PENDAHULUAN
Fungi (jamur) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak
yang tidak memiliki klorofil dan memiliki dinding sel yang tersusun atas zat kitin.
Jamur tidak memiliki klorofil, oleh karena itu dia termasuk kedalam makhluk hidup
heterorof (memperoleh makanan dari organisme lain). Umumnya jamur hidup
secara saprofit (hidup dengan menguai sampah oganik seperti bangkai menjadi
bahan anorganik). Ada juga jamur yang hidup secara parasit (memperoleh bahan
organik dari inangnya), adapula yang hidup dengan simbiosis mutualisme (yaitu
hidup dengan organisme lain agar sama-sama mendapatkan untung) 1.
Peranan jamur atau fungi dalam kehidupan sangatlah luas. Banyak jamur
yang sudah dikenal peranannya, misalnya jamur yang tumbuh di roti, buah, keju,
ragi dalam pembuatan bir, dan jamur yang merusak tekstil karena lembab, serta
beberapa jenis jamur juga dibudidayakan. Beberapa jenis jamur bahkan
memproduksi antibiotik yaitu penisilin, yang dapat dihasilkan oleh Penicillium
notatum dan P. chrysogenum (Tortora et al., 2001). Selain itu, jamur berperan
dalam keseimbangan lingkungan yaitu sebagai dekomposer. Sebagai
dekomposer, jamur menguraikan sisa-sisa organisme yang telah mati sehingga
bisa dimanfaatkan oleh organisme lain 2.
Penicillium sp. adalah jamur yang berkembang biak secara aseksual dengan
membentuk konidium yang berada di ujung hifa. Setiap konidium akan tumbuh
menjadi jamur baru. Konidium berwarna kehijauan dan dapat hidup di makanan,
roti, buah-buahan busuk, kain, atau kulit.
1
rusak. P. chrysogenum sebelumnya dikenal sebagai Penicillium
notatum. Spesies ini jarang dilaporkan sebagai penyebab penyakit manusia 2.
2.1 Tujuan
2.3 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penicillium sp. Adalah genus fungi dari ordo Hypomycetes, filum Ascomycota..
Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut
konidium. Konidium berbeda dengan sporangim, karena tidak memiliki selubung
pelindung seperti sporangium 3.
3
menjadikannya jamur dalam ruangan umum. Spesies Penicillium ini dikaitkan
dengan penemuan penisilin oleh Sir Alexander Fleming pada tahun 1928 4.
Penisilin adalah salah satu antibiotik spektrum luas tertua yang digunakan
untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri. Meskipun metode produksi telah
meningkat pesat sejak penemuan awal, strain komersial P. chrysogenum masih
merupakan sumber utama penisilin dan beberapa antibiotik β-laktam lainnya 5.
Nama genus Penicillium berasal dari struktur penghasil spora, juga dikenal
sebagai konidiofor. Setelah mengamati struktur-struktur ini, ahli mikologi awal
menamai kelompok ini jamur Penicillium, yang berarti 'sikat pelukis' dalam bahasa
Latin 5.
Kerajaan : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Eurotiomycetes
Bangsa : Eurotiales
Suku : Trichocomaceae
Marga : Penicillium
4
Spesies : Penicillium chrysogenum
K
Keterangan:
1. Konidium
2. Sterigmata
3. Metulla
4. Cabang (penisilus)
5. Konidiofor
5
25oC, memiliki permukaan seperti kapas, dan berwarna hijau kekuningan
atau hijau agak biru pucat, jika telah tua akan berwarna semakin gelap.
Koloni Penicillium chrysogenum tumbuh cepat di atas medium standar
pada suhu 25oC, sedangkan pada medium Czapek’s Yeast Agar (CYA)
menghasilkan blue-green konidium. Penicillium chrysogenum bersifat
mesofilik, tumbuh pada suhu yang minimum pada suhu 4oC, optimum
pada suhu 23oC, dan maksimum pada suhu 37oC. Derajat keasaman
(pH) optimum untuk pertumbuhan Penicillium chrysogenum antara 4-6 7.
Selain dari kondisi yang relatif jinak seperti ruam kulit dan infeksi
telinga (otomycosis), jamur ini telah diketahui menyebabkan sinusitis,
endophthalmitis pasca-trauma, nekrotikan esofagitis pada pasien AIDS,
pneumonia nekrotikan, invasi usus dan penyakit yang disebarluaskan.
6
Jenis alergi lain yang terkait dengan P. chrysogenum jelas adalah
alergi terhadap penisilin yang didokumentasikan dengan baik yang
terjadi pada beberapa individu. Meskipun sekitar 10% orang dilabeli
sebagai alergi terhadap penisilin, sebagian besar dari mereka
sebenarnya negatif terhadap alergi penisilin dan dapat mentoleransi
penisilin. Bahkan mereka dengan alergi sejati akan kehilangan
kecenderungan ini selama 10 tahun. Alergi penisilin sering didiagnosis
selama masa kanak-kanak, di mana infeksi pada masa kanak-kanak
dapat berkontribusi atau dikacaukan dengan alergi 8.
Penggunaan Lactophenol Biru Stain dalam memberi warna pada jamur dan
memungkinkan spesimen untuk dapat dengan mudah divisualisasikan dengan
mikroskop. Lactophenol Cotton Blue (LPCB) adalah metode yang paling banyak
digunakan dalam pewarnaan dan mengamati jamur. Komposisi dari Lactophenol
Cotton Blue yaitu kristal, cotton blue 0,075 gr berfungsi untuk memberi warna
pada sel kapang, asam laktat 20 ml yang berfungsi untuk menjernihkan latar
belakang dan mempertajam struktur kapang, gliserol 40 ml berfungsi menjaga
7
fisiologi sel dan menjaga sel terhadap kekeringan, kristal fenol dan air panas 70oC
untuk membunuh jamur, serta air suling 40 ml 9.
8
Gambar 2.4 Media SDA
9
g. Media SDA banyak di gunakan untuk media jamur khususnya banyak ke
jamur Aspargilus, di media ini pertumbuhan jamur akaan optimal di suhu
25 - 30 drajat celcius.
10
e. Dipindahkan serbuk media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) ke beaker
glass, lalu ditambahkan aquades sebanyak 24 ml, dipindahkan ke
dalam erlenmeyer.
f. Dihomogenkan larutan dengan bantuan pemanasan dan pengadukan.
g. Pelarutan tidak boleh sampai mendidih(pelarutan harus sempurna
sehingga tidak ada kristal yang tersisa).
h. Dicek pH larutan sesuai petunjuk media (pH = 5,6 ±0,2) pada suhu 25°C
i. Diperhatikan pengecekan suhu larutan saat pengecekan pH media.
j. Ditambahkan NaOH 0,01N jika pH larutan kurang basa dan ditambahkan
HCl 0,01N jika pH larutan kurang asam.
k. Disterilisasi ±121°C (1 atm) selama ±15 menit.
l. Dikeluarkan larutan dari autoklaf , saat suhu rendah (200C) dan tekanan
telah turun (dilihat indikator autoklaf).
m. Dibiarkan larutan hingga suhu ±500C lalu ditambahkan antibiotik
amoxicilyne 500 mg (sebelumnya antibiotik amoxicilyne 500 mg telah
dilarutkan dengan 10 ml aquades, dan tiap 100 ml SDA = 1 ml suspensi
amoxicilyne).
n. Dihomogenkan larutan yang telah ditambahkan antibiotik
amoxicilyne(dapat dibantu pemanasan, suhu ≤ 70°C).
o. Dituangkan ke petri disk steril yang telah disediakan.
p. Dibiarkan media pada petri disk membeku dengan sempurna.
q. Dimasukkan media ke inkubator (± 37°C) ,selama ± 24 jam untuk uji
kualitas media, dengan posisi petri disk terbalik.
r. Disimpan pada suhu 4°C- 8°C untuk menyimpan media.
11
media yang dibutuhkan. Uji kualitas media mencakup aspek yang luas, baik
media buatan sendiri maupun media jadi. Oleh karena itu, penyiapan media
harus mendapat perhatian. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan
media 12.
2) Uji Sterilitas
Uji sterilitas merupakan suatu keharusan terutama pada media yang
diperkaya dengan bahan-bahan tertentu seperti agar darah atau agar
coklat. Cara untuk menguji sterilitas media adalah dengan:
Mengambil sejumlah 5 %volume dari tiap wadah media yang dibuat.
Media diinkubasi selama 1-2 hari pada suhu 35° C.
Apabila terdapat pertumbuhan lebih dari 2 koloni
mikroorganisme/cawan petri atau lebih, hal itu menandakan seluruh
media dari wadah tersebut tidak dapat digunakan.
3) Uji Spesifitas
Uji spesifitas dengan penanaman mikroorganisme kontrol positif dan
control negatif. Mikroorganisme kontrol kualitas (strain kuman) adalah
mikroorganisme spesifik yang seharusnya tumbuh pada media tertentu.
Mikroorganisme tersebut memiliki ciri morfologi, biokimia, serologi yang
dapat diuji dan mampu menunjukkan stabilitas reproduksi yang tetap
ketika ditempatkan pada kondisi yang sesuai.
12
2.3.8 Penyimpanan Media
13
d. Penambahan antibiotik pada media dilakukan setelah proses sterilisasi
oleh karena itu, penuangan antibiotik harus dilakukan dengan cara
aseptis atau dekat dengan api spiritus agar tidak ada kontaminan yang
masuk.
e. Antibiotik yang biasa digunakan adalah kloramfenikol namun
penggunaan antibiotik dapat menggunakan antibiotik apa saja karena
fungsi antibiotik pada media ini adalah untuk mencegah bakteri tumbuh
pada media karena media SDA berfungsi untuk menumbuhkan jamur.
Apabila bakteri tumbuh pada media akan mengganggu pengamatan
pada media.
f. Antibiotik yang ditambahkan adalah sebanyak 1% dari media atau 1 ml
dalam 100 ml media. Volume tersebut cukup untuk mencegah bakteri
tidak tumbuh pada media.
14
BAB III
UJI PEMERIKSAAN LABORATORIUM
15
a. Semua APD digunakan dengan baik, benar dan lengkap.
b. Disiapkan semua alat- alat dan bahan- bahan yang akan digunakan.
c. Dipastikan semua alat dan bahan dalam keadaan siap digunakan.
d. Ditimbang serbuk media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) sebanyak
1,560 gram.
e. Dipindahkan serbuk media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) ke beaker
glass, lalu ditambahkan aquades sebanyak 24 ml, dipindahkan ke
dalam erlenmeyer.
f. Dihomogenkan larutan dengan bantuan pemanasan dan pengadukan.
g. Pelarutan tidak boleh sampai mendidih(pelarutan harus sempurna
sehingga tidak ada kristal yang tersisa).
h. Dicek pH larutan sesuai petunjuk media (pH = 5,6 ±0,2) pada suhu 25°C
i. Diperhatikan pengecekan suhu larutan saat pengecekan pH media.
j. Ditambahkan NaOH 0,01N jika pH larutan kurang basa dan ditambahkan
HCl 0,01N jika pH larutan kurang asam.
k. Disterilisasi ±121°C (1 atm) selama ±15 menit.
l. Dikeluarkan larutan dari autoklaf , saat suhu rendah (200C) dan tekanan
telah turun (dilihat indikator autoklaf).
m. Dibiarkan larutan hingga suhu ±500C lalu ditambahkan antibiotik
amoxicilyne 500 mg (sebelumnya antibiotik amoxicilyne 500 mg telah
dilarutkan dengan 10 ml aquades, dan tiap 100 ml SDA = 1 ml suspensi
amoxicilyne).
n. Dihomogenkan larutan yang telah ditambahkan antibiotik
amoxicilyne(dapat dibantu pemanasan, suhu ≤ 70°C).
o. Dituangkan ke petri disk steril yang telah disediakan.
p. Dibiarkan media pada petri disk membeku dengan sempurna.
q. Dimasukkan media ke inkubator (± 37°C) ,selama ± 24 jam untuk uji
kualitas media, dengan posisi petri disk terbalik.
r. Disimpan pada suhu 4°C- 8°C untuk menyimpan media.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Anggrean, Rio Budi. 2015. Pengantar Mikologi. Yogyakarta : UGM
2. Cystovel, Joshua. 2016. Mikologi Tanaman. Bandung : Unpad
3. Asan, A. (2004, Last updated: February, 2015). Aspergillus, Penicillium, and
Related Species Reported from Turkey. Mycotaxon. 89 (1): 155-157.
Link: http://www.mycotaxon.com/resources/checklists/asan-v89-checklist.pdf
4. Samson RA, Houbraken J, Thrane U, Frisvad JC, Andersen B (2010). Makanan
dan Jamur Indoor . Utrecht, Belanda: CBS-KNAW- Fungal Biodiversity
Centre. hlm. 1–398.
5. Safari, Agus. 2016. Produksi Penisilin Penicillium chrysogenum. Bandung :
Unpad
6. Istiqomah. 2015. Penicillium chrysogenum. Purwokerto : Unsoed
7. Samson, R. A. & J I Pitt Integration of Modern Taxonomic Methods For
Penicillium and Aspergillus Classification (with an illustration on the cover)
8. Hardianto, Dudi. 2013. Penicillin Production by Mutant of Penicillium
chrysogenum. Tersedia di :
http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI/article/view/530
9. Waluyo, lud. 2010. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Malang : UMM
Press.
10. Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : PT Raga Grafindo
Persada.
11. Gina, Septiani. 2012. Sabouraud Dextrose Agar.
Online. http://www.scribd.com/doc/83078884/Sabouraud-Dextrose-Agar
12. Gandjar, I Samson. 2000. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia
17