Anda di halaman 1dari 75

GAMBARAN SKOR MMSE DAN MOCA-INA PADA PASIEN CEDERA

KEPALA RINGAN DAN SEDANG YANG DIRAWAT DI RSUP PROF.

DR. R. D. KANDOU MANADO

SKRIPSI

Oleh:

NurindahAthika

120111154

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. dr. JunitaMaja P.S, Sp. S (K)

dr. Arthur H.P. Mawuntu, Sp.S

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016
GAMBARAN SKOR MMSE DAN MOCA-INA PADA PASIEN CEDERA

KEPALA RINGAN DAN SEDANG YANG DIRAWAT DI RSUP PROF.

DR. R. D. KANDOU MANADO

Skripsi Sarjana Kedokteran

Oleh :

Nurindah Athika

120111154

DOSEN PEMBIMBING:

Dr. dr. Junita Maja P.S, Sp. S (K)

dr. Arthur H.P. Mawuntu, Sp.S

Skripsi ini dibuat untuk

Memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Pada

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016
ABSTRAK

GAMBARAN SKOR MMSE DAN MOCA-INA PADA PASIEN CEDERA


KEPALA RINGAN DAN SEDANG YANG DIRAWAT DI RSUP PROF.
DR. R. D. KANDOU MANADO

Nurindah Athika1, Junita Maja P.S2, Arthur H.P. Mawuntu2.


Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Bagian Neurologi RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado
Email: Athikanurindah@yahoo.com

Latar Belakang : Cedera kepala merupakan suatu kegawatan yang paling sering
dijumpai di unit gawat darurat suatu rumah sakit. Cedera kepala dapat berakibat
gangguan pada fungsi normal otak karena trauma tumpul maupun tajam. Salah
satu komplikasi dan akibat dari cedera kepala ialah beberapa pasien mungkin
mengalami gangguan fungsi kognitif.
Tujuan : Untuk mengetahui gambaran skor MMSE dan MoCA-Ina pada pasien
cedera kepalaringandansedang yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.
Metode : Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif prospektif dengan
melakukan pemeriksaan langsung pada pasien yang didiagnosis mengalami cedera
kepala ringan atau sedang menggunakan instrumen MMSE dan MoCA-Ina.
Hasil: Didapat subjek sebanyak 50 orang dengan persentase cedera kepala ringan
sebanyak 74% dan cedera kepala sedang 26%. Pada MMSE didapat 96% normal
sedangkan pada MoCA-Ina didapat 76% normal. Penurunan fungsi kognitif lebih
terlihat pada pemeriksaan MoCA-Ina dan komponen yang paling banyak
mengalami penurunan adalah atensi.
Kesimpulan: Skor MMSE didapat sebagian besar normal sedangkan skor MoCA-
Ina didapat peningkatan kasus cedera kepala yang mengalami penurunan skor.
Pada MMSE didapat 48 subjek normal dan 2 subjek probable gangguan kognitif.
Sedangkan pada MoCA-ina didapat 38 subjek normal, 9 subjek gangguan ringan,
dan 3 subjek dengan gangguan sedang.

Kata Kunci: Cedera Kepala, Fungsi Kognitif.

1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Neurologi RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado
ABSTRACT

THE DESCRIPTION OF MMSE AND INA MOCA SCORE IN PATIENTS


WITH MILD AND MODERATE HEAD INJURY THAT BEING
TREATED IN RSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

Nurindah Athika1, Juanita Maja P.S2, Arthur H.P. Mawuntu2


Medical Faculty of Sam Ratulangi University Manado
Neurology RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado
Email: Athikanurindah@yahoo.com

Background: Head injury is an urgency that is most frequently encountered in the


emergency department of a hospital. Head injury may result in disruption to the
normal function of the brain due to blunt or sharp trauma. One of the
complications and consequences of head injury is that some patiens may
experience cognitive impairment.
Objective: To know the description of cognitive function score in patient with
mild and moderate head injury that being treated in RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado.
Methods:The design of this research is prospective descriptive study by
conducting direct examination to the patients who have been diagnosed with mild
or moderate head injury by using MMSE and Ina MoCA instrument.
Result:There are 50 subjects with percentage of mild head injury is 74% and
moderate head injury percentage is 26%. On MMSE obtained 96% normal while
on Ina MoCA obtained 76% normal. The decrease of cognitive function more
visible on Ina MoCA examination and the components of Ina Moca that decreased
the most is attention.
Conclusion:Most of MMSE score is normal while Ina MoCA score obtained
increase head injury that experience decrease score. On MMSE obtained 48
normal subjects and 2 probable cognitive impairment. While on Ina MoCA
obtained 38 normal subjects, 9 mild cognitive impairment subjects, and 3
moderate cognitive impairment subjects.

Keywords: Head Injury, Cognitive Function.

1
Student of Medical Faculty Sam Ratulangi Manado
2
Neurology Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
GAMBARAN SKOR MMSE DAN MOCA-INA PADA PASIEN CEDERA

KEPALA RINGAN DAN SEDANG YANG DIRAWAT DI RSUP PROF.

DR. R. D. KANDOU MANADO

Oleh : Nurindah Athika

120111154

Telah diajukan pada ujian Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Pada 5 Februari 2016, serta telah disetujui oleh :

Dr. dr. Junita Maja P.S, Sp. S (K) Dosen Pembimbing I

dr. Arthur H.P. Mawuntu, Sp.S Dosen Pembimbing II

Dr. Mieke A.H.N. Kembuan, Sp.S (K) Kepala Bagian Neurologi

Prof. Dr. dr. Adrian Umboh, Sp.A(K) Dekan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber bacaan baik
yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Nurindah Athika

NRI : 120111154

Tanda Tangan :

Tanggal : 5 Februari 2016


LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Sebagai civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi


Manado, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nurindah Athika

NRI : 120111154

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, setuju untuk memberikan kepada


Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Nonexclusive Royalty Free Right) atas skripsi saya yang berjudul :

GAMBARAN SKOR MMSE DAN MOCA-INA PADA PASIEN


CEDERA KEPALA RINGAN DAN SEDANG YANG DIRAWAT DI RSUP
PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Royalti Noneksklusif ini
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi berhak menyimpan, mengalih
media/format, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.


Dibuat di : Manado
Pada tanggal : 5 Februari 2016
Yang menyatakan,

Nurindah Athika
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena tuntunan, kasih, dan anugerah-Nya

yang tak berkesudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

Sarjana yang berjudul “Gambaran Skor MMSE dan MoCA-Ina Pada Pasien

Cedera Kepala Ringan Dan Sedang Yang Dirawat Di RSUP Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado”. Adapun maksud dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas

Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Pada kesempatan ini dengan penuh ketulusan hati, penulis hendak

mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Adrian Umboh,

Sp.A(K)selakuDekanFakultasKedokteranUniversitas Sam Ratulangi

Manado yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Manado.

2. Dr. dr. JunitaMaja P.S, Sp. S (K) selakuDosenPembimbing I dandr.

Arthur H.P. Mawuntu, Sp.SselakuDosenPembimbing II yang

telahmeluangkanwaktuuntukmemberikanbimbingan, arahan, bantuan,

dannasehatdalampenyusunanskripsiini.

3. Dr. Mieke A.H.N. Kembuan, Sp.S (K)selakupengujiI dan dr. Melke J.

Tumboimbela, Sp.Sselaku penguji II yang telahmemberikan saran

dankritikan yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.


4. dr. Arthur Elia Mongan, MSc, SpPK (K) selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing penulis selama kuliah di Fakultas

Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

5. PanitiaujianSkripsi di BagianNeurologiRSUP Prof. dr. R. D. Kandou

Manado.

6. Seluruh residen Neurologi dan staf IGD RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

terutama dr. Yoce Kurniawan dan Suster Lydia yang

telahmembantupenulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Para dosen dan staf Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi yang

telah memberikan banyak pelajaran, pendidikan serta bantuan dalam

urusan akademik selama perkuliahan.

8. Papa, Mama, Adiksertaseluruhkeluarga yang

denganpenuhkasihsayangsertaperhatiandalammemberikandukungan,doada

nsemangatkepadapenulisselamamenempuhpendidikan di

FakultasKedokteranUniversitas Sam Ratulangi.

9. Sahabat-sahabatterbaiksayaFriska (Alm), Ayumeiva, dan Iyha yang

selalu berada disamping penulis dalam suka maupun duka.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan Alin, Andre, Ameliya, Angelia, Dea,

Edys, Eva, Fatma, Ibet, Lisa, Patty, dan Raniyang sama-

samaberjuangdalamstudisertasenantiasamemberikansemangat, doa,

dandukungankepada penulis.

11. Teman-temanseperjuangan yang bersama-samamelakukanpenelitian di

BagianNeurologi
12. Teman-temansejawat MEDIORA 2012untukbantuan, semangat,

dankebersamaanyaselamaini.

13. Kepadasemuapihak yang

secaralangsungmaupuntidaklangsungtelahmembantudalampenyelesaianskr

ipsiini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari

kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk

penyempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi setiap

pembaca.

Manado, 5 Februari 2016


Penulis

Nurindah Athika
120 111 154
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ........................................................................................................... ii

KATA PENGATAR ............................................................................................. iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................3
1.3. Tujuan .........................................................................................................3
1.4. Manfaat .......................................................................................................3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................5

2.1. Cedera Kepala .............................................................................................5


2.1.1. Definisi .............................................................................................5
2.1.2. Epidemiologi ....................................................................................5
2.1.3. Klasifikasi ........................................................................................6
2.1.4. Patofisiologi .....................................................................................8
2.1.5. Penatalaksanaan ...............................................................................9
2.2. Fungsi Kognitif .........................................................................................12
2.2.1. Aspek-aspek Kognitif.....................................................................12
2.3. MMSE .......................................................................................................15
2.4. MoCa-Ina ..................................................................................................16
2.4.1. Instrumen MoCa-Ina ......................................................................17
2.5. GCS ...........................................................................................................25
2.6. TOAG .......................................................................................................27
BAB 3. METODE PENELITIAN .......................................................................29

3.1. Desaian Penelitian .....................................................................................29


3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................29
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................29
3.4. Kriteria dan Instrumen Penelitian .............................................................30
3.5. Variabel Penelitian ....................................................................................30
3.6. Definisi Operasional .................................................................................31
3.7. Cara Kerja .................................................................................................32
3.8. Prosedur Penelitian ...................................................................................32
3.9. Kerangka Konsep ......................................................................................33

BAB 4. HASIL PENELITIAN ............................................................................34

BAB 5. PEMBAHASAN ......................................................................................43

BAB 6. PENUTUP................................................................................................47

6.1. Kesimpulan ...............................................................................................47


6.2. Saran .........................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................49

LAMPIRAN ..........................................................................................................53
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Distribusi Karakteristik Umum Subjek Penelittian ..................................35

Tabel 2 Distribusi Skor MMSE Berdasarkan Variabel Yang Diteliti ...................37

Tabel 3 Distribusi Skor MoCA-Ina Berdasarkan Variabel Yang

Diteliti ......................................................................................................38

Tabel 4 Distribusi Penurunan Komponen MMSE Menurut Variabel Yang

Diteliti ......................................................................................................39

Tabel 5 Distribusi Gangguan Fungsi Kognitif Menurut Variabel Yang

Diteliti ......................................................................................................40

Tabel 6.4 GCS Dewasa .........................................................................................26


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ..........................................................................53

Lampiran 2 Surat Permohonan EC.......................................................................54

Lampiran 3 TOAG ...............................................................................................56

Lampiran 4 MMSE...............................................................................................57

Lampiran 5 MoCA-Ina .........................................................................................59

Lampiran 6 Data Pasien .......................................................................................60


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Cedera kepala merupakan suatu kegawatan yang paling sering dijumpai

di unit gawat darurat suatu rumah sakit. Cedera kepala dapat berakibat

gangguan pada fungsi normal otak karena trauma tumpul maupun tajam, tapi

tidak semua orang yang mengalami cedera kepala dapat mengalami

behavioral effects ataudisability lainyang berhubungan dengan cedera kepala.


1,2

Setiap tahun di Amerika Serikat, paling sedikit 1.7 juta orang mencari

pertolongan medis karena cedera kepala. Selain itu, cedera kepala merupakan

salah satu dari tiga faktor penyebab kematian akibat cedera di America

Serikat.3Di negara berkembang seperti Indonesia, perkembangan ekonomi

dan industri memberikan dampak frekuensi cedera kepala cenderung semakin

meningkat. Data epidemiologi di Indonesia belum ada, tetapi data dari salah

satu rumah sakit di Jakarta, RS Cipto Mangunkusumo, untuk penderita rawat

inap, terdapat 60%-70% dengan CKR, 15%-20% CKS, dan sekitar 10%

dengan CKB. Data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia

(PERDOSSI) tahun 2007 bahwa angka kematian tertinggi sekitar 35%-50%

akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan untuk CKR tidak ada yang

meninggal.4,5
Salah satu komplikasi dan akibat dari cedera kepala ialah beberapa

pasien mungkin mengalami gangguan fungsi kognitif.6 Defisit kognitif yang

sering muncul setelah cedera kepala adalah gangguan memori, konsentrasi

dan pemusatan perhatian, kecepatan memproses informasi dan fungsi

eksekutif. Kognitif yaitu suatu proses dimana semua masukan sensoris (taktil,

visual, auditorik) akan diubah, diolah disimpan dan selanjutnya digunakan

untuk hubungan interneuron secara sempurna sehingga individu mampu

melakukan penalaran terhadap masukan sensoris tersebut. Fungsi kognitif

mencakup 5 domain, yaitu: atensi (pemusatan perhatian), language (bahasa),

memory (daya ingat), visuospatial (pengenalan ruang), dan executive function

(fungsi eksekutif; perencanaan, pengorganisasian danpelaksanaan).7

Untuk memeriksa gangguan fungsi kognitif ada beberapa cara,

diantaranya Mini Mental State Examination (MMSE) dan Montreal Cognitive

Assessment versi Indonesi (MoCA-Ina).8,9MMSE dan MoCA-Ina sama-sama

disajikan dalam satu halaman dan diberikan dalam waktu 10-15 menit.

MMSE dan MoCA-Ina juga memiliki skor maximum yang sama yaitu 30

poin.10

Pada saat ini penelitian untuk melihat skor MMSE dan MoCA-Ina pada

pasien cedera kepala di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado masih sangat

kurang dan ditambah dengan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik

untuk melakukan penelitian melihat gambaran skor MMSE dan MoCA-Ina

pada pasien cedera kepala di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.


1.2. RUMUSAN MASALAH

Bagaimanakah gambaran skor MMSE dan MoCA-Ina pada pasien cedera

kepalaringandansedang yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran skor MMSE dan MoCA-Ina pada

pasien cedera kepalaringandansedang yang dirawat di RSUP Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado.

1.3.2. Tujuan khusus

Untuk mengetahui gambaran skor MMSE dan MoCA-Ina pada

pasien cedera kepalaringandansedang yang dirawat di RSUP Prof.

Dr. R. D. Kandou Manado berdasarkan cederakepalaringan,

sedang, umur, dan jenis kelamin.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1. Penelitian

Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi tentang

gangguan fungsi kognitif yang diukur dengan MMSE dan MoCA-Ina

pada pasien cedera kepalaringandansedang yang dirawat di RSUP Prof.

DR. R. D. Kandou Manado.

2. Pendidikan
Diharapkan dapat menambah wawasan tentang gangguan kognitif pada

cedera kepalaringandansedang dan dapat digunakan sebagai bahan untuk

penelian selanjutnya.

3. Pelayanan

Diharapkan dengan hasil penelitian yang telah diperoleh dapat digunakan

oleh pihak terkait menyangkut masalah gangguan fungsi kognitif pada

pasien cedera kepalaringandansedang.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. CEDERA KEPALA

2.1.1 DEFINISI

Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang

terjadi baik secaralangsung atau tidak langsung yang kemudian

dapat berakibat kepada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik,

kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanent. Menurut

Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu

kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun

degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari

luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana

menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.1

2.1.2. EPIDEMIOLOGI

Statistik negara-negara yang sudah maju menunjukkan bahwa

cedera kepala mencakup 26% dari jumlah segala macam

kecelakaan, yang mengakibatkan seorang tidak bisa bekerja lebih

dari satu hari sampai selama jangka panjang. Kurang lebih 33%

kecelakaan yang berakhir pada kematian menyangkut cedera

kepala. Di luar medan peperangan lebih dari 50% dari cedera

kepala terjadi karena kecelakaan lalu lintas, selebihnya

dikarenakan pukulan atau jatuh. Orang-orang yang mati karena


kecelakaan, 40% sampai 50% meninggal sebelum mereka tiba di

rumah sakit. Dari mereka yang dimasukkan rumah sakit dalam

keadaan masih hidup 40% meninggal dalam satu hari dan 35%

meninggal dalam satu minggu perawatan. Jika kita meniliti sebab

dari kematian dan cacat yang menetap akibat cedera kepala, maka

50% ternyata disebabkan oleh trauma secara langsung dan 50%

ternyata disebabkan oleh gangguan peredaran darah sebagai

komplikasi yang terkait secara tidak langsung pada trauma.9

Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tahunnya

diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10%

meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Yang sampai di rumah

sakit, 80% dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan (CKR),

10% termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10% sisanya

adalah cedera kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama

terjadi pada kelompok usia produktif antara 15-44 tahun.

Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab 48-53% dari insiden

cedera kepala, 20-28% lainnya karena jatuh dan 3-9% lainnya

disebabkan tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan rekreasi.

Menurut data dari RS Cipto Mangunkusumo, untuk penderita rawat

inap, terdapat 60-70% dengan CKR, 15-20% CKS, dan sekitar 10%

dengan CKB. Angka kematian tertinggi yaitu dengan CKB sekitar

30-50%.1

2.1.3. KLASIFIKASI
Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan

mekanisme, keparahan, dan morfologi cedera.

1. Mekanisme

 Trauma tumpul: Cedera tumpul biasanya berkaitan

dengan kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau

pukulan benda tumpul.

 Trauma tembus: Luka tembak ataupun tusukan (luka

tembus peluru dan cedera tembus lainnya)

2. Keparahan cedera

 Ringan : Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma

Scale, GCS) 14-15

 Sedang : GCS 9-13

 Berat : GCS 3-8

3. Morfologi

 Fraktur tengkorak :

Kranium: linear/stelatum; depresi/non depresi;

terbuka/tertutup

Basis: dengan/tanpa kebocoran cairan serebrospinal,

dengan/tanpa kelumpuhan nervus VII

 Lesi intrakranial :

Fokal: epidural, subdural, intraserebral

Difus: konkusi ringan, konkusi klasik, cedera aksonal

difus.10,11
2.1.4. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi kerusakan otak akibat trauma kapitis dapat

dikelompokkan atas dua stadium yaitu cedera primer dan sekunder

 Cedera kepala primer (Primary Brain Injury)

Cedera kepala primer merupakan hasil dari kerusakan

mekanikal langsung yang terjadi pada saat kejadian trauma.

Cedera primer dihasilkan oleh tekanan akselerasi dan deselerasi

yang merusak kandungan intrakranial oleh karena pergerakan

yang tidak seimbang dari tengkorak dan otak. Patofisiologi

cedera kepala primer dapat dibedakan menjadi lesi fokal dan lesi

difus. Cedera kepala yang menimbulkan kontusio serebral dan

hematoma. Cedera fokal mempengaruhi morbiditas dan

mortalitas berdasarkan lokasi, ukuran, dan progresifitasnya.

Cedera aksonal difus (diffuse axonal injury) disebabkan oleh

tekanan inersial yang sering berasal dari kecelakaan sepeda

motor, pada praktisnya. Diffuse axonal injury dan focal brain

lesions sering terjadi bersamaan.

Yang termasuk tipe dari cedera kepala primer ini diantaranya

fraktur tengkorak, eoidural hematoma, subdural hematoma,

intraserebral hematoma dan diffuse axonal injury.

 Cedera kepala sekunder (Secondary Brain Injury)

Cedera kepala sekunder terjadi setelah trauma awal dan

ditandai dengan kerusakan neuron-neuron akibat respon

fisiologis sistemik terhadap cedera awal.


Faktor sekunder akan memperberat cedera kepala

dikarenakan hasil shearing pada laserasi otak, robekan

pembuluh darah, spasme vaskuler, oedem serebral, hipertensi

intrakranial, pengurangan cerebral blood flow (CBF), iskemik,

hipoksia dan lainnya yang dapat menimbulkan kerusakan dan

kematian neuron.

Sejumlah substans biokemikal telah terbukti memiliki

peranan dalam perkembagan cedera neural setelah cedera

kranioserebral. Substan ini meliputi asam amino eksitatori

glutamat dan aspartat, sitokin dan radikal bekas.12

2.1.5. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan penderita cedera kepala dilakukan secara

terpadu sesuia ATLS (Advanced Trauma Life Support). Dimulai

dengan primary survey. Dalam penatalaksanaan survei primer hal-

hal yang diprioritaskan adalah : A (airway), B (breathing), C

(circulation), D (disability), E (exposure). Kemudian dilanjutkan

dengan resusitasi. Cairan resusitasi yang dipakai yaitu Ringer

laktat atau NaCL 0.9%. dan selanjutnya dilakukan secondary

survey. Secondary surveydapat dilakukan apabila keadaan

penderita sudah stabil yang berupa pemeriksaan keseluruhan fisik

penderita. Berikut merupakan penjelasan mengenai primary

survey.
1. Menilai jalan napas: bersihkan jalan napas dari debris dan

muntahan.

2. Menilai pernapasan: tentukan apakah pasien bernapas spontan

atau tidak. Jika tidak, beri oksigen melalui masker oksigen.

3. Obati kejang: kejang konvulsif dapat terjadi setelah cedera

kepala dan haruss diobati. Mula-mula berikan diazepam 10 mg

intravena perlahan-lahan dan dapat diulangi sampai 3 kali bila

masih kejang. Bila tidak berhasil dapat diberikan fenitoin 15

mg/kgBB diberikan intravena perlahan-lahan dengan kecepatan

tidak melebihi 50 mg/menit.

4. Menilai tingkat keparahan

a. Cedera kepala ringan (kelompok risiko rendah)

I. Skor skala coma glasgow 15 (sadar penuh,

atentif, dan orientatif)

II. Tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya

konkusi)

III. Tidak ada intoksikasi alkoloh atau obat

terlarang

IV. Oasien tidak mengeluh nyeri kepala dan pusing

V. Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau

hematoma kulit kepala

VI. Tidak adanya kriteria cedera sedang-berat

b. Cedera kepala sedang (kelompok risiko sedang)


I. Skor skala koma glasgow 9-14 (konfusi, letargi,

atau stupor)

II. Amnesia pasca-trauma

III. Muntah

IV. Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda

Battle, Mata rabun, hemotimpanum, otorea atau

rinorea cairan serebrospinal)

V. Kejang

c. Cedera kepala berat (kelompok risiko berat)

I. Skor skala koma glasgow 3-8 (koma)

II. Penurunan derajat kesadaran secara progresif

III. Tanda neurologis fokal

IV. Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur

depresi kranium

Penatalaksanaan untuk cedera kepala ringan (CKR) memiliki

kriteria khusus. Pasien dengan CKR ini umumnya dapat

dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan pemeriksaan CT

Scan bila memenuhi kriteria berikut.

1. Hasil pemeriksaan neurologis (terutama status mini mental

dan gaya berjalan) dalam batas normal

2. Foto servikal jelas normal

3. Adanya orang yang bertanggung jawab untuk mengamati

pasien selama 24 jam pertama, dengan instruksi untuk


segera kembali ke bagian gawat darurat jika timbul gejala

perburukan.

Apabila memenuhi kriteria berikut, penderita CKR harus

mendapatkan perawatan di rumah sakit.

1. Adanya darah intrakranial atau fraktur yang tampak pada

CT Scan

2. Konfusi, agitasi, atau kesadaran menurun

3. Adanya tanda atau gejala neurologis fokal

4. Intoksikasi obat atau alkohol

5. Adanya penyakit medis komorbid yang nyata

6. Tidak adanya orang yang dapat dipercaya untuk

mengamati pasien di rumah.13

2.2. FUNGSI KOGNITIF

Kognitif yaitu suatu proses dimana semua masukan sensoris (taktil,

visual, auditorik) akan diubah, diolah disimpan dan selanjutnya digunakan

untuk hubungan interneuron secara sempurna sehingga individu mampu

melakukan penalaran terhadap masukan sensoris tersebut.14Kemampuan

berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses belajar, mengingat

menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan merupakan fungsi kognitif.15

2.2.1. ASPEK-ASPEK KOGNITIF

Fungsi kognitif seseorang meliputi berbagai fungsi berikut, antara lain :

1. Orientasi
Orientasi dinilai dengan pengacuan pada personal, tempat dan waktu.

Orientasi terhadap personal (kemampuan menyebutkan namanya sendiri

ketika ditanya) menunjukkan informasi yang ”overlearned”. Kegagalan

dalam menyebutkan namanya sendiri sering merefleksikan negatifism,

distraksi, gangguan pendengaran atau gangguan penerimaan bahasa.

Orientasi tempat dinilai dengan menanyakan negara, provinsi, kota,

gedung dan lokasi dalam gedung. Sedangkan orientasi waktu dinilai

dengan menanyakan tahun, musim, bulan, hari dan tanggal. Karena

perubahan waktu lebih sering daripada tempat, maka waktu dijadikan

indeks yang paling sensitif untuk disorientasi.

2. Bahasa

Fungsi bahasa merupakan kemampuan yang meliputi empat parameter,

yaitu kelancaran, pemahaman, pengulangan dan naming.

1. Kelancaran

Kelancaran merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan kalimat

dengan panjang, ritme dan melodi yang normal. Suatu metode yang

dapat membantu menilai kelancaran pasien adalah dengan meminta

pasien menulis atau berbicara secara spontan.

2. Pemahaman

Pemahaman merujuk pada kemampuan untuk memahami suatu

perkataan atau perintah, dibuktikan dengan mampunya seseorang

untuk melakukan perintah tersebut.

3. Pengulangan
Kemampuan seseorang untuk mengulangi suatu pernyataan atau

kalimat yang diucapkan seseorang.

4. Naming

Naming merujuk pada kemampuan seseorang untuk menamai suatu

objek beserta bagian-bagiannya.

3. Atensi

Atensi merujuk pada kemampuan seseorang untuk merespon stimulus

spesifik dengan mengabaikan stimulus yang lain di luar lingkungannya.

1. Mengingat segera

Aspek ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengingat

sejumlah kecil informasi selama <30 detik dan mampu untuk

mengeluarkannya kembali

2. Konsentrasi

Aspek ini merujuk pada sejauh mana kemampuan seseorang untuk

memusatkan perhatiannnya pada satu hal. Fungsi ini dapat dinilai

dengan meminta orang tersebut untuk mengurangkan tujuh secara

berturut-turut dimulai dari angka 100 atau dengan memintanya

mengeja kata secara terbalik.

4. Memori

1. Memori verbal, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali

informasi yang diperolehnya.

a. Memori baru
Kemampuan seseorang untuk mengingat kembali informasi yang

diperolehnya pada beberapa menit atau hari yang lalu.

b. Memori lama

Kemampuan untuk mengingat informasi yang diperolehnya pada

beberapa minggu atau bertahun-tahun lalu.

2. Memori visual, yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali

informasi berupa gambar.

5. Fungsi konstruksi, mengacu pada kemampuan seseorang untuk

membangun dengan sempurna. Fungsi ini dapat dinilai dengan meminta

orang tersebut untuk menyalin gambar, memanipulasi balok atau

membangun kembali suatu bangunan balok yang telah dirusak

sebelumnya.

6. Kalkulasi, yaitu kemampuan seseorang untuk menghitung angka.

7. Penalaran, yaitu kemampuan seseorang untuk membedakan baik

buruknya suatu hal, serta berpikir abstrak.16

2.3. Mini Mental State Examination (MMSE)

Tes Mini Mental State Examination (MMSE) merupakan salah satu

pemeriksaan status kognitif singkat yang telah terstandarisasi dan baku yang

bertujuan untuk mengukur fungsi kognitif secara kompleks.14Mini-mental

state exam merupakan skala yang terstruktur penuh yang terdiri dari 30 poin
dikelompokkan ke dalam tujuh kategori: orientasi tempat (provinsi, negara,

kota, rumah sakit, dan lantai/ kamar), orientasi waktu (tahun, musim, bulan,

hari, tanggal), registrasi (dengan segera mengulan tiga kata), perhatian dan

konsentrasi (secara berturut mengurangi tujuh, dimulai dengan 100, atau

alternatifnya mengeja kata WAHYU secara terbalik), memanggil

(memanggil tiga kata yang sebelumnya di ulangi), bahasa (memberi nama

dua benda, mengulangi frase, membaca dengan nyaring, dan memahami

kalimat, menulis kalimat, dan mengikuti tiga tahap perintah), dan konstruksi

visual (meniru suatu desain). Mini-mental state exam di beri skor

berdasarkan angka yang dijawab secara lengkap dan benar; angka yang

lebih rendah mengindikasikan kemampuan yang buruk dan hendaya kognitif

yang lebih besar. Skor total berkisar dari 0 hingga 30 (kemampuan

sempurna).17

2.4. Montreal Cognitive Assesment Versi Indonesia (MoCA- Ina)

Untuk memeriksa gangguan kognitif salah satunya adalah dengan

menggunakan Montreal Cognitif Assesment (MoCA) yang digunakan untuk

mengetahui adanya Mild Cognitive Impairment. MoCA diciptakan pada

tahun 1996 (Hak Cipta: Dr Z. Nasreddine) di Montreal Kanada. MoCA

disajikan satu halaman yang terdiri dari 30 titik uji yang diberikan dalam

waktu 10 menit. Tes ini tersedia dalam 35 bahasa. MoCA digunakan untuk

memeriksa perhatian dan konsentrasi, fungsi eksekutif, memori, bahasa,


keterampilan visuokonstruksional, berpikir konseptual, perhitungan, dan

orientasi.

MoCa terdiri dari 30 poin yang akan di ujikan dengan menilai beberapa

domain kognitif, yaitu :

a. Fungsi eksekutif : dinilai dengan trail-ma-king B (1 poin), phonemic

fluency tast (1 poin), dan two item verbal abtraction (1 poin).

b. Visuospasial : dinilai dengan clock drawing tast (3 poin) dan

menggambarkan kubus 3 dimensi (1 poin)

c. Bahasa: menyebutkan 3 nama binatang (singa, unta, badak ; 3 poin),

mengulang 2 kalimat (2 poin), kelancaran berbahasa (1 poin)

d. Delayed recall: menyebutkan 5 kata (5 poin), menyebutkan kembali

setelah 5 menit (5 poin)

e. Atensi: menilai kewaspadaan (1 poin), mengurangi berurutan (3 poin),

digit fordward and backward (masing-masing 1 poin)

f. Abstaksi: menilai kesamaan suatu benda (2 poin)

g. Orientasi: menilai menyebutkan tanggal, bulan, tahun, hari, tempat dan

kota (ma-sing-masing 1 poin).7-18

2.4.1. Instrument Montreal Cognitif Assessment versi Indonesia

a. Menelusuri Jejak Secara Bergantian (Alternating Trail Making)

Instruksi : “Buatlah garis yang menghubungkan sebuah angka dan sebuah

huruf dengan urutan meningkat. Mulailah di sini (tunjuk angka[1]dan

tariklah sebuah garis dari angka 1 ke huruf A, kemudian menuju angka 2

dan selanjutnya. Akhiri di sini (tunjuk huruf [E]) Penilaian : Berikan nilai
1 bila subyek menggambar dengan sempurna mengikuti pola berikut ini :

1-A-2-B-3-C-4-D-5-E, tanpa ada garis yang salah. Setiap kesalahan yang

tidak segera diperbaiki sendiri oleh subyek diberi nilai 0.

b. Kemampuan visuokonstruksional (kubus)

Instruksi : “Contohlah gambar berikut setepat mungkin pada tempat yang

disediakan dibawah ini”

Penilaian : Berikan nilai 1 untuk gambar yang benar :

a) Gambar harus tiga dimensi

b) Semua garis tergambar

c) Tidak terdapat garis tambahan

d) Garis-garis tersebut relative sejajar dan panjangnya sesuai (bentuk

prisma segi empat dapat diterima)

Nilai tidak diberikan untuk masing-masieng elemen jika kriteria di atas

tidak dipenuhi

c. Kemampuan visuokonstruksional (jam din-ding)

Instruksi : “Gambarlah sebuah jam dinding, leng-kapi dengan angka-

angkanya dan buat wak-tunya menjadi pukul 11 lewat 10 menit”

Penilaian : Berikan nilai 1 untuk masing-masing dari kriteria berikut :

a) Bentuk (nilai 1): bentuk jam harus be-rupa lingkaran dengan hanya

sedikit distorsi (mis: ketidak sempurnaan dalam menutup lingkaran)

b) Angka (nilai1): semua angka yang terlihat dalam jam harus lengkap

tanpa tambahan angka; angka harus diletak-kan dalam urutan yang

tepat dan dalam kuadran yang sesuai dengan bentuk jam; angka-angka

Romawi dapat diteri-ma; angka dapat diletakkan di luar lingkaran


c) Jarum jam (nilai 1) : harus terdapat dua jarum jam yang secara

bersamaan me-nunjukkan waktu yang dimaksud. Jarum yang

menunjukkan jam harus secara jelas lebih pendek dari jarum jam yang

menunjukkan menit; jarum jam harus berpusat di dalam lingkaran

dengan pertemuan kedua jarum berada dekat dengan pusat lingkaran

Nilai tidak diberikan untuk masing-masing elemen jika kriteria diatas

tidak dipenuhi.

d. Penanaman

Instruksi : “Katakan kepada saya nama dari binatang ini (dimulai dari

kiri)”

Penilaian : Masing-masing 1 nilai diberikan untuk jawaban berikut (1)

gajah, (2) badak, (3) unta

e. Daya Ingat

Instruksi : “Ini adalah pemeriksaan daya ingat. Saya akan membacakan

sederet kata yang harus anda ingat sekarang dan nanti. Dengar-kan baik-

baik, setelah saya selesai katakan kepada saya sebanyak mungkin kata

yang anda dapat ingat, tidak masalah disebutkan tidak berurutan”

(kemudian permeriksa membacakan 5 kata dengan kecepatan satu kata

setiap detik). Tandai dengan tanda centang (√) di tempat yang

disediakan, untuk tiap kata yang dapat diingat secara benar oleh subyek

pada pemeriksaan pertama. Ketika subyek menunjuk-kan bahwa ia telah

selesai (telah mengingat semua kata) atau sudah tidak dapat lagi

mengingat kata lainnya, bacakan sederet kata untuk kedua kalinya

disertai instruksi berikut : “Saya akan membacakan sederet kata yang


sama untuk kedua kalinnya. Cobalah untuk mengingat dan katakana

kepada saya sebanyak mungkin kata yang dapat anda ingat, termasuk

kata-kata yang sudah anda sebutkan di kesempatan pertama”. Di akhir

permeriksaan kedua, jelaskan kepada subyek bahwa dia akan diminta lagi

untuk mengingat kembali kata-kata tersebut dengan mengatakan “Saya

akan meminta ada untuk mengingat kembali kata-kata tersebut pada akhir

pemeriksaan”.

Penilaian : Tidak ada nilai yang diberikan untuk pemeriksaan pertama

dan kedua

f. Perhatian Rentang Angka Maju (Forward Digit Span)

Instruksi : “Saya akan mengucapkan beberapa angka, dan setelah saya

selesai ulangi apa yang saya ucapkan tepat sebagaimana saya meng-

ucapkannya” (Bacakan kelima urutan angka yang diulangi secara benar)

Penilaian : Berikan nilai 1 untuk tiap urutan yang diulangi secara benar

Rentang Angka Mundur (Backward Digit Span) Instruksi : “Sekarang

saya akan mengucapkan beberapa angka lagi, akan tetapi jika saya su-dah

selesai, anda harus mengulangi apa yang saya ucapkan dalam urutan

terbalik” (Bacakan ketiga urutan angka dengan kecepatan satu angka

setiap detik) Penilaian : Berikan nilai 1 untuk tiap urutan yang diulangi

secara benar. (N.B.: jawaban yang benar untuk pemeriksaan angka

mundur adalah 2-4-7)

Kewaspadaan Instruksi : “Saya akan membacakan sebuah urutan huruf,

setiap kali saya mengucapkan huruf “A”, tepuk tangan anda sekali, jika

saya mengucap-kan huruf lainnya jangan tepuk tangan anda”


Penilaian : Berikan nilai 1 jika terdapat nol sampai satu kesalahan (tepuk

tangan pada huruf yang salah atau tidak bertepuk pada huruf “A”

dihitung sebagai satu kesalahan)

Rangkaian 7 (Serial 7s) Instruksi : “Sekarang saya ingin anda berhitung

dengan cara mengurangi, mulai angka 100 dikurang tujuh kemudian terus

dikurangi dengan angka tujuh sampai saya memberitahu-kan anda untuk

berhenti” Ulangi instruksi ini untuk kedua kali jika diperlukan

Penilaian : Nilai maksimal adalah 3. Berikan :

a) Nilai 0 : Jika tidak ada jawaban yang benar

b) Nilai 1 : Untuk satu jawaban yang benar

c) Nilai 2 : Untuk dua sampai tiga jawaban yang benar.

d) Nilai 3 : Jika subyek dapat memberikan empat atau lima jawaban yang

benar.

Hitung setiap jawaban pengurngan 7 yang benar dimulai dari 100. Setiap

pengu-rangan dinilai secara independen, maksudnya jika subyek

menjawab dengan jawaban yang salah akan tetapi melanjutkan

pengurangan 7 yang benar dari angka tersebut, berikan nilai untuk tiap

hasil pengurangan yang benar. Sebagai contoh, seorang subyek men-

jawab “92-85-78-71-64” yang mana angka “92” adalah jawaban yang

salah, akan tetapi angka berikutnya dikurangi tujuh jawabannya benar.

Dalam hal ini hanya ada satu kesalahan dan nilai yang dapat diberikan

pada bagian ini adalah 3.

g. Pengulangan Kalimat
Instruksi : “Saya akan membacakan kepada anda sebuah kalimat, setelah

itu ulangi kepada saya tepat seperti apa yang saya bacakan [jeda]: “Wati

membantu saya menyapu lantai hari ini” Setelah mendapat jawaban,

katakan : “Sekarang saya akan membacakan kepada anda kalimat

berikutnya, setelah itu ulangi ke-pada saya tepat seperti apa yang saya

bacakan [jeda]: “Tikus bersembunyi di bawah dipan ketika kucing

datang”

Penilaian : Berikan nilai 1 untuk setiap kalimat yang diulangi dengan

benar. Pengulangan kalimat harus urutan yang tepat. Perhatikan kemung-

kinan kesalahan kecil seperti kata yang dihi-langkan (misalnya, tidak

menyertakan “saya”, “ketika”) atau adanya penambahan (misalnya,

“Tikus tikus bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang)

h. Kelancaran Berbahasa

Instruksi : “Katakan kepada saya sebanyak mung-kin kata yang anda

tahu yang dimulai dengan huruf tertentu yang akan saya katakan sesaat

lagi. Anda boleh menyebut kata apa saja yang anda pikirkan kecuali

nama orang/nama kota (misalnya Budi, Bandung), dan kata yang sama

ditambah akhiran kata (misalnya, bayar, bayaran). Saya akan meminta

anda untuk berhenti setelah satu menit. Apakah anda siap? [jeda],

“Sekarang katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda

ketahui dimulai dengan huruf S [beri waktu 60 detik]. Berhenti”

Penilaian : Berikan nilai 1 jika subyek berhasil memberikan 11 kata atau

kurang dari 60 detik. Tulis jawaban subyek pada bagian bawah atau

samping formulir periksaan.


i. Kemampuan Abstrak

Instruksi : “Katakan kepada saya apa kesamaan antara jeruk dengan

pisang” jika subyek menjawab dengan jawaban yang konkrit/tidak

abstrak, maka tambahan pertanyaan hanya sekali lagi: Katakan kepada

saya kesamaan lainya dari kedua benda tersebut” jika subyek tidak

memberikan jawaban yang sesuai (buah), ka-takan, “Ya, keduanya

adalah buah”. Jangan memberikan perintah atau penjelasan tam-bahan.

Setelah latihan, katakan : “Sekarang (beritahu) katakan kepada saya apa

kesamaan kereta api dengan sepeda.” Setelah mendapat jawaban, lakukan

pemeriksaan yang kedua, dengan mengatakan “Sekarang (beritahu) kata-

kan kepada saya apa kesamaan sebuah penggaris dan jam tangan”.

Jangan membe-rikan perintah atau penjelasan tambahan.

Penilaian : Hanya dua pasang kata terakhir yang dinilai. Berikan nilai 1

untuk tiap pasangan kata yang dijawab secara benar. Jawaban-jawaban

berikut ini dinanggap benar : Kereta Api – Sepeda = alat transportasi,

sarana berpergian, kita dapat melakukan perjalanan dengan keduanya.

Penggaris – Jam Tangan = alat ukur, digunakan untuk mengukur.

Jawaban-jawaban berikut ini dianggap tidak tepat : Kereta Api – Sepeda

= keduanya mempunyai roda. Penggaris – Jam Tangan = keduannya

mempunyai angka

j. Memori Tertunda

Instruksi : “Saya telah membacakan beberapa kata kepada anda

sebelmunya, dan saya telah meminta anda untuk mengingatnya. Berita-

hukan kepada saya sebanyak mungkin kata-kata tersebut yang bisa anda
ingat. Beri tanda centang (√) di tempat yang telah disediakan untuk setiap

kata yang dapat diingat secara spontan tanpa petunjuk.

Penilaian : Berikan nilai 1 untuk setiap kata yang dapat diingat secara

spontan tanpa petunjuk apapun. Pilihan : Sebagai lanjutan dari tes

memori tertunda beri petunjuk subyek dengan petunjuk kategori

semantik yang diberikan di bawah ini untuk tiap kata yang belum dapat

diingat. Beri tanda centang (√) pada tempat yang dise-diakan jika subyek

dapat mengingat kata ter-sebut dengan bantuan petunjuk kategori atau

pilihan ganda. Informasikan kata-kata yang belum diingat dengan cara

berikut ini. Jika subyek masih belum dapat mengingat kata tersebut

setelah diberikan petunjuk kategori, berikan kepadanya pertanyaan

pilihan ganda, seperti contoh instruksi berikut, “Apakah kata tersebut dari

pilihan kata berikut ini. HIDUNG, WAJAH, atau TANGAN?”. Gunakan

petunjuk ka-tegori dan atau petunjuk pilihan ganda berikut jika

diperlukan : WAJAH : petunjuk kategori : bagian dari tubuh, pilihan

ganda: hidung, wajah, tangan, SUTERA : petunujk kategori : jenis kain,

pilihan ganda: katun,beludru,sutera, MASJID : petunjuk kategori : Jenis

bangunan pilihan ganda: masjid, sekolah, rumah sakit ANGGREK :

petunjuk kategori : jenis bunga, pilihan ganda: mawar, anggrek, melati,

MERAH :petunjuk kategori : warna pillihan ganda : merah, biru, hijau

Penilaian : Tidak ada nilai yang diberikan untuk kata-kata yang tepat dan

diingat dengan ban-tuan petunjuk. Petunjuk digunakan hanya untuk

memperoleh informasi klinis dan dapat memberikan informasi tambahan

yang diper-lukan mengenai jenis kelainan daya ingat. Untuk penurunan


daya ingat yang disebabkan oleh kegagalan proses mengingat kembali

(retrieval failures), kinerja dapat ditingkatkan dengan pemberian

petunjuk. Untuk penurunan daya ingat yang disebabkan oleh kegagalan

menerjemahkan sandi ingtaan (enconding failures), kinerja tidak dapat

ditingkatkan dengan pemberian petunjuk.

k. Kemampuan Orientasi

Instruksi : “Katakan kepada saya tanggal hari ini”Jika subyek tidak dapat

memberikan jawaban yang lengkap, berikan tanggapan de-ngan

mengatakan “Katakan kepada saya tahun, bulan, tanggal dan hari pada

saat ini” kemudian katakana: “Sekarang, katakan kepada saya nama

tempat ini dan berada di kota apa?”

Penilaian : Berikan nilai satu untuk tiap jawaban yang benar. Subyek

harus menjawab secara tepat untuk tanggal dan nama tempat (nama

rumah sakit, kllinik, kantor). Tidak ada nilai yang diberikan jika subyek

membuat kesalahan walau satu hari dalam penyebutan tanggal.

NILAI TOTAL : Nilai maksimal sebesar 30 Nilai total terakhir 26 atau lebih

dianggap normal. Berikan tambahan 1 nilai untuk individu yang mempunyai

pendidikan formal selama 12 tahun atau kurang (tamat Sekolah Dasar sampai

tamat Sekolah Menengah Atas), jika total nilai kurang dari 30.18

2.5. GLASGOW COMA SCALE (GCS)

Pemeriksaan kesadaran paling baik dicapai dengan menggunakan

Glasgow Coma Scale (GCS). GCS merupakan sistem skoring yang didasari

pada tiga pengukuran, yaitu : pembukaan mata, respon motorik, dan respon
verbal. Skor dari masing-masing komponen dijumlahkan dan memberikan

total nilai GCS. Nilai terendah adalah 3 sedangkan nilai tertinggi adalah 15.

Menurut Japardi (2004), GCS bisa digunakan untuk mengkategorikan

pasien menjadi

 GCS < 9 : pasien koma dan cedera kepala berat

 GCS 9–13 : cedera kepala sedang

 GCS > 13 : cedera kepala ringan

Fungsi utama dari GCS bukan sekedar merupakan interpretasi pada

satu kali pengukuran, tetapi skala ini menyediakan penilaian objektif

terhadap tingkat kesadaran dan dengan melakukan pengulangan dalam

penilaian dapat dinilai apakah terjadi perkembangan ke arah yang lebih baik

atau lebih buruk. 11

Tabel 6.4 Glasgow Coma Scale (GCS) Dewasa.19

Respon Nilai

Respon (membuka) mata

Spontan 4

Berdasarkan perintah 3

verbal 2

Berdaasrkan rangsang 1

nyeri

Tidak memberi respon

Respon motorik

Menurut perintah 6
Melokalisir rangsang 5

nyeri 4

Menjauhi rangsang nyeri 3

Fleksi abnormal 2

Ekstensi abnormal 1

Tidak memberi respon

Respon verbal

Orientasi baik 5

Percakapan kacau 4

Kata-kata kacau 3

Mengerang 2

Tidak memberi respon 1

2.6. TEST ORIENTASI AMNESIA GALVESTON (TOAG)

Di antara beberapa penilaian PTA (Post Traumatic Amnesia) yang

tersedia sekarang, TOAG adalah yang paling banyak digunakan. Penilaian

ini pendek dan mudah digunakan. Penilaiannya terdiri dari sejumlah poin

yang ditambahkan ketika menjawab dengan benar atau jumlah kesalahan.

Skor yang mendekati angka 100 , berarti fungsi masih terjaga. Tes ini dapat

diberikan beberapa kali dalam sehari, meskipun pada hari yang berturut-

turut. Sehingga dapat dibuat grafik untuk menggambarkan perjalanan

kapasitas dari mulai waktu tertentu sampai orientasi total tercapai.


Pengarang dari test ini percaya bahwa tes ini sesuai bagi seorang pasien

untuk memulai pemeriksaan kognitif ketika skor 75 atau lebih dicapai pada

tes ini yang mengindikasikan pasien tidak konfusion dan disorientasi lagi.12
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan pendekatan potong

lintang

3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

3.2.1. TEMPAT PENELITIAN

Penelitian ini bertempat di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado

3.2.2. WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu pada akhir bulan

november 2015 sampai pertengahan bulan januari 2016

3.3. POPULASI DAN SAMPEL

 Populasi: pasien yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado

 Sampel penelitian: pasien cedera kepalaringandansedang yang

dirawat di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado


3.4. KRITERIA PENELITIAN

3.4.1. KRITERIA INKLUSI

Seluruh pasien cedera kepala ringandansedangyang dirawat di

RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado

3.4.2. KRITERIA EKSKLUSI

1. Pasien yang mengalami masalah psikiatrik yang menghambat

pemeriksaan

2. Pasien yang memiliki riwayat penyakit yang mengakibatkan

gangguan fungsi kognitif

3. Pasien yang sudah ≥ 7 hari TOAG tidak normal

4. Pasien yang tidak bersedia diperiksa

3.5. INSTRUMEN PENELITIAN

1. GCS (Glasgow Coma Scale)

2. TOAG (Tes Orientasi dan Amnesia Galveston)

3. MMSE (Mini Mental State Examination)

4. MoCA-Ina (Montreal Cognitive Assessment) versi Indonesia

5. Alat tulis menulis

6. Formulir persetujuan pemeriksaan

3.6. VARIABEL PENELITIAN

1. Pasien cedera kepalaringandansedang

2. Umur

3. Jenis kelamin
3.7. DEFINISI OPERASIONAL

 Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik

secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat

pada gangguan fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, dan psikososial.

 Pasiencederakepalaringanmemiliki GCS >13

 Pasiencederakepalasedangmemiliki CGS 9-13

 Pembagian Umur :

1. Umur 12-20 tahun

2. Umur 21-30 tahun

3. Umur 31-40 tahun

4. Umur >40 tahun

 Jenis kelaminberdasarkan KTP:

1. Laki-laki

2. Perempuan

 Riwayat psikiatrik berguna untuk menentukan apakah pasien pernah

mengalami gangguan psikiatrik sebelumnya melalui anamnesis singkat.

Perlu ditekankan ada tidaknya riwayat depresi, psikosis, perubahan

kepribadian, tingkah laku agresif, delusi, halusinasi, dan pikiran

paranoid.

 Pasien yang memiliki riwayat penyakit yang mengakibatkan gangguan

fungsi kognitif seperti diabetes melitus, stroke, infeksi kronik, dan

hipertensi.
3.8. CARA KERJA

1. Mampersiapkan instrumen

2. Melihat diagnosis kerja berdasarkan klasifikasi keparahan cedera

3. Meminta persetujuan pemeriksaan pada pasien atau wali pasien

4. Melihat skor GCS dan TOAG

5. Melakukan pemeriksaan MMSE dan MoCa-Ina

6. Pencatatan hasil penelitian

3.9. PROSEDUR PENELITIAN

1. Penyusunan usulan judul dan persetujuan dari dosen pembimbing

2. Mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan judul

3. Menyusun dan menyelesaikan proposal

4. Melakukan pengumpulan data

5. Mengolah data

6. Konsultasi dengan dosen pembimbing

7. Penyusunan KTIS secara lengkap


3.10. KERANGKA KONSEP

Cedera kepala

Beratnya
Cedera

Umur
GCS 15

T
TOAG
CKR CKS
75
T Jenis Kelamin

Pendidikan

Skor Tes Fungsi


Variabel yang
Kognitif
diteliti
BAB 4

HASIL PENELITIAN

A. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di RSUP. Prof. Dr. R. D.

Kandou selama 2 bulan, didapatkan sampel berjumlah 50.

1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian

Didapatkan data jumlah total subjek pada penelitian ini adalah 50 kasus.

Subjek terbanyak adalah laki-laki yang persentasenya 2 kali lebih banyak dari

perempuan yaitu 72%. Dalam kelompok usia persentase terbanyak berada

dalam kelompok usia 12-20 tahun yaitu sebanyak 22% dan dalam kelompok

pendidikan terbanyak adalah SMA yang mencapai 74%.Untuk beratnya

cederaterlihat bahwa kelompok subjek tertinggi adalah cedera kepala ringan

dengan persentase 2 kali lebih besar dari cedera kepala sedang. Sebaran

karakteristik umum dapat dilihat pada Tabel 1.


TABEL 1 : DISTRIBUSI KARAKTERISTIK UMUM SUBJEK PENELITIAN

Karakteristik Umum Jumlah (n) Persentase (%)


Jenis Kelamin
Laki-laki 36 72
Perempuan 14 28
Total 50 100
Usia
12-20 22 44
21-30 12 24
31-40 5 10
>40 11 22
Total 50 100
Pendidikan
Tidak sekolah - -
SD 3 6
SMP 8 16
SMA 37 74
Perguruan Tinggi 2 4
Total 50 100
Berat Cedera
CKR 37 74
CKS 13 26
Total 50 100
2. Karakteristik Subjek Berdasarkan Skor Tes Fungsi Kognitif

Peneliti memperoleh skor fungsi kognitif subjek dengan menggunakan

MMSE dan MoCA-Ina. Untuk MMSE terlihat bahwa skor MMSE normal

subjek cedera kepala ringan adalah 74% dari total subjek cedera kepala.

Untuk skor MMSE normal subjek cedera kepala sedang adalah 22% dari total

subjek cedera kepala. Sedangkan untuk skor MMSE yang probable gangguan

kognitif pada subjek cedera kepala ringan tidak ada dan subjek cedera kepala

sedang 4%. Sedangkan skor fungsi kognitif menggunakan MoCA-Ina terlihat

bahwa subjek cedera kepala ringan yang memiliki skor MOCA-INA normal

sebanyak 64% dan subjek cedera kepala sedang yang memiliki skor MOCA-

INA normal sebanyak 12%. Untuk gangguan fungsi kognitif ringan subjek

terbanyak yaitu cedera kepala sedang sebanyak 10% dan untuk gangguan

kognitif sedang terbanyak pada subjek cedera kepala sedang sebanyak 4%

dari total sampel cedera kepala. Sedangkan untuk gangguan fungsi kognitif

berat tidak ditemukan pada kedua variabel. Hasil pemeriksaan MMSE dan

MoCA-Ina dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3. Untuk penurunan skor

berdasarkan komponen pada MMSE ditemukan yang terbanyak mengalami

penurunan adalah komponen atensi dan kalkulasi yaitu sebanyak 15 subjek,

hasil dapat dilihat pada tabel 4.


TABEL 2 : DISTRIBUSI SKOR MMSE BERDASARKAN VARIABEL YANG
DITELITI

MMSE
Variabel Normal Probable Definite
n % n % n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 34 71 2 100 - -
Perempuan 14 29 - - - -
Total 48 100 2 100 - -
Usia
12-20 thn 22 46 - - - -
21-30 thn 11 25 - - - -
31-40 thn 4 8 1 50 - -
>40 thn 10 21 1 50 - -
Total 48 100 2 100 - -
Pendidikan
SD 2 4 1 50 - -
SMP 8 17 - - - -
SMA 26 75 1 50 - -
Perguruan Tinggi 2 4 - - - -
Total 48 100 2 100 - -
Berat Cedera
CKR 37 73 - - - -
CKS 11 23 2 100 - -
Total 48 100 2 100 - -
MoCA-Ina
Normal (26-30) 38 79 - - - -
Ringan (20-26) 9 19 - - - -
Sedang (10-19) 1 2 2 100 - -
Berat (0-9) - - - - - -
Total 48 100 2 100 - -
TABEL 3 : DISTRIBUSI SKOR MOCA-INA BERDASARKAN VARIABEL

YANG DITELITI

MOCA-INA
Variabel Normal Gangguan Ringan Gangguan Sedang Gangguan Berat
(26-30) (20-25) (10-19) (0-9)
n % n % n % % n
Jenis
Kelamin
Laki-laki 14 37 9 100 3 100 - -
Perempuan 24 63 - - - - - -
Total 38 100 9 100 3 100 - -
Usia
12-20 thn 18 47 4 45 - - - -
21-30 thn 9 24 3 33 - - - -
31-40 thn 3 8 1 11 1 33 - -
>40 thn 8 21 1 11 2 67 - -
Total 38 100 9 100 3 100 - -
Pendidikan
SD 2 5 - - 1 33,3 - -
SMP 6 16 1 11 1 33,3 - -
SMA 29 76 7 78 1 33,3 - -
Perguruan 1 3 1 11 - - - -
Tinggi
Total 38 100 9 100 3 100 - -
Berat Cedera
CKR 32 84 4 44 1 33 - -
CKS 6 16 5 56 2 67 - -
Total 38 100 9 100 3 100 - -
MMSE
Normal 38 100 9 100 1 33 - -
(24-30)
Probable - - - - 2 67 - -
(17-23)
Definite - - - - - - - -
(0-16)
Total 38 100 9 100 3 100 - -
TABEL 4 : DISTRIBUSI PENURUNAN KOMPONEN MMSE MENURUT

VARIABEL YANG DITELITI

MMSE
Variabel Orientasi Registrasi Atensi & Mengingat Bahasa
Kalkulasi Kembali
(Recall)
n % n % n % n % n %
Jenis
Kelamin
Laki-laki 2 - - - 12 80 9 90 3 50
Perempuan - - - - 3 20 1 10 3 50
Total 2 100 - - 15 100 10 100 6 100
Usia
12-20 thn - - - - 9 60 5 50 - -
21-30 thn 1 50 - - 1 7 1 10 1 17
31-40 thn - - - - 2 13 1 10 1 17
>40 thn 1 50 - - 3 20 3 30 4 66
Total 2 100 - - 15 100 10 100 6 100
Pendidikan
SD - - - - 1 7 - - 2 33
SMP 1 50 - - 2 13 2 20 1 17
SMA 1 50 - - 12 80 8 80 3 50
Perguruan - - - - - - - - - -
Tinggi
Total 2 100 - - 15 100 10 100 6 100
Berat
Cedera
CKR 2 100 - - 9 60 4 40 3 50
CKS - - - - 6 40 6 60 3 50
Total 2 100 - - 15 100 10 100 6 100
MoCA-Ina
Normal 1 50 - - 7 47 2 20 3 50
(26-30)
Ringan - - - - 6 40 5 50 - -
(20-26)
Sedang 1 50 - - 2 13 3 30 3 50
(10-19)
Berat (0-9) - - - - - - - - - -
Total 2 100 - - 15 100 10 100 6 100
Berdasarkan data yang diperoleh, jika hasil dikelompokkan menurut

bagian dalam MoCA-Ina, maka akan memperlihatkan gambaran seperti pada

Tabel 5.

TABEL 5 : DISTRIBUSI GANGGUAN FUNGSI KOGNITIF MENURUT

VARIABEL YANG DITELITI

MOCA-INA
Variabel Visuospasial Penamaan Memori Atensi Bahasa Abstraksi
/Eksekutif
n % n % n % n % n % n %
Jenis
Kelamin
Laki-laki 15 75 2 100 6 75 19 90 9 90 4 67
Perempuan 5 25 - - 2 25 2 10 1 10 2 33
Total 20 100 2 100 8 100 21 100 10 100 6 100
Usia
12-20 thn 6 30 - - 5 63 13 62 4 40 2 34
21-30 thn 6 30 1 50 - - 3 14 1 10 1 16
MOCA-INA
Variabel Visuospasial/E Penamaan Memori Atensi Bahasa Abstraksi
ksekutif
n % n % n % n % n % n %
31-40 thn 1 5 1 50 1 12 - - 2 20 2 34
>40 thn 7 35 - - 2 25 5 24 3 30 1 16
Total 20 100 2 100 8 100 21 100 10 100 6 100
Pendidikan
SD 3 15 - - 1 12 1 5 1 10 1 17
SMP 3 15 - - 1 12 5 24 - - 1 17
SMA 14 70 2 100 6 76 15 71 9 90 4 66
Perguruan - - - - - - - - - - - -
Tinggi
Total 20 100 2 100 8 100 21 100 10 100 6 100
Berat
Cedera
CKR 12 60 - - 7 88 16 76 7 70 4 67
CKS 8 40 2 100 1 12 5 24 3 30 2 33
Total 20 100 2 100 8 100 21 100 10 100 6 100
MOCA-INA
Variabel Visuospasial/E Penamaan Memori Atensi Bahasa Abstraksi
ksekutif
n % n % n % n % n % n %
Skor
MMSE
Normal 18 90 2 100 7 88 20 95 8 80 5 84
Probable 2 10 - - 1 12 1 5 2 20 1 16
Definite - - - - - - - - - - - -
Total 20 100 2 100 8 100 21 100 10 100 6 100
BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitianinidilakukanselama dua bulan pada pasien cedera kepala ringan dan

sedang yang dirawat di RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Dari penelitian

ini diperoleh 50 pasien cedera kepala yang terdiridari 37

kasuscederakepalaringandan 13 kasuscederakepalasedang.

Dalamkelompokkriteriajenis kelamin didapatkan responden terbanyak adalah

laki-laki yaitu sebesar 72%. (Tabel 1). Hasil penelitian ini sama dengan hasil

penelitian Oktaviana tentang gambaran kecelakaan lalu lintas pada kendaraan

bermotor roda dua di RSUPN Cipto Mangunkusumo didapatkan hasil bahwa

sebagian besar kecelakaan terjadipadalaki-lakiyaitu 86.3% denganperbandingan

6,3 kali lebihbesardaripadaperempuan. Hal ini juga diperkuat dalam penelitian

Nasution dimana dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa penderita cedera

kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang paling banyak dirawat berjenis kelamin

laki-laki yaitu 73,6%. Hal ini mungkin berhubungan erat dengan mobilitas dan

bidang pekerjaan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki biasanya

lebih sering berada dalam keadaan yang mempunyai kemungkinan terjadi

kecelakaan, seperti mengendarai motor, terlibat perkelahian, pekerjaan yang

berbahaya, dll. Sedangkan perempuankebanyakanmemilikipekerjaan yang

lingkungankerjanyaamandanterhindardariresiko kecelakaan.23,24

Dalamkelompokkriteriausia didapatkan kasus terbanyak berada dalam

kelompok usia 12-20 tahun yaitu sebanyak 44%. (Tabel 1). Menurut Villaveces &
Andes (2003) dalam Oktaviana (2008). Tingginya angka kejadian kecelakaan

pada kelompok usia aktif dan produktif dapat dikaitkan dengan tingkat mobilitas

yang tinggi dan berhubungan erat dengan perkembangan kejiwaan, dimana usia

remaja sampai dewasa muda perkembangan jiwanya belum stabil sehingga sering

belum dapat mengendalikan emosi dirinya. Keadaan ini menyebabkan sikap yang

kurang waspada, sehingga

seringkalikurangmemperhatikankeselamatandirinyasendirimaupun orang lain

dalammengemudikan kendaraan.23

Dalamkelompokkriteriapendidikan yang paling banyak mengalami cedera

kepala berada dalam kelompok SMA yaitu 74%. (Tabel 1). Hal ini berhubungan

dengan distribusi karakteristik menurut kelompok usia dimana kelompok usia

tertinggi adalah 12-20 tahun yang memiliki tingkat mobilitas yang tinggi sehingga

angka kemungkinan mengalami cedera kepala juga tinggi. Dalam penelitian

Nasution yang bertempat di rumah sakit umum Padang Sidimpuan juga

menyatakan bahwa pekerjaan kasuscederakepalaakibatkecelakaanlalulintas yang

paling banyakadalahpelajar/mahasiswa (42,4%).25

Berdasarkankriteriaberatnyacedera kepala, kasus cedera kepala terbanyak

berada dalam kelompok cedera kepala ringan yaitu 74%. (Tabel 1). Hasil

penelitian ini sama dengan data dari salah satu rumah sakit di Jakarta, RS

CiptoMangunkusumodimanakejadiancederakepalatertinggiadalahcederakepala

ringan.26

Berdasarkanhasil MMSE yang didapat (Tabel

2)menunjukkanbahwapadakasuscederakepalaringantidakmemilikigangguankognit
ifdanpadakasuscederakepalasedangterdapatduakasus yang hasil MMSE probable

gangguankognitif. Hal ini sejalan dengan penelitian Krisandi dimana rata-rata

skor MMSE penderita menunjukkan bahwa seluruh kasus tidak mengalami

gangguan fungsi kognitif. Kurniawan dalam penelitiannya menyatakan bahwa

MMSE mempunyai keterbatasan terhadap domain yang diperiksa dengan

patofisiologi yang terjadipadacederakepala, sehinggasering kali didapatkanhasil

normal.27

BerdasarkanhasilMoCA-Ina didapat(Tabel 3)

lebihbanyakkasuscederakepalaringandansedang yang

mengalamigangguanfungsikognitif. Pada MMSE bagian yang paling banya

mengalami kemunduran adalah atensi dan kalkulasi. (Tabel 4). HasilMoCA-Ina

yang mengalamigangguanfungsikognitifmenunjukkanadanyakemunduranpada 3-4

bagianMoCA-Ina. (Tabel 5).Bagian yang paling

banyakmengalamikemunduranadalahbagianatensi, visuospasial/eksekutif,

dandelayed recall.

Penderitadikatakanmengalamikemunduran dalam fungsi atensi karna pada

MoCA-Ina tidak dapat melakukan atau menyelesaikan Perhatian Rentang Angka

Maju (Forward Digit Span), Rentang Angka Mundur (Backward Digit Span),

kewaspadaan, dan serial 7s.

Penderita yang mengalamikemunduran dalam fungsi visuospasial/eksekutif

pada MoCA-Ina karna tidak mampu menyelusuri jejak secara bergantian

(Alternating Trail Making), menggambarkubus, danmenggambar jam

denganbenar.
Penderita yang mengalamikemundurandalamfungsidelayed

recalldalamMoCA-Ina karnatidakmampumengingat 5 kata yang

disebutkanpadaawalpemeriksaanatausekitar 5 menit yang lalu.22


BAB 6

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado terhadap penderita cedera kepala ringan dan sedang selama 2

bulan, dapat disimpulkan:

1. Penderita cedera kepala ringan dan sedang terbanyak adalah laki-laki.

2. Kelompok usia terbanyak adalah usia 12-20 tahun.

3. Tingkat pendidikan penderita cedera kepala terbanyak pada SMA.

4. Distribusi beratnya cedera kepala terbanyak adalah cedera kepala

ringan.

5. Skor MMSE didapat sebagian besar normal sedangkan skor MoCA-

Ina didapat peningkatan kasus cedera kepala yang mengalami

penurunan skor.
B. SARAN

Perlu penelitian lebih lanjut mengenai fungsi kognitif pada pasien

cedera kepala ringan dan sedang dengan total sampel yang lebih banyak.

Serta juga melakukan penelitian terhadap cedera kepala berat untuk

mengetahui fungsi kognitifnya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Mallinaidu KV. Gambaran penderita trauma kapitis di unit gawat darurat

Rumah Sakit Haji Adam Malik [Karya Tulis Ilmiah]. [Medan]. Universitas

Sumatera Utara; 2010.

2. Centers od Disease Control and Prevention (CDC). Reports to congress

Traumatic Brain Injury in the United States. 2015.

3. Robert P, Granacher, Jr. Traumatic Brain Injury, Methods for Clinical and

Forensic Neuropsychiatric Assessment. Edisi ke-3. London: CRC Press;

2015. h. 1-3.

4. Putri AL, Fibriani AR, Muhammad N. Hubungan trauma kepala ringan

sampai sedang dengan vertigo di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Eprints.

2014.

5. Manarisip M, Oley M, Limpeleh H. Gambaran CT Scan kepala pada

penderita cedera kepala ringan di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado periode 2012-2013. eCl.2014;2.

6. Ginsber L. Neurologi. Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga; 2008. h. 117.

7. Krisandi AE, Utomo W, Indriati. Gambaran status kognitif pada pasien

cedera kepala yang telah diizinkan pulang di RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru. 2014.

8. Semiun Y. Kesehatan mental. Edisi ke-3. Yogyakarta: kanisius;2006. h.

278.

9. Ismawati, muis A, akbar M, Goysal Y, Kaelan C, Satriono. Hubungan

derajat klinis dan gangguan kognitif pada pasien penderita parkinson


dengan menggunakan MoCA-Ina. [Karya Tulis Ilmiah]. [makassar]:

universitas Hasanudin; 2014.

10. Guise E, LeBlanc J, Champoux MC, Counturier C, Alturki AY,

Lamoureux J, et al. The mini-mental state examination and the montreal

cognitive assessment after traumatic brain injury; an early predictive

study. Brain Injury. 2013;23(12):1428-34.

11. PERDOSSI cabang Pekanbaru. Simposium trauma kranio-serebral tanggal

3 November 2007. Pekanbaru.

12. Jumlah Kecelakaan, Korban Mati, Luka Berat, Luka Ringan dan Kerugian

Materi yang Diderita Tahun 1992-2011 [homepage on the internet].

Available from: http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1415

13. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Diagnosis dan

tatalaksanan penyakit saraf. Jakarta: EGC; 2009.

14. Cedera kepala. Advanced Trauma Life Support untuk Dokter. Edisi ke-7.

h. 167-86.

15. Grace PA, Borley NR. At e Glance Ilmu Bedah. Edisi ke-3.jakarta:

erlangga; 2006. h. 91.

16. Kinnunen KM, Greenwod R, powell JH, Leech R, Hawkins PC, Bonnelle

V, et al. White matter damage and cognitive impairment after traumatic

brain injury. Brain: 2011;134:449-463.

17. Hasra IWPL, Munayang H, Kandou LFJ. Prevalensi gangguan fungsi

kognitif dan depresi pada pasien stroke di irina F BLU RSUP Prof. Dr. R.

D. Kandou manado. Jurnal e-Clinic. 2014.


18. Greaves, I, Johnson G. 2002. Head and neck trauma. Dalam: Greaves, I,

and Johnson G. Practical Emergency Medicine. Arnold, 233-245.

19. Satyanegara. Ilmu bedah saraf. Edisi ke-4. Jakarta: gramedia pustaka

utama; 2010. h. 185.

20. Asrini S. Peranan Post Traumatic Amnesia (PTA) dan parameter

laboratorium sebagai prediktor terhadap outcome pada penderita trauma

kapitis akut ringan-sedang [tesis]. [defisi neurologi]: fakultas kedokteran

USU/RSUP. H. Adam Malik Medan; 2008.

21. Friedman L.Evaluating the Montreal Cognitive Assessment (MoCA) and

the Mini Mental State Exam (MMSE) for Cognitive Impairment Post

Stroke: A Validation Study against the Cognistat [electronic thesis and

dissertation]. [ontario]: The university of western ontario; 2012

22. Panentu D, irfan M. Uji validitas dan reliabilitas butir pemeriksaan dengan

Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCA-Ina) pada insan

pasca stroke fase recovery. Jurnal fisioterapi. 2013;13:55-67.

23. Oktaviana F. Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas pada Kendaraan

Bermotor Roda Dua di RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun 2003-2007

[Karya Tulis Ilmiah]. [Jakarta]. Universitas Indonesia; 2008.

24. Nasution ES. Karakteristik Penderita Cedera kepala Akibat Kecelakaan

Lalu Lintas Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan

Tahun 2005/2007 [Karya Tulis Ilmiah]. [Medan]. Universitas Sumatera

Utara; 2010.

25. Nasution DP. Karakteristik Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan

Lalu Lintas Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Padang Sidimpuan
Tahun 2000-2004 [Karya Tulis Ilmiah]. [Medan]. Universitas Sumatera

Utara; 2006.

26. Ayu LP. Hubungan Trauma Kepala Ringan Sampai Sedang Dengan

Vertigo di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta [Karya Tulis Ilmiah].

[Surakarta]. Universitas Muhammadiyah; 2014.

27. Krisandi AE. Gambaran Status Kognitif pada Pasien Cedera Kepala Yang

Telah Diizinkan Pulang Di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru [Karya Tulis

Ilmiah].
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan EC
Lampiran 3. Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG)

TEST ORIENTASI DAN AMNESIA GALVESTON (TOAG)

Nama Pasien : Alamat/Telpon :


umur : Tanggal Pemeriksaan :

Tes ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang harus diajukan kepada penderita. Nilai
kesalahan terlampir dalam tanda kurung, skor dari TOAG adalah 100 dikurangi jumlah
nilai kesalahan dari 10 kelompok pertanyaan yang terlampir sebagai berikut :

Nilai Kesalahan

1. Siapa nama saudara? (2) ( )


Kapankah saudara dilahirkan? (4) ( )
Di manakah saudara tinggal? (4) ( )
2. Di mana saudara berada sekarang? Kota (5) ( )
Rumah sakit (5) ( )
3. Kapankah saudara dibawa ke rumah sakit ini? (5) ( )
Bagaimanakah caranya saudara dapat sampai di sini? (5) ( )
4. Kejadian pertama apakah yang saudara ingat stlh kecelakaan? (5) ( )
Jelaskan lebih terperinci (misalnya wkt, tempat, nama kawan)! (5) ( )
5. Jelaskan kejadian terakhir apa saja yang saudara ingat sebelum KLL? (5)
Dapatkah saudara jelaskan secara terperinci
(misalnya waktu tempat nama kawan)? (5) ( )
6. Jam berapa sekarang? (tiap beda ½ jam niali kesalahan 1, maks 5) ( )
7. Hari apa sekarang? (tiap beda 1 hari nilai kesalahan 1, maks 5) ( )
8. Tanggal berapa sekarang? (tiap beda 1 tgl ,,nilai kesalahan 1, maks 5) ( )
9. Bulan apa sekarang? (tiap beda 1 bln nilai kesalahan 5, maks 15) ( )
10. Tahun berapa sekarang? (tiap beda 1 thn nilai kesalahan 10, maks 30) ( )

NILAI KESALAHAN ( )

SKOR TOAG = 100 – jumlah nilai kesalahan

Lamanya amnesia pasca cedera ditentukan sebagai periode TOAG belum mencapai
nilai 75.
Lampiran 4. Pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)

IDENTITAS PASIEN
Nama Pemeriksa
Umur Alasan diperiksa
Pendidikan Riwayat penyakit
Pekerjaan Penyakit lain
Alamat Tanggal
Dominan tangan No telp/HP

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL MINI (MMSE)

Item Tes Nilai Nilai


Max
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5
2 Kita berada di mana? (negara), (propinsi), (kota), (rumah sakit), (ruang) 5
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel), (meja), (koin), tiap benda 1 detik, 3
pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap
nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat menyebutkan
dengan benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban yang benar. 5
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata
”WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan;
misalnya uyahw = 2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas 3
BAHASA
6 Pasien disuruh menyebut nama benda yang ditunjukan (pensil, buku) 2
7 Pasien disuruh mengulangi kata-kata: “namun”, “tanpa”, “bila” 1
8 Pasien disuruh melakukan perintah: Ambil kertas ini dengan tangan 3
anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantai”
9 Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah: “Pejamkan mata 1
anda”
10 Pasien disuruh menulis sebuah kalimat dengan spontan 1
11 Pasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini 1

Skor Total 30

SKOR
24 – 30 : normal
17 – 23 : probable gangguan kognitif
0 – 16 : definite gangguan kognitif
Lampiran 5. Montreal Cognitive Assesment-Versi Indonesi (MoCA-Ina)
Lampiran 6. Data Pasien

No Nama Umur Jenis Diagnosis Pendidikan Instrumen


(thn) Kelamin MMSE MoCA-
Ina
1 BD 33 L CKS SMK 23 15
2 RM 52 L CKS SD 21 17
3 AR 48 L CKR SMP 24 19
4 FT 18 L CKR SMA 30 30
5 AT 55 L CKS SMA 27 20
6 SV 16 L CKR SMA 30 28
7 MJ 30 L CKR SMA 30 30
8 IK 21 L CKS SMA 27 24
9 TE 35 L CKR SMA 30 25
10 AM 19 L CKR SMA 28 26
11 LV 20 P CKR SMA 29 27
12 CP 13 L CKS SMP 25 25
13 LD 19 L CKR SMA 27 26
14 MB 19 L CKR SMA 30 28
15 KG 16 L CKR SMA 27 25
16 RY 21 L CKS SMA 27 24
17 SF 19 L CKS SMA 26 24
18 AD 17 P CKR SMA 30 30
19 AE 16 L CKR SMA 29 26
20 SD 26 L CKR SMA 28 26
21 DD 19 L CKR SMA 30 27
22 AM 26 L CKR D3 30 25
23 JP 17 L CKR SMK 26 25
24 MT 21 P CKR SMA 30 30
25 VM 13 L CKS SMP 30 27
26 DR 44 P CKR SMA 30 28
27 KL 13 L CKR SMP 30 27
28 HR 23 L CKR SMA 30 27
29 BK 50 L CKR SMA 30 29
30 DT 43 P CKR SMA 27 26
31 HA 49 L CKR SD 29 27
32 MB 22 L CKR SMA 30 27
33 MM 33 P CKR SMA 30 30
34 JP 28 P CKS SMA 30 28
35 JP 67 P CKR S1 28 27
36 JM 28 L CKR SMA 30 30
37 MJ 24 L CKR SMA 30 30
38 OP 15 P CKR SMA 30 30
39 BC 12 L CKR SMP 30 27
No Nama Umur Jenis Diagnosis Pendidikan Instrumen
(thn) Kelamin MMSE MoCA-
Ina
40 NS 49 P CKR SMA 30 30
41 JR 15 L CKS SMA 30 27
42 SR 24 P CKS SMA 29 28
43 MM 13 L CKR SMP 30 29
44 MM 63 P CKR SD 30 26
45 LM 32 P CKR SMP 29 28
46 VM 13 L CKS SMP 30 30
47 MM 33 P CKR SMA 30 30
48 AP 18 L CKR SMA 30 30
49 ZU 49 L CKR SMA 30 30
50 KL 16 L CKS SMA 30 30
RIWAYAT HIDUP

Nurindah Athika dilahirkan pada tanggal 22

November 1994 di kota Manado. Penulis merupakan

anak pertama dari Kompol. Wallang Pamumbun, SE

(Ayah) dan Adhe M. Mamonto (Ibu). Penulis memiliki

adik perempuan bernama Cendykia Ditha yang masih

bersekolah di SMA Negeri 9 Binsus Manado. Penulis

merupakan lulusan TK yayasan Kartika pada tahun

2000, lulusan SD Negeri 05 Manado pada tahun 2006, lulusan SMP Negeri 1

Manado pada tahun 2009, dan lulusan SMA Negeri 9 Manado pada tahun 2012.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya dan diterima di perguruan tinggi

sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi melalui jalur

T2 dengan Nomor Induk Mahasiswa 120111154. Penulis telah mengikuti dan

menyelesaikan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2MB) pada

bulan Agustus 2012 dan telah mengikuti KKN-T Angkatan 110 posko 41 di

Kecamatan Mandololang desa Tateli 1.

Anda mungkin juga menyukai