Anda di halaman 1dari 5

Nama : Pangestu Danang Wiguna

NIM : 2618074

Mata Kuliah/Kelas : Sejarah Peradaban Islam/B

Tugas UTS

Analisis Jurnal

(Sejarah Dakwah Nabi Muhammad pada Msayarakat Madinah: Analisis


Model Dakwah Ukhuwah Basyariah dan Ukhuwah Wathoniyah)

Politik

Karena kondisi masyarakat Madinah yang heterogen dan plurar, maka


tidak jarang terjadi konflik-konflik yang acap kali dipicu oleh ke-heterogenan dan
ke-pluralitasan. Oleh karena itu, Rasulullah SAW membuat atau menyusun suatu
undang-undang dasar yang disepakati bersama oleh masayarakat Madinah yang
kemudian undang undang atau perjanjian tersebut dinamakan sebagai Piagam
Madinah. Didalamnya, terdapat sebuah payung besar yang mewadahi umat islam
dan non-islam di Madinah. Dengan kata lain, kehadiran Piagam Madinah
merupakan seebuah bentuk reformasi total bagi masyarakat Madinah. Salah satu
isinya adalah: “Orang Islam, Yahudi, dan Seluruh penduduk Madinah yang lain
bebas memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing. Mereka dijamin
keamanannya dalam menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya dan
agamanya masing-masing. Tidak seorang pun dibenarkan mencampuri urusan
agama orang lain.”

Jika dikaitkan pada zaman sekarang strategi politik Rasulullah SAW


tersebut masih sangat relevan untuk diimplementasikan. Contohnya, Indonesia
merupakan Negara yang sangat plural. Memiliki enam agama--yang diakui oleh
Negara--, beragam suku, bahasa, budaya, ras, dll. Berbagai keberagaman tersebut
dapat disatukan dengan adanya Pancasila sebagai ideologi bangsa, bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan, burung garuda sebagai lambang Negara, dan
bendera merah-putih sebagai bendera Negara. Pun dengan cita-cita bangsa, yang
nilai-nilainya terdapat pada pancasila. Alat-alat pemersatu bangsa tersebut
merupakan gagasan-gagasan founding fathers bangsa Indonesia yang berfungsi
sebagai pemersatu bangsa. Mempersatukan berbagai perbedaan menjadi satu
kesatuan.

Tidak hanya di Indonesia saja, di seluruh Negara di penjuru dunia pun


semestinya dapat mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
karena pada hakikatnya, kita hidup dalam berbagai perbedaan.

Ekonomi

Sebelum masuk ke Madinah, yang pertama kali dilakukan oleh Rasulullah


SAW bersama dengan umat muslim lainnya adalah mendirikan Masjid Quba.
Yang mana, masjid ini bukan hanya dipergunakan untuk beribadah, tetapi juga
sebagai sentral kegiatan kaum muslimin termasuk dalam bidang perekonomian.

Apabila diimplementasikan pada zaman sekarang (khususnya di


Indonesia), nilai-nilai tersebut masihlah relevan untuk diimplementasikan. Dan
kenyataannya Indonesia pun menerapkan nilai-nilai tersebut. Di Indonesia, tidak
sedikit masjid-masjid yang di dalamnya telah membentuk Badan Amil Zakat yang
diperuntukkan sebagai pemberdayaan ummat.

Sosial

Setelah adanya piagam madinah dan tertanamnya nilai-nilai Ukhuwah


Wathaniyah, kerukunan umat Islam dan kecintaan mereka terhadap Madinah telah
muncul. Akan tetapi, terkadang mereka merasakan sikap syu’ubiyah atau fanatik
kesukuan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa mereka masih memerlukan
persaudaraan atas dasar kemanusiaan (ukhuwah basyariah). Karena apabila
kondisi ini dibiarkan, maka akan membuka peluang kepada mereka untuk saling
mencari kelemahan. Melihat realita dan perkembangan yang terjadi di kalangan
masyarakat Madinah, Nabi Muhammad saw menyusun strategi selanjutnya, yaitu
melahirkan sikap kebersamaan. Nabi ingin menanamkan sebuah keyakinan,
bahwa semua manusia itu adalah sama. Sama-sama makhluk Allah Swt yang
berasal dari satu nenek moyang, yaitu Adam as dan Hawa. Dengan demikian, nabi
ingin mengikat mereka dengan tali persudaraan atas dasar nilai kemanusiaan.
Sebuah persaudaraan yang diikat atas dasar kesamaan ciptaan, yaitu manusia
sebagai ciptaan Allah Swt. Walaupun bangsa Arab adalah bangsa yang sangat
menghargai garis keturunan dan mengenal berbagai strata. Akan tetapi, secara
hakikat penciptaan manusia itu sama seluruhnya. Tidak ada perbedaan satu bangsa
dengan bangsa lain, tidak juga dikarenakan suku, ras, dan warna kulit.

Keadaan sosial yang telah ditunjukkan di atas, di Madinah pada zaman


Rasulullah SAW tidak jauh berbeda dengan keadaan sosial di Indonesia. Yang
mana memiliki beragam agama dan suku dengan adat istiadat yang berbeda dan
pola pikir yang berbeda pula. Oleh karena itu, pendiri-pendiri bangsa berusaha
menanamkan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, dan Persatuan Indonesia. Hal tersebut merupakan langkah yang telah
dipikirkan,disepakati, dan diperjuangkan oleh para pendiri bangsa guna
menguatkan rasa persatuan dan rasa persamaan dibalik beragam perbedaan.

Menyadari bahwa begitu pluralnya Indonesia, maka hal tersebut tentunya


perlu kita terapkan dalam berkehidupan bermasyarat demi terus terciptanya
kerukunan dan keutuhan bangsa.

Budaya

Dibangunnya sebuah masjid yang tidak hanya digunakan sebagai media


beribadah saja, melainkan juga digunakan sebagai pusat penyelenggaran kegiatan-
kegiatan sosial-keagamaan, seperti bermusyawarah, serta menyelesaikan perkara-
perkara yang terjadi di masyarakat. Selain itu, masjid juga dimaksudkan untuk
menanamkan nilai-nilai persaudaraan dan cinta tanah air antar kaum Anshor dan
Muhajirin.

Jika dikorelasikan dengan masa sekarang, hal tersebut masihlah sangat


relevan untuk diimplementasikan mengingat manfaat yang dihasilkan. Pada
zaman sekarang, masjid bukan hanya dijadikan sebagai tempat beribadah saja,
melainkan juga sebagai pusat pendidikan agama islam dari suatu desa, selain itu di
masjid juga tidak jarang diadakan kegiatan-kegiatan yang mengandung makna
atau nilai kebersamaan atau persaudaraan. Kegiatan bermusyawarah pun acap kali
diadakan dalam mengambil keputusan bersama mengenai suatu hal penting.
Contohnya: musyawarah pembentukan jadwal imam, pembaca sholawat, bilal,
dan pembawa jajan tadarus. Yang diadakan sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Sehingga dapat disimpulkan, sejak zaman dulu sampai sekarang kegiatan


pemakmuran masjid merupakan suatu hal yang sangat vital dalam memperkuat
rasa persaudaraan antar umat islam disamping memperkuat iman dalam beribadah
kepada Allah SWT.

Pertahanan dan Keamanan

Pada masa Rasulullah SAW berdakwah di Madinah, Beliau menerapkan


Ukhuwah Wathaniyah dalam sistem pertahanan dan keamanan, Rasulullah SAW
berusaha menanamkan terhadap setiap anggota militer (khususnya), bahwa jiwa
atau rasa cinta dan rasa memiliki tanah air merupakan hal yang sangat penting.

Di Indonesia, apa yang di ajarkan Rasulullah SAW mengenai Ukhuwah


Wathaniyah (dalam bidang pertahanan dan keamanan) juga merupakan suatu
pokok penting dalam setiap pendidikan “bela Negara”. Dengan timbulnya rasa
cinta dan rasa memiliki tanah air maka setiap orang akan memiliki spirit lebih
dalam mempertahankan tanah airnya dari gangguan dan ancaman yang datang.
Sehingga dengan kata lain, nantinya setiap orang (bukan hanya TNI-POLRI) akan
memiliki rasa tanggungjawab untuk selalu menjaga dan mempertahankan tanah
airnya.
Identitas Jurnal

1. Nama jurnal
JUSPI: Jurnal Sejarah Peradaban Islam Vol. 1 No. 2 Tahun 2017 ISSN
2580-8311
2. Judul jurnal
Sejarah Dakwah Nabi Muhammad pada Msayarakat Madinah: Analisis
Model Dakwah Ukhuwah Basyariah dan Ukhuwah Wathoniyah
3. Penulis jurnal
Azhar (Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara), e-
mail: azharsitompul8@gmail.com
4. Volume
Vol. 1
5. Tahun terbit
2017

Anda mungkin juga menyukai