Tugas Pendaftaran Tanah Kelompok 7 Malaysia
Tugas Pendaftaran Tanah Kelompok 7 Malaysia
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
tanah. Karena tanah jelas menjadi aspek utama dan penting dalam pembangunan,
kepastian pendaftaran tanah dan juga untuk memenuhi ketentuan Pasal 19 ayat (1)
tanah.
lain juga penting untuk dipelajari agar dapat menjadi bahan perbandingan dengan
berkepentingan, antara lain pemegang hak atas tanah, pembeli atau penerima
jaminan hak atas tanah, dan instansi terkait demi tertib administrasi pertanahan.
Oleh karena itu dalam penulisan kali ini, kami membahas mengenai sistem
B. RUMUSAN MASALAH
latar belakang, maka permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah
mengenai:
C. TUJUAN
BAB II
PENDAFTARAN TANAH
Kemerdekaan Indonesia
pajak atas tanah (fiscal cadastre). Sampai tahun 1961, dikenal tiga macam
Landrente. Sebagai dasar bagi penentuan obyek pajak saat itu adalah status
tanahnya sebagai tanah Hak Barat dan tanah hak milik adat, sedangkan wajib
atas tanah, munculah pendaftaran tanah untuk tujuan kepastian hukum (legal
hak dan dikenal tanah hak maupun persil yang kemudian diukur, dipetakan dan
diteliti proses penguasaan oleh pemegang haknya. Hasilnya berupa peta dan daftar
dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta
termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang
sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu
yang membebaninya.
Pendaftaran tanah juga berarti suatu kegiatan adminstrasi yang dilakukan
oleh subjek hukum terhadap status kepemilikan hak atas tanah, baik pemindahan
memberikan jaminan kepastian hukum dan kepastian hak. Hal ini dijelaskan
dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA yang menyatakan untuk menjamin kepastian
bidang yang berbatas. Dalam hukum yang berlaku di dunia ini, pendaftaran tanah
adalah suatu sistem di mana kepemilikan dalam suatu bidang tanah dicatat dan
didaftar oleh pemerintah, demi pemberian suatu tanda atau alat bukti suatu hak
peta pendaftaran dan disajikan juga dalam daftar tanah. Kata ‘kadaster’ yang
menunjuk pada kegiatan bidang fisik tersebut berasal dari istilah latin capitastrum
(suatu daftar yang berisikan data mengenai tanah). Tetapi dalam pengumpulan
sampai penyajian data yuridis, bukan tanahnya yang didaftar, melainkan hak-hak
atas tanah yang menentukan status hukumnya serta hak-hak lain yang membebani
tersebut kemudian2.
pertama kali (initial registration) dan kegiatan pemeliharaan data yang tersedia
2
Boedi Harsono, op.cit, hal.74
6
perubahan pada data fisik dan data yuridis obyek pendaftaran tanah yang telah
berubahnya nama pemegang hak yang sudah berakhir, pemecahan, pemisahan dan
secara:
pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah
2. sporadik berarti kegiatan pendaftaran tanah untuk satu atau beberapa obyek
secara individual atau massal, yang dilakukan atas permintaan pemegang atau
dimaksud adalah:
khususnya.
Untuk hal tersebut di atas berdasarkan Kepres Nomor 190 Tahun 1957
Kementerian Agraria sedangkan tugas dan wewenang Jawatan Agraria beralih dari
diperluas dengan kegiatan Land Reform dan Land Use sehingga dapat dikatakan
8
pilar-pilar kegiatan Kementerian Agraria pada saat berdirinya terdiri dari 4 pilar,
yaitu :
4. Bidang Land Use yang berasal dari Direktorat Tata Bumi Departemen
Umum).
pertanahan di Indonesia sebagai akibat masa penjajahan yang cukup panjang serta
luasnya wilayah Republik Indonesia dengan berbagai suku bangsa dan adat
tanah serta terciptanya suatu lingkungan hidup yang nyaman bersih dan terjamin
keberadaan sumber daya air bagi rakyat Indonesia. Namun sesuatu hal yang ironis
Badan Pertanahan dengan Menteri Negara Agraria dan saat ini kembali menjadi
9
utama untuk dibentuknya Kementrian Agraria pada masa lalu masih jauh dari
harapan.
4. Mutakhir, setiap data yang berkaitan dengan pendaftaran tanah haruslah data
yang terbaru, yang menunjukan keadaan riil pada saat yang sekarang. Setiap
ada perubahan fisik atau benda-benda diatasnya atau hal yuridis atas tanah
terbuka dan boleh diketahui oleh masyarakat. Asas ini bertujuan agar bila ada
Usaha yang menuju ke arah kepastian hukum atas tanah tercantum dalam
dalam Pasal 19 UUPA disebutkan untuk menjamin kepastian hukum dari hak-hak
mengetahui status hukum daripada tanah tertentu yang dihadapinya, letak, luas
dan batas-batasnya, hak atas tanahnya, siapa yang empunya dan beban-beban apa
Menurut para ahli disebutkan tujuan pendaftaran ialah untuk kepastian hak
seseorang itu menjadi jelas misalnya apakah hak milik, hak guna usaha, hak
3
A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 1990),
hal. 6
11
maka berdasarkan hal tersebut dapat ditetapkan besar pajak yang harus
dibayar oleh seseorang. Dalam lingkup yang lebih luas dapat dikatakan
pendaftaran itu selain memberi informasi mengenai suatu bidang tanah, baik
ditetapkan.
itu diwajibkan bagi pemegang hak yang bersangkutan. Dalam ketentuan Pasal 3
tujuan, yaitu:
atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun, dan hak-hak lain yang terdaftar
agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang
bersangkutan.
melainkan merupakan hak bagi pemegang hak atas tanah yang dijamin oleh
12
sebagai daftar umum, yang terdiri atas peta pendaftaran tanah, daftar tanah,
surat ukur, buku tanah dan daftar nama. Para pihak yang berkepentingan,
perbuatan hukum mengenai sutau bidang tanah atau satuan rumah susun
tertentu perlu dan karenanya mereka berhak mengetahui data yang tersimpan
setiap bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk peralihan, pembebanan
1. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik (HM), hak guna usaha
3. Tanah wakaf;
5. Hak tanggungan;
6. Tanah negara.
Ada dua macam sistem pendaftaran tanah, yaitu sistem pendaftaran akta
Baik dalam sistem pendaftaran akta maupun sistem pendaftaran hak, tiap
dengan hak lain kemudian, harus dibuktikan dengan suatu akta, dengan kata lain
Dalam sistem pendaftaran akta, akta-akta itulah yang didaftar oleh pejabat
pengujian kebenaran data yang disebut dalam akta yang didaftar. Tiap kali terjadi
perubahan wajib dibuatkan akta sebagai buktinya. Dalam sistem ini data yuridis
yang diperlukan harus dicari dalam akta-akta yang bersangkutan. Cacat hukum
pada suatu akta bisa mengakibatkan tidak sahnya perbuatan hukum yang
dibuktikan dengan akta yang dibuat kemudian. Untuk memperoleh data yuridis
harus dilakukan apa yang disebut title search, yang bisa memakan waktu dan
4
Boedi Harsono, op.cit, hal. 76-78
14
biaya karena untuk title search diperlukan bantuan ahli. Dalam sistem ini, yang
merupakan tanda bukti hak adalah akta yang digunakan untuk menciptakan hak
registration of title yang kemudian dikenal sebagai sistem Torrens atau sistem
pendaftaran hak. Sistem baru ini lebih sederhana dan memungkinkan orang
memperoleh keterangan dengan cara yang mudah, tanpa harus mengadakan title
kemudian. Akta hanya merupakan sumber datanya. Untuk pendaftaran hak dan
register atau buku tanah. Sebagai tanda bukti hak, diterbitkan sertifikat yang
merupakan salinan register dan dalam Pasal 13 PP 24/1997 juga surat ukur yang
ada khususnya untuk mengelola hak-hak barat dan pada zaman awal kemerdekaan
untuk menyempurnakan kedudukan dan kepastian hak atas tanah yang meliputi:
15
Indonesia
b. Pembukuan hak atas tanah serta pencatatan pemindahan hak atas tanah
tersebut.
dikatakan bahwa sistem pendaftran tanah pada saat itu adalah sistem pendaftaran
akta (regristration of deeds) dimana jawatan pendaftaran tanah pada saat itu hanya
peralihan/pemindahan hak, tidak menerbitkan surat tanda bukti hak yang berupa
sertifikat tanah. Alat bukti kepemilikan tanah pada saat itu berupa akta (akta
dimana hal tersebut ditetapkan dalam Pasal 19 UUPA yang antara lain berbunyi:
di atas jelas tertuang dalam ketentuan angka 2 b dan c dimana pejabat pendaftaran
D. Sistem Publikasi
menyangkut hal sejauh mana orang boleh mempercayai kebenaran data yang
perbuatan hukum mengenai tanah yang haknya sudah didaftar, berdasarkan data
yang disajikan di kantor pejabat pendaftaran tanah atau yang tercantum dalam
surat tanda bukti hak yang diterbitkan atau yang didaftar oleh pejabat pendaftaran
orang yang mendaftar sebagai pemegang hak atas tanah tidak dapat diganggu
gugat lagi haknya. Dalam sistem ini, negara sebagai pendaftar, menjamin bahwa
pendaftaran yang sudah dilakukan adalah benar. Dalam sistem publikasi positif,
selalu menggunakan sistem pendaftaran hak sehingga harus ada register dan buku
tanah sebagai bentuk penyimpanan dan penyajian data yuridis dan sertipikat hak
sebagai tanda bukti haknya. Pendaftaran atau pencatatan nama seseorang dalam
register sebagai pemegang haklah yang membuat orang menjadi pemegang hak
17
atas tanah yang bersangkutan, bukan karena perbuatan hukum pemindahan hak
tersebut merupakan dasar falsafah yang melandasi sistem Torrens, yang mana
Dalam sistem ini, orang yang dengan itikad baik dan dengan
pemegang hak dalam buku tanah, memperoleh hak yang tidak dapat diganggu
gugat (indefeasible title) dengan didaftar namanya sebagai pemegang hak dalam
buku tanah. Juga jika kemudian terbukti bahwa yang terdaftar sebagai pemegang
tersebut telah ada sertipikat atas nama pihak lain yang tidak dapat diubah lagi;
b. Peranan aktif pejabat kadaster memerlukan waktu dan prasarana yang mahal;
c. Wewenang pengadilan diletakkan dalam wewenang pengadilan administrasi.
pembeli, dimana pendaftaran tidak membuat orang yang memperoleh tanah dari
negara sebagai pendaftar tidak menjamin bahwa orang yang terdaftar sebagai
pemegang hak atas tanah, benar-benar orang yang berhak karena menurut sistem
ini, bukan pendaftaran haknya tetapi sahnya perbuatan hukum yang dilakukan
dinyatakan oleh pihak yang meminta pendaftaran. Oleh karena itu, ia sewaktu-
waktu dapat digugat oleh orang yang merasa lebih berhak atas tanah itu. Pihak
yang memperoleh dari orang yang telah terdaftarpun tidak dijamin, walaupun ia
memperoleh tanah itu dengan itikad baik. Dengan demikian, pendaftaran tanah
dengan sistem publikasi negatif tidak memberikan kepastian hukum kepada orang
yang terdaftar sebagai pemegang hak karena negara tidak menjamin kebenaran
data yang disajikan. Dalam sistem publikasi negatif, umumnya digunakan sistem
pendaftaran akta. Tidak ada buku tanah dan tidak pula diterbitkan sertipikat. Yang
merupakan tanda bukti hak adalah akta atau turunan akta yang sudah dibubuhi
tanda pendaftaran.
Dalam sistem ini berlaku asas yang dikenal sebagai nemo plus juris, yang
berasal dari hukum Romawi yang selengkapnya berbunyi ”nemo plus juris in
alium transferre potest quam ipse habet”, artinya orang tidak dapat menyerahkan
atau memindahkan hak melebihi apa yang dia sendiri punyai. Sehingga walaupun
rechtverwerking.
Sistem publikas negatif memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
a. Pemegang hak sesungguhnya terlindungi dari pihak yang tidak berhak atas
tanahnya;
b. Adanya penyelidikan riwayat tanah sebelum penerbitan sertipikat;
c. Tidak ada batasan waktu bagi pemilik tanah sesungguhnya untuk menuntut
saat dapat atau mungkin saja digugat dan dibatalkan jika terbukti tidak sah
penerbitannya;
b. Peranan pejabat pendaftaran tanah yang pasif, tidak mendukung ke arah
negatif tidak pernah digunakan secara murni. Pada sistem positif memberi beban
terlalu berat kepada negara sebagai pendaftar. Apabila ada kesalahan dalam
pendaftaran maka negara harus menanggung akibat dari kesalahan itu. Untuk
menyediakan suatu dana khusus guna menghadapi tuntutan ganti kerugian jika
menghasilkan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat, seperti yang dinyatakan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c, Pasal 23 ayat
(2), Pasal 32 ayat (2) dan Pasal 38 ayat (2) UUPA. Jadi bukan sistem publikasi
negatif murni. Sistem publikasi yang negatif murni tidak akan menggunakan
sistem pendaftaran hak juga tidak akan ada pernyataan seperti dalam pasal-pasal
sertipikat merupakan tanda bukti hak yang kuat, dalam arti bahwa selama tidak
dapat dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum di
dalamnya harus diterima sebagai data yang benar. Kuat tidak berarti mutlak,
namun lebih dari yang lemah sehingga pendaftaran berarti lebih menguatkan
pembuktian pemilikan, akan tetapi tidak mutlak, yang berarti pemilik terdaftar
penjelasan PP 10/1961.6
Dalam PP 10/1961 dinyatakan bahwa pembukuan suatu hak di dalam
daftar buku tanah atas nama seseorang tidak mengakibatkan bahwa orang yang
seharusnya berhak atas tanah itu akan kehilangan haknya. Orang tersebut masih
dapat menggugat hak dari yang terdaftar dalam buku tanah sebagai orang yang
5
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaanya, Jilid I, Hukum Tanah Nasional, (Jakarta:Djambatan,Edisi
Revisi 1999), hal 463.
6
Badan Pertahanan Nasional, Himpunan Karya tulis Pendaftaran Tanah,(Jakarta,1989),
hal 44.
21
berhak. Jadi, cara pendaftaran hak yang diatur dalam PP 10/1961 tidaklah positif,
Pasal 32 ayat (2) PP 24/1997 yang menyatakan bahwa pendaftaran tanah yang
publikasi positif, yang kebenaran data yang disajikan dijamin oleh negara,
prosedur pengumpulan sampai penyajian data fisik dan data yuridis yang
dipertanggungjawabkan kebenarannya.8
publikasi negatif, tetapi bukan negatif murni melainkan apa yang disebut sistem
negatif yang mengandung unsur positif, hal ini dapat diketahui dari ketentuan
Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA, yang menyatakan bahwa pendaftaran meliputi
“pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat”. Dalam Pasal 23, 32, dan 38 UUPA juga dinyatakan bahwa
7
ibid, hal.44
8
Boedi Harsono, op.cit.,hal.464.
22
tidak akan terdapat dalam peraturan pendaftaran tanah dengan sistem publikasi
yang sudah terdaftar itu dijamin kebenaran datanya dan untuk keperluan itu
pemerintah meneliti kebenaran data yang didaftarkannya dan sahnya tiap warkah
yang diajukan untuk didaftarkan sebelum hal itu dimasukan dalam daftar-daftar.
Dalam sistem positif, negara menjamin kebenaran data yang disajikan.
menciptakan suatu “indefesible title” (hak yang tidak dapat diganggu gugat), dan
haknya cukup dilihat buku tanahnya). Sekali didaftar pihak yang dapat
untuk menuntut kembali tanah yang bersangkutan. Jika pendaftaran terjadi karena
(compensation) berupa uang. Untuk itu negara menyediakan apa yang disebut
demikian tidak terdapat dalam UUPA. Dalam sistem publikasi negatif, juga dalam
sistem negatif kita yang mengandung unsur positif, negara tidak menjamin
kepada pemilik terdaftar dari orang yang merasa sebagai pemilik sebenarnya.
9
Boedi Harsono, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional, Cet I, (Jakarta:
Universitas Trisakti,2002), hal.84.
10
Boedi Harsono,op.cit, hal.85,86.
23
pemegang hak terdaftar, maka hal ini berarti bahwa daftar umum yang
orang itu sebagai pemegang hak yang sah menurut hukum. Jadi, pemerintah tidak
bawah tangan (segel-segel) yang dibuat pada masa lampau atau surat-surat
demikian, akta-akta peralihan hak masa lampau dan yang sekarang, memegang
peranan penting dalam menentukan kadar kepastian hukum sesuatu hak atas
tanah.
Sebelum UUPA berlaku, untuk menentukan kadar kepastian hukum
terdapat dalam Pasal 1955 dan 1963 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPer) Buku IV. Kadaluwarsa sebagai upaya memperoleh hak eigendom atas
tanah diatur dalam Pasal 610, 1955 dan 1963 KUHPer. Dalam Pasal 610
ditetapkan bahwa seorang bezitter dapat memperoleh hak eigendom atas suatu
benda karena verjaring . Adapun Pasal 1955 dan 1963 memuat syarat-syaratnya,
diketahui umum, secara tegas bertindak sebagai eigenaar, dan harus dengan itikad
baik. Jika berdasarkan suatu alas hak (title) yang sah harus berlangsung 20 tahun,
perlu menunjukan alas hak. Dengan demikian, pada hakikatnya Pasal 1955 dan
1963 merupakan pelaksanaan dari Pasal 610 KUHPer, yang terletak dalam Buku
II.
Kita telah mengetahui bahwa pasal-pasal agrarian di dalam Buku II telah
dicabut oleh UUPA. Dalam pada itu Pasal 610 tidak khusus mengatur soal
agrarian. Oleh karena itu, pasal tersebut masih tetap berlaku, tetapi tidak penuh,
agrarian (tanah dan lain-lainnya), tetapi masih berlaku sepanjang mengenai benda-
benda lainya yang bukan agrarian. Oleh karena Pasal 1955 dan Pasal 1963
merupakan pelaksanaan dari Pasal 610, maka sungguhpun letaknya tidak di dalam
Buku II KUHPerdata, tetapi di dalam Buku IV, harus dianggap pula sebagai tidak
berlaku lagi mengenai tanah dan lain-lain objek agrarian, bagi penguasaan tanah
baru dan penguasaan tanah yang pada mulai berlakunya UUPA belum berlangsung
20 atau 30 tahun. Bagi penguasaan yang pada mulai berlakunya UUPA sudah
berarti bahwa pada tanggal 24 September 1960 ia sudah memperoleh hak yang
sebagai sebab kehilangan hak atas tanah, kalau tanah yang bersangkutan selama
waktu yang lama tidak diusahakan oleh pemegang haknya dan dikuasai pihak lain
25
melalui perolehan hak dengan itikad baik.12 Oleh karena itu diadakanlah ketentuan
dalam Pasal 32 ayat (2) UUPA. Ketentuan ini bertujuan, pada satu pihak untuk
tetap berpegang pada sistem publikasi negatif dan pada lain pihak untuk secara
seimbang memberikan kepastian hukum kepada pihak yang dengan itikad baik
menguasai sebidang tanah dan didaftar sebagai pemegang hak dalam buku tanah,
dengan sertipikat sebagai tanda buktinya, yang menurut UUPA berlaku sebagai
Akta
1. Malaysia
2. Indonesia
3. Australia
4. Philippines
5. Hongkong
6. New Zealand/Selandia Baru
7. New South Wales
8. Inggris
9. Canada-Hunggaria.
10. Nigeria.
11. Norwegia.
12. Jerman
13. Sweden
14. Austria.
15. Alsae-Larraine.
16. Switzerland
12
Badan Pertanahan Nasional,op cit,hal 67.
26
17. Turkey.
18. Denmark.
19. Rumania.
20. Maroko.
21. Singapura.
22. Belarus.
23. Honggaria.
24. Israel.
25. Jepang.
26. Finlandia.
27. Afrika Selatan.
28. Brunei.
29. Mesir.
30. Scotlandia.
31. Portugal.
32. Spanyol.
33. Cina.
34. Bosnia.
35. Croasia.
36. Peru.
37. Slovenia.
38. Slovakia.
b. Negara-negara yang menggunakan sistem pendaftaran akta, antara lain:
1. Amerika Serikat.
2. Bangladesh.
3. Pakistan.
4. Argentina.
5. Meksiko.
6. Nepal.
7. Srilangka.
8. Yunani.
27
9. Prancis.
10. Spanyol.
11. Belgia.
12. Belanda.
13. Swiss.
14. Scotlandia.
15. India.
16. Ghana.
c. Negara-negara yang menggunakan sistem pendaftaran campuran (akta dan
1. Irlandia.
2. Italia.
3. Pakistan.
4. Belarus.
5. Luxemburg.
6. San Marino.
7. Thailand
8. Tunisia.
9. Syria.
10. Kenya.
11. Iceland.
12. Lithuania.
28
BAB III
PENDAFTARAN TANAH DI MALAYSIA
Inggris.
Mengenai hukum pertanahan di Malaysia adalah bahwa Malaysia mulai
mengenal system Torrens sekitar tahun 1879 dan 1890. Namun karena seperti
sitem hukum pertanahanpun mengikuti system hukum Inggris. Pada saat itu
Malaysia adalah NLC (National Land Code) 1965. Namun kala itu NLC masih
berlaku di beberapa propinsi saja. Selanjutnya NLC ini mengadakan unifikasi atau
tetap diterbitkan.
Beberapa artikel menyatakan bahwa Semenanjung Malaysia, memiliki
pendaftaran hak. Hal ini disebabkan sejak zaman dahulu kala, dokumen hak milik
merupakan alat bukti yang paling kuat dan hal ini tidak dapat disangkal oleh pihak
pendaftaran hak milik tanah. Terkait dengan hal tersebut dalam hal ini, bentuk
tersebut serupa dengan apa yang tertulis dalam buku tanah mengenai kepemilikan
dari suatu tanah. Berdasarkan catatan yang ditulis oleh Holsten dan Williamson
pada tahun 1984 dikatakan bahwa sistem tanah tersebut dikemudian hari
Tanah Negara (KTN). Undang-undang ini telah diberlakukan mulai pada tanggal 1
Januari 1996. Sejak saat itu, sistem pemilikan dan urusan tanah di semua negeri di
tanggal 1 Januari 1996, semua negeri tersebut mempunyai dua sistem pemilikan
undang-undang harta dan pindah hak Inggris) yang dengannya surat ikatan yang
disempurnakan secara tersendiri adalah asas hak milik bagi tanah. Sementara
13
Badan Pertanahan Nasional, Himpunan Karya Tulis Pendaftaran Tanah, tanpa tahun,
tanpa penerbit, halaman 24.
31
berdasarkan kepada prinsip bahwa hak-hak tersendiri atas tanah boleh diperoleh
hanya dari pemberian yang nyata oleh kerajaan atau berikut daripada pendaftaran
di sembilan buah negeri Melayu adalah dikenal secara umum sebagai sistem
KTN telah dibuat berdasarkan kepada F.M.S Land Code 1926 (undang-
undang yang terpakai di Negeri Sembilan, Pahang, Perak dan Selangor sebelum 1
Januari 1996). Untuk menghapuskan sistem di Pulau Pinang dan Malaka, Akta
Kanun Tanah Negara (hak milik-hak milik Pulau Pinang dan Malaka) telah dibuat
Oleh karena itu dengan adanya KTN dan Akta Kanun Tanah Negara (hak
Semenanjung Malaysia tersebut mempunyai sistem tanah yang sama mulai dari 1
Januari 1996. Ini juga berarti bahwa mulai sejak itu, kesebelas negeri di
kerajaan, kepunyaan hak milik tanah yang tidak boleh disangkal dan
tanah. Tujuan dari sistem Torrens ini ialah untuk memberi jaminan dan
kesenangan kepada segala urusan tanah. Hak milik adalah bukti bahwa orang
32
yang disebutkan didalamnya adalah tuan yang punya tanah yang dinyatakan
didalamnya.
Hak milik-hak milik tanah yang sah memerlukan perihal korelasi yang
tepat. Ini berarti bahwa pengukuran tanah harus dibuat. Suatu hak milik boleh
dikeluarkan bagi tanah dengan perbuatan-perbuatan hukum yang sah, tetapi jika
perbuatan-perbuatan hukum itu tidak sah sedangkan hak milik itu tidak boleh lagi
dapat dihapuskan dan dengan itu hak milik itu sebenarnya menjadi tidak boleh
Dari apa yang disebutkan diatas maka bolehlah disimpulkan bahwa ciri-
ciri utama sistem Torrens adalah seperti berikut: dokumen hak milik yang dengan
jelas menentukan tanah itu didaftar di pejabat pendaftaran. Di dalam hak milik itu
didaftarkan segala pengalihan dan urusan yang kemudian terjadi atas tanah itu.
saja tiap-tiap butir mengenai syarat-syarat hak milik asal, tetapi juga nama-nama
pihak yang punya hak pada masa kini dan semua orang lain yang ada kepentingan
yang memiliki tanah akan memegang suatu dokumen hak milik yang jelas, diakui
tanpa memerlukan proses yang rumit dan mahal dalam meneruskan dokumen-
dokumen yang dahulu. Hak milik bagi tanah itu dan hak-hak semua orang yang
Selatan. Sistem ini dinamakan dengan mengambil pemikiran dari Sir Robert
mewujudkan satu sistem perundangan seragam yang berkaitan dengan tanah dan
pemilikan tanah, pendaftaran untuk hak milik tanah dan urusan-urusan tanah di
Di bawah sistem Torrens, hak milik atau kepentingan tanah diperoleh atau
yang tidak boleh didaftarkan ialah perjanjian sewa dan lien. Dalam hal-hal yang
boleh didaftarkan, hak milik atau kepentingan di atas tanah tidak akan berpindah
34
pada dokumen pendaftaran hak milik di bawah kuasa dan perintah pihak yang
berkuasa untuk pendaftaran. Hal-hal lain yang diatur dalam KTN adalah:
Tanah dimiliki pada dasar samada secara hak milik bebas (untuk selama-
perusahaan adalah gadai tanah di bawah Kanun Tanah Negara 1965, yang
jaminan biasa yang mewujudkan gadai tetap dan menyeluruh ke atas aset-aset
semasa kini dan akan datang sebuah perusahaan termasuk harta dan tanah dan
dengan cara pemindahan hak atas perjanjian jual beli harta dan tanah dalam
situasi-situasi di mana tiada hak milik atas tanah itu atau hak milik tanah
belum boleh diperoleh (sebagai contoh unit-unit harta dan tanah di bawah
35
Di bawah Kanun Tanah Negara 1965, seseorang yang bukan rakyat atau
Baru-baru ini Jabatan Perdana Menteri telah mengumumkan bahwa sejak dari
tanggal 1 November 2006, rakyat asing dibenarkan membeli harta dan tanah
pemilikan itu terhadap kepada rakyat asing termasuk yang berdomisili tetap;
hanya untuk kegunaan sendiri, dipajakkan atau untuk tujuan pelaburan; dan
harta dan tanah terletak di dalam satu kawasan, premis-premis atau bangunan
Secara umum, tanah di Malaysia biasanya dikenal pasti atas suatu dasar yaitu
harta dan tanah ‘bertanah' atau harta dan tanah ‘strata'. Harta dan tanah
bertanah biasanya diartikan sebagai harta dengan dokumen hak milik individu.
tanah yang akan menerima strata yang adalah hak milik-hak milik strata untuk
Malaysia
Prosedur pendaftaran pemindahan hak atas tanah di instansi terkait di
Malaysia adalah:
1. Perjanjian jual beli dikirim ke kantor pengecapan (Stamp Office) untuk
of transfer, kopi dari perjanjian jual beli, copy setipikat tanah, dan formulir
3. Bea Materai ajudikasi dari nota transfer. Waktu untuk menyelesaikan adalah
pada penilaian kebijakan departemen, tetapi dalam prakteknya, hal itu terjadi
departemen.
4. Memorandum of Transfer dikirim ke kantor pengecapan untuk dilakukan
atau periode yang ditunjukkan oleh kolektor bea materai. Biasanya kolektor
membayar bea materai. Prosedur ini mungkin memerlukan waktu satu hari
jika pembeli pergi secara pribadi. Kalau tidak bisa memakan waktu hingga 5-7
hari untuk nota transfer yang disahkan dan siap untuk dibayar.
5. Transfer terdaftar di kantor pertanahan. Waktu untuk menyelesaikan adalah
dilakukan dalam waktu 3 bulan sejak tanggal nota transfer, yang biasanya
38
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan
Sumber lain
http://en.wikipedia.org/wiki/Land_Registration_Authority_%28Philippines
%29,ditelusuri 11 Februari 2010
http://www.iskandarmalaysia.com.my/maklumat-untuk-rakyat-asing, ditelusuri 10
Februari 2010