Makalah Fraktur Femur
Makalah Fraktur Femur
PENDAHULUAN
1
dipulihkan secara bertahap melalui mobilisasi persendian yaitu dengan latihan range
of motion (ROM). Range of motion adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot
dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). Pasien harus diusahakan untuk kembali ke
aktivitas biasa sesegera mungkin. Hal tersebut perlu dilakukan sedini mungkin pada
Pasien post operasi untuk mengembalikan kelainan fungsi Pasien seoptimal mungkin
atau melatih Pasien dan menggunakan fungsi yang masih tertinggal seoptimal
mungkin.
Berdasarkan masalah dan komplikasi yang terjadi akibat fraktur maka,
kelompok kami akan memberikan asuhan Keperawatan tentang fraktur agar
meminimalkan komplikasi yang terjadi.
2
Dapat menambah perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan medikal
bedah khususnya asuhan keperawatan dengan fraktur femur dextra tertutup kepada
mahasiswa.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
B. Badan
Ruas tulang belakang tulang leher (vertebrae sevicale) 7 ruas
ruas tulang punggung (vertebrae 12 ruas
dorsales)
5 ruas
ruas tulang pinggang (vertebrae
4
lumbales)
ruas tulang kelangkang (os.cacrum) 5 ruas
ruas tulang ekor (vertebrae 4 ruas
cocigeus)
Hulu (manubrium sterni)
Tulang dada (Sternum) Badan (corpus sterni)
Taju pedang (proccesus xyphoideus)
tulang rusuk sejati (costa vera) 7 pasang
tulang rusuk palsu (costa sporia) 3 pasang
Tulang rusuk (Costae) pasang tulang rusuk melayang 2 pasang
(costa fluctuantes)
tulang belikat (scapula) 2 tlg
Tulang gelang bahu
tulang selangka (clavicula) 2 tlg
tulang usus (os.ilium) 2 tlg
Tulang gelang panggul tulang duduk (os.ichium) 2 tlg
tulang kemaluan (os.pubis) 2 tlg
5
2.1.2 Jenis Tulang
A. Tulang keras
Tulang keras dibentuk oleh sel pembentuk tulang (osteoblas). Osteoblas
menghasilkan sel-sel tulang keras yang disebut osteosit. Osteoblas juga
mensekresikan zat-zat interseluler yang tersusun dari serabut kolagen yang akan
membentuk matriks tempat garam-garam kalsium didepositkan (ditumpuk). Zat
kapur itu dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO 3) dan kalsium fosfat
[Ca(PO4)2] yang diperoleh atau dibawa oleh darah.
Selain terdapat osteoblas (pembentuk tulang), terdapat pula osteoklas
yang bersifat mengkikis tulang. Osteoklas adalah sel berinti banyak dan
berukuran besar. Osteoklas melubangi tulang, yang kemudian dimasuki oleh
kapiler darah dan osteoblas baru sehingga terbentuk matriks tulang yang baru.
Matriks ini terletak dalam lingkaran membentuk sistem Havers.
B. Tulang rawan
Tulang rawan tersusun dari sel-sel tulang rawan yang disebut kondrosit,
yang menghasilkan matriks berupa kondrin. Tulang rawan tidak memiliki
serabut saraf dan pembuluh darah yang ada pada membran jaringan ikat di
sekitarnya dengan cara difusi. Ruang antarsel tulang rawan terisi banyak serat
kolagen dan serat elastik, tetapi sedikit mengandung zat kapur. Oleh sebab itu,
tulang rawan bersifat lentur. Kondrosit memiliki ruang yang disebut lakuna.
Kondrosit di dalam lakuna menerima nutrien dari kapiler darah melalui difusi,
karena kapiler darah tidak dapat masuk ke dalam matriks.
Ada tiga tipe tulang rawan, yaitu hialin, serat dan elastik :
1. Tulang rawan hialin
Merupakan tipe tulang rawan yang paling banyak terdapat di tubuh manusia.
Matriksnya transparan jika dilihat dengan mikroskop. Tulang rawan hialin
merupakan penyusun rangka embrio, yang kemudian akan berkembang
menjadi tulang keras. Pada individu dewasa, tulang rawan hialin terdapat
pada sendi gerak sebagai pelicin permukaan tulang dan sendi, ujung tulang
rusuk, hidung, laring, trakea dan bronkus.
2. Tulang rawan serat
6
Tulang rawan serat mempunyai matriks berisi berkas serabut kolagen.
Karena kandungan matriksnya, tulang rawan serat bersifat kuat dan kaku,
serta mampu manahan guncangan. Tulang rawan serat terdapat pada
anatrruas tulang belakang dan cakram sendi lutut.
3. Tulang rawan elastik
Tulang rawan elastik mengandung serabut elastik. Tulang rawan ini terdapat
pada daun telinga dan epiglotis.
7
Matriks tulang tersusun dari serat-serat kolagen organik yang tertanam pada
substansi dasar dan garam-garam anorganik tulang seperti fosfor dan kalsium.
a. Substansi dasar tulang terdiri dari sejenis proteoglikan yang tersusun terutama
dari kondroitin sulfat dan sejumlah kecil asam hialuronat yang bersenyawa
dengan protein.
b. Garam-garam tulang berada dalam bentuk kristal kalsium fosfat yang disebut
hidroksiapatit dengan rumus molekul 3Ca3(PO4)2●Ca(OH)2.
Persenyawaan antara kolagen dan kristal hidroksiapatit bertanggungjawab
atas daya regang dan daya tekan tulang yang besar. Cara penyusunan tulang serupa
dengan pembuatan palang beton: serat-serat kolagen seperti batang –batang baja
pada beton; garam-garam tulang sama seperti semen, pasir, dan batu pada beton
tersebut.
2.2 Definisi
Fraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang normal yang terjadi karena adanya
tekanan yang besar, dimana tulang tidak dapat menahan tekanan tersebut dan disertai
dengan perlukaan jaringan sekitarnya (Brunner dan Suddrat). Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer dan Bare, 2002).
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana
potensial untuk terjadi infeksi (Sjamsuhidajat, 2007 : 1138). Fraktur atau patah tulang
8
adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2007).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat
trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak
dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (FKUI, 2005:543)
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), kelelahan
otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis. Ada 2 tipe dari
fraktur femur, yaitu :
1. Fraktur Intrakapsuler; femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan kapsula.
a. Melalui kepala femur (capital fraktur)
b. Hanya di bawah kepala femur
c. Melalui leher dari femur
2. Fraktur Ekstrakapsuler;
a. Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang
lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
b. Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah
trokhanter kecil.
2.3 Etiologi
Menurut Sachdeva (2000), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Cedera traumatic
a. Cedera langsung, berarti pukulan langsung pada tulang sehingga tulang patah
secara spontan
b. Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari benturan,
misalnya jatuh dengan tangan menjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras dari otot yang kuat.
2. Fraktur patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit, diman dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur, dapat juga terjadi pada keadaan :
a. Tumor tulang (jinak atau ganas)
b. Infeksi seperti osteomielitis
c. Rakhitis, suatu penyakti tulang yang disebabkan oleh devisiensi vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain.
9
3. Secara spontan, disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas di kemiliteran.
2.4 Patofisiologi
Pada tulang yang hidup normal, jika mendapat kekerasan akan terjadi patah
tulang. Dan timbul kerusakan pada struktur jaringan lunak yang mengelilinginya.
Dibagian poriostium akan membentuk hematom disekeliling tampak fraktur dan disertai
pembengkakan. Pada fraktur femur tertutup terjadinya kontinuitas struktur tulang
dipengaruhi oleh dua faktor :
a. Faktor ekstrinsik yaitu gaya dari luar yang bereaksi pada tulang, tergantung pada
besarnya waktu dan arah gaya tersebut dapat menyebabkan fraktur, sedangkan
kekerasan yang menyebabkan fraktur antara lain kekerasan langsung dan kekerasan
akibat tarikan otot, kekerasan langsung menyebabkan patah tulang yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Untuk patah tulang akibat tarikan otot contohnya adalah
patah tulang patella dan oleh Ranon karena otot trisep dan bisep yang mendadak
berkontraksi.
b. Faktor intrinsik yaitu kapasitas absorpsi dari energi, daya elastis, gaya terhadap
kelelahan, densitas atau kepadatan.
- Trauma langsung ; kecelakaan.
- Trauma tidak langsung.; jatuh.
- Penurunan masa tulang.
- Metastase kanker tulang.
2.5 Pathway
10
11
2.6 Klasifikasi
Penampikan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis ,
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
1) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa
komplikasi (Soedarman, 2000 )
2) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
12
4) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan lain.
5) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang.
d. Berdasarkan jumlah garis patah.
1) Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.
3) Fraktur Multiple : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
h. Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada
fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak
sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak
sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam
dan pembengkakan.
13
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement.
2.7 Manifestasi Klinik
Menurut Mansjoer,dkk 2000, daerah paha yang patah tulangnya sangat
membengkak, ditemukan tanda functio laesa, nyeri tekan dan nyeri gerak. Tampak
adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi ke anterior. Ditemukan adanya
perpendekan tungkai bawah. Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat pemeriksaan harus
diperhatikan pula kemungkinan adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligamentum
didaerah lutut. Selain itu periksa juga nervus siatika dan arteri dorsalis pedis
2.8 Komplikasi
Menurut Sylvia and Price 2001, komplikasi yang biasanya ditemukan antara lain :
a. Komplikasi Awal
1) Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi
pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2) Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan yang terlalu
kuat.
3) Fat Embolism
Syndrom Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang
dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat
oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,
tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.
4) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
5) Avaskuler Nekrosis
14
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia.
6) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri dan
disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period). Kuman belum
terlalu jauh meresap dilakukan:
1) Pembersihan luka
2) Exici
3) Hecting situasi
4) Antibiotik
b. Seluruh Fraktur
16
Retensi/Immobilisasi Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen
tulang sehingga kembali seperti semula secara optimun. Imobilisasi fraktur.
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan
dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat
dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna.
Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai
interna untuk mengimobilisasi fraktur.
3) Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya
diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Reduksi dan imobilisasi
harus dipertahankan sesuai kebutuhan. Status neurovaskuler (mis. pengkajian
peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi
diberitahu segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler. Kegelisahan, ansietas
dan ketidaknyamanan dikontrol dengan berbagai pendekatan (mis. meyakinkan,
perubahan posisi, strategi peredaan nyeri, termasuk analgetika).
Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi
disuse dan meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam aktivitas hidup
sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan harga-diri.
Pengembalian bertahap pada aktivitas semula diusahakan sesuai batasan
terapeutika. Biasanya, fiksasi interna memungkinkan mobilisasi lebih awal. Ahli
bedah yang memperkirakan stabilitas fiksasi fraktur, menentukan luasnya gerakan
dan stres pada ekstrermitas yang diperbolehkan, dan menentukan tingkat aktivitas
dan beban berat badan.
17
fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama
sekali.
2) Stadium Dua-Proliferasi Seluler Pada stadium ini terjadi proliferasi dan
differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum,
dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami
proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah
osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari
terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah.
Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung
frakturnya.
3) Stadium Tiga-Pembentukan Kallus Sel–sel yang berkembang memiliki potensi
yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan
mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel
tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago,
membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara
tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada
tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4) Stadium Empat-Konsolidasi Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut,
anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan
tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen
dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu
beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
5) Stadium Lima-Remodelling Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang
yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk
ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae
yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding
yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk
struktur yang mirip dengan normalnya.
1. Sinar X
Melihat gambaran terakhir atau mendekati struktur fraktur
18
2. Venogram
Menggambarkan arus vaskularisasi
3. Konduksi saraf dan elektromiogram
Mendeteksi cidera saraf
4. Angiografi
Berhubungan dengan pembuluh darah
5. Antrotropi
Mendeteksi keterlibatan sendi
6. Radiografi
Menentukan integritas tulang
7. CT-Scan
Memperlihatkan fraktur atau mendeteksi struktur fraktur
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
19
Keluhan Utama Pasien mengatakan nyeri di bagian paha sebelah kanan.
Riwayat Pasien mengatakan ia terjatuh saat memanjat pohon yang berada didekat rumahnya.
Kejadian Pada saat diatas pohon, pasien kehilangan pegangan dan pasien terjatuh ketanah
mengakibatkan paha sebelah kanan Pasien terasa sakit dengan nyeri yang sangat
hebat. Oleh keluarga kemudian Pasien dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto 1 jam
SMRS.
Riwayat Pasien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit dengan keluhan sama seperti
Penyakit yang dialaminya saat ini, namun pada kecil Pasien pernah dirawat di rumah sakit
Dahulu karena terserang diare. Pasien mengatakan tidak pernah memiliki penyakit menular
dan penyakit seperti hipertensi, TBC, dan Jantung.
GCS : E 4 V 5 M 5
Jelaskan : .....................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Jelaskan, …………………………………………...
20
Keluhan sesak nafas : O tidak ada O ada
Jelaskan, …………………………………………...
O Lain-lain, ………………………………………………
Jelaskan : …………………………………………………
P : ……………………………………………………………………………………
Q : ……………………………………………………………………………………
R : ……………………………………………………………………………………
S : ……………………………………………………………………………………
T : ……………………………………………………………………………………
21
Reflek patologi : ............................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Integumen Luka bakar : O tidak ada O ada Presentasi luka bakar : ……………
Jelaskan : ………….……………………………………
Jelaskan : ………….……………………………………
Jelaskan : ………….……………………………………
O Lain-lain, …………………………………………………………………………
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMBERIAN TERAPI
NILAI
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN METODE
RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.1 12.0– 15.5 g/1
Lekosit 8,300 4.0– 10.5 ribu/ul
Eritrosit 4.52 3.90-5.50 juta/ul
Hemotokrit 38 35-45 vol%
Trombosit
180.000 150-450 ribu/ul
RDW-CV 13,5 11.5– 14.7 %
MCV,MCH,MCHC
MCV 84,7 80.0-97.0 fl
MCH 29,0 27.0-32.0 Pg
MCHC 34,2 32.0-38.0 %
HITUNG JENIS
Nentrofil % 67,6 50.0-70.0 %
Limfosif % 22.0* 25.0-40.0 %
Alonosit % 5,9 3.0-9.0 %
A l ewrofil 9 5,60 2.50-7.00 ribu/ul
Limfosit # 1.80 1.25-4.00 ribu/ul
Afonosit , , q 0,73 0.30– 1.00 ribu/ul
PROTOHROMBIN TIME
Hasil PT 15,4 11,5– 15,5 detik
INR 1.15 - -
Control normal PT 13.80 - detik
23
APTT
Hasil APTT 32.3 26,0-34,0 detik
Control normal APTT 32.20 detik
24
DATA FOKUS
25
Skala aktivitas pasien 2 (memerlukan
bantuan orang lain)
Keterangan :
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dihantu orang lain dan alat bantu
4 = tergantung secara total
Skala kekuatan otot
5555 5555
5522 5555
Keterangan ;.
1 = Tidak ditemukan adanya kontraksi
otot.
2 = Kontaraksi otot yang terjadi hanya
berupa perubahan dari tonus otot yang
dapat diketahui dengan palpasi dan
tidak dapat menggerakkan sendi tetapi
2 = otot hanya mampu menggerakkan
persendian tetapi, kekuatannya tidak
dapat melawan gravitasi bumi
3 = Disamping dapat menggerakkan
sendi, otot juga dapat melawan
pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat
terhadap tahanan yang diberikan oleh
pemeriksa.
4 = Kekuatan otot seperti pada derajat 3
disertai dengan kemampuan otot
terhadap tahanan yang ringan.
5 = Kekuatan otot normal.
Hasil rontgen tanggal 23 januari 2015 :
Close Fraktur 1/3 Distal Femur Dextra
Tampak adanya luka post operasi
26
(pemasangan ORIF)
Luka tampak masih berbalut dengan rapi
dan bersih
Luka tampak belum dibuka
Hasil Lab. Hematologi tanggal 23 januari
2015
Leokosit : 8,300 ribu/ul (4,0-10,5)
27
ANALISA DATA
28
R = Nyeri terpusat pada seluruh area
luka post ops
S = Skala nyeri 3 (nyeri berat dengan
rentang skala nyeri 0 -5).
T = Nyeri selalu ada dalam 24 jam
2. DATA SUBJEKTIF:
Pasien mengatakan sebagian aktivitasnya Hambatan Trauma jaringan
dibantu oleh keluarganya mobilitas fisik sekunder akibat
Pasien mengatakan nyeri bertambah fraktur
apabila kaki kanannya digerakkan
Pasien mengatakan susah menggerakan
kakinya sebelah kanan
DATA OBJEKTIF :
Pasien tampak dibantu keluarganya saat
ingin sesuatu
Pasien tampak berbaring ditempat tidur
Skala aktivitas Pasien 2 (memerlukan
bantuan orang lain)
Keterangan :
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
4 = dihantu orang lain dan alat bantu
4 = tergantung secara total
Skala kekuatan otot
5555 5555
5522 5555
Keterangan ;.
29
1 = Tidak ditemukan adanya kontraksi
otot.
2 = Kontaraksi otot yang terjadi hanya
berupa perubahan dari tonus otot
yang dapat diketahui dengan palpasi
dan tidak dapat menggerakkan sendi
tetapi 2 = otot hanya mampu
menggerakkan persendian tetapi,
kekuatannya tidak dapat melawan
gravitasi bumi
3 = Disamping dapat menggerakkan
sendi, otot juga dapat melawan
pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat
terhadap tahanan yang diberikan oleh
pemeriksa.
4 = Kekuatan otot seperti pada derajat 3
disertai dengan kemampuan otot
terhadap tahanan yang ringan.
5 = Kekuatan otot normal.
Hasil rontgen tanggal 23 januari 2015 :
Close Fraktur 1/3 Distal Femur Dextra
30
Leokosit : 8,300 ribu/ul (4,0-10,5)
Tanda-tanda vital :
TD : 100/80 mm Hg
R : 22 kali/menit
N :84 kali/menit
S : 36,70C
31
DIAGNOSA KEPERAWATAN
32
INTERVENSI KEPERAWATAN
INTERVENSI
DIAGNOSA
NO INTERVENSI DAN
KEPERAWATAN TUJUAN / KH
RASIONAL
1. Nyeri (akut) berhubungan Setelah dilakukan tindakan1) Evaluasi keluhan nyeri atau
dengan Trauma jaringan selama 1 x 60 menit, ketidak- nyamanan,
dan imobilitas diharapkan Nyeri dapat ber- perhatikan lokasi dan
kurang dalam 7 hari karakteritik termasuk
perawatan dengan kriteria intensitas (skala nyeri)
hasil : Rasional : Mempengaruhi
pilihan atau pengawasan
Nyeri yang dirasakan
keefektifan intervensi
Pasien tidak ada lagi
atau berkurang
2) Kaji penyebab nyeri
Pasien tampak tenang Rasional : Memudahkan
dalam menentukan
Nyeri berkurang saat
intervensi selanjutnya
Pasien beraktifitas atau
ekstrimitas yang sakit
3) Dorong menggunakan
digerakkan
teknik - manajemen stres.
Nyeri seperi ditusuk- contoh : latihan napas
tusuk tidak terasa lagi dalam
Rasional :
Nyeri tidak terasa lagi,
Memfokuskan perhatian,
tidak menyebar.
meningkatkan rasa kontrol,
33
4) Mengukur tanda-tanda vital
Rasional :
Dalamkeadaannyeri
cederung terjadi
peningkatan tanda-tanda
vital terutama tekanan
darah dan nadi
6) Kolaborasi :
Berikan obat sesuai
indikasi analgesik non
narkotik. NSAID injeksi,
contoh : ketorolac
Rasional : Diberikan untuk
menurunkan nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik b.d Setelah dilakukan tindakan 1) Bantu Pasien dalam
Trauma jaringan sekunder selama 1 x 60 menit, Memelihara kebersihan
akibat fraktur diharapkan Pasien dapat diri.Memenuhi
me-lakukan aktivitasnya kebutuhan makan dan
secara bertahap dalam 7 minum, berpakaian serta
hari perawatan dengan bantu dalam memenuhi
kriteria hasil : kebutuhan eliminasi.
Pasien dapat Rasional : Kebutuhan
melakukan fisiknya dan
Aktivitas sehari-hari menghindari terjadinya
secara bertahap. injuri
34
Skala otot 2) Bantu perawatan diri
menunjukkan Pasien.
perbaikan Rasional : Meningkatkan
5555 5555 kekuatan otot dan
5533 5555 sirkulasi, meningkatkan
atau control Pasien dalam
5555 5555 situasi dan meningkatkan
5544 5555 kesehatan diri langsung.
Disamping dapat
menggerakkan sendi, 3) Evaluasi tingkat aktivitas
otot juga dapat yang dapat dilakukan
melawan pengaruh pasien.
grativitas tetapi tidak Rasional : mengetahui
kuat terhadap tahanan sejauh mana tingkat
yang diberikan oleh pengetahuan Pasien
pemeriksa.
bergerak melawan 4) Ukur kekuatan otot
gravitasi tetapi hanya dengan menggunakan
dapat menahan kekuatan otot
Rasional : kekuatan otot
yang baik merupakan
syarat untuk beraktivitas
35
6) Kolaborasi berikan ROM
aktif maupun pasif.
Rasional : Mencegah
kekuatan sendi
5) Kolaborasi :
Berikan obat sesuai
program medis, contohnya
antibiotic IV /tropical
Rasional : Antibiotic
spectrum luas dapat
digunakan secara
profilaktik atau dapat
ditujukan pada
mikroorganisme khusus.
37
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
40
Hasil : luka tampak agak kering, panjang luka
+ 25 cm
41
EVALUASI KEPERAWATAN
NO TANGGAL TANDA
EVALUASI
DX WAKTU TANGAN
1. 23 januari 2015 S:
Klien mengatakan lukanya masih terasa nyeri,
nyerinya akan berkurang bila kaki kanannya tidak
digerakkan dan nyeri akan bertambah bila kakinya
digerakkan atau disentuh
Karakteristik nyeri klien :
P = nyeri bertambah apabila klien menggerakkan
kaki kanannya dan nyeri akan berkurang
apabila tidak melakukan apa-apa.
Q = nyeri yang dirasakan klien seperti ditusuk-
tusuk.
R = nyeri terpusat pada seluruh area luka post ops.
S = skala nyeri 3 (nyeri berat dengan rentang skala
nyeri 0 – 5).
T = nyeri selalu ada dalam 24 jam Pada siang
ataupun malam.
O:
Pada daerah luka terdapat nyeri tekan diarea
42
sekitar luka, skala nyeri 3 (nyeri berat).
Klien tampak berbaring dengan posisi terlentang di
tempat tidur
Tampak terdapat luka post op. ORIF di kaki kanan
klien pada daerah paha.
Klien tampak meringis kesakitan saat nyeri timbul
dan bila daerah luka disentuh.
Tanda-tanda vital :
TD : 12080 mm Hg
R : 24 kali/menit
N : 85 kali/menit
T : 36,7 oC
A:
Masalah nyeri klien belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan di ruang perawatan bedah
1. Kaji status nyeri klien
2. Anjurkan klien untuk meminimalkan aktivitas
untuk mengurangi nyeri yang terasa.
3. Anjurkan alternative tindakan kenyamanan
seperti mengubah posisi, teknik napas dalam.
4. Monitor tanda-tanda vital.
Kolaborasi :
Berika obat analgetik sesuai indikasi.
43
2. 23 januari 2015 S:
Klien mengatakan apabila ingin sesuatu masih
dibantu oleh ibunya
O:
Klien tampak berbaring di tempat tidur.
Skala aktivitas klien 2
(memerlukan bantuan orang lain).
Skala kekuatan otot klien
5555 5555
5522 5555
Keterangan :
2 = otot hanya mampu menggerakkan persendian,
tetapi kekuatannya tidak dapat melawan
gravitasi bumi.
5 = kekuatan otot normal.
A:
Masalah kerusakan mobilitas fisik klien belum
teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan di ruang perawatan bedah
1. Evaluasi tingkat aktivitas klien.
2. Ukur skala aktivitas dengan skala 0-4.
3. Ukur skala kekuatan otot dengan skala 0-5.
4. Bantu klien dalam memelihara kebersihan diri,
memenuhi kebutuhan makan dan minum,
berpakaian serta dalam memenuhi kebutuhan
eliminasi.
3. 23 Januari 2015 S :
Klien mengatakan lukanya masih terasa nyeri.
O:
Tampak terdapat luka post op. ORIF di daerah
paha.
Luka sudah dibersihkan, luka tampak agak kering,
44
panjang luka udah dibersihkan, luka tampak agak
kering, panjang luka + 25 cm.
Tanda-tanda vital :
TD : 110/60 mm Hg
N : 84 kali/menit
R : 20 kali/menit
T : 36,7 oC
A:
Masalah resiko infeksi klien belum teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan di ruang perawatan bedah
1. Ukur Suhu tubuh melalui axila.
2. Awasi tanda-tanda vital.
3. Awasi tanda-tanda infeksi pada area luka
4. Amati keadaan drain
5. Amati keadaan luka post ops
Kolaborasi :
Berikan antibiotic sesuai indikasi.
45
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mansjoer, Arif (et. al). (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (edisi 3). Jakarta : Media
Aesculapius.
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi 6. Brahm U. Pendit, Penerjemah. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume II. Edisi 8. Agung
Waluyo, Penerjemah. Jakarta : EGC
46