Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Sampling Ikan Tiap Minggu
1. Minggu ke - I
Ukuran 10 ekor ikan nila Total
Panjang 14 15.5 12 12,5 13 11,5 11,5 10 9,5 9 118,5
( cm ) Cm cm cm cm cm Cm cm cm cm cm cm
Berat 4,5 52,8 26 31,6 38,2 16,8 21,5 14,7 13,4 14,1 233,6
( gr ) Gr gr gr gr gr Gr gr gr gr gr Cm

2. Minggu ke – II
Ukuran 10 ekor ikan nila Total
Panjang 14 13 12 11,8 12,8 11 12,5 10,5 11 12 120
( cm ) cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm Cm
Berat 53 23 36 29 34 20 12 15 12 14 248
( gr ) gr gr gr gr gr gr gr gr gr gr gr

3. Minggu ke – III
Ukuran 5 ekor ikan nila Total
Panjang 14,5 13,2 12 11,8 12 63,5
( cm ) Cm cm cm cm cm cm
Berat 53 26 16 29 14 138
( gr ) Gr gr gr gr gr gr

4. Minggu ke – IV
Ukuran 10 ekor ikan nila Total
Panjang 12 12 12 12 12 15 14 13 15 13 130
( cm ) cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm cm
Berat 35,88 55,46 38,87 25,12 20,30 26 21,90 26,68 16,83 13,82 280,86
( gr ) gr gr gr gr gr gr gr gr gr gr Gr

4.1.2 Kebutuhan Pakan Tiap Minggu


Minggu ke I Minggu ke II
 Bobot total ikan =233,6 x 5% =11,68 gr  Bobot total ikan = 248 x 5% = 12,4 gr
 Pakan 1 minggu = 11,68 x 7 = 81,76 gr  Pakan 1 minggu = 12,4 x 7 = 86,8 gr
 1 kali makan = 11,68 : 2 = 5,48 gr  1 kali makan = 12,4 : 2 = 6,2 gr
Minggu ke III Minggu ke IV
 Bobot total ikan=275,82 x 5%=13,791 gr  Bobot total ikan= 280 x 5%= 14 gr
 Pakan 1 minggu = 13,791 x 7 =96,537 gr  Pakan 1 minggu = 14 x 7 = 98 gr
 1 kali makan = 13,791 : 2 = 6,8955 gr  1 kali makan = 14 : 2 = 7 gr

4.1.3 Tabel Sampling Tanaman


Sampling awal 10 tanaman Sampling akhir 10 tanaman
 Panjang total akar = 27 : 10 = 2,7 cm  Panjang total akar = 30 : 10 = 3 cm
 Panjang tanaman tanpa akar = 19 : 10  Panjang tanaman tanpa akar = 40 : 10
= 1,9 cm = 4 cm
 Bobot = 1,5 gr  Bobot = 2,5 gr

4.1.4 Tabel Kualitas Air


Sabtu 27 maret 2019
TOM Rumus = (x-y) x 31,6 x 0,01 x 1000 / v sampel
KMnO4 mg/l = (25-10,8) x 31,6 x 0,01 x 1000 / 25 = 14,2 x 316 / 25
= 179 mg/l
ALKALINITAS Rumus = (( A x N x 5000 ) / ml. Sampel
CaCO3 mg/l = ( 10 x 0,02 x 5000 ) / 50
= 20 mg/l
DO mg/l Rumus = ml. Titran x N titran x 8 x 1000 / v. Sampel
= 2,8 x 0,025 x 8 x 1000 / 50 = 560 / 50 = 11,2 mg/l
CO2 1000 𝑚𝑙
Rumus = (𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
Ppm CO2 1000
= ( 25 ) 𝑥 2 𝑥 0,045 = 3,6 𝑝𝑝𝑚
TSS mg/l Rumus = ( A – B ) x 1000 / ml. Sampel
= ( 0,76 – 0,76 ) x 1000 / 50 = 0 mg/l
Sabtu 5 mei 2019
TOM Rumus = (x-y) x 31,6 x 0,01 x 1000 / v sampel
KMnO4 mg/l = 11 x 31,6 x0,01 x 1000 / 25 = 3.476 / 25 = 139,04 mg/l
ALKALINITAS Rumus = (( A x N x 5000 ) / ml. Sampel
CaCO3 mg/l = ( 13,6 x 0,02 ) x 5000 / 50 = 27,2 ppm
DO mg/l Rumus = ml. Titran x N titran x 8 x 1000 / v. Sampel
= 18 x 0,025 x 8 x 1000 / 50 = 1.003,6 / 50 = 20,072 mg/l
CO2 1000 𝑚𝑙
Rumus = (𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
Ppm CO2 1000
= ( 100 ) 𝑥 6 𝑥 0,1 = 6 𝑝𝑝𝑚
TSS mg/l Rumus = ( A – B ) x 1000 / ml. Sampel
= ( 0,43 – 042 ) x 1000 / 50 = 10 / 50 = 0,2 mg/l
Sabtu 11 mei 2019
TOM Rumus = (x-y) x 31,6 x 0,01 x 1000 / v sampel
KMnO4 mg/l = ( 23 – 1,5 ) x 31,6 x 0,01 x 1000 / 25 = 679,24 / 25
= 27,176 mg/l
ALKALINITAS Rumus = (( A x N x 5000 ) / ml. Sampel
CaCO3 mg/l = ( 3 x 0,02 ) x 5000 / 50 = 0,06 x 5000 / 50 = 300 / 50 = 6 mg/l
DO mg/l Rumus = ml. Titran x N titran x 8 x 1000 / v. Sampel
= 1,5 x 0,025 x 8 x 1000 / 50 = 300 / 50 = 6 mg/l
CO2 1000 𝑚𝑙
Rumus = (𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
Ppm CO2 1000
= ( 100 ) 𝑥 1,3 𝑥 0,1 = 1,3 𝑝𝑝𝑚
TSS mg/l Rumus = ( A – B ) x 1000 / ml. Sampel
= ( 0,52 – 0,51 ) x 1000 / 50 = 10 / 50 = 0,2 mg/l
Sabtu 18 mei 2019
TOM Rumus = (x-y) x 31,6 x 0,01 x 1000 / v sampel
KMnO4 mg/l = ( 25 – 7,5 ) x 31,6 x0,01 x 1000 / 25 = 553 / 25
= 22,12 mg/l
ALKALINITAS Rumus = (( A x N x 5000 ) / ml. Sampel
CaCO3 mg/l = ( 2 x 0,02 ) x 5000 / 50 = 0,04 x 5000 / 50 = 200 / 50 = 4 mg/l
DO mg/l Rumus = ml. Titran x N titran x 8 x 1000 / v. Sampel
= 1 x 0,025 x 8 x 1000 / 50 = 200 / 50 = 4 mg/l
CO2 1000 𝑚𝑙
Rumus = (𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑁 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛
Ppm CO2 1000
= ( 100 ) 𝑥 2,2 𝑥 0,1 = 2,2 𝑝𝑝𝑚
TSS mg/l Rumus = ( A – B ) x 1000 / ml. Sampel
= ( 0,52 – 0,51 ) x 1000 / 50 = 10 / 50 = 0,2 mg/l

Tanggal Nitrat Nitrit Amonia


Sabtu, 5 mei 2019 5 ppm 0,50 ppm 0,25 ppm
Sabtu, 11 mei 2019 0 ppm 0,25 ppm 0,25 ppm
Sabtu, 18 mei 2019 0 ppm 0,5 ppm 0,25 ppm

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pertumbuhan Ikan Nila
Berdasarkan praktikum manajemen kualitas air dan purifikasi tentang
budidaya ikan nila menggunakan tanaman bioremediasi Monte carlo dan uji titrasi
kualitas air didapatkan hasil bahwa pertumbuhan ikan setiap minggu mengalami
peningkatan. Dimana didapatkan hasil pertumbuhan ikan pada awal tebar hingga
panen mengalami kenaikan yang cukup baik. Hasil pengukuran bobot dan
Panjang ikan selama tiga minggu sampling menunjukkan peningkatan walaupun
tidak terlalu signifikan. Melihat dari hasil data yang telah diperoleh bahwa dalam
budidaya ikan nila memiliki persayaratan kualitas air yang baik serta pemberian
pakan yang tepat. Pada awal tebar rata-rata Panjang tubuh ikan yaitu 11,8 cm dan
berat 23,3 gram. Minggu kedua diperoleh Panjang rata-rata Panjang 12 cm dan
berat 24,8 gram. Minggu ketiga diperoleh rata-rata yaitu Panjang 12,7 cm dan
bobot 27,5 gram. Dan untuk minggu keempat yaitu 13 cm dan bobot 28,8 gram.
Pertumbuhan dan perkembangan ikan nila sangat dipengaruhi oleh kualitas air dan
pemberian pakan sesuai kebutuhan ikan. Pemberian pakan yang tepat dan sesuai
kebutuhan pakan menggunakan hitungan dengan mengalikan biomassa ikan 5%.
Pemberian pakan dilakukan selama 2 kali dalam satu hari (pagi dan sore) secara
adlibitum . Factor kualitas air yang mempengaruhi pertumbuhan ikan nila adalah
suhu, CO2, DO, pH, alkalinitas dan lainnya. Dapat dihubungkan dengan kenaikan
suhu akan menyebakan DO akan merendah. Semakin tinggi suhu, kelarutan
oksigen semakin berkurang sehingga menyebakan ikan akan kekurangan oksigen
dan menghambat aktivitas dan metabolisme ikan sehingga menyebabkan selera
makan ikan, ikan akan malas bergerak sehingga pertumbuhan ikan tidak
meningkat. Sedangkan untuk alkalinitas berhubungan denan Ph atau kesadahan.
Dimana alkalinitas yang tinggi pada suatu perairan tidak disukai oleh ikan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Hidayat et al . (2013) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa fator yaitu factor dari dalam dan
factor dari luar. Adapun factor dari dalam yaitu sifat, keturunan, ketahanan
terhadap penyakit, sedangkan factor luar yaitu sifat fisikia, kimia dan biologi
perairan. Menurut Kelabora (2010) factor penting yang mempengaruhi
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan selain pakan adalah kualitas air
terutama suhu. Karena suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan
ikan. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti pernafasan,
pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut
dan mempengaruhi selera makan ikan. Kenaikan suhu perairan dikuti oleh derajat
metabolisme dan kebutuhan oksigen organisme akan naik pula. Suhu memberikan
pengaruh nyata pada penggunaan energi untuk pertumbuhan. Peningkatan suhu
akan meningkatkan kebutuhan pakan karena ikan akan aktif dan meningkatnya
jumlah pakan akan menyebabkan meningkatnya laju pertumbuhan. Alkalinitas
juga berpengaruh pada pH dalam suatu perairan. Dimana jika perairan dengan
nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik
karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam
natrium yang tinggi. Dan hal ini akan berdampak terhadap pertumbuhan dan
perkembangan ikan budidaya.
4.2.2 Pertumbuhan Tanaman
Berdasarkan praktikum manajemen kualitas air dan purifikasi tentang
budidaya ikan nila menggunakan tanaman bioremediasi Monte carlo dan uji titrasi
kualitas air didapatkan hasil bahwa pertumbuhan tamanan pada awal tebar
memiliki panjang akar total 27 cm dengan rerata panjang 2,7 cm dan panjang
tanaman tanpa akar total 19 cm dengan rerata panjang 1,9 cm. Dan panjang pada
akhir budidaya didapatkan penambahan panjang tamanan. Dimana panjang akar
total 30 cm dengan rerata panjang sebesar 3 cm dan panjang tamanan tanpa akar
total 40 cm dengan rerata panjang sebesar 4 cm. Pertumbuhan tamanan ini
dipengaruhi selain karena hubungan timbal balik antara ikan dan tanaman
dikarenakan juga karna faktor kualitas air dimana monte carlo merupakan
tanaman yang mudah hidup dan pertumbuhanya cepat apabila didukung oleh
kualitas air yang baik. Tanaman hias monte carlo pun dapat hidup dalam kualitas
air yang buruk. Karena jenis tanaman ini sangat mudah beradaptasi dengan
lingkungan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Direktorat Budidaya Tanaman Hias (2008)
tanaman Monte carlo adalah jenis tanaman yang tumbuh mengarpet di subtrat
akuarium dengan cepat. Nama lain monte carlo Micrathemum sp. Tanaman ini
memiliki kebutuhan cahaya sedang dan memiliki sifat semakin tinggi cahaya
semakin cepat tumbuh dan mengarpet pada batas tertentu. Dapat tumbuh di bawah
suhu 320C. Dalam budidaya tanaman hias Micranthemum Monte carlo kualitas air
suhu udara, jumlah CO2, cahaya maupun ukuran tangki tidak menjadi fokus
utama. Tamanan hias pada umumnya membutuhkan tingkat CO2 yang cukup
tinggi namun berbeda dengan monte carlo, Micranthemum Monte carlo bisa
tumbuh bahkan dengan cahaya dan jumlah karbondioksida yang rendah.
4.2.3 Kualitas Air
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui dan
disimpulkan bahwa kualitas air pada kolam pemeliharaan ini baik. Dari data yang
diperoleh dapat diketahui bahwa kualitas air yang diukur dalam pemeliharaan ini
adalah suhu, pH, DO, CO2, alkalinitas, nitrat, nitrit, ammoniak, TOM dan TSS.
Dari data pengukuran suhu pada praktikum didapatkan hasil selama pemeliharaan
berkisar antara 27oC – 28oC. Suhu pada kola ini masih dalam batas optimum
untuk pertumbuhan ikan nila sehingga tidak mengganggu selama masa
pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Allanson et al (2004), suhu yang
dapat ditoleransi oleh ikan nila berkisar 25 - 30°C. Perubahan suhu dengan laju
yang cepat dapat menyebabkan kematian pada beberapa spesies ikan. Peningkatan
suhu perairan diatas 10°C mampu menyebabkan terjadinya infeksi yang tidak
terlihat. Suhu mempunyai peranan penting dalam menentukan pertumbuhan ikan
yang dibudidaya, kisaran yang baik untuk menunjang pertumbuhan optimal
adalah 28oC – 32oC. Menurut PP No.82 Tahun 2001 (kelas II) kisaran suhu untuk
kegiatan budidaya air tawar adalah deviasi 3 sedangkan toleransi suhu perairan
yang baik untuk menunjang pertumbuhan optimal dari beberapa ikan budidaya air
tawar seperti mas dan nila adalah 28oC.
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan data
pengukuran pH pada kolam budidaya ada 7-8. Nilai ph ini baik dalam masa
pemeliharaan ikan nila dikarenakan batas optimal pH kolam budidaya ikan nila
adalah 6,5-9,0. Pengukuran pH dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.
Pengukuran ini menggunakan kertas lakmus atau pH. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Swingle (2001) Nilai pH merupakan indikator tingkat keasaman suatu
perairan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pH perairan diantaranya aktivitas
fotosintesis, suhu, dan terdapatnya anion dan kation. Nilai pH juga mempengaruhi
toksisitas suatu senyawa kimia. Jika nilai pH berada di bawah 6,5 atau di atas 9 -
9,5 untuk jangka waktu yang cukup lama, maka laju reproduksi dan pertumbuhan
organisme akuatik akan menurun. Nilai pH yang mampu ditoleransi oleh ikan nila
berkisar antara 6 - 9, tetapi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
berada pada kisaran pH 7 – 8.
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan data
pengukuran Nitrat didapatkan hasil pada minggu pertama yaitu 5 ppm, minggu
kedua 0 ppm dan minggu ketiga 0 ppm. Kadar nitrat ini masih cukup baik bagi
perikanan karena tidak melebihi batas optimal yaitu 5,0 ppm yang nantinya akan
menjadi toksik bagi ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nitrat (NO3) adalah
bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan sumber nutrisi utama
bagi pertumbuhan fitoplankton dan tumbuhan.air lainnya (Rudiyanti. 2009).
Kadar nitrat yang lebih dari 5 mg/l menggambarkan telah terjadinya pencemaran.
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan data
pengukuran Nitrit didapatkan hasil pada minggu pertama yaitu 0,5 ppm, minggu
kedua 0,25 ppm dan minggu ketiga 0,5 ppm. Kadar nitrit ini cukup tinggi karena
melebihi batas optimum nya yaitu kisaran 0,5 ppm. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Kordi (2005) Nitrit merupakan hasil oksidasi dari ammoniak dengan
bantuan nitrisomonas dan nitrat dari hasil oksidasi nitrit dengan bantuan
Nitrobacter. Kadar nitrit pada perairan relatif stabil karena segera dioksidasi
menjadi n itrat. perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/liter.
Sementara itu kadar nitrit yang diperbolehkan tidak lebih dari 0,5 ppm.
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan data
pengukuran Amoniak pada kolam yaitu minggu pertama 0,25 ppm, minggu kedua
0,25 ppm dan minggu ketiga 0,25 ppm. Kadar amoniak pada kolam ini masih baik
karena tidak melebihi 1 ppm yang menandakan kolam ini tidak tercemar. Hal ini
sesuai dengan Sawyer (2001) pernyataan Kadar amoniak yang baik bagi
kehidupan ikan air tawar kurang dari 1 ppm. Apabila kadar amoniak telah
melebihi 1,5 ppm, maka perairan tersebut telah terjadi pencemaran. kadar amonia
(NH3) pada perairan tawar sebaiknya tidak lebih dari 0,02 mg/l. Jika kadar amonia
(NH3) lebih dari 0,02 mg/l, perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan.
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan data
pengukuran oksigen terlarut pada kolam budidaya adalah minggu pertama 20
ppm, minggu kedua 6 ppm dan minggu ketiga 4 ppm. Kadar oksigen terlarut pada
kolam ini baik karena tidak dibawah 5 ppm yang dapat menyebabkan
terganggunya aktivitas ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wedemeyer (2000)
mengungkapkan batas aman dibutuhkan untuk memenuhi peningkatan sementara
laju konsumsi oksigen yang berkaitan dengan aktivitas renang, proses makan yang
berlebihan dan peningkatan karbondioksida. Kisaran konsentrasi oksigen yang
lebih aman dalam budidaya perairan antara 5 - 7 mg/l. Penurunan konsentrasi
oksigen terlarut hingga di bawah 5 mg/l dapat menyebabkan gangguan pada
sistem reproduksi, pertumbuhan, dan kematian organisme budidaya.
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan data
praktikum pada pengukuran alkalinitas yaitu minggu pertama 27,2 mg/l, minggu
kedua 6 mg/l, 4 mg/l. Ikan nila mampu bertahan pada alkalinitas rendah dan
netral. Hal ini sesuai dengan penyataan Achmad (2004) bahwa Pada umumnya,
lingkungan yang baik bagi kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas di atas
20 ppm. Menurut PP no 82 tahun 2001 Perairan dengan nilai alkalinitas yang
terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organisme akuatik karena biasanya diikuti
dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadar garam natrium yang tinggi.
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan data
praktikum pada pengukuran karbondioksida pada kolam budidaya adalah minggu
pertama 6 mg/l, minggu kedua 1,3 ppm, minggu ketiga 2,2 ppm. Kisaran nilai
karbondioksida ini cukup rendah dan baik karena jika terlalu tinggi dapat
menghambat oksigen diperairan. Hal ini sesuai dengan penyataan Edward (2011)
Karbondioksida (CO2) mempunyai peranan yang sangat besar bagi kehidupan
organisme air. Senyawa tersebut dapat membantu dalam proses dekomposisi atau
perombakan bahan organic oleh bakteri Kadar karbondioksida (CO2) yang baik
bagi organisme peraiaran yaitu kurang lebih 15 ppm. Jika lebih dari itu sangat
membahayakan karena menghambat pengikatan oksigen (O2).
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui data
pengukuran TOM pada kolam budidaya adalah minggu pertama 10 mg/l, minggu
kedua 139,04 mg/l, minggu ketiga 27,17 mg/l, dan minggu ke empat 22,12 mg/l.
kadar TOM pada kolam budidaya ini cukup tinggi. Akibat yang ditimbulkan nya
dapat berdampak pada penurunan konsentrasi oksigen pada kolam. Hal ini sesuai
dengan penyataan Thurman (2000) Bahan organik total merupakan akumulasi
bahan organik pada perairan yang digunakan sebagai indikator bahwa perairan
tersebut layak untuk kegiatan budidaya. menyatakan bahwa kandungan bahan
organik total pada perairan budidaya sebaiknya tidak lebih dari 10 mg/l.
Tingginya nilai bahan organik total dapat memberikan dampak pada penurunan
konsentrasi oksigen terlarut karena berpotensi memunculkan kompetisi
pemanfaatan oksigen antar organisme yang hidup dalam perairan.
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui data
pengukuran TSS pada air kolam yaitu minggu pertama 0 mg/l, minggu kedua 0,2
mg/l, dan minggu ketiga 0,2 mg/l. Kadar TSS ini cukup baik karena dibawah
kadar optimal yaitu 20 mg/l. jika terlalu tinggi kadar TSS yang dimiliki dapat
berdampak pada ikan sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sastrawijaya
(2000) yang menyatakan Total Suspended Solid (TSS) di perairan adalah jumlah
bobot bahan yang tersuspensi dalam suatu volume air tertentu, dengan satuan
mg/l. nilai TSS lebih dari 25 mg/l berpengaruh terhadap kepentingan perikanan.

Anda mungkin juga menyukai