Anda di halaman 1dari 8

RESUME

Judul Jurnl : Penerapan Teori Belajar Behavioristik Dalam Proses Pembelajaran


Volume : Vol. 3 No. 1 Hal.105-127
Tahun : 2016

Penulis : Novi Irwan Nahar (Anggota DPRD Kabupaten Agam Sumatera Barat)

Alamat :http://jurnal.um-
tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/viewFile/94/94

Diunduh : Senin, 08 April 2019

Latar Belakang :

Teori belajar merupakan gabungan dari beberapa prinsip belajar agar ketika diterapkan
dengan baik dan benar dalam proses belajar teori tersebut dapat membantu siswa dengan
mudah memahami materi yang disampaikan. Salah satu teori belajar yang mengedepankan
perubahan tingkah laku pada siswa adalah teori belajar behavioristik. Teori belajar
behavioristik dikatakan berhasil apabila dalam proses belajar terjadi perubahan tingkah laku
yang nyata dan dapat dilihat secara langsung. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan ke
arah yang lebih baik. Pembelajaran behavioristik sering disebut juga dengan pembelajaran
stimulus respons. Artinya teori belajar behavioristik menekankan kajiannya pada
pembentukan tingkah laku yang berdasarkan hubungan antara stimulus dengan respon yang
bisa diamati. Dalam teori ini pengamatan sangat diutamakam, sebab pengamatan merupakan
suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.

Pembahasan dan Hasil :

Belajar terjadi jika adanya interaksi antara stimulus dan respons, Seseorang dianggap
telah belajar apabila dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons.
Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respons berupa reaksi
atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi
antara stimulus dan respons tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respons, oleh karena itu ,apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respons) harus dapat diamati
dan diukur (Putrayasa, 2013:42). Ciri dari teori ini adalah peserta didik bersifat pasif dan tidak
produktif karena dalam teori ini peserta didik akan memeberikan respon hanya ketika ada
stimulus saja. Jika tidak ada stimulus maka peserta didik tidak akan memberikan respon.

Tokoh-tokoh dalam teori ini adalah John B Watson menurutnya bahwa perubahan
perilaku yang terjadi dalam proses belajar tidak hanya oleh faktor internal melainkan faktor
eksternal berupa faktor dari lingkungan sekitar. Serta menurut Watson perubahan yang terjadi
akibat dari stimulus harus bisa diamati dan diukur karena dengan perubahan-perubahan yang
terjadi dapat diketahui bahwa seseorang melakukan tindakan belajar. Sedangakn menurut Ivan
P.Pavlov melalui percobaanya pada anjing, dapat disimpulkan bahwa belajar itu adalah suatu
proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian
menimbulkan reaksi (response). Artinya untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita
memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning
ialah adanya latihan-latihan yang terus-menerus. Dan menurut B.F Skinner unsur yang
terpenting dalam belajar adalaha adanya penguatan (reinforcement). Artinya seseorang harus
betul-betul memahami stimulus-stimulus yang diberikan karena hal tersebut akan
mempengaruhi perubahan tingkah laku yang ditimbulkan. Menurutnya respons yang diterima
seseorang tidak sesederhana demikian, karena stimulus- stimulus yang diberikan akan saling
berinteraksi dan interaksi antar stimulus tersebut yang mempengaruhi respons yang
dihasilkan. Agar suatu jawaban atau tingkah laku yang baru dapat terus diperlihatkan,
diperlukan penguatan rangsangan sekunder atau melalui penguatan rangsangan yang terencana.
Penerapan teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran sangat mudah diamati.
Karena dalam teori ini lebih menekankan interaksi antara stimulus dan respon.

Kesimpulan :

Dalam teori behavioristik siswa seperti robot artinya siswa tidak bebas berkreasi dan
berimajinasi. karena dalam proses belajar pembelajaran yang dirancang pada teori belajar
behavioristik memandang pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan kepada siswa. Hal yang
paling penting dalam teori belajar behavioristik adalah masukan dan keluaran yang berupa
respons. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan oleh guru dan apa saja yang dihasilkan oleh
siswa semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan untuk melihat terjadinya
perubahan tingkah laku.
Komentar & Kritik :

Jurnal ini sudah cukup baik bahasa yang digunakan sangat mudah dipahami. Serta
memaparkan secara jelas dari mulai pendahuluan sampai penjelasan tentang penerapan teori
belajar behaviorisme. Penulisan jurnal ini teratur dan sesuai dengan kaidah pembuatan
penulisan jurnal. Kata yang digunakan juga bersifat baku dan sesuai dengan kamus EYD
bahasa Indonesia. Namun kekurangan dalam jurnal ini adalah penulis tidak melakukan
penelitian secara langsung hanya berupa teori-teori serta penjelasan-penjelasan saja.
Seharusnya penulis melakukan penelitian secara langsung agar pembaca bisa mengetahui
kebenaran-kebeneran tentang penjelasan-penjelasan yang sudah dijelaskan.
RESUME

Judul Jurnl : Pengaruh Gaya Belajar Visual, Auditorial dan Kinestetik Terhadap
Prestasi Belajar
Volume : JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 44, Nomor 2, Halaman 168-174
Tahun : November 2014

Penulis : Arylien Ludji Bire, Uda Geradus, dan Josua Bire

Alamat : https://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/view/5307/4603

Diunduh : Senin, 08 April 2019

Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik dapat mempengaruhi terhadap
prestasi belajar siswa
Pendahuluan :
Gaya belajar merupakan cara termudah yang dilakukan oleh seorang individu dalam
menerima, menyerap dan memahami informasi yang diterima. Gaya belajar sangat
mempengaruhi keberhasilan seorang siswa. Seorang siswa harus mengetahui gaya belajar
seperti apa yang sesuai dengan dirinya agar keberhasilan dalam belajar dapat tercapai. Oleh
karena itu seorang siswa perlu dibantu dalam menemukan gaya belajar yang sesuai dengan
dirinya sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan preferensi sensori yaitu gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Alasan
digunakannya preferensi sensori karena dalam proses kegiatan belajar siswa dapat diamati
melalui alat indera. Sebenarnya setiap siswa pasti menerapkan ketiga gaya belajar tersebut,
namun ada salah satu yang mendominasi dari ketiganya. Sehingga gaya belajar tersebut
dianggap yang paling sesuai untuk dirinya sendiri. Gaya belajar yang sesuai dengan dirinya
maka siswa tersebut akan merasakan kenyamanan dalam belajar dan materi-materi yang
dipelajari akan lebih mudah difahami dan diingat dalam jangka waktu yang panjang. Maka
gaya belajar yang sesuai akan membuat seorang siswa bersemangat dalam belajar sehingga
ketika belajar tidak dijadikan beban. Semangat belajar tersebut akan membuat prestasi belajar
meningkat karena kesesuaian gaya belajar dalam belajar.
Metode :
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik proportionate stratified
random sampling untuk menentukan jumlah sampel. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan dokumentasi. Kuesioner yang digunakan
dirancang dengan menggunakan skala Likert dan dokumentasi digunakan untuk
mengumpulkan data tentang prestasi belajar siswa yang merupakan variabel dependen dalam
penelitian ini.
Hasil dan Pembahasan :

Gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik merupakan
gabungan gaya belajar yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Ketiga gaya tersebut
menurut hasil penelitian berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Setiap siswa
dalam menyerap, memperoleh, dan mengolah informasi berbeda-beda ataupun kemungkinan
ada yang sama, perbedaan tersebut disebut gaya belajar. Mungkin ada yang dengan mudah
menerima informasi baru dengan mendengarkan langsung dari sumbernya, ada yang cukup
dengan tulisan atau memo, dan ada yang harus didemonstrasikan aktivitasnya. Hal tersebut
menunjukkan adanya gaya/ tipe belajar pada manusia dan berpengaruh terhadap hasil yg
diperolehnya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa gaya belajar visual memiliki hubungan positif
terhadap prestasi belajar, koefisien gaya belajar visual sebesar 0,127; artinya semakin tinggi
penggunaan gaya belajar visual maka semakin tinggi prestasi belajar siswa. Gaya belajar visual
membantu siswa memusatkan perhatian dan konsentrasi terhadap materi yang dipelajari
melalui melihat, memandangi, atau mengamati materi pelajaran tersebut. Dengan melihat,
mamandangi, dan mengamati objek yang dipelajari saat membacanya, membantu siswa
memusatkan perhatian dan konsentrasi terhadap materi belajarnya sehingga siswa akan lebih
mudah memahami materi tersebut. Selanjutnya, siswa dengan gaya belajar auditorial lebih
mudah mencerna, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan jalan mendengarkan secara
langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar auditorial memiliki hubungan
positif dengan prestasi belajar, koefisien gaya belajar auditorial sebesar 0,166, artinya se-
makin tinggi penggunaan gaya belajar auditorial maka semakin tinggi prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh gaya belajar auditorial terhadap prestasi
belajar berada pada kategori cukup kuat. Dan bagi siswa yang belajar dengan gaya kinestetik,
kondisi fisik merupakan hal yang utama karena dalam gaya belajar ini siswa akan belajar
dengan cara dia merasakan atau melakukannya secara langsung. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa gaya belajar kinestetik memiliki hubungan positif dengan prestasi belajar. Hal ini
ditunjukkan dengan koefisen gaya belajar kinestetik sebesar 0,148, artinya semakin tinggi
penggunaan gaya belajar kinestetik maka semakin tinggi prestasi belajar siswa. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pengaruh gaya belajar kinestetik terhadap prestasi belajar berada pada
kategori cukup kuat.
Kesimpulan :

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yaitu bahwa gaya belajar visual,
gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik, ketiga tiganya dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil penelitian pada Jurusan Bangunan SMK
Negeri 5 Kupang Tahun Ajaran 2013/2014 menunjukan bahwa semakin tinggi penggunaan
gaya belajar dari salah satu ataupun gabungan dari ketiga gaya belajar tersebut maka semakin
tinggi pula prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh gaya
belajar terhadap prestasi belajar berada pada kategori cukup kuat.

Komentar & Kritik :

Dalam penelitian ini bahasa yang digunakan dalam jurnal ini baik, kata-kata yang
digunakan sederhana sehingga ketika dibaca mudah difahami, teori-teori dari para ahli yang
dicantumkan sangat jelas dan lengkap sehingga mendukung terhadap penjelasan-penjelasan
yang diberikan. Tetapi dalam penelitian ini penulis tidak memaparkan secara jelas tentang
proses penelitian hanya menjelaskan hasil akhirnya saja. Sehingga pembaca kurang memhami
tentang proses terjadinya penelitian. Serta dalam penarikan kesimpulan diharapkan disesuaikan
dengan teori yang dipakai. Agar terciptanya konsistensi pembahasan dalam jurnal.
RESUME

Judul Jurnl : Urgensi Diagnosis Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar


Volume : Volume 2, Nomor 1 Desember 2015 : 1-14
Tahun : Desember 2015

Penulis : H.M.Sattu Alang

Alamat :http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/Al-Irsyad_Al
Nafs/article/view/2557

Diunduh : Sabtu, 20 April 2019

Pendahuluan :

Setiap peserta didik tentunya berhak mencapai keberhasilan dalam belajar, namun
kenyataannya setiap peserta didik pasti memiliki kesulitan dalam belajar. Sehingga kesulitan
yang dialami dapat menghambat keberhasilan dalam belajar. Keberhasilan belajar dapat
diperoleh oleh setiap peserta didik jika mereka dapat belajar dengan wajar, artinya terhindar
dari ancaman, gangguan dan hambatan. Hal tersebut dapat berdampak pada keberhasilan
belajar, ketidakberhasilan itu dapat berupa nilai yang jelek, tidak naik kelas bahkan tidak
lulus.ujian akhir. Kegagalan yang dialami tentunya merugikan berbagai pihak baik keluarga
ataupun lembaga sekolah. Oleh karena itu, mendiagnosis kesulitan dalam belajar perlu
dilaksanakan agar dapat mencegah, mengurangi ataupun meminimalkan kesulitan dalam
belajar.

Pembahasan :

Anda mungkin juga menyukai