1325 M
Skripsi
DISUSUN OLEH :
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapat gelar
Sarjana (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah menempuh karya tulis
ilmiah dalam bentuk skripsi ini dengan judul : “ PERJALANAN IBNU
BATTUTA KE MAKKAH 1325 M “
Yulia Hillma
i
UCAPAN TERIMA KASIH
ii
9. Keluarga Pramuka UIN Jakarta yang selama ini memberikan banyak
pengalaman yang berharga selama berada di perkuliahan.
10. Keluarga Angkatan Cueks‟13 yang sudah bisa menjadi keluarga kedua
selama tinggal di Ciputat
11. Listinawati, Ayu Yuliyanti, Winda Novia, Fatimah Batubara selaku teman
seperjuangan di Prodi SPI yang telah memberikan semangat atas proses
penyusunan skripsi ini
12. Kepada jajaran pembina pramuka di sekolah MIN Al-Azhar Al-Syarif
Indonesia yang telah memberikan pengalaman berharga dan bantuannya
terhadap jalannya penulisan skripsi ini
13. Kepada Jajaran Guru dari sekolah SDI Ruhama yang juga memberikan
pengalaman berharga dan membantu dalam proses penyusunan skripsi ini
Penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu
penulis berharap ada tegur sapa untuk penyempurnaan karya ini karena
sangat bermanfaat untuk orang banyak sebagai bahan bacaan dan
referensi.
Yulia Hillma
iii
ABSTRAK
Ibnu Batuta, Sosok Musafir Muslim dan ahli hukum abad ke-14 yang
terkenal sebagai petualang terbesar zaman pra-moderen. Kisah perjalanannya luar
biasa, yang membuat dunia Barat menghargainya sebagai “Marco Polo dunia
muslim”. Sebuah karya literatur yang ambisius dan informatif tentang abad
pertengahan, kaya akan lukisan mengenai lembaga-lembaga keagamaan,
bangunan-bangunan monumental serta tokoh-tokoh alim di kota-kota Islam yang
besar.
iv
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 4
D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 5
E. Metode Penelitian ............................................................. 5
F. Sistematika Penulisan ....................................................... 6
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 46
B. Saran-saran ......................................................................... 48
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sulaiman Fayyadh, Ibnu Battuta Penjelajah Dunia (Solo : Cv. Pustaka Mantiq, 1933), h.
7.
2
Huston Smith, Ensiklopedia Islam (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2009), h. 149.
3
Sarah Harison, Atlas Eksplorasi (Jakarta Timur : Erlangga For Kids, 2007), h. 8.
1
2
مثل الصديق الصديق والصديق الشرير يشبه الشخص الذي حيمل زيت
الشخص الذي حيمل.القرش (عبق) والشخص الذي يفجر مجر ادحداة
أو سوف تشرتيه أو تشعر برائحه أما، زيت الصواريخ قد يعطيه لك
" أو ستشعر برائحتها الكريهة، فقد حيرق مالبسك، بالنسبة للحديث
“Perumpamaan teman yang saleh dan teman yang jahat adalah seperti
orang yang membawa minyak misik (harum) dan orang yang meniup bara
api pandai besi. Orang yang membawa minyak misik mungkin akan
memberikannya kepadamu, atau engkau akan membelinya atau engkau
merasakan bau harum daripadanya. Adapun peniup bara api pandai besi,
mungkin akan membakar pakaianmu, atau engkau akan merasakan bau
yang busuk daripadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
4
Ross E. Dunn, Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14 (Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia, 1995), h. Xxxii.
5
Khair Abdul Salam, Zulfikar Khair, Cerita-Cerita Motivasi Untuk Haji dan Umroh (
Malaysia : PTS Litera Utama, 2007), h. Prakata.
3
6
Zuhairi Misrawi, Mekkah : Kota Suci, Kekuasaan dan Teladan Ibrahim (Jakarta : PT
Kompas Media Nusantara, 2009), h. 58.
7
Fauzi Helmi, Musafir-17 Petualang Terbesar Dunia,
https://www.youtobe.com/watch?v=KnApCVxOeQg. Diakses 5 Februari 2013
8
Abdul Hadi Zakaria, Sejarah Lengkap Kota Makkah dan Madina (Yogjakarta : Diva
Press), h. 14.
9
Muslim H. Nasution, Tapak Sejarah Seputar Makkah-Madinah, (Depok : Gema Insani,
1999), h. 25.
10
Muhammad Muchson Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Battuta (Jakarta Timur : Pustaka
Al-Kautsar, 2012), h. 156.
4
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalahnya adalah sebangai berikut :
a. Bagaimana biografi Ibnu Batutatah?
b. Mengapa Ibnu Battuta ingin menjelajah ke Makkah?
c. Apa hal-hal yang dilihat Ibnu Battuta di Kota Makkah?
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diangkat oleh penulis dalam
Skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Menambah koleksi kepustakaan
11
EC Publishing, Ibnu Battuta Penjelajah Benua Terbesar Sebelum Colombus,
https://www.youtobe.com/watch?v=mzlO7sfqEc. Diakses 26 Februari 214.
5
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini penulis banyak menggunakan tinjauan pustaka
berdasarkan dari beberapa buku dan jurnal yaitu :
1. Ibnu Battuta Penjelajah Dunia
Buku ini di tulis Sulaiman Fayadh. Buku ini menjelaskan tentang biografi
singkat Ibnu Battuta serta pengalaman-pengalaman Ibnu Battuta ketika ia
menjelajahi Dunia. Buku ini juga menceritakan rintangan-rintangan yang
dihadapi Ibnu Battuta ketika menjelajahi Dunia.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan di dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan historis. Langkah-langkah yang ditempuh oleh
penulis dalam penulisan ini sesuai dengan metode penelitian sejarah:
Heuristik: dengan cara mengumpulkan sumber data-data berupa tulisan
tentang Perjalanan Ibnu Battuta ke Kota Makkah.
Kritik sumber pada tahap ini penulis melakukan kritik terhadap sumber
primer maupun sumber sekunder, untuk mengetahui kebenaran atau
kredibilitas suatu sumber. Salah satu jalan yang dapat dilakukan untuk dapat
menguji kredibilitas sumber adalah dengan cara membandingkan sumber-
sumber lain yang memberikan informasi hal yang sama.
Interpretasi atau sering kali disebut juga analisis sejarah. Tujuannya
agar data yang ada mampu mengungkapkan pemasalahan yang ada.
Sehingga diperoleh pemecahannya. Dalam hal ini, penulis akan
mengumpulkan fakta yang satu dengan yang lainnya yang telah ditemukan
dari hasil heuristik.
Historiografi: pemahaman yang telah diperoleh setelah melewati
beberapa fase ke dalam tulisan dengan menggunakan metode deduktif,
dengan pola umum khusus terhadap beberapa hal-hal yang di lihat Ibnu
Battuta di dalam perjalanannya ke Kota Makkah.
F. Sistematika Penulisan
Dalam Skripsi ini penulis membagi ke dalam beberapa bab dengan
tujuan memudahkan penulis dalam membahasnya. Adapun sistematika
pembagiannya diuraikan sebagai berikut:
BAB I : Bab pertama berisi pembahasan mengenai pendahuluan.
Mencakup latar belakang pembahasan dan perumusan masalah,
tujuan masalah, manfaat penulisan, metode penulisan, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
7
BAB II : Bab kedua beisi mengenai biografi Ibnu Battuta. Adapun sub-
bab dalam bab ini adalah kelahiran Ibnu Battuta, kehidupan Ibnu
Battuta, dan sub-babmengenai meninggalnya Ibnu Battuta.
BAB III : Bab ketiga berisi mengenai Perjalanan Ibnu Battuta ke Kota
Makkah. Adapun sub-bab dalam bab ini adalah keistimewaan
Kota Makkah, tujuan Ibnu Battuta menjelajah ke Kota Makkah,
dan sub-babmengenai perjalanan Ibnu Battuta dari Magrib ke
Kota Makkah.
BAB IV : Pada bab keempat berisi mengenai hal-hal yang dilihat Ibnu
Battuta di Kota Makkah. Adapun sub-bab dalam bab ini adalah
kehidupan Ibnu Battuta di Makkah, kehidupan para jamaah Haji
di Kota Makkah, dan sub-bab mengenai kondisi sosial budaya di
Kota Makkah.
BAB V : Pada bab lima berisi penutup yang meliputi sub-bab mengenai
kesimpulan dan sub-bab mengenai saran.
BAB II
BIOGRAFI IBNU BATTUTA
1
Muhammad Muchson Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Batuthah ( Jakarta Timur :
Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. xvii
2
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14 (Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia, 1995), .h. xiii.
3
Hafizul Umam, Maroko, Negeri Eksotis di Ujung Barat Dunia Islam (Jakarta : Jentera
Pustaka, 2014), h. 56
8
9
4
Sulaiman Fayadh, Ibnu Battuta Penjelajah Dunia ( Solo : CV. Pustaka Mantiq, 1933), h.
15
10
lain ia selalu ingat pesan-pesan ayahnya untuk tinggal dan singgah di rumah
orang-orang saleh, sehingga singgah dan tinggalah ia di tempat orang-orang
shaleh seperti yang telah ayahnya amanatkan. Beberapa di antaranya adalah
penguasa di daerah itu, dan beberapa yang lainnya merupakan rakyat biasa.
Perjalanannya menuju Baitullah tidaklah mudah banyak sekali cerita duka
dan suka yang ia temui.
Ketika ia memulai perjalanannya untuk menunaikan Ibadah Haji
Kamis, Rajab 1327 H, atau 5 Juni 1327 M, Ibnu Battuta tidak sendirian. Ia
mulai bergabung dengan para musafir, yang satu sama lain belum saling
mengenal. Mereka terus berjalan kaki melintasi wilayah Utara Maroko dan
Aljazair. Hingga tibalah di Kota Bujayah. Dalam perjalanan Haji ketika itu
banyak yang sudah mempunyai kelompoknya masing-masing sedangkan
Ibnu Battuta ia merasa sendiri seperti orang asing yang belum mempunyai
kelompok. Kelompok-kelompok tersebut mendirikan tenda untuk mereka
tidur. Untunglah ketika Ibnu Battuta merasa sendirian ada seorang pedagang
yang berhati mulia. Diberilah Ibnu Battuta sebuah tenda kecil untuk tempat
tidurnya, juga diserahkan kepadanya Dabab. Dabab adalah suatu kendaraan
dari binatang, bisa berupa unta, kuda dan lainnya yang bisa dipakai untuk
bepergian. Kondisi badan Ibnu Battuta pun menurun dikarenakan kelelahan,
hingga ia terkena demam. Tapi demam itu tak lama hingga bisa berangkat
kembali bersama rombongan.5 Mereka bersama-sama kemudian
melanjutkan perjalanan, dan binatang tunggang (dabab) pemberian seorang
pedagang yang baik hati pun segera ia tunggangi. Keadaan tubuhnya yang
demam baginya bukanlah suatu rintangan. Agar tubuhnya tak jatuh Ibnu
Battuta mengikatnya dengan sorban kencang-kencang. Kuat sekali ikatan itu
sehingga ia tidak mungkin jatuh dari tunggangannya. Namun rasa sakit
dalam perjalanan seakan membuatnya hampir menyerah karena dadanya
sangat terasa sakit. Ia berkata kepada temannya “ Wahai teman Allah
5
Sulaiman Fayadh, Battuta Penjelajah Dunia,h. 18
11
rupanya telah menentukan kematianku. Aku ikhlas jika aku mati, tidak apa-
apa melanjutkan perjalanan menuju Hijaz.”6
Di dalam petualangannya itu dia tidak hanya menemukan teman baru
namun ia juga menemukan tambatan hatinya. Cerita asmaranya berawal dari
perjalanannya menuju Tunis. Pada saat dalam perjalanannya menuju Tunis,
Ibnu Battuta sempat merasa pesimis dengan tekadnya itu. ia sempat berfikir
Akankah perjalanan sampai pada tujuan. Dan pada waktu itu. Keadaan kota
Tunis sedang sangat tidak baik hujan lebat dan menjadi sebuah hambatan
bagi Ibnu Battuta dan rombongannya. Baju-baju mereka basah dan kotor
karena terkena lumpur. Namun mereka sangat beruntung ketika Sultan
Tunis masa itu yang kemudian akhirnya Ibnu Battuta dan rombongannya itu
diberi bantuan. Sultan Tunis langsung mengirimkan pakaian kebesaran
Ba‟albaqi yang pada akhirnya disematkan dua dinar emas. Baginya,
pakaian itu sangat bermanfaat untuknya dan para musafir lainnya setidaknya
bisa dipakai untuk menangkal dan mengatasi demam dan membuat
badannya menjadi terasa segar kembali. Ibnu Battuta dan para musafir
lainnya pun segera melanjutkan perjalanan mereka. Bersama rombongan
Haji Tunisia, Ibnu Battuta pun segera berangkat. Ketika keberangkatannya
menuju kota selanjutnya, ia dipercaya sebagai penunjuk jalan. Ia merasa
sangat bangga karena mendapatkan kepercayaan itu. Rombongan para
musafir itu mempercayainya karena menurut mereka ia mempunyai ilmu
pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan musafir lainnya. Ibnu Battuta
begitu pintar dalam menunjukkan jalan karena ia sangat mengerti rute-rute
yang ditempuhnya, sehingga rombongannya tidak akan tersesat. Sebagai
orang yang dipercaya penunjuk jalan, Ibnu Battuta pun berhak mendapatkan
pelayanan sebaik-baiknya. Karena ia akan menjadi tamu hakim. Ia
bergumam dalam hatinya, “ Duhai ayah, jangan cemaskan anakmu. Sebab
kini aku telah menjadi tamu hakim, orang yang berilmu sebagaimana
harapanmu”.7 Dengan gagah dan mantap ia berjalan paling depan di antara
6
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14.h. 34
7
Sulaiman Fayadh, Battuta Penjelajah Dunia,h. 20
12
8
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14.h. 44
13
9
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14.h. 44
14
10
Ross E Dunn, Jejak Ibnu Batuta ( Malaysia : PTS Islamika, 2014), h. 168
11
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. 470
12
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. 464
15
buku ini berlawanan dengan Rihlah. Karya ini tidak mengungkapkan yang
kepribadian Marco Polo.
Ada beberapa orang yang beranggapan bawha Ibnu Juzayy hanya
mempromosikan Ibnu Battuta dalam buku itu. Di dalam Rihlah tersebut,
Ibnu Juzayy memperkenalkan Ibnu Battuta sebagai seorang Ilmuwan dalam
bidang ilmu hukum dan seorang terpelajar meskipun ada orang yang tidak
setuju. Dalam karangan Ibnu Battuta yang terkenal di abad ke 14 yang
dikeluarkan dari Ibnu Al-Khatib, Ibnu Battuta dikatakan seorang petualang
Muslim. Meskipun ia tidak begitu menguasai banyak ilmu pengetahuan,
tetapi ada seorang penerjemah yang mengatakan bahwa” Ibnu Battuta
memperoleh lebih banyak daripada apa yang ia ambil”.
Ibnu Battuta menceritakan pengalamannya kepada Ibnu Juzayy secara
ringkas dan mudah agar Ibnu Juzayy tidak merasa kesulitan dalam
membantunya. Selain itu juga Ibnu Juzayyy menyelipkan sastra yang
bermutu tinggi seperti syair dan gaya bahasa yang indah. Meskipun
demikian, Ibnu Juzayy tetap bersikap jujur kepada laporan lisan Ibnu
Battuta. Ibnu Juzayy tidak hanya sekedar menyalin kisah pengembaraan
Ibnu Battuta, ia juga menghasilkan sebuah karya asli yang teliti dan indah.
Meskipun pekerjaan itu tidak mudah karena ia harus merangkum perjalanan
selama 29 tahun dalam bentuk catatan.13 Pekerjaan itu sangat rumit, butuh
kerja keras dan memakan waktu yang sangat panjang. Kerja sama antara
Ibnu Battuta dengan Ibnu Juzayy memakan waktu selama dua tahun. Rihlah
Ibnu Battuta mendapat respon baik di Afrika karena memberikan sebuah
cerita yang juga banyak membawa informasi dan hiburan bagi pembacanya.
Hal ini dikarenakan Ibnu Battuta kaya akan pengetahuannya tentang
bangunan-bangunan bersejarah dan ulama-ulama besar di kota islam. Rihlah
diedarkan dalam bentuk manuskrip yang berasal dari naskah asal yang
ditulis oleh Ibnu Juzayy. Namun, itu hanya di kalangan terpelajar di Afrika
13
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. 470
16
14
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. xI
15
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14.h. 469
17
16
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. Iii
17
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. Iiii
18
menurut Ibnu Battuta Sultan baru saja pulang berperang dan membawa
banyak tawanan perang. Sang pelancongpun berkesempatan untuk
menghadiri pesta perkawinan putra Sultan dengan putri saudaranya. Jika
kesaksian Marco Polo yang datang pada tahun 1293, menemukan
kesesuaian dengan inskripsi yang ternukil pada makam Sultan al-Maliku‟1
Shaleh, dan diperkuat pula oleh tradisi lokal, sebagaimana dikisahkan dalam
Hikayat Raja-raja Pasai, hikayat itu menunjukkan secara pasti telah
berdirinya sebuah pusat kekuasaan Islam di akhir abad ke-13 ( jadi seusia
dengan kerajaan Majapahit di ujung Timur Pulau Jawa ). Maka kesaksian
Ibnu Battuta menunjukkan hubungan dagang antara Samudra ( Sumatra )
dengan India dan suasana kehidupan intelektual di istana. Ibnu Battuta telah
mengenal Sumatra sejak berada di Calicut (India). Dalam kisah
perjalanannya ia bercerita tentang hilir mudiknya pedagang dari Sumatra ke
kota dagang itu. Selain Ibnu Battuta mencatat dan menceritakan kehidupan
masyarakat sekitar, ia juga seorang yang membela kebenaran Ia
menceritakan kedongkolannya karena dua orang budak perempuannya,
menurut berita yang yang ia dengar telah diambil oleh Sultan Samudra. Ia
memang tidak bisa membuktikan kebenaran berita itu. Yang jelas ketika
Ibnu Battuta berkunjung ke kerajaan tersebut, pada tahun 1345 dan akhir
tahun 1346, ia merasa telah cukup mengenal Samudra. Pengetahuan yang
didapatkan di Benggala rupanya telah cukup memadai. Dalam versi yang
lengkap dari kisah perjalanannya, Ibnu Battuta juga menceritakan tentang
para ulama yang berdatangan, terutama dari Persia. Dalam kisahnya itu
nampak pula kecendrungan kosmopolitan sang raja. Pertanyaan-pertanyaan
Sultan kepada Ibnu Battuta ketika mereka bertemu, dengan jelas
memperlihatkan betapa luasnya cakrawala perhatian sang penguasa dari
kerajaan Islam tertua di Nusantara itu. 18
Sosok Ibnu Battuta begitu menginspirasi. Berbagai kesaksian sejarah
yang Ibnu Battuta temukan kemudian telah memperlihatkan bahwa berita
Ibnu Battuta tentang raja yang dikelilingi para ulama ini rupanya adalah
18
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. xv
19
19
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14.h.xix
20
20
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. 460
21
21
Muhammad Muchson Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Battutah ( Jakarta Timur :
Pustaka Al-Kautsar, 2012 ), h. 608
22
22
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. 478
BAB III
PERJALANAN IBNU BATTUTA KE KOTA MAKKAH
1
Gayatri Djajengminardo, Unik dan Keistimewaan Makkah dan Madinah (Jakarta Selatan :
Rexa Pustaka, 2013 ), h. 10.
2
Tim Sunriser Picture, 100 Keajaiban Dunia (Ciganjur : Cikal Aksara, 2011), h. 16.
3
QS. Ali Imran 3 : 96
4
Q.S Al An‟am 6 : 92
5
Q.S At-Tin 95 : 3
6
Ali Husni al-Kharbuthli, Sejarah Ka’bah (Jakarta Selatan : Torus Pustaka, 2015) ,h. 38.
23
24
Ibrahim dan Ismail. Hal itu juga merupakan sikap yang dicotohkan
oleh Nabi Muhammad SAW ketika melakukan Ibadah Haji. Ka‟bah
juga menjadi kiblat orang-orang muslim sampai saat ini.7 Ketika Ibnu
Battuta berada di Makkah, ia menjelaskan bahwa Ka‟bah dibangun dari
bebatuan coklat yang sangat kuat sehingga bangunannya tidak berubah
sampai saat ini.8
2. Makkah memiliki air zam-zam. Air ini dinamakan air zam-zam karena
airnya yang sangat banyak dan tidak akan surut. Air ini bisa menjadi
penawar penyakit.9 Sumur zam-zam muncul karena adanya sebuah
peristiwa bersejarah yaitu ketika Siti Hajar sedang mencarikan minum
untuk anaknya Ismail. Dia berlari-lari dari Shafa dan Marwah sebanyak
tujuh kali bolak-balik dan kemudian pada akhirnya air itu keluar dari
tendangan tumit kaki Ismail, memancarlah air itu.10
3. Makkah adalah kota kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nabi
Muhammad lahir di kota Makkah pada tanggal 9 Rabiul Awal pada
tahun gajah.11 Ketika Nabi Muhammad SAW dilahirkan, Abdul
Muthalib, kakeknya, sedang melakukan thawaf di Ka‟bah. Kemudian
ketika ia mendapakan kabar tentang kelahiran Nabi Muhammad, ia
segera menemui Nabi Muhammad serta langsung menggendong Nabi
Muhammad dan dibawa ke dalam Ka‟bah. Di dalam Ka‟bah, Abdul
Muthalib memanjatkan do‟a dan tidak lupa mengucapkan syukur atas
kelahiran Nabi Muhammad SAW.12
4. Makkah memiliki tempat-temapat yang mustajab untuk berdoa.
Selain beberapa keistimewaan yang dimiliki kota Makkah, pada saat
melakukan Ibadah Haji, para jamaah Haji juga tidak akan melewatkan
tempat-tempat bersejarah yang mempunyai keunikan seperti :
7
Ali Husni al-Kharbuthli, Sejarah Ka’bah ,h. 268.
8
Ali Husni al-Kharbuthli, Sejarah Ka’bah, h. 327.
9
Dijelaskan dalam Hadist Riwayat At Thabrani
10
Gayatri Djajeng Minardo, Unik dan Keistimewaannya Makkah dan Madinah , h. 69.
11
Syaikh Shafiyur-Rahman al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah (Jakarta : Robbani Press,
1998), h. 55.
12
Moenawar Khalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Mumammad (Depok : Gema Insani, 2013),
h. 68.
25
a. Masjidil Haram
Masjidil Haram adalah masjid yang sering dipakai para jamaah
Haji untuk shalat. Di dalam Masjidil Haram juga terdapat makam Nabi
Ibrahim AS. Tempat ini juga dipakai sebagai tempat tawaf. Masjdi ini
memiliki tujuh menara dan bisa menampung 730.000 jamaah. Masjidil
Haram juga menjadi simbol perdamaian, karena umat manusia dari
manapun melakukan urusan Ibadah dengan damai. Di sebutkan
cohtohnya dalam salah satu buku13 bahwa Mesir dan Iran yang
mempunyai arah politik yang berbeda namun dalam urusan Ibadah
mereka melakukannya secara damai.
b. Bukit Shafa dan Marwah
Shafa dan Marwah adalah tempat sa‟i yang merupakan bagian dari
rukun Haji. Shafa dan Marwah ini juga merupakan saksi sejarah dalam
beberapa peristiwa. Salah satunya adalah peristiwa ketika Nabi
Muhammad berceramah dan mengumpulkan masyarakat Makah,
namun Abu Lahab beserta istrinya memberi tanggapan negatif, maka
turunlah surat Al-Lahab.
c. Jabal Nur ( Gua Hira )
Gua Hira juga merupakan tempat dimana Rasulullah menerima
wahyu pertamanya yaitu surat Al-„Alaq ayat 1-5.14 Di Gua ini juga
tempat Rasulullah beribadah dan kemudian diangkat menjadi Rasul.
Karena Rasulullah sering beribadah di Gua ini, Gua sering memacarkan
cahaya karena itu gua ini dinamakan Gua Hira.
d. Padang Arafah
Padang Afarah adalah padang pasir tempat para jamaah Haji
melakukan Wukuf yang merupakan salah satu rukun Haji. Padang
Arafah juga mempunyai nilai sejarah yang tinggi.15 Tempat ini
13
Zuhairi Miswari, Makkah : Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim (Jakarta :
Kompas, 2009), h. 202.
14
Muslim H Nasution, Tapak Sejarah Seputar Makkah-Madinah (Depok : Gema Insani,
1999), h.50.
15
Drs. Abdul Halim M.A, Drs. Ikhwan S.H., M.A, Ensiklopedia Haji dan Umroh, (Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 4.
26
16
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14 (Jakarta
Timur : Yayasan Obor Indonesia, 1995), h. 29.
27
17
Ali Husni al-Khalbutri, Sejarah Ka’bah, h. 199
18
Aguk Irwan MN, Panduan Super Lengkap Haji dan Umrah, h. 25
28
19
Martias Dusky Pandoe, Jernih Melihat Cermat Mencatat : Antologi Karya Jurnalistik
Wertawan Senior Kompas (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2010), h. 109
29
20
Ross E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14,h.24
21
https://kbbi.web.id/kadi
30
22
KHAZANAH, Kota Tripoli Libya, Titik Temu Islam dan Romawi (Seni, 3 September
2012 pukul : 23.00 WIB), http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/12/09/03/m9reuy-kota-tripoli-libya-titik-temu-islam-dan-romawi-i
23
Mzx rodenbeck, Kairo Kota Kemenangan (Pustaka Alvabet),h. 3
24
Makalah dari Dr. Fadlil Munawwar Mansur, M.S, Dinasti Mamluk dan Perang Salib :
Perspektif Historis (Yogyakarta : Universitas Gajah Mada, 2008)
25
Dedi Supriyadi,M.Ag, Sejarah Peradaban Islam (Bandung : CP Pustaka Setia, 2016), h.
235.
31
26
Dedi Supriyadi, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, h. 103
27
KHAZANAH Republika.co.id, Damaskus Cermin Pencapaian Peradaban Islam (diakses
Rabu 26 Juli 2017 pulul : 14.00 WIB)
28
Azzam Bookstore.com, Damaskus Kota Bersejarah di Negeri Syam (di akses 12 Oktober
2015 dari Web https://artaazzamwordpresscom.wordpress.com/2015/10/12/damaskus-kota-
bersejarah-di-negeri-syam)
29
Ross E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. 85
32
1
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, (Lebanon :
Ihya Al- Ulum, 1987 M-1407 H), h. 157.
33
34
rumah. Dahulu, Raja Malik Az-Zahir sempat ingin menjadikan kota ini sebagai
pusat keramaian.
Selain Jabal Qubais di Makkah juga terdapat gunung lainnya seperti Jabal
Tsur atau gunung Tsur. Gunung ini berada di selatan kota Makkah, dan
merupakan goa tertinggi di Makkah jaraknya sekitar 4 km dari Masjidil Haram.
Gunung Tsur memiliki ketinggian sekitar 748 M dari permukaan laut dan jika dari
pemukaan tanah sekitar 458 M. Gunung ini memiliki nilai sejarah yang sangat
tinggi karena, di dalam gunung ini terdapat sebuah goa yang menjadi tempat
bersembunyinya Nabi Muhammad SAW pada saat beliau di kejar oleh orang-
orang kafir Quraisy ketika beliau dan Abu Bakar akan melakukan hijrah ke kota
Madinah. Gunung Tsur ini juga memiliki tiga puncak atau goa yang bersambung
dan berdekatan. Goa tersebut memiliki sekitar tinggi 1,25 m, dan memiliki lebar
sekitar 3,5 m. Pintu goa ini berada di sebelah timur dan sebelah barat. Rasulullah
menggunakan pintu bagian barat ketika Rasulullah akan berhijrah ke Madinah
untuk penyebaran agama Islam ditemani dengan sahabatnya yaitu Abu Bakar
namun, pada saat itu kaum Quraisy tidak menginginkan hal tersebut, hingga pada
akhirnya Nabi Muhammad dan Abu Bakar memilih untuk masuk ke dalam goa
tersebut atas petunjuk yang diberikan oleh Allah melalui malaikat Jibril. Nabi
Muhammad dan Abu Bakar berlindung dalam goa itu selama tiga hari tiga malam.
Pada saat itu juga kaum Quraisy mengejar Nabi Muhammad dan Abu Bakar
sampai pada goa Tsur.2
Di dalam goa Tsur juga banyak terdapat binatang-binatang buas dan liar dan
sering kali di tempati oleh ular-ular berbisa. Hal ini telah banyak diketahui oleh
orang-orang pada saat itu sehingga tidak satu orang pun yang berani masuk ke
dalam goa Tsur namun, Nabi Muhammad dan Abu Bakar sangat berani memasuki
goa tersebut demi agama Islam. Karena itu, ketika kaum Quraisy mengejar Nabi
Muhammad dan Abu Bakar sampai pada goa, kaum Quraisy diserang oleh laba-
laba dan burung merpati yang menutupi pintu masuk hingga pada akhirnya kaum
Qurasy memutuskan untuk menghentikan pengejaran mereka dan kembali ke
Makkah.
2
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h.157
35
3
Ibnu Battutah, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 158
4
Ibnu Battutah, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 151
36
menggunakan tutup kepala seperti peci dan sejenisnya. Mereka berdoa, bertawasul
samapai Allah menurunkan pertolongan dan karunia-Nya kepada mereka.
Ketika Ibnu Battuta berjalan di dekat Ka‟bah ia juga melihat adanya Hijir
Ismail. Hijir Ismail merupakan bagian dari Ka‟bah yang terletak diantara rukun
Yamani dan rukun Iraqi. Dahulu, Hijir Ismail ini merupakan bekas rumah
keluarga Nabi Ibrahim. Karena Hijir Ismail adalah bagian dari Ka‟bah maka, jika
para jamaah Haji melakukan Tawaf, para jamaah Haji juga mengelilingi Hijir
Ismail. Hijir Ismail mempunyai keistimewaan tempat ini merupakan tempat yang
mustajab untuk memanjatkan doa. Selain itu, Hijir Ismail juga tidak pernah sepi
dan selalu dipenuhi oleh orang-orang. Para jamaah Haji atau masyarakat kota
Makkah banyak yang melakukan sholat sunnah, bedoa, serta berzikir.5
Di dalam Rihlah nya Ibnu Battuta juga menyenutkan para pemimpin-
pemimpin Makkah Assaduddin dan Saefuddin putra amir Abi Namyu bin Abi
S‟id bin Ali bin kotadatalhasanayain.6
5
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 150
6
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 161
7
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Batutta ( Jakarta Timur : Pustaka
Al-Kautsar, 2012), h. 181.
37
melakukan harwalah, dan ini sunnah hukumnya. Wadi Muhassar adalah batas
antara Mina dan Muzdalifah. Muzdalifah adalah tanah lapang yang sangat luas
dan diapit oleh dua gunung. Di sekitarnya terdapat pabrik dan parit yang
dibangun oleh Zubaidah putri dari Ja‟far bin Abu Ja‟far Al-Mansur, isteri dari
Khalifah Harun Ar-Rasyid. Jarak dari Mina menuju Arafah adalah sekitar 5
mil. Dari Makkah menuju Mina juga jaraknya sama yaitu 5 mil. Arafah dan
tempat-tempat sekitarnya adalah tempat Wukuf. Di dekat Arafah terdapat
suatu tempat yang disebut Bath Arafah. Nabi Muhammad SAW
memerintahkan agar para jamaah Haji untuk naik ke tempat itu dan juga
melarang meninggalkannya sampai matahari terbenam. Mereka juga dilarang
untuk menerima jasa penyewaan unta yang berada disana. Jika mereka
menggunakan jasa penyewaan unta tersebut maka batalah Haji mereka.
Ibnu Battuta pertama kali melakukan Wukuf pada hari kamis tahun 1326.
Amirul Hajj jamaah Haji pada masa itu adalah Arghon Ad-Dawadir, wakil
Raja Al-Malikun Nashir. Pada saat yang bersamaan puteri Raja yang juga
isteri Argon juga sedang menunaikan Ibadah Haji. Isteri Raja yang bernama
Khawandah juga menunaikan Haji pada saat itu. Ia adalah seorang puteri dari
Sultan Agung Muhammad Uzbek, penguasa Sara dan Khawarizm. Amirul
Hajj jamaah dari Syam bernama Saifuddin Al-Jauban. Setelah sholat Shubuh
para jamaah Haji segera meninggalkan Muzdalifah menuju Mina setelah
berdoa dan Wukuf di Masy‟aril Haram. Di Wadi para jamaah Haji melakukan
harwalah sampai keluar darinya. Dari Muzdalifah jamaah Haji membawa batu
kerikil dan ini sunnah hukumnya. Jamaah Haji mengambil batu kerikil di
sekitar Masjid Khaif.
Selesai dari Mina jamaah Haji pergi ke Mina untuk melempar jumroh
Aqabah, kemudian berqurban dan menyembelih kambing, mencukur rambut
dan ber-tahallul, kecuali jima‟ dan memakai wewangian. Karena kedua hal ini
dilarang sampai para jamaah Haji melakukan Tawaf Ifadah. Melempar jumroh
dilakukan ketika matahari terbit pada hari Idul Adha. Setelah melempar
jumroh jamaah Haji segera melakukan Tawaf Ifadah setelah menyembelih
kambing dan mencukur rambut. Sebagian para jamaah Haji ada yang tetap
38
bertahan sampai hari ke dua. Tetapi pada hari ke dua mereka melempar
jumroh pada saat matahari tergelincir dari sebelah Barat. Jumroh ula tujuh
lemparan, dan jumroh wustho tujuh lemparan. Mereka melemparkan jumroh
sambil memanjatkan doa sebagaimana yang telah Rasulullah SAW lakukan.
Pada hari ke tiga para jamaah Haji menuju Makkah, setelah melemparkan 49
kerikil. Banyak juga diantara mereka yang bertahan sampai hari ke tiga setelah
Idul Adha sehingga mereka bisa melemparkan kerikil sebanyak 70 kerikil.
Tepat berada pada hari raya Idul Adha rombongan jamaah Haji dari Mesir
membawa Kiswah Ka‟bah dan kemudian diletakan di permukaan Ka‟bah.8
pada hari ke tiga di hari Idul Adha para jamaah menurunkan Kiswah dari atas
Ka‟bah. Kiswah Ka‟bah berwarna hitam dan terbuat dari kain sutera. Di
bagian Kiswah Ka‟bah terdapat tulisan berwarna putih yang berisikan surat
Al-Maidah ayat 97. Pada bagian lain juga terdapat tulisan kaligrafi ayat-ayat
Al-Qur‟an berwarna putih kontras dengan kain hitam yang mendasari Kiswah.
Pada saat Kiswah di taruh Kiswah di angkat ke atas untuk menghindari
jangkauan dari para jamaah Haji. Raja Al-Malikun Nasir adalah orang yang
bertanggung jawab atas pembuatan Kiswah. Tidak hanya itu, ia juga
menanggung gaji para qadhi, khatib, imam, muadzin dan para pegawai
Masjidil Haram, termasuk peralatan yang dibutuhkan di Masjidil Haram
seperti minyak dan lilin. Rombongan Irak bermalam di hari ke empat setelah
rombongan Mesir dan Syam meninggalkan Makkah. Mereka melakukan
Tawaf pada malam hari. Mereka banyak memberikan sedekah kepada orang
yang membutuhkan. Mereka memberikan pakaian atau perak kepada setiap
penduduk asli Makkah yang mereka temui. Ketika mereka melihat orang-
orang Makkah tertidur, lalu di mulut orang itu mereka letakan emas atau perak
sehingga mereka terbangun. Setiap orang rata-rata mendapatkan sedekah 18
dirham per orang, karena begitu banyaknya orang yang bersedekah di sana.
Dan untuk pertama kalinya nama Sultan Abu Sa‟id, Raja Irak, disebut dalam
mimbar dan kubah Zam-zam pada saat itu.9 Tanggal 20 Dzulhijjah Ibnu
8
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Batutta h. 184
9
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Batutta h. 184
39
10
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Batutta h. 178
40
makanan dan minuman dengan suka rela, mereka akan di doakan oleh para
malaikat. Suasana Masjidil Haram ketika buka puasa bersama di bulan Ramadhan
sangat padat dengan para pengunjung dari berbagai ras dan suku yang berbeda-
beda. Ketika menjelang waktu berbuka puasa, mereka yang akan melakukan buka
puasa bersama duduk berhadap-hadapan sedangkan petugas menyiapkan alas
makan di hadapan para jamah. Pengurus Masjidil Haram menyediakan kurma dan
air zam-zam lebih banyak dari biasanya. Jalanan yang ada di sekitaran Masjidil
Haram hampir penuh dengan kendaraan yang dipakai oleh para jamaah.
Kebiasaan orang-orang Makkah lainnya di bulan Ramadhan adalah mereka selalu
saling berbagi makanan dengan orang-orang sekitar mereka. Kebiasaan ini hampir
sirna karena, kesibukan-kesibukan penduduk Makkah namun masih berjalan di
daerah-daerah kecil atau perkampungan di Makkah. Kemudian, dibulan
Ramadhan juga orang-orang Makkah sering melakukan itikaf di Masjidil Haram.
Di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, orang-orang menghatamkan Al-
Qu‟an. Khataman Al-Qu‟an tersebut dihadiri oleh qadi, faqih dan para pejabat
tinggi Makkah. Khataman Qur‟an diakhiri oleh salah satu anak pejabat tinggi.
Apabila khataman Qu‟an sudah selesai, anak itu naik keatas mimbar dan
membacakan khutbah. Setelah khutbah selesai ayah anak itu mengundang
mengundang jamaah untuk hadir di rumahnya untuk makan malam. Hal ini terus
menerus dilakukan setiap malam-malam ganjil pada bulan Ramadhan.
Malam yang paling mulia adalah malam tanggal 27 Ramadhan. Malam ini
dirayakan lebih meriah dari malam biasanya. Pada malam ini Al-Qu‟an
dikhatamkan di belakang Maqom Ibrahim. Kemudian, khataman pada malam ke
29 dilakukan di Maqom Malikiyah yang dilakukan secara terbatas , jauh dari
kemewahan. Imam menghatamkan Al-Qur‟an lalu menyampaikan Khutbah.11
b. Tradisi orang-orang Makkah di bulan Rajab
Pada awal kedatangan bulan Rajab, amir Makkah akan segera memerintahkan
kepada para penduduk Makkah untuk membunyikan terompet menyambut
kedatangan bulan Rajab dan sebagai tanda bahwa bulan Rajab telah tiba. 12 Pada
11
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Batutta h. 179
12
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Battuta ,h.173
41
awal bulan Rajab ini juga mereka mempunyai tradisi yang unik yaitu, mereka
melakukan arak-arakan.13 Amir Makkah keluar dengan mengendarai kuda, di
iringi dengan tabuhan gendang-gendang. Pada saat Ibnu Battuta berada di
Makkah, ia melihat Amir Ramitsah dan Amir Athifah didampingi dengan para
pengawal mereka yaitu, Muhammad bin Ibrahim, Ali dan Ahmad bin Shabih, Ali
bin Yusuf, Sadad bin Umar, Musa Al-Mazraq, serta anak-anak Hasan. Mereka
mengibarkan bendera kebesaran memainkan kendang dan rebana.14 Muadzin
berdiri di kubah Zam-zam dan mendoakan para Amir Makkah. Mereka melakukan
shalat dua rakaat di Multazam dan di Maqom Nabi Ibrahim. Amir Makkah juga
melakukan sa‟i. Selesai melakukan tradisi tersebut, Amir Makkah akan kembali
lagi ke rumahnya masing-masing.
c. Tradisi orang-orang Makkah melakukan Umroh Rajab
Pada bulan Rajab, orang-orang Makkah juga melakukan Umrah Rajab.
Mereka membuat perayaan yang sangat meriah setiap malam hari. Pada bulan
Rajab juga orang-orang Makkah berlomba-lomba dalam beribadah, khususnya
pada hari pertama, tanggal 15 dan hari ke-27 bulan Rajab. Awal mula terjadinya
Umrah Rajab ini karena ada suatu peristiwa di Makkah, yaitu ketika Abdullah
Zubair Radiallahu Anhu keluar Masjidil Haram, beliau keluar Masjid tanpa
mengenakan alas kaki untuk melakukan Umrah. Beliau melakukan Umrah tidak
sendiri, tetapi dengan beberapa penduduk Makkah pada tanggal 27 Rajab. Ia juga
menempuh perjalanan dari Tsaniyah Al Hajun sampai ke Ma‟ala, tempat yang
dilalui oleh kaum Muslimin pada peristiwa pembukaan kota Makkah.15 Sejak
peristiwa itu orang-orang Makkah menjadikan Umrah Rajab itu sebagai sunah,
dan hingga saat ini mereka melakukan tradisi tersebut.
d. Tradisi orang-orang Makkah menyambut bulan Baru
Pada bulan Baru di Makkah, mereka juga memakai tradisi penyambutan pada
awal bulan baru. Sama seperti penyambutan pada bulan Rajab, Amir Makkah
keluar rumah dengan diiringi para pengawalnya. Namun penyambutan bulan baru
ini mempunyai ciri yang lebih khas, yaitu Amir Makkah mengenakan pakaian
13
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 175
14
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Battuta, h. 174
15
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 176
42
putih dan memakai selempang pedang.16 Amir Makkah melakukan shalat dua
rakaat di Maqom Ibrahim, mencium Hajar Aswad, dan melakukan Tawaf
sebanyak tujuh kali. Setiap kali Amir Makkah melakukan putaran pertama, para
pemimpin Muadzin mendoakan Amir Makkah dengan mengucap selamat atas
datangnya tahun baru. Hal itu terus dilakukan sampai pada putaran yang terakhir.
Setelah Amir Makkah melakukan Thawaf, ziarah di Maqom Ibrahim dan
mencium Hajar Aswad, Amir meninggalkan Masjidil Haram.
e. Tradisi orang-orang Makkah di bulan Syawal
Pada bulan Syawal penduduk Makkah juga mengadakan penyambutan untuk
pembukaan bulan Haji. Jika tradisi ini berlangsung kota Makkah menjadi sangat
terang, karena orang-orang Makkah menyalakan lampu-lampu sama seperti yang
di lakukan ketika pada malam 27 Ramadhan. Lampu itu dinyalakan disekitaran
Masjidil Haram, juga di sekitaran Jabal Abu Qubais.17 Jabal Abu Qubais adalah
sebuah bukit yang letaknya sangat dekat dengan Masjidil Haram dan berhadapan
dengan bukit Shafa. Gunung ini merupakan gunung yang pertama kali diciptakan
Allah di bumi ini setelah Baitullah, Ka‟bah. Pada malam hari para pemimpin
Muadzin membacakan tahlil, dzikir, takbir. Dan pada pagi hari, orang-orang
melakukan shalat subuh dan memperbanyak Ibadah. Mereka memakai pakaian
yang menurut mereka baik dan bagus seperti mereka memakai pakaian di hari
raya dan pergi ke Masjidil Haram. Mereka melakukan shalat Idul Fitri di Masjidil
Haram
f. Tradisi orang-orang Makkah ketika melakukan Shalat Jum’at
Tradisi Shalat Juma‟at di Kota Makkah memiliki ciri khas tersendiri. Ciri
khasnya adalah seorang Khatib di Makkah mengenakan pakaian yang serba
hitam.18 Khatib di kota Makkah juga diperlakukan dengan sangat istimewa oleh
penduduk Makkah. Shloat Jum‟at di Makkah adalah moment yang sakral, karena
ketika proses Khatib berjalan hingga sampai di mimbar ia diiringi oleh dua
muadzin kanan dan kirinya kemudian mereka juga membawa umbul-umbul yang
16
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Battuta, h. 173
17
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 180
18
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 173
43
19
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Battuta, h. 171
20
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 178
44
paling baik menurut mereka. dan ketika mereka melakukan kebiasaan tersebut
Masjidil Haram menjadi sangat wangi.21
21
Muhammad Mucshon Anasay, terjemahan Rihlah Ibnu Battuta, h. 158
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan yang dapat diuraikan dari rumusan masalah mengenai
Biografi Ibnu Battuta adalah, Ibnu Battuta merupakan tokoh petualang
Muslim yang berasal dari kota Tangier, Maroko. Nama lengkapnya adalah
Muhammad bin Abdullah Muhammad bin Ibrahim Al-Lawati Ath-Thanji,
Abu Abdillah, Ibnu Battuta. Ia di lahirkan dalam sebuah keluarga ulama
fiqh Islam di Tangier, pada 17 Rajab tahun 703 H/ 25 Februari tahun 1304
M, ia dilahirkan pada zaman pemerintahan Dinasti Mariniah. Ibnu Battuta
meninggal dunia pada tahun 1368 atau 1369 (700H) di tanah kelahirannya
Maroko. Ibnu Battuta adalah sosok seorang yang sangat pemberani ia
berpetualang menjelajahi dunia hanya dengan berkendaraan seekor unta. Ia
juga adalah seorang yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi hal ini lah
yang membawanya menjadi seorang petualang. Ia menjadi seorang
petualang yang sangat pandai bersosialisasi dengan orang sekitar dan
masyarakat di setiap kota yang ia singgahi. Ketika sepanjang perjalanannya
ia juga tidak pernah menyombongkan dirinya ketika ia pernah dipercaya
menjadi seorang Qadi. Ibnu Battuta juga sangat pekerja keras dan tidak
pernah menyerah untuk bisa sampai pada kota yang ia tuju.
2. Kesimpulan yang dapat diuraikan dari perumusan masalah mengenai
alasan Ibnu Battuta pergi ke Kota Makkah yaitu, ia mempunyai motivasi
yang sangat tinggi untuk menjadi seorang penjelajah dunia yaitu ia ingin
sekali menunaikan Ibadah Haji. Ia ingin pergi dan berangkat menunaikan
Ibadah Haji dengan usahanya yang sangat luar biasa. Dari keinginannya
menunaikan Ibadah Haji maka ia bertekad untuk berpetualang menjelajahi
dunia. Ia mengamati setiap kejadian yang ada di kota persinggahannya lalu
ia tuangkan dalam sebuah karya tulisannya yang berjudul Tuhfah An
Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar”.
46
47
Kota Makkah adalah tujuan utama Ibnu Battuta, karena selain ingin
menunaikan Ibadah Haji kota Makkah juga mempunyai banyak sekali
keistimewaan. Kota Makkah menjadi pusat peradaban umat Muslim. Kota
Makkah mempunyai Ka‟bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan seorang
anaknya yang bernama Ismail untuk dijadikan tempat beribadah. Ka‟bah
adalah tempat yang sangat mustajab untuk berdoa karena itu, para umat
Muslim dari berbagai penjuru dunia berkeinginan datang ke Ka‟bah yang
berada di kota Makkah. Kota Makkah juga adalah kota tempat lahirnya
Rasulullah SAW. Tidak hanya kota Kelahirannya Rasulullah, kota Makkah
juga memiliki banyak tempat yang bersejarah dalam kehidupan Rasulullah
SAW. Beberapa tempat bersejarah tersebut meliputi, Masjidil Haram, Bukit
Shafa dan Marwah, Goa Hira, Masjid Jin dan Masjid Ijabah. Selain
banyaknya tempat bersejarah kehidupan Rasulullah SAW, kota Makkah
mempunyai air Zam-zam yang tidak ada di kota-kota lainnya. Air Zam-zam
ini dipercayai sebagai penawar penyakit. Air Zam-zam tidak pernah surut
meskipun terus-menerus diambil. Air ini keluar dari mata air, dan memancar
ketika Siti Hajar hendak mencarikan minum untuk anaknya Ismail. Ibadah
Haji merupakan kewajiban bagi umat Muslim (jika sudah mampu). Namun
bagi seseorang yang sudah lebih dari satu kali melakukan Ibadah Haji maka
hukumnya adalah sunnah. Karena Ibadah Haji merupakan kewajiban dan
penyempurna dari rukun Islam maka dari itu Ibnu Battuta sangat bertekad
sekali untuk datang ke kota Makkah.
3. Dan kesimpulan yang dapat diuraikan dari rumusan masalah hal-hal
yang dilihat Ibnu Battuta adalah ketika itu Ibnu Battuta memulai
perjalanannya menuju kota Makkah dari tanah kelahirannya Tangier,
Maroko pada tanggal 14 Juni 1325 ( 2 Rajab 725 A.H ). Perjalanan yang di
tempuh Ibnu Battuta untuk sampai pada kota Makkah tidaklah mudah
karena ia harus melewati beberapa kota dahulu untuk sampai kekota
Makkah dan menempuh banyak rintangan. Namun ketika rintangan itu
datang ia tidak pernah menyerah untuk sampai pada tujuan. Hingga pada
pertengahan Oktober tahun 1326 H Ibnu Battuta sampai di kota Makkah.
48
B. Saran-saran
Dalam tulisan Skripsi ini tentang Perjalanan Ibnu Battuta ke Kopta
Makkah tahun 1326 H, tentumnya mempunyai banyak kekurangan
terutama dalam pembahasan tentang kisah asmara Ibnu Battuta dan isteri-
istri Ibnu Battuta. Saran bagi pembaca dan yang akan ingin meneruskan
pembahasan perjalanan Ibnu Battuta ke Kota Makkah, lebih dirincikan lagi
masalah kisah perjalanan rumah tangga Ibnu Battuta.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Primer
Anasay, Muchson Muhammad. Rihlah Ibnu Batuthah. Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar, 2012.
Sumber Sekunder
Dunn, Ross. Petualangan Ibnu Batutah seorang Musafir Muslim pada abad ke-
14. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1995.
Salam Abdul Khair, Khair Zulfikli. Cerita-Cerita Motivasi untuk Ibadah dan
Umroh. PTS Litera Utama, 2007.
Miswari, Zuhairi. Mekah: Kota Suci, Kekuasaan dan Teladan Ibrahim. Jakarta :
PT Kompas Media Nusatara, 2009.
Zakaria, Hadi Abdul. Sejarah Lengkap Kota Mekah dan Madinah. Yogyakarta :
Diva Press, 2014.
Al-Qur‟an.
Al-Karbuthli, Husni Ali. Sejarah Ka’bah. Jakarta Selatan : Torus Pustaka, 2015.
49
50
Umam, Hafizul. Maroko, Negeri Eksotis di Ujung Barat Dunia Islam. Jakarta :
Jentera Pustaka, 2014.
Halim, Abdul. Esiklopedi Haji dan Umroh. Jakarta : PT Raja Grafindo, 2002.
Picture Sunriser Tim. 100 Keajaiban Dunia. Ciganjur : Cikal Aksara, 2011.
Minardo, Djajeng, Gayatri. Unik dan Keistimewaan Mekah dan Madinah. Jakarta
Selatan : Rexa Pustaka, 2013.
KHAZANAH, Kota Tripoli Libya, Titik Temu Islam dan Romawi ( Seni, 3
September 2012 pukul : 23.00 WIB ), http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/12/09/03/m9reuy-kota-tripoli-libya-titik-temu-islam-dan-romawi-
i
Mansur, Nunawwar Fadlil. Makalah Tentang Dinasti Mamluk dan Perang Salib :
Perspektif Historis. Yogjakarta : Universitas Gajah Mada, 2008.