Draft 1 Mpoker
Draft 1 Mpoker
Disusun oleh :
SHABRINA FATIKA
H0517093
KELOMPOK 1
Laporan praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja ini disusun guna melengkapi tugas
mata kuliah Manajemen Ternak Potong dan Kerja yang telah diketahui serta disahkan oleh
Asisten Manajemen Ternak Potong dan Kerja serta Dosen pengampu pada :
Hari :
Tanggal :
Disusun Oleh :
Nama : Shabrina Fatika S
NIM : H0517093
Kelompok :1
Mengetahui
Dosen Pengampu Mata Kuliah Asisten
Manajemen Ternak Potong dan
Kerja
Novita Herowati
NIP NIM H0515
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Manajemen Ternak Potong dan Kerja, laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen Ternak Potong dan Kerja. Oleh karena itu, penyusun
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan hidayah dan inayah-
nya kepada kita semua.
2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Kepala Program Studi Peternakan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
4. Asisten Manajemen Ternak Potong dan Kerja atas bantuan dan
pengarahannya.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan
Manajemen Ternak Potong dan Kerja
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
pembuatan proposal di kemudian hari. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
I. KUNJUNGAN PETERNAKAN RAKYAT
A. PENDAHULUAN ...........................................................................
1. Latar Belakang ............................................................................
2. Tujuan Praktikum .......................................................................
B. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
C. MATERI DAN METODE ...............................................................
1. Materi .........................................................................................
2. Waktu dan Tempat .....................................................................
3. Metode ........................................................................................
D. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
1. Identitas Peternakan ....................................................................
2. Desain Peternakan.......................................................................
3. Pemilihan Ternak.........................................................................
4. Ransum .....................................................................................
5. Penyakit dan Gangguan Nutrisional ..........................................
6. Sanitasi dan Biosecurity ............................................................
7. Pengelolaan Limbah ..................................................................
8. Pemasaran .................................................................................
E. KESIMPULAN .................................................................................
1. Kesimpulan .................................................................................
2. Saran ...........................................................................................
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kondisi peternakan sapi potong di Indonesia sampai sekarang sebagian
besar dikelola dan dikembangkan dengan pola peternakan rakyat dalam skala
usaha kecil dan terintegrasi dengan kegiatan lain. Sapi potong telah lama
dipelihara oleh sebagian masyarakat sebagai tabungan dan tenaga kerja untuk
mengolah tanah pertanian dengan manajemen pemeliharaan secara tradisional
(Kementerian Pertanian, 2015).
Ternak sapi potong merupakan salah satu ternak ruminansia yang cukup
populer untuk dipelihara di kalangan keluarga peternak. Memelihara sapi
potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan
susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Sapi
juga dapat di gunakan menarik gerobak, kotoran sapi juga memiliki nilai
ekonomis, karena dapat diolah menjadi pupuk organik yang dibutuhkan oleh
semua tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat
memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur (Feradis,
2009).
Pemeliharaan tradisional berdampak pada menurunnya potensi ternak
sapi yang terekspresikan dari penurunan mutu genetik. Penurunan mutu genetik
dapat diidentifikasi dari penurunan performan produksinya yang terekspresikan
pada performan anaknya. Penurunan performan produksi tersebut merupakan
salah satu bentuk ancaman terhadap keunggulan potensi genetik sapi.
(Subandriyo, 2004).
2. Tujuan
a. Mengetahui sistem pemeliharaan sapi di CV. Lembu Aryo
b. Mengetahui penyakit dan gangguan nutrisional sapi di CV. Lembu Aryo
c. Mengetahui sistem perkandangan sapi di CV. Lembu Aryo
d. Mengetahui manajemen pemberian pakan sapi di CV. Lembu Aryo
e. Mengetahui sanitasi dan biosecurity sapi di CV. Lembu Aryo
f. Mengetahui pengolahan limbah sapi di CV. Lembu Aryo
g. Mengetahui manajemen pemasaran sapi di CV. Lembu Aryo
B. Tinjauan Pustaka
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia dan sapi impor. Dari
jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat yang khas, baik di
tinjau dari segi luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju
pertumbuhan). Ciri-ciri sapi potong adalah laju pertumbuhannya cepat tubuh
kompak dan dalam, berbentuk segi empat atau balok, cepat mencapai dewasa dan
efisiensi pakan tinggi (Menristek, 2005).
Kandang merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal
ternak atas sebagian atau sepanjang hidupnya. Kandang diperlukan untuk
melindungi ternak sapi dari keadaan lingkungan yang merugikan sehingga ternak
akan mendapatkan kenyamanan. Kandang tidak hanya berfungsi sebagai tempat
tinggal selama dalam proses penggemukan, tetapi juga berfungsi sebagai
perlindungan terhadap berbagai aspek yang menggangu sapi seperti cuaca yang
tidak menimbulkan kenyaman bagi sapi, kehujanan, dan angin yang kencang
(Siregar, 2008).
Pakan hijauan merupakan makanan kasar yang terdiri dari hijauan pakan
yang dapat berupa rumput lapangan, limbah hasil pertanian, rumput jenis unggul
yang telah diintroduksikan, juga beberapa jenis leguminosa. Konsentrat merupakan
makanan penguat yang terdiri dari bahan baku yang kaya karbohidrat dan protein
seperti jagung kuning, bekatul, dedak gandum dan bungkil-bungkilan (Abidin,
2008).
Bakalan yang akan digemukkan sangat mempengaruhi keberhasilan usaha
penggemukan sapi. Oleh karena itu, perlu seleksi yang ketat ketika akan memilih
bakalan. Keberhasilan dalam memilih ternak sapi yang akan dipelihara akan sangat
menentukan keberhasilan dalam usaha peternakan (Santosa, 2009).
Sanitasi merupakan usaha menjaga kesehatan melalui kebersihan agar ternak
bebas dari suatu infeksi penyakit bakteri, virus maupun parasit, antara lain menjaga
kebersihan dengan mencuci tempat pakan peralatan dan kandang, kebersihan kulit
ternak yang dipelihara, menjaga kebersihan di dalam kandang maupun di luar
kandang, mengubur dan membakar bangkai, kebersihan petugas dan kebersihan
bahan pakan dari kandungan racun. Sanitasi kandang dapat dilakukan dengan cara
membersihkan kotoran sapi secara rutin di pagi hari dan sore hari (Rianto dan
Purbowati, 2009).
Tingkat penjualan harga sapi dipengaruhi oleh presentasi karkas pada sapi
dan tingkat kandungan lemak atau kadar marbling pada karkas sapi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi persentase karkas adalah konformasi tubuh dan derajat
kegemukan. Ternak yang gemuk, persentase karkasnya tinggi dan umumnya
berbentuk tebal seperti balok. Ternak yang langsing, badan panjang, leher panjang
dan berbentuk segitiga seperti sapi perah, persentase karkasnya rendah
(Kartasudjana, 2001).
C. Metode Praktikum
1. Materi
Materi yang digunakan untuk Manajemen Ternak Kuda adalah ternak sapi
yang berjumlah 180 ekor.
2. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja acara Manajemen Ternak
Kuda dilaksanakan di CV.Lembu Aryo alamat di Jl. Boyolali-Musuk, Dusun 3,
Winong, Boyolali pada hari Jumat, 12 April 2019.
3. Metode Praktikum
Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja acara Manajemen Ternak
Sapi menggunakan metode :
a. Interview
Interview dilakukan dengan menanyakan hal-hal seputar manajemen
pemeliharann ternak sapi potong kepada pengelola peternakan sembari
berkeliling mengitari areal peternakan.
b. Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan lingkungan kandang serta
mendokumentasikannya.
c. Penelusuran pustaka
Penelusuran pustaka dilakukan dengan mencari dari internet atau jurnal
serta materi yang diberikan dosen terkait ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
manajemen ternak sapi potong.
II. MANAJEMEN TERNAK KUDA
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kondisi kuda di indonesia saat ini populasinya mengalami penurunan. Penurunan
populasi ini terjadi karena fungsi kuda sebagai alat transportasi telah banyak digantikan
oleh kendaraan bermotor. Selain tingginya angka pemotongan kuda, kuda digunakan
sebagai sumber pangan (Mansyur et al., 2006).
Kegunaan ternak kuda Indonesia sebagian besar adalah sebagai sarana
transportasi dan pengangkut barang. Selain itu kuda juga digunakan sebagai sarana
hiburan dan sebagai bahan pangan masyarakat lokal (Prabowo, 2003). Kegunaan utama
jenis kuda pacu ini adalah untuk kuda pacu, kuda tunggang atau untuk membantu
dalam peternakan (Maswarni dan Nofiar, 2014).
Sistem pemeliharaan kuda pacu di Indonesia umumnya masih mengacu pada
pemberian pakan yang dilakukan oleh negara maju di luar negeri dan masih
memberikan pakan impor sebagai pakan utama menjelang pacuan. Salah satu tujuan
pemberian pakan untuk kuda pacu yaitu agar memperoleh prestasi atau juara pada saat
pacuan atau perlombaan, oleh karena itu perlu diperhatikan kebutuhan pakan maupun
zat-zat makanan yang terkandung di dalam pakan, terlebih kandungan energi yang
mempunyai peran utama pada saat kuda dipacu. Kecernaan zat makanan merupakan
faktor yang sangat menentukan kualitas bahan pakan yang dikonsumsi ternak kuda
(Pongoh et al., 2015).
2. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui sistem pemeliharaan kuda di Tombo Ati Stable
b. Mengetahui jumlah kuda di Tombo Ati Stable
c. Mengetahui sistem perkandangan di Tombo Ati Stable
d. Mengetahui cara pemasaran kuda di Tombo Ati Stable
e. Mengetahui bangsa-bangsa kuda di Tombo Ati Stable
f. Mengetahui manajemen pemberian pakan di Tombo Ati Stable
B. Tinjauan Pustaka
Kuda dapat diklasifikasikan menjadi kuda tipe ringan, tipe berat maupun kuda poni
dengan ukuran, bentuk tubuh, dan kegunaan yang berbeda. Kuda tipe ringan mempunyai
tinggi 1,45-1,70 m saat berdiri, bobot badan 450-700 kg dan sering digunakan sebagai
kuda tunggang, kuda tarik atau kuda pacu. Kuda tipe ringan secara umum lebih aktif dan
lebih cepat dibanding kuda tipe berat. Kuda tipe berat mempunyai tinggi 1,45-1,75 m saat
berdiri, dengan bobot badan lebih dari 700 kg dan biasa digunakan sebagai kuda pekerja.
Kuda poni memiliki tinggi kurang dari pada 1,45 m jika berdiri dengan bobot badan 250-
450 kg, beberapa kuda berukuran kecil biasanya juga terbentuk dari keturunan kuda tipe
ringan (Astuti, 2011).
Syarat kandang yang baik antara lain berlokasi di tempat yang mempunyai saluran
limbah dan drainase yang baik, ventilasi cukup, ada tempat khusus penyimpanan pakan
dan peralatan, biosecurity baik, jauh dari permukiman, sumber air bersih. Kandang harus
lebih tinggi minimal satu kaki di atas daerah sekitarnya untuk memperlancar saluran
pembuangan air. Kandang sering menjadi banjir jika saluran pembuangan air tidak baik,
selain itu saluran pembuangan air yang tidak lancar juga menyebabkan kondisi kandang
menjadi lembab. Kelembaban kandang yang tinggi dapat menyebabkan kuda mudah
terserang penyakit (Brady et al., 2010).
Energi, kebutuhan energi pada kuda dicukupi dari karbohidrat dan lemak.
Karbohidrat terbagi menjadi gula sederhana seperti glukosa dan gula kompleks seperti
pati, glikogen, selulosa, dan serat kasar. Sumber karbohidrat adalah berupa biji-bijian dan
hijauan. Lemak dalam tubuh hewan dibutuhkan sebagai sumber 13 energi dan pembawa
vitamin A, D, E dan K. Lemak badan dibentuk dari karbohidrat, lemak makanan dan
protein yang tidak langsung di gunakan. Lemak sebagai sumber energi lebih efisien bila
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Banyak faktor yang dapat mempengauhi
kebutuhan akan energi untuk pertahanan tubuh, misalnya ciri khas dari kuda, komposisi
badan, temperatur sekitar, dan berat badan kuda (Maswarni dan Nofiar, 2014).
Kuda pejantan yang unggul akan memberikan keturunan yang unggul pula,
meskipun sering terjadi penyimpangan berupa keturunan yang kurang baik. Terjadi karena
mungkin kondisi pejantan atau induknya yang kurang sehat, atau berbagai sebab lain,
namun pada umumnya kuda pejantan menentukan baik tidaknya keturunan yang
dihasilkan. Kehadiran kuda pejantan yang unggul, didampingi kuda betina berkualitas
sebagai pasangannya, diharapkan akan meningkatkan mutu kuda (Soehardjono, 2000).
Penanganan kesehatan pada ternak kuda mencakup pencegahan penyakit, pemberian
obat cacing dan tindakan pertolongan pertama. Ternak yang kondisi tubuhnya sehat akan
memperlihatkan tingkah laku yang lincah dan gesit. Kuda yang mengalami kelainan nafsu
makan kuda akan menurun sehingga mempengaruhi seluruh aktivitasnya
(Wijayanti, 2012).
Analisis aspek pasar yang dikaji pada peternakan kuda pacu meliputi permintaan,
penawaran, strategi pemasaran, dan bauran pemasaran dari usaha peternakan kuda pacu
Budi Mulya Stable. Informasi pasar usaha peternakan kuda pacu Budi Mulya Stable dari
sisi permintaan, yaitu besarnya potensi pasar yang dimiliki Budi Mulya Stable ditunjukkan
dari banyaknya permintaan yang belum bisa dipenuhi oleh peternakan. Total permintaan
kuda siap pacu umur dua tahun, yaitu sebanyak 16 ekor per tahunnya, tetapi Budi Mulya
Stable hanya bisa memenuhi sebanyak enam ekor. Permintaan kuda umur dua tahun siap
pacu ini berasal dari pulau Sumatra, Jawa dan Madura. Daerah-daerah tersebut antara lain
Bukittinggi, Pariaman, DKI Jakarta, Bandung, Bogor, DIY Jogyakarta dan Madura.
Jumlah permintaan masing-masing daerah tidak sama, tingkat permintaan yang paling
banyak datang dari kota Bukittinggi sebanyak lima ekor/tahun, dan paling sedikit berasal
dari Madura (Priatna et al., 2012).
C. Metode Praktikum
1. Materi
Materi yang digunakan untuk Manajemen Ternak Kuda adalah ternak kuda yang
berjumlah 39 ekor.
2. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja acara Manajemen Ternak Kuda
dilaksanakan di Tombo Ati Stable alamat di Butuh, Tengaran, Semarang pada hari
Senin, 22 April 2019.
3. Metode Praktikum
Praktikum Manajemen Ternak Potong dan Kerja acara Manajemen Ternak Kuda
menggunakan metode :
a. Interview
Interview dilakukan dengan menanyakan hal-hal seputar manajemen
pemeliharann ternak kuda kepada pengelola peternakan sembari berkeliling
mengitari areal peternakan.
b. Observasi
Observasi dilakukan dengan pengamatan lingkungan kandang Tombo Ati
Stable serta mendokumentasikannya.
c. Penelusuran pustaka
Penelusuran pustaka dilakukan dengan mencari dari internet atau jurnal
serta materi yang diberikan dosen terkait ilmu-ilmu yang berkaitan dengan
manajemen ternak kuda.
B. Tinjauan Pustaka
Usaha penggemukan sapi secara feedlot banyak dilakukan untuk memenuhi
permintaan daging sapi dalam negeri. Sapi yang banyak digemukan di Indonesia adalah
sapi Brahman cross (BX), yang diimpor dari Australia. Pemilihan sapi Brahman cross ini
karena memiliki perbedaan karkas yang lebih tinggi dari sapi lokal Indonesia
(Kuswati et al., 2014).
Persyaratan yang diperlukan dalam mendirikan kandang antara lain memenuhi
persyaratan kesehatan ternaknya, mempunyai ventilasi yang baik, efisiensi dalam
pengelolaan melindungi ternak dari pengaruh iklim dan keamanan kecurian serta tidak
berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Konstruksi kandang harus kuat dan tahan
lama, penataan dan perlengkapan kandang kandang hendaknya dapat memberikan
kenyamaman kerja bagi petugas dalam dalam proses produksi seperti memberi pakan,
pembersihan, pemeriksaan birahi dan penanganan kesehatan. Bentuk dan tipe kandang
hendaknya disesuaikan dengan lokasi berdasarkan agroekosistemnya, pola atau tujuan
pemeliharaan dan kondisi fisiologis ternak (Hartati et al., 2007).
Selama penggemukan manajemen pemberian pakan sesuai dengan standar
feedlot.Pakan yang diberikan yaitu konsentrat dan hijauan (rumput gajah dan jerami padi
amoniasi). Pemberian konsentrat ST (starter) selama 4 minggu bulan pertama, konsentrat
GR (grower) selama 4 minggu bulan kedua konsentrat FN (finisher) dimulai
padapemeliharaan 8 minggu sampai ternak dipotong. Proporsi pemberian konsentrat dan
hijauan disesuaikan (Firdausi et al., 2012).
Pemeliharaan sapi potong, pola perkawinan yang kurang tepat pada usaha sapi
potong akan berdampak pada rendahnya angka konsepsi dan panjangnya jarak beranak,
khususnya pada peternakan rakyat. Oleh karena itu diperlukan teknologi alternatif untuk
mengatasi permasalahan reproduksi tersebut, diantaranya perbaikan sistem perkawinan
yang menyangkut sumber bibit atau pejantan yang berkualitas sehingga akan berdampak
terhadap peningkatan efisiensi reproduksi. Kondisi sapi potong di peternakan rakyat masih
mengalami beberapa permasalahan, yaitu tingginya kawin berulang baik melalui kawin
alam atau iInseminasi buatan (Affandhy et al., 2005).
Kesehatan ternak berpengaruh langsung pada produktivitas sapi potong penghasil
bibit maupun sapi bakalan. Status kesehatan sapi potong sangat mempengaruhi berat
badan, perubahan berat badan dan skor kondisi badan. Sehingga jelas, bahwa kesehatan
sapi potong sangat mempengaruhi produktivitas sapi potong bakalan maupun sapi potong
bibit. Program kesehatan hewan bagi sapi potong bakalan meliputi penanganan,
pengendalian, dan pencegahan penyakit infeksi menular maupun penyakit hewan menular
strategis (PHMS) pada sapi seperti brucellosis, anthrax, septicaemia epizootica, penyakit
Jembrana, infectious bovine rhinotracheitis, bovine viral diarrhea dan lainnya, akan sangat
merugikan secara ekonomis pada sapi potong (Putro, 2004).
Sistem pemasaran merupakan bagian yang penting dari mata rantai barang sejak
diproduksi sampai ke tangan konsumen. Sistem pemasaran juga dapat menentukan
efisiensi pasar suatu tata niaga barang termasuk pangan. Pemasaran yang menimbulkan
biaya tinggi akan berdampak bukan saja mengurangi surplus produsen, tetapi juga akan
membebani konsumen. Terdapat berbagai variasi dalam jumlah agen-agen atau
panjangnya rantai pemasaran, dari yang sederhana dengan rantai yang pendek sampai
pemasaran yang melibatkan mata rantai yang panjang dalam pemasaran pangan
(Mardianto et al., 2003).
C. Metode Praktikum
1. Materi
Materi yang digunakan untuk Manajemen ternak potong dan kerja adalah ternak
sapi untuk digemukkan yang berjumlah 18.000 ekor.
B. Tinjauan Pustaka
Inseminasi buatan (IB) merupakan sebuah teknologi reproduksi bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi reproduksi dan penyebaran bibit unggul secara merata serta dapat
mencegah penyebaran penyakit akibat dari penularan kelamin (Susilawati, 2011). IB
merupakan program yang telah dikenal oleh peternak sebagai teknologi reproduksi ternak
yang efektif. Keberhasilan program IB dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, ternak
betina itu sendiri keterampilan inseminator, ketepatan waktu IB, deteksi berahi, handling
semen dan kualitas semen (Susilawati, 2011). Pamayun dkk. (2014) menyatakan bahwa
keberhasilan IB sangat tergantung pada waktu inseminasi. (Ramli dkk., 2016)
menambahkan penentuan waktu berahi sapi betina perlu di tangani dengan tepat
(Annashru et al, 2017).
Management Kandang ini meliputi pemilihan lokasi kandang, konstruksi kandang,
sanitasi kandang. Kandang merupakan tempat berlindung ternak dari hujan, terik matahari,
pengamanan ternak terhadap binatang buas, pencuri, dan sarana untuk menjaga kesehatan
Kandang memiliki beberapa fungsi penting dalam suatu usaha sapi potong yaitu (1)
melindungi sapi potong dari gangguan cuaca, (2) tempat sapi beristirahat dengan nyaman,
(3) mengontrol sapi agar tidak merusak tanaman di sekitar lokasi peternakan, (4) tempat
pengumpulan kotoran sapi, (5) melindungi sapi dari hewan pengganggu, (6) memudahkan
pemeliharaan, terutama dalam pemberian pakan, minum dan mempermudah pengawasan
kesehatan (Abidin, 2002) hal ini dikutip dari (Perwitasari, 2016).
Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama untuk keberhasilan suatu usaha
peternakan. Pakan bagi ternak berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok,
produksi dan reproduksi. Jenis pakan yang diberikan pada sapi dapat mempengaruhi
produksi dan kualitas semen, serta dapat berpengaruh terhadap kesehatan sapi . Pakan
untuk sapi terdiri atas sejumlah hijauan dan konsentrat. Peranan hijauan pakan menjadi
lebih penting karena berpengaruh terhadap kadar lemak susu yang dihasilkan (simamora et
al, 2015).
Volume semen bangsa Limousin dan Simmental termasuk volume yang berada
pada kisaran normal. Kisaran normal volume semen sapi berkisar antara 3,2-7,3 ml dan
rataan volume semen sapi adalah 4-8 ml. rata-rata volume semen pada sapi Limousin
6,308 ml dan Simmental 6,748 ml. Koefesien keragaman kedua bangsa tersebut berada
pada keadaaan sedang dimana berada hal ini menunjukan bahwa kedua bangsa ini tidak
berbeda nyata. Warna semen segar sapi bangsa Limousin dan Simmental dikategorikan
dalam empat warna yaitu cream, putih susu, kuning dan abnormal (Muada et al, 2017).
Menurut BPTP-Ungaran sanitasi kandang merupakan suatu kegiatan pencegahan
yang meliputi kebersihan bangunan tempat tinggal ternak atau kandang dan
lingkungannya dalam rangka untuk menjaga kesehatan ternak sekaligus pemiliknya.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi sanitasi kandang antara lain lokasi
kandang, konstruksi bangunan kandang, kebersihan kandang dan kepadatan lalat.
Penempatan kandang sebaiknya tidak menjadi satu dengan rumah atau jarak minimal 10
meter dari rumah maupun dari bangunan umum lainnya, lokasi kandang lebih tinggi dari
sekitarnya, tersedia air bersih yang cukup dan terdapat tempat untuk pembuangan kotoran
atau sisa pakan ternak sapi perah. Selain lokasi kandang, hal lain yang mempengaruhi
kondisi sanitasi kandang yaitu konstruksi bangunan kandang (Zuroida dan Azizah, 2018).
Dewasa ini, semen beku yang banyak digunakan dalam program IB di Kabupaten
Aceh Besar adalah produksi semen beku Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dan
Singosari. Jalur distribusi semen beku dari kedua BIB tersebut sampai ke peternakan
adalah BIB-Dinas Peternakan Propinsi-Dinas Peternakan Kabupaten/Kota-Inseminator-
Peternakan. Pada jalur distribusi tersebut, terlihat adanya kegiatan pemindahan semen
beku dari satu kontainer ke kontainer lain dengan frekuensi yang cukup tinggi dan waktu
yang cukup lama. Karena proses pemindahan tersebut, kontak semen beku dengan
temperatur sekitar tidak dapat dihindari, akibatnya spermatozoa dalam straw mengalai
cekaman fluktuasi temperatur yang berulangulang. Selain itu, adanya proses pemindahan
semen beku dari satu kontainer ke kontainer lainnya akan menyebabkan terjadinya
peningkatan temperatur straw, penguapan N2 cair dalam kontainer cepat menyusut,
sehingga mengakibatkan timbulnya perubahan temperatur yang dapat mengganggu
kestabilan mutu semen beku, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas semen dan
tingkat keberhasilan IB di lapangan (Fatah et al 2018).