Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

KEJADIAN KEHILANGAN BERKAS REKAM MEDIS DAN


DUPLIKASI FILE REKAM MEDIS (MISFILE) SEBAGAI PEMICU
KETIDAKSINAMBUNGAN DATA REKAM MEDIS
DI UPTD PUSKESMAS KLUNGKUNG I

KELOMPOK II

1. YULIARTINI (21120706014)
2. GEDE PREDANGGA (21120706017)
3. PUTU AGUS SUKMA KARISMA (21120706007)
4. KADEK NANIK KENCANA (21120706009)
5. NI LUH SUCIARINI (21120706053)
6. GEDE AGUS WIRA PRATAMA (21120706074)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DHYANA PURA BALI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Pertama – tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

mana atas karunia-Nya pembuatan makalah Rekam Medis dan Informasi Kesehatan ini selesai

tepat pada waktunya. Tugas dalam makalah ini dibuat untuk memberi penjelasan tentang

Kejadian Kehilangan Berkas Rekam Medis dan Terjadinya Duplikat File Rekam Medis di UPTD

Puskesmas Klungkung I. Tujuan Pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Rekam

medis dan Informasi Kesehatan.

Kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam pembuatan makalah ini. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada

teman – teman yang ikut membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kami sadar makalah ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan demi kesempurnaan makalah ini. Kami

mengucapkan terima kasih .

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1

A. Latar Belakang………………………………………………………………………...1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..2

C. Tujuan…………………………………………………………………………………2

D. Manfaat………………………………………………………………………………..3

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….4

A. Faktor Man……………………………………………..……………………………...4

B. Faktor Method ( Metoda atau Cara )……………………………...……………………

C. Faktor Mechine ( Sarana dan Prasarana )……………………………………………..7

D. Faktor Materiel……………………..……………………………………………… ..10

E. Faktor Money ( Uang )…………………………………………..

…………………...10

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………………..…11

A. Kesimpulan………………………………………………………………………......11

B. Saran………………………………………………………………………………....11

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) seperti saat ini, puskesmas
berperan penting sebagai penanggung jawab penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
tahun 2014 tentang Puskesmas, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Upaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas haruslah
berkualitas dan bermutu. Untuk menunjang pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
bermutu, puskesmas wajib menyelenggarakan rekam medis. Menurut Permenkes No. 269
tahun 2008, yang dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Dalam hal pengelolaan Rekam Medis salah satu yang dilaksanakan adalah bagian
penyimpanan (Filing). Bagian penyimpanan bertujuan untuk menyimpan dokumen rekam
medis pasien baik pasien Rawat Inap, Rawat Jalan, maupun Gawat Darurat sehingga data
yang tersimpan dalam dokumen rekam medis dapat terjaga kerahasiaannya. Selain itu
tujuan filing adalah tersedianya dokumen rekam medis dengan cepat dan tepat ketika
dibutuhkan. Akan tetapi apabila sistem penyimpanan berkas rekam medis tidak
dilaksanakan dengan baik tentu saja akan menimbulkan masalah. Masalah yang sering
terjadi di bagian penyimpanan adalah kesalahan letak (Misfile) berkas rekam medis saat
mengembalikannya ke rak penyimpanan. Misfile dapat mengakibatkan berkas rekam
medis sulit ditemukan sehingga pencarian berkas rekam medis membutuhkan waktu lebih
lama, bahkan berkas rekam medis pasien dapat hilang karena tidak dapat ditemukan. Hal
ini menyebabkan pasien harus dibuatkan berkas rekam medis baru yang tentu saja
didalam nya tidak terdapat riwayat kesehatan pasien. Apabila seorang pasien lama

1
dibuatkan dokumen baru maka riwayat pemeriksaat pasien menjadi tidak
berkesinambungan.
Banyaknya kejadian misfile pada saat pelayanan rawat jalan berlangsung di
Puskesmas Klungkung I. Tingkat kejadian misfile dalam sebulan di bulan Oktober terjadi
4 berkas rekam medis tidak ditemukan . Dari penjelasan petugas apabila berkas rekam
medis pasien tidak ditemukan, maka pasien akan dibuatkan berkas rekam medis baru atau
duplikasi berkas dari seluruh berkas rekam medis yang digunakan pada pelayanan rawat
jalan. Hal tersebut mengakibatkan data pada berkas rekam medis pasien tidak
berkesinambungan. Oleh karena itu kami kelompok II Mata kuliah Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan tertarik menulis makalah yang berjudul Kejadian berkas Rekam
Medis hilang (misfile) dan terjadinya duplikat file Rekam Medis Sebagai Pemicu
Ketidaksinambungan Data Rekam Medis di Puskesmas Klungkung 1.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang yang telah dijelaskan, dapat dirumuskan masalah
oleh kelompok II yaitu Kejadian berkas Rekam Medis hilang (misfile) dan terjadinya
duplikat file Rekam Medis Sebagai Pemicu Ketidaksinambungan Data Rekam Medis di
UPTD Puskesmas Klungkung 1.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menjelaskan kejadian misfile dan duplikasi berkas rekam
medis pada bagian filing UPTD Puskesmas Klungkung I.
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi penyebab kejadian misfile dan duplikasi berkas rekam medis pada
bagian filing UPTD Puskesmas Klungkung I.

2
D. Manfaat
1. Bagi Petugas
Dapat menjadi masukan dan tambahan pengetahuan bagi Petugas Penyimpanan
UPTD Puskesmas Klungkung I dalam proses penyimpanan dan retrieval berkas
rekam medis sehingga kejadian misfile dapat dicegah.
2. Bagi Kelompok II
Dapat menjadi tambahan pengetahuan dan wawasan dengan mengetahui
permasalahan yang diteliti dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh.

3
BAB II

PEMBAHASAN

Misfile adalah kesalahan penempatan rekam medis, salah dalam penyimpanan rekam
medis, ataupun tidak ditemukannya berkas rekam medis di rak penyimpanan (Sirait, 2017). Dari
hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan pada petugas rekam medis di UPTD.
Puskesmas Klungkung 1, kejadian misfile masih sering terjadi. Tercatat kejadian misfile pada
bulan Oktober 2021 sebanyak 4 (empat) berkas rekam medis. Dari kejadian tersebut dapat
ditemukan faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab misfile di UPTD. Puskesmas Klungkung
1 adalah sebagai berikut :

A. Faktor Man (Manusia)

Faktor manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam system manajemen.
Pengelolaan rekam medis tak bisa terlepas dari factor manusia. Dalam pengelolaan rekam
medis faktor manusia, yaitu yaitu petugas filing rawat jalan, memegang peranan penting
karena langsung berkaitan dengan pelaksanaan penyimpanan dan pengambilan kembali
rekam medis rawat jalan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi faktor manusia dalam
pengelolaan rekam medis, yaitu:

1. Pendidikan

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui pendidikan
dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan (Permenkes nomor 10 tahun 2018). Perekam Medis adalah seseorang
yang telah lulus pendidikan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan (Permenkes nomor 55 tahun 2013).

Pendidikan petugas rekam medis mempunyai pengaruh yang cukup besar.


Menurut Permenkes petugas rekam medis dengan tingkat pendidikan minimal DIII
Rekam Medis dan Informasi (M. Kesehatan, n.d.). Petugas dengan tingkat pendidikan
yang sesuai standar dan memliki kompetensi dapat dengan cepat melakukan pencarian

4
dan pengembalian berkas rekam medis. Umumnya bahwa semakin tinggi pendidikan
yang dimiliki akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan (Simanjuntak & Sirait,
2018). Hal tersebut terjadi karena para petugas sudah mendapatkan pengetahuan dan
pendidikan tentang rekam medis selama menempuh pendidikan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, petugas rekam medis di UPTD.


Puskesmas Klungkung 1, terdiri dari 5 (lima) orang. Dengan tingkat Pendidikan, 2 (dua)
orang petugas berpendidikan SMA, 1 (satu) petugas berpendidikan DI, 1 (satu) orang
petugas berpendidikan DII dan 1 (satu) petugas berbendidikan sarjana. Semua petugas
tidak ada yang berlatar belakang pendidikan rekam medis. Oleh sebab itu sangat
disarankan petugas memiliki tingkat pendidikan minimal DIII rekam medis dan
informasi kesehatan.

2. Umur

Daya tangkap dan pola pikir seseorang sangat dipengaruhi oleh usia. Rentang umur
tenaga kerja di Indonesia yaitu 20-60 tahun. Tenaga kerja yang usianya sudah lanjut
kemampuan dalam beradaptasinya menurun karena adanya penurunan fungsi organ.
Umur dapat mempengaruhi produktivitas kerja (Kumbadewi, Suwendra, & Susila,
2016). Usia petugas rekam medis turut berperan dalam kualitas pengelolaan rekam
medis. Usia yang sudah tidak produktif dengan beban kerja yang bertambah akan
menimbulkan kelelahan dan penurunan konsentrasi sehingga rentan untuk melakukan
kesalahan dalam pencarian ataupun penyimpanan berkas rekam medis. Untuk
mengatasinya, petugas dengan usia tidak produktif dapat dibantu dengan petugas yang
masih berusia produktif dalam melaksanakan tugasnya.

3. Masa Kerja

Masa kerja dapat didefinisikan sebagai jumlah waktu seorang tenaga kerja untuk
bekerja pada sebuah perusahan atau instansi. Petugas yang mempunyai pengalaman
yang lebih lama akan mempunyai keterampilan yang lebih tinggi (Sulaeman, n.d.). Oleh
sebab itu, petugas rekam medis dengan pengalaman kerja yang lebih lama akan
cenderung lebih sedikit melakukan kesalahan dalam pengambilan atau penyimpanan
berkas rekam medis bila dibandingkan dengan petugas baru dengan pengalaman bekerja

5
yang lebih sedikit. Oleh karena itu, setiap petugas rekam medis baru harus mendapat
orientasi terlebih dahulu dan didampingi oleh petugas dengan pengalaman kerja lebih
lama.

4. Pelatihan dan ketelitian petugas

Idealnya, petugas rekam medis yang kompeten harus memiliki sertifikat pelatihan
rekam medis, namun kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya. Di UPTD
Puskesmas Klungkung I, hanya dua dari lima orang petugas yang memiliki sertifikat,
sementara tiga orang lainnya belum mengikuti petatihan. Hal ini sangat mempengaruhi
tingkat kejadian misfile rekam medis, karena kurangnya pemahaman petugas rekam
medis.

Ketelitian petugas saat mengambil berkas rekam medis dan saat mengembalikan
berkas rekam medis juga sangat penting. Kejadian misfile rekam medis sering kali
disebabkan karena salah letak berkas rekam medis. Hal ini terjadi karena banyaknya
rekam medis yang harus diambil dan disimpan setiap hari. Kesalahan letak juga sering
terjadi terjadi  karena “human eror” dalam penulisan nomor dokumen rekam medis
dimana petugas sulit membedakan kemiripan bentuk angka yang ditulis tangan misalnya
1 dengan 7, 0 dengan 6 dan sebagainya. Ketidaktelitian ini meningkatkan kejadian
kesalahan pengambilan berkas sehingga pencatatan berkas masuk dan keluar tidak
sesuai.

B. Faktor Method (Metode atau Cara)

Semua kegiatan dalam pelayanan kesehatan memiliki suatu pedoman yang disebut
Standar Operasional Prosedur (SOP). SOP adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah
yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu. Tenaga kesehatan di
puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar operasional prodedur (Permenkes nomor 75
tahun 2014). Penyebab terjadinya misfile di bagian penyimpanan berkas rekam medis adalah
ketidaksesuaian proses kerja yang dilakukan petugas rekam medis dengan SOP yang telah
dibuat.

UPTD. Puskesmas Klungkung 1 sudah memiliki SOP yang mengatur tentang tata cara
pengambilan dan pengembalian rekam medis, akan tetapi masih ada petugas yang bekerja

6
tidak sesuai dengan SOP yang berlaku. Hal tersebut dikarenakan petugas mempunyai
pemikiran bahwa dengan melakukan pekerjaan sesuai SOP maka akan membuat waktu
pekerjaan petugas semakin lama. Petugas juga kurang menyadari bahwa dengan adanya SOP
maka pekerjaan petugas akan semakin mudah. Oleh karena itu setiap petugas diwajibkan
menjalankan SOP yang sudah ditetapkan.

UPTD Puskesmas Klungkung 1 menggunakan sistem penjajaran berdasarkan nomor


langsung (Straight  Numerical Filing). Sistem penjajaran nomor langsung yaitu suatu sistem
filling dokumen rekam medis dengan mensejajarkan berkas dokumen rekam medis
berdasarkan urutan langsung nomor rekam medisnya pada rak penyimpanan. Sistem ini
memberikan kemudahan pada cara penyimpanan bagi petugas karena sangat mudah dalam
pengambilan sejumlah No. Rekam Medis dengan nomor yang berurutan pada saat diambil
sehingga petugas mudah mengerti dan melaksanakannya. Akan tetapi sistem ini juga
memiliki beberapa kekurangan diantaranya:

 Persebaran berkas yang tidak merata, sehingga lebih berpotensi menyebabkan petugas
akan berhimpitan ketika mengambil berkas rekam medis di areal yang sama;
 Perlu konsentrasi petugas yang sangat tinggi, karena harus memperhatikan seluruh angka
dari No Rekam Medis untuk menghindari tertukarnya angka-angka.

Petugas harus melihat digit nomor rekam medis secara keseluruhan sehingga
menyebabkan kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam pengambilan dan pengembalian
berkas rekam medis. Pada sistem ini, pasien mendapat satu nomor rekam medis saat pertama
kali berkunjung dan satu nomor rekam medis digunakan untuk satu keluarga kemudian
ditambahkan dua digit di belakang nomor keluarga untuk menunjukkan urutan keluarga,
kemudian mengurutkan rekam medis dari nomor kecil ke besar.

C. Faktor Machine (Sarana dan Prasarana)

Sarana dan prasarana adalah teknologi yang digunakan untuk membantu dalam
pengoperasian pekerjaan. Peralatan yang memadai diperlukan untuk mencapai tujuan
dalam penyimpanan dan pengambilan kembali rekam medis rawat jalan.

7
Sarana dan prasarana yang ada di bagian filing (Rustiyanto, 2011), antara lain :

1. Rak sortir
Rak sortir adalah suatu rak yang untuk memisahkan rekam medis yang diterima dari
unit lain untuk kemudian diproses, dikirim atau disimpan ke dalam tiap yang sesuai.
Tujuannya adalah agar berkas rekam medis tidak tercampur dengan berkas-berkas
yang lain. Di UPTD Puskesmas Klungkung 1 belum tersedia rak sortir.
2. Rak Penyimpanan Rekam Medis
Lemari Open Shelve (Lemari dengan rak terbuka) biasanya memiliki 4-5 rak
(susun) tanpa pintu, bisa satu muka maupun dua muka (bolak-balik). Keuntungan
lemari dengan rak terbuka yaitu mudah dan cepat dalam menyimpan dan mengambil
kembali rekam medis, jumlah rak bisa cukup banyak setinggi jangkauan tangan ke atas
jadi kapasitas simpan lemari menjadi lebih banyak, mudah dalam mengecek ketepatan
dan kerapian, lebih hemat ruangan filing, dan lebih murah biaya pengadaannya.
Kelemahan dari lemari dengan rak yaitu mudah kotor berdebu karena terbuka, berkas
lebih mudah rusak dan sobek dan keamanan yang kurang terjaga.
Rak penyimpanan rekam medis sudah tersedia berupa lemari dengan rak terbuka
yang terbuat dari kayu di UPTD Puskesmas Klungkung 1, namun karena keterbatasan
kapasitas dan berkas rekam medis yang terus bertambah menyebabkan masih ada
rekam medis yang disimpan menggunakan kardus darurat.
3. Petunjuk Keluar (Tracer)

Tracer adalah alat yang digunakan sebagai petunjuk keluar jika rekam medis
diambil atau dipinjam untuk keperluan tertentu. Penggunaan tracer sangat membantu
petugas karena tracer merupakan pengganti rekam medis yang akan dikeluarkan dari
rak penyimpanan. Tracer sebaiknya mempunyai warna yang berbeda dengan folder
rekam medis agar lebih mudah diketahui keberadaannya. Penggunaan tracer sebagai alat
bantu dalam melakukan pengambilan ataupun pengembalian berkas rekam medis dapat
mengurangi kejadian misfile (Anunggra Dian Ingwi, 2013).

8
Tracer hendaknya terbuat dari bahan yang awet karena digunakan berulang kali.
Tracer dapat dibuat dari triplek yang di selipkan kartu dan ukurannya dibuat sama atau
sedikit lebih besar dari dokumen rekam medis tujuannya agar petugas di bagian filing
dapat dengan cepat melihat keberadaannya. Tracer yang baik juga dapat dilapisi plastik
berwarna dan dislip kartu yang berisikan keterangan rekam medis yang keluar. Dengan
menggunakan tracer, dapat diketahui waktu keterlambatan pengembalian rekam medis
saat kembali ke bagian filing.

Petugas di UPTD Puskesmas Klungkung 1 saat ini belum menggunakan tracer.


Tidak adanya tracer tersebut dikarenakan untuk perlengkapan atau bahan pembuatan
tracer belum disediakan. Petugas dengan lama bekerja yang lebih lama mempunyai
tingkat pemahaman lebih tentang tata letak berkas rekam medis, sehingga petugas yang
sudah mempunyai pengalaman lebih lama kurang perduli akan aturan rekam medis
mengenai tracer. Berbeda dengan petugas baru mereka akan merasa kesulitan dalam
pencarian berkas rekam medis dikarenakan tidak sesuai dengan kaidah rekam medis. Hal
tersebut membuat petugas memerlukan waktu yang cukup lama dan juga dapat membuat
berkas rekam medis sulit dicari dan ditemukan. Oleh karena itu setiap puskesmas
dibagian penyimpanan berkas rekam medis diwajibkan memiliki tracer untuk
mempermudah petugas dalam menjalankan tugasnya.

4. Buku Ekspedisi
Buku ekspedisi merupakan buku bukti adanya transaksi/serah terima dokumen
rekam medis untuk keperluan pelayanan kesehatan pasien (Ayu, 2016). Penggunaan
buku ekspedisi penting dalam membantu petugas mencari keberadaan terakhir rekam
medis. UPTD Puskesmas Klungkung 1 juga sudah menggunakan buku ekspedisi untuk
mencatat penggunaan rekam medis rawat jalan. Buku ekspedisi memiliki dua fungsi
utama, antara lain :
 Sebagai bukti serah terima berkas rekam medis, meliputi serah terima dari filing ke
poli.
 Mengurangi resiko kehilangan berkas rekam medis karena keberadaan berkas
rekam medis dapat terlacak dengan baik.

9
Buku ekpedisi memiliki informasi berkaitan dengan keberadaan berkas rekam
medis yang keluar, maka yang harus tercantum di dalamnya yaitu :
 Tanggal peminjaman
 Nomor rekam medis
 Nama pasien
 Identitas peminjam
 Keperluan
D. Faktor material

Faktor material yang dapat diamati yaitu penggunaan map dan formulir rekam medis.
Dalam penyimpanan dan pengambilan kembali rekam medis, map sangat penting untuk
melindungi formulir rekam medis didalamnya agar tidak mudah rusak, robek, terlipat dan
mempermudah penyimpanan, pencarian, dan pemindahan berkas rekam medis (Sudra,
2017). Map harus disatukan dengan formulir rekam medis sehingga tidak ada yang
tercecer dan data pasien dapat berkesinambungan.

Formulir rekam medis harus terbuat dari bahan kertas dengan kualitas yang baik
dan tahan lama, tidak boleh menggunakan kertas buram dengan berat minimal 70 gram,
ukuran standar A4/F4, dan berbentuk persegi panjang (Sudra, 2017). Di UPTD. Puskesmas
Klungkung 1, berkas rekam medis sudah baik, dilengkapi dengan map yang tebal, sehingga
dapat melindungi formulir rekam medis didalamnya.

E. Faktor Money (Uang)


Faktor uang merupakan salah satu unsur terpenting dalam pelaksanaan program yang
dipergunakan untuk membiayai pelaksanaan program atau rencana yang telah ditetapkan.
Dalam pelaksanaan pelayanan di puskesmas, pelayanan rekam medis membutuhkan dana untuk
meningkatkan pelayanan. Penggunaan dana dalam pengelolaan rekam medis misalnya
penganggaran untuk rekrutmen tenaga DIII Rekam Medik yang kompeten dan pengadaan
sarana dan prasarana.

Petugas rekam medis sudah melakukan upaya pengendalian. Upaya pengendalian


yang sudah dilakukan dalam pelaksanaan penyimpanan dan pengambilan kembali
rekam medis yaitu dengan melakukan pengecekan pada rak penyimpanan rekam medis

10
secara rutin setiap akhir bulan, untuk mencari rekam medis yang tidak ditemukan, untuk
menghindari rekam medis yang salah letak.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan di UPTD Puskesmas Klungkung I, penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan penyimpanan dan pengambilan kembali rekam medis pada filing rawat jalan di
UPTD Puskesmas Klungkung I sudah sesuai karena sudah menggunakan buku ekspedisi sehingga
mempermudah melacak keberadaan rekam medis
2. Pelaksanaan penyimpanan dan pengambilan kembali rekam medis pada filing rawat jalan di
UPTD Puskesmas Klungkung I berdasarkan Material sudah sesuai karena sudah menggunakan
map rekam medis
3. Faktor penyebab terjadinya misfile di bagian filing rawat jalan UPTD Puskesmas Klungkung I
berdasarkan Man ( Sumber Daya Manusia ) adalah jumlah petugas filing rawat jalan adalah 5
( lima ) orang dengan latar belakang pendidikan non-rekam medis dan karena kurang ketelitian
petugas filing
4. Faktor penyebab terjadinya misfile di bagian filing rawat jalan UPTD Puskesmas Klungkung I
berdasarkan Method ( Metode/Cara ) adalah ketidaksesuaian proses kerja yang dilakukan petugas
rekam medis dengan SOP yang telah dibuat
5. Faktor penyebab terjadinya misfile di bagian filing rawat jalan UPTD Puskesmas Klungkung I
berdasarkan Machine ( Sarana dan Prasarana ) adalah tidak terdapat tracer, rak sortir dan rak
penyimpanan yang sempit

B. Saran

Dari hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan di UPTD Puskesmas Klungkung I, penulis
memberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Diharapkan semua petugas filing rawat jalan di UPTD Klungkung I bekerja dengan teliti dan
sesuai dengan SOP yang berlaku

11
2. Dalam pelaksanaan penyimpanan dan pengambilan kembali rekam medis di bagian filing rawat
jalan UPTD Puskesmas Klungkung I diharapkan menggunakan alat bantu tracer dan rak sortir
3. Diharapkan ada penambahan rak penyimpanan agar petugas filing rawat jalan tidak mengalami

kesulitan dalam memasukkan rekam medis ke rak penyimpanan maupun mengambil rekam medis

dari rak penyimpanan

DAFTAR PUSTAKA

Karlina, D., Putri, I. A., & Santoso, D. B. (2017). Kejadian Misfile dan Duplikasi Berkas

Rekam Medis Sebagai Pemicu Ketidaksinambungan Data Rekam Medis. Jurnal

Kesehatan Vokasional

Putri, Wahyuana Amelia.2019. Faktor Penyebab Missfile Pada Berkas Rekam Medis di

Rumah Sakit. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia.

Permenkes Republik Indonesia. (2014). Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat. Jakarta: Sekretariat Negara.

Permenkes Republik Indonesia. (2018). Nomor 10 Tahun 2018 tentang Pengawasan di

Bidang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.

Permenkes Republik Indonesia. (2013). Nomor 55 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan

Perekam Medis. Jakarta: Sekretariat Negara.

Permenkes Republik Indonesia. (2008). Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis.

Jakarta: Sekretariat Negara.

Sampurno, Y. (2015). Desain Tracer (Outguide) di dalam Penyimpanan Berkas Rekam

Medis RSIY PDHI Yogyakarta. Tugas Akhir. Rekam Medis Sekolah Vokasi

UGM, Yogyakarta

12
LAMPIRAN

13
Tempat penyimpanan rekam medis yang sempit

Karena keterbatasan lemari penyimpanan, rekam medis disimpan di kardus darurat

14
Terdapat rekam medis yang double

Petugas rekam medis

15

Anda mungkin juga menyukai