.7 1 3.2 4 12.9

3 10-14 Tahun - - - - - - - -

4 > 15 Tahun - - - - - - - -

5 16.1 10 32.3 16 51.6 31 100


Total

Dari tabel 4.1.4 di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas petugas

berpengetahuan kurang pada lama kerjanya < 4 tahun sebanyak 15 orang (48.4%),

dan minoritas petugas berpengetahuan kurang pada lama kerjanya 21-35 tahun

sebanyak 1 orang (3.2%).

38
4.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian dengan judul Tinjauan Petugas Rekam Medis dalam

Pelepasan Informasi Berkas Rekam Medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia

Medan Tahun 20115, maka pembahasan sebagai berikut :

4.2.1 Pengetahuan Petugas Rekam Medis dalam Pelepasan Informasi

Berkas Rekam Medis

Dari hasil penelitian ini pengetahuan petugas rekam medis dapat

disimpulkan bahwa mayoritas responden yang berpengetahuan kurang sebanyak

16 orang (51.6%) dan minoritas yang berpengetahuan cukup sebanyak 10 orang

(32.3%).

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai sesuatu.

Lebih jelasnya, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

raba dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yg sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.

Menurut asumsi peneliti bahwa responden pada umumnya berpengetahuan

baik yakni disebabkan karena peran dan fungsi penginderaan dimana seseorang

39
dapat mencapai atau menerima stimulus dari suatu objek tertentu, dari yang tidak

tahu menjadi tahu atau muncul pengetahuan baru dari suatu objek.

4.2.2 Pengetahuan Responden Berdasarkan Pendidikan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas petugas

berpengetahuan kurang pada jenjang pendidikan D-III sebanyak 9 orang (29.0%),

dan minoritas petugas berpengetahuan kurang pada jenjang pendidikan D-IV

sebanyak 1 orang (3.23%) dan juga pada jenjang pendidikan > S-1 sebanyak 1

orang (3.23%).

Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan, perkembangan dan

perubahan ke arah yang yang lebih dewasa, lebih matang pada diri individu,

kelompok, keluarga, maupun masyarakat.

Menurut asumsi peneliti bahwa hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan, dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin

tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang yang memilki pendidikan tinggi

biasanya lebih banyak memperoleh informasi, bimbingan dan arahan dari sraf

pengajar dan dosen yang bermutu.

40
4.2.3 Pengetahuan Responden Berdasarkan Umur

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas petugas

berpengetahuan kurang pada umur < 20 tahun sebanyak 10 orang (32.3%), dan

minoritas petugas berpengetahuan kurang pada umur 21-35 tahun sebanyak 6

orang (19.3%).

Umur adalah lamanya hidup umur seseorang dihitung semenjak lahir

sampai sekarang. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir maupun bekerja. Dengan

bertambahnya umur seseorang maka kematangan dalam berpikir semakin baik

sehingga akan termotivasi untuk mengetahui pelepasan informasi berkas rekam

medis.

Menurut asumsi peneliti bahwa umur sangat mempengaruhi pengetahuan,

semakin tua umur maka semakin banyak informasi yang didapatkan, dimana umur

petugas rekam medis akan mempengaruhi pengalaman khususnya dalam

Pelepasan Informasi Berkas Rekam Medis. Semakin bertambah umur, maka

semakin banyak pengalaman. Dimana pengalaman itu merupakan sumber

pengetahuan atau pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dan pengetahuan ini akan mendasari perilaku seseorang

tentang pelepasan informasi berkas rekam medis.

41
4.2.4 Pengetahuan Responden Berdasarkan Lama Kerja

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas petugas

berpengetahuan kurang pada lama kerjanya < 4 tahun sebanyak 15 orang (48.4%),

dan minoritas petugas berpengetahuan kurang pada lama kerjanya 21-35 tahun

sebanyak 1 orang (3.2%).

Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman sebagai sumber pengetahuan

adalah cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang hadapi di

masa lalu.

Menurut asumsi peneliti bahwa lama bekerja dapat mempengaruhi

pengetahuan petugas rekam medis. Oleh karena itu seseorang yang mempunyai

pengalaman kerja adalah seseorang yang mempunyai kemampuan jasmani,

memiliki pengetahuan, dan keterampilan untuk bekerja serta tidak akan

membahayakan bagi dirinya dalam bekerja. Semakin lama petugas bekerja maka

semakin bagus pula dalam melaksanakan tugasnya. Karena dilihat dari

pengalaman dalam bekerja yang sudah ada.

42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian terhadap Tinjauan Pengetahuan Petugas Rekam Medis

dalam Pelepasan Informasi Berkas Rekam Medis di RSU Imelda Pekerja

Indonesia Medan Tahun 2015 sebanyak 31 responden, maka diambil kesimpulan

bahwa sebagai berikut :

1. Berdasarkan pengetahuan petugas rekam medis dalam pelepasan informasi

berkas rekam medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan Tahun 2015

mayoritas responden berpengetahuan kurang sebanyak 16 orang (51.6%)

dan minoritas yang berpengetahuan cukup sebanyak 10 orang (32.3%) dan

yang berpengetahuan baik sebanyak 5 orang (16.1%).

2. Berdasarkan pendidikan, pengetahuan petugas rekam medis dalam

pelepasan informasi berkas rekam medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia

Medan Tahun 2015 mayoritas petugas berpengetahuan kurang pada

jenjang pendidikan D-III sebanyak 9 orang (29.0%), dan minoritas petugas

berpengetahuan kurang pada jenjang pendidikan D-IV sebanyak 1 orang

(3.23%) dan juga pada jenjang pendidikan > S-1 sebanyak 1 orang

(3.23%).

43
3. Berdasarkan umur, pengetahuan petugas rekam medis dalam pelepasan

informasi berkas rekam medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan

Tahun 2015 mayoritas petugas berpengetahuan kurang pada umur < 20

tahun sebanyak 10 orang (32.3%), dan minoritas petugas berpengetahuan

kurang pada umur 21-35 tahun sebanyak 6 orang (19.3%).

4. Berdasarkan lama kerja, pengetahuan petugas rekam medis dalam

pelepasan informasi berkas rekam medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia

Medan Tahun 2015 mayoritas petugas berpengetahuan kurang pada lama

kerjanya < 4 tahun sebanyak 15 orang (48.4%), dan minoritas petugas

berpengetahuan kurang pada lama kerjanya 21-35 tahun sebanyak 1 orang

(3.2%).

5. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil 5 orang responden

berpengetahuan baik, yaitu berdasarkan pendidikan, 4 orang diantaranya

berpendidikan D-III. Berdasarkan umur, 3 orang diantaranya berumur < 20

tahun. Berdasarkan lama kerja, 5 orang diantaranya lama bekerjanya <4

tahun. Hal ini memperkuat asumsi peneliti bahwa pendidikan, umur dan

lama kerja dapat mempengaruhi pengetahuan petugas rekam medis dalam

pelepasan informasi berkas rekam medis.

5.2 Saran

1. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan kepada RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan lebih

meningkatkan dukungan petugas melalui penetapan kebijakan-kebijakan

dalam mengatur kegiatan rumah sakit. Dengan cara penetapan prosedur

44
kerja yang jelas, sarana yang memadai dan sebagainya sehingga petugas

kesehatan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk menambah informasi yang dapat dijadikan sebagai suatu

referensi atau bahan masukan untuk penelitian yang akan datang.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat mengevaluasi pemahaman dan kemampuan dari mata

kuliah yang disampaikan oleh dosen pengajar terutama dalam pelepasan

informasi berkas rekam medis.

4. Bagi Perpustakaan

Diharapkan dapat menambah bahan sumber informasi yang dapat

dimanfaatkan untuk proses belajar mengajar khususnya menambah

wawasan mahasiswa di APIKES Imelda serta referensi penelitian yang

akan datang.

5. Bagi Petugas Rekam Medis

Diharapkan perlu adanya peningkatan pengetahuan petugas rekam medis

melalui peningkatan frekuensi pelatihan dan bimbingan teknis terhadap

uraian tugas dan kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam pelepasan

informasi berkas rekam medis di RSU Imelda Pekerja Indonesia Medan.

45
DAFTAR PUSTAKA

Rustiyanto, Ery. 2009. Etika Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
DepKes RI. 1997. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis Rumah `
Sakit. Dirjen Yanmed. Jakarrta
DepKes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis
Rumah Sakit di Indonesia Revisi II. Dirjen Yanmed. Jakarta
Hatta, Gemala. 2012. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan dan Sarana
Pelayanan Kesehatan. Universitas Indonesia. Jakarta
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. Mitra Cindekia
Ummul, F. Sunny 2008. Rekam Medik dalam Sorotan Hukum dan Etika . Jakarta:
Penerbit Universitas Sebelas Maret Press
Mathis dan Jacson. 2002. Kinerja Petugas. Jakarta : Rhineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2003. Tingkat Pengetahuan. Jakarta : Rhineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta :
Rhineka Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 269/MENKES/
PER/III/ 2008 Tentang Rekam Medis
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga
Kesehatan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 10 Tahun 1966 Tentang Wajib
Simpan Rahasia Kedokteran.
Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta
Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta
M.Thalal dan Hiswanil. Aspek Hukum dalam Pelayanan Kesehatan. Adminstrasi
Fakultas Tehnik USU. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU.
Guwandi, J. 2007. Hukum Medik ( Medical law). Penerbit : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

46
47

Anda mungkin juga menyukai