Anda di halaman 1dari 59

PERJALANAN IBNU BATTUTA KE MAKKAH

1325 M

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar


Sarjana Humaniora ( S.Hum )

DISUSUN OLEH :

Yulia Hilma : 1113022000061

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA


PRODI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/ 2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahi rabbil alamin, segala puji syukur penulis haturkan kepada


Allah SWT yang telah melimpahkan segala macam nikmat dan rahmat-Nya.
Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW serta
keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya amin.

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapat gelar
Sarjana (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah menempuh karya tulis
ilmiah dalam bentuk skripsi ini dengan judul : “ PERJALANAN IBNU
BATTUTA KE MAKKAH 1325 M “

Jakarta, 20 Juli 2018


Penulis,

Yulia Hillma

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak hanya berhasil


sendirian saja namun banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam selesainya
skripsi ini baik bersifat moril ataupun materil , maka dengan ini penulis
mengucapkan terima kasih serta penghargaannya atas dorongan dan kerja
samanya kepada penulis untuk menyelsaikan skripsi ini. Rasa terima kasih dan
penghargaan yang begitu besar penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam


Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Dr. Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak H. Nurhasan, MA selaku Ketua Jurusan Prodi Sejarah Peradaban
Islam UIN Jakarta
4. Bapak Drs. H.M Ma‟ruf Misbah selaku pembimbing skripsi yang telah
ikhlas bersedia membimbing, mengingatkan dan memberikan arahan
selama berjalannya proses penyusunan Skripsi ini.
5. Alm. Bapak H. Sarja dan Ibu Hj. Eha selaku kedua orang tua yang tidak
berhenti untuk memberikan kasih sayang serta mendoakan dan memberi
semangat selama proses perkuliahan
6. Jumadi, Jumawan dan Nurul Munawaroh selaku kakak laki-laki dan
perempuan, yang selalu membantu baik materi maupun dukungan
terhadap selesainya skripsi ini
7. Ulpah Fauziah, Siti Muadawiyah, dan Diana Aprilia selaku sahabat dari
SMA yang selalu memberikan dorongan yang luar biasa terhadap
selesainya skripsi ini
8. Imas Maesaroh, Irma Suprihartini, Muzdalifah, Maulida Zahra Olga
selaku teman masa kecil hingga sekarang yang juga selalu mensuport atas
proses pembuatan skripsi ini

ii
9. Keluarga Pramuka UIN Jakarta yang selama ini memberikan banyak
pengalaman yang berharga selama berada di perkuliahan.
10. Keluarga Angkatan Cueks‟13 yang sudah bisa menjadi keluarga kedua
selama tinggal di Ciputat
11. Listinawati, Ayu Yuliyanti, Winda Novia, Fatimah Batubara selaku teman
seperjuangan di Prodi SPI yang telah memberikan semangat atas proses
penyusunan skripsi ini
12. Kepada jajaran pembina pramuka di sekolah MIN Al-Azhar Al-Syarif
Indonesia yang telah memberikan pengalaman berharga dan bantuannya
terhadap jalannya penulisan skripsi ini
13. Kepada Jajaran Guru dari sekolah SDI Ruhama yang juga memberikan
pengalaman berharga dan membantu dalam proses penyusunan skripsi ini

Penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu
penulis berharap ada tegur sapa untuk penyempurnaan karya ini karena
sangat bermanfaat untuk orang banyak sebagai bahan bacaan dan
referensi.

Jakarta, 20 Juli 2018


Penulis,

Yulia Hillma

iii
ABSTRAK

Ibnu Batuta, Sosok Musafir Muslim dan ahli hukum abad ke-14 yang
terkenal sebagai petualang terbesar zaman pra-moderen. Kisah perjalanannya luar
biasa, yang membuat dunia Barat menghargainya sebagai “Marco Polo dunia
muslim”. Sebuah karya literatur yang ambisius dan informatif tentang abad
pertengahan, kaya akan lukisan mengenai lembaga-lembaga keagamaan,
bangunan-bangunan monumental serta tokoh-tokoh alim di kota-kota Islam yang
besar.

Ia adalah seorang pujangga mashur Arab pada zamannya dengan


pengembaraan ke berbagai belahan bumi. Ia lakukan hal itu dengan tanpa henti.
Jejak langkah-langkah perjalannnya telah menjadi bukti kehandalannya sebagai
seorang pengelana. Catatan pengembaraannya telah menjadi rujukan kaum
cendikia. Namun sayang, nama itu kini telah meredup. Sejarah Islam jarang
mencatat perjalanannya.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa Ibnu Batuta adalah seorang


petualang muslim yang hebat. Dari setiap kota yang ia singgahi, ia tidak hanya
sekedar berjalan dan tinggal di sana tapi ia mengamati dan memahami di setiap
kondisi sosial budaya dari masyarakat daerah itu sendiri. Ia menuangkan cerita
perjalanannya itu dalam sebuah karya tulis yaitu Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil
Amshar wa’Anjaibil Asfar”. Metode penelitian dalam tulisan ini menggunakan
pendekatan Historis. Hasil temuan dari skripsi ini adalah bahwa perjalanan Ibnu
Battutah untuk sampai ke kota Makkah tidaklah mudah, banyak halangan dan
rintangan yang Ibnu Battutah lewati. Ibnu Battuta tidak pernah menyia-nyiakan
waktu nya di kota Makkah. Ketika ia berada di kota Makkah ia berpetualang dan
mengamati kondisi masyarakat kota Makkah.

iv
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 4
D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 5
E. Metode Penelitian ............................................................. 5
F. Sistematika Penulisan ....................................................... 6

BAB II BIOGRAFI IBNU BATTUTA


A. Kelahiran Ibnu Battuta ..................................................... 8
B. Kehidupan Ibnu Battuta .................................................. 13
C. Ibnu Battuta di Nusantara.................................................. 17
D. Meninggalnya Ibnu Battuta .............................................. 20

BAB III PERJALANAN IBNU BATTUTA KE KOTA MAKKAH


A. Keistimewaan Kota Makkah ............................................ 23
B. Tujuan Ibnu Battuta menjelajah ke Kota Makkah ............ 26
C. Perjalanan Ibnu Battuta dari Magrib ke Makkah ............ 28

BAB IV HAL-HAL YANG DILIHAT IBNU BATTUTA DI KOTA


MAKKAH
A. Kehidupan Ibnu Battuta di Makkah .................................. 33
B. Kehidupan para jamaah Haji di Kota Makkah .................. 36
C. Kondisi sosial budaya di Kota Makkah ............................ 39

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 46
B. Saran-saran ......................................................................... 48

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ibnu Battuta adalah seorang Muslim pengembara dunia. Di kalangan
para masyarakat khususnya pemuda zaman sekarang banyak orang yang
belum mengetahui siapakah tokoh Ibnu Battuta dalam sejarah Islam. Ibnu
Battuta adalah sosok seorang Muslim yang mempunyai rasa ingin tahu yang
sangat tinggi terhadap apa yang terjadi di kehidupan dunia.1 Banyak tokoh
sejarah Nasional di Indonesia yang disebut-sebut dan dibuatkan buku,
seperti Soekarno, Habibie, namun sangat jarang orang yang menulis tokoh
sejarah Muslim khususnya sosok Ibnu Battuta. Ia mengembara berkeliling
dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan caranya sendiri tidak mengikuti
cara orang lain. Ia menjalani pengembaraan yang berkali-kali putar balik ke
pusat-pusat peradaban Islam.2 Ibnu Battuta mencatat perjalanannya ke
dalam Rihlah. Rihlah adalah sebuah catatan tentang pengembaraan Ibnu
Battuta yang ditulis Ibnu Battuta dengan Judul” Tuhfah An Nuzhar Fi
Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar.
Ia terlahir dengan nama Muhammad bin Abdullah bin Muhammad
Ibrahim. Ia dibesarkan di tengah keluarga yang kaya raya di negeri Maghrib.
Pengembaraannya dimulai dari negerinya sendiri hingga menyebrang ke
berbagai benua, termasuk ke Nusantara. Ia pernah singgah di Sumatra yang
ketika itu bernama pulau Andalas. Konon, ketika ia sampai di Sumatera
Ibnu Battuta teringat negara Andalusia, sehingga menyebut pulau itu pulau
Andalas (Andalusia). Perjalanannya hampir mencapai seluruh negeri Islam,
Afrika Timur, India dan Tiongok yang terakhir sampai di Timbuktu. Ibnu
Battuta meninggalkan Tangier pada tahun 1325 untuk memulai
perjalanannya ke Makkah. Ketika tiba di Makkah ia berdoa di Ka‟bah.3

1
Sulaiman Fayyadh, Ibnu Battuta Penjelajah Dunia (Solo : Cv. Pustaka Mantiq, 1933), h.
7.
2
Huston Smith, Ensiklopedia Islam (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2009), h. 149.
3
Sarah Harison, Atlas Eksplorasi (Jakarta Timur : Erlangga For Kids, 2007), h. 8.

1
2

Selama kariernya, Ibnu Battuta menjadi seorang petualang yang dihargai


banyak orang, karena itu ia menerima banyak hadiah dan dibayar berupa
gaji dalam bentuk mata uang logam emas atau perak. 4
Ibnu Battuta adalah seorang yang mudah bersosialisasi dengan orang
sekitarnya dan ia juga selalu berusaha meningkatkan hubungan silaturahim
dengan mendekati orang-orang yang bisa diajak ber-mudzakarah serta
berbagi ilmu dan pengalaman. Ia sangat terinspirasi dengan hadits Nabi Saw
:

‫مثل الصديق الصديق والصديق الشرير يشبه الشخص الذي حيمل زيت‬
‫ الشخص الذي حيمل‬.‫القرش (عبق) والشخص الذي يفجر مجر ادحداة‬
‫ أو سوف تشرتيه أو تشعر برائحه أما‬، ‫زيت الصواريخ قد يعطيه لك‬
" ‫ أو ستشعر برائحتها الكريهة‬، ‫ فقد حيرق مالبسك‬، ‫بالنسبة للحديث‬

“Perumpamaan teman yang saleh dan teman yang jahat adalah seperti
orang yang membawa minyak misik (harum) dan orang yang meniup bara
api pandai besi. Orang yang membawa minyak misik mungkin akan
memberikannya kepadamu, atau engkau akan membelinya atau engkau
merasakan bau harum daripadanya. Adapun peniup bara api pandai besi,
mungkin akan membakar pakaianmu, atau engkau akan merasakan bau
yang busuk daripadanya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Mengerjakan Ibadah Haji adalah salah satu kewajiban. Mengerjakan


Ibadah Haji juga adalah salah satu bentuk pendidikan rohani dan jasmani.
Selain itu, Makkah dan Madinah merupakan lokasi bersejarah. Ibnu Battuta
mengisahkan kebiasaan dan tradisi orang-orang Makkah.5 Dalam perjalanan

4
Ross E. Dunn, Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14 (Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia, 1995), h. Xxxii.
5
Khair Abdul Salam, Zulfikar Khair, Cerita-Cerita Motivasi Untuk Haji dan Umroh (
Malaysia : PTS Litera Utama, 2007), h. Prakata.
3

menuju Makkah, Ibnu Battuta menyaksikan tempat-tempat yang punya


saksi sejarah Islam yang tinggi.6
Menurut catatan sejarah awal perjalanan dunianya adalah ketika pergi
menunaikan Ibadah Haji pada usia kurang dari 21 tahun. Pada saat itu, pergi
Haji adalah Ibadah yang paling didambakan oleh umat muslim.7 Ibnu
Battuta mengawali perjalanan Haji pada 14 Juni 1325 M, Ia adalah seorang
yang pekerja keras ia menempuh jarak ribuan kilo meter menuju tanah suci
Makkah hanya dengan memakai seekor unta. Bahkan ketika di perjalanan ia
dirampok, Ibnu Battuta tetap meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki.
Kota Makkah merupakan kota terpenting dan utama bagi umat Islam
di seluruh dunia. Selain menyimpan nilai sejarah yang tinggi dan terkenal
dengan kedahsyatan air zamzam, Ka‟bah dan Hajar Aswadnya, kota ini
8
juga memiliki banyak keistimewaan bagi muslim yang mengunjunginya.
Setiap tahun jumlah yang melaksanakan Ibadah Haji dan Umroh terus
9
bertambah. Pada saat Ibnu Battuta berkunjung ke Kota Makkah,
pemerintahan Kota Makkah dijabat oleh dua orang bersaudara, Assadudin
10
Ramisah dan Saefuddin Athifah. Ibnu Battuta tinggal di Makkah selama
tiga minggu sebelum berkunjung ke tempat lain untuk mencari ilmu. Ibnu
Battuta meninggalkan Makkah pada 17 November 1326 untuk menuju ke
Persi.
Perjalanan panjang Ibnu Battuta adalah perjalanan untuk mencari
ilmu, menampung sejumlah informasi dari berbagai belahan dunia pada

6
Zuhairi Misrawi, Mekkah : Kota Suci, Kekuasaan dan Teladan Ibrahim (Jakarta : PT
Kompas Media Nusantara, 2009), h. 58.
7
Fauzi Helmi, Musafir-17 Petualang Terbesar Dunia,
https://www.youtobe.com/watch?v=KnApCVxOeQg. Diakses 5 Februari 2013
8
Abdul Hadi Zakaria, Sejarah Lengkap Kota Makkah dan Madina (Yogjakarta : Diva
Press), h. 14.
9
Muslim H. Nasution, Tapak Sejarah Seputar Makkah-Madinah, (Depok : Gema Insani,
1999), h. 25.
10
Muhammad Muchson Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Battuta (Jakarta Timur : Pustaka
Al-Kautsar, 2012), h. 156.
4

zamannya, sehingga dapat memperluas pengetahuannya. Karena ilmu tak


akan habis terbagi walaupun generasi datang silih berganti. 11

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Penulis memcoba membatasi penelitian ini hanya pada perjalanan
Ibnu Battuta ke kota Makkah tahun 1325.

2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalahnya adalah sebangai berikut :
a. Bagaimana biografi Ibnu Batutatah?
b. Mengapa Ibnu Battuta ingin menjelajah ke Makkah?
c. Apa hal-hal yang dilihat Ibnu Battuta di Kota Makkah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Dalam penulisan Skripsi ini penulis berusaha semaksimal mungkin
untuk memaparkan dan menghadirkan apa yang menjadi judul dari
penulisan ini dengan tujuan :
a. Mengetahui tentang biografi Ibnu Battuta
b. Mengetahui alasan atau tujuan Ibnu Battuta menjelajah ke Kota
Makkah
c. Mengetahui hal-hal yang dilihat Ibnu Battuta di Makkah

2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diangkat oleh penulis dalam
Skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Menambah koleksi kepustakaan

11
EC Publishing, Ibnu Battuta Penjelajah Benua Terbesar Sebelum Colombus,
https://www.youtobe.com/watch?v=mzlO7sfqEc. Diakses 26 Februari 214.
5

b. Memberikan kontribusi ilmu sejarah perjalanan seorang


pengembara Ibnu Battuta.

D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini penulis banyak menggunakan tinjauan pustaka
berdasarkan dari beberapa buku dan jurnal yaitu :
1. Ibnu Battuta Penjelajah Dunia
Buku ini di tulis Sulaiman Fayadh. Buku ini menjelaskan tentang biografi
singkat Ibnu Battuta serta pengalaman-pengalaman Ibnu Battuta ketika ia
menjelajahi Dunia. Buku ini juga menceritakan rintangan-rintangan yang
dihadapi Ibnu Battuta ketika menjelajahi Dunia.

2. Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14


Buku ini ditulis oleh Ross E. Dunn . Buku ini menceritakan tentang
berbagai petualangan Ibnu Battuta ketika menjelajahi Dunia,mulai dari
tempat ia lahir yaitu di Maroko lalu ke Maghrib, Afrika Utara, ke
Jazirah Arab, sampai ke Asia kecil dan beberapa negara lainnya,
bahkan negara Indonesia. Buku ini juga menceritakan hal-hal yang
dilihat Ibnu Battuta di Makkah.
3. Rihlah Ibnu Battuta
Buku ini diterjemahkan oleh Muhammad Muchson Anasy dan
Khaifurrahman Fath,. Buku ini merupakan terjemahan dari Rihlah
Ibnu Battuta yaitu Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar
wa’Anjaibil Asfar berisi catatan perjalanan Ibnu Battuta. Terutama
tentang para sultan, para Syaikh, sejarah sebuah negeri, Falsafah
kehidupan masyarakat setempat dan lain sebagainya yang ia tulis
berdasarkan pengamatan langsung dari negeri-negeri yang ia kunjungi.
6

E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan di dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan historis. Langkah-langkah yang ditempuh oleh
penulis dalam penulisan ini sesuai dengan metode penelitian sejarah:
Heuristik: dengan cara mengumpulkan sumber data-data berupa tulisan
tentang Perjalanan Ibnu Battuta ke Kota Makkah.
Kritik sumber pada tahap ini penulis melakukan kritik terhadap sumber
primer maupun sumber sekunder, untuk mengetahui kebenaran atau
kredibilitas suatu sumber. Salah satu jalan yang dapat dilakukan untuk dapat
menguji kredibilitas sumber adalah dengan cara membandingkan sumber-
sumber lain yang memberikan informasi hal yang sama.
Interpretasi atau sering kali disebut juga analisis sejarah. Tujuannya
agar data yang ada mampu mengungkapkan pemasalahan yang ada.
Sehingga diperoleh pemecahannya. Dalam hal ini, penulis akan
mengumpulkan fakta yang satu dengan yang lainnya yang telah ditemukan
dari hasil heuristik.
Historiografi: pemahaman yang telah diperoleh setelah melewati
beberapa fase ke dalam tulisan dengan menggunakan metode deduktif,
dengan pola umum khusus terhadap beberapa hal-hal yang di lihat Ibnu
Battuta di dalam perjalanannya ke Kota Makkah.

F. Sistematika Penulisan
Dalam Skripsi ini penulis membagi ke dalam beberapa bab dengan
tujuan memudahkan penulis dalam membahasnya. Adapun sistematika
pembagiannya diuraikan sebagai berikut:
BAB I : Bab pertama berisi pembahasan mengenai pendahuluan.
Mencakup latar belakang pembahasan dan perumusan masalah,
tujuan masalah, manfaat penulisan, metode penulisan, tinjauan
pustaka dan sistematika penulisan.
7

BAB II : Bab kedua beisi mengenai biografi Ibnu Battuta. Adapun sub-
bab dalam bab ini adalah kelahiran Ibnu Battuta, kehidupan Ibnu
Battuta, dan sub-babmengenai meninggalnya Ibnu Battuta.
BAB III : Bab ketiga berisi mengenai Perjalanan Ibnu Battuta ke Kota
Makkah. Adapun sub-bab dalam bab ini adalah keistimewaan
Kota Makkah, tujuan Ibnu Battuta menjelajah ke Kota Makkah,
dan sub-babmengenai perjalanan Ibnu Battuta dari Magrib ke
Kota Makkah.
BAB IV : Pada bab keempat berisi mengenai hal-hal yang dilihat Ibnu
Battuta di Kota Makkah. Adapun sub-bab dalam bab ini adalah
kehidupan Ibnu Battuta di Makkah, kehidupan para jamaah Haji
di Kota Makkah, dan sub-bab mengenai kondisi sosial budaya di
Kota Makkah.
BAB V : Pada bab lima berisi penutup yang meliputi sub-bab mengenai
kesimpulan dan sub-bab mengenai saran.
BAB II
BIOGRAFI IBNU BATTUTA

A. Kelahiran Ibnu Battuta


Nama panjangnya adalah Muhammad bin Abdullah Muhammad bin
Ibrahim Al-Lawati Ath-Thanji Abu Abdillah Ibnu Battuta. Ia adalah
seseorang yang senang berpetualang mengelilingi negeri- negeri di dunia
dan ia adalah seorang ahli sejarah. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga
ulama fiqh Islam di Tangier, pada 17 Rajab 703 H/ 25 Februari 1304 M. Ia
dilahirkan pada zaman pemerintahan Dinasti Mariniah. Bani Mariniah
adalah bangsa Barbar. Sewaktu ia masih muda ia memiliki banyak
pengetahuan agama karena ia sangat senang mempelajari ilmu-ilmu agama.
1
Ia melakukan petualangannya mengelilingi dunia selama 29 tahun. Ia
melakukan perjalanan-perjalanannya mengelilingi ke seluruh penjuru dunia.
Ia menjadi sosok yang sangat menakjubkan karena pada saat itu ia
dianggap sebagai seorang pelopor petualang muslim abad ke-14 yang tidak
pernah tertandingi. Meski ada seorang petualang yang terkenal juga seperti
Marcopolo dan Colombus yang juga melakukan penjelajahan dunia, namun
Ibnu Battuta masih tidak tertandingi oleh Marcopolo dan Colombus karena,
Ibnu Battuta melakukan lebih banyak perjalanannya serta uraian catatan
perjalanannya yang lebih rinci.2 Oleh karena itu Ibnu Battuta dijuluki
dengan sebutan “ Pengembara Muslim” pada abad ke-14.
Pada usia 21 tahun 4 bulan, ia berangkat meninggalkan tempat
kelahirannya untuk menunaikan Ibadah Haji.3 Perjalanannya ke Baitullah
telah membawanya berpetualang menjelajahi dunia, dan keberangkatannya
untuk menunaikan Ibadah Hajilah yang menjadi awal perjalanannya untuk
mengelilingi dunia. Ia melakukan petualangannya dan memanfaatkan masa

1
Muhammad Muchson Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Batuthah ( Jakarta Timur :
Pustaka Al-Kautsar, 2012), h. xvii
2
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14 (Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia, 1995), .h. xiii.
3
Hafizul Umam, Maroko, Negeri Eksotis di Ujung Barat Dunia Islam (Jakarta : Jentera
Pustaka, 2014), h. 56

8
9

mudanya untuk berpetualang dengan menghabiskan waktu selama 30


tahun. Pada saat itu ia sangat ingin sekali pergi menunaikan Ibadah Haji dan
ingin berusaha meminta izin kepada ayahnya untuk pergi kesana. Ketika
keinginannya untuk menunaikan Ibadah Haji tidak terbendung lagi akhirnya
ia memberanikan diri meminta izin kepada ayahnya. Tetapi pada ayahnya
tidak langsung mengizinkannya. Ayahnya khawatir kemudian memilih
untuk terdiam lama untuk mempertimbangkan keinginann Ibnu Battuta
untuk pergi Haji.
Ketika ayahnya mempertimbangkan keinginnya itu, ayahnya sempat
berpikir untuk tidak mengizinkannya berangkat ke Baitullah. Namun
ayahnya mengerti bagaimana perasaan anaknya yang sangat ingin sekali
pergi Haji sehingga membuat Ibnu Battuta tidak sabar melakukan
perjalanannya untuk pergi ke tanah suci, akhirnya ayahnya pun mengizinkan
anaknya untuk pergi melaksanakan Ibadah Haji. Pada saat ayahnya sudah
mengizinkannya, ayahnya tidak begitu saja membiarkan anaknya pergi.
Sebelum Ibnu Battuta pergi melakukan Ibadah Haji ayahnya memberikan
bekal berupa pesan terhadap Ibnu Battuta. Pesannya terhadap Ibnu Battuta
adalah agar ia tetap memberi kabar dengan kedua orang tuanya di kampung
halamannya.4 Selain itu ayahnya juga berpesan kepadanya agar tidak lupa
membawa bekal di dalam setiap perjalanannya. Ayahnya juga berpesan
kepadanya agar Ibnu Battuta menginap atau singgah di tempat-tempat
orang yang saleh dan di tempat-tempat ibnu sabil. Akhirnya berangkatlah
Ibnu Battuta pada hari kamis, tanggal 2 bulan Rajab tahun 725H (catatan
perjalanannya ia tulis dalam tanggalan Islam) atau tanggal 5 Juni 1324/1325
(dan bahkan ada sumber yang mengatakan bahwa ia pergi Haji pada tahun
1327) untuk melakukan perjalanannya menunaikan Ibadah Haji. Ia
menempuh perjalanan selama satu setengah tahun. Di sepanjang
perjalanannya sampai ke Kota Suci, ia melakukan persinggahan di Afrika
Utara, Mesir, Palestina dan Suriah. Di setiap perjalanannya dari kota ke kota

4
Sulaiman Fayadh, Ibnu Battuta Penjelajah Dunia ( Solo : CV. Pustaka Mantiq, 1933), h.
15
10

lain ia selalu ingat pesan-pesan ayahnya untuk tinggal dan singgah di rumah
orang-orang saleh, sehingga singgah dan tinggalah ia di tempat orang-orang
shaleh seperti yang telah ayahnya amanatkan. Beberapa di antaranya adalah
penguasa di daerah itu, dan beberapa yang lainnya merupakan rakyat biasa.
Perjalanannya menuju Baitullah tidaklah mudah banyak sekali cerita duka
dan suka yang ia temui.
Ketika ia memulai perjalanannya untuk menunaikan Ibadah Haji
Kamis, Rajab 1327 H, atau 5 Juni 1327 M, Ibnu Battuta tidak sendirian. Ia
mulai bergabung dengan para musafir, yang satu sama lain belum saling
mengenal. Mereka terus berjalan kaki melintasi wilayah Utara Maroko dan
Aljazair. Hingga tibalah di Kota Bujayah. Dalam perjalanan Haji ketika itu
banyak yang sudah mempunyai kelompoknya masing-masing sedangkan
Ibnu Battuta ia merasa sendiri seperti orang asing yang belum mempunyai
kelompok. Kelompok-kelompok tersebut mendirikan tenda untuk mereka
tidur. Untunglah ketika Ibnu Battuta merasa sendirian ada seorang pedagang
yang berhati mulia. Diberilah Ibnu Battuta sebuah tenda kecil untuk tempat
tidurnya, juga diserahkan kepadanya Dabab. Dabab adalah suatu kendaraan
dari binatang, bisa berupa unta, kuda dan lainnya yang bisa dipakai untuk
bepergian. Kondisi badan Ibnu Battuta pun menurun dikarenakan kelelahan,
hingga ia terkena demam. Tapi demam itu tak lama hingga bisa berangkat
kembali bersama rombongan.5 Mereka bersama-sama kemudian
melanjutkan perjalanan, dan binatang tunggang (dabab) pemberian seorang
pedagang yang baik hati pun segera ia tunggangi. Keadaan tubuhnya yang
demam baginya bukanlah suatu rintangan. Agar tubuhnya tak jatuh Ibnu
Battuta mengikatnya dengan sorban kencang-kencang. Kuat sekali ikatan itu
sehingga ia tidak mungkin jatuh dari tunggangannya. Namun rasa sakit
dalam perjalanan seakan membuatnya hampir menyerah karena dadanya
sangat terasa sakit. Ia berkata kepada temannya “ Wahai teman Allah

5
Sulaiman Fayadh, Battuta Penjelajah Dunia,h. 18
11

rupanya telah menentukan kematianku. Aku ikhlas jika aku mati, tidak apa-
apa melanjutkan perjalanan menuju Hijaz.”6
Di dalam petualangannya itu dia tidak hanya menemukan teman baru
namun ia juga menemukan tambatan hatinya. Cerita asmaranya berawal dari
perjalanannya menuju Tunis. Pada saat dalam perjalanannya menuju Tunis,
Ibnu Battuta sempat merasa pesimis dengan tekadnya itu. ia sempat berfikir
Akankah perjalanan sampai pada tujuan. Dan pada waktu itu. Keadaan kota
Tunis sedang sangat tidak baik hujan lebat dan menjadi sebuah hambatan
bagi Ibnu Battuta dan rombongannya. Baju-baju mereka basah dan kotor
karena terkena lumpur. Namun mereka sangat beruntung ketika Sultan
Tunis masa itu yang kemudian akhirnya Ibnu Battuta dan rombongannya itu
diberi bantuan. Sultan Tunis langsung mengirimkan pakaian kebesaran
Ba‟albaqi yang pada akhirnya disematkan dua dinar emas. Baginya,
pakaian itu sangat bermanfaat untuknya dan para musafir lainnya setidaknya
bisa dipakai untuk menangkal dan mengatasi demam dan membuat
badannya menjadi terasa segar kembali. Ibnu Battuta dan para musafir
lainnya pun segera melanjutkan perjalanan mereka. Bersama rombongan
Haji Tunisia, Ibnu Battuta pun segera berangkat. Ketika keberangkatannya
menuju kota selanjutnya, ia dipercaya sebagai penunjuk jalan. Ia merasa
sangat bangga karena mendapatkan kepercayaan itu. Rombongan para
musafir itu mempercayainya karena menurut mereka ia mempunyai ilmu
pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan musafir lainnya. Ibnu Battuta
begitu pintar dalam menunjukkan jalan karena ia sangat mengerti rute-rute
yang ditempuhnya, sehingga rombongannya tidak akan tersesat. Sebagai
orang yang dipercaya penunjuk jalan, Ibnu Battuta pun berhak mendapatkan
pelayanan sebaik-baiknya. Karena ia akan menjadi tamu hakim. Ia
bergumam dalam hatinya, “ Duhai ayah, jangan cemaskan anakmu. Sebab
kini aku telah menjadi tamu hakim, orang yang berilmu sebagaimana
harapanmu”.7 Dengan gagah dan mantap ia berjalan paling depan di antara

6
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14.h. 34
7
Sulaiman Fayadh, Battuta Penjelajah Dunia,h. 20
12

rombongan. Ia dirikan bendera dan kemudian ia tegakkan, dikelilingi


bendera-bendera anggota rombongan yang berjumblah sekitar seratus
penunggang kuda. Sampailah perjalanan ibadah haji itu di Shafaqoh. Tiba-
tiba hatinya berdebar dan jiwanya menggelora. Ternyata ia bertemu dengan
seorang gadis yang begitu cantik dan menawan. Ia tidak bisa lagi
membohongi dirinya bahwa hatinya sedang jatuh cinta kepada gadis itu. Ia
sangat menyadari bahwa detak jantungnya berdebar begitu cepat saat ia
melihat gadis itu. Pada saat itu juga ia bertekad ingin melamar gadis itu
menjadi isterinya, karena ia sudah merasa hatinya begitu mantap dan gadis
itu selalu hadir di setiap mimpinya. Rupanya perjalanan Ibnu Battuta akan
tertunda karena ia akan melaksanakan pernikahannya itu, namun rombongan
yang lain tetap ingin melanjutkan perjalanan mereka ke Tripoli dan Libya.8
Ibnu Battuta merasa sangat bahagia sekali. Oleh karena itu, ia
senantiasa selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepadanya.
Ia sangat berharap pernikahannya itu bisa langgeng dan mempunyai
keturunan Salehah dan menjadi seorang ilmuwan yang bisa dapat
mengembangkan dunia ini, sehingga dunia ini semakin berkembang dan
maju dan di Ridhoi Allah SWT. Tetapi apa yang Ibnu Battuta harapkan itu
tidak sesuai dengan kenyataan. Di dalam rumah tangganya itu, ia
menemukan kesulitan, yaitu ia selalu berbeda pendapat dengan iparnya dan
masing-masing selalu memegang teguh pendapatnya sehingga hal itu lah
yang membuat rumah tangganya kurang harmonis dan kandas. Pada saat
kejadian itu dialami Ibnu Battuta, ia tetap melanjutkan tekadnya untuk terus
berpetualang kembali, hingga di kota Fez. Ketika Ibnu Battuta sampai di
Kota Fez dan singgah di sana, Ibnu Battuta mengabdikan dirinya dengan
menjadi seorang pengajar di sana. Setelah ia menjalani profesinya sebagai
seorang pengajar, rupanya memang Ibnu Battuta masih belum bisa
konsisten dan fokus atas petualangannya itu karena di kota Fez ia kembali
jatuh cinta dengan seorang perempuan cantik dan seorang ilmuwan.
Kemudian ia pun ingin menikahi perempuan itu. Menikahlah Ibnu Battuta

8
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14.h. 44
13

dengan putri tersebut, yang kemudian pernikahannya yang kedua ini


berbeda dengan pernikahan pertamanya karena kali ini pernikahannya
dihadiri oleh para rombongan musafir lainnya.9
Setelah melakukan Ibadah Haji yang merupakan perjalanan pertamanya
itu, ia memutuskan untuk menjelajahi Irak dan Persia (tepatnya Iran
Selatan), lalu kembali ke Makkah pada tahun 730H/1330M. Tentu saja,
perjalanan untuk sampai ke Kota Makkah tidaklah mudah, tetapi dengan
ketangguhan dan rasa tidak pernah menyerahnya itu yang membuat ia bisa
sampai pada tujuan yang ia inginkan. Ia juga sangat bahagia dan bersyukur
bisa berkeliling menginjakkan kakinya di bumi Allah.

B. Kehidupan Ibnu Battuta


Ibnu Battuta adalah seorang yang pintar juga dalam bersosialisasi
sehingga ia juga sangat dekat dengan kalangan sufi. Ia juga sering bercerita
sosok-sosok orang sufi dan karamahnya, zawiyah-zawiyah, kubur-kubur
Nabi, sahabat, ulama dan lain-lain. Ibnu Battuta juga seorang yang sangat
kritis terhadap sesuatu sehingga ia juga sering mengkritik pengalaman-
pengalaman syariat namun tetap dengan sikap yang baik. Misalnya soal
pentingnya malam Nisfu Sya‟ban, ritual-ritual Sufi, mengkritik soal
“keharaman”, mencukur jenggot, dan lainnya. Tetapi memang selain orang-
orang yang banyak mengagumi dan menyukai sosok Ibnu Battuta, tetap ada
saja orang yang tidak menyukai sosok Ibnu Battuta. Bagi orang-orang yang
mengaguminya ia dipandang begitu baik dan diperlakukan juga dengan baik
namun, bagi orang yang tidak senang dengannya, orang itu menganggap
bahwa cerita-cerita yang Ibnu Battuta sampaikan hanyalah sebagai
formalitas dan hanya fantasi yang akan membawa nama Ibnu Battuta
terkenal.
Berbicara mengenai kehidupan Ibnu Battuta maka tidak akan lepas dari
sebuah karyanya yang ia tuangkan ke dalam sebuah cerita di setiap

9
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14.h. 44
14

perjalanannya selama ia menjelajahi dunia. Karyanya adalah “Tuhfah An


Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar”. Rihlah adalah proses
perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain untuk sebuah safar
(perjalanan). Ibnu Battuta bukanlah seseorang yang ahli dalam bidang ilmu
sastrawan, tetapi untuk membuat catatan perjalanannya itu yang kita kenal
dengan Rihlah Ibnu Battuta ia dibantu oleh Ibnu Juzayy. Pada saat itu Ibnu
Juzayy bersedia untuk membantu Ibnu Battuta membuat catatan
perjalannya.10
Ibnu Juzayy adalah seorang yang memiliki keahlian di bidang seni
syair, filologi, sejarah, hukum dan seni kaligrafi yang bagus, karena itu ia
menerima tugas dari Sultan dengan penuh semangat dan bisa menjalin
persahabatan dengan Ibnu Battuta. Mereka bertemu sesudah Ibnu Battuta
tiba di Fez pada bulan Desember 1335. Pada awalnya laporan perjalanan itu
hanya difokuskan kepada judul yaitu sebuah persembahan kepada para
pemerhati mengenai kemegahan kota-kota dan keagungan-keagungan yang
ditemui dalam perjalanan. Ibnu Juzayy hanya menulis dari ringkasan dari
perkataan Ibnu Battuta.11 Hubungan Ibnu Battuta dan Ibnu Juzayy berakhir
pada tahun 1356 atau 1357. Pada saat itu di usia Ibnu Juzayy yang kurang
dari 37 tahun meninggal dengan sebab-sebab yang tidak diketahui. 12
Buku itu telah mengungkap kepribadian seorang musafir dan petualang
muslim yang ramah, memiliki semangat yang tinggi, berani mengkritik,
saleh dan bersikap lemah lembut. Catatan Rihlah berbeda dengan catatan
perjalanan terkenal lain berkenaan di abad pertengahan, yaitu Books of
Marcopolo. Karya orang Venice itu terbagi kepada dua bagian yang dimana
bagian pertama adalah sebuah ringkasan yang berkenaan dengan kejayaan
musafir. Bagian kedua menjadi bagian terbesar dari catatan itu. Karya ini
adalah persembahan maklumat sistematik mengenai China dan negeri-
negeri lain yang berkenaan dengan negara timur Eropa. Secara keseluruhan

10
Ross E Dunn, Jejak Ibnu Batuta ( Malaysia : PTS Islamika, 2014), h. 168
11
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. 470
12
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. 464
15

buku ini berlawanan dengan Rihlah. Karya ini tidak mengungkapkan yang
kepribadian Marco Polo.
Ada beberapa orang yang beranggapan bawha Ibnu Juzayy hanya
mempromosikan Ibnu Battuta dalam buku itu. Di dalam Rihlah tersebut,
Ibnu Juzayy memperkenalkan Ibnu Battuta sebagai seorang Ilmuwan dalam
bidang ilmu hukum dan seorang terpelajar meskipun ada orang yang tidak
setuju. Dalam karangan Ibnu Battuta yang terkenal di abad ke 14 yang
dikeluarkan dari Ibnu Al-Khatib, Ibnu Battuta dikatakan seorang petualang
Muslim. Meskipun ia tidak begitu menguasai banyak ilmu pengetahuan,
tetapi ada seorang penerjemah yang mengatakan bahwa” Ibnu Battuta
memperoleh lebih banyak daripada apa yang ia ambil”.
Ibnu Battuta menceritakan pengalamannya kepada Ibnu Juzayy secara
ringkas dan mudah agar Ibnu Juzayy tidak merasa kesulitan dalam
membantunya. Selain itu juga Ibnu Juzayyy menyelipkan sastra yang
bermutu tinggi seperti syair dan gaya bahasa yang indah. Meskipun
demikian, Ibnu Juzayy tetap bersikap jujur kepada laporan lisan Ibnu
Battuta. Ibnu Juzayy tidak hanya sekedar menyalin kisah pengembaraan
Ibnu Battuta, ia juga menghasilkan sebuah karya asli yang teliti dan indah.
Meskipun pekerjaan itu tidak mudah karena ia harus merangkum perjalanan
selama 29 tahun dalam bentuk catatan.13 Pekerjaan itu sangat rumit, butuh
kerja keras dan memakan waktu yang sangat panjang. Kerja sama antara
Ibnu Battuta dengan Ibnu Juzayy memakan waktu selama dua tahun. Rihlah
Ibnu Battuta mendapat respon baik di Afrika karena memberikan sebuah
cerita yang juga banyak membawa informasi dan hiburan bagi pembacanya.
Hal ini dikarenakan Ibnu Battuta kaya akan pengetahuannya tentang
bangunan-bangunan bersejarah dan ulama-ulama besar di kota islam. Rihlah
diedarkan dalam bentuk manuskrip yang berasal dari naskah asal yang
ditulis oleh Ibnu Juzayy. Namun, itu hanya di kalangan terpelajar di Afrika

13
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. 470
16

Utara, Afrika Barat, Mesir dan di negeri-negeri Islam yang menggunakan


bahasa Arab sebagai bahasa ilmu. 14
Di samping karyanya itu, Ibnu Battuta tidak pernah berkeinginan
memegang suatu jabatan yang tinggi di dalam kehakiman. Tetapi, dengan
keilmuannya ia dipercaya memegang jabatan yang tinggi. Ibnu Battuta
menginginkan peluang kerjanya di kota-kota tempat orang Islam, dan ia
juga berharap mendapat gaji bersar, bahkan memperoleh pekerjaan
terhormat, kekayaan dengan pendidikan yang sederhana. Dari segala
kekeliruan terkait Ibnu Battuta itu kita dapat melihat satu sisi yang
mengagumkan dari sosok Ibnu Battuta dari keseluruhan yang terdapat di
dalam Rihlah. Rihlah dijadikan sebuah dokumen sejarah maupun laporan
perjalanan dan pengalaman selama ia melakukan pengembaraannya.
Karena itu, tidak baik jika kita menyimpulkan bahwa Ibnu Battuta tidak
bersandarkan kepada catatan-catatan beliau sepanjang pertemuannya
beberapa kali dengan Ibnu Juzayy. Dalam buku-buku Islam yang berkenaan
dengan sejarah dan geografi pada abad itu, pada saat itu banyak orang yang
menggemari karya yang masih murni yaitu, karya yang belum diolah
ataupun yang dikritik. Tidak hanya menjadi seorang yang membantu Ibnu
Battuta dalam bidang kesastraan namun, Ibnu Juzayy memiliki sebuah
perpustakaan sendiri mengenai geografi. Kota Fez menjadi pusat dunia
pendidikan penting hingga perpustakaan-perpustakaan cendikiawan
terkemuka didirikan.15 Perpustakaan itu memberikan Ibnu Battuta dan Ibnu
Juzayy harta kekayaan dalam bentuk sumber rujukan ketika mereka
membutuhkannya.
Ibnu Battuta melakukan perjalanannya yang sangat luar biasa itu pada
puluhan terakhir dari masa kerajaan Mongol. Maka dari itu ia telah ikut
berpartisipasi secara simultan, dalam arus perjalanan dan migrasi yang
berbeda-beda. Pertama, ia adalah seorang peziarah, yang berhubungan
dengan derap langkah para mukminin yang alim menuju tempat-tempat suci

14
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. xI
15
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14.h. 469
17

di Makkah dan Madinah paling sedikit empat kali dalam masa


perjalanannya. Kedua, ia dikenal sebagai seorang pengikut yang taat dari
kalangan sufisme, berkelana, seperti yang dilakukan oleh ribuan pengikut
lainnya, menuju pertapaan dan tempat tinggal para aulia untuk menerima
berkat dan makrifat mereka. Ketiga, ia adalah seorang ahli hukum Islam,
yang mencari pengetahuan dan kawan bergaul sesama cendikiawan di kota-
kota besar di pusat jantung Islam. Dan yang terakhir, ia adalah seorang
anggota kelompok elit yang terpelajar, bergerak dan berwawasan luas,
seorang petualang yang berpendidikan baik, yang senantiasa mencari
keramah-tamahan, kehormatan dan pekerjaan yang menguntungkan pada
pusat-pusat peradaban islami yang baru saja didirikan di wilayah-wilayah
lebih jauh di Asia dan Afrika. Tetapi, di dalam setiap peranan
perjalanannya, walaupun begitu Ibnu Battuta tidak pernah merasa sombong.
Ia hanya menganggap dirinya hanyalah sebagai warga kota, bukan sebagai
warga sebuah negara yang disebut negara Maroko. 16 Ia juga
memperlihatkan sikap kesetiaannya terhadap nilai-nilai universal spiritual,
moral dan sosialnya di atas ketaatan lainnya. Kehidupan dan riwayat
pekerjaannya menjelaskan fakta dan kenyataan yang luar biasa dari sejarah
Afro-Eurasia di zaman pertengahan, yaitu seperti yang ditulis oleh Hodgson
bahwa Islam “ tiba lebih dekat dari masyarakat pertengahan lainnya untuk
membangun suatu tatanan dunia yang lebih umum dari standar-standar
sosial dan juga kultural daripada masyarakat abad pertengahan mana pun”.17
C. Ibnu Battuta di Nusantara
Ibnu Battuta berada di kesultanan Sumatra ini selama dua minggu.
Tetapi dengan mempelajari kisah pelayarannya, bahwa dapat diperkirakan ia
tinggal lebih lama disana. ia melanjutkan perjalanannya dengan menyusuri
pantai Sumatra untuk meneruskan perjalanannya ke China. Ia singgah di
Mul-Jawa yang masyarakatnya masih kufur. Dalam perjalanannya kembali
dari China ia memutuskan untuk singgah lagi di Samudra. Ketika itu

16
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. Iii
17
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. Iiii
18

menurut Ibnu Battuta Sultan baru saja pulang berperang dan membawa
banyak tawanan perang. Sang pelancongpun berkesempatan untuk
menghadiri pesta perkawinan putra Sultan dengan putri saudaranya. Jika
kesaksian Marco Polo yang datang pada tahun 1293, menemukan
kesesuaian dengan inskripsi yang ternukil pada makam Sultan al-Maliku‟1
Shaleh, dan diperkuat pula oleh tradisi lokal, sebagaimana dikisahkan dalam
Hikayat Raja-raja Pasai, hikayat itu menunjukkan secara pasti telah
berdirinya sebuah pusat kekuasaan Islam di akhir abad ke-13 ( jadi seusia
dengan kerajaan Majapahit di ujung Timur Pulau Jawa ). Maka kesaksian
Ibnu Battuta menunjukkan hubungan dagang antara Samudra ( Sumatra )
dengan India dan suasana kehidupan intelektual di istana. Ibnu Battuta telah
mengenal Sumatra sejak berada di Calicut (India). Dalam kisah
perjalanannya ia bercerita tentang hilir mudiknya pedagang dari Sumatra ke
kota dagang itu. Selain Ibnu Battuta mencatat dan menceritakan kehidupan
masyarakat sekitar, ia juga seorang yang membela kebenaran Ia
menceritakan kedongkolannya karena dua orang budak perempuannya,
menurut berita yang yang ia dengar telah diambil oleh Sultan Samudra. Ia
memang tidak bisa membuktikan kebenaran berita itu. Yang jelas ketika
Ibnu Battuta berkunjung ke kerajaan tersebut, pada tahun 1345 dan akhir
tahun 1346, ia merasa telah cukup mengenal Samudra. Pengetahuan yang
didapatkan di Benggala rupanya telah cukup memadai. Dalam versi yang
lengkap dari kisah perjalanannya, Ibnu Battuta juga menceritakan tentang
para ulama yang berdatangan, terutama dari Persia. Dalam kisahnya itu
nampak pula kecendrungan kosmopolitan sang raja. Pertanyaan-pertanyaan
Sultan kepada Ibnu Battuta ketika mereka bertemu, dengan jelas
memperlihatkan betapa luasnya cakrawala perhatian sang penguasa dari
kerajaan Islam tertua di Nusantara itu. 18
Sosok Ibnu Battuta begitu menginspirasi. Berbagai kesaksian sejarah
yang Ibnu Battuta temukan kemudian telah memperlihatkan bahwa berita
Ibnu Battuta tentang raja yang dikelilingi para ulama ini rupanya adalah

18
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. xv
19

awal dari terbentuknya sebuah tradisi kerajaan Maritim Islam di Nusantara.


Sejarah Melayu, yang ditulis pada abad ke-16 juga memberitakan tentang
Sultan Malaka yang senang berdiskusi tentang masalah agama. Sumber-
sumber lainpun berkisah tentang hal yang negara sama yang dilakukan oleh
Sultan di kesultanan lain. Namun, hal itu juga menarik untuk dicatat bahwa
masa awal dari berdirinya sebuah kerajaan Islam ditandai bukan saja oleh
usaha konsolidasi oleh kekuasaan, bahkan lebih penting keterlibatan sang
raja dalam pengembangan ilmu agama serta penyebaran kesadaran
kosmopolitanisme kultural Islam. Begitulah dalam sejarah Asia Tenggara
atau Indonesia, khususnya kisah perjalanan Ibnu Battuta selalu dikenang
sebagai salah satu sumber sejarah tentang situasi Nusantara di pertengahan
abad ke-14.
Di berbagai tempat, Ibnu Battuta berperan sebagai penasihat ataupun
orang kepercayaan pemerintah. Ia sering menjadi pegawai atau utusan
pemerintah kepada pemerintah lain. Namun beliau adalah sosok seorang
yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi sehingga ia selalau
berkemauan untuk mendalami ilmu pengetahuan daripada ulama lain.
Kisahnya juga menceritakan para sufi yang pernah ia temui. Kadang
sebagaian orientalis Barat melihat aspek ini adalah sebagai kelemahan Ibnu
Battuta, terutama Gibbs seorang orientalis besar di Inggris. Di sampinng
bercerita yang berkenaan dengan hal-hal yang unik dan aneh dari negeri-
negeri yang dikunjungi Ibnu Battuta, kisah perjalanan dan pengalaman Ibnu
Battuta memperlihatkan dunia Islam pada masa klasik.19
Ibnu Battuta menunjukkan betapa mudahnya berkomunikasi dengan
berbagai budaya sesama umat beragama. Ibnu Battuta memang seorang
penulis yang berkenaan dengan pengembaraannya di seluruh dunia pada
zaman klasik, tetapi pengalaman beliau tidaklah unik. Ibnu Battuta menjadi
unik karena catatan-catatan beliau merupakan suatu sekenario masayarakat
Islam yang seakan-akan terpampang di hadapan mata. Ibnu Battuta
menunjukan sebuah pelabuhan dan kehidupan masyarakat Islam, Ibnu

19
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14.h.xix
20

Khaldun juga menunjukan cara memahami ragam masyarakat untuk


merangsang pemikiran umat Islam. Banyak buku yang ditulis yang
berkenaan dengan Ibnu Battuta, seluruh bagian daripada kisahnya banyak
diterjemahkan dalam berbagai bahasa modern.

D. Meninggalnya Ibnu Battuta


Perjalanan detik-detik terakhirnya yaitu setelah perjalanannya dari
Takeda (Azelik). ia terus melanjutkan perjalanannya dan 18 hari kemudian
ia sampai di sebuah desa yang tidak ada bangunannya sama sekali. Hanya
saja di daerah tersebut ia menjumpai air. Setelah meneruskan perjalanan, ia
tiba di sebuah tempat yang memisahkan antara jalan menuju Mesir dan
menuju kota Tawat. Di tempat tersebut ia menjumpai air yang mengalir dari
pipa besi. Jika baju putih dicuci dengan menggunakan air tersebut, maka
warnanya berubah menjadi hitam. Kemudian ia melanjutkan perjalanan lagi
hingga 10 hari dan akhirnya ia sampai di daerah Hakar. Mayoritas penduduk
Hakar adalah orang-orang Barbar yang memakai kerudung.20 Di sana ia
berjumpa dengan seorang pemimpinnya. Ia tiba di sana tepat pada bulan
Rmadhan. Khusus pada bulan Ramadhan, ia tidak menghalang-halangi
kafilah yang lewat. Ketika ia menemukan barang yang jatuh di jalanan pada
bulan Ramadhan, ia mengambilnya.
Ia tinggal di daerah Hakar selama satu bulan. Daerah Hakar termasuk
daerah yang kurang subur. Jarang sekali tumbuh-tumbuhan bisa hidup di
daerah tersebut. Jalan menuju Hakar sangat sulit dilalui. Pada hari raya Idul
Fitri ia tiba di Barbar. Mereka juga memberitahukan kepadanya bahwa
putra Kharaj dan Putra Maghmur sedang beselisih. Ia tinggal di kota tawat
secara terpisah dengan rombongannya. Para kafilah takut untuk melewati
daerah mereka. Kemudian sampailah di daerah Buda. Daerah Buda
termasuk daerah yang paling besar di Kota Tawat. Tanahnya berupa pasir
dan gersang. Buah-buahan tumbuh lebat tetapi, tidak memiliki aroma. Para
penduduk daerah Buda selalau mengumpulkan buah-buahan di daerah

20
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. 460
21

mereka dibandingkan buah-buahan di daerah Sijilmasah. Di daerah tersebut


tidak ada tanaman, keju dan minyak sehingga mereka mengimpormya dari
daerah Maroko. Mayoritas penduduk Buda memakan Kurma dan belalang.
Belalang adalah makanan pokok mereka. Ia keluar dari Kota Sijilmasa pada
pertengahan bulan Dzulqodah. Ia keluar dari Kota Sijilmasa tanggal 2 bulan
Dzulhijah. Saat itu bertepatan dengan musim dingin yang sangat dingin.
Jalan dipenuhi dengan salju. Ia sangat kesulitan untuk melihat dan melewati
jalan tersebut.
Di antara daerah-daerah yang terdapat banyak salju adalah daerah
Bukhara, Samarkand, Khurasan, dan Turki. Ia tidak menemukan jalan yang
lebih sulit daripada jalan Ummi Junaibah. Pada malam Idul Adha, ia sampai
di daerah Daruth Thama‟. Ia pun berhari raya di daerah tersebut. Kemudian
ia keluar meneruskan perjalanannya hingga tiba di Kota Fez. Sesampainya
di sana ia menemui Amirul Mukminin. Ia lalu mencium tangannya. Ia
benar-benar merasa beruntung dapat melihat wajahnya yang memancarkan
berkah. Kemudian ia tinggal bersamanya setelah melewati penatnya
perjalanan. Ia sangat bersyukur kepada Allah atas segala anugerah dan
karunianya. Sampai disinilah pengembaraannya berakhir. 21
Di tanah kelahirannya, Ibnu Battuta menghabiskan tahun-tahun
terakhirnya di tengah-tengan permusuhan antara kerabat istana dan
bangsawan Mariniah. Sultan Abu Inan menyerbu Afrika dan menduduki
Tunisia pada akhir tahun 1357. Tetapi beliau dipaksa untuk mundur dalam
masa dua bulan. Pada masa berikutnya Abu Inan jatuh sakit dan akhirnya
dicekik oleh seorang mentri yang memberontak. Pada saat itu tidak ada
yang bisa menggantikan beliau di Mariniah di sepanjang abad berikutrnya.
Setelah selesai dengan jabatannya sebagai hakim, pada akhirnya Ibnu
Battuta dapat melihat kembali satu perempat abad yang dipenuhi dengan
kerajaan-kerajaan kuat, perdagangan yang maju, dan kota-kota metropolitan
yang pernah memberikan kesempatan kepada beliau untuk bermusyafir dan

21
Muhammad Muchson Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Battutah ( Jakarta Timur :
Pustaka Al-Kautsar, 2012 ), h. 608
22

mencari keuntungan. Walaupun zaman kegelapan menghampirinya,


kepercayaan Ibnu Battuta terhadap zaman kegemilangan Islam sangatlah
kuat tanpa ada keraguan di dalam hatinya. Ketika abad ke15 tiba, para
pedagang, khatib, askar dan para ilmwan Islam yang juga mengembara
sepertinya masih terus melaksanakan tanggungjawab untuk terus
menyebarkan agama Islam di Asia Tenggara, Afrika Timur, Afrika Barat,
India dan Mesir Tenggara. Ketika Portugis bersiap-siap menyerang orang
Ceuta orang Islam terus melaksanakan tanggungjawab tersebut.
Ibnu Battuta meninggal dunia pada tahun 1368 ataupun 1369 (700 H).
Tidak ada siapa pun yang mengetahui dengan pasti dimanakah kuburan Ibnu
Battuta. Para pemandu pelancong di Tangier seringkali membawa para
pelancong itu mengunjungi dan melihat sebuah kuburan sederhana yang
dianggap menyimpan sisa-sisa kematian Ibnu Battuta. Namun keaslian
kubur itu masih dicurigai kebenarannya. Satu-satunya tanda peringatan yang
didirikan untuk memperingati Ibnu Battuta adalah nama sebuah kapal yang
digunakan untuk mengantar orang. Kapal ini juga sering digunakan bagi
mereka yang menyeberangi Selat Gibraltar. Dari Kasba, kita dapat melihat
kapal itu berlayar keluar dari pelabuhan, membawa para ilmuawan Maghrib
yang masih muda untuk berangkat ke sekolah ilmu hukum di Paris dan
Bordeaux.22

22
Ross. E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. 478
BAB III
PERJALANAN IBNU BATTUTA KE KOTA MAKKAH

A. Keistimewaan Kota Makkah


Kota Makkah adalah kota tertua di dunia berusia lebih dari 40 abad,
lebih tua dibandingkan kota-kota lain di Arab seperti Madinah, Mesir, Irak,
Iran dan lainnya.1 Kota Makkah adalah tempat muslim berkumpul untuk
sama-sama beribadah Haji.2 Kota Makkah juga memiliki nama lain yaitu :
a. Bakkah, nama ini mempunyai makna bahwa kota Makkah mempunyai
keberkahan. 3
b. Ummul Al-Quro , yang mempunyai makna bahwa kota Makkah adalah
kota yang paling mulia dari kota-kota lainnya.4
c. Al-Balad Al-Amin, yang mempunyai makna bahwa kota Makkah
memberikan keamanan bagi orang-orang yang takut.5
Tanah Kota Makkah sangat tandus, cuacanya sangat panas, dan jumlah
penduduknya sedikit. Namun, sekarang kota Makkah sudah menjadi kota
yang sangat berkembang. Ada beberapa keistimewaan yang dimiliki kota
Makkah pada saat ini di antaranya adalah :
1. Kota Makkah memiliki Ka‟bah. Ka‟bah dibangun oleh Nabi Ibrahim
bersama anaknya Ismail. Pada saat itu Nabi Ibrahim mendapatkan
Wahyu dari Allah untuk membangun Ka‟bah melalui Malaikat Jibril.
Dinding Ka‟bah terdapat batu hitam yang dinamakan Hajar Aswad.
Dahulu, Nabi Ibrahim memerintahkan Ismail mencari batu untuk
diletakkan di Ka‟bah agar menjadi tanda bagi umat manusia.6 Oleh
karena itu, Hajar Aswad banyak dicium jutaan manusia ketika
melakukan Ibadah Haji untuk bisa mengenang perjuangan Nabi

1
Gayatri Djajengminardo, Unik dan Keistimewaan Makkah dan Madinah (Jakarta Selatan :
Rexa Pustaka, 2013 ), h. 10.
2
Tim Sunriser Picture, 100 Keajaiban Dunia (Ciganjur : Cikal Aksara, 2011), h. 16.
3
QS. Ali Imran 3 : 96
4
Q.S Al An‟am 6 : 92
5
Q.S At-Tin 95 : 3
6
Ali Husni al-Kharbuthli, Sejarah Ka’bah (Jakarta Selatan : Torus Pustaka, 2015) ,h. 38.

23
24

Ibrahim dan Ismail. Hal itu juga merupakan sikap yang dicotohkan
oleh Nabi Muhammad SAW ketika melakukan Ibadah Haji. Ka‟bah
juga menjadi kiblat orang-orang muslim sampai saat ini.7 Ketika Ibnu
Battuta berada di Makkah, ia menjelaskan bahwa Ka‟bah dibangun dari
bebatuan coklat yang sangat kuat sehingga bangunannya tidak berubah
sampai saat ini.8
2. Makkah memiliki air zam-zam. Air ini dinamakan air zam-zam karena
airnya yang sangat banyak dan tidak akan surut. Air ini bisa menjadi
penawar penyakit.9 Sumur zam-zam muncul karena adanya sebuah
peristiwa bersejarah yaitu ketika Siti Hajar sedang mencarikan minum
untuk anaknya Ismail. Dia berlari-lari dari Shafa dan Marwah sebanyak
tujuh kali bolak-balik dan kemudian pada akhirnya air itu keluar dari
tendangan tumit kaki Ismail, memancarlah air itu.10
3. Makkah adalah kota kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nabi
Muhammad lahir di kota Makkah pada tanggal 9 Rabiul Awal pada
tahun gajah.11 Ketika Nabi Muhammad SAW dilahirkan, Abdul
Muthalib, kakeknya, sedang melakukan thawaf di Ka‟bah. Kemudian
ketika ia mendapakan kabar tentang kelahiran Nabi Muhammad, ia
segera menemui Nabi Muhammad serta langsung menggendong Nabi
Muhammad dan dibawa ke dalam Ka‟bah. Di dalam Ka‟bah, Abdul
Muthalib memanjatkan do‟a dan tidak lupa mengucapkan syukur atas
kelahiran Nabi Muhammad SAW.12
4. Makkah memiliki tempat-temapat yang mustajab untuk berdoa.
Selain beberapa keistimewaan yang dimiliki kota Makkah, pada saat
melakukan Ibadah Haji, para jamaah Haji juga tidak akan melewatkan
tempat-tempat bersejarah yang mempunyai keunikan seperti :
7
Ali Husni al-Kharbuthli, Sejarah Ka’bah ,h. 268.
8
Ali Husni al-Kharbuthli, Sejarah Ka’bah, h. 327.
9
Dijelaskan dalam Hadist Riwayat At Thabrani
10
Gayatri Djajeng Minardo, Unik dan Keistimewaannya Makkah dan Madinah , h. 69.
11
Syaikh Shafiyur-Rahman al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah (Jakarta : Robbani Press,
1998), h. 55.
12
Moenawar Khalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Mumammad (Depok : Gema Insani, 2013),
h. 68.
25

a. Masjidil Haram
Masjidil Haram adalah masjid yang sering dipakai para jamaah
Haji untuk shalat. Di dalam Masjidil Haram juga terdapat makam Nabi
Ibrahim AS. Tempat ini juga dipakai sebagai tempat tawaf. Masjdi ini
memiliki tujuh menara dan bisa menampung 730.000 jamaah. Masjidil
Haram juga menjadi simbol perdamaian, karena umat manusia dari
manapun melakukan urusan Ibadah dengan damai. Di sebutkan
cohtohnya dalam salah satu buku13 bahwa Mesir dan Iran yang
mempunyai arah politik yang berbeda namun dalam urusan Ibadah
mereka melakukannya secara damai.
b. Bukit Shafa dan Marwah
Shafa dan Marwah adalah tempat sa‟i yang merupakan bagian dari
rukun Haji. Shafa dan Marwah ini juga merupakan saksi sejarah dalam
beberapa peristiwa. Salah satunya adalah peristiwa ketika Nabi
Muhammad berceramah dan mengumpulkan masyarakat Makah,
namun Abu Lahab beserta istrinya memberi tanggapan negatif, maka
turunlah surat Al-Lahab.
c. Jabal Nur ( Gua Hira )
Gua Hira juga merupakan tempat dimana Rasulullah menerima
wahyu pertamanya yaitu surat Al-„Alaq ayat 1-5.14 Di Gua ini juga
tempat Rasulullah beribadah dan kemudian diangkat menjadi Rasul.
Karena Rasulullah sering beribadah di Gua ini, Gua sering memacarkan
cahaya karena itu gua ini dinamakan Gua Hira.
d. Padang Arafah
Padang Afarah adalah padang pasir tempat para jamaah Haji
melakukan Wukuf yang merupakan salah satu rukun Haji. Padang
Arafah juga mempunyai nilai sejarah yang tinggi.15 Tempat ini

13
Zuhairi Miswari, Makkah : Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim (Jakarta :
Kompas, 2009), h. 202.
14
Muslim H Nasution, Tapak Sejarah Seputar Makkah-Madinah (Depok : Gema Insani,
1999), h.50.
15
Drs. Abdul Halim M.A, Drs. Ikhwan S.H., M.A, Ensiklopedia Haji dan Umroh, (Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 4.
26

merupakan tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa, tepatnya di


Jabal Rahmah yang berada di Padang Arafah. Wukuf di Arafah
dilakukan pada tanggal 9 Zulhijjah.

B. Tujuan Ibnu Battuta Menjelajah ke Makkah


Ibnu Battuta pertama kali melakukan perjalanan ke kota Makkah pada
16
tanggal 14 Juni 1325 M. Tujuan utama Ibnu Battuta datang ke Kota ini
adalah untuk melakukan Ibadah Haji. Ibadah Haji adalah Ibadah yang
sangat didamba-dambakan oleh umat Muslim. Dalam bulan Dzulhijjah di
Tangier, banyak para peziarah yang melakukan perjalanan Ibadah Haji ke
Makkah. Ibadah Haji adalah Ibadah penyempurna agama Islam dari sahadat,
salat, zakat, dan puasa. Selain untuk melakukan Ibadah Haji, ia juga ingin
mewujudkan mimpinya menjadi seorang petualang.
Ibnu Battuta ingin menunaikan Ibadah Haji dan menjadi seorang
petualang. Karena ia adalah seorang yang mempunyai rasa ingin tahu yang
tinggi ia berusaha memabaca buku-buku geografi dari kalangan Arab-Islam.
Ia juga sering mencari tahu tentang berita-berita terkait kenegaraan dan
kerajaan, hal-hal yang terjadi di masyarakat dan keajaiban-keajaiban yang di
alami oleh dunia. Ibnu Battuta sangat tertarik jika ia mendengar tentang
perjalanan Haji, perdagangan di Makkah dan suka cita para Jamaah Haji. Ia
mendapatkan berita dari berbagai kalangan misalnya dari seorang pedagang
wol yang menjelajah ke segala penjuru dunia, sehingga Ibnu Battuta
mendapatkan berita tentang keajaiban dunia dari para pedagang wol
tersebut. Ayahnya mempunyai banyak sahabat seorang pelancong yang
tinggal di Tangier, sehingga Ibnu Battuta sangat mudah mencari informasi
dari para pelancong tersebut. Ibnu Battuta sangat menyukai buku-buku
geografi dibandingkan dengan buku-buku ilmiah karena di dalamya sangat
banyak penjelasan mengenai dunia ini. Dari buku itu ia pelajari banyak hal.

16
Ross. E Dunn, Petualangan Ibnu Batuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14 (Jakarta
Timur : Yayasan Obor Indonesia, 1995), h. 29.
27

Ia pergi ke pantai, ke gunung, ke danau dan ia juga mempelajari tentang


kenegaraan sesuai yang ia pelajari dalam buku itu. Buku geografi itu ia
jadikan sebagai acuan utama yang sering dibawanya kemana-mana.
Sebetulnya bangsa Arab sebelum pra Islam sudah melakukan juga
Ibadah Haji.17 bahkan pada saat agama Islam menetapkannya sebagi rukun.
Tidak hanya kalangan bangsa Arab, beberapa kalangan kota lainnya juga
ikut melakukan Ibadah Haji seperti, India dan Persia. Bagi mereka, bulan
Haji adalah bulan haram, karena pada bulan itu mereka diharamkan
melakukan peperangan di tanah suci. Mereka juga menetapkan bahwa
musim Haji dilakukan selama tiga bulan padahal, musim Haji itu tidak lebih
dari satu bulan tetapi karena mereka memberikan kelonggaran bagi orang-
orang yang jauh dan melakukan perjalanan yang panjang utuk berangkat
dan pulang maka mereka menetapkan bulan Haji menjadi tiga bulan.
Ibadah Haji dari masa ke masa, dari zaman Nabi Adam, Nabi Ibrahim,
dan pada zaman Nabi Muhammad SAW mempunyai proses dan cara
melaksanakan Haji yang berbeda. Pada zaman Nabi Adam Ibadah Haji yang
dilakukan hanya sekedar berdoa di sekitar Ka‟bah. Pada zaman Nabi
Ibrahim, Ibadah Haji sudah mulai berkembang. Perekembangannya adalah
Nabi Ibrahim melakukan Ibadah Haji tidak hanya di sekitaran Ka‟bah saja,
tetapi Nabi Ibrahim pergi ke tempat lainnya seperti, Shafa dan Marwah,
Arafah dan Mina. Ritual Haji yang dilakukan juga tidak hanya sekedar
tawaf tetapi meliputi sa‟i, melempar jumrah, menyembelih hewan kurban,
dan bercukur (tahalul).18 Kemudian, seiring bergantinya zaman pada masa
Nabi Muhammad SAW, manasik Ibadah Haji semakin rinci. Manasik yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad menjadi penyempurna manasik Haji
sebelumnya.

17
Ali Husni al-Khalbutri, Sejarah Ka’bah, h. 199
18
Aguk Irwan MN, Panduan Super Lengkap Haji dan Umrah, h. 25
28

C. Perjalanan Ibnu Battuta dari Maghrib ke kota Makkah


Ibnu Battuta mengawali perjalanannya ketika ia meninggalkan kota
kelahirannya yaitu Tangier pada 14 Juni 1325 (2 Rajab 725 A.H). Kota
Tangier adalah kota yang berada di titik temu Laut Tengah dan Samudera
Atlantik.19 Tangier terletak di bagian Utara Maroko. Maroko sangat
terkenal dengan keindahan alam dan kesuburan tanahnya. Ibnu Battuta
meninggalkan Maroko pada saat kota Maroko sedang diperintah oleh
Dinasti Mariniah yang dipimpin oleh Abu Sa‟id. Dinasti Mariniah adalah
mayoritas keturunan Barbar. Di Maroko mayoritas penduduknya adalah
petani. Maroko mempunyai empat Ibu Kota yaitu Rabat (Ibu Kota
Administrasi), Casablanca (Ibu Kota Perdagangan dan perindustrian),
Marakech (Ibu Kota Wisata), dan Fez (Ibu Kota budaya dan ilmu
pengetahuan). Para musafir yang akan melakukan perjalanan kebanyakan
menggunakan jalur darat karena bagi mereka jalur darat lebih aman daripada
jalur laut. Ibnu Battuta melakukan perjalanan menuju Makkah tidak
sendirian. Ia bergabung dengan rombongan para musafir lainnya.
Abu Sa‟id (1310-1331) yaitu sultan yang sedang memerintah pada
Dinasti Mariniah. Awal perjalanan Ibnu Battuta tidak terlalu terhambat,
karena sedang tidak ada peperangan antara Dinasti Mariniah dan Dinasti
Abd Al Wadid. Ibnu Battuta berjalan melalui daerah pedalaman Maroko ia
melewati pegunungan dan dataran tinggi untuk sampai ke Tlemcen. Ketika
sampai di Tlemcen Dinasti Abd Al Wadid sedang bersekutu dengan
sejumlah pemberontak Ifriqiya bersama dengan tetangganya yang ingin
menggulingkan Dinasti Hafsid. Dari kota Tlemcem ia melanjutkan
perjalanannya dengan mengambil jalur yang sepi dan jarang dilewati banyak
orang. Setelah tiga minggu ia dalam perjalanan ia dapat bergabung dengan
orang-orang Ifriqiya di Miliana. Ibnu Battuta dan rombongan safari Hajinya
mendapatkan kesulitan di Miliana. Ketika mereka tinggal selama 10 hari di
Miliana, salah seorang dari mereka yaitu Abu Abdallah Al- Zubaidy jatuh

19
Martias Dusky Pandoe, Jernih Melihat Cermat Mencatat : Antologi Karya Jurnalistik
Wertawan Senior Kompas (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2010), h. 109
29

sakit karena cuaca panas. Ketika akan melanjutkan kembali perjalannya


baru saja lewat empat mil dari kota Al- Zubbaidy meninggal dunia hingga
akhirnya mereka kembali ke Miliana untuk melakukan penguburan jenazah
Al-Zubaidy.
Ibnu Battuta meneruskan kembali perjalanannya mendahului dari
rombongannya dan bergabung dengan para pedagang Ifriqiya. Ia berjalan
menuju Kota Aljir. Di Kota Aljir Ibnu Battuta tidak berlama-lama ia
langsung meneruskan perjalannya menuju pelabuhan Bijaya kota perbatasan
bagian barat dari kerajaan Hafsid. Kota Bijaya adalah kota yang paling
berkesan dalam perjalannya, karena selama dalam perjalanan ia melihat
pemandangan alam yang sangat indah dengan hutan-hutan, pegunungan dan
pelabuhan Bijaya dekat dengan sungai Souman, yang memisahkan gunung
Kabyli Besar dengan Gunung Kecil ke arah timur.20Pada saat Ibnu Battuta
berada di kota Bijaya kota ini sedang mengalami pergolakan politik antara
Dinasti Hafsid dan Al-Wadid. Tetapi, Ibnu Battuta tidak memperdulikan hal
itu ia terus melanjutkan perjalanannya melintasi pegunungan Kabyli Kecil
dan tiba di Konstantinovel tanpa menemukan kesulitan. Ibnu Battuta tidak
tinggal lama di Konstantinopel ia melanjutkan perjalanannya ke arah pantai
melalui hutan-hutan dengan pepohonan gabus yang tinggi-tinggi, kemudian
berjalan ke bawah memasuki dataran terbuka dan daerah-daerah gandum
yang luas di Ifriqiya Tengah. Dari sini mereka melewati jalan rata sepanjang
lembah sungai Majerda yang subur ke arah Tunisia bagian barat.
Tunisia kaya dengan ribuan pantai Medeterania yang sangat
menakjubkan. Ibnu Battuta meninggalkan Tunisia pada bulan November
1325 dengan jabatannya sebagai Kadi yang diangkat dari rombongan para
peziarah lainnya. Kadi adalah seorang hakim yang mengurusi tentang
Islam. 21 Ibnu Battuta menyusuri pantai hingga sampai ke kota Tripoli. Kota
Tripoli adalah salah satu kota yang sampai sekarang menjadi ibu kota

20
Ross E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14,h.24
21
https://kbbi.web.id/kadi
30

Libya.22 Kota ini juga mempunyai peran penting dalam perpolitikan. Di


Tripoli Ibnu Battuta meninggalkan kelompok utamanya yang tertinggal dan
berjalan lebih dahulu dari mereka karena cuacanya yang hujan dan dingin.
Ia juga melepaskan jabatannya sebagai kadi.
Di perjalanan Ibnu Battuta mendapat kesulitan yaitu ia diserang oleh
gerombolan penunggang unta. Tapi keberuntungan sedang berpihak kepada
Ibnu Battuta. Ia berhasil melewati kesulitannya. Ketika ia berjalan melintasi
Libya, Ibnu Battuta sempat terikat dengan perjanjian pernikahan dengan
seorang perempuan anak dari salah satu kelompok peziarahnya dari Tunisia.
Perjanjian itu batal, tidak berlangsung lama karena Ibnu Battuta bertengkar
dengan calon mertuanya. Berakhirlah perjanjian pernikahan tersebut. Hal itu
bukan sebuah hambatan bagi Ibnu Battuta untuk melakukan perjalanan
kembali. Ia terus berjalan menuju kota Iskandariyah di ujung barat Delta
Nil. Saat Ibnu Battuta tiba di Iskandariah. Untuk sampai pada musim Haji
di Mekkah, masih harus menunggu selama delapan bulan lagi, Sehingga ia
memutuskan untuk berpetualang ke lebih lama di Kairo. Pada saat Ibnu
Battuta berada di Kairo, Kairo sedang mengalami puncak kejayaan pada
priode tahun 648-H/1250 M- 922 H/1517 M.23 Perkembangan yang pesat
dan puncak kejayaan itu berada dalam pimpinan Dinasti Mamluk.24 Dinasti
25
Mamluk adalah dinasti yang didirikian oleh para budak. budak-budak itu
berasal dari orang-orang yang ditawan oleh penguasa dinasti Ayyubiah
sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentara. Kerajaan Mamluk
terdiri dari dua bagian berdasarkan priode yaitu, Mamluk Bahri ( 648-792
H/1250-1389 ) dan Mamluk Burji ( 792-923 H/1398-1517 ). Mamluk
Bahriyah didasarkan kepada tempat-tempat yang disediakan oleh Sultan
Malik Al-Saleh kepada para budak, yaitu di Sungai Nil yang dilengkapi

22
KHAZANAH, Kota Tripoli Libya, Titik Temu Islam dan Romawi (Seni, 3 September
2012 pukul : 23.00 WIB), http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/12/09/03/m9reuy-kota-tripoli-libya-titik-temu-islam-dan-romawi-i
23
Mzx rodenbeck, Kairo Kota Kemenangan (Pustaka Alvabet),h. 3
24
Makalah dari Dr. Fadlil Munawwar Mansur, M.S, Dinasti Mamluk dan Perang Salib :
Perspektif Historis (Yogyakarta : Universitas Gajah Mada, 2008)
25
Dedi Supriyadi,M.Ag, Sejarah Peradaban Islam (Bandung : CP Pustaka Setia, 2016), h.
235.
31

dengan senjata, pusat pendidikan, dan latihan-latihan sipil dan militer.


Penamaan pada Mamluk Burji didasarkan kepada para budak yang
ditempatkan di benteng yang mempunyai menara ( buruj ). Beberapa nama
sultan Mamluk Bahri yang terkenal adalah Quuz, Baybars, Qalawun dan
Nasir Muhammad bin Qalawun. Ibnu Battuta banyak menghabiskan waktu
yang cukup lama di Kairo karena waktu datangnya musim haji masih
sekitaran lima bulan lagi. Setelah satu bulan lebih Ibnu Battuta tinggal dan
berpetualang di Kairo, Ibnu Battuta melanjutkan perjalannnya menuju kota
Makkah dengan melewati kota Damaskus. Saat Ibnu Battuta mengunjungi
kota ini, kota ini adalah kota yang makmur.
Damaskus adalah kota yang dijadikan pusat berdirinya dinasti
Umayyah dan menjadi pusat beradaban umat muslim.26 Di kota Damaskus
juga berdiri sebuah rumah sakit dan dijadikan pusat study kedokteran
pertama pada masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik.27 Damaskus
adalah kota yang mempunyai pusat peninggalan sejarah. Di Damaskus,
terdapat Masjid yang megah yang bernama Masjid Jami Umayyah yang
didirikan oleh Dinasti Umayyah pada masa Walid bin Abdul Malik.
Bangunan ini khas dengan astitekturnya yang perbaduan Barat dan Timur.28
Ibnu Battuta tinggal di Damaskus sambil melakukan kuliah disana. Ia
mengambil konsentrasi ahli teologi dan hukum. Namun, beberapa hari
menjelang akhir ia keberadaannya di Damaskus, ia mengalami kesulitan
keuangan, kemudian ada seorang ahli mazhab Maliki yang memberikan
pertolongan kepadanya. Ia memberikan unta dan memberi bekal kepada
Ibnu Battuta, sehingga Ibnu Battuta bisa kembali melanjutkan
29
perjalanannhya ke Makkah. Ibnu Battuta berangkat menuju Makkah pada
tanggal 1 September 1326. Ia terus berjalan melewati Hijaz dan kemudian

26
Dedi Supriyadi, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, h. 103
27
KHAZANAH Republika.co.id, Damaskus Cermin Pencapaian Peradaban Islam (diakses
Rabu 26 Juli 2017 pulul : 14.00 WIB)
28
Azzam Bookstore.com, Damaskus Kota Bersejarah di Negeri Syam (di akses 12 Oktober
2015 dari Web https://artaazzamwordpresscom.wordpress.com/2015/10/12/damaskus-kota-
bersejarah-di-negeri-syam)
29
Ross E. Dunn, Petualangan Ibnu Battuta Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, h. 85
32

sampai di kota Madinah. Sesampainya Ibnu Battuta di Madinah, ia bersama


Karavan Haji yang lainnya mendirikan tenda untuk dijadikan tempat
tidurnya. Ibnu Battuta tinggal di Madinah selama 4 hari. Setiap harinya ia
selalu melakukan sholat di Masjid Nabawi. Setelah 4 hari ia tinggal di
Madinah, ia melanjutkan perjalannya menuju Makkah dengan pakaian
Ihram. Mereka melakukan perjalanan menuju Makkah dengan sangat
gembira. Akhirnya pada pertengahan Oktober tahun 1326 H Ibnu Battuta
dan Musafir lainnya sampai di kota Makkah dan langsung melaksanakan
Ibadah Haji.
BAB 1V
HAL-HAL YANG DILIHAT IBNU BATTUTA DI MAKKAH

A. Kehidupan Ibnu Battuta di Makkah


Ibnu Battuta sampai di Makkah tepat pada musim Haji. Ibnu Battuta langsung
menjalankan Ibadah Hajinya dengan mulai melakukan Tawaf. Ibnu Battuta
melakukan Tawaf sebanyak tujuh kali putaran, dan selama ia mengelilingi Ka‟bah
ia tidak pernah berhenti untuk berdoa kepada Allah SWT. Ia juga mencium Hajar
Aswad karena ia ingin melakukan sikap sebagaimana yang telah dilakukan oleh
Rasulullah SAW ketika melakukan Tawaf. Selain Tawaf, ia berziarah ke Maqom
Nabi Ibrahim. Maqom Ibrahim yaitu sebuah batu tempat Nabi Ibrahim
membangun Ka‟bah pada saat itu. Maqom Ibrahim terletak di antara pintu Ka‟bah
dan Rukun Iraqi. Maqom Ibrahim mempunyai panjang 12 syibr, lebarnya separuh
dari panjangnya yaitu 6 syibr. Di atas Maqom Ibrahim terdapat sebuah kubah dan
di bawah kubah tersebut terdapat jendela kecil. Di belakang jendela itu terdapat
tempat yang bisa di pakai untuk melakukan sholat dua rakaat disana, tempat itu
berbentuk cekung.
Ibnu Battuta juga mengerjakan ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan
Ibadah Haji seperti rukun-rukun Haji. Kemudian, selesai ia melakukan Ibadah
Hajinya, ia juga berkeliling melihat suasana kota Makkah. Dalam Rihlah Ibnu
Battuta ketika ia berada di Makkah dan berpetualang, di dalam perjalanan ia
melihat pegunungan yang mengelilingi Makkah. Gunung tersebut di antaranya
adalah gunung Jabal Abu Qubais, gunung ini tepatnya berada di sebelah timur
kota Makkah namun gununung ini merupakan gunung paling rendah yang berada
di kota Makkah. Posisisi gununung ini lurus dengan hajar aswad. 1Jika sedang
berada di gunung ini, pemandangan seluruh kota Makkah bisa terlihat dengan
jelas. Dalam gunung terdapat sebuah masjid bekas ribath dan bangunan-bangunan

1
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, (Lebanon :
Ihya Al- Ulum, 1987 M-1407 H), h. 157.

33
34

rumah. Dahulu, Raja Malik Az-Zahir sempat ingin menjadikan kota ini sebagai
pusat keramaian.
Selain Jabal Qubais di Makkah juga terdapat gunung lainnya seperti Jabal
Tsur atau gunung Tsur. Gunung ini berada di selatan kota Makkah, dan
merupakan goa tertinggi di Makkah jaraknya sekitar 4 km dari Masjidil Haram.
Gunung Tsur memiliki ketinggian sekitar 748 M dari permukaan laut dan jika dari
pemukaan tanah sekitar 458 M. Gunung ini memiliki nilai sejarah yang sangat
tinggi karena, di dalam gunung ini terdapat sebuah goa yang menjadi tempat
bersembunyinya Nabi Muhammad SAW pada saat beliau di kejar oleh orang-
orang kafir Quraisy ketika beliau dan Abu Bakar akan melakukan hijrah ke kota
Madinah. Gunung Tsur ini juga memiliki tiga puncak atau goa yang bersambung
dan berdekatan. Goa tersebut memiliki sekitar tinggi 1,25 m, dan memiliki lebar
sekitar 3,5 m. Pintu goa ini berada di sebelah timur dan sebelah barat. Rasulullah
menggunakan pintu bagian barat ketika Rasulullah akan berhijrah ke Madinah
untuk penyebaran agama Islam ditemani dengan sahabatnya yaitu Abu Bakar
namun, pada saat itu kaum Quraisy tidak menginginkan hal tersebut, hingga pada
akhirnya Nabi Muhammad dan Abu Bakar memilih untuk masuk ke dalam goa
tersebut atas petunjuk yang diberikan oleh Allah melalui malaikat Jibril. Nabi
Muhammad dan Abu Bakar berlindung dalam goa itu selama tiga hari tiga malam.
Pada saat itu juga kaum Quraisy mengejar Nabi Muhammad dan Abu Bakar
sampai pada goa Tsur.2
Di dalam goa Tsur juga banyak terdapat binatang-binatang buas dan liar dan
sering kali di tempati oleh ular-ular berbisa. Hal ini telah banyak diketahui oleh
orang-orang pada saat itu sehingga tidak satu orang pun yang berani masuk ke
dalam goa Tsur namun, Nabi Muhammad dan Abu Bakar sangat berani memasuki
goa tersebut demi agama Islam. Karena itu, ketika kaum Quraisy mengejar Nabi
Muhammad dan Abu Bakar sampai pada goa, kaum Quraisy diserang oleh laba-
laba dan burung merpati yang menutupi pintu masuk hingga pada akhirnya kaum
Qurasy memutuskan untuk menghentikan pengejaran mereka dan kembali ke
Makkah.

2
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h.157
35

Selama kehidupan Ibnu Battuta di Makkah ia tidak pernah mensia-siakan


keberadaannya di kota Makkah. Ia terus berpetualang dan mengungjungi tempat-
tempat bersejarah dalam kehidupan Nabi Muhamad SAW. Ia berkunjung dan
melihat maqom-maqom di Makkah seperti ke Maqom istri Nabi Muhammad
SAW yaitu Siti Khadijah. Maqom Siti Khadijah ini berada di Ma‟ala. Siti
Khadijah adalah perempuan pertama yang dinikahi oleh Nabi Muhammad SAW.
Siti Khadijah wafat pada tahun kesepuluh dari tahun kenabian Nabi Muhammad
SAW, dalam usia enam puluh lima tahun.3
Di Makkah Ibnu Battuta juga melihat sebuah sumur yang bersejarah yaitu
sumur Zam-zam, yaitu sumur yang merupakan sumber adanya air Zam-zam. Ibnu
Battuta menjelaskan keberadaan sumur tersebut. Sumur Zam-zam ini berhadapan
dengan Hajar aswad, hanya sekitaran dua puluh empat langkah.4 Sumur ini juga
tidak jauh dengan Maqom Nabi Ibrahim hanya berjarak sekitaran sepuluh langkah
dari sumur Zam-zam. Sumur ini sangat istimewa karena bagian dalamnya dilapisi
dengan marmer putih sehingga, sumur itu kelihatan sangat bersinar. Kedalaman
sumur Zam-zam ini mencapai sebelas qamah. Dan setiap hari jumat volume air di
sumur ini makin bertambah. Sumur ini memiliki pintu yang berbentuk bundar
tepatnya berada di sisi sebelah timur. Selain untuk mengambil air Zam-zam sumur
ini juga sering kali di pakai untuk berwudhu. Di sekitaran sumur telah disediakan
tempat duduk yang terbuat dari batu. Di batu itulah orang-orang berwudhu dengan
posisi duduk. Di dekat sumur Zam-zam juga terdapat mushaf Al-Qur‟an dan
beberapa kitab milik Masjidil Haram. Kemudian, disana juga terdapat kotak besar
yang berisikan mushaf Al-Qur‟an yang ditulis oleh Zaid bin Tsabit
Radiallahuanhu. Mushaf tersebut ditulis pada tahun ke delapam belas setelah
Rasulullah SAW wafat. Orang-orang Makkah mempunyai kepercayaan tersendiri
terhadap mushaf tersebut yaitu, ketika mereka tertimpa bencana mereka
mengeluarkan mushaf tersebut kemudian membuka pintu Ka‟bah dan
meletakannya di dekat pintunya. Terkadang mereka juga meletakan mushaf
tersebut di Maqom Ibrahim dan mereka berkumpul bersama-sama tanpa

3
Ibnu Battutah, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 158
4
Ibnu Battutah, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 151
36

menggunakan tutup kepala seperti peci dan sejenisnya. Mereka berdoa, bertawasul
samapai Allah menurunkan pertolongan dan karunia-Nya kepada mereka.
Ketika Ibnu Battuta berjalan di dekat Ka‟bah ia juga melihat adanya Hijir
Ismail. Hijir Ismail merupakan bagian dari Ka‟bah yang terletak diantara rukun
Yamani dan rukun Iraqi. Dahulu, Hijir Ismail ini merupakan bekas rumah
keluarga Nabi Ibrahim. Karena Hijir Ismail adalah bagian dari Ka‟bah maka, jika
para jamaah Haji melakukan Tawaf, para jamaah Haji juga mengelilingi Hijir
Ismail. Hijir Ismail mempunyai keistimewaan tempat ini merupakan tempat yang
mustajab untuk memanjatkan doa. Selain itu, Hijir Ismail juga tidak pernah sepi
dan selalu dipenuhi oleh orang-orang. Para jamaah Haji atau masyarakat kota
Makkah banyak yang melakukan sholat sunnah, bedoa, serta berzikir.5
Di dalam Rihlah nya Ibnu Battuta juga menyenutkan para pemimpin-
pemimpin Makkah Assaduddin dan Saefuddin putra amir Abi Namyu bin Abi
S‟id bin Ali bin kotadatalhasanayain.6

B. Kehidupan Para Jamaah Haji di Makkah


Dalam Rihlah nya yang berjudul Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar
wa’Anjaibil Asfar Ibnu Battuta menceritakan tentang para jamaah Haji ketika
berada di kota Makkah. Pada hari pertama bulan Dzulhijjah, bedug dan rebana
dipukul setiaqp kali datang waktu shalat, pagi maupun malam dalam rangka
untuk meramaikan syiar pada musim Haji yang penuh dengan keberkahan.7
Pada hari ke sembilan bulan Dzulhijjah di musim Haji Khatib di Makkah
menyampaikan khutbah yang bagus yaitu tentang perjalanan Haji. pagi hari di
hari ke dua para jamaah Haji menuju Mina. Para penguasa Mesir, Syam dan
Irak mereka melakukan mabit. Mereka semua berlomba-lomba menyalakan
lilin dan dalam hal ini penduduk Syam selalu menjadi yang paling unggul.
Setelah sholat shubuh di hari ke sembilan mereka meninggalkan Mina
menuju Arafah. Mereka berjalan melewati lembah Wadi Muhassar dan

5
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 150
6
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 161
7
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Batutta ( Jakarta Timur : Pustaka
Al-Kautsar, 2012), h. 181.
37

melakukan harwalah, dan ini sunnah hukumnya. Wadi Muhassar adalah batas
antara Mina dan Muzdalifah. Muzdalifah adalah tanah lapang yang sangat luas
dan diapit oleh dua gunung. Di sekitarnya terdapat pabrik dan parit yang
dibangun oleh Zubaidah putri dari Ja‟far bin Abu Ja‟far Al-Mansur, isteri dari
Khalifah Harun Ar-Rasyid. Jarak dari Mina menuju Arafah adalah sekitar 5
mil. Dari Makkah menuju Mina juga jaraknya sama yaitu 5 mil. Arafah dan
tempat-tempat sekitarnya adalah tempat Wukuf. Di dekat Arafah terdapat
suatu tempat yang disebut Bath Arafah. Nabi Muhammad SAW
memerintahkan agar para jamaah Haji untuk naik ke tempat itu dan juga
melarang meninggalkannya sampai matahari terbenam. Mereka juga dilarang
untuk menerima jasa penyewaan unta yang berada disana. Jika mereka
menggunakan jasa penyewaan unta tersebut maka batalah Haji mereka.
Ibnu Battuta pertama kali melakukan Wukuf pada hari kamis tahun 1326.
Amirul Hajj jamaah Haji pada masa itu adalah Arghon Ad-Dawadir, wakil
Raja Al-Malikun Nashir. Pada saat yang bersamaan puteri Raja yang juga
isteri Argon juga sedang menunaikan Ibadah Haji. Isteri Raja yang bernama
Khawandah juga menunaikan Haji pada saat itu. Ia adalah seorang puteri dari
Sultan Agung Muhammad Uzbek, penguasa Sara dan Khawarizm. Amirul
Hajj jamaah dari Syam bernama Saifuddin Al-Jauban. Setelah sholat Shubuh
para jamaah Haji segera meninggalkan Muzdalifah menuju Mina setelah
berdoa dan Wukuf di Masy‟aril Haram. Di Wadi para jamaah Haji melakukan
harwalah sampai keluar darinya. Dari Muzdalifah jamaah Haji membawa batu
kerikil dan ini sunnah hukumnya. Jamaah Haji mengambil batu kerikil di
sekitar Masjid Khaif.
Selesai dari Mina jamaah Haji pergi ke Mina untuk melempar jumroh
Aqabah, kemudian berqurban dan menyembelih kambing, mencukur rambut
dan ber-tahallul, kecuali jima‟ dan memakai wewangian. Karena kedua hal ini
dilarang sampai para jamaah Haji melakukan Tawaf Ifadah. Melempar jumroh
dilakukan ketika matahari terbit pada hari Idul Adha. Setelah melempar
jumroh jamaah Haji segera melakukan Tawaf Ifadah setelah menyembelih
kambing dan mencukur rambut. Sebagian para jamaah Haji ada yang tetap
38

bertahan sampai hari ke dua. Tetapi pada hari ke dua mereka melempar
jumroh pada saat matahari tergelincir dari sebelah Barat. Jumroh ula tujuh
lemparan, dan jumroh wustho tujuh lemparan. Mereka melemparkan jumroh
sambil memanjatkan doa sebagaimana yang telah Rasulullah SAW lakukan.
Pada hari ke tiga para jamaah Haji menuju Makkah, setelah melemparkan 49
kerikil. Banyak juga diantara mereka yang bertahan sampai hari ke tiga setelah
Idul Adha sehingga mereka bisa melemparkan kerikil sebanyak 70 kerikil.
Tepat berada pada hari raya Idul Adha rombongan jamaah Haji dari Mesir
membawa Kiswah Ka‟bah dan kemudian diletakan di permukaan Ka‟bah.8
pada hari ke tiga di hari Idul Adha para jamaah menurunkan Kiswah dari atas
Ka‟bah. Kiswah Ka‟bah berwarna hitam dan terbuat dari kain sutera. Di
bagian Kiswah Ka‟bah terdapat tulisan berwarna putih yang berisikan surat
Al-Maidah ayat 97. Pada bagian lain juga terdapat tulisan kaligrafi ayat-ayat
Al-Qur‟an berwarna putih kontras dengan kain hitam yang mendasari Kiswah.
Pada saat Kiswah di taruh Kiswah di angkat ke atas untuk menghindari
jangkauan dari para jamaah Haji. Raja Al-Malikun Nasir adalah orang yang
bertanggung jawab atas pembuatan Kiswah. Tidak hanya itu, ia juga
menanggung gaji para qadhi, khatib, imam, muadzin dan para pegawai
Masjidil Haram, termasuk peralatan yang dibutuhkan di Masjidil Haram
seperti minyak dan lilin. Rombongan Irak bermalam di hari ke empat setelah
rombongan Mesir dan Syam meninggalkan Makkah. Mereka melakukan
Tawaf pada malam hari. Mereka banyak memberikan sedekah kepada orang
yang membutuhkan. Mereka memberikan pakaian atau perak kepada setiap
penduduk asli Makkah yang mereka temui. Ketika mereka melihat orang-
orang Makkah tertidur, lalu di mulut orang itu mereka letakan emas atau perak
sehingga mereka terbangun. Setiap orang rata-rata mendapatkan sedekah 18
dirham per orang, karena begitu banyaknya orang yang bersedekah di sana.
Dan untuk pertama kalinya nama Sultan Abu Sa‟id, Raja Irak, disebut dalam
mimbar dan kubah Zam-zam pada saat itu.9 Tanggal 20 Dzulhijjah Ibnu

8
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Batutta h. 184
9
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Batutta h. 184
39

Battuta meninggalkan kota Makkah. Ia menunmpang kepada rombongan


kafilah dari Irak yang dipimpin oleh Al-Bahlawan Muhammad Huwaih.
Setelah melakukan Tawaf Wada‟ Ibnu Battutah dan rombongan Irak keluar
menuju Bath Marr.

C. Kondisi Sosial Budaya di Kota Makkah


Kota Makkah memiliki para amir. Amir adalah sebutan terhadap seorang
pemimpin di Makkah. Pada saat Ibnu Battuta datang ke kota Makkah, kota
Makkah sedang di pimpin oleh dua orang bersaudara yaitu Assaduddin Ramisah
dan Saifuddin Athifah.
Kota Makkah juga memiliki tradisi-tradisi yang beberapa di antaranya adalah :
a. Tradisi orang-orang Makkah pada bulan Ramadhan
Pada bulan Ramadhan orang-orang Makkah mempunyai kebiasaan
membangunkan sahur dengan menabuh duf al-bazah ( gendang ) dan sambil
membawa lentera khas Arab ( fanus ) baik perkelompok atau perorangan. Mereka
melakukan hal itu dengan suka rela. Mereka menyebut tradisi ini dengan sebutan
az-Zamzamiyah atau Abu Thabiyah. Hal yang unik dalam tradisi ini adalah ketika
mereka melakukan itu mereka memanggil nama dari beberapa penduduk sambil
menabuh gendang tersebut atau menyanyikan yel-yel. Sebenarnya, tradisi ini
sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW, namun pada masa Rasulullah SAW pada
saat waktu sahur tiba, beliau hanya memerintahkan Bilal bin Rabah untuk adzan
sebagai tanda bahwa waktu makan sahur telah tiba. Sedangkan orang yang
menandai bahwa waktu sahur telah tiba adalah Abdullah bin Ummi Maktum.
Tradisi pada bulan Ramadhan, jika hilal Ramadhan tiba, bedug dan rebana
ditabuh oleh amir Makkah.10 di Makkah juga mereka selalu melakukan buka
bersama di Masjidil Haram. Tradisi buka puasa bersama tersebut dinamakan
Maidaturrahman. Dalam buka bersama tersebut disajikan makanan yang gratis
bagi orang-orang yang berkunjung ke Masjidil Haram. Mereka saling berbagi dan
tidak hanya sekedar menjadikannya sebagai tradisi tapi mereka juga meyakini
bahwa hal tersebut akan mendapatkan pahala dan mereka yang memberikan

10
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Batutta h. 178
40

makanan dan minuman dengan suka rela, mereka akan di doakan oleh para
malaikat. Suasana Masjidil Haram ketika buka puasa bersama di bulan Ramadhan
sangat padat dengan para pengunjung dari berbagai ras dan suku yang berbeda-
beda. Ketika menjelang waktu berbuka puasa, mereka yang akan melakukan buka
puasa bersama duduk berhadap-hadapan sedangkan petugas menyiapkan alas
makan di hadapan para jamah. Pengurus Masjidil Haram menyediakan kurma dan
air zam-zam lebih banyak dari biasanya. Jalanan yang ada di sekitaran Masjidil
Haram hampir penuh dengan kendaraan yang dipakai oleh para jamaah.
Kebiasaan orang-orang Makkah lainnya di bulan Ramadhan adalah mereka selalu
saling berbagi makanan dengan orang-orang sekitar mereka. Kebiasaan ini hampir
sirna karena, kesibukan-kesibukan penduduk Makkah namun masih berjalan di
daerah-daerah kecil atau perkampungan di Makkah. Kemudian, dibulan
Ramadhan juga orang-orang Makkah sering melakukan itikaf di Masjidil Haram.
Di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, orang-orang menghatamkan Al-
Qu‟an. Khataman Al-Qu‟an tersebut dihadiri oleh qadi, faqih dan para pejabat
tinggi Makkah. Khataman Qur‟an diakhiri oleh salah satu anak pejabat tinggi.
Apabila khataman Qu‟an sudah selesai, anak itu naik keatas mimbar dan
membacakan khutbah. Setelah khutbah selesai ayah anak itu mengundang
mengundang jamaah untuk hadir di rumahnya untuk makan malam. Hal ini terus
menerus dilakukan setiap malam-malam ganjil pada bulan Ramadhan.
Malam yang paling mulia adalah malam tanggal 27 Ramadhan. Malam ini
dirayakan lebih meriah dari malam biasanya. Pada malam ini Al-Qu‟an
dikhatamkan di belakang Maqom Ibrahim. Kemudian, khataman pada malam ke
29 dilakukan di Maqom Malikiyah yang dilakukan secara terbatas , jauh dari
kemewahan. Imam menghatamkan Al-Qur‟an lalu menyampaikan Khutbah.11
b. Tradisi orang-orang Makkah di bulan Rajab
Pada awal kedatangan bulan Rajab, amir Makkah akan segera memerintahkan
kepada para penduduk Makkah untuk membunyikan terompet menyambut
kedatangan bulan Rajab dan sebagai tanda bahwa bulan Rajab telah tiba. 12 Pada

11
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Batutta h. 179
12
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Battuta ,h.173
41

awal bulan Rajab ini juga mereka mempunyai tradisi yang unik yaitu, mereka
melakukan arak-arakan.13 Amir Makkah keluar dengan mengendarai kuda, di
iringi dengan tabuhan gendang-gendang. Pada saat Ibnu Battuta berada di
Makkah, ia melihat Amir Ramitsah dan Amir Athifah didampingi dengan para
pengawal mereka yaitu, Muhammad bin Ibrahim, Ali dan Ahmad bin Shabih, Ali
bin Yusuf, Sadad bin Umar, Musa Al-Mazraq, serta anak-anak Hasan. Mereka
mengibarkan bendera kebesaran memainkan kendang dan rebana.14 Muadzin
berdiri di kubah Zam-zam dan mendoakan para Amir Makkah. Mereka melakukan
shalat dua rakaat di Multazam dan di Maqom Nabi Ibrahim. Amir Makkah juga
melakukan sa‟i. Selesai melakukan tradisi tersebut, Amir Makkah akan kembali
lagi ke rumahnya masing-masing.
c. Tradisi orang-orang Makkah melakukan Umroh Rajab
Pada bulan Rajab, orang-orang Makkah juga melakukan Umrah Rajab.
Mereka membuat perayaan yang sangat meriah setiap malam hari. Pada bulan
Rajab juga orang-orang Makkah berlomba-lomba dalam beribadah, khususnya
pada hari pertama, tanggal 15 dan hari ke-27 bulan Rajab. Awal mula terjadinya
Umrah Rajab ini karena ada suatu peristiwa di Makkah, yaitu ketika Abdullah
Zubair Radiallahu Anhu keluar Masjidil Haram, beliau keluar Masjid tanpa
mengenakan alas kaki untuk melakukan Umrah. Beliau melakukan Umrah tidak
sendiri, tetapi dengan beberapa penduduk Makkah pada tanggal 27 Rajab. Ia juga
menempuh perjalanan dari Tsaniyah Al Hajun sampai ke Ma‟ala, tempat yang
dilalui oleh kaum Muslimin pada peristiwa pembukaan kota Makkah.15 Sejak
peristiwa itu orang-orang Makkah menjadikan Umrah Rajab itu sebagai sunah,
dan hingga saat ini mereka melakukan tradisi tersebut.
d. Tradisi orang-orang Makkah menyambut bulan Baru
Pada bulan Baru di Makkah, mereka juga memakai tradisi penyambutan pada
awal bulan baru. Sama seperti penyambutan pada bulan Rajab, Amir Makkah
keluar rumah dengan diiringi para pengawalnya. Namun penyambutan bulan baru
ini mempunyai ciri yang lebih khas, yaitu Amir Makkah mengenakan pakaian
13
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 175
14
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Battuta, h. 174
15
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 176
42

putih dan memakai selempang pedang.16 Amir Makkah melakukan shalat dua
rakaat di Maqom Ibrahim, mencium Hajar Aswad, dan melakukan Tawaf
sebanyak tujuh kali. Setiap kali Amir Makkah melakukan putaran pertama, para
pemimpin Muadzin mendoakan Amir Makkah dengan mengucap selamat atas
datangnya tahun baru. Hal itu terus dilakukan sampai pada putaran yang terakhir.
Setelah Amir Makkah melakukan Thawaf, ziarah di Maqom Ibrahim dan
mencium Hajar Aswad, Amir meninggalkan Masjidil Haram.
e. Tradisi orang-orang Makkah di bulan Syawal
Pada bulan Syawal penduduk Makkah juga mengadakan penyambutan untuk
pembukaan bulan Haji. Jika tradisi ini berlangsung kota Makkah menjadi sangat
terang, karena orang-orang Makkah menyalakan lampu-lampu sama seperti yang
di lakukan ketika pada malam 27 Ramadhan. Lampu itu dinyalakan disekitaran
Masjidil Haram, juga di sekitaran Jabal Abu Qubais.17 Jabal Abu Qubais adalah
sebuah bukit yang letaknya sangat dekat dengan Masjidil Haram dan berhadapan
dengan bukit Shafa. Gunung ini merupakan gunung yang pertama kali diciptakan
Allah di bumi ini setelah Baitullah, Ka‟bah. Pada malam hari para pemimpin
Muadzin membacakan tahlil, dzikir, takbir. Dan pada pagi hari, orang-orang
melakukan shalat subuh dan memperbanyak Ibadah. Mereka memakai pakaian
yang menurut mereka baik dan bagus seperti mereka memakai pakaian di hari
raya dan pergi ke Masjidil Haram. Mereka melakukan shalat Idul Fitri di Masjidil
Haram
f. Tradisi orang-orang Makkah ketika melakukan Shalat Jum’at
Tradisi Shalat Juma‟at di Kota Makkah memiliki ciri khas tersendiri. Ciri
khasnya adalah seorang Khatib di Makkah mengenakan pakaian yang serba
hitam.18 Khatib di kota Makkah juga diperlakukan dengan sangat istimewa oleh
penduduk Makkah. Shloat Jum‟at di Makkah adalah moment yang sakral, karena
ketika proses Khatib berjalan hingga sampai di mimbar ia diiringi oleh dua
muadzin kanan dan kirinya kemudian mereka juga membawa umbul-umbul yang

16
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Battuta, h. 173
17
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 180
18
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 173
43

dikibarkan.19 Khatib di Makkah memberi tanda kedatangannya dengan membawa


kayu yang diikat dengan kulit tipis yang ia kibas-kibaskan di udara. Ia terus
melakukannya hingga ia sampai ke mimbar. Khatib terus di dampingi dengan
Muadzin yang juga memakai pakaian hitam dan membawa pedang. Setiap Khatib
naik satu tangga maka muadzin memukulkan pedangnya pada tangga tersebut,
terus begitu hingga tangga terakhir. Setelah Khatib sampai di mimbar, ia langsung
menghadap kiblat dan membaca doa dengan suara yang pelan. Setelah ia berdoa
kemudian ia menghadap ke jamaah dan menyalaminya satu per satu barulah
setelah adzan selesai dikumandangkan Khatib menyampaikan khutabhnya. Selesai
menyampaikan khutbah, Khatib juga tidak lupa mendoakan para amir Makkah.
Dan ketika ia sudah selesai menyampaikan khutbahnya, ia segera meninggalkan
mimbarnya. Dua umbul-umbul yang berada di sisi kanan dan kiri mimbar
dipindahkan untuk menandakan bahwa shalat jum‟at telah selesai dan mimbar pun
dipindahkan ke tempat semula.
g. Tradisi orang-orang Makkah pada bulan Nisfu Sya’ban
Pada Bulan Nisfu Sya‟ban khususnya pada pertengahan bulan Sya‟ban para
penduduk Makkah banyak yang berlomba-lomba untuk beribadah misalnya
mereka banyak yang melakukan Tawaf, shalat berjamaah dan melakukan umrah
karena mereka sangat mengagungkan bulan Sya‟ban.20 Masjidil Haram pun pada
malam itu dipenuhi dengan para jamaah yang melakukan Ibadah disana. Mereka
berkumpul dan berkelompok kemudian mereka mempunyai imamnya masing-
masing. Selain mereka banyak melakukan Ibadah di Masjidil Haram, mereka juga
menyalakan lampu-lampu yang sama dengan terangnya bulan purnama pada
malam itu. Mereka melakukan shalat sebanyak seratus kali pada malam itu.
Dalam setiap rakaat mereka membaca surat Al-Fatihah dan Al-Ikkhlas yang
masing-masing dibaca sepuluh kali. Tidak semua orang wajib melakukan sholat
berjamaah pada malam ini, ada beberapa orang juga yang melaksanakan sholat
sendiri di Hijir Ismail. Ada juga yang melakukan Tawaf dan keluar Masjidil

19
Muhammad Mucshon Anasay, Terjemahan Rihlah Ibnu Battuta, h. 171
20
Ibnu Battuta, Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar, h. 178
44

Haram untuk umrah. Semua sesuai dengan keinginan masing-masing tidak


dipaksakan untuk terus bersamaan dalam beribadah.
Masyarakat Makkah memiliki akhlak yang sangat baik dalam kehidupan
sehari-harinya karena mereka selalu memuliakan para orang miskin dan orang
yang sedang tersesat di jalan. Mereka juga memperlakukan tamu atau orang asing
yang datang ke kota Makkah dengan sangat baik. Jika mereka kedatangan tamu,
mereka menyambut tamu dengan sangat sopan dan memberikan tamu hidangan.
Mereka sangat perduli terhadap orang-orang miskin. Jika orang-orang miskin
datang ke dapur ketika memasak, mereka tidak akan membiarkan orang miskin
tersebut pulang dengan tangan yang kosong karena mereka juga adalah orang-
orang yang senang berbagi. Para anak yatim disana juga sangatlah mandiri dan
mau bekerja. Mereka bekerja dengan cara membantu meringankan pekerjaan
orang-orang yang belanja di pasar. Misalnya, anak yatim datang ke pasar
membawa dua panci yang satu kecil dan yang satu besar. Orang-orang yang
belanja di pasar sering kali bisa memakai panci tersebut. Panci yang satu di isi
dengan sayuran atau kacang-kacangan dan panci satunya bisa diisi dengan daging.
Barang belanjaan tersebut di bawa oleh anak yatim tersebut sampai kerumah.
Sesampainya belanjaan tersebut di rumah, lalu kemudian dimasak anak yatim
menunggu sampai masakan itu selesai dan kemudian mereka menyantap makanan
bersama-sama.
Dalam hal penampilan orang-orang Makkah sangat menjaga kebersihan
pakaian mereka. Biasanya, mereka sangat menyukai pakaian yang berwarna putih,
halus dan licin. Mereka juga sangat menyukai memakai wewangian seperti
parfum, memakai celak dan menggosok gigi mereka dengan siwak. Karena
mereka sangat menyukai memakai parfum, perempuan di Makkah rela
mengurangi kebutuhan mereka agar bisa terbeli parfum. Namun walaupun
perempuan di Makkah menyukai memakai pakaian yang rapih dan wangi
perempuan Makkah sangat menjaga kehormatannya. Ketika mereka melakukan
Tawaf yang dilakukan setiap hari Jum‟at mereka selalu memakai pakaian yang
45

paling baik menurut mereka. dan ketika mereka melakukan kebiasaan tersebut
Masjidil Haram menjadi sangat wangi.21

21
Muhammad Mucshon Anasay, terjemahan Rihlah Ibnu Battuta, h. 158
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kesimpulan yang dapat diuraikan dari rumusan masalah mengenai
Biografi Ibnu Battuta adalah, Ibnu Battuta merupakan tokoh petualang
Muslim yang berasal dari kota Tangier, Maroko. Nama lengkapnya adalah
Muhammad bin Abdullah Muhammad bin Ibrahim Al-Lawati Ath-Thanji,
Abu Abdillah, Ibnu Battuta. Ia di lahirkan dalam sebuah keluarga ulama
fiqh Islam di Tangier, pada 17 Rajab tahun 703 H/ 25 Februari tahun 1304
M, ia dilahirkan pada zaman pemerintahan Dinasti Mariniah. Ibnu Battuta
meninggal dunia pada tahun 1368 atau 1369 (700H) di tanah kelahirannya
Maroko. Ibnu Battuta adalah sosok seorang yang sangat pemberani ia
berpetualang menjelajahi dunia hanya dengan berkendaraan seekor unta. Ia
juga adalah seorang yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi hal ini lah
yang membawanya menjadi seorang petualang. Ia menjadi seorang
petualang yang sangat pandai bersosialisasi dengan orang sekitar dan
masyarakat di setiap kota yang ia singgahi. Ketika sepanjang perjalanannya
ia juga tidak pernah menyombongkan dirinya ketika ia pernah dipercaya
menjadi seorang Qadi. Ibnu Battuta juga sangat pekerja keras dan tidak
pernah menyerah untuk bisa sampai pada kota yang ia tuju.
2. Kesimpulan yang dapat diuraikan dari perumusan masalah mengenai
alasan Ibnu Battuta pergi ke Kota Makkah yaitu, ia mempunyai motivasi
yang sangat tinggi untuk menjadi seorang penjelajah dunia yaitu ia ingin
sekali menunaikan Ibadah Haji. Ia ingin pergi dan berangkat menunaikan
Ibadah Haji dengan usahanya yang sangat luar biasa. Dari keinginannya
menunaikan Ibadah Haji maka ia bertekad untuk berpetualang menjelajahi
dunia. Ia mengamati setiap kejadian yang ada di kota persinggahannya lalu
ia tuangkan dalam sebuah karya tulisannya yang berjudul Tuhfah An
Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar”.

46
47

Kota Makkah adalah tujuan utama Ibnu Battuta, karena selain ingin
menunaikan Ibadah Haji kota Makkah juga mempunyai banyak sekali
keistimewaan. Kota Makkah menjadi pusat peradaban umat Muslim. Kota
Makkah mempunyai Ka‟bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan seorang
anaknya yang bernama Ismail untuk dijadikan tempat beribadah. Ka‟bah
adalah tempat yang sangat mustajab untuk berdoa karena itu, para umat
Muslim dari berbagai penjuru dunia berkeinginan datang ke Ka‟bah yang
berada di kota Makkah. Kota Makkah juga adalah kota tempat lahirnya
Rasulullah SAW. Tidak hanya kota Kelahirannya Rasulullah, kota Makkah
juga memiliki banyak tempat yang bersejarah dalam kehidupan Rasulullah
SAW. Beberapa tempat bersejarah tersebut meliputi, Masjidil Haram, Bukit
Shafa dan Marwah, Goa Hira, Masjid Jin dan Masjid Ijabah. Selain
banyaknya tempat bersejarah kehidupan Rasulullah SAW, kota Makkah
mempunyai air Zam-zam yang tidak ada di kota-kota lainnya. Air Zam-zam
ini dipercayai sebagai penawar penyakit. Air Zam-zam tidak pernah surut
meskipun terus-menerus diambil. Air ini keluar dari mata air, dan memancar
ketika Siti Hajar hendak mencarikan minum untuk anaknya Ismail. Ibadah
Haji merupakan kewajiban bagi umat Muslim (jika sudah mampu). Namun
bagi seseorang yang sudah lebih dari satu kali melakukan Ibadah Haji maka
hukumnya adalah sunnah. Karena Ibadah Haji merupakan kewajiban dan
penyempurna dari rukun Islam maka dari itu Ibnu Battuta sangat bertekad
sekali untuk datang ke kota Makkah.
3. Dan kesimpulan yang dapat diuraikan dari rumusan masalah hal-hal
yang dilihat Ibnu Battuta adalah ketika itu Ibnu Battuta memulai
perjalanannya menuju kota Makkah dari tanah kelahirannya Tangier,
Maroko pada tanggal 14 Juni 1325 ( 2 Rajab 725 A.H ). Perjalanan yang di
tempuh Ibnu Battuta untuk sampai pada kota Makkah tidaklah mudah
karena ia harus melewati beberapa kota dahulu untuk sampai kekota
Makkah dan menempuh banyak rintangan. Namun ketika rintangan itu
datang ia tidak pernah menyerah untuk sampai pada tujuan. Hingga pada
pertengahan Oktober tahun 1326 H Ibnu Battuta sampai di kota Makkah.
48

Ibnu Battuta tidak sendirian dalam perjalanan, ia bergabung dengan


rombongan Haji lainnya.
Ketika Ibnu Battuta sampai di kota Makkah, dengan hati yang
sangat bangga ia segera melaksanakan Ibadah Haji dan tidak pernah
berhenti untuk berdoa dan bersyukur atas karunia yang diberikan oleh Allah
kepadanya. Ia melaksanakan rukun-rukun Haji sebagaimana rukun Haji
yang telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW. Di kota Makkah ia
juga tidak pernah mensia-siakan keberadaannya. Ia mendatangi tempat-
tempat beribadah yang ada di Makkah. Ia mengunjungi beberapa tempat
yang bersejarah dalam kehidupan Rasulullah SAW dan tempat-tempat
istimewa lainnya. Ibnu Battuta adalah sosok seorang petualang yang cerdas
karena selain ia singgah di kota Makkah dan melaksanakan Ibadah Haji ia
selalu mengamati keadaan sosial budaya orang-orang Makkah. Misalnya
seperti Tradisi orang Makkah pada bulan Ramadhan, Tradisi orang Makkah
pada bulan baru, Tradisi orang Makkah pada bulan rajab, Tradisi orang
Makkah ketika melakukan shalat jum‟at, dan tradisi orang Makkah pada
bulan Nisfu Sya‟ban. Dan kemudian ia tulis dalam karya tulisanya tersebut.
Sosoknya juga sangat istimewa di mata orang-orang karena itu ia banyak
dihargai dan dikenang setelah ia meninggal.

B. Saran-saran
Dalam tulisan Skripsi ini tentang Perjalanan Ibnu Battuta ke Kopta
Makkah tahun 1326 H, tentumnya mempunyai banyak kekurangan
terutama dalam pembahasan tentang kisah asmara Ibnu Battuta dan isteri-
istri Ibnu Battuta. Saran bagi pembaca dan yang akan ingin meneruskan
pembahasan perjalanan Ibnu Battuta ke Kota Makkah, lebih dirincikan lagi
masalah kisah perjalanan rumah tangga Ibnu Battuta.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer

Anasay, Muchson Muhammad. Rihlah Ibnu Batuthah. Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar, 2012.

Sumber Sekunder

Fayadh,Sulaima. Ibnu Batutah penjelajah Dunia. Solo : CV Pustaka Mantiq,


1933.

Dunn, Ross. Petualangan Ibnu Batutah seorang Musafir Muslim pada abad ke-
14. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1995.

Battuta Ibn. Tuhfah An Nuzhar Fi Gharaibil Amshar wa’Anjaibil Asfar. Lebanon


: Ihya Al-Ulum, 1978 M-1407 H.

Salam Abdul Khair, Khair Zulfikli. Cerita-Cerita Motivasi untuk Ibadah dan
Umroh. PTS Litera Utama, 2007.

Miswari, Zuhairi. Mekah: Kota Suci, Kekuasaan dan Teladan Ibrahim. Jakarta :
PT Kompas Media Nusatara, 2009.

Smith, Huston. Ensiklopedia Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009.

Zakaria, Hadi Abdul. Sejarah Lengkap Kota Mekah dan Madinah. Yogyakarta :
Diva Press, 2014.

Nasution, Muslim. Tapak Sejarah Seputar Mekah-Madinah.Gema Insani, 1999.

Fauzi, Helmi. Musafir-17 Ibnu Batutah Petualang Terbesar Dunia. My Trans,


2013.

Publishing Ec. Ibnu Batutah Penjelajah Benua Terbesar Sebelum Colombus.


Trans7, 2013.

Harrison, Sarah. Atlas Eksplorasi. Erlangga For Kids, 2007.

Al-Qur‟an.

Al-Karbuthli, Husni Ali. Sejarah Ka’bah. Jakarta Selatan : Torus Pustaka, 2015.

49
50

Umam, Hafizul. Maroko, Negeri Eksotis di Ujung Barat Dunia Islam. Jakarta :
Jentera Pustaka, 2014.

Chalil, Moenawar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 1. Depok : Gema


Insani, 2013.

Halim, Abdul. Esiklopedi Haji dan Umroh. Jakarta : PT Raja Grafindo, 2002.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online

Picture Sunriser Tim. 100 Keajaiban Dunia. Ciganjur : Cikal Aksara, 2011.

Minardo, Djajeng, Gayatri. Unik dan Keistimewaan Mekah dan Madinah. Jakarta
Selatan : Rexa Pustaka, 2013.

Al-Mubarokfury , Rahman, Shafiur SyaikhSirah Nabawiyah. Jakarta : Rabbani


Press, 1998.

Pandoe, Dusky, Martias. Jernih Melihat Cermat Mencatat : Antologi Karya


Jurnalistik Wartawan Senior Kompas. Jakarta: Buku Kompas, 2010.

KHAZANAH, Kota Tripoli Libya, Titik Temu Islam dan Romawi ( Seni, 3
September 2012 pukul : 23.00 WIB ), http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/12/09/03/m9reuy-kota-tripoli-libya-titik-temu-islam-dan-romawi-
i

Rodenbeck Mzx. Kairo Kota Kemenangan. Tangerang : Pustaka Alvabet, 2013.

Mansur, Nunawwar Fadlil. Makalah Tentang Dinasti Mamluk dan Perang Salib :
Perspektif Historis. Yogjakarta : Universitas Gajah Mada, 2008.

Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : CP Pustaka Setia, 2016.

Azzam Bookstore.com, Damaskus Kota Bersejarah di Negeri Syam ( di akses 12


Oktober 2015 dari web
https://artaazzamwordpresscom.wordpress.com/2015/10/12/damaskus-kota-
bersejarah-di-negeri-syam )

Anda mungkin juga menyukai