Contoh Laporan Pemilu PDF
Contoh Laporan Pemilu PDF
PENDAHULUAN
Bab XI. Proses Pelaksanaan Penetapan Jumlah Suara, Alokasi Kursi dan
Penetapan Calon Terpilih
Bab XII. Proses Pelaksanaan Pengambilan Sumpah/Janji
PELAKSANA PEMILU
B. Rekrutmen dan Penetapan Anggota KPU Kota Yogyakarta serta Kegiatan Awal
KPU Kota Yogyakarta
4. Pelaksanaan Seleksi.
b. Audensi dengan jajaran Muspida Kota Yogyakarta dan Pimpinan DPRD Kota
Yogyakarta.
1. Rekrutmen PPK
Calon anggota PPK diajukan oleh Camat untuk mendapatkan persetujuan KPU
Kota Yogyakarta. Untuk memperoleh persepsi yang sama maka KPU Kota
Yogyakarta mengundang Camat se – Kota Yogyakarta pada tanggal 19 Juli 2003.
Dalam koordinasi dengan para camat tersebut KPU Kota menjelaskan secara rinci
maksud dan tujuan akan diadakannya pembentukan PPK yang prosesnya adalah
melibatkan camat sebagi pihak yang berwenang dalam mengajukan calon-calon
Berdasarkan daftar yang diajukan oleh Camat itulah, KPU Kota Yogyakarta mulai
menseleksi calon-calon anggota PPK dengan kriteria yang telah disepakati oleh
KPU Kota Yogyakarta yaitu :
a. Rekomendasi dari camat, ranking 1-5, mendapat nilai 40, ranking 6 – 10 tidak
mendapat nilai.
b. Pengalaman dalam Pemilu, nilai berkisar 0 – 10.
c. Tingkat pendidikan, nilai berkisar 0 – 10.
d. Pengalaman berorganisasi, nilai berkisar 0 – 10.
e. Tingkat ketokohan, nilai berkisar 0 – 10.
Selain kriteria tersebut ada pertimbangan lainnya yang tidak bisa diukur dengan
nilai yaitu :
a. Ada tidaknya catatan kepolisian dari calon bersangkutan.
Setelah melalui beberapa kali Rapat Pleno dan sesuai dengan jadual yang
ditetapkan, pada tanggal 15 Agustus 2003 KPU Kota Yogyakarta berhasil
memutuskan 70 anggota PPK terpilih dari 14 Kecamatan. Pada tanggal 18 Agustus
2003 daftar nama 70 anggota PPK terpilih diumumkan di media cetak. Selain itu
kepada calon bersangkutan diberikan surat pemberitahuan dan surat undangan
untuk menghadiri pelantikan anggota PPK pada tanggal 21 Agustus 2003.
Dalam proses menanti pelantikan ini, ada seorang calon anggota PPK yang tidak
terpilih dari Kecamatan Gondomanan melakukan protes terhadap KPU Kota
Yogyakarta mempertanyakan mengapa dirinya gagal dipilih sebagai PPK padahal
merasa dirinya cukup mampu dan berkompeten sebagai anggota PPK. Protes
secara per telepon maupun secara tatap muka diterima dengan baik oleh KPU Kota
Yogyakarta. Setelah diberikan penjelasan secara panjang lebar mengapa yang
bersangkutan tidak diterima dan alasan-alasannya, maka keputusan KPU Kota
Yogyakarta dapat diterima yang bersangkutan dan tidak mengganggu proses
selanjutnya.
Tepat tanggal 21 Agustus 2003 yang juga merupakan tanggal waktu pembentukan
PPK (Surat Keputusan terlampir), KPU Kota Yogyakarta secara resmi melantik dan
mengangkat 70 orang anggota PPK se – Kota Yogyakarta di Ruang Rapat Utama
Atas Komplek Balaikota Yogyakarta pukul 09.00 WIB. Dalam pelantikan ini dihadiri
oleh Muspida Kota Yogyakarta, Panwaslu Kota Yogyakarta, Muspika se- Kota
Yogyakarta dan tamu undangan lainnya.
Segera setelah pelantikan dalam rangka mempersiapkan PPK menjalankan tugas
yang sudah menghadang maka KPU Kota Yogyakarta segera mengadakan briefing
terhadap PPK. Materi briefing terhadap PPK ada 4 hal pokok yaitu :
Keempat tugas pokok itulah yang harus segera dilaksanakan oleh PPK terutama
poin ketiga yaitu penetapan anggota PPS terpilih yang pada saat briefing tersebut
dilakukan yaitu pada tanggal 21 Agustus 2003, telah memasuki tahapan perekrutan
anggota PPS di tingkat Kelurahan.
Materi “Pola Organisasi dan Tata Kerja KPU “ disampaikan oleh Aan
Kurniasih,SH Divisi Logistik, Personil dan Keuangan.
Secara Umum Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan dapat berjalan lancar
perhatian para peserta cukup besar hal ini dibuktikan diajukannya pertanyaan-
pertanyaan yang berbobot.
3. Pembentukan PPS
Pelaksanaan P4B ini terdiri atas 2 tahapan, yaitu Proses Pelaksanaan Pendaftaran
Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan sendiri berlangsung pada tanggal 1
April–15 Mei 2003, dan tahap Pencocokan dan Penelitian (Coklit) Hasil P4B.
A. Proses P4B
1. Dasar hukum pelaksanaan P4B adalah MOU antara Komisi Pemilihan Umum
dengan Depdagri dan Badan Pusat Statistik Pusat P4B dilaksanakan secara
Nasional mulai tanggal 1 April s/d 15 Mei 2003.
d. Pelaksanaan P4B.
6. Saran
a. Perlu petunjuk yang jelas dalam kegiatan pemeliharaan data penduduk dan
jumlah pemilih.
b. Perlu penijauan terhadap penyelenggaraan P4B dimasa mendatang sehingga
tidak menimbulkan kerancuan.
1. Dasar Hukum:
a. Surat Edaran Nomor 738/15/IX/2003 tentang pelaksanaan Pencocokan dan
penelitian Hasil P4B serta proses penyusunan dan Pengesahan Daftar pemilih.
b. Surat Edaran Nomor 72/15/1/2004 tentang PPS Dapat mendaftarkan nama
Pemilih dengan mengisi formulir Daftar Pemilih Sementara ( KPU-SSL ).
c. Surat Edaran Nomor 104/15/I/2004 tentang Penyusunan DPT per- TPS
2. Kegiatan:
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang menentukan peran KPU Daerah
dalam pendaftaran pemilih ini, KPU Kota Yogyakarta melaksanakan beberapa
kegiatan sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan kegiatan Coklit P4B yang dilakukan oleh BPS kota
Yogyakarta yang dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2003 sampai dengan 15
November 2003.
g. Koordinasi dengan BPS dan KPU Provinsi dalam rangka penyusunan daftar
pemilih tetap ( DPT ) yg dilakukan pada tanggal 5 Desember 2003 sampai
dengan 27 desember 2003.
h. Menerima Daftar Pemilih Tetap dari BPS Kota Yogyakarta ke KPU Kota
Yogyakarta dan mengirim DPT dari KPU Kota yogyakarta ke PPS Se-kota
Yogyakarta yg dilaksanakan pada tanggal 18 desember 2003 sampai dengan
30 desember 2003.
n. Penyampaian salinan daftar pemilih tetap per TPS kepada KPPS melalui PPK
dan PPS yg dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2004 dan 25 Maret 2004.
3. Hasil/Output:
a. Daftar Pemilih Sementara dalam bentuk manual.
b. Daftar Pemilih Sementara dalam bentuk softcopy.
c. Daftar Pemilih Tetap dalam bentuk manual.
d. Salinan Daftar Pemilih Tetap per-TPS
4. Permasalahan:
a. Banyak kalangan yang tidak puas dengan proses dan hasil dari P4B karena
dalam P4B terdapat berbagai kepentingan yang ada dalam proses P4B tidak
hanya diperuntukkan untuk kepentingan Pemilu tetapi juga kepentingan
kependudukan sehingga data yang dihasilkan harus dipilah-pilah menurut
kepentingan yg ada.
b. Bentuk DPS yang dihasilkan ternyata sangat menyulitkan petugas yang ada
dilapangan seperti PPS karena format DPS tidak sesuai dengan sistem
kemasyarakatan yang ada di kota Yogyakarta yang menurut sistem
RT/RW,sedangkan DPS yg dihasilkan menurut sistem blok dan sistem blok ini
hanya dapat dipahami oleh BPS.
c. Adanya kesulitan PPS dalam mensosialisasikan DPS karena format DPS yang
tidak memungkinkan untuk ditempel di media pengumuman,sehingga hal ini
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam mengakses informasi mengenai
DPS. Karena partisipasi masyarakat yg rendah ini maka mempengaruhi dalam
hal tanggapan masyarakat terhadap DPS,sehingga ini mempengaruhi validitas
data dari DPS yang nantinya akan menjadi DPT.
d. Terjadinya tarik ulur tanggungjawab antara KPU dengan BPS atas DPS yang
dihasilkan karena menuai banyak komplain dari masyarakat.
a. Perlu meninjau ulang isi kesepakatan dengan instansi lain dalam bekerjasama
dalam kegiatan pendaftaran pemilih sehingga tidak terjadi kerancuan
kewenangan antara instansi yang bersangkutan.
A. Dasar Hukum
1. UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
2. UU Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum DPR, DPD, dan DPRD;
3. Keputusan KPU Nomor 105 Tahun 2003, Tentang Tata Cara Penelitian dan
Penetapan Partai Politik menjadi Peserta Pemilu;
Untuk memperjelas uraian tentang pendaftaran peserta pemilu baik dari partai politik
maupun perseorangan, dalam materi pendahuluan ini digambarkan secara ringkas
mengenai pendaftaran partai politik dan pendaftaran peserta pemilu perseorangan
(calon anggota DPD).
Partai politik yang telah mendapatkan status badan hukum melalui pengesahan
Menteri kehakiman, belum dapat dikatakan sebagai peserta pemilu. Berdasarkan
Pasal 7 ayat (1) UU No 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD dan
DPRD, Partai Politik dapat menjadi peserta pemilu apabila memenuhi syarat :
a. diakui keberadaannya sesuai dengan UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai
Politik;
b. memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 2/3 dari seluruh jumlah
Propinsi;
c. memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 2/3 dari seluruh jumlah
kab/kota di Propinsi sebagaimana dimaksud dalam huruf b;
d. memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 orang atau sekurang-kurangnya
1/1.000 dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan partai politik
sebagaimana dimaksud huruf c yang dibuktikan dengan kartu tanda anggota
partai politik;
e. pengurus sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf c harus mempunyai
kantor tetap;
f. mengajukan nama dan tanda gambar partai politik kepada KPU.
Pasal 11 ayat (1) UU No 12 tahun 2003 menyebutkan bahwa untuk dapat menjadi
calon anggota DPD, peserta pemilu dari perseorangan harus memenuhi syarat
dukungan dengan ketentuan :
a. provinsi yang berpenduduk sampai dengan 1.000.000 orang harus didukung
sekurang-kurangnya oleh 1.000 orang pemilih;
b. provinsi yang berpenduduk lebih dari 1.000.000 sampai dengan 5.000.000
orang harus didukung sekurang-kurangnya oleh 2.000 orang pemilih;
c. provinsi yang berpenduduk lebih dari 5.000.000 sampai dengan 10.000.000
orang harus didukung sekurang-kurangnya oleh 3.000 orang pemilih;
d. provinsi yang berpenduduk lebih dari 10.000.000 sampai dengan 15.000.000
orang harus didukung sekurang-kurangnya oleh 4.000 orang pemilih;
e. provinsi yang berpenduduk lebih dari 15.000.000 orang harus didukung
sekurang-kurangnya oleh 5.000 orang pemilih;
Setiap Partai Politik yang melalui proses verifikasi terlebih dahulu wajib
menyerahkan; 1) daftar kepengurusan, 2) jumlah anggota sekurang-kurangnya 400
orang pemilih, 3)domisili kantor (terdapat pengesahan dari camat setempat) dan, 4)
melampirkan nama dan tanda gambar partai politik.
Terdapat 36 Partai Politik baru yang teridentifikasi di wilayah Kota Yogyakarta,
dengan rincian sebagai berikut :
a. ada 31 partai politik yang menyerahkan berkas administratif kepada KPU Kota
Yogyakarta dengan batasan waktu yang telah ditetapkan, sehingga melalui
proses verifikasi;
b. terdapat 3 Partai Politik yang terlambat menyerahkan berkas (tidak memenuhi
batasan waktu yang telah ditetapkan), sehingga tidak diverifikasi yaitu; Partai
Gotong Royong, Partai Persatuan Nahdatul Ummah Indonesia, dan Partai
Demokrat Bersatu.
c. ada 2 partai Politik sama sekali tidak menyerahkan berkas yaitu : Partai Islam
Indonesia dan Partai Kesatuan Republik Indonesia.
Teknis verifikasi yang dilakukan terhadap partai politik yang menyerahkan berkas
kepada KPU Kota Yogyakarta, dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu 1) tahapan yang
tidak melalui perbaikan atas hasil verifikasi atdan, 2) tahapan yang melalui proses
perbaikan atas hasil verfikasi tahap pertama. Dari 31 partai politik yang
menyerahkan berkas dan wajib melalui proses verifikasi, hanya terdapat 1 Partai
Politik yang tidak melalui proses parbaikan yaitu Partai Demokrat, (langsung
dinyatakan lolos pada tahap pertama) sedangkan 30 partai politik harus melalui
tahap perbaikan. Dari ke 30 partai politik yang melalui proses perbaikan hanya ada
2. Verifikasi Perseorangan
Pada prinsipnya verifikasi peserta pemilu perseorangan tidak jauh berbeda dengan
partai politik, KPU Kota Yogyakarta hanya memastikan domisili dari masing-masing
calon anggota DPD sesuai dengan yang diamanahkan oleh KPU Propinsi, dan
melakukan penelitian terhadap keabsahan dukungan oleh masing-masing
pendukung di wilayah Kota Yogyakarta atas hasil sampling 10 % yang dilakukan
oleh KPU Propinsi.
KPU Kota Yogyakarta membentuk Pokja Verifikasi Partai Politik dan Perseorangan,
dalam pokja tersebut dibentuk korwil sesuai dengan daerah pemilihan, korwil
bertugas dan bertanggungjawab terhadap proses verifikasi keanggotaan parpol dan
dukungan calon anggota DPD dalam wilayah kerjanya. Setiap korwil membawahi
korgas (koordinator petugas) dalam hal ini ketua PPK (Panitia Pemilihan
Kecamatan), sedangkan anggota PPK adalah merupakan petugas lapangan untuk
mengecek kebenaran faktual atas keanggotaan seseorang di partai politik
dukungan seseorang terhadap calon anggota DPD.
Setiap laporan atas hasil penelitian oleh petuga lapangan (anggota PPK) wajib
diketahui oleh Korgas, atas laporan tersebut langsung disampaikan kepada Korwil
(anggota KPU) dan dilanjutkan hasil laporan dari Korwil disampaikan kepada
bagian pendataan pokja. Pendataan Pokja mempunyai tugas untuk meresume hasil
verifikasi masing-masing partai politik dan masing-masing Calon DPD. Untuk Partai
Politik harus dipastikan, apakah parpol tersebut sudah dapat dianggap memenuhi
syarat pada tahap pertama, ataukah masih perlu dilakukan pebaikan. Apabila
masih diperlukan perbaikan, seketika itu juga disampaikan kepada Parpolnya untuk
melakukan perbaikan beserta alasan mengapa dilakukan perbaikan tersebut.
Sedangkan untuk calon anggota DPD, hasil penelitian yang dilakukan oleh Pokja,
langsung diserahkan kepada KPU Kota Yogyakarta atas hasil penelitian pokja
kemudian ditindaklanjuti kepada KPU Provinsi. Selanjutnya, KPU Provinsi yang
akan menentukan apakah seorang calon anggota DPD yang diverifikasi tersebut
harus melalui proses perbaikan atau tidak. Jika masih dalam taraf perbaikan, maka
KPU Propinsi menyampaikan kepada KPU Kabupaten/Kota untuk melakukan
D. Output
1. Dari 31 Partai Politik yang diverifikasi oleh KPU Kota Yogyakarta hanya terdapat 16
atau 51,61% Partai Politik yang memenuhi syarat. Partai Politik tersebut adalah
sebagai berikut : PKPB, PBR, PKP Indo, PKS, PSI, Pelopor, Merdeka, PNI
Marhaenis, Partai Pewarta DKB, P Katolik Demok Indo, Patriot Pancasila, P Nas
Induk Banteng Kemerdekaan 1927, Partai Reformasi, PNBK, P Demokrat dan, P
Kongres Pekerja Indonesia, dan;
2. Hasil verifikasi calon anggota DPD yang berdomisili di wilayah Kota Yogyakarta
yang diserahkan kepada KPU Provinsi.
E. Permasalahan
1. Tidak adanya penjelasan secara tegas mengenai populasi terbaru keanggotaan
partai politik pada penelitian tahap kedua (masa perbaikan).
5. Terdapat dukungan ganda baik dalam partai politik maupun persorangan, dan
dukungan yang berasal dari dunia lain kepada calon anggota DPD (Yuventius
A. Pendahuluan
Tahap Penetapan Jumlah Kursi ini merupakan tahapan yang menindaklanjuti hasil
P4B pada tahapan sebelumnya. Penetapan jumlah kursi legislatif di setiap daerah
diputuskan oleh KPU Pusat. Peran KPU Daerah, temasuk KPU Kota Yogyakarta,
adalah mensosialisasikan kepada seluruh stake holder di daerah dan menindaklanjuti
penetapan tersebut dengan merumuskan alternatif Daerah Pemilihan dan jumlah kursi
di Daerah Pemilihan tersebut dengan melibatkan Partai Politik di daerah.
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD dan
DPRD
2. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 673 Tahun 2003 tentang Penetapan
Jumlah Kursi DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
C. Kegiatan
Berdasarkan peran KPU Daerah pada fungsi penetapan jumlah kursi ini, KPU Kota
Yogyakarta melaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Mensosialisasikan Keputusan KPU tentang jumlah kursi DPRD Kota Yogyakarta
tahun 2004 – 2009 berdasarkan hasil P4B.
D. Output
1. Rumusan Alternatif Daerah Pemilihan Kota Yogyatakarta (terlampir)
E. Permasalahan
1. Banyak kalangan mempersoalkan hasil P4B, karena kompetensi petugas di
lapangan kurang memadai sehingga hasil akhir banyak yang mempertanyakan
validitasnya.
2. Jumlah penduduk Kota Yogyakarta hasil P4B hampir mendekati angka 400 ribu
jiwa (yaitu 391.598 jiwa) sehingga hampir mendapatkan jatah 40 kursi DPRD.
Dengan validitas hasil P4B yang dipertanyakan tersebut, unsur parpol melakukan
penekanan pada KPU Kota untuk merealisasikan 40 kursi tersebut.
3. UU Nomor 12/2003 tidak secara tegas, jelas dan spesifik menentukan dasar
penetapan jumlah kursi DPRD. Jumlah penduduk yang menjadi acuan penetapan
jumlah kursi tersebut tidak secara eksplisit dan sepesifik dicantumkan, misalnya
jumlah penduduk hasil sensus 1 (satu) tahun sebelum pemungutan suara
dilaksanakan.
F. Rekomendasi
1. Perlu meninjau kembali dan melakukan penyempurnaan pada proses P4B,
terutama pada teknis pelaksanaannya.
A. Pendahuluan
Betapa tidak, selain memiliki beban untuk menyelenggarakan Pemilu, KPU dan KPUD
masih memiliki tugas untuk mensosialisasikan segala hal yang berkaitan dengan
pemilu kepada masyarakat. Slogan KPU bahwa Pemilu 2004 Beda, memang
demikianlah adanya, beda sistemnya, beda waktunya, beda calonnya, beda
penyelenggaranya, dan beraneka macam perbedaan lainnya.
Pemilu tahun 2004 menggunakan sistem yang baru baik untuk Pemilu Legislatif
maupun Pemilu Presiden. Sistem pemilu dalam pemilu legislatif menggunakan 2
sistem sekaligus yaitu, sistem proporsional terbuka untuk memilih anggota DPR dan
DPRD dan sistem Distrik berwakil banyak untuk memilih anggota DPD. Mengingat
sistem yang masih baru tersebut, masyarakat membutuhkan informasi dan sosialisasi
pemilu agar dapat menggunakan hak pilihnya dengan baik dan benar. Begitu pula
dengan sistem Pilpres yang notabene baru pertama kali digelar di Indonesia,
menggunakan model 2 kali putaran (run off/two round sytem) seperti halnya di
Perancis, masyarakat tentu membutuhkan penjelasan yang lebih dalam dan luas lagi.
Dalam masalah ini, peran divisi pendidikan, informasi dan kajian pengembangan
pemilu KPU Kota Yogyakarta sangatlah penting, sehingga perlu merencanakan
berbagai kegiatan sosialisasi untuk memberikan penjelasan tentang seluk-beluk pemilu
kepada seluruh lapisan masyarakat. KPU Kota berusaha dengan semaksimal mungkin
untuk mendesain dan mengemas kegiatan sosialisasi dalam berbagai bentuk dan
metode, mulai dari tatap muka, barang cetakan dan media elektronik.
KPU Kota berusaha mengkonsep kegiatan sosialisasi dalam bentuk yang semenarik
mungkin dan dengan pendekatan. Dari hasil kontemplasi, pemikiran dan diskusi yang
mendalam, akhirnya lahirlah berbagai kegiatan yang kreatif, inovatif, dan berbudaya.
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD dan
DPRD
2. Keputusan KPU No. 33 tahun 2002 tentang Kode etik Pelaksana Pemilihan Umum
3. Keputusan KPU No. 623 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Informasi
Pemilihan Umum dan Pendidikan Pemilih.
Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota
adalah sebagai berikut :
a. Sosialisasi Pemilu di tingkat Kecamatan.
Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan dengan sasaran utama yaitu para tokoh
masyarakat di tingkat Kecamatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11
s.d. 27 Agustus 2003 di Pendopo masing-masing Kecamatan se-Kota
Yogyakarta sebanyak 14 Kecamatan. Peserta terdiri dari berbagai unsur yaitu
tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan, aktifis
organisasi masyarakat, tokoh partai politik dan aparat kecamatan. Kegiatan ini
dilaksanakan bekerjasama dengan pihak kecamatan, karena pada saat itu PPK
belum/sedang dibentuk.
Selain kegiatan sosialisasi yang direncanakan dan dilaksanakan oleh KPU Kota
sebagaimana telah dipaparkan di atas, KPU Kota juga memenuhi undangan
sosialisasi dari berbagai instansi, LSM dan warga masyarakat di Kota
Yogyakarta, sebagaimana terlampir.
2. Media Elektronik
Sosialisasi melalui media elektronik dilaksanakan dengan cara menggelar talkshaw
di berbagai radio seperti Radio Retjo Buntung FM, Radio Istakalista, Radio Unisi,
Radio Trijaya FM, RRI, dll. Kegiatan talkshaw ini ada yang dilakukan secara
insidentil sesuai dengan permintaan dari radio tersebut, tetapi ada juga yang
KPI
- Kajari
- Parpol
3. Media Cetak
Sosialisasi melalui media cetak yang dimaksud disini adalah penyebaran informasi
pemilu dengan cara membuat barang cetakan dan publikasi indoor maupun out
door.
b. Stiker
Pembuatan stiker dimaksudkan untuk memberikan informasi yang simpel dan
mudah kepada masyarakat dan bersifat lebih permanen. Stiker dicetak
sejumlah 5.000 lembar dengan sasaran sosialisasi adalah pengendara sepeda
motor, mobil dan angkutan umum. Ada 2 titik lokasi penyebaran stiker yaitu
pertama, di perempatan kantor pos besar Untuk pengendara sepeda motor dan
mobil sedangkan yang kedua di terminal Umbulharjo untuk angkutan umum
yaitu bus kota dan bus antar kota dalam propinsi.
c. Kalender
Kalender Pemilu 2004 didesain untuk memberikan informasi tahapan-tahapan
pemilu legislatif dalam bentuk kalender, sehingga mudah diingat oleh
masyarakat. Kalender ini dibuat sejumlah 2.000 eksemplar dengan sasaran
penyebaran yaitu seluruh ketua RW se-Kota pada saat acara Pencanangan
Pekan Sosialisasi Pemilu di Gedung Pamungkas tanggal 12 Desember 2003.
Selain itu juga disebarkan di kantor-kantor instansi pemerintah di lingkungan
Pemerintah Kota Yogyakarta.
d. Rontek
Rontek pemilu 2004 dibuat untuk mendukung program kegiatan Kampanye
Berbudaya. Rontek ini dibuat sejumlah 500 buah. Titik lokasi pemasangan
e. Baliho
Baliho yang dibuat ini juga untuk mendukung program kegiatan Kampanye
Berbudaya agar bertambah meriah. Jumlah Baliho yang dibuat sebanyak 1
buah dan dipasang di perempatan Gondomanan selama masa Kampanye
sampai dengan pasca pemungutan suara.
f. Spanduk
Spanduk pemilu dibuat sebanyak 20 buah dan di pasang di 20 titik lokasi
strategis yang mudah dibaca oleh masyarakat luas.
g. Jumpa Pers
Jumpa pers dilaksanakan dengan cara mengundang wartawan media cetak dan
elektronik untuk mempubikasikan setiap kegiatan atau informasi dan kejadian
penting dalam pemilu melalui media massa, sehingga masyarakat dapat terus
memantau perkembangan proses dan pelaksanaan Pemilu di Kota Yogyakarta.
A. Pendahuluan
Kegiatan Kampanye Pemilu 2004 sangat berbeda dengan kegiatan kampanye Pemilu
1999, hal ini disebabkan adanya perubahan dari sebuah sistem penyelenggaraan
Pemilihan Umum. Pelaksanaan kampanye di Kota Yogyakarta pada Pemilu 2004 baik
untuk peserta pemilu partai politik dan perseorangan maupun kampanye pemilu
Presiden dan Wakil Presiden putaran pertama dan kedua dapat dikatakan berjalan
dengan baik, dikarenakan adanya upaya prakondisi yang dilakukan oleh KPU Kota
Yogyakarta dengan melibatkan beberapa pihak yang terkait dalam penyelenggaraan
Pemilu antara lain peserta pemilu Parpol dan Perseorangan, Pemerintah Kota
Yogyakarta, Panwaslu Kota Yogyakarta, DPRD Kota Yogyakarta, Kepolisian Kota
Besar Yogyakarta dan, KODIM Kota Yogyakarta.
Dalam penyelenggaraan Kampanye Pemilu 2004, KPU Kota Yogyakarta mempunyai
Visi dan Misi yaitu “KAMPANYE BERBUDAYA” yaitu kampanye yang anti kekerasan,
ramah lingkungan, bernilai estetika, sopan, tertib, dan edukatif. Latar belakang
munculnya kampanye berbudaya tidak terlepas dari upaya dari masing-masing calon
dalam berkampanye untuk lebih mengenal kondisi sosial-kultur masyarakat dimana
calon akan melakukan kegiatan kampanye disuatu daerah pemilihan. Prakondisi
kampanye berbudaya yang dilakukan oleh KPU Kota Yogyakarta diaktualisasikan
dalam bentuk kegiatan “PENCANANGAN KAMPANYE BERBUDAYA”.
Beberapa kegiatan lainnya yang dilakukan oleh KPU Kota Yogyakarta pra-kampanye,
yaitu :
1. Sosialisasi Keputusan KPU No. 701 Tahun 2004 tentang Tata Cara Kampanye
anggota DPR, DPD, dan DPRD kepada Partai Politik, Panwaslu Kota Yogyakarta,
Poltabes Yogyakarta, Pemerintah Kota Yogyakarta, DPRD Kota Yogyakarta, Kodim
Kota Yogyakarta, dan PPK se Kota Yogyakarta.
2. Koordinasi rutin dengan pihak kepolisian, pemerintah Kota Yogyakarta, peserta
pemilu Parpol dan Perseorangan, Panwaslu Kota Yogyakarta, dan Pemerintah
Kota Yogyakarta.
Dalam laporan ini, masing-masing kegiatan kampanye di bagi menjadi 4 sub bagian
yaitu penyusunan jadwal kampanye, Implementasi teknis kampanye, penegakan
d. KPU Propinsi DIY segera melakukan koordinasi dengan KPU Propinsi Jawa
Tengah untuk mengantisipasi mobilisasi massa luar daerah DIY dengan
batasan-batasan daerah tertentu antara lain Kabupaten Klaten, Magelang, dan
Purworejo dengan melibatkan Kepolisian Daerah (POLDA) masing-masing.
b. Partai politik tingkat Kota Yogyakarta tidak dapat memenuhi ketentuan Kep.
KPU No. 701 Tahun 2004, mengenai penyusunan jadwal kampanye dengan
memperhatikan urutan partai politik, sebab hal tersebut tidak mungkin dapat
dilaksanakan mengingat beberapa partai lama akan bertemu pada hari yang
bersamaan dan cenderung dapat menuai terjadinya konflik. Jadi yang
dilaksanakan adalah langkah preventif.
c. dalam pelaksanaan kampanye partai politik lebih mengutamakan pada
pendakatan kampanye berbudaya yaitu kampanye anti kekerasan, ramah
lingkungan, bernilai estetika, sopan, tertib dan edukatif.
d. pada tanggal 10 maret 2004 atau sehari sebelum dilaksanakannya kampanye,
KPU Kota Yogyakarta diminta untuk memfasilitasi partai politik dalam
mengaktualisasikan kampanye berbudaya kedalam bentuk kegiatan
“Pencanangan dan Kirab Kampanye Berbudaya” yang diikuti 24 Partai Politik
dan 33 calon anggota DPD serta partisipasi dari Persatuan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI).
Selama masa pelaksanaan kampanye dari tanggal 11 maret sampai dengan 1 April
2004, terlihat bahwa masih dominannya partai lama dalam kegiatan kampanye
seperti PDIP, PAN, GOLKAR, dan PPP. Namun beberapa partai politik lain seperti
PK Sejahtera, Partai Demokrat, PKPB, dan PNBK tetap antusias melakukan
kampanye, sedangkan partai politik lain tetap berdiam diri/tanpa ada aktifitas yang
Dengan adanya sistem pemilu 2004 yang beda, terdapat beberapa calon yang
memaknai bahwa dalam berkampanye, cukup atas nama sendiri si calon tanpa
membawa nama partai politik dapat saja dilakukan, ini akibat pengaruh/ketokohan
si calon di daerah pemilihannya. Namun partai-partai besar seperti PDIP, PAN,
GOLKAR, PPP, PKB, dan PK Sejahtera membawa nama partai politiknya. Prinsip
kolektifitaslah (bukan Individu) yang diutamakan dalam berkampanye.
Selama kampanye berlangsung proses monitoring tetap dilakukan oleh KPU Kota
Yogyakarta melalui pokja monitoring kampanye dan TIM Terpadu Monitoring yang
melibatkan Panwas, Pemerintah, Kepolisian, TNI, Partai Politik dan KPU Kota
Yogyakarta. Dalam pelaksanaan monitoring yang dilakukan oleh KPU Kota
Yogyakarta melalui pokja monitoringnya, dibagi menjadi 5 wilayah (sesuai jumlah
daerah pemilihan) dimana masing-masing wilayah ada penanggungjawabnya yaitu
KORWIL (koordinator wilayah) jabatan korwil dipegang oleh anggota KPU (secara
ex officio) yang dibantu oleh tenaga sekretariat KPU Kota Yogyakarta. Masing-
masing korwil melakukan tugasnya di daerah pemilihan yang dibantu oleh PPK
yang berada dikecamatan masing-masing. PPK dilibatkan dalam monitoring
kampanye, karena alasan tugas pembantuan kepada KPU Kota Yogyakarta.
b. Alat peraga seperti spanduk yang melintangi jalan dan terpasang dijembatan,
brosur/leaflet yang banyak menempal di pasar-pasar, lampu hias, traffic light
dan rumah penduduk tanpa izin si pemilik;
c. Kampanye dengan pawai kendaraan bermotor diluar rute yang ditentukan, tidak
memakai helm, boncengan 3 orang, dan lain sebagainya yang terkait
pelanggaran lalu lintas;
d. Terjadi konflik di jalan Taman Siswa antara simpatisan partai politik yang
berkampanye saat itu (PPP) dengan salah seorang warga masyarakat biasa,
kejadian tersebut berakibat pada pembacokan salah seorang warga yang
setelah diidentifikasi warga tersebut mantan paskam PPP yang sudah
menyebrang ke PKPB, sehingga dapat disimpulkan bukan merupakan
pelanggaran kampanye tetapi kriminal murni berupa dendam pribadi;
a. melakukan pra-kondisi terhadap visi dan misi KPU Kota Yogyakarta yaitu
kampanye berbudaya. Melalui wacana yang terus menerus digulirkan, KPU
Kota mendapat tanggapan positif dari masyarakat dan sebaiknya kampanye
berbudaya dibangun dengan meletakkan partai politik dan masing-masing calon
sebagai garda terdepan untuk mensosialisasikannya dengan tujuan dapat
mengakar diseluruh lapisan masyarakat Kota Yogyakarta. KPU berupaya
secara maksimal agar visi dan misi ini sampai pada Panwas, Pemerintah,
Kepolisian, TNI, Peserta pemilu (Parpol dan DPD), LSM, Tokoh masyarakat,
dan seluruh masyarakat Kota Yogyakarta agar dapat dijadikan sebagai simbol
dan terus diwacanakan, sehingga ada beban tanggungjawab untuk tetap
berkomitmen dalam merealisasikan kampanye berbudaya tersebut.
b. melakukan komunikasi terhadap beberapa kelompok potensial (informal) yang
selama ini dianggap memiliki power.
e. meminta kepada pihak kepolisian untuk bersikap persuasif pada mingu pertama
kampanye, namun pada minggu kedua dan ketiga sudah memaksimalkan untuk
melakukan penindakan jika ada yang ditemukan pelanggaran dari ketentuan
peraturan yang berlaku.
A. Pendahuluan
B. Dasar Hukum
2. Keputusan KPU Nomor 675 tahun 2003 tentang Tata Cara Pendaftaran, Penelitian
Administrasi dan Penetapan Calon DPR, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota.
3. Keputusan KPU Nomor 637 Tahun 2003 tentang Tatacara Pergantian Antar Waktu
Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.
D. Output
1. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Nomor 01 Tahun 2004
tentang Penetapan Daftar Nama dan Nomor Urut Calon Anggota DPRD Kota
Yogyakarta pada Pemilu 2004 (diundangkan dalam Lembaran Daerah Nomor 01
Tahun 2004, tanggal 29 Januari 2004 )
2. Daftar Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta (Form
BE).
E. Permasalahan
1. Peserta Pemilu dan Calon Legislatif banyak mengeluhkan tentang waktu yang
terbatas dan biaya yang cukup tinggi untuk memenuhi persyaratan sebagai calon
legislatif, terutama biaya cek kesehatan, kepolisian dan pengadilan.
2. Tidak ada kejelasan tentang instansi yang berkompeten untuk menyatakan calon
tidak terlibat G30S/PKI.
4. Partai Politik sering berupaya untuk melibatkan KPUD pada persoalan internal
Partai dalam proses penyusunan calon legislatif.
2. KPU Pusat perlu membuat Nota Kesepahaman dengan instansi di tingkat pusat
terkait dengan keterlibatan instansi tersebut yang ada di daerah tentang
standarisasi pelayanan dan biaya pelayanan tersebut.
4. Perlu ketegasan dalam pedoman teknis apakah KPUD lebih memfokuskan pada
aspek administratif dalam memverifikasi persyaratan calon legislatif.
A. Pendahuluan
Secara umum distribusi logistik pada Pemilu Legislatif lumayan tersendat-sendat. Hal
ini disebabkan banyak faktor yang meliputinya yaitu pola pengadaan logistik yang
disentralkan di KPU Pusat, padahal kebutuhan logistik untuk Pemilu Legislatif baik dari
segi format dan jumlahnya merupakan hal yang baru bagi KPU Pusat sehingga terjadi
keterlambatan pada bidang logistik Pemilu. Pada tahap ini peran dari KPU Kota
minimal hanya sebagai kantor pos saja yang tugasnya hanya menerima kiriman dari
KPU Pusat dan KPU Propinsi yang kemudian diteruskan dengan mendistribusikan ke
tingkat PPK dan PPS.
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 20-24
C. Kegiatan
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang menentukan peran KPU Daerah
dalam bidang logistik ini, KPU Kota Yogyakarta melaksanakan beberapa kegiatan
sebagai berikut :
1. Pengadaan Kelengkapan TPS yg dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2004 sampai
dengan 10 Maret 2004.
2. Penyortiran Surat Suara dan pelipatan surat suara yang dilakukan di tingkat PPK
dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2004 sampai dengan 27 Maret 2004.
3. Perakitan kotak suara yang dilakukan di tingkat PPK yang dilaksanakan pada
tanggal 20 Maret 2004 sampai dengan 27 Maret 2004.
D. Output
E. Permasalahan
1. Kurangnya petunjuk teknis mengenai seluk beluk logistik yang rumit sehingga
terjadi kebingungan di tingkat PPK, PPS dan KPPS dalam melaksanakan
pengaturan tentang logistik.
2. Tergantungnya KPU daerah terhadap KPU pusat akibat sentralisasi logistik
sehingga KPU Daerah keteteran.
F. REKOMENDASI
1. Disusun petunjuk teknis tentang serba-serbi logistik lebih awal sehingga bisa
mengantisipasi kebingungan yg akan terjadi.
2. Adanya desentralisasi logistik pada barang-barang tertentu yang bisa ditangani di
daerah sehingga di daerah tidak tergantung pada KPU Pusat.
A. Pendahuluan
Pelaksanaan Pemilu Legislatif 2004 dengan bentuk yang berbeda sama sekali dengan
pemilu-pemilu sebelumnya ternyata membawa implikasi teknis yang tidak mudah dan
bisa dikatakan sangat rumit. Boleh dikata KPU Kota Yogyakarta, dan mungkin juga
KPU Kabupaten / Kota lainnya terjebak ke dalam persiapan teknis yang sangat
komplek. Hal ini diperparah dengan adanya kebijakan KPU yang sentralistis dalam
hampir semua pengadaan kebutuhan logistik dan kelengkapan administrasi lainnya.
Sedikitnya wewenang yang diberikan menyebabkan KPU Kabupaten / Kota terlalu
sering dan lama dalam posisi menunggu dan menunggu kiriman baik dari KPU
maupun KPU Propinsi. Belum lagi apabila kiriman yang diterima tidak sesuai dengan
kebutuhan maka semakin menambah kerumitan yang telah ada.
Terbentuknya KPU Kabupaten / Kota di Propinsi DIY pada tanggal 13 Juni 2004
sampai dengan pelaksanaan pemungutan suara pada tanggal 5 April 2004 tidak
memberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan sebuah Pemilu yang berbeda
sama sekali dari sisi konsep apalagi implikasi teknis yang timbul. Kebijakan yang
sentralistis dalam pengadaan logistik pemilu menambah daftar panjang ketersiksaan
KPU Kota Yogyakarta. Satu hal yang cukup membuat KPU Kota Yogyakarta prihatin
adalah adanya kemungkinan bahwa kebijakan sentralistis dibuat oleh KPU karena
didasari kecurigaan KPU Kabupaten / Kota akan melakukan KKN bila mempunyai
wewenang dalam pengadaan kebutuhan logistik pemilu. Ini dapat ditengarai dari
ucapan salah seorang anggota KPU yang membawahi tugas pengadaan logistik dalam
sebuah rapat kerja teknis persipan pemilu legisltaif.
Salah satu dasar KPU Kota Yogyakarta dalam perencanaan pemungutan suara
pemilu legislatif adalah perencanaan jumlah TPS. Dalam PPKO 2004 yang disetujui
untuk KPU Kota Yogyakarta bahwa jumlah TPS adalah 1150. Perencanaan angka
1150 ini berdasar dari hasil P4B tentang jumlah penduduk dan pemilih pada tahun
2003. Berdasarkan perhitungan matematika jumlah pemilih hasil P4B maka jumlah
TPS yang dibutuhkan adalah 1039. Dengan pertimbangan adanya proses
Perencanaan KPU Kota tentu harus diselaraskan dengan kondisi di lapangan yang
tentu saja yang paling mengetahui adalah PPS dan PPK. Dalam berbagai
pertemuan informal maupun formal selalu disampaikan kepada PPS maupun PPK
bahwa ada jumlah standard TPS setiap kelurahan. Misalnya di kelurahan A, jumlah
pemilih 9784 orang. Dengan ketentuan tiap TPS maksimal untuk 300 pemilih
sesuai UU no 12 tahun 2003, maka untuk kelurahan A standard jumlah TPS adalah
9784 / 300 = 32,61 dibulatkan 33. Angka standard, yang didasarkan perhitungan
matematis antara jumlah pemilih dibagi 300 lalu dibulatkan 1 keatas, inilah yang
selalu diselaraskan dengan perencanaan PPS maupun PPK.
Apabila PPS mengajukan usulan jumlah TPS kurang dari angka standard maka
diharuskan mengajukan usulan setara dengan angka standard. Sedangkan apabila
usulan PPS lebih besar daripada angka standard maka untuk sementara dapat
diterima, tetapi apabila ternyata banyak PPS yang mengusulkan lebih besar
daripada angka standard dan akhirnya angka total melebihi 1150 maka akan
diadakan rasionalisasi pengurangan jumlah TPS di beberapa PPS. Melalui proses
penyetaraan inilah terkadang masih terjadi kesalahpahaman di tingkat PPS
terutama PPS yang mengusulkan kurang dari angka standard. Bila ini disetujui
tentu sudah dapat dipastikan akan ada TPS yang memiliki jumlah pemilih lebih dari
300. Sebuah resiko yang tidak akan pernah diambil oleh KPU Kota Yogyakarta
apabila memungkinkan untukdihindari. Apapun alasan yang dikemukakan,
mengapa sebuah PPS mengajukan usulan kurang dari angka standard, KPU Kota
Yogyakarta tetap tidak dapat menerima.
2. Pembentukan KPPS
Sementara itu kejelasan tentang tata cara pengisian berita acara formulir C untuk
KPPS masih simpang siur. Dengan adanya model coblosan untuk parpol maupun
untuk caleg masih menimbulkan kontroversi tentang penghitungan suara. Ada 2
wacana yang saat itu beredar di kalangan penyelenggara pemilu.
Versi pertama memang jauh lebih banyak dianut dibandingkan dengan versi kedua
dengan alasan cara pertama lebih rasional dan praktis serta mudah bagi KPPS.
Apabila versi kedua yang dipakai akan sangat menyulitkan pola pikir KPPS karena
tentunya mereka secara praktis akan berpendapat bahwa apabila ada pemilih
mencoblos parpol dan 1 nama caleg dibawahnya maka tentu saja kolom parpol
harus dihitung dan kolom caleg juga harus dihitung. Sekali lagi standard yang harus
dipakai adalah standard terendah.
Sementara itu kontroversi lain juga muncul ketika VCD pelatihan bagi KPPS yang
dibintangi Rano Karno memunculkan adegan penjelasan yang membingungkan.
KPU Kota Yogyakarta sempat dibingungkan salah satu adegan ketika Rano Karno
yang berperan sebagai Ketua KPPS menjelaskan sebagai berikut :
" pemilih yang tidak terdaftar dalam salinan DPT untuk TPS dan tidak mempunyai
surat pemberitahuan, diperbolehkan memberikan suaranya dengan menunjukkan
kartu pemilih ". Adegan ini dicurigai karena terlihat jelas adanya pemotongan
diantara adegan. Apabila adegan ini dipegang betul oleh masyarakat dapat
dipastikan akan terjadi mobilisasi pemilih secara besar-besaran karena hanya
dengan cukup menunjukkan kartu pemilih maka pemilih sudah dapat memberikan
suaranya. Sementara persediaan surat suara sangat terbatas cadangannya. Ketika
dikonfirmasi kepada KPU ternyata KPU juga merasa kecolongan ketika ada adegan
tersebut dan menginstruksikan kepada KPU Kabupaten / Kota untuk tidak
menyebarluaskan adegan tersebut kepada khalayak umum maupun penyelenggara
di tingkat bawah. Mensikapi hal ini, dikarenakan KPU Kota Yogyakarta telah
menggandakan VCD pelatihan sebanyak jumlah TPS, maka KPU Kota Yogyakarta
menginstruksikan kepada PPS maupun PPK apabila menggunakan VCD pelatihan
sebagai salah satu materi, untuk menjelaskan pemahaman tentang adegan tadi.
Kontoversi tentang tata cara pengisian formulir Model C, berakhir ketika KPU
mengadakan pelatihan bagi KPU Kabupaten / Kota, yang khusus wilayah DIY-
Jateng dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 20 Maret 2004 bertempat di Hotel
Dengan menggunakan contoh berita acara yang akan dipakai, pelatihan terfokus
pada tata cara pengisian formulir model C. Sedangkan tata cara pengisian formulir
model D dan model DA, KPU Kota Yogyakarta menginstruksikan kepada PPS
maupun PPK untuk lebih banyak belajar sendiri. Pertimbangan ini dikarenakan
pertimbangan KPU Kota Yogyakarta tidak cukup mempunyai waktu lagi
mengadakan pelatihan khusus bagi PPK maupun PPS. Masih banyak pekerjaan
teknis lainnya yang belum terselesaikan utamanya pekerjaan menunggu datangnya
logistik baik dari KPU maupun KPU Propinsi yang tidak pernah jelas kapan
sampainya. Dikhawatirkan juga kedatangan yang mepet dan kemungkinan jumlah
dan jenis yang tidak lengkap. Sehingga saat itu fokus adalah pelatihan bagi KPPS
yang dirasa juga sudah mepet.
Pelantikan Ketua KPPS yang sekaligus diikuti dengan pelatihan tentang tugas dan
kewenangan KPPS berlangsung di masing-masing Kelurahan dengan pemateri
adalah anggota PPK secara keseluruhan dan PPS sebagai penyelenggara.
Pelantikan sekaligus pelatihan ini berlangsung antara tanggal 24-28 Maret 2004 di
tiap Kelurahan. Dalam pelatihan kepada KPPS materi yang disampaikan adalah
tata cara pemungutan suara, penghitungan suara sesuai dengan Keputusan KPU
nomor 01 tahun 2004, serta tentu saja tata cara pengisian berita acara model C.
Dalam beberapa kesempatan KPU Kota Yogyakarta menghadiri pelatihan bahkan
Dalam masa menjelang pemungutan suara ada 2 issue besar yang kontra produktif
bagi penyelenggara pemilu di semua tingkatan.
Wacana memakai kotak suara dari kardus bekas bungkus mie instan pun
mengemuka. Wacana bilik suara kembali seperti pemilu tahun-tahun
sebelumnya juga telah disiapkan. Bahkan KPU Kota Yogyakarta telah membuat
wacana adanya TPS kembar untuk mengantisipasi kekurangan kotak dan bilik
apabila memang betul-betul terjadi. Terkadang KPU Kota Yogyakarta melempar
kondisi ini apa adanya kepada media massa dengan pertimbangan dapat
menjadi perhatian semua pihak, khususnya KPU dikarenakan ini merupakan
imbas dari kebijakan sentralistis. Ternyata hal ini juga membawa manfaat
karena terkadang KPU baru mengetahui kondisi di lapangan setelah
mengetahui dari media massa.
b. Dengan adanya issue pertama maka konsekuensinya adalah munculnya issue
penundaan pemungutan suara sampai adanya kesiapan logistik di seluruh
wilayah. Mensikapi hal ini KPU Kota Yogyakarta selalu menyampaikan di
berbagai kesempatan bahwa apapun situasi dan kondisi yang terjadi di wilayah
lain maka di wilayah Kota Yogyakarta pemungutan suara dan penghitungan
suara di tingkat TPS tetap harus dilangsungkan pada tanggal 5 April 2004.
Secara singkat dapat disampaikan bahwa boleh saja di daerah lain ada
penundaan pemilu tetapi demi kemanfaatan semuanya maka di wilayah Kota
Yogyakarta pemungutan suara tetap seperti rencana semula yaitu 5 April 2004.
Ketegasan KPU Kota Yogyakarta ini diperlukan agar semua penyelenggara di
bawah juga mempunyai kepastian dan kemantapan dalam melaksanakan
pemungutan suara.
Selain kedua issue tersebut masih ada satu kondisi riil di lapangan yang juga
kontra produktif. Banyak keputusan, surat edaran dan radiogram dari KPU yang
Bila logika diatas dipakai maka bila ada lubang hasil coblosan yang berada diantara
2 kotak yang memuat nama caleg seharusnya dinyatakan tidak sah karena lubang
hasil coblosan tidak berada dalam kotak.
Tetapi KPU Kota Yogyakarta harus memposisikan sebagai bagian dari KPU yang
tentu saja juga harus turut serta meneruskan dan mengamankan semua keputusan
yang telah diambil KPU kepada semua pihak yang terlibat. Walaupun posisi ini
terasa menyulitkan karena KPU Kota Yogyakarta tentu juga membutuhkan waktu
mensosialisasikan kepada aparat di bawah. Tidak jarang kebingungan masih sering
terjadi karena turunnya keputusan yang mendekati hari H dan kadang bertentangan
satu sama lain. Kondisi yang ironis adalah terkadang belum sempat KPU Kota
Yogyakarta mengkaji dan mencermati satu keputusan dari KPU, tetapi karena
didesak waktu yang semakin mepet dan persiapan logistik yang tidak kelar-kelar
juga, memaksa KPU Kota Yogyakarta hanya tinggal meneruskan begitu saja
keputusan KPU tanpa menganitisipasi dampak yang bisa ditimbulkan.
Dalam apel dilaporkan oleh Ketua KPU Kota Yogyakarta kepada Walikota tentang
badan penyelenggara pemilu di Kota Yogyakarta, jumlah anggotanya, kesiapan
logistik dan tekad melaksanakan pemungutan suara tetap pada tanggal 5 April
2004. Salah satu Ketua KPPS menjadi perwakilan menerima penyematan topi
KPPS yang dilakukan oleh Walikota Yogyakarta. Apel ini juga untuk menunjukkan
kepada seluruh KPPS sebagai ujung tombak bahwa issue-issue yang beredar
menjelang pemungutan suara adalah tidak benar sekaligus memantapkan
pelaksanaan tugas mereka nantinya pada hari H. Pada akhir apel sebagai bentuk
perhatian kepada Walikota Yogyakarta, KPU Kota Yogyakarta memberikan hadiah
ulang tahun yang bertepatan dengan hari pelaksanaan apel.
1. Pemungutan suara
Dengan kondisi tambal sulam menjelang pemungutan suara maka KPU Kota
Yogyakarta hanya dapat tinggal berharap bahwa semua TPS dapat melaksanakan
pemungutan suara tanpa ada hambatan yang berarti. Peninjauan ke beberapa TPS
pada hari H dilakukan bersama dengan Walikota Yogyakarta dan unsur Muspida
lainnya. Ada 2 masalah menonjol yang terjadi pada saat pemungutan suara.
1) Masalah tertukarnya beberapa jenis surat suara dengan surat suara dari daerah
pemilihan lain di salah satu TPS di Kelurahan Suryodiningratan Kecamatan
Mantrijeron. Penyelesaian masalah yang diambil KPPS dengan saksi atas
dasar supervisi dari PPS dan PPK adalah bahwa disetujui surat suara yang
tertukar apabila secara teknis lubang hasil coblosan sah, maka hanya akan
Ternyata keputusan di lapangan ini tidak bertentangan dengan fax dari KPU
yang diterima hari itu juga yang menyatakan bahwa untuk kasus tertukarnya
surat suara dari daerah pemilihan lain maka penyelesaiannya adalah
diserahkan kepada kesepaktan KPPS dengan saksi. Dengan demikian
tertukarnya hanya 6 buah surat suara DPRD Kabupaten / Kota Daerah
Pemilihan 1 (Manrijeron, Kraton, Mergangsan) di Kecamatan Matrijeron dengan
surat suara DPRD Kabupaten / Kota Daerah Pemilihan lainnya tidak
menimbulkan gejolak di kalangan peserta pemilu maupun kecurigaan kepada
penyelenggara pemilu karena unsur kesengajaan.
Jumlah pengawas yang cukup minim juga tidak menurunkan kualitas pemilu karena
pengawas sesungguhnya yang jumlahnya tidak terbatas adalah masyarakat itu
sendiri. Apalagi di masa keterbukaan seperti sekarang sangat menyulitkan apabila
masih ada penyelenggara pemilu yang hendak berbuat curang. Pemantau yang
cukup banyak, baik dari dalam maupun luar negeri juga hadir di beberapa TPS.
2. Penghitungan suara
Proses rekapitulasi penghitungan suara di tingkat PPS maupun PPK berjalan tidak
serempak karena memang tidak direncanakan semula. Ini salah satu perencanaan
yang luput dari KPU Kota Yogyakarta. Dengan kondisi seperti ini untuk
Selain itu juga, penghitungan perolehan suara parpol dan caleg dilakukan sendiri-
sendiri yang nota bene merupakan pengalaman pertama, sehingga benar-benar
menyulitkan PPS. Apalagi sebelum pemungutan suara mereka tidak mendapatkan
pelatihan yang cukup tentang tata cara pengisian berita acara model D. Akhirnya
banyak PPS yang mempunyai cara sendiri dalam merekapitulasi dan tidak jarang
berakibat lambannya rekapitulasi. Apalagi banyak saksi tingkat PPS yang tidak
hadir sejak awal rekapitulasi atau dalam bahasa sederhana mereka tidak
menemani PPS dalam membuat rekapitulasi dan hanya mau tahu jadinya saja.
Sementara PPK pun tidak berwenang dalam mengintervensi PPS dalam hal teknis
rekapitulasi penghitungan suara. Belum lagi kondisi internal di masing-masing PPS
ayng berbeda-beda. Ketidakaktifan salah satu anggota PPS atau kurangnya
dukungan sekretariat sudah cukup menggangu kinerja PPS yang hanya terdiri dari
3 orang anggota termasuk ketua.
Di tingkat PPK, proses yang tidak jauh berbeda juga berlangsung. Tampaknya
kurangnya pelatihan khusus tata cara pengisian berita acara Model D maupun DA
menjadi faktor mendasar sulitnya PPS dan PPK melakukan rekapitulasi
penghitungan suara. KPU Kota Yogyakarta pun tidak segan-segan membantu
langsung ikut mengerjakan rekapitulasi. Toh semuanya demi kepentingan
penyelenggara agar proses rekapitulasi berlangsung cepat. Apalagi masyarakat
tentu tidak akan mau tahu proses yang lambat berlangsung pada tingkatan mana.
Tahunya proses rekapitulasi lambat, itu saja.
Dengan melihat kesiapan dari laporan PPK yang sudah masuk, maka KPU Kota
Yogyakarta memutuskan akan mengadakan sidang pleno Rekapitulasi
Penghitungan Suara Tingkat Kota Yogyakarta pada hari Senin, tanggal 12 April
2004, pukul 09.00 sampai selesai, bertempat di Pendopo Balaikota Yogyakarta.
Dalam sidang yang dihadiri Muspida, saksi, PPK, Pers dan tamu undangan lainnya
itu pada awalnya laporan dari PPK yang masuk baru berasal dari 11 Kecamatan. 3
Kecamatan yang belum masuk karena sedang dalam proses adalah kebetulan 3
Kecamatan dengan jumlah Kelurahan terbesar yaitu Umbulharjo, Gondokusuman
Untuk Kecamatan Gondokusuman yang baru selesai hari itu juga ternyata jumlah
total dari 5 Kelurahan di wilayahnya belum dihitung sehingga sempat ditunda untuk
memberi kesempatan kepada PPK Gondokusuman menghitung jumlah akhir.
Sedangkan laporan dari Kecamatan terbesar yaitu Umbulharjo sempat masuk tepat
sebelum gilirannya tiba untuk dihitung. Satu kondisi yang sempat membuat
khawatir KPU Kota Yogyakarta.
Secara teknis karena harus menghitung 4 jenis perolehan suara dan untuk
mempersingkat waktu maka proses rekapitulasi dilakukan dalam 2 penghitungan
sekaligus. Pada sayap timur Pendopo dilakukan penghitungan surat suara DPR
dan DPD. Sedangkan sayap barat Pendopo untuk menghitung surat suara DPRD
Propinsi dan DPRD Kabupaten / Kota. Dengan menggunakan 2 layar besar yang
didukung 2 set LCD dan LCD Projector maka penghitungan dapat berjalan lancar.
Semua yang hadir dapat menyaksikan pada layar besar penghitungan berlangsung
secara jujur dan adil. Saksi yang hadir juga dibagi ke dalam 2 kelompok. Satu
kelompok mengawasi layar timur dan satunya lagi mengawasi layar barat. Dengan
pola seperti ini rekapitulasi dapat diselesaikan secara keseluruhan 14 Kecamatan
pada sekitar pukul 18.00 WIB.
Setelah beristirahat satu jam untuk istirahat, sholat dan makan, pada pukul 19.00
WIB sidang pleno dilanjutkan kembali. Beberapa tamu undangan tidak hadir
kembali. Setelah semua penghitungan dirampungkan dan atas persetujuan saksi
maka rekapitulasi penghitungan suara tingkat Kota Yogyakarta dapat diselesaikan
dan hasilnya dapat disetujui. Penandatanganan berita acara pun dilakukan antara
KPU Kota Yogyakarta dengan saksi yang hadir. Dengan selesainya rekapitulasi
penghitungan suara tingkat Kota Yogyakarta sempat beredar berita yang
menggembirakan bagi KPU Kota Yogyakarta bahwa yang dilakukan oleh KPU Kota
Yogyakarta merupakan yang pertama di seluruh Indonesia. Apalagi mengingat
banyaknya petugas pemilu di bawah yang tidak siap dan memahami dalam
pengisian berita acara.
A. Pelaksanaan Kegiatan :
Tanggal 12 Mei 2004, bertempat Kompleks Balikota Timoho Yogyakarta, Jl Kenari No.
56 Yogyakarta. Undangan yang hadir pada kegiatan tersebut :
1. Seluruh Pimpinan Partai Politik.
2. Muspida.
3. Panwaslu Kota Yogyakarta.
4. Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), dan
5. KPU Provinsi.
2) ada 90 orang calon anggota DPRD Kota Yogyakarta yang berasal dari daerah
pemilihan 1.
Suara sah seluruh Partai Politik di daerah pemilihan 3 adalah 45.044 dengan
jumlah kursi yang diperebutkan 7 (tujuh) dan angka BPP 6.435.
Kesimpulan hasil penetapan jumlah suara di daerah pemilihan 3 adalah :
hanya 22 Partai Politik yang memperoleh suara dan 2 partai Politik yang tidak
memperoleh suara, dikarenakan tidak menyerahkan berkas pencalonan di
daerah pemilihan 3 yaitu PBSD, dan PPNUI.
Suara sah seluruh Partai Politik di daerah pemilihan 4 adalah 37.231 dengan
jumlah kursi yang diperebutkan 6 (enam) dan angka BPP 6.205.
hanya 22 Partai Politik yang memperoleh suara dan 2 partai Politik yang tidak
memperoleh suara, dikarenakan tidak menyerahkan berkas pencalonan yaitu
PBSD, dan PPNUI.
76 orang calon anggota DPRD Kota Yogyakarta yang berasal dari daerah
pemilihan 4.
Suara sah seluruh Partai Politik di daerah pemilihan 5 adalah 54.762 dengan
jumlah kursi yang diperebutkan 9 (sembilan) dan angka BPP 6.085
hanya 22 Partai Politik yang memperoleh suara dan 2 partai Politik yang tidak
memperoleh suara, dikarenakan tidak menyerahkan berkas pencalonan yaitu
PBSD, dan Partai Patriot Pancasila.
93 orang calon anggota DPRD Kota Yogyakarta yang berasal dari daerah
pemilihan 5.
Catatan :
Untuk penetapan jumlah suara calon anggota DPRD Kota Yogyakarta dapat dilihat pada
lampiran.
Ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta bahwa untuk Daerah
Pemilihan Kota Yogyakarta 1, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai
Amanat Nasional masing-masing mendapatkan 2 (dua) kursi, sedangkan Partai
Demokrat, Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera masing-masing
mendapatkan 1 (satu) kursi, sehingga total kursi yang diperebutkan sudah
terpenuhi semua, yaitu 7 kursi untuk Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta 1.
Dengan demikian jumlah total perolehan kursi dari masing-masing partai politik di
seluruh Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta sebagai berikut :
Untuk sebab kedua terjadi pada dua partai politik, yaitu Partai Demokrat dan Partai
Persatuan Pembangunan (PPP). Pada Partai Demokrat terjadi di daerah pemilihan
Kota Yogyakarta 1 atas nama F. Setyawibrata yang mencabut pernyataan
kesediaannya, dikarenakan yang bersangkutan merupakan karyawan Bank Permata
Cabang Yogyakarta dan tetap memilih untuk kepentingan karir di dunia perbankan.
Sebagai pengganti calon, otomatis calon yang menempati urutan 2 atas nama RM.
Sinarbiyatnujanat, SE. dan calon ini juga direkomendasikan oleh P. Demokrat.
Terhadap usulan penggantian ini, KPU Kota Yogyakarta telah melakukan klarifikasi
terhadap calon Nomor urut 1 dan Pimpinan Partai Politik perihal penggantian calon
terpilih. Setelah itu dilakukan klarifikasi tentang pernyataan pencabutan pencalonan
diri, calon Nomor urut 1 wajib menandatangani barita acara klarifikasi pernyataan
pencabutan tersebut dengan materei cukup, di depan pimpinan partai politik dan ketua
Panwaslu Kota Yogyakarta sebagai saksi. Berdasarkan Berita Acara ini, KPU Kota
menerbitkan SK Penggantian Calon Terpilih dan Pencoretan Nama Calon Nomor urut
1 pada Daftar Calon Anggota DPRD Kota Yogyakarta sebagaimana pada Keputusan
KPU Kota Yogyakarta Nomor 01 Tahun 2004.
Sementara pada PPP penggantian calon terpilih terjadi di daerah Pemilihan Kota
Yogyakarta 5 atas nama Haris Wibisono yang mencabut pernyataan kesediaannya
dan digantikan oleh Supriyanto Untung yang berada pada urutan kedua dan juga
direkomendasikan oleh DPC PPP. Pergantian calon terpilih di internal PPP memang
berlangsung alot, namun KPU Kota Yogyakarta membatasi diri untuk tidak memasuki
wilayah politik PPP. Pada proses penggantian ini juga dilakukan klarifikasi pada calon
Nomor urut 1 dan dibuat berita acaranya sebagaimana terjadi pada Partai Demokrat di
atas. Penggantian calon terpilih di PPP dan penggantian di Partai Demokrat tersebut di
atas dibuat dalam satu Keputusan KPU Kota Yogyakarta.
Penetapan jumlah suara, alokasi kursi, dan calon terpilih dimuat dalam Berita Acara
Nomor 270/264 Tahun 2004 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum, Perolehan
Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Umum, dan Penetapan Calon Terpilih Anggota
DPRD Kota Yogyakarta Pemilihan Umum 2004. Berita acara sebagaimana dimaksud
diatas, dapat dilihat dalam lampiran laporan ini.
JUMLAH KURSI
DAERAH
NAMA PARTAI POLITIK YG DIPEROLEH NAMA CALON TERPILIH
PEMILIHAN
PARTAI POLITIK
A. Dasar Hukum
Berdasarkan Surat KPU Nomor 1068/15/VI/2004 tanggal 18 Juni 2004 perihal tentang
Peresmian keanggotaan DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, KPU Kota
Yogyakarta menindaklanjutinya dengan membentuk Kelompok Kerja Persiapan
Peresmian Keanggotaan DPRD kota Yogyakarta, yang anggotanya berasal dari KPU
Kota Yogyakarta, Sekretariat Dewan, dan Bagian Tata Pemerintahan. Fungsi KPU
Kota dalam persiapan pelantikan tersebut lebih banyak bersifat memfasilitasi
Sekretariat Dewan dan Bagian Tata Pemerintahan untuk berkoordinasi dengan Calon
Legislatif Terpilih dan Pimpinan Partai Politik.
B. Kegiatan
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja ini diantaranya:
1. Sosialisasi Keputusan Mendagri Nomor: 155 Tahun 2004 tentang Tatacara
Peresmian Pengucapan Sumpah/Janji Anggota dan Penetapan Pimpinan
Sementara DPRD Hasil Pemilihan Umum Tahun 2004, kepada Calon Legislatif
Terpilih DPRD Kota Yogyakarta.
2. Memfasilitasi penentuan mekanisme pengajuan Pimpinan Sementara DPRD Kota,
dengan mempertemukan pihak Sekretaris Dewan dan Pimpinan Partai Politik
dengan perolehan kursi urutan pertama dan kedua, yaitu PDIP dan PAN.
A. Pendahuluan
Sejalan dengan tuntutan penyelenggaraan Pemilu yang demokratis, maka
penyelenggaraan Pemilu harus dilaksanakan secara lebih berkualitas agar lebih
menjamin kompetisi sehat, partisipatif, keterwakilan yang lebih tinggi dan memiliki
mekanisme pertanggungjawaban yang jelas.
Di samping itu agar pemilu dapat berjalan dengan langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil, maka proses pelaksanaannya harus dapat diakses dan dipantau oleh
publik. Oleh karena itu peran pemantauan pemilu sangatlah penting. Undang-undang
Pemilu membuka peluang partisipasi lembaga swadaya masyarakat, badan hukum
dan perwakilan pemerintah asing untuk melakukan kegiatan pemantauan
penyelenggaraan pemilu.
Di Kota Yogyakarta beberapa lembaga pemantau pemilu melakukan tugas
pemantauannya, baik pemantau local, nasional maupun dari luar negeri.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik
2. Undang-Undang No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD
3. Keputusan KPU No. 104 tahun 2003 tentang tata cara Pemantauan Pemilihan
Umum
Pelaksanaan Pemilu Legilatif tahun 2004 yang berbeda sama sekali dengan Pemilu
Legislatif sebelumnya memang menyisakan banyak pekerjaan rumah bagi penyelenggara
Pemilu sebagai bekal pelaksanaan pemilu Legislatif berikutnya. Berbagai carut marut yang
terjadi dalam masa persiapan menjelang pemungutan suara tanggal 5 April 2004 ba-
gaimanapun juga tidak bisa dimaklumkan begitu saja tanpa adanya evaluasi. Konsep pemilu
yang berbeda, jenis lembaga yang dipilih bertambah, lembaga penyelenggara yang hanya
punya waktu kurang dari 10 bulan untuk mempersiapkan segala sesuatunya, dan alasan-
alasan lainnya, tidak begitu saja lantas boleh membuat lembaga penyelenggara bertepuk
dada merasa telah berhasil menyelenggarakan salah satu pemilu terumit di seluruh dunia.
Bagaimanapun juga penyelenggara pemilu harus merasa begitu banyak kekurangan
yang telah terjadi. Dengan kondisi seperti yang telah terjadi sejak KPUD dibentuk sampai
pelaksanaan pemungutan suara tanggal 5 April 2004, sebenarnya KPU sampai KPUD bisa
berbuat yang lebih baik. Kampanye yang tak terlalu berdarah, partisipasi yang cukup tinggi,
dugaan kecurangan oleh penyelenggara yang jauh berkurang, pendidikan politik yang lebih
baik, seharusnya mampu ditingkatkan lagi di masa depan. Sungguh naif bila menganggap
pelaksanaan Pemilu 2004 adalah yang terbaik selama sejarah Republik tercinta kita ini.
Dunia luar memang mengakui keberhasilan Pemilu 2004 yang salah satunya ada-
lah Pemilu Legislatif. Akan tetapi kita sebagai penyelenggara pemilu harus berani
instropeksi diri bahwa sebenarnya ada capaian yang lebih baik yang bisa kita gapai
kemarin apabila kita benar-benar mengeluarkan segala kemampuan yang kita miliki.
Semoga kita dapat menebusnya dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah. Amin.
A. LAMPIRAN DOKUMEN
Lampiran 5.1 Draft Daerah Pemilihan Alternatif DPRD Kota Yogyakarta (Hasil
Workshop)
Lampiran 5.2 Draft Daerah Pemilihan Alternatif yang diajukan KPU Kota
Lampiran 5.3 Daerah Pemilihan yang ditetapkan KPU
Lampiran 8.1 Keputusan KPU Kota Nomor 01 Tahun 2004 dan lampiran Daftar
Nama Calon Terpilih
Lampiran 9.1 Kondisi Akhir Logistik Pemilu Legislatif
Lampiran 10.2 Berita Acara Nomor 270/264 tanggal 12 Mei 2004 tentang
Penetapan Hasil Pemilu Legislatif
Lampiran 11.1 Keputusan KPU Kota Nomor 04 Tahun 2004
Lampiran 11.2 Keputusan KPU Kota Nomor 05 Tahun 2004
B. LAMPIRAN-LAMPIRAN LAINNYA
Daftar Tim dan Kelompok Kerja Pemilu 2004
Kliping-kliping
Foto-foto Kegiatan