Anda di halaman 1dari 17

Detektor Geiger Muller (GM)

A. Tujuan
1. Mengetahui karakteristik pencacahan Geiger Muller.
2. Dapat melakukan pencacahan radiasi menggunakan sistem pencacah dengan detektor
Geiger Muller.
Tujuan Operasional
1. Menggambar daerah plato serta menentukan tegangan kerja detektor.
2. Menguji kestabilan sistem pencacah yang digunakan.
3. Menentukan waktu mati detektor.
4. Menentukan efisiensi detektor.
5. Menentukan aktivitas suatu sumber radiasi.

B. Dasar Teori
Sejak ditemukan detektor radiasi pengion oleh Hans Geiger pada tahun 1908, kemudian
tahun 1928 disempurnakan oleh Walther Mueller menjadi tabung detektor Geiger-Mueller yang
konstruksinya sederhana dibandingkan dengan jenis detektor yang lain. Detektor Geiger-
Mueller terdiri dari suatu tabung logam atau gelas dilapisi logam yang biasanya diisi gas seperti
argon, neon, helium atau lainnya (gas mulia dan gas poliatomik) dengan perbandingan tertentu.
Skema detektor Geiger-Mueller ditunjukkan pada Gambar 1:

Gambar 1.Skema Detektor Geiger Muller

Detektor Geiger-Mueller merupakan salah satu jenis detektor isian gas yang bekerja
berdasarkan prinsip ionisasi oleh radiasi yang masuk terhadap molekul yang berada dalam
detektor. Dinding tabung sebagai katoda sedangkan kawat di poros sebagai anoda. Apabila
antara anoda dan katoda diberikan tegangan maka akan terjadi medan listrik dalam tabung. Kuat
medan listrik yang terjadi bergantung pada tegangan yang diberikan, besar jari-jari anoda
dengan katoda dan jarak antara anoda dengan katoda seperti pada Gambar 2:
Gambar 2. Skema parameter yang mempengaruhi medan listrik dalam detektor

Detektor berbentuk silider dengan dengan jari-jari r berpusat pada poros silinder, maka garis
gaya yang menembus seluruh selimut silinder akan berbanding lurus dengan kuat medan
listriknya E(r) dinyatakan dalam persamaan berikut

Berdasarkan mekanisme quenching, detektor Geiger-Mueller dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Detektor Geiger-Mueller non self quenching
Detektor ini biasa disebut juga dengan detektor Geiger-Mueller external quenching. Detektor
ini hanya diisi dengan satu macam gas isian yaitu gas mulia misalnya gas argon, neon,
helium dan lain-lain. Pada detektor jenis ini, proses avalanche yang terjadi tidak dapat
dikendalikan di dalam tabung ini sendiri tetapi dikendalikan dengan suatu rangkaian
elektronik.
2. Detektor Geiger-Mueller self quenching
Detektor jenis ini diisi dengan gas mulia ditambahkan dengan gas poliatomik sebagai
peredam. Dengan adanya tambahan gas peredam tersebut maka proses avalanche yang
terjadi dapat dikendalikan dalam tabung itu sendiri. Pada detektor Geiger-Mueller,
peningkatan jumlah ion-ion positif yang mencapai katoda sangat mempertinggi kemungkinan
pemancaran elektron bebas dan selanjutnya terjadi lucutan yang tak terkendali (discharge).
Untuk alasan ini tindakan pencegahan dapat diberikan kepada detektor Geiger-Mueller untuk
mencegah kemungkinan pulsa yang berlebihan yaitu dengan menambahkan peredam
(quenching). Quenching ada dua jenis yaitu external quenching dengan tambahan resistor
kapasitor yang sederhana dan self quenching dengan menambahkan gas poliatomik atau gas
halogen. Secara khusus untuk mencegah kemungkinan pulsa yang dihasilkan berlebihan
maka digunakan external quenching dengan tambahan resistor-kapasitor. External quenching
dengan tambahan resistor-kapasitor akan menurunkan pemakaian tegangan tinggi pada
tabung detektor sehingga akan memberikan hasil ionisasi yang rendah dan proses avalanche
tidak terbentuk meskipun sebuah elektron bebas melepaskan diri dari katoda. Rangkaian
ekivalen detektor Geiger-Mueller ditunjukkan pada Gambar 3:
Gambar 3. Rangkaian ekivalen detektor Geiger Muller dengan resistor-kapasitor

R1 dan R2 menggambarkan resistansi masukan dari rangkaian, C1 merupakan kapasitansi


detektor, sedangkan C2, C3, dan C4 merupakan stray capacitance yaitu kapasitansi pada
rangkaian yang mempengaruhi sistem kerja detektor.

Parameter Detektor Geiger-Mueller


1. Geometri
Faktor geometri sangat mempengaruhi pembuatan detektor terutama untuk memperoleh
karakteristik detektor yang optimal. Pembuatan detektor disesuaikan dengan kebutuhan dan
kegunaannya, misalnya detektor Geiger-Mueller untuk pengukuran radiasi alpha, beta
maupun gamma maka dibuat detektor Geiger-Mueller tipe end window, sedangkan untuk
mengukur radiasi gamma dibuat detektor Geiger-Mueller tipe side window. Bentuk fisik
dari detektor Geiger-Mueller terdiri dari selongsong tabung silinder yang berfungsi sebagai
katoda dan kawat yang terletak di sumbu silinder berfungsi sebagai anoda. Letak anoda
dalam tabung harus dibuat simetris agar medan listrik yang ditimbulkan dalam ruang tabung
bersifat konsentris.
2. Jenis bahan
Bahan untuk pembuatan anoda dipilih dari suatu bahan yang mempunyai sifat tahan
terhadap campuran gas isian dalam tabung detektor. Bahan untuk membuat katoda
menggunakan bahan yang mempunyai tenaga ikat elektron tinggi, tahan terhadap vakum
yang tinggi serta bahannya juga harus tahan terhadap gas isian. Bahan katoda juga harus
mempunyai daya hantar listrik yang baik, mudah melekat pada gelas, murah dan mudah
diperoleh[3]. Variasi bahan komponen detektor Geiger-Mueller yang dapat dibuat adalah
sebagai berikut: (1) Bahan katoda: tembaga, perak, perunggu, nikel dan lain-lain. (2) Bahan
Anoda: wolfram, kawat baja, nikel, tungsten dan lain-lain. (3) bahan jendela untuk detektor
Geiger- Mueller tipe end window berupa millar, aluminium foil, plastik, mika, titanium foil
dan lain-lain.
3. Tekanan vakum
Kevakuman pada tabung detektor yang tinggi dan stabil dapat menyebabkan karakteristik
detektor yang stabil. Kevakuman akan menentukan banyak sedikitnya molekul- molekul gas
yang ada dalam tabung detektor sebelum diisi dengan gas yang akan digunakan. Tekanan
vakum yang rendah akan menyebabkan sisa molekul gas yang berada dalam sistem vakum
masih banyak sehingga konsentrasi gas isian akan terpengaruh yang membuat karakteristik
detektor menjadi tidak optimal.
4. Gas isian
Gas isian ini bergantung pada jenis detektor yang akan dibuat, karena detektor Geiger-
Mueller bila ditinjau dari jenis gas isian ada dua yaitu non self quenching yang diisi dengan
satu jenis gas mulia dan self quenching yang diisi dengan gas mulia ditambah dengan gas
quenching. Gas pengisi detektor tersebut diantaranya adalah gas mulia atau gas monoatomik
seperti argon, kripton, helium, neon dan xenon. Jenis gas quenching berupa gas poliatomik
seperti alkohol, metana, ethyl atau gas halogen seperti bromine, iodine, chlorine

Karakteristik detektor Geiger-Mueller


1. Plateau dan slope
Plateau detektor Geiger-Mueller adalah daerah tegangan kerja detektor Geiger-Mueller.
Panjang plateau detektor yang baik adalah lebih dari 100 volt. Detektor yang dioperasikan
di bawah tegangan kerja menyebabkan pulsa-pulsa yang tercacah masih sedikit, karena
elektron dan ion yang terjadi akibat ionisasi masih banyak yang mengalami penggabungan
kembali atau rekombinasi. Detektor yang dioperasikan di atas tegangan kerja akan
menyebabkan terjadinya pelucutan ion yang sangat banyak dan sudah tidak sebanding lagi
dengan intensitas radiasi yang datang.

Gambar 4. Grafik jumlah cacah per menit terhadap tegangan

Kurva yang menyatakan hubungan antara jumlah cacah per satuan waktu terhadap tegangan
kedua elektroda ditampilkan pada Gambar 4: Kemiringan garis kurva plateau disebut slope.
Detektor Geiger-Mueller dikatakan baik apabila mempunyai daerah plateau yang panjang
dan slope yang kecil. Panjang plateau dinyatakan dalam persamaan berikut:

2. Resolving time
Resolving time adalah waktu minimum yang diperlukan agar radiasi berikutnya dapat
dicacah setelah terjadinya pencacahan radiasi yang datang sebelumnya. Resolving time
dapat ditentukan dengan cara mencacah dua sumber radioaktif yang sama. Mula-mula,
dicacah secara terpisah dan memberikan hasil pencacahan N1 dan N2, kemudian dicacah
bersama-sama yang akan memberikan hasil pencacahan N1-2, selanjutnya dilakukan
pencacahan tanpa sumber radasi atau cacah latar. Resolving time dapat dihitung dengan
persamaan berikut:

3. Dead time
Pelepasan muatan dalam tabung detektor menyebabkan terbentuknya muatan ruang ion
positif di sekitar kawat anoda. Adanya muatan ruang menyebabkan kuat medan listrik pada
daerah anoda menurun. Radiasi yang datang dalam keadaan ini tidak akan tercacah oleh
detektor, dengan kata lain detektor tidak mampu menghasilkan pulsa keluaran. Waktu
dimana detektor tidak mampu mencacah radiasi yang masuk dinamakan waktu mati (dead
time). Dead time dikatakan berakhir ketika ion positif bergerak menjauhi anoda.

Gambar 5. Bentuk pulsa keluaran detektor Geiger Muller

Pada akhir dead time, multiplikasi ion (avalanche) sudah terjadi, tetapi pulsa keluaran
masih kecil karena medan listrik belum cukup kuat. Pulsa keluaran yang dihasilkan dari
zarah radiasi sudah dapat dicacah oleh detektor ketika ion positif mencapai katoda. Pada
keadaan ini detektor dikatakan telah pulih kembali atau disebut juga dengan waktu pulih
(recovery time). Jumlah waktu mati dan waktu pulih disebut dengan resolving time yang
ditunjukkan seperti pada Gambar 5.

C. Alat dan Bahan.


- Alat:
1. Perangkat Alat Cacah
i. Detektor Geiger Muller (GM).
ii. Rangkaian Pembalik Pulsa (Inverter).
iii. Sumber Tegangan Tinggi (HV).
iv. Timer.
v. Counter.
2. Pinset

- Bahan:
1. Sumber Radiasi Standar Co-60
2. Sumber Radiasi Standar Cs-137
3. Sumber Radiasi x (unknown)

D. Langkah Kerja
 Penentuan Tegangan Kerja.
1. Alat cacah (GM) dinyalakan dan dilakukan pemanasan selama 1 menit.
2. Sumber standar diletakkan dalam detektor dengan menggunakan pinset.
3. Pencacahan dilakukan dengan mengatur tegangan HV serta timer.
4. HV dinaikkan secara bertahap, sedangkan timer dipertahankan dan dicatat hasil
pencacahan.
5. Tegangan kerja diperoleh apabila sudah mendapatkan jumlah cacah yang selisihnya paling
sedikit dengan jumlah cacah sebelumnya.

 Penentuan Kestabilan Alat Pencacah.


1. HV diatur pada tegangan kerja dan sumber yang dipakai adalah sumber standar Co-60.
2. Pencacahan dilakukan sebanyak 10 kali dengan sebelumnya ditentukan waktu cacahnya.
3. Langkah 1 dan 2 diulangi untuk pencacahan latar/background (pencacahan tanpa sumber
radiasi).

 Penentuan Waktu Mati / Dead Time.


1. Dipersiapkan sumber radiasi 2 buah.
2. HV dan Timer diatur
3. Pencacahan dilakukan masing-masing sebanyak 3 kali untuk sumber 1, sumber 2, dan
sumber 1+sumber 2.

 Penentuan Efisiensi Alat Cacah.


1. Sumber radiasi Co-60 yang sudah diketahui aktivitas awalnya diletakkan di dalam
detektor.
2. HV dan Timer diatur.
3. Pencacahan dilakukan sebanyak 2 kali.
4. Dicatat pula t0, dan t½.

 Penentuan Aktivitas Suatu Sumber X.


1. Suatu sumber radiasi Cs-137 dicacah sebanyak 3 kali.
2. Suatu sumber radiasi x (unknown) dicacah sebanyak 3 kali.
3. Hasil pencacahan pada langkah 2 dibandingkan dengan langkah 1.
4. Aktivitas sumber radiasi x ditentukan.

E. Data Percobaan
1. Penentuan Daerah Plato atau Tegangan Kerja.
Lama cacahan : 100 detik.
Sumber : Co-60
Jumlah Cacahan per Detik
No Tegangan HV (V) Jumlah Cacahan
(dps)
1 700 6513 65,13

2 720 6829 68,29

3 740 6962 69,62

4 760 6974 69,74

5 780 7246 72,46

6 800 7434 74,34

7 820 7585 75,85

8 840 7486 74,86

9 860 7704 77,04

2. Penentuan Kestabilan Alat Pencacah.


116
Laju cacah latar (R b ) : = 0,58 dps
200
Sumber radiasi : Co-60

No Rn (Rn - R b ) = Ri Ri - R i (Ri - R i )2
1 65,2 64,62 -1,15 1,3225

2 66,2 65,62 -0,15 0,0225

3 65,5 64,92 -0,85 0,7225

4 65,5 64,92 -0,85 0,7225

5 65,9 65,32 -0,45 0,2025

6 65,8 65,22 -0,55 0,3025

7 67,6 67,02 1,25 1,5625

8 67,2 66,62 0,85 0,7225

9 67,3 66,72 0,95 0,9025

10 67,3 66,72 0,95 0,9025

(Rn - R b) =R i = 65,77 - �(Ri - Ri) 2 = 7,385


3. Penentuan Waktu Mati / Dead Time.
Lama cacahan : 100 detik
HV : 760 V
Pencacahan
Sumber Radiasi
1 2 3
Co-60 6672 6592 6716
Cs-137 6973 7023 6811
Co-60 + Cs-137 13328 13143 13380

4. Penentuan Efisiensi Alat Cacah.


Sumber Radiasi : Co-60
A0 : 1µCi
t0 : November 2011
t½ : 5,27 tahun
t praktek : 9 Oktober 2012
HV : 760 Volt
Lama pencacahan : 60 detik
Pencacahan Jumlah cacahan Jumlah cacahan per detik (dps)
1 4008 66,8
2 3834 63,9

5. Penentuan Aktivitas Suatu Sumber X.


Sumber Radiasi : Cs-137
A0 : 5µCi
t0 : September 2011
t½ : 30,07 tahun
t praktek : 9 Oktober 2012
HV : 760 Volt
Lama pencacahan : 60 detik
Sumber Radiasi
No
Cs-137 x (unknown)
1 4107 1797
2 4034 1798
3 4087 1850

F. Perhitungan
1. Penentuan Daerah Plato atau Tegangan Kerja.
Dari data percobaan penentuan plato atau daerah kerja dapat dibuat grafik sebagai berikut:
Berdasarkan grafik di atas, diperoleh:
N1 = 69,62 dps
N2 = 69,74 dps
V1 = 740 V
V2 = 760 V

 Tegangan Kerja (Vk)


1
Vk = V1 + (V2 – V1)
3
1
= 740 V + (760 V – 740 V)
3
= 740 V + 6,667 V
= 746,667 V
= : 760 V

 Landai Plato per Volt (Slope = S)


N 2 - N1
S = �100%
(V2 - V1 ) N1
69, 74 cps - 69, 62 dps
= �100%
(760 V - 740 V)69, 62 dps

= 0,008618 % Volt
2. Penentuan Kestabilan Alat Pencacah.
- R i = 65,77

- �(Ri - Ri) 2 = 7,385

 X2 = �(Ri - Ri) 2

Ri
7,385
=
65, 77
= 0,11229
Alat dianggap stabil bila harga X2 antara 3,35 – 16,95 atau 3,35 < X2 < 16,95. Disini X2 =
0,11229 berarti 0,11229 <3,35 atau kurang dari jangkauan range sehingga dapat dikatakan
alat ini tidak stabil.

3. Penentuan Waktu Mati / Dead Time.


2
N1 = 6660 cacah/100 s = 66,6 dps, N1 = 4435,56 dps2
2
N2 = 6935,67 cacah/100 s = 69,3567 dps, N 2 = 4810,3518 dps2
2
N1+2 = 13283,6667cacah/100 s = 132,8367 dps, N1+2 =17645,58 dps2

Nb = 116 cacah/200 s = 0,58 dps

N1 +N 2 - N1+2 - N b
 t= 2 2 2
N1+2 - N1 - N 2
66, 6 + 69,3567 - 132,8367 - 0,58
τ = dps/ dps2
17645,58 - 4435,56 - 4810,3518
2,54
τ = dps/ dps2
8399, 6682

τ = 3, 0239.10-4 detik
τ = 302,39 µ detik.

Sehingga,
N1 = 6660 cacah/100 s = 66,6 dps

N1
N1 sebenarnya =
1 - N1.t
66, 6
=
1 - 66, 6.3, 0239.10 -4
= 67,9688 dps
N 2 sebenarnya = 70,8425

N1+2 sebenarnya = 138,3959

4. Penentuan Efisiensi Alat Cacah.


Sumber Radiasi : Co-60

A0 : 1µCi
3, 67.1010 dps
= 1.10-6Ci �
1Ci
= 36700 dps

t0 : November 2011
t praktek : 9 Oktober 2012
t = t praktek - t0
= 9 Oktober 2012 – 15 November 2011(tanggal tidak ada informasi jadi dianggap pertengahan bulan)
= (15+31+31+29+31+30+31+30+31+31+30+9)hari
= 329 hari

t½ : 5,27 tahun
= 5, 27 th �365 hari / th
= 1923,55 hari
= ~ 1924 hari

HV : 760 Volt

Lama pencacahan : 60 detik


0, 693
 l=

0, 693
l=
1924
l = 3, 6019.10-4 / hari
- lt
 A standar = A0 .e
= 36700 dps . e ( -3,6019.10 �329)
-4

= 32598, 76 dps
Pencacahan Jumlah cacahan Jumlah cacahan per detik (dps)
1 4008 66,8
2 3834 63,9

N standar netto = N st - N b

66,8 + 63,9
= - 0,58
2
= 64,77 dps
 Efisiensi
N st
�100%
A standar
64, 77
= �100%
32598, 76
= 0,1987 %

5. Penentuan Aktivitas Suatu Sumber.


Sumber Radiasi : Cs-137
A0 : 5µCi
t0 : September 2011
t½ : 30,07 tahun = 10976 hari
0, 693
l= =0,693/10976 = 6,314.10-5

t praktek : 9 Oktober 2012
t : 9 Oktober 2012 - 15 September 2011 = 390 hari
HV : 760 Volt
Lama pencacahan : 60 detik

Sumber Radiasi
No
Cs-137 x (unknown)
1 4107 1797
2 4034 1798
3 4087 1850

- Nc = 1815 cacah / 60 s = 30,65 dps

- Nb = 0,58 dps
- N standar = 4076 cacah/60 s = 67,93 dps

- Astandar = A0 .e - lt
-5
= 5µCi. e( -6,314.10 �390)

= 5µCi.0,9757
= 4,8785 µCi
Nc - Nb
Acuplikan = �Astandar
N standar - N b
30, 65 dps - 0,58 dps
= �4,8785 µCi
67,93 dps - 0,58 dps
30, 07 dps
= �4,8785 µCi
67,35 dps
= 2,178 µCi

G. Pembahasan.
Pada percobaan ini terlebih dahulu dilakukan penentuan tegangan kerja detektor Geiger
Muller sebelum melakukan pencacahan lebih lanjut. Tegangan kerja suatu detektor Geiger Muller
disebut plato, daerah kerja detektor adalah daerah dimana ionisasi sudah tidak bergantung pada
jenis dan besarnya tenaga radiasi. Untuk mencari tegangan kerja detektor GM terlebih dahulu
harus diketahui bentuk platonya, plato diperoleh dari hasil cacah yang telah dilakukan
pencacahan dalam waktu tertentu menggunakan tegangan tinggi yang dpat diatur sehingga
menghasilkan cacah, cacah akan diperoleh setiap ada perubahan tegangan. Pada tegangan awal
akan diperoleh cacah rendah, cacah dilakukan sampai cacah melonjak tinggi. Kemudian dicari
data yang diperoleh dibuat grafik hubungan antar Tegangan (HV) dengan cacah yang dihasilkan.
Dari grafik tersebut didapat harga – harga yang dapat dipakai sebagai patokan atau karakteristik
dari detektor mengenai tegangan kerjanya. Pada percobaan ini daerah plato GM pada tegangan

740 – 760 V dan tegangan kerjanya 746,667 V, serta landai platonya 0,008618 % Volt .

Setelah tegangan kerja diketahui, dilakukan penentuan kestabilan detektor. Pada


umumnya detektor memiliki kemampuan untuk menerima zarah radiasi yang dipancarkan sumber
radioaktif dan memiliki kestabilan dalam menerima zarah radiasi yang datang. Untuk
menentukan kestabilan alat maka dilakukan pencacahan sebanyak mungkin untuk mendapatkan
hasil yang baik. Tetapi dalam praktikum ini dilakukan pencacahan sebanyak 10 kali. Dalam
perhitungannya dilakukan dengan tes Chi square, dan diperoleh harga X 2 = 0,11229. Sedangkan
dalam ketentuannya, detektor dikatakan stabil apabila 3,35 < X 2 < 16,95. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa alat tersebut dalam keadaan tidak stabil sebab hasilnya jauh melebihi range
stabil yang telah ditentukan.
Proses pembacaan detektor Geiger Muller adalah proses pengubahan sebuah radiasi
menjadi pulsa listrik dan akhirnya tercatat sebagai sebuah cacahan. Proses ini memerlukan selang
waktu tertentu yang sangat dipengaruhi oleh kecepatan detektor dan peralatan penunjang lainnya.
Selang waktu tersebut dinamakan sebagai waktu mati (dead time) dari sistem pencacah karena
selama selang waktu tersebut sistem pencacah tidak dapat mendeteksi radiasi yang datang.
Dengan kata lai, radiasi yang datang berurutan dengan selang waktu yang lebih singkat daripada
waktu matinya tidak dapat dicacah atau tidak terhitung oleh sistem pencacah. Dalam penentuan
waktu mati detektor minimal diperlukan dua buah sumber radiasi yang harus dicacah sendiri-
sendiri dan dicacah secara bersamaan serta dilakukan pencacahan background. Setelah
didapatkan hasil cacah, digunakan rumus:
N1 +N 2 - N1+2 - N b
t= 2 2 2
N1+2 - N1 - N 2
maka didapat suatu harga yang menunjukkan waktu mati dari detektor GM. Dan dari praktikum
ini didapat waktu mati (τ) = 302,39 µ detik.
Selanjutnya dilakukan penentuan efisiensi detektor. Efisiensi adalah suatu parameter yang
sangat penting dalam pencacahan karena nilai inilah yang menunjukkan perbandingan antara
jumlah pulsa listrik yang dihasilkan sistem pencacah(cacahan) terhadap radiasi yang diterima
detektor. Untuk menentukan efisiensi maka perlu radiasi yang sudah diketahui aktivitasnya dan
dilakukan pencacahan. Dengan menggunakan rumus maka efisiensi alat dapat diketahui, berikut
rumus yang digunakan:
N st
E= �100%
Astandar
Dimana : E = Efisiensi
N st = N standar netto
Astandar = Aktivitas standar

Pada percobaan ini didapat efisiensi alat sebesar 0,1987 %.


Percobaan yang terakhir yakni penetuan aktivitas sumber X yang tidak diketahui. Dalam
penentuannya harus digunakan sumber radioktif yang telah diketahui aktivitasnya sebagai
pembanding. Dalam percobaan ini digunakan sumber standar Cs-137. Dengan membandingkan
hasil cacahan sumber X dan sumber standar Cs-137 setelah masing-masing dikurangi dengan
cacah background terlebih dahulu serta mengetahui aktivitas sumber standar Cs-137, maka
aktivitas sumber X dapat dicari. Rumusnya:
Nc - Nb
Acuplikan = �Astandar
N standar - N b

Dari hasil perhitungan didapat besarnya aktivitas sumber X adalah 2,178 µCi .

H. Kesimpulan.
1. Tegangan kerja detektor Geiger Muller adalah antara 740 hingga 760 V, dan landai plato

0,008618 % Volt .

2. Kestabilan alat tidak baik karena X2 = 0,11229. Padahal alat dianggap stabil bila harga X 2
antara 3,35 – 16,95 atau 3,35 < X2 < 16,95.
3. Detektor GM tersebut mempunyai waktu mati 302,39 µ detik..
4. Detektor GM tersebut mempunyai efisiensi 0,1987 %.
5. Aktivitas cuplikan (sumber X) didapat 2,178 µCi .

I. Daftar Pustaka.
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/pengukuran _radiasi/......
http://local.ans.org/mi/teacher_CD/activies/......
Suparno,dkk. 2011.Petunjuk Praktikum ADPR “Detektor Geiger Muller”.Yogyakarta:STTN-
BATAN
Jurnal Prosiding Seminar Nasional ke-17 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas
Nuklir oleh Irma Safitri(Prodi Fisika, Fakultas Saintek, UIN Sunan Kalijaga), Anis
Yuniati(Prodi Fisika, Fakultas Saintek, UIN Sunan Kalijaga), dan Irianto(PTAPB-
BATAN)
Yogyakarta, 13 Oktober 2012.
Dosen Praktikan,

Maria Christina P. Tino Umbar.

Anda mungkin juga menyukai