Pedoman TTD
Pedoman TTD
Kerjasama antara
Kementerian Kesehatan RI
dan
Millenium Challenge Account - Indonesia
Jakarta 2015
Gedung MR21, Lantai 11. Jl. Menteng Raya No. 21, Jakarta 10340
Tel. +6221 39831971 | Fax: +6221 39831970
PEDOMAN PROGRAM PEMBERIAN DAN
PEMANTAUAN MUTU TABLET TAMBAH
DARAH
UNTUK IBU HAMIL
di
kerjasama antara
Kementerian Kesehatan RI
dan
Millenium Challenge Account - Indonesia
JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Prevalensi anemia gizi pada ibu hamil di Indonesia masih tinggi dan membutuhkan perhatian
yang serius. Penyediaan Tablet Tambah Darah (TTD) untuk semua ibu hamil setidaknya 90
tabets selama kehamilan telah menjadi strategi utama untuk mengurangi prevalensi anemia
pada ibu hamil sejak tahun 1980-an. Penelitian mengungkapkan bahwa penyediaan TTD
belum efektif karena kurangnya cakupan dan kepatuhan yang rendah ibu mengkonsumsi
TTD.
Efektivitas pemberian TTD dipengaruhi oleh empat hal, yaitu; perencanaan yang tepat untuk
pengadaan dan distribusi, persiapan penyedia layanan kesehatan dan komunikasi kepada para
ibu, kontrol kualitas dan sistem ketelurusuan produk yang efektif, serta pemantauan dan
pengawasan yang intensif.
Pedoman ini secara khusus digunakan untuk pelaksanaan penyediaan TTD di lokasi PKGBM
untuk memperkuat kesiapan terutama pada penyedia layanan kesehatan dan kader,
penyuluhan kepada masyarakat, kontrol kualitas dan ketelusuran produk, serta pemantauan
dan pengawasan teknis. Pedoman ini merupakan pelengkap dari Pedoman Manajemen
Distribusi TTD, yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 2015.
Jakarta, 2015
Direktur Bina Gizi,
Selaku Ketua Tim Teknis PKGBM
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………….....................................
DAFTAR ISI
……………………………………………….………………………...................
DAFTAR TABEL
………………………………………………….………………............................
DAFTAR GAMBAR
…………………………………………...…………………..................................
DAFTAR ISTILAH
………………………………………………….……………...............................
DAFTAR SINGKATAN
…………………………………………….…………….......................................
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
A. Persiapan
2. Perencanaan Kebutuhan
3. Distribusi
1. Penerimaan TTD di Gudang Kabupaten/Kota
A. Indikator
1. Pencatatan
2. Pelaporan
LAMPIRAN………………………………………………………………………
DAFTAR TABEL
Tabel 3. Contoh Perhitungan TTD yang dibutuhkan oleh Ibu Hamil untuk Periode 12 Bulan
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISTILAH
Sistem Informasi Posyandu : Catatan pemberian TTD program oleh kader gizi
atau bidan pada kelompok sasaran di tingkat posyandu
Pemantauan Mutu TTD : Managemen inisiatif dan prosedur yang bertujuan untuk
tercapainya pemberian TTD yang berkualitas baik produk
maupun pelayanannya.
DAFTAR SINGKATAN
Hb : Hemoglobin
Kab : Kabupaten
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah atau kapasitas sel darah
merah membawa oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Ibu hamil
dengan anemia memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan anemia defisiensi
besi yang bisa bertahan sepanjang usia awal anak dan menghambat pertumbuhan sel-sel
otak anak serta sel-sel tubuh lainnya, yang mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan
dan perkembangan1. Stanting pada anak adalah salah satu hambatan paling signifikan
untuk perkembangan seseorang, yang mempengaruhi sekitar 162 juta anak-anak di bawah
usia 5 tahun secara global. Stanting, atau terlalu pendek untuk usia seseorang,
didefinisikan sebagai tinggi badan dibawah minus dua standar deviasi (<-2 SD)
pertumbuhan anak menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Di Indonesia, statistik menunjukkan bahwa 37,2% anak di bawah usia 5 tahun menderita
stanting (Riset Kesehatan Dasar 2013). Ini adalah dampak yang ireversibel (tidak dapat
diubah) yang banyak terjadi karena gizi yang tidak memadai baik secara kuantitas
maupun kualitas dan serangan infeksi berulang selama 1000 hari pertama kehidupan
anak. Stanting secara tidak langsung dipengaruhi oleh tingkat ketahanan pangan rumah
tangga, praktik pemberian makan bayi dan anak, pencegahan penyakit dan perilaku
pengasuhan, praktik sanitasi dan kebersihan, dan akses ke pelayanan kesehatan dan gizi
yang berkualitas baik. Secara khusus, termasuk didalamnya status kesehatan dan gizi ibu
sebelum, saat dan setelah kehamilan, yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan usia dini seorang anak, yang dimulai saat di dalam kandungan2. Stanting
memiliki efek jangka panjang pada individu dan masyarakat, termasuk: berkurangnya
perkembangan kognitif dan fisik, mengurangi kapasitas produktif, kesehatan yang buruk,
dan peningkatan risiko penyakit degeneratif seperti diabetes. Anemia saling terkait
dengan stanting, berat badan lahir rendah, kelebihan berat badan pada usia anak,
pemberian ASI eksklusif dan wasting (anak kurus) 3.
Pevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih sangat tinggi. Berdasarkan hasil
survei awal yang dilakukan di tiga provinsi lokasi proyek (Sumatera Selatan, Kalimantan
Barat, dan Kalimantan Tengah) menunjukan bahwa 55% ibu hamil menderita anemia4,
1
Husaini, 1989 dan WHO, 2001.
2
Özaltin E, Hill K, Subramanian SV. Association of maternal stature with offspring mortality, underweight, and
stunting in low- to middle-income countries. JAMA. 2010;303(15):1507–16. doi:10.1001/jama.2010.450
3
Global Nutrition Target 2025, Stunting Policy Brief, WHO, 2014.
4
Studi awal Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat, 2015.
8
dan angka ini lebih tinggi dari rata-rata nasional (37.1%, Riskesdas 2013), dan
dikategorikan sebagai masalah kesehatan masayarakat yang berat menurut WHO.
Menurut Riskesdas 2013, hanya ada 33.3% ibu hamil yang mengkonsumsi minimal 90
TTD selama kehamilan. Sebuah studi formatif yang dilakukan di wilayah Program
Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) pada tahun 2014 menunjukkan
bahwa hanya 54.5% ibu hamil mengkonsumsi 90 TTD yang diberikan kepada mereka5.
Rata-rata TTD yang diterima dan dikonsumsi oleh ibu hamil pada trimester I adalah 32
dan 25, pada trimester II adalah 39 dan 30, dan pada trimester III adalah 37 dan 26.
Alasan yang paling umum dikemukakan oleh ibu hamil untuk tidak mengonsumsi penuh
dosis TTD yang dianjurkan adalah efek samping. Untuk meningkatkan konsumsi penuh
TTD diperlukan penyuluhan kesehatan dengan didukung materi Komunikasi, Informasi
dan Edukasi (KIE) yang tepat untuk tenaga kesehatan. Hal tersebut mempunyai peran
penting dalam memberikan informasi yang tepat tentang konsumsi TTD dan risiko terkait
anemia pada ibu hamil. Hal ini selanjutnya dapat berdampak pada peningkatan
pengetahuan dan meningkatkan perilaku konsumsi TTD. TTD yang akan digunakan
dalam PKGBM di 11 provinsi dan 64 kabupaten dengan mengikuti persyaratan yang
tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI terbaru No. 88/2014 tentang standar
Tablet Tambah Darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil. Untuk memastikan
keseluruhan proses manajemen TTD mulai dari penerimaan barang ke penyimpanan,
distribusi ke sasaran, pemantauan mutu, dan penanganan paska - konsumsi, diperlukan
manajemen TTD yang berkualitas. Buku Pedoman ini dibuat untuk wilayah kerja
Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM) dengan mengacu pada
Buku Pedoman Penatalaksanaan Pemberian Tablet Tambah Darah yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan tahun 2015.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan dari Pedoman Program Pemberian dan Pemantauan Mutu TTD untuk Ibu Hamil
adalah untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam mengelola pemberian
TTD untuk mengurangi anemia pada ibu hamil di wilayah kerja PKGBM.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pedoman ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan tenaga kesehatan dalam hal:
1. Perencanaan distribusi TTD, termasuk identifikasi target sasaran, estimasi
kebutuhan TTD di masing-masing wilayah kerja.
2. Pemberian TTD ke target sasaran sesuai dengan dosis yang benar.
3. Menyediakan infomasi yang tepat kepada masyarakat mengenai manfaat TTD dan
efek samping yang mungkin terjadi.
5
Studi Formatif Kampanye Komunikasi Gizi Nasional, Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat, 2014
9
4. Mekanisme pemantauan mutu dan ketertelusuran produk, termasuk rara
penyimpanan dan distribusi.
5. Penanganan keluhan dan penanganan kemasan paska konsumsi
6. Pemantauan dan evaluasi pemberian TTD secara periodik termasuk cakupan dan
kepatuhan.
10
BAB II
PERSIAPAN DAN PENATALAKSANAAN PEMBERIAN
TABLET TAMBAH DARAH (TTD)
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan pada pemberian Tablet Tambah Darah (TTD),
yaitu A) persiapan dan B) penatalaksanaan pemberian TTD.
A. Persiapan
Pada tahap persiapan akan dilakukan kegiatan Orientasi Petugas Kesehatan tentang
Manajemen Pemberian TTD dan pengembangan materi KIE tentang TTD untuk
meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam pengelolaan pemberian TTD kepada ibu
hamil. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Beberapa tahapan yang akan dilakukan untuk kegiatan Orientasi petugas kesehatan
adalah sebagai berikut:
Jumlah peserta yang akan berpartisipasi dalam kegiatan ini adalah sebanyak 150
orang. Peserta kegiatan ini adalah 2 (dua) orang dari Dinas Kesehatan Kabupaten
dan 2 (dua) orang dari Dinas Kesehatan Provinsi dengan persyaratan sebagai
berikut:
1. pengelola program gizi dan pengelola program farmasi,
2. bersedia dan mampu melakukan fungsi sebagai narasumber untuk orientasi
tingkat puskesmas,
3. bersedia dan mampu melakukan monitoring rutin untuk manajemen distribusi
TTD di tingkat provinsi/kabupaten.
Peserta akan mendapatkan materi KIE TTD and informasi untuk penggunaan
materi tersebut. Kegiatan ini akan difasilitasi oleh Direktorat Gizi Masyarakat,
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Kementerian
11
Kesehatan, dan MCA Indonesia. Peserta orientasi berjumlah sekitar 20-24
peserta untuk masing-masing kelas, dengan total 8 kelas (sesuai dengan tabel 1)
yang akan dilakukan secara regional.
• Orientasi Tenaga Kesehatan tingkat Puskesmas
Peserta akan mendapatkan materi KIE TTD and informasi untuk penggunaan
materi tersebut. Kegiatan ini akan difasilitasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Narasumber orientasi berasal dari Dinas
Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan akan dilakukan di
tingkat kabupaten. Peserta orientasi diperkirakan berjumlah 2,112 orang (tabel 1).
Tabel 1
Peserta Orientasi Petugas Kesehatan tentang TTD
Program ini juga akan memberikan beberapa materi KIE tentang TTD dan anemia
kepada petugas kesehatan dan sasaran di wilayah kerja PKGBM. Saluran komunikasi,
jenis media, termasuk pesan kunci akan dikembangkan berdasarkan hasil penelitian
12
formatif yang dilakukan dalam wilayah program. Beberapa materi KIE yang akan
diproduksi dan didiseminasi ke target sasaran adalah sebagai berikut:
1. Pedoman Program Pemberian dan Pemantauan Mutu Tablet Tambah Darah untuk
Ibu Hamil di Wilayah Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat.
Pedoman ini akan didiseminasi kepada seluruh peserta Orientasi dan bidan desa
atau tenaga kesehatan di tingkat desa (satu buku untuk setiap peserta dan satu
buku untuk setiap desa).
2. Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD, yang dikeluarkan oleh Kementerian
Kesehatan pada tahun 2015. Pedoman ini akan didiseminasi kepada seluruh
peserta Orientasi dan bidan desa atau tenaga kesehatan di tingkat desa (satu buku
untuk setiap peserta dan satu buku untuk setiap desa).
3. Brosur tentang Anemia dan TTD yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.
Brosur ini akan diperbanyak dan didiseminasikan kepada seluruh peserta
Orientasi, bidan desa atau tenaga kesehatan di tingkat desa, kader posyandu, dan
ibu hamil (satu brosur untuk setiap peserta, satu brosur untuk setiap desa, satu
brosur untuk setiap posyandu, dan satu brosur untuk setiap ibu hamil).
4. Kartu Kepatuhan Konsumsi TTD oleh Ibu Hamil (lampiran 16). Kartu ini akan
diperbanyak dan diberikan kepada semua ibu hamil di wilayah sasaran (tiga kartu
untuk setiap ibu hamil).
Tabel 2
Target Sasaran Materi KIE TTD
Total Total
Total Total Total Total Total
untuk untuk
untuk untuk untuk untuk untuk
No. Propinsi Ibu Ibu
Propinsi Kabupaten Puskesmas Desa Posyandu
Hamil Hamil
(set)* (set)* (set)* (set)* (leaflet)
(brosur) (kartu)
Sumatera
1 2 10 188 488
Selatan 920 27,141 81,423
Kalimantan
2 2 18 280 662
Barat 1,167 33,221 99,663
Kalimantan
3 2 16 300 604
Tengah 808 11,230 33,690
4 Jawa Barat 2 14 432 781
4,653 93,438 280,314
Jawa
5 2 10 260 630
Timur 3,227 50,848 152,544
Nusa
6 Tenggara 2 16 368 523
4,170 65,708 197,124
Barat
Nusa
7 Tenggara 2 18 412 762
2,869 37,397 112,191
Timur
8 Gorontalo 2 8 132 255
526 8,786 26,358
Sulawesi
9 2 6 132 171
Barat 597 10,957 32,871
10 Maluku 2 6 200 295
638 11,189 33,567
13
Sulawesi
11 2 6 112 260
Utara 289 3,956 11,868
Sasaran kegiatan suplementasi TTD adalah seluruh ibu hamil yang ada di seluruh desa
wilayah PKGBM dengan sekitar 400,000 ibu hamil (lihat Table 3). Masing-masing
ibu diharapkan mengkonsumsi 90 TTD selama masa kehamilan. TTD harus
dikonsumsi setiap hari.
2. Perencanaan Kebutuhan
Kebutuhan TTD perlu dihitung secara seksama karena akan mempengaruhi proses
penyediaan.
a. Perhitungan Sasaran
Perencanaan sangat diperlukan dalam perencanaan untuk mencegah terjadinya
kekurangan atau kelebihan TTD yang disediakan. Jumlah TTD yang dibutuhkan
dalam suatu wilayah ditentukan oleh jumlah ibu hamil yang ada dalam wilayah
tersebut. Dalam proses perencanaan, estimasi jumlah ibu hamil yang akurat sangat
berperan penting. Untuk mengetahui jumlah sasaran dapat dilakukan melalui
perhitungan menurut konsep wilayah kerja. Target sasaran untuk masing-masing
kabupaten dihitung dengan menggunakan cara sebagai berikut:
• Data sasaran riil dari Puskesmas, yakni data rekapitulasi jumlah ibu hamil dari
tingkat kelurahan/desa.
• Data proyeksi yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten/kota
atau sumber data resmi yang disepakati oleh program. Data ini digunakan
untuk perencanaan pengadaan TTD.
b. Perhitungan Kebutuhan
Jumlah TTD yang dibutuhkan di masing-masing kabupaten dihitung sesuai jumlah
ibu hamil yang ada di kabupaten/kota dan prevalensi anemia ibu hamil. Jika data di
daerah mengenai prevalensi anemia ibu hamil tidak tersedia, data nasional
(menurut Riskesdas 2013) dapat digunakan.
kabupaten/kota, data proyeksi dapat digunakan. Dalam menghitung kebutuhan
TTD menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 3
Contoh Perhitungan Jumlah Kebutuhan TTD untuk Ibu Hamil untuk Periode 12
Bulan
Jumlah TTD
Jumlah Ibu Jumlah Ibu Hamil
Nama
Hamil Total dengan Anemia
Puskesmas [(a) x 1 tab x 90 hari] + [(b) x 2
(a) (b)=37%* x (a)
tab x 30 hari] + [10%]
(50x90)+(19x2x30)+(10%)=
Puskesmas A 50 (37% x 50) = 19
6.204 tablet
(100x90)+(37x2x30)+(10%)=
Puskesmas B 100 (37% x 100) = 37
12,342 tablet
Total 150 56 18.546
Catatan: * = 37,1% adalah angka prevalensi nasional untuk anemia ibu hamil
(berdasarkan pengukuran kadar Hb).
3. Distribusi
15
Distribusi adalah proses pengiriman TTD dari tingkat pusat sampai ke tempat-tempat
sarana pelayanan di mana TTD diberikan kepada sasaran. TTD dari produsen dikirim
langsung ke instalasi farmasi di tingkat kabupaten/kota. Kabupaten dan kota
mendistribusikan ke puskesmas. Petugas kesehatan di puskemas mendistribusikan ke
puskesmas pembantu, poskesdes, polindes dan posyandu serta sarana pelayanan
kesehatan lainnya untuk kemudian didistribusikan ke sasaran. Bila ada sisa stok di tiap
tingkatan distribusi, disarankan untuk meneruskan pemberian TTD kepada sasaran ibu
hamil diluar dosis regular 90 tablet. Dinas Kesehatan Kabupaten dan Puskesmas perlu
memastikan target sasaran penerima TTD tidak terjadi duplikasi.
Distribusi TTD kepada ibu hamil dapat dilakukan dengan beberapa mekanisme
sebagaimana berikut:
- TTD diberikan oleh bidan pada saat kunjungan ANC. Pemberian TTD kepada setiap
ibu hamil kepda ibu hamil pada saat kunjungan ANC adalah salah satu dari pelayanan
minimum.
- TTD diberikan oleh bidan dan petugas gizi saat melakukankunjungan rumah. Ibu
hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kesehatan perlu dikunjungi oleh petugas
kesehatan untuk konfirmasi dan pemberian motivasi.
- TTD dapat diberikan pada saat kelas ibu hamil.
- TTD dapat diperoleh di Posyandu saat pelayanan Posyandu dilakukan.
Gambar 1.
Skema Distribusi TTD
TTD akan didistribusikan ke seluruh wilayah PKGBM sesuai dengan tabel 3 di bawah ini.
Tabel 4
Wilayah Sasaran Distribusi TTD
Tenaga kesehatan memberikan konseling kepada ibu hamil untuk memastikan TTD
yang didistribusikan diminum setiap hari oleh Ibu Hamil sejak awal kehamilan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan konsumsi TTD adalah sebagai
berikut:
1. Terjadinya perubahan warna hitam pada tinja menunjukkan tanda yang normal
karena mengonsumsi TTD. Warna hitam pada tinja disebabkan adanya sisa Fe
yang tidak digunakan oleh tubuh.
2. Sisa kemasan TTD perlu dibawa saat kunjungan berikutnya dan ibu hamil dapat
melakukan pencatatan TTD yang dikonsumsi pada Kartu Kepatuhan (Lampiran
16), sehingga petugas kesehatan dapat melakukan monitor kepatuhan konsumsi
TTD.
3. Meminta bantuan anggota keluarga, misalnya suami, untuk memonitor dan
mengingatkan sasaran dalam mengonsumsi TTD.
4. Kunjungan rumah oleh petugas kesehatan atau kader diperlukan untuk memastikan
apakah TTD betul-betul dikonsumsi oleh sasaran.
5. Untuk mengetahui apakah sasaran mengonsumsi TTD, petugas dapat melihat
perkembangan kesehatan sasaran melalui tanda klinis.
17
6. Untuk mengetahui dampak pemberian TTD, petugas perlu melakukan pemeriksaan
Hb secara berkala.
7. Melakukan pemantauan bersamaan dengan kegiatan lain (contoh: petugas
kesehatan sedang menghadiri hajatan dan bertemu dengan ibu hamil dapat
menanyakan konsumsi TTD, jadi bisa memantau. Atau ketika petugas kesehatan
datang untuk kegiatan lain).
18
BAB III
PEMANTAUAN MUTU PRODUK DAN PENANGANAN KELUHAN
DARI PROGRAM PEMBERIAN TTD
Beberapa hal penting dalam pemantauan mutu produk TTD adalah sebagai berikut: A)
Spesifikasi Produk; B) Penerimaan, Penyimpanan, dan Distribusi pada Setiap Titik
Distribusi; C) Pelaporan Keluhan terkait Produk, dan D) Penanganan Kemasan Paska
Konsumsi.
1. Kandungan TTD
Setiap TTD mengandung:
- Zat besi: Ferrous fumarate yang setara dengan 60 mg besi elemental.
- Asam folat: 0.400 mg.
2. Spesifikasi Umum
- Salut gula atau film dengan bahan penambah rasa vanilla perlu ditambahkan untuk
menutupi bau atau rasa kurang enak dari TTD.
- TTD perlu menunjukkan tanggal produksi dan tanggal kadaluarsanya.
3. Sertifikasi
- Kandungan TTD merupakan produk farmasi dan harus diproduksi sesuai dengan
standar GMP (Good Manufacturing Practices) untuk produk farmasi oleh BPOM
atau pihak berwewenang tingkat internasional yang dikenal.
4. Registrasi Produk
- Produk harus teregistrasi di BPOM.
5. Spesifikasi untuk Kemasan dan Label
- Tablet harus berwarna merah dan dikemas dalam kemasan aluminium untuk
produk farmasi dalam bentuk strip, dengan 10 tablet dalam setiap strip.
Staff instalasi farmasi di Kabupaten/Kota memeriksa dan mencatat kondisi TTD pada
saat penerimaan produk di gudang Kabupaten/Kota dengan menggunakan Form
Penerimaan TTD (Lampiran 1) untuk memastikan kualitas produk dengan rician
sebagai berikut :
19
kabupaten/Kota dan kelengkapan dokumen pendukung seperti surat faktur
pengiriman.
b. Mengambil contoh produk dengan cara sebagai berikut :
Dengan menggunakan Tabel Rencana Pengambilan Contoh untuk Pemeriksaan
Fisik (Tabel 4 dengan referensi ISO 2380-1-1999) tentukan jumlah contoh yang
diambil dan putuskan apakah produk ditolak atau diterima. Prosedurnya adalah
sebagai berikut :
1) Menentukan jumlah TTD yang akan diterima (berdasarkan Surat Pengiriman),
contohnya 1200 kardus.
2) Dengan mempergunakan tabel yang ada di bawah, tentukan jumlah contoh
yang dibutuhkan. (Sebagai contoh: jika jumlah TTD yang diterima adalah
1200 kardus, maka jumlah contoh yang dibutuhkan adalah 80 kardus ).
3) Mengambil contoh sesuai dengan jumlah yang ditentukan yang mewakili
masing-masing nomor batch jika pada pengiriman terdapat beberapa nomor
batch.
4) Kemudian dari setiap kardus, ambilah satu strip TTD dari 1 kotak dari masing-
masing 80 kardus yang dipilih.
Tabel 4
Rencana Pengambilan Contoh untuk Pemerikasaan Fisik
(referensi ISO 2380-1-1999)
2-8 2 1
9 -15 3 1
16 – 25 5 2
26 - 50 8 2
51 - 90 13 2
91 – 150 20 3
151 - 280 32 4
281 - 500 50 6
501 - 1200 80 9
1201 – 3200 125 13
3201 - 10000 200 19
10001 - 35000 315 19
35001 – 150000 500 19
150001 - 500000 800 19
Above 500000 1250 19
c. Dalam setiap kotak yang dipilih untuk diambil contoh, diperiksa keutuhan
kemasan primer, kesesuaian label, tanggal kadaluarsa, dan pemeriksaan secara
fisik (warna, kekerasan). Pemeriksaan warna dilakukan untuk produk dalam
20
kemasan blister. Sekurang-kurangnya produk harus memiliki umur simpan 21
bulan pada saat diterima di kabupaten.
d. Meninjau dan mengevaluasi kualitas produk yang diterima dan membuat
keputusan apakah produk diterima atau ditolak. Berikut adalah spesifikasi produk
TTD berdasarkan PERMENKES no. 88 tahun 2014 tentang TTD untuk wanita
hamil:
1) Kekerasan: cukup keras, tidak mudah rapuh.
2) Warna : merah tua
3) Kemasan: utuh, tidak ada kebocoran dan tidak rusak.
Keputusan apakah TTD yang dikirim diterima atau ditolak berdasarkan pada
jumlah contoh yang tidak memenuhi syarat (kondisi dimana mutu TTD dan
kemasannya tidak memenuhi spesifikasi produk) yang ditemukan pada TTD yang
diterima. Panduan ini dapat dilihat pada tabel di atas (Lihat tabel 4, kolom jumlah
maksimum cacat yang dapat diterima) sesuai dengan jumlah contoh yang
diperiksa. Sebagai contoh jika jumlah sampel diperiksa adalah 80 kardus, jumlah
maksimum cacat adalah 9 kardus. Jika jumlah kardus yang tidak memenuhi syarat
lebih dari 9 dari 80 kardus yang diperiksa, maka jumlah kardus yang
dikembalikan ke pemasok/distributor adalah seluruh kardus dari nomor batch
yang sama yang ditemukan tidak memenuhi persyaratan.
e. Membuat tiga salinan semua dokumen yang terkait (Form Penerimaan
TTD/Lampiran 1 dan Surat Pengiriman). Salinan akan disimpan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan pemasok.
Kondisi gudang seperti suhu (< 300C), kelembaban (< 75%), kebersihan, dan
kemampuan untuk mencegah kontaminasi merupakan salah satu faktor penting untuk
menjaga kualitas produk. Tata letak dan kapasitas gudang cukup mampu dalam
memberikan akses untuk proses pembersihan dan sirkulasi udara. Cara penyimpanan
berdasarkan FIFO (First In First Out) dan atau FEFO (First Expired First Out). Staf
instalasi farmasi di kabupaten/kota menjaga dan mencatat kondisi gudang
kabupaten/kota setiap bulan pada Formulir Inspeksi Gudang dan Lingkungan di
Tingkat Kabupaten/Kota (Lampiran 2). Laporan digandakan dan disimpan di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dan salinan lainnya diserahkan kepada Provinsi setiap
bulan.
Jumlah TTD yang didistribusikan ke Puskesmas berdasarkan pada permintaan
bulanan dari puskesmas dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (Form LPLPO). Distribusi dari kabupaten ke puskesmas dilakukan
setiap bulan dan maksimum harus dilakukan setiap triwulan. Untuk distribusi triwulan
TTD harus diterima di Puskesmas pada bulan pertama setiap triwulan.
Petugas pengelola obat di Puskesmas mengambil sampel yang mewakili seperti yang
dijelaskan dalam tabel 4 dan mengecek kualitas TTD pada penampilan fisik, jumlah
produk yang diterima, dan tanggal kadaluarsa ketika menerima di puskesmas dan
mencatatnya pada Formulir Penerimaan TTD di Tingkat Puskesmas (Lampiran 4).
Formulir digandakan dan disimpan pada tingkat puskesmas, dan salinan lainnya
diserahkan kepada kabupaten setiap bulan. Contoh untuk mengambil sampel: jika
puskesmas menerima 150 kotak TTD, maka staf puskesmas perlu mengambil sampel
yang mewakili masing-masing nomor batch sebanyak total 20 kotak. Kemudian dari
setiap kotak, diambil satu strip dari 20 kotak yang dipilih. Jika ada lebih dari 3 contoh
yang tidak memenuhi spesifikasi produk dari 20 kotak yang dipilih, maka jumlah
kotak yang dikembalikan ke Kabupaten/Kota adalah seluruh kotak dari nomor batch
yang ditemukan tidak memenuhi persyaratan. Jika produk ditolak di Puskesmas maka
puskesmas mengembalikan produk ke Kabupaten pada pengiriman/penerimaan TTD
berikutnya.
Kondisi gudang memenuhi standar minimum seperti suhu (< 300C), humidty (< 75%),
kebersihan, dan kemampuan untuk mencegah kontaminasi demi menjaga kualitas
produk. Tata letak dan kapasitas gudang cukup mampu dalam memberikan akses
untuk proses pembersihan dan sirkulasi udara. Cara penyimpanan berdasarkan FIFO
(First In First Out) dan atau FEFO (First Expired First Out). Petugas pengelola obat
di puskesmas menjaga kondisi gudang dan mencatat kondisi gudang setiap bulan pada
Formulir Inspeksi Gudang dan Lingkungan di Tingkat Puskesmas (Lampiran 5).
Formulir digandakan dan disimpan di Puskesmas, dan salinan lainnya diserahkan
kepada Kabupaten/Kota setiap bulan.
Petugas pengelola obat di puskesmas memeriksa kualitas dan kuantitas TTD pada
penampilan fisik, jumlah produk yang dikirimkan, tanggal kadaluwarsa dan kondisi
kendaraan yang diserahkan untuk polindes/poskesdes dan mencatatnya pada Formulir
Distribusi TTD di Tingkat Puskesmas (Lampiran 6). Formulir digandakan dan
disimpan di puskesmas, dan salinan lainnya diserahkan kepada Kabupaten/Kota setiap
bulan. Distribusi dari Puskesmas ke Polindes/Poskesdes dilakukan setiap bulan.
22
7. Penerimaan TTD di Polindes/Poskesdes
Bidan desa mengambil contoh yang mewakili seperti yang dijelaskan dalam tabel 4
dan mengecek kualitas TTD pada penampilan fisik, jumlah produk, dan tanggal
kadarluarsa pada saat menerima dan mencatatnya pada Formulir Penerimaan di
Tingkat Polindes/Poskesdes (Lampiran 7). Formulir digandakan dan disimpan pada
tingkat Polindes/Poskesdes, dan salinan lainnya diserahkan kepada Puskesmas setiap
bulan. Cara pengambilan contoh, jika Polindes/Poskesdes menerima 150 strip TTD,
ambilah contoh sebanyak 20 strip. Jika ada lebih dari 3 strip tidak memenuhi
spesifikasi produk dari 20 strip yang dipilih, maka jumlah strip yang dikembalikan ke
puskesmas adalah seluruh strip dari nomor batch yang ditemukan tidak memenuhi
persyaratan.
Bidan desa memberikan TTD kepada ibu hamil disertai dengan konseling tentang
manfaat, efek samping, cara penyimpanan dan cara konsumsi TTD.
Bidan penanggung jawab wilayah melaporkan keluhan yang diterima dari penerima
manfaat ke Puskesmas dengan menggunakan formulir Laporan Keluhan Terkait Produk
(Lampiran 8). Laporan dikirim secara berjenjang ke Kabupaten/Kota dan Provinsi setiap
ada permasalahan. Jika diperlukan Kabupaten/Kota dan Provinsi akan berkoordinasi
dengan Kementerian Kesehatan untuk penanganan keluhan.
• Alumunium foil.
Petugas di fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat (Polindes, Poskesdes) akan
mengumpulkan kemasan bekas yang diberikan oleh ibu hamil ketika melakukan
kunjungan untuk pemeriksaan kehamilan, kemudian petugas akan memberikan
kepada ibu hamil, TTD yang baru sesuai dengan dosisnya. Kemasan bekas kemudian
dibawa ke Puskesmas, karena alumunium foil tidak dapat digunakan kembali dan
tidak mudah didaur ulang, oleh karena itu alumunium foil dibakar di Puskesmas pada
tempat yang sesuai.
• Kardus.
Kardus dapat digunakan kembali .
Untuk produk kadaluarsa dan tidak memenuhi persyaratan mutu, masing-masing rantai
distribusi mengumpulkan dan mengirimkan produk ke gudang Kabupaten/Kota untuk
23
pemusnahan yang dikelola oleh gudang kabupaten dengan mengikuti standar operasional
pemusnahan.
Gambar 2.
RANGKUMAN DIAGRAM PEMANTAUAN MUTU PRODUK
24
BAB IV
PEMANTAUAN DAN EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN TTD
Kegiatan pemantauan dan evaluasi perlu dilakukan secara berkala dan merupakan bagian penting
dalam siklus pengelolaan kegiatan pemberian TTD. Pemantauan merupakan rangkaian kegiatan
pengamatan sejauh mana pelaksanaan program penanggulangan anemia gizi besi dibandingkan
dengan perencanaan dan prosedur, sehingga bila ada masalah dapat ditemukan dan ditangani
sejak dini. Berbeda dengan proses monitoring yang berkesinambungan, evaluasi merupakan
asesmen dari keseluruhan program secara menyeluruh dan mendalam dan ditujukan khusus
untuk mengukur keadaan sebelum inisiasi kegiatan (studi awal/baseline) dan beberapa waktu
setelah intervensi atau program dilaksanakan (studi akhir/end line). Beberapa hal yang perlu
dipantau meliputi:
• Logistik dan Pendistribusian: proses distribusi, tempat dan cara penyimpanan, ketersediaan
TTD, formulir pencatatan pelaporan, ketersediaan KIE, dll.
• Jumlah ibu hamil yang memperoleh TTD program/mandiri.
• Tingkat kepatuhan ibu hamil mengonsumsi TTD.
Secara bersama-sama, Monitoring dan Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana dan identifikasi hal-hal yang perlu diperbaiki.
Pemantauan dan evaluasi dapat dilaksanakan oleh pengelola/pelaksana kegiatan dari tingkat
pusat, provinsi dan kabupaten dan kota baik dari sektor kesehatan maupun sektor lain yang
terkait setiap 2 (dua) kali setahun atau disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
A. Indikator
1. Ibu Hamil:
a. Jumlah TTD diterima.
b. Jumlah TTD dikonsumsi.
c. Pengetahuan Ibu tentang anemia dan konsumsi TTD (hanya untuk evaluasi periodic,
dan tidak untuk monitoring reguler).
d. Status anemia (hanya untuk evaluasi periodic, dan tidak untuk monitoring reguler).
3. Perubahan Kebijakan:
a. Adopsi TTD sebagai kebijakan pemerintah (e-catalog, diperbaharui).
25
1. Pencatatan
a. Posyandu
Pemberian TTD untuk ibu hamil yang dilakukan di posyandu dicatat dalam Sistem
Informasi Posyandu (SIP). Pencatatan dan rekapitulasi di posyandu dilakukan oleh
bidan/tenaga kesehatan Pustu pada saat kegiatan Posyandu maupun saat Kunjungan
Rumah (Bumil).
b. Desa
• Pencatatan pemberian TTD kepada kelompok sasaran dilakukan oleh bidan di
polindes, poskesdes, petugas pustu, dan dicatat pada buku KIA yang dipegang
ibu dan juga pada Kartu Kepatuhan ibu (Lampiran 16), selanjutnya dicatat pada
Kohort Antenatal Care (Lembar KIA-4).
• Bidan di polindes, poskesdes, petugas pustu melaporkan rekapitulasi hasil
pemberian TTD ke puskesmas melalui Register Antenatal Care (Lembar KIA-
10) selambat-lambatnya tanggal 5 pada bulan berikutnya.
• Bidan di polindes, poskesdes, petugas pustu juga mencatat pemberian dan
konsumsi TTD ibu hamil dengan menggunakan Form Monitoring Konsumsi
TTD tingkat desa (per ibu hamil) di lampiran 9 dan mengirimkan ke Puskesmas
setiap tanggal 5 Januari pada tahun berikutnya.
• Bidan di polindes, poskesdes, petugas pustu juga mencatat dan melaporkan
distribusi TTD kepada ibu hamil di tingkat desa dan mengirimkannya ke
Puskesmas selambat-lambatnya tanggal 5 pada bulan berikutnya dengan
menggunakan Form Fe Desa, yang terdapat pada Pedoman Penatalaksanaan
Pemberian TTD, Kemenkes 2015; dan melaporkan rekapitulasi ibu hamil yang
menerima dan mengkonsumsi TTD dengan menggunakan Form Fe-K Desa
(lampiran 10) dan mengirimkan ke Puskesmas selambat-lambatnya tanggal 5
Januari pada tahun berikutnya.
• Bidan di polindes, poskesdes, petugas pustu melaporkan stok pemakaian TTD di
tingkat desa dengan menggunakan Form Pemantauan Logistik TTD di
Poskesdes/Polindes/Bidan Desa (Form Fe Log. Desa.) di lampiran 15 dan
mengirimkan ke Puskesmas tanggal 5 pada bulan berikutnya.
c. Puskesmas
Bidan/ Petugas Gizi Puskesmas bertugas:
26
• Memberikan TTD kepada semua ibu hamil yang melakukan ANC ke poli KIA
dan dicatat pada buku KIA yang dipegang ibu dan juga pada kartu ibu
selanjutnya dicatat dalam Kohort Antenatal Care (Lembar KIA-4).
• Merekapitulasi laporan bulanan pemberian TTD Puskesmas, Poskesdes, bidan
praktik mandiri, dokter praktik, dan klinik lainnya pada Register Antenatal Care
(Lembar KIA-10)
• Mengirim laporan bulanan hasil rekapitulasi pemberian TTD ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya
tanggal 10 pada bulan berikutnya dengan menggunakan Form Fe Puskesmas (F1
Puskesmas) sebagaimana terdapat di buku Pedoman Penatalaksanaan Pemberian
TTD (Kemenkes 2015).
• Mengirim laporan tahunan hasil rekapitulasi konsumsi TTD ibu hamil di dalam
Form Fe-K tingkat Puskesmas (lampiran 11) ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya pada tanggal 10 Januari pada tahun
berikutnya.
• Mengirim laporan stok pemakaian TTD di tingkat puskesmas ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan Form Pemantauan Logistik TTD di
Puskesmas (Form Fe Log. Puskesmas), yang terdapat pada Pedoman
Penatalaksanaan Pemberian TTD, Kemenkes 2015.
d. Kabupaten/Kota
• Pengelola instalasi farmasi Dinkes Kabupaten/Kota melakukan pencatatan
ketersediaan dan jumlah TTD yang didistribusikan.
• Pengelola program gizi Dinkes Kabupaten/Kota merekapitulasi laporan bulanan
TTD dari semua Puskesmas dan melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi
menggunakan Formulir-1 (F1 Kabupaten dan Kota), yakni form sebagaimana
yang terdapat di buku Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD, Kemenkes
2015, selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya, dan memberi umpan
balik ke puskesmas.
• Mengirim laporan tahunan hasil rekapitulasi konsumsi TTD ibu hamil di dalam
Form Fe-K tingkat Kabupaten (lampiran 12) ke Dinas Kesehatan Provinsi
selambat-lambatnya pada tanggal 15 Januari pada tahun berikutnya.
• Mengirim laporan stok pemakaian TTD di tingkat Kabupaten/Kota ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kemenkes selambat-lambatnya tanggal 15 bulan
berikutnya dengan menggunakan Form Pemantauan Logistik TTD di
Kabupaten/Kota (Form Fe Log. Kabupaten/Kota), yang terdapat pada
Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD, Kemenkes 2015.
e. Provinsi
Pengelola Program Dinas Kesehatan Provinsi:
• Merekapitulasi dan menganalisis laporan bulanan pemberian TTD dari semua
Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.
• Mengirim laporan ke Kementerian Kesehatan menggunakan Formulir-1 (F1
Provinsi) selambat-lambatnya pada tanggal 20 bulan berikutnya dan memberi
27
umpan balik ke Dinkes Kabupaten dan Kota (form sebagaimana terdapat di buku
Pedoman Penatalaksanaan Pemberian TTD, Kemenkes 2015).
• Mengirim laporan tahunan hasil rekapitulasi konsumsi TTD ibu hamil di dalam
Form Fe-K tingkat Provinsi (lampiran 13) ke Kementerian Kesehatan selambat-
lambatnya pada tanggal 20 Januari pada tahun berikutnya.
2. Pelaporan
28
Dokumen Pelaporan
Ket : Pelaporan
Umpan Balik
Dilaporkan Dilaporkan Dilaporkan
bulanan tahunan tahunan
29
Pemantauan dan evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penyediaan TTD
terutama untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan sesuai dengan yang
direncanakan, dan untuk menilai apakah tujuan akhir dari memberikan TTD pada wanita
hamil tercapai. Pemantauan merupakan bagian dari manajemen program yang merupakan
upaya untuk memantau pelaksanaan program secara terus-menerus, dan memberikan umpan
balik terhadap masalah-masalah yang ditemukan, dan masalah-masalah yang perlu
diselesaikan. Oleh karena itu, pemantauan dilakukan secara bertahap dari kementerian
kesehatan tingkat nasional, dinas kesehatan tingkat provinsi, kabupaten, puskesmas dan
pelayanan kesehatan tingkat desa.
Pemantauan dilakukan dengan dua cara, pertama; melalui analisis data laporan rutin. Analisis
data rutin diharapkan dapat mengidentifikasi masalah pelaksanaan kegiatan dalam hal apa
dan dimana kegiatan dilakukan. Saran dan masukan yang fokus pada masalah dan tindak
lanjut yang perlu dilakukan akan diberikan kepada staf terkait. Kedua, melakukan kunjungan
ke lapangan untuk mengumpulkan informasi secara langsung dan mendiskusikan kegiatan
apa yang memerlukan tindak lanjut atau saat peningkatan kapasitas yang lebih lanjut
diperlukan
Evaluasi adalah upaya untuk menentukan apakah penyediaan TTD telah mencapai tujuan.
Evaluasi dampak dari program ini akan membandingkan prevalensi anemina ibu hamil antara
daerah intervensi dan daerah kontrol, untuk menentukan apakah intervensi yang dilakukan
memberikan hasil.
30
LAMPIRAN
31
Lampiran 1
Keputusan
Kondisi
Penampakan Fisik
Kendaraan
No Ukuran Tanggal (Terima/
No Jumlah
Batch Kemasan Kadarluarsa Tolak)
(Bersih/Baik/ Keutuhan
Tidak Kemasan Warna Kekerasan
Bersih) Primer
( ) ( )
32
Lampiran 2
Provinsi : ……………….
1. Kebersihan : diisi bersih jika kondisi bersih dan diisi tidak bersih jika tidak bersih
2. Kondisi : diisi berfungsi atau rusak
3.Catatan : diisi keterangan tambahan seperti jika rusak kapan rencana diperbaiki
4. Jumlah tumpukan : maksimal sesuai dengan yang tertera pada kemasan besar
( ) ( )
33
Lampiran 3
Kondisi Kendaraan
Jumlah
No Satuan No Batch Tanggal Kadarluarsa
(Bersih/Baik/
Tidak Bersih)
Keterangan :
1.. Jumlah : banyaknya barang yang diterima
2. Satuan : ukuran kemasan
3. No batch : no penandaan dari pabrikan yang tertera pada kemasan
3. Kondisi kendaraan : diisi apakah kondisi kendaraa bersih atau tidak bersih. Bersih adalah suatu keadaan yang bebas dari kotoran, debu dan benda asing yang dapat berdampak
pada kualitas produk.
( ) ( )
34
Lampiran 4
FORM PENERIMAAN TTD
DI TINGKAT PUSKESMAS
Keputusan
Kondisi
Penampakan Fisik
Kendaraan
No Batch Ukuran Tanggal (Diterima/
No Jumlah
Kemasan Kadarluarsa Ditolak)
(Bersih/Baik/ Keutuhan
Tidak Kemasan Warna Kekerasan
Bersih) Primer
Keterangan:
1.Ukuran kemasan : ukuran satuan menyesuaikan dengan satauan kemasan yang diterima (contoh kardus, kotak atau strip)
2.No batch : no penandaan dari pabrikan yang tertera pada kemasan
3. Jumlah : banyaknya barang yang diterima
4. Kondisi kendaraan : diisi apakah kondisi kendaraa bersih atau tidak bersih. Bersih adalah suatu keadaan yang bebas dari kotoran, debu dan benda asing yang dapat berdampak
pada kualitas produk.
5. Keutuhan kemasan primer : diisi apakah kemasan baik (tidak sobek, bocor) atau dalam keadaan tidak baik (sobek, bocor)
6. Warna : diisi apakah warna sesuai dengan standar (merah tua) atau tidak sesuai standar
7. Kekerasan : diisi apakah tekstur sesuai standar (tidak mudah hancur) atau tidak sesuai standar
Dicek oleh, Diketahui oleh,
( ) ( )
35
Lampiran 5
1. Kebersihan : diisi bersih jika kondisi bersih dan diisi tidak bersih jika tidak bersih. Bersih adalah suatu keadaan yang bebas dari kotoran,
debu dan benda asing yang dapat berdampak pada kualitas produk.
2. Kondisi : diisi berfungsi atau rusak
3. Catatan : diisi keterangan tambahan seperti jika rusak kapan rencana diperbaiki
4. Jumlah tumpukan : maksimal sesuai dengan yang tertera pada kemasan besar
( ) ( )
36
Lampiran 6
Kondisi Kendaraan
Jumlah
No Satuan No Batch Tanggal Kadarluarsa
(Bersih/Baik/
Tidak Bersih)
Remarks:
1.. Jumlah : banyaknya barang yang diterima
2. Satuan : ukuran kemasan
3. No batch : no penandaan dari pabrikan yang tertera pada kemasan
4.. Kondisi kendaraan : diisi apakah kondisi kendaraa bersih atau tidak bersih. Bersih adalah suatu keadaan yang bebas dari kotoran, debu dan benda
asing yang dapat berdampak pada kualitas produk.
( ) ( )
37
Lampiran 7
Keputusan
Kondisi
Penampakan Fisik
Kendaraan
Ukuran Tanggal
No No Batch Jumlah (Diterima/Ditolak)
Kemasan Kadarluarsa
(Bersih/Baik/ Keutuhan
Tidak Kemasan Warna Kekerasan
Bersih) Primer
Keterangan:
1.Ukuran kemasan : ukuran satuan menyesuaikan dengan satauan kemasan yang diterima (contoh kardus, kotak atau strip)
2.No batch : No penandaan dari pabrikan yang tertera pada kemasan
3. Jumlah : banyaknya barang yang diterima
4. Kondisi kendaraan : diisi apakah kondisi kendaraa bersih atau tidak bersih. Bersih adalah suatu keadaan yang bebas dari kotoran, debu dan benda asing yang dapat berdampak
pada kualitas produk.
5. Keutuhan kemasan primer : disi apakah kemasan baik (tidak sobek, bocor) atau dalam keadaan tidak baik (sobek. bocor)
6. Warna : diisi apakah warna sesuai dengan standar (merah tua) atau tidak sesuai standar
7. Kekerasan :diisi apakah tekstur sesuai standar (tidak mudah hancur) atau tidak sesuai standar
Dicek oleh Diketahui oleh
( ) ( )
38
Lampiran 8
( ) ( )
39
Lampiran 9
Form Monitoring Konsumsi TTD tingkat Desa (per ibu hamil)
Desa : ...................................................
Kecamatan : ...................................................
Kabupaten/Kota : ...................................................
Provinsi : ....................................................
May
May
Mar
Mar
Aug
Aug
Apr
Nov
Apr
Nov
Jun
Dec
Jun
Dec
Feb
Feb
Oct
Oct
Jan
Sep
Jan
Sep
Jul
Jul
No Kehamil
Ibu selama selama
an
kehamilan kehamilan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
( ) ( )
40
Lampiran 10
Form Monitoring Konsumsi TTD tingkat Desa (Form Fe-K Desa)
Desa : ...................................................
Kecamatan : ...................................................
Kabupaten/Kota : ...................................................
Provinsi : .................................................... Tahun : ..................... (dari bulan………….sampai bulan…….…)
Jumlah Ibu Jumlah Ibu Hamil yang Mengkonsumsi
Jumlah yang Jumlah Ibu Hamil yang Menerima TTD
No Unit Pelayanan Hamil yang TTD
dilayani
Melahirkan 0-29 ≥30-˂60 ≥60-˂90 90 0-29 ≥30-˂60 ≥60-˂90 ≥90
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Puskesmas Pembantu
1 (Pustu)
2 Polindes
3 Poskesdes
4 Posyandu
5 Bidan Praktik Mandiri
6 Dokter Praktik Swasta
7 Klinik Swasta
8
9
10
Keterangan:
1: Jelas 7: Jumlah ibu hamil menerima ≥60-˂90 TTD selama 9 bulan kehamilan
2 : Jelas 8: Jumlah ibu hamil menerima 90 TTD selama 9 bulan kehamilan
3: Jumlah ibu hamil yang datang ke unit pelayanan dan menerima TTD 9: Jumlah ibu hamil mengkonsumsi 0-29 TTD selama 9 bulan kehamilan
4: Jumlah ibu hamil yang melahirkan dalam tahun tersebut 10: Jumlah ibu hamil mengkonsumsi ≥30-˂60 TTD selama 9 bulan kehamilan
5: Jumlah ibu hamil menerima 0-29 TTD selama 9 bulan kehamilan 11: Jumlah ibu hamil mengkonsumsi ≥60-˂90 TTD selama 9 bulan kehamilan
6: Jumlah ibu hamil menerima ≥30-˂60 TTD selama 9 bulan kehamilan 12: Jumlah ibu hamil mengkonsumsi 90 TTD selama 9 bulan kehamilan
( ) ( )
41
Lampiran 11
Form Monitoring Konsumsi TTD tingkat Puskesmas (Form Fe-K Puskesmas.)
Puskesmas : ...................................................
Kecamatan : ...................................................
Kabupaten dan Kota : ...................................................
Provinsi : .................................................... Tahun : ..................... (dari bulan………….sampai bulan…….…)
( ) ( )
42
Lampiran 12
( ) ( )
43
Lampiran 13
( ) ( )
44
Lampiran 14
Tahun : ........................................
( ) ( )
45
Lampiran 15
Stok Tablet
Bulan
Awal Penerimaan Pengeluaran Sisa Stok No Batch dan Tanggal Kadaluarsa
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
( ) ( )
46
Lampiran 16
Nama : Bulan/Tahun :
Alamat : Umur Kehamilan :
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Cara Pengisian:
1. Kotak diisi tanggal sesuai dengan bulan pemberian
2. Diberi tanda "v" pada kolom tanggal jika ibu minum TTD dan diberi tanda "x" bila tidak minum (tulis alasannya).
47