Anda di halaman 1dari 82

BAB I

PENDAHULUAN

Pemilihan Umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat sebagai


wujud keikutsertaan seluruh rakyat Indonesia dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Negara berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.

Sepanjang perjalanan sejarah, bangsa Indonesia telah melaksanakan Pemilihan


Umum sebanyak 9 (sembilan) kali dengan rincian 1 (satu) kali pada Era Orde Lama, 6
(enam) kali pada Era Orde Baru dan 2 (dua) kali pada Era Reformasi. Penyelenggaraan
Pemilu Tahun 2004 sangat berbeda bila dibandingkan dengan penyelenggaraan Pemilu
sebelumnya. Perbedaan dimaksud antara lain pada Penyelenggara pada Pemilu yang lalu
penyelenggara disebut PPD (Panitia Pemilihan Daerah) merupakan gabungan dari Parpol
yang ada serta perwakilan dari unsur Pemerintah dan bersifat sementara, sedangkan
pada penyelenggaraan Pemilu tahun 2004 sebagai Penyelenggara adalah Komisi
Pemilihan Umum dengan jumlah personil 5 (lima) orang melalui seleksi secara berjenjang,
memiliki masa kerja 5 (lima) tahun bersifat Nasional, tetap dan mandiri. Disisi lain pada
Pemilu sebelumnya hanya memilih Calon Legislatif tetapi pada Pemilu sekarang temasuk
memilih Calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) serta sekaligus memilih Presiden dan
Wakil Presiden.

Dalam melaksanakan tugas Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta


berpedoman pada Program, Tahapan dan Jadual Waktu Penyelenggaraan Pemilu yang
dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum Pusat. Secara umum seluruh rangkaian
penyelenggaraan Pemilu di Kota Yogyakarta dapat berjalan lancar, masalah-masalah
yang timbul sebagai perkembangan dinamika dalam setiap penyelenggaraan kegiatan
dapat diselesaikan secara baik dengan mengedepankan langkah koordinasi dengan
semua pihak terkait.

Bagi instansi setiap selesai melaksanakan kegiatan mempunyai kewajiban


membuat laporan pertanggungjawaban tentang pelaksanaan kegiatan, hal itu pun berlaku
bagi Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta. Agar setiap kegiatan yang
diselenggarakan dapat berdaya dan berhasil guna, transparan Komisi Pemilihan Umum
Kota Yogyakarta selalu berupaya menjalin komunikasi, koordinasi dengan semua pihak
yang terkait sehingga semua kegiatan dapat terlaksana sesuai jadual yang telah
ditetapkan.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 1


Adapun sistematika laporan adalah sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan
Bab II. Pelaksanaan Rekrutmen, Pelatihan, dan Pengawasan Kinerja
Pelaksana Pemilu

Bab III. Proses Pelaksanaan Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk


Berkelanjutan (P4B)
Bab IV. Proses Pelaksanaan Pendaftaran dan Verifikasi Peserta Pemilu

Bab V. Proses Pelaksanaan Pemetaan Daerah Pemilihan

Bab VI. Proses Pelaksanaan Sosialisasi Pemilihan Umum

Bab VII. Proses Pelaksanaan Kampanye Pemilu


Bab VIII. Proses Pelaksanaan Pengajuan, Pemeriksaan dan Penetapan Daftar
Calon

Bab IX. Proses Pelaksanaan Pengadaan dan Distribusi Logistik Pemilu

Bab X. Proses Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara

Bab XI. Proses Pelaksanaan Penetapan Jumlah Suara, Alokasi Kursi dan
Penetapan Calon Terpilih
Bab XII. Proses Pelaksanaan Pengambilan Sumpah/Janji

Bab XIII. Pemantauan dan Pengawasan Pemilihan Umum

Bab XIV. Pertanggungjawaban Keuangan

Bab XV. Penutup

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 2


BAB II
PELAKSANAAN REKRUTMEN, PELATIHAN DAN PENGAWASAN KINERJA

PELAKSANA PEMILU

A. Pembentukan Sekretariat Perwakilan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta.

1. Dasar Hukum pembentukan Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Komisi


Pemilihan Umum Kota Yogyakarta adalah Surat Menteri Dalam Negeri Nomor :
061/815/SJ tanggal 25 April 2002 tentang pembentukan Sekretariat Pelaksana
Pemilu di Propinsi dan Kabupaten/ Kota.

2. Kegiatan yang dilaksanakan.


Dalam menindak lanjuti surat Mendagri Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan
persiapan dan koordinasi dengan instansi terkait guna menyusun alternatif alternatif
pembentukan Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum
Kota Yogyakarta sebagai saran/masukan kepada Walikota Yogyakarta sehingga
akan diperoleh keputusan terbaik.
Sebagai realisasi dari saran Staf adalah dengan terbitnya Keputusan Walikota
Yogyakarta Nomor : 20/Pem.D/BP/D.4 tanggal 1 April 2003 tentang pelantikan
pejabat Struktural pada Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan
Umum Kota Yogyakarta sebagai berikut :
a. Sdr. Untung Srihadi P. NIP 490031981, sebagai Sekretaris Perwakilan
Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta.
b. Sugiyanto, SH. NIP 490029025, sebagai Kepala Sub Bagian Teknis dan Hukum
Sekretariat Perwakilan Sekretaris Umum Komisi Pemilihan Umum Kota
Yogyakarta.
c. Indradi Yohananto, SH. NIP 010269301, sebagai Kepala Sub Bagian
Penerangan Masyarakat dan Umum Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kota
Yogyakarta.

3. Permasalahan yang dihadapi


a. Kondisi personil sampai laporan ini dibuat sebanyak 16 (enam belas) orang
dengan rincian 13 (tiga belas) orang sudah definitif (SK Walikota) dan 3 (tiga)
orang masih surat tugas.
b. Sampai saat ini belum terdapat ketentuan yang mengatur tentang Status
Kepegawaian, jumlah pasti personil Sekretariat, pola pembinaan pegawai,
maupun perbaikan tingkat kesejahteraan.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 3


4. Langkah Sekretariat.

a. Membuat Telaahan Staf tentang personil Sekretariat kepada Sekretaris


Jenderal Komisi Pemilihan Umum sesuai Surat Sekretaris KPU Kota
Yogyakarta Nomor : 270/481 tanggal 21 September 2004 tentang Saran
Personil.
b. Surat tersebut mendapat tanggapan positif dari Sekretaris Jenderal Komisi
Pemilihan Umum sesuai Surat Nomor : 1768/15/X/2004 tanggal 12 Oktober
2004 tentang Saran Personil.

B. Rekrutmen dan Penetapan Anggota KPU Kota Yogyakarta serta Kegiatan Awal
KPU Kota Yogyakarta

1. Dasar hukum pembentukan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta adalah


Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 68 Tahun 2003 tentang Tata Cara
Seleksi dan Penetapan Keanggotaan Komisi Pemilihan Umum Propinsi,
Kabupaten/Kota.

2. Kegiatan yang dilaksanakan.


a. Pembentukan Tim Seleksi tingkat Kota.
b. Pelaksanaaan Seleksi.

3. Pembentukan Tim Seleksi tingkat Kota.


Tim Seleksi tingkat Kota Yogyakarta terbentuk sesuai Surat Keputusan Walikota
Yogyakarta Nomor 113/KD/TAHUN 2003 tanggal 12 April 2003 tentang Tim Seleksi
Calon Anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta dengan susunan personil
sebagai berikut :
a. Drs. H. Bitus Iswanto, MM. dari unsur akademisi
b. Drs. HA. Adaby Darban, SU. dari unsur akademisi
c. Drs. Untung Budiono dari unsur Tokoh Masyarakat
d. Dra. Susilastuti Msi dari unsur Pers
e. Ir. Hadi Prabowo dari unsur Pemerintah Kota
f. Untung Srihadi P. Sekretaris Perwakilan Sekretariat Umum Komisi
Pemilihan Umum
Sesuai kesepakatan forum mempercayakan kepada Drs. H. Bitus Iswanto, MM
untuk menjabat sebagai Ketua Tim Seleksi.

Dalam melaksanakan tugas Tim Seleksi difasilitasi oleh Sekretariat Perwakilan


Sekretaris Umum Kota Yogyakarta dengan tahapan kegiatan sebagai berikut :
a. Audensi dengan Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 4


b. Audensi dengan Pimpinan DPRD Kota Yogyakarta
c. Menyiapkan bahan administrasi pencalonan Anggota KPU
d. Menyelenggarakan tahapan seleksi tingkat Kota Yogyakarta

4. Pelaksanaan Seleksi.

a. Tahap penerimaan pendaftaran


Guna menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas tentang
pelaksanaan seleksi Calon anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah Tim
seleksi memanfaatkan media cetak, memasang pengumuman di Kantor
Kelurahan/Kecamatan se kota Yogyakarta, dari upaya tersebut telah terambil
formulir pendaftaran sebanyak 325 formulir dengan rincian :
1) Dari jenis kelamin :
- Laki laki = 230 orang
- Perempuan = 95 orang

2) Dilihat dari jenjang pendidikan :


- Strata 3 = 1 orang
- Strata 2 = 14 orang
- Strata 1 = 212 orang
- Diploma 3 = 30 orang
- SLTA = 44 orang
- Mahasiswa = 19 orang
- Lain lain = 5 orang

5. Tahapan seleksi administrasi.


Dari 325 berkas yang terambil hanya 126 orang yang mengembalikan formulir, dari
jumlah tersebut setelah diadakan pengecekan tentang kelengkapan berkas, berkas
yang memenuhi persyaratan administrasi hanya 86 (delapan puluh enam) berkas.

6. Tahapan seleksi lanjutan.


Metoda yang digunakan melalui pelemparan pertanyaan secara tertulis dan
wawancara/diskusi. Sesuai proses dan prosedur yang ditempuh akhirnya diperoleh
10 (sepuluh) calon yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Aan Kurniasih, SH.
b. Bernadus Monda Pandapotan Saragi, SH.
c. Drs. Eko Asihanto.
d. Eko Budi Siswono, SH.
e. Hendy Setiawan, S.IP.
f. Ismail Ts. Siregar.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 5


g. Drs. Miftachul Alfin, MSHRM.
h. Nasrullah, SH.
i. Rahmat Muhajir Nugroho, SH.
j. R. Moch. Nufrianto Aris Munandar, SE.

Selanjutnya Tim Seleksi menyerahkan hasil seleksi kepada Walikota Yogyakarta


sesuai Surat Tim Seleksi Nomor : X/270/001/KPU/03 tanggal 5 Mei 2003, sebagai
bahan laporan oleh Walikota Yogyakarta kepada Gubernur DIY c/q Sekretaris
Perwakilan Komisi Pemilihan Umum.

7. Tahapan seleksi tingkat KPU Propinsi


Seleksi oleh Tim KPU Propinsi DIY dilaksanakan selama 1 (satu) hari dengan
sususan Tim sebagai berikut :
a. Suparman Marzuki, SH., Msi. Ketua KPU Propinsi DIY
b. Drs. H. Mohammad Najib, Msi. Anggota
c. Dra. Nur Azizah, Msi. Anggota
d. Any Rochyati, SE., Msi. Anggota
e. Samsul Bayan, SH., MH. Anggota

8. Tahapan pengumuman dan pelantikan.


Pada tanggal 12 Juni 2004 Sekretaris Perwakilan Sekretaris Umum Komisi
Pemilihan Umum Kota Yogyakarta menerima Berita Acara Penetapan hasil
seleksi Tim Propinsi 5 (lima) orang calon dari Kota Yogyakarta sebagai berikut :
i. Aan Kurniasih, SH.
ii. Hendy Setiawan, S.IP.
iii. Drs. Miftachul Alfin, MSHRM.
iv. Nasrullah, SH.
v. Rahmat Muhajir Nugroho, SH.

Pada tanggal 13 Juni 2003 bertempat di Kantor KPU Propinsi dilaksanakan


pelantikan anggota KPU Kabupaten/Kota se DIY oleh Ketua KPU Propinsi DIY
Suparman Marzuki, SH., Msi.

9. Kegiatan awal Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta.


a. Melakukan rapat untuk menentukan Ketua dan Divisi dengan hasil :

1) Drs. Miftachul Alfin, MSHRM. sebagai Ketua dan merangkap Divisi


Pendaftaran, Pencalonan dan Peserta Pemilu.
2) Nasrullah, SH. sebagai Divisi Hukum dan Hubungan Antar Lembaga.
3) Hendy Setiawan, S.IP. sebagai Divisi Pemungutan Suara dan Penetapan
Hasil Pemilu.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 6


4) Rahmat Muhajir Nugroho, SH. sebagai Divisi Pendidikan, Informasi dan
Kajian Pengembangan.
5) Aan Kurniasih, SH. sebagai Divisi Logistik, Personil dan Keuangan Pemilu.

b. Audensi dengan jajaran Muspida Kota Yogyakarta dan Pimpinan DPRD Kota
Yogyakarta.

c. Mengikuti Rapat Kerja Persiapan Penyelenggaraan Pemilu 2004 bagi Anggota


KPU Kabupaten/Kota Jateng dan DIY pada tanggal 23 s/d 24 Juni 2004 di
Hotel Ambarrukmo Yogyakarta.

1) Dialog dengan Partai Politik


Peserta dialog adalah Partai Politik hasil Pemilu tahun 1999 karena Partai
Politik Peserta Pemilu 2004 belum ditentukan, namun demikian tingkat
kehadiran pengurus diatas 50 %.
Kegiatan dialog ini bertujuan :
a) Perkenalan anggota Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta sebagai
penyelenggara Pemilu di Daerah serta mensosialisasikan tugas,
tanggung jawab, kewajiban dan batasan kewenangan Komisi Pemilihan
Umum Kota Yogyakarta.
b) Menjalin komunikasi dan hubungan timbal balik yang baik antara
Komisi Pemilihan Umum dengan para pengurus Parpol yang ada di Kota
Yogyakarta.
c) Mempererat hubungan antar pengurus Partai Politik sehingga terjalin
semangat kebersamaan dan memperlancar komunikasi dalam
menyongsong penyelenggaraan Pemilu 2004.
d) Agar para pengurus Partai Politik mengetahui secara garis besar tentang
Tahapan, Jadwal waktu dan mekanisme pelaksanaan Pemilu 2004
sehingga setiap Parpol memiliki waktu yang cukup dalam persiapan
mengikuti Pemilu 2004.

C. Pembentukan PPK dan PPS


Pelaksanaan Pemilu tahun 2004 membutuhkan aparat penyelenggara di tingkat
Kecamatan, Kelurahan/Desa dan Tempat Pemungutan Suara. Sesuai dengan
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan
DPRD, penyelenggara pemilu di tingkat Kecamatan adalah Panitia Pemilihan
Kecamatan yang disingkat dengan PPK. Penyelenggara Pemilu di tingkat Kelurahan
atau Desa adalah Panita Pemungutan Suara, disingkat PPS. Sedangkan
penyelenggara pemilu tingkat terbawah yaitu TPS adalah Kelompok Penyelenggara

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 7


Pemungutan Suara atau disingkat KPPS. PPK dan PPS dibentuk oleh KPU
Kabupaten/Kota sedangkan KPPS dibentuk oleh PPS.

1. Rekrutmen PPK

Dalam melaksanakan rekrutmen atau pembentukan penyelenggara Pemilu di


tingkat bawahnya, KPU Kota Yogyakarta selalu mendasarkan segala
perencanaannya berdasarkan berbagai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. 3 peraturan yang dijadikan dasar perencanaan adalah :
ƒ Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003
ƒ Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 100 Tahun 2003.
ƒ Radiogram KPU nomor 32/RDG/VII/2003.
Atas 3 dasar tersebut, KPU Kota Yogyakarta dalam langkah pertamanya
membentuk Kelompok Kerja yang khusus menangani pembentukan PPK dan PPS
se-Kota Yogyakarta yang dituangkan dalam Surat Keputusan Komisi Pemilihan
Umum Kota Yogyakarta Nomor : 004/SK.KPU-YK/2003 tertanggal 17 Juli 2003.
Dalam rapat koordinasi pertamanya kelompok kerja merumuskan 2 hal penting
yaitu :
ƒ Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Nomor 01 tahun 2003
tentang “Tata Cara Perekrutan dan Penetapan Keanggotaan Panitia Pemilihan
Kecamatan se- Kota Yogyakarta”, tertanggal 18 Juli 2003, dan
ƒ Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Nomor 02 tahun 2003
tentang “Tata Cara Perekrutan dan Penetapan Keanggotaan Panitia
Pemungutan Suara se – Kota Yogyakarta”, tertanggal 7 Agustus 2003.
Dalam 2 Keputusan tersebut dirinci secara jelas mengenai pengertian umum,
jumlah keanggotaan, syarat-syarat keanggotaan, tata cara pengajuan calon,
mekanisme perekrutan, persetujuan dan penetapan, kelengkapan administrasi
serta anggaran pembentukan PPK dan PPS. Satu lagi patokan dasar dalam
perencanaan adalah batas terakhir dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum
nomor 100 tahun 2003 tidak dilanggar. Batas akhir pembentukan PPK adalah 21
Agustus 2003 sedangkan batas akhir pembentukan PPS adalah 2 September
2003.

Calon anggota PPK diajukan oleh Camat untuk mendapatkan persetujuan KPU
Kota Yogyakarta. Untuk memperoleh persepsi yang sama maka KPU Kota
Yogyakarta mengundang Camat se – Kota Yogyakarta pada tanggal 19 Juli 2003.
Dalam koordinasi dengan para camat tersebut KPU Kota menjelaskan secara rinci
maksud dan tujuan akan diadakannya pembentukan PPK yang prosesnya adalah
melibatkan camat sebagi pihak yang berwenang dalam mengajukan calon-calon

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 8


PPK maksimal sebanyak 2 kali jumlah anggota PPK yaitu 10 orang. Hasil
kesepakatan KPU Kota Yogyakarta dengan para Camat rapat dalam koordinasi
tersebut adalah :
a. Proses pembentukan PPK adalah bersifat terbuka untuk seluruh masyarakat
yang memenuhi persyaratan.
b. KPU Kota Yogyakarta berwenang mensosialisasikan proses rekrutmen anggota
PPK kepada seluruh masyarakat melalui pengumuman di media cetak dan
penggandaan formulir pendaftaran.
c. Camat berwenang dalam penerimaan pendaftaran dan pengajuan calon
anggota PPK yang disusun berdasarkan ranking.
d. Camat berwenang untuk membentuk atau tidak membentuk Tim Seleksi Tingkat
Kecamatan.
e. Camat berwenang untuk mengadakan seleksi dengan metode yang
dikehendaki apabila jumlah pendaftar lebih dari 10 orang.
f. KPU Kota Yogyakarta berwenang untuk menetapkan calon anggota PPK terpilih
yang diusulkan oleh Camat tanpa intervensi pihak manapun.
g. Tahapan perekrutan PPK se – Kota Yogyakarta tetap mengacu pada jadual
yang ditetapkan dalam Keputusan KPU Kota Yogyakarta nomor 2 tahun 2003.

Dalam proses pendaftaran beberapa Kecamatan menerima pendaftar berjumlah


lebih dari 10 orang sehingga harus mengadakan seleksi. Akan tetapi juga ada
Kecamatan yang menerima pendaftar tepat atau kurang dari 10 orang sehingga
merasa tidak perlu mengadakan seleksi. Akan tetapi terlepas dari itu semua, jadual
pengajuan calon anggota PPK oleh Camat kepada KPU Kota Yogyakarta tepat
sesuai jadual yaitu tanggal 9 Agustus 2003.

Berdasarkan daftar yang diajukan oleh Camat itulah, KPU Kota Yogyakarta mulai
menseleksi calon-calon anggota PPK dengan kriteria yang telah disepakati oleh
KPU Kota Yogyakarta yaitu :
a. Rekomendasi dari camat, ranking 1-5, mendapat nilai 40, ranking 6 – 10 tidak
mendapat nilai.
b. Pengalaman dalam Pemilu, nilai berkisar 0 – 10.
c. Tingkat pendidikan, nilai berkisar 0 – 10.
d. Pengalaman berorganisasi, nilai berkisar 0 – 10.
e. Tingkat ketokohan, nilai berkisar 0 – 10.

Selain kriteria tersebut ada pertimbangan lainnya yang tidak bisa diukur dengan
nilai yaitu :
a. Ada tidaknya catatan kepolisian dari calon bersangkutan.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 9


b. Ada tidaknya masukan dari masyarakat terhadap calon bersangkutan.
c. Terlibat tidaknya calon bersangkutan dalam aktifitas kepartaian.
d. Pertimbangan kuota keterwakilan perempuan sebanyak 30%.
e. Pertimbangan pemerataan asal wilayah (kelurahan) para calon bersangkutan
dalam 1 wilayah Kecamatan.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut diatas maka konsekuensinya adalah


bahwa tidak semua dan tidak selalu calon yang masuk ranking 1 - 5 yang diajukan
oleh camat akan disetujui dan ditetapkan menjadi anggota PPK terpilih. Dan satu
hal yang sebenarnya sangat prinsip dan cukup menyulitkan KPU Kota Yogyakarta
dalam menetapkan anggota PPK terpilih adalah dilarangnya KPU
Kota/Kabupaten mengadakan fit and proper test terhadap calon seperti yang
tertuang dalam Radiogram KPU nomor 32/RDG/VII/2003/.

Setelah melalui beberapa kali Rapat Pleno dan sesuai dengan jadual yang
ditetapkan, pada tanggal 15 Agustus 2003 KPU Kota Yogyakarta berhasil
memutuskan 70 anggota PPK terpilih dari 14 Kecamatan. Pada tanggal 18 Agustus
2003 daftar nama 70 anggota PPK terpilih diumumkan di media cetak. Selain itu
kepada calon bersangkutan diberikan surat pemberitahuan dan surat undangan
untuk menghadiri pelantikan anggota PPK pada tanggal 21 Agustus 2003.

Dalam proses menanti pelantikan ini, ada seorang calon anggota PPK yang tidak
terpilih dari Kecamatan Gondomanan melakukan protes terhadap KPU Kota
Yogyakarta mempertanyakan mengapa dirinya gagal dipilih sebagai PPK padahal
merasa dirinya cukup mampu dan berkompeten sebagai anggota PPK. Protes
secara per telepon maupun secara tatap muka diterima dengan baik oleh KPU Kota
Yogyakarta. Setelah diberikan penjelasan secara panjang lebar mengapa yang
bersangkutan tidak diterima dan alasan-alasannya, maka keputusan KPU Kota
Yogyakarta dapat diterima yang bersangkutan dan tidak mengganggu proses
selanjutnya.

Tepat tanggal 21 Agustus 2003 yang juga merupakan tanggal waktu pembentukan
PPK (Surat Keputusan terlampir), KPU Kota Yogyakarta secara resmi melantik dan
mengangkat 70 orang anggota PPK se – Kota Yogyakarta di Ruang Rapat Utama
Atas Komplek Balaikota Yogyakarta pukul 09.00 WIB. Dalam pelantikan ini dihadiri
oleh Muspida Kota Yogyakarta, Panwaslu Kota Yogyakarta, Muspika se- Kota
Yogyakarta dan tamu undangan lainnya.
Segera setelah pelantikan dalam rangka mempersiapkan PPK menjalankan tugas
yang sudah menghadang maka KPU Kota Yogyakarta segera mengadakan briefing
terhadap PPK. Materi briefing terhadap PPK ada 4 hal pokok yaitu :

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 10


ƒ PPK segera melakukan pemilihan Ketua PPK.
ƒ PPK segera mengusulkan pengangkatan 1 orang Sekretaris PPK dan 3 orang
Staf Sekretariat PPK kepada Camat.
ƒ Segera menetapkan anggota PPS terpilih.
ƒ Segera mempersiapkan bahan-bahan untuk rapat kerja.

Keempat tugas pokok itulah yang harus segera dilaksanakan oleh PPK terutama
poin ketiga yaitu penetapan anggota PPS terpilih yang pada saat briefing tersebut
dilakukan yaitu pada tanggal 21 Agustus 2003, telah memasuki tahapan perekrutan
anggota PPS di tingkat Kelurahan.

2. Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan


a. Dasar hukum penyelenggaraan Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan
berpedoman pada Keputusan Komisin Pemilihan Umum Nomor 100 Tahun
2003 tentang Tahapan, Program Kerja dan Jadwal Waktu Penyelenggaraan
Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2004.
b. Tujuan penyelenggaraan Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan untuk
memberikan pembekalan materi tentang tatacara, mekanisme penyelenggaraan
Pemilu Tahun 2004 dan menyamakan pola pikir maupun pola tindak kepada
para Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan se Kota Yogyakarta dalam
persiapan melaksanakan tugas penyelengaraan Pemilu Tahun 2004.
c. Pelaksanaan Raker PPK selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 8 s/d 10 September
2003 bertempat di Wisma Sejahtera III Kaliurang dengan pelaksanaan sebagai
berikut :

ƒ Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan dibuka secara resmi oleh


Walikota Yogyakarta pada hari Senin tanggal 8 September 2003 pukul 19.00
WIB bertempat di Wisma Sejahtera III Kaliurang, diwakili oleh Kepala Bagian
Tata Pemerintahan Setda Kota Yogyakarta H. Muhamad Arifin, SH. Selesai
acara pembukaan Raker dilanjutkan penyampaian materi dengan judul
“Peran dan Dukungan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam penyelenggaraan
Pemilu 2004”.

ƒ Materi “Sistem Pemilu 2004” disampaikan oleh Ketua Komisi Pemilihan


Umum Propinsi DIY diwakili Drs. H. Muhamad Najib, Msi.

ƒ Materi “Daerah Pemilhan” disampaikan oleh Ketua Komisi Pemilihan Umum


Kota Yogyakarta Drs. Miftachul Alfin, MSHRM.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 11


ƒ Materi “Pencalonan Anggota DPR, DPD dan DPRD Daerah” disampaikan
oleh Nasrullah, SH. Divisi Hukum dan Hubungan antar Lembaga.
ƒ Materi “Verifikasi Partai Politik dan Dewan Perwakilan Daerah“ disampaikan
oleh Rahmat Muhajir Nugroho, SH. Divisi Pendidikan, Informasi Pemilu dan
Kajian Pengembangan.

ƒ Materi “Pola Organisasi dan Tata Kerja KPU “ disampaikan oleh Aan
Kurniasih,SH Divisi Logistik, Personil dan Keuangan.

ƒ Materi “Pengelolaan Keuangan Pemilu 2004” disampaikan oleh Untung


Srihadi P. Sekretaris KPU Kota Yogyakarta.

ƒ Materi “Pemungutan dan Penghitungan Suara” disampaikan oleh Hendy


Setiawan, S.IP. Divisi Pemungutan Suara dan Penetapan Hasil Pemilu.

ƒ Materi “Mekanisme Pengawasan Pemilu 2004” disampaikan oleh Teguh


Basuki, SH. Ketua Panwaslu Kota Yogyakarta.

ƒ Materi “Keamanan dan Ketertiban Pemilu 2004”disampaikan oleh Kombes


Pol.Drs.H.Sabar RaharjoMBA Kapoltabes Yogyakarta.
ƒ Sidang Kelompok dibagi dalam 3 (tiga) Komisi :
i. Komisi A bidang Organisasi dan Tata Kerja.
ii. Komisi B bidang Operasional.
iii. Komisi C bidang Anggaran.

ƒ Dalam Pelaksanaan Diskusi tiap – tiap kelompok dipandu oleh Anggota


Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta, dilanjutkan Presentasi dari tiap-
tiap Komisi.

ƒ Rapat Kerja Pemilihan Kecamatan berakhir pada tanggal 10 September


2003 pukul 16.00 WIB, Rapat Kerja ditutup oleh Walikota Yogyakarta
diwakili oleh Wakil Walikota Yogyakarta Syukri Fadholi, SH.

Secara Umum Rapat Kerja Panitia Pemilihan Kecamatan dapat berjalan lancar
perhatian para peserta cukup besar hal ini dibuktikan diajukannya pertanyaan-
pertanyaan yang berbobot.

3. Pembentukan PPS

a. Dasar hukum pembentukan Panitia Pemungutan Suara (PPS) adalah


Radigram Komisi Pemilihan Umum Nomor 38/RDG/VIII/2003 tanggal 19
Agustus 2003 tentang pembentukan Panitia Pemungutan Suara.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 12


b. Kegiatan yang dilaksanakan.

1) Melaksanakan rapat intern KPU kota untuk menyusun rencana kegiatan


proses rekruitmen Calon anggota Panitia Pemungutan Suara.

2) Melaksanakan Rapat Koordinasi dengan Lurah se Kota Yogyakarta untuk


menyampaikan penjelasan tentang mekanisme dan peran Kelurahan dalam
proses pembentukan Panitia Pemungutan Suara
3) Tata kala pelaksanaan seleksi Panitia Pemungutan Suara, sebagai berikut :
a) Tanggal 11 s/d 16 Agustus 2003 Penyebaran Pengumuman kepada
masyarakat.
b) Tanggal 11 s/d 16 Agustus 2003 Pengambilan dan Pengembalian
Formulir Pendaftaran.
c) Tanggal 18 s/d 23 Agustus 2003 Proses Seleksi di tingkat Kelurahan.
d) Tanggal 25 s/d 29 Agustus 2003 Persetujuan dan Penetapan Calon
anggota PPS oleh Panitia Pemilihan Kecamatan.
e) Tanggal 30 Agustus 2003 Pengumuman Calon Terpilih oleh PPK
f) Tanggal 1 September 2003 Persiapan Pelantikan.
g) Pelantikan dilaksanakan pada tanggal 2 September 2003 oleh para
Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan, waktu dan tempat diatur sesuai
situasi dan kondisi ditiap Kecamatan.

4. Rapat Kerja PPS


a. Penyelenggaraan Raker Panitia Pemungutan Suara bertujuan memberikan
bekal kepada seluruh anggota Panitia Pemungutan Suara agar mereka
memahami tentang tugas yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan Pemilu
nantinya.
b. Penyelenggara dan penanggungjawab Raker adalah Panitia Pemilihan
Kecamatan setempat.
c. Peran Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta adalah sebagai fasilitator dan
pengarah, pembicara adalah para anggota Panitia Pemilihan Kecamatan
terkandung maksud agar diantara mereka terjalin komunikasi yang baik serta
memberdayakan PPK sebagai penyelenggara Pemilu di tingkat Kecamatan.

d. Penyampaian materi oleh anggota KPU atas permintaan dari PPK .

e. Secara umum Raker Panitia Pemungutan Suara dapat terselenggara dengan


baik.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 13


BAB III
PROSES PELAKSANAAN PENDAFTARAN PEMILIH DAN

PENDATAAN PENDUDUK BERKELANJUTAN (P4B)

Pelaksanaan P4B ini terdiri atas 2 tahapan, yaitu Proses Pelaksanaan Pendaftaran
Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan sendiri berlangsung pada tanggal 1
April–15 Mei 2003, dan tahap Pencocokan dan Penelitian (Coklit) Hasil P4B.

A. Proses P4B

1. Dasar hukum pelaksanaan P4B adalah MOU antara Komisi Pemilihan Umum
dengan Depdagri dan Badan Pusat Statistik Pusat P4B dilaksanakan secara
Nasional mulai tanggal 1 April s/d 15 Mei 2003.

2. Instansi penanggung jawab penyelenggaraan P4B didaerah adalah Badan Pusat


Statistik Kota Yogyakarta dengan kegiatan
a. Koordinasi BPS dengan Pemerintah Kota Yogyakarta.
b. Rekruitmen petugas lapangan.

c. Pelatihan petugas lapangan.

d. Pelaksanaan P4B.

3. Permasalahan yang dihadapi.


a. Dampak sebagai penanggungjawab pelaksanaaan P4B adalah BPS
mekanisme yang berlaku adalah mekanisme yang digunakan dalam
pelaksanaan sensus dengan menggunakan sistim Blok, sedangkan dalam
penyelenggaraan pemilu sebelumnya pendaftar Pemilih adalah Pantarlih terdiri
dari perwakilan Parpol dan tokoh masyarakat setempat dengan basis dasar
Rukun Tetangga (RT).
b. Sosialisasi tentang P4B kepada masyarakat sangat minim sehingga
pemahaman/perhatian masyarakat terhadap kegiatan P4B sangat kurang.
c. Pada saat penyelenggaraan P4B badan penyelanggara Pemilu di Daerah baik
Sekretariat maupun Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta belum terbentuk.

4. Langkah yang diambil


a. Koordinasi dengan BPS maupun instansi terkait yang menangani masalah
kependudukan.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 14


b. Menyarankan kepada BPS agar metoda yang digunakan tidak menggunakan
sistim BLOK, karena sangat menyulitkan dalam penyusunan DPS/DPT. Disisi
lain banyak masyarakat yang tidak terdaftar dan timbul keluhan dari masyarakat
bahwa sebagai akibat sistim tersebut banyak masyarakat yang menggunakan
hak pilih jauh dari tempat tinggal/diluar RT.
c. Melihat perkembangan P4B, Komisi Pemilihan Umum memperpanjang
pelakasanaan P4B.

5. Hasil pelaksanaan P4B


a. Jumlah penduduk terdaftar = 391. 585 orang
b. Penduduk yang memiliki hak pilih = 304. 218 orang
c. Jumlah pemilih setelah perpanjangan = 312. 218 orang
d. Jumlah kursi di DPRD = 35 kursi

6. Saran
a. Perlu petunjuk yang jelas dalam kegiatan pemeliharaan data penduduk dan
jumlah pemilih.
b. Perlu penijauan terhadap penyelenggaraan P4B dimasa mendatang sehingga
tidak menimbulkan kerancuan.

B. Proses Coklit Hasil P4B

1. Dasar Hukum:
a. Surat Edaran Nomor 738/15/IX/2003 tentang pelaksanaan Pencocokan dan
penelitian Hasil P4B serta proses penyusunan dan Pengesahan Daftar pemilih.
b. Surat Edaran Nomor 72/15/1/2004 tentang PPS Dapat mendaftarkan nama
Pemilih dengan mengisi formulir Daftar Pemilih Sementara ( KPU-SSL ).
c. Surat Edaran Nomor 104/15/I/2004 tentang Penyusunan DPT per- TPS

2. Kegiatan:
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang menentukan peran KPU Daerah
dalam pendaftaran pemilih ini, KPU Kota Yogyakarta melaksanakan beberapa
kegiatan sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan kegiatan Coklit P4B yang dilakukan oleh BPS kota
Yogyakarta yang dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2003 sampai dengan 15
November 2003.

b. Mengkoordinasikan kegiatan penyusunan daftar pemilih sementara yang


dilakukan oleh BPS kota yogyakarta yang dilaksanakan pada tanggal 8 Juli
2003 sampai dengan 31 oktober 2003.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 15


c. Menerima penyerahan DPS dari BPS kota yogyakarta dan menyerahkan DPS
dari KPU Kota Yogyakarta ke PPS Se-Kota Yogyakarta yang dilaksanakan
pada tanggal 1 November 2003 sampai dengan 27 November 2003.

d. Mengkoordinasikan kegiatan pengesahan Draft DPS yang dilakukan oleh PPS


yang dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2003 sampai dengan 4 November
2003.
e. Mengkoordinasikan kegiatan pengumuman dan tanggapan masyarakat
terhadap DPS yang dilakukan oleh PPS yg dilaksanakan pada tanggal 3
November 2003 sampai dengan 30 November 2003.

f. Mengkoordinasikan kegiatan pemutakhiran Daftar pemilih yang dilakukan oleh


PPS yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1) Penampungan usul perbaikan identitas pemilih.
2) Mendaftar penduduk yg belum terdaftar sebagai pemilih
3) Menyusun Daftar pemilih tambahan dengan berkoordinasi dengan petugas
coklit.
4) Menyerahkan daftar pemilih tambahan dan perubahan identitas ke KPU
Kota.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 desember 2003 sampai dengan 22
desember 2003.

g. Koordinasi dengan BPS dan KPU Provinsi dalam rangka penyusunan daftar
pemilih tetap ( DPT ) yg dilakukan pada tanggal 5 Desember 2003 sampai
dengan 27 desember 2003.

h. Menerima Daftar Pemilih Tetap dari BPS Kota Yogyakarta ke KPU Kota
Yogyakarta dan mengirim DPT dari KPU Kota yogyakarta ke PPS Se-kota
Yogyakarta yg dilaksanakan pada tanggal 18 desember 2003 sampai dengan
30 desember 2003.

i. Mensupervisi kegiatan penetapan DPT yang dilakukan oleh PPS yg


dilaksanakan pada tanggal 31 desember 2003.

j. Penyampaian kartu pemilih dari KPU Kota yogyakarta ke PPS Se-kota


yogyakarta dan penyampaian kartu pemilih dari PPS ke pemilih yang
dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2003 sampai dengan 5 maret 2004.

k. Mengkoordinasikan dan me-supervisi PPS dalam melaksanakan pemeliharaan


Daftar Pemilih, kegiatan ini meliputi :
1) PPS mencatat perubahan pemilih : meninggal dunia, pindah (keluar/datang),
dicoret dari hak pilihnya.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 16


2) PPS melaporkan perubahan pemilih ke KPU Kota Yogyakarta.
3) Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2004 sampai dengan 10
maret 2004.

l. Melaporkan secara berkala perubahan pemilih kepada KPU dengan tembusan


KPU Propinsi yg dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2004 sampai dengan 10
maret 2004
m. menyusun salinan daftar pemilih tetap setiap TPS dengan melibatkan PPK dan
PPS yg dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2004 sampai dengan 5 maret
2004.

n. Penyampaian salinan daftar pemilih tetap per TPS kepada KPPS melalui PPK
dan PPS yg dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2004 dan 25 Maret 2004.

3. Hasil/Output:
a. Daftar Pemilih Sementara dalam bentuk manual.
b. Daftar Pemilih Sementara dalam bentuk softcopy.
c. Daftar Pemilih Tetap dalam bentuk manual.
d. Salinan Daftar Pemilih Tetap per-TPS

4. Permasalahan:

a. Banyak kalangan yang tidak puas dengan proses dan hasil dari P4B karena
dalam P4B terdapat berbagai kepentingan yang ada dalam proses P4B tidak
hanya diperuntukkan untuk kepentingan Pemilu tetapi juga kepentingan
kependudukan sehingga data yang dihasilkan harus dipilah-pilah menurut
kepentingan yg ada.

b. Bentuk DPS yang dihasilkan ternyata sangat menyulitkan petugas yang ada
dilapangan seperti PPS karena format DPS tidak sesuai dengan sistem
kemasyarakatan yang ada di kota Yogyakarta yang menurut sistem
RT/RW,sedangkan DPS yg dihasilkan menurut sistem blok dan sistem blok ini
hanya dapat dipahami oleh BPS.

c. Adanya kesulitan PPS dalam mensosialisasikan DPS karena format DPS yang
tidak memungkinkan untuk ditempel di media pengumuman,sehingga hal ini
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam mengakses informasi mengenai
DPS. Karena partisipasi masyarakat yg rendah ini maka mempengaruhi dalam
hal tanggapan masyarakat terhadap DPS,sehingga ini mempengaruhi validitas
data dari DPS yang nantinya akan menjadi DPT.

d. Terjadinya tarik ulur tanggungjawab antara KPU dengan BPS atas DPS yang
dihasilkan karena menuai banyak komplain dari masyarakat.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 17


5. Rekomendasi

a. Perlu meninjau ulang isi kesepakatan dengan instansi lain dalam bekerjasama
dalam kegiatan pendaftaran pemilih sehingga tidak terjadi kerancuan
kewenangan antara instansi yang bersangkutan.

b. Perlu penyamaan sistem yg digunakan dalam pendaftaran pemilih terhadap


sistem kemasyarakatan yg berlaku di masyarakat kota Yogyakarta.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 18


BAB IV
PELAKSANAAN PENDAFTARAN DAN VERIFIKASI PESERTA PEMILU

A. Dasar Hukum
1. UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik
2. UU Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum DPR, DPD, dan DPRD;

3. Keputusan KPU Nomor 105 Tahun 2003, Tentang Tata Cara Penelitian dan
Penetapan Partai Politik menjadi Peserta Pemilu;

4. Keputusan KPU Nomor 615 Tahun 2003, Tentang Perubahan Terhadap


Keputusan Komosis Pemilihan Umum nomor 105 Tahun 2003 Tentang Tata Cara
Penelitian dan Penetapan Partai Politik Menjadi Peserta Pemilihan Umum.

B. Pendaftaran Peserta Pemilu


Sebagai bagian awal tahapan Pemilu 2004, pendaftaran peserta pemilu di bagi
menjadi 2 bagian, yakni; 1) pendaftaran peserta pemilu partai politik, dan 2)
pendaftaran peserta pemilu perseorangan (DPD). Pendaftaran peserta pemilu Partai
Politik ditujukan untuk pelaksanaan Pemilihan Umum Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sedangkan peserta Pemilu
Perseorangan ditujukan untuk pelaksanaan Pemilhan Umum Dewan Perwakilan
Daerah (DPD). DPD merupakan lembaga negara baru yang salah satu tugas dan
wewenangnya adalah dapat mengajukan kepada DPR rancangan undang-undang
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan
dan pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan
sumber daya ekonomi lainnya serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
pusat dan daerah.

Untuk memperjelas uraian tentang pendaftaran peserta pemilu baik dari partai politik
maupun perseorangan, dalam materi pendahuluan ini digambarkan secara ringkas
mengenai pendaftaran partai politik dan pendaftaran peserta pemilu perseorangan
(calon anggota DPD).

1. Pendaftaran Peserta Pemilu : Partai Politik

Setiap Partai politik yang didirikan terlebih dahulu didaftarkan di Departemen


Kehakiman RI, dengan tujuan agar partai politik tersebut memperoleh status badan
hukum yang disahkan oleh Menteri Kehakiman. Partai politik yang didaftarkan

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 19


harus memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat (3) UU No. 31
tahun 2002 tentang Partai Politik, sebagai berikut :
a. memiliki akta notaris pendirian partai politik;
b. mempunyai kepengurusan sekurang-kurangnya 50% dari jumlah Propinsi, 50%
dari jumlah Kab/Kota pada setiap propinsi yang bersangkutan, dan 25% dari
jumlah kecamatan pada setiap kab/kota yang bersangkutan;
c. memiliki nama, lambang, dan tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan
pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang, dan tanda
gambar partai politik lain; dan
d. mempunyai kantor tetap.
Agar dapat memperoleh status badan hukum yang disahkan oleh Menteri
Kehakiman, partai politik terlebih dahulu melalui proses verifikasi ditingkat
Departemen Kehakiman. Partai Politik yang dinyatakan lolos verifikasi/memenuhi
syarat, langsung disahkan menjadi Partai Politik.

Partai politik yang telah mendapatkan status badan hukum melalui pengesahan
Menteri kehakiman, belum dapat dikatakan sebagai peserta pemilu. Berdasarkan
Pasal 7 ayat (1) UU No 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD dan
DPRD, Partai Politik dapat menjadi peserta pemilu apabila memenuhi syarat :
a. diakui keberadaannya sesuai dengan UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai
Politik;
b. memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 2/3 dari seluruh jumlah
Propinsi;
c. memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 2/3 dari seluruh jumlah
kab/kota di Propinsi sebagaimana dimaksud dalam huruf b;
d. memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 orang atau sekurang-kurangnya
1/1.000 dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan partai politik
sebagaimana dimaksud huruf c yang dibuktikan dengan kartu tanda anggota
partai politik;
e. pengurus sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf c harus mempunyai
kantor tetap;
f. mengajukan nama dan tanda gambar partai politik kepada KPU.

Proses verifikasi/penelitian terhadap syarat administratif dan faktual dilakukan oleh


KPU dan KPUD. Partai Politik yang dinyatkan lolos verifikasi/memenuhi syarat
sebagai mana dimaksud dalam pasal 7 UU No 12 tahun 2003, ditetapkan sebagai
peserta pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 20


Disamping hal tersebut diatas, Pasal 142 UU No. 12 Tahun 2003 menyebutkan
bahwa “Partai Politik Peserta Pemilu tahun 1999 yang memperoleh 2% atau lebih
dari jumlah kursi DPR atau memperoleh sekurang-kurangnya 3% jumlah kursi
DPRD Propinsi atau DPRD Kabupaten/Kota yang tersebar sekurang-kurangnya di
½ jumlah Propinsi dan ½ kabupaten/kota seluruh Indonesia, ditetapkan sebagai
Partai Politik Peserta Pemilu setelah Pemilu 1999”. Oleh karena itu, terdapat 6
Partai Politik yang dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
142 UU No. 12 Tahun 2003. Partai Politik tersebut adalah Partai GOLKAR, Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Persatuan Pembangunan (PPP),
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Bulan
Bintang (PBB). Ke enam partai politik inilah yang disebut lolos Electoral treshold.

2. Pendaftaran Peserta pemilu: Perseorangan (DPD)


Berdasarkan UU No 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD, dan
DPRD, peserta pemilu Perseorangan untuk mememilih anggota DPD dilaksanakan
dengan sistem distrik berwakil banyak. Setiap distrik (Propinsi) diwakili sebanyak 4
orang anggota DPD. Dikarenakan 4 orang anggota DPD yang merupakan
keterwakilan daerah dalam memperjuangkan kepentingan daerah, maka
pendaftaran Peserta pemilu perseorangan (DPD) dilakukan di daerah Proponsi
masing-masing dan ditujukan kepada KPU melalui KPU Propinsi.

Pasal 11 ayat (1) UU No 12 tahun 2003 menyebutkan bahwa untuk dapat menjadi
calon anggota DPD, peserta pemilu dari perseorangan harus memenuhi syarat
dukungan dengan ketentuan :
a. provinsi yang berpenduduk sampai dengan 1.000.000 orang harus didukung
sekurang-kurangnya oleh 1.000 orang pemilih;
b. provinsi yang berpenduduk lebih dari 1.000.000 sampai dengan 5.000.000
orang harus didukung sekurang-kurangnya oleh 2.000 orang pemilih;
c. provinsi yang berpenduduk lebih dari 5.000.000 sampai dengan 10.000.000
orang harus didukung sekurang-kurangnya oleh 3.000 orang pemilih;
d. provinsi yang berpenduduk lebih dari 10.000.000 sampai dengan 15.000.000
orang harus didukung sekurang-kurangnya oleh 4.000 orang pemilih;
e. provinsi yang berpenduduk lebih dari 15.000.000 orang harus didukung
sekurang-kurangnya oleh 5.000 orang pemilih;

Berdasarkan hal tersebut, Daerah Istimewa Yogyakarta yang berpenduduk lebih


dari 2 juta jiwa, maka setiap calon anggota DPD DIY harus memperoleh dukungan
sekurang-kurangnya 2.000 orang pemilih. Dukungan tersebut harus dibuktikan
dengan fotokopi kartu tanda penduduk yang berlaku dalam wilayah DIY.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 21


C. Verifikasi Partai Politik dan Perseorangan
Banyaknya jumlah penduduk mempunyai implikasi terhadap pendaftaran peserta
pemilu partai politik dan perseorangan di daerah, hal ini dapat dibuktikan bahwa untuk
dapat menjadi peserta pemilu, partai politik diwajibkan untuk memiliki anggota
sekurang-kurangnya 1.000 orang atau sekurang-kurangnya 1/1.000 dari jumlah
penduduk pada setiap kepengurusan partai politik di kabupaten/kota dimana partai
politik tersebut didaftarkan. Begitupun juga terdhadap peserta pemilu perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) UU No 12 Tahun 2003. Dari hasil
pendaftaran pemilih dan pendataan penduduk berkelanjutan (P4B) yang dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Yogyakarta dari tanggal 1 Maret sampai dengan
15 April 2003, jumlah penduduk Kota Yogyakarta mencapai angka 391.598 jiwa.

1. Verifikasi Partai Politik

Setiap Partai Politik yang melalui proses verifikasi terlebih dahulu wajib
menyerahkan; 1) daftar kepengurusan, 2) jumlah anggota sekurang-kurangnya 400
orang pemilih, 3)domisili kantor (terdapat pengesahan dari camat setempat) dan, 4)
melampirkan nama dan tanda gambar partai politik.
Terdapat 36 Partai Politik baru yang teridentifikasi di wilayah Kota Yogyakarta,
dengan rincian sebagai berikut :

a. ada 31 partai politik yang menyerahkan berkas administratif kepada KPU Kota
Yogyakarta dengan batasan waktu yang telah ditetapkan, sehingga melalui
proses verifikasi;
b. terdapat 3 Partai Politik yang terlambat menyerahkan berkas (tidak memenuhi
batasan waktu yang telah ditetapkan), sehingga tidak diverifikasi yaitu; Partai
Gotong Royong, Partai Persatuan Nahdatul Ummah Indonesia, dan Partai
Demokrat Bersatu.

c. ada 2 partai Politik sama sekali tidak menyerahkan berkas yaitu : Partai Islam
Indonesia dan Partai Kesatuan Republik Indonesia.

Teknis verifikasi yang dilakukan terhadap partai politik yang menyerahkan berkas
kepada KPU Kota Yogyakarta, dibagi menjadi 2 tahapan, yaitu 1) tahapan yang
tidak melalui perbaikan atas hasil verifikasi atdan, 2) tahapan yang melalui proses
perbaikan atas hasil verfikasi tahap pertama. Dari 31 partai politik yang
menyerahkan berkas dan wajib melalui proses verifikasi, hanya terdapat 1 Partai
Politik yang tidak melalui proses parbaikan yaitu Partai Demokrat, (langsung
dinyatakan lolos pada tahap pertama) sedangkan 30 partai politik harus melalui
tahap perbaikan. Dari ke 30 partai politik yang melalui proses perbaikan hanya ada

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 22


15 Partai Politik atau 50% yang dinyatakan memenuhi syarat verifikiasi (lihat
lampiran hasil rekap verifikasi Partai Politik); artinya terdapat 15 partai politik yang
tidak memenuhi syarat atas hasil verifikasi. Mengenai mekanisme verifikasi Partai
Politik dapat dilihat dalam lampiran.

2. Verifikasi Perseorangan

Pada prinsipnya verifikasi peserta pemilu perseorangan tidak jauh berbeda dengan
partai politik, KPU Kota Yogyakarta hanya memastikan domisili dari masing-masing
calon anggota DPD sesuai dengan yang diamanahkan oleh KPU Propinsi, dan
melakukan penelitian terhadap keabsahan dukungan oleh masing-masing
pendukung di wilayah Kota Yogyakarta atas hasil sampling 10 % yang dilakukan
oleh KPU Propinsi.

3. Mekanisme Kerja POKJA

KPU Kota Yogyakarta membentuk Pokja Verifikasi Partai Politik dan Perseorangan,
dalam pokja tersebut dibentuk korwil sesuai dengan daerah pemilihan, korwil
bertugas dan bertanggungjawab terhadap proses verifikasi keanggotaan parpol dan
dukungan calon anggota DPD dalam wilayah kerjanya. Setiap korwil membawahi
korgas (koordinator petugas) dalam hal ini ketua PPK (Panitia Pemilihan
Kecamatan), sedangkan anggota PPK adalah merupakan petugas lapangan untuk
mengecek kebenaran faktual atas keanggotaan seseorang di partai politik
dukungan seseorang terhadap calon anggota DPD.
Setiap laporan atas hasil penelitian oleh petuga lapangan (anggota PPK) wajib
diketahui oleh Korgas, atas laporan tersebut langsung disampaikan kepada Korwil
(anggota KPU) dan dilanjutkan hasil laporan dari Korwil disampaikan kepada
bagian pendataan pokja. Pendataan Pokja mempunyai tugas untuk meresume hasil
verifikasi masing-masing partai politik dan masing-masing Calon DPD. Untuk Partai
Politik harus dipastikan, apakah parpol tersebut sudah dapat dianggap memenuhi
syarat pada tahap pertama, ataukah masih perlu dilakukan pebaikan. Apabila
masih diperlukan perbaikan, seketika itu juga disampaikan kepada Parpolnya untuk
melakukan perbaikan beserta alasan mengapa dilakukan perbaikan tersebut.
Sedangkan untuk calon anggota DPD, hasil penelitian yang dilakukan oleh Pokja,
langsung diserahkan kepada KPU Kota Yogyakarta atas hasil penelitian pokja
kemudian ditindaklanjuti kepada KPU Provinsi. Selanjutnya, KPU Provinsi yang
akan menentukan apakah seorang calon anggota DPD yang diverifikasi tersebut
harus melalui proses perbaikan atau tidak. Jika masih dalam taraf perbaikan, maka
KPU Propinsi menyampaikan kepada KPU Kabupaten/Kota untuk melakukan

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 23


penelitian ulang terhadap calon yang melalui proses perbaikan. KPU Kab/Kota
(KPU Kota Yogyakarta) menyerahkan berkas perbaikan tersebut untuk dilakukan
penelitian kepada Pokja verifikasi, kemudian dilakukan penelitian lagi. Penelitian
inilah yang disebut penelitian tahap kedua.

D. Output
1. Dari 31 Partai Politik yang diverifikasi oleh KPU Kota Yogyakarta hanya terdapat 16
atau 51,61% Partai Politik yang memenuhi syarat. Partai Politik tersebut adalah
sebagai berikut : PKPB, PBR, PKP Indo, PKS, PSI, Pelopor, Merdeka, PNI
Marhaenis, Partai Pewarta DKB, P Katolik Demok Indo, Patriot Pancasila, P Nas
Induk Banteng Kemerdekaan 1927, Partai Reformasi, PNBK, P Demokrat dan, P
Kongres Pekerja Indonesia, dan;

2. Hasil verifikasi calon anggota DPD yang berdomisili di wilayah Kota Yogyakarta
yang diserahkan kepada KPU Provinsi.

E. Permasalahan
1. Tidak adanya penjelasan secara tegas mengenai populasi terbaru keanggotaan
partai politik pada penelitian tahap kedua (masa perbaikan).

2. Munculnya radiogram KPU No 57/RDG/X/2003 tentang teknis verifikasi partai


politik di Kabupaten/Kota dari pola “tertutup” pengambilan sampling 10 % berubah
menjadi “terbuka”, dan parpol mempunyai kewenangan mengumpulkan anggotanya
yang akan diverifikasi disuatu tempat yang telah disetujui antara petugas dan
pengurus Parpol.

3. Akibat munculnya radiogram No 57/RDG/X/2003 tersebut, seketika itu juga terjadi


perubahan teknis verifikasi, namun KPU Kota Yogyakarta belum sempat
menerapkan dilapangan radiogram 57/RDG/X/2003 tersebut, sebab seketika itu
juga muncul radiogram No. 58/RDG/X/2003 yang menganulir radiogram No.
57/RDG/X/2003.

4. Terdapat 5 (lima) Partai Politik yang memperoleh kesempatan mengajukan


perbaikan penelitian, namun tidak dilaksanakan dengan menyerahkan berkas
kepada KPU Kota Yogyakarta. Parpol tersebut antara lain; Partai Persatuan
Daerah, Partai Demokrasi Perjuangan Rakyat, Partai Kristen Indonesia 1945,
Partai Pemersatu Bangsa dan, Partai Indonesia Tanah Air.

5. Terdapat dukungan ganda baik dalam partai politik maupun persorangan, dan
dukungan yang berasal dari dunia lain kepada calon anggota DPD (Yuventius

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 24


Untung Sudarmono), si pendukung yang sudah meninggal pada tahun 2001
tersebut bernama SUJINAH berasal dari Kelurahan Purbayan, Kotagede,
disamping itu juga ditemukan adanya anggota parpol yang diverifikasi masih
dibawah umur berasal dari gendeng baciro gondokusuman. Partai yang dimaksud
adalah Partai Pemersatu Nasionalis Indonesia.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 25


BAB V
PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN PEMETAAN DAERAH PEMILIHAN

A. Pendahuluan
Tahap Penetapan Jumlah Kursi ini merupakan tahapan yang menindaklanjuti hasil
P4B pada tahapan sebelumnya. Penetapan jumlah kursi legislatif di setiap daerah
diputuskan oleh KPU Pusat. Peran KPU Daerah, temasuk KPU Kota Yogyakarta,
adalah mensosialisasikan kepada seluruh stake holder di daerah dan menindaklanjuti
penetapan tersebut dengan merumuskan alternatif Daerah Pemilihan dan jumlah kursi
di Daerah Pemilihan tersebut dengan melibatkan Partai Politik di daerah.

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD dan
DPRD
2. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 673 Tahun 2003 tentang Penetapan
Jumlah Kursi DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota

C. Kegiatan
Berdasarkan peran KPU Daerah pada fungsi penetapan jumlah kursi ini, KPU Kota
Yogyakarta melaksanakan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1. Mensosialisasikan Keputusan KPU tentang jumlah kursi DPRD Kota Yogyakarta
tahun 2004 – 2009 berdasarkan hasil P4B.

2. Merumuskan Alternatif Awal Daerah Pemilihan di Kota Yogyakarta berdasarkan


hasil P4B. Pada saat perumusan ini Pedoman dari KPU Pusat belum terbit, baru
bersifat wacana. Rumusan Alternatif Daerah Pemilihan yang berhasil disusun ada 3
(tiga).

3. Semiloka Penyusunan Daerah Pemilihan, dilaksanakan pada tanggal 16 Juli 2003


di Ruang Utama Lt. atas, Balaikota Yogyakarta, dengan peserta dari unsur Partai
Politik, LSM, Pemerintah Daerah, dan Elemen masyarakat lainnya.

Kegiatan ini terdiri atas 2 (dua) sessi :

a. Sessi I: Seminar Konsep dan Penyusunan Daerah Pemilihan


Narasumber: Drs. Ghaffar A. Karim, MA (Akademisi, Fisipol UGM) dan Drs.
Miftachul Alfin, MSHRM (Ketua KPU Kota Yogyakarta).

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 26


b. Sessi II: Lokakarya Penyusunan Daerah Pemilihan
Pada sessi ini dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, masing-masing kelompok terdiri
atas unsur partai politik dan LSM.

Berdasarkan hasil Semiloka, KPU Kota Yogyakarta berhasil menyusun 9


(sembilan) aternatif Daerah Pemilihan, yang selanjutnya dalam Pleno KPU Kota
Yogyakarta diitetapkan 5 (lima) alternatif. Setelah Pedoman dari KPU Pusat terbit,
dari 5 (lima) alternatif tersebut berkurang menjadi 3 (tiga) alternatif, yang
selanjutnya dikirimkan kepada KPU sebagai bahan masukan penetapan Daerah
Pemilihan. Alternatif terakhir ini pula yang dipresentasikan pada Rakernis
Penetapan Daerah Pemilihan di Jakarta.

D. Output
1. Rumusan Alternatif Daerah Pemilihan Kota Yogyatakarta (terlampir)

2. Keputusan KPU tentang Penetapan Daerah Pemilihan (terlampir)

E. Permasalahan
1. Banyak kalangan mempersoalkan hasil P4B, karena kompetensi petugas di
lapangan kurang memadai sehingga hasil akhir banyak yang mempertanyakan
validitasnya.

2. Jumlah penduduk Kota Yogyakarta hasil P4B hampir mendekati angka 400 ribu
jiwa (yaitu 391.598 jiwa) sehingga hampir mendapatkan jatah 40 kursi DPRD.
Dengan validitas hasil P4B yang dipertanyakan tersebut, unsur parpol melakukan
penekanan pada KPU Kota untuk merealisasikan 40 kursi tersebut.

3. UU Nomor 12/2003 tidak secara tegas, jelas dan spesifik menentukan dasar
penetapan jumlah kursi DPRD. Jumlah penduduk yang menjadi acuan penetapan
jumlah kursi tersebut tidak secara eksplisit dan sepesifik dicantumkan, misalnya
jumlah penduduk hasil sensus 1 (satu) tahun sebelum pemungutan suara
dilaksanakan.

F. Rekomendasi
1. Perlu meninjau kembali dan melakukan penyempurnaan pada proses P4B,
terutama pada teknis pelaksanaannya.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 27


2. Perlu mengusulkan perubahan UU Nomor 12/2003 terkait dengan pencantuman
kriteria jumlah penduduk yang menjadi dasar penetapan jumlah kursi secara lebih
spesifik dan jelas.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 28


BAB VI
PELAKSANAAN SOSIALISASI PEMILIHAN UMUM

A. Pendahuluan
Betapa tidak, selain memiliki beban untuk menyelenggarakan Pemilu, KPU dan KPUD
masih memiliki tugas untuk mensosialisasikan segala hal yang berkaitan dengan
pemilu kepada masyarakat. Slogan KPU bahwa Pemilu 2004 Beda, memang
demikianlah adanya, beda sistemnya, beda waktunya, beda calonnya, beda
penyelenggaranya, dan beraneka macam perbedaan lainnya.
Pemilu tahun 2004 menggunakan sistem yang baru baik untuk Pemilu Legislatif
maupun Pemilu Presiden. Sistem pemilu dalam pemilu legislatif menggunakan 2
sistem sekaligus yaitu, sistem proporsional terbuka untuk memilih anggota DPR dan
DPRD dan sistem Distrik berwakil banyak untuk memilih anggota DPD. Mengingat
sistem yang masih baru tersebut, masyarakat membutuhkan informasi dan sosialisasi
pemilu agar dapat menggunakan hak pilihnya dengan baik dan benar. Begitu pula
dengan sistem Pilpres yang notabene baru pertama kali digelar di Indonesia,
menggunakan model 2 kali putaran (run off/two round sytem) seperti halnya di
Perancis, masyarakat tentu membutuhkan penjelasan yang lebih dalam dan luas lagi.

Dalam masalah ini, peran divisi pendidikan, informasi dan kajian pengembangan
pemilu KPU Kota Yogyakarta sangatlah penting, sehingga perlu merencanakan
berbagai kegiatan sosialisasi untuk memberikan penjelasan tentang seluk-beluk pemilu
kepada seluruh lapisan masyarakat. KPU Kota berusaha dengan semaksimal mungkin
untuk mendesain dan mengemas kegiatan sosialisasi dalam berbagai bentuk dan
metode, mulai dari tatap muka, barang cetakan dan media elektronik.

KPU Kota berusaha mengkonsep kegiatan sosialisasi dalam bentuk yang semenarik
mungkin dan dengan pendekatan. Dari hasil kontemplasi, pemikiran dan diskusi yang
mendalam, akhirnya lahirlah berbagai kegiatan yang kreatif, inovatif, dan berbudaya.

B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum DPR, DPD dan
DPRD

2. Keputusan KPU No. 33 tahun 2002 tentang Kode etik Pelaksana Pemilihan Umum

3. Keputusan KPU No. 623 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Informasi
Pemilihan Umum dan Pendidikan Pemilih.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 29


C. Kegiatan-kegiatan
1. Tatap Muka.
Kegiatan sosialisasi tatap muka ini diselenggarakan untuk memberikan
pemahaman yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat tentang sistem pemilu
legislatif. Dengan metode ini nara sumber dapat berdialog dengan peserta
sehingga segala sesuatu yang masih belum dipahami oleh peserta dapat dijawab
secara langsung oleh narasumber. Disamping itu juga dalam acara itu dapat
diselingi dengan simulasi tata cara pemungutan suara.

Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota
adalah sebagai berikut :
a. Sosialisasi Pemilu di tingkat Kecamatan.
Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan dengan sasaran utama yaitu para tokoh
masyarakat di tingkat Kecamatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11
s.d. 27 Agustus 2003 di Pendopo masing-masing Kecamatan se-Kota
Yogyakarta sebanyak 14 Kecamatan. Peserta terdiri dari berbagai unsur yaitu
tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan, aktifis
organisasi masyarakat, tokoh partai politik dan aparat kecamatan. Kegiatan ini
dilaksanakan bekerjasama dengan pihak kecamatan, karena pada saat itu PPK
belum/sedang dibentuk.

Narasumber : semua anggota KPU Kota.


b. Sosialisasi untuk Penyuluh Agama Islam.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan sasaran yaitu para penyuluh agama Islam se-
Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan menjelang bulan ramadhan
sehingga diharapkan setelah mendapat penyuluhan pemilu dar KPU Kota dapat
menyampaikan kepada jamaah di masjidnya masing-masing. Kegiatan ini
dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2003 di Masjid Diponegoro Balaikota.
Narasumber : Hendy Setiawan, S.IP.

c. Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih di tingkat Kelurahan.


Kegiatan ini melanjutkan program sosialisasi di tingkat Kecamatan, dengan
sasaran para tokoh masyarakat di tingkat Kelurahan. Kegiatan ini dilaksanakan
pada tanggal 15 s.d. 23 Desember 2004 di 45 Kelurahan se-Kota Yogyakarta.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan bekerjasama dengan PPS (panitia
Pemungutan Suara) di masing-masing Kelurahan.

Narasumber : Anggota PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan).

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 30


d. Pencanangan Pekan Sosialisasi Pemilu 2004.
Kegiatan ini dirancang sebagai momentum dimulainya Pekan Sosialisasi Pemilu
di Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2004
di Gedung Pamungkas. Sasaran/Peserta Kegiatan ini adalah Ketua-ketua RW
se-Kota Yogyakarta (sebanyak 617 RW). Dalam kegiatan tersebut selain acara
seremonial juga ditampilkan simulasi Pemilu oleh anggota KPU Kota dan
Walikota Yogyakarta. Pada acara tersebut juga disampaikan materi sosialisasi
pemilu dari KPU Propinsi DIY khususnya berkaitan dengan materi pendaftaran
pemilih.

Narasumber : Dra. Any Rohyati, M.Si.


e. Sosialisasi untuk Narapidana.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan sasaran utama para pemilih dengan
kubutuhan khusus yaitu para narapidana Penghuni Lembaga
Pemasayarakatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2004 di
LAPAS Wirogunan Yogyakarta. Kegiatan ini sekaligus juga dimanfaatkan untuk
melakukan koordinasi dalam rangka persiapan tehnis pendirian TPS Khusus di
Lapas tersebut.

Narasumber : Rahmat Muhajir N, SH.

f. Sosialisasi untuk Penyandang Cacat.


Kegiatan ini dilaksanakan dengan sasaran utama para pemilih dengan
kebutuhan khusus yaitu para Penyandang Cacat (defabel) se-Kota Yogyakarta.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2004 di Pendopo Balaikota.
KPU Kota bekerjasama dengan LSM CIQAL dalam menyelenggarakan kegiatan
ini. Dalam acara tersebut diadakan simulasi pemungutan suara dengan
menggunakan berbagai alat Bantu bagi pemilih defabel. Peserta kegiatan ini
adalah Penyandang Cacat se-kota yogyakarta dan anggota PPK serta PPS.

Nara sumber : Hendy Setiawan, S.IP.

g. Sosialisasi untuk Pekerja Seks Komersial (PSK).


Kegiatan ini memang cukup unik karena PSK sebenarnya bukan termasuk
pemilih khusus, tetapi mengingat mereka juga sebagai pemilih yang memiliki
hak untuk mendapatkan informasi pemilu sedangkan mereka termasuk
komunitas yang jauh dari informasi pemilu maka KPU Kota melaksanakan
kegiatan ini agar para PSK nantinya dapat menggunakan hak pilihnya dengan
benar. Peserta kegiatan ini adalah penghuni Lokalisasi Pasar Kembang.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2004 di salah satu Aula RW

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 31


Kelurahan Sosromenduran. KPU Kota bekerjasama dengan PPS
Sosromenduran dalam melaksanakan kegiatan ini.
Nara sumber : Nasrullah, SH.

h. Sosialisasi untuk Siswa SMU


Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan penjelasan Pemilu kepada Para
Pemilih Pemula khususnya Siswa SMU se-Kota Yogyakarta. Kegiatan ini
dilaksanakan bekerjasama dengan Dinas P dan P Kota Yogyakarta. Peserta
kegiatan ini para siswa SMU yang telah memiliki hak pilih. Adapun pelaksanaan
kegiatan ini dijabarkan sebagai berikut :

No. Waktu Nara sumber Tempat

1. 13 Maret 2004 Drs. Miftachul Alfin, Di SMA N 5 Yk


MSHRM

2. 15 Maret 2004 Rahmat Muhajir N, SH Di SMA Muhammadiyah 2

3. 16 Maret 2004 Nasrullah, SH SMA Bopkri 1 Yk

4. 17 Maret 2004 Aan Kurniasih, SH SMA Negeri 4 Yk

5. 18 Maret 2004 Hendy Setiawan, S.IP SMA Taman Madya

6. 20 Maret 2004 Rahmat Muhajir N, SH Di SMK 5 Yk (Perwakilan


dari masing-masing SMU
dan SMK se-Kota
Yogyakarta

Selain kegiatan sosialisasi yang direncanakan dan dilaksanakan oleh KPU Kota
sebagaimana telah dipaparkan di atas, KPU Kota juga memenuhi undangan
sosialisasi dari berbagai instansi, LSM dan warga masyarakat di Kota
Yogyakarta, sebagaimana terlampir.

2. Media Elektronik
Sosialisasi melalui media elektronik dilaksanakan dengan cara menggelar talkshaw
di berbagai radio seperti Radio Retjo Buntung FM, Radio Istakalista, Radio Unisi,
Radio Trijaya FM, RRI, dll. Kegiatan talkshaw ini ada yang dilakukan secara
insidentil sesuai dengan permintaan dari radio tersebut, tetapi ada juga yang

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 32


dilaksanakan secara terjadwal oleh KPU Kota bekerjasama dengan salah satu
radio, yakni radio Retjo Buntung, sebagaimana dipaparkan di bawah ini.

No. Waktu Tema Radio Nara Sumber

1. 19 Juli 2003 Pembentukan PPK & RB FM Hendy Setyawan,


PPS SIP

2. 26 Juli 2003 Pendaftaran Partai Politik RB FM Rahmat Muhajir


peserta pemilu Nugroho, SH

3. 2 Agustus 2003 Peran Politik Perempuan RB FM Aan Kurniasih, SH

KPI

4. 9 Agustus 2003 Pemetaan Daerah RB FM Drs. Miftachul Alfin,


Pemilihan MSHRM

5. 16 Agustus 2003 Pemantauan Pemilu RB FM - Nasrullah, SH

- Forum LSM DIY

7. 23 Agustus 2003 Peran dan fungsi PPK RB FM Hendy Setyawan,


SIP

8. 30 Agustus 2003 Kode etik KPU RB FM Rahmat Muhajir N,


SH

9. 6 September 2003 Peran dan Fungsi PPS RB FM Hendy Setyawan,


SIP

10. 13 September 2003 Tahap-tahap pemilu RB FM Rahmat Muhajir N,


SH

11. 20 September 2003 Pemilu dan kekerasan RB FM - Nasrullah, SH


politik - Poltabes

12. 27 September 2003 Verifikasi administratif RB FM Drs. Miftachul Alfin,


dan faktual parpol MSHRM

13. 4 Oktober 2003 Penegakan Hukum dalam RB FM - Nasrullah, SH


pemilu - Panwaslu

- Kajari

14. 11 Oktober 2003 Mekanisme Penyusunan RB FM - Drs. Miftachul


Caleg oleh Parpol Alfin, MSHRM

- Parpol

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 33


Selain di Radio KPU Kota juga beberapa kali diundang di TV yakni TVRI
Yogyakarta. Di dunia maya/virtual KPU Kota juga menyebarkan informasi pemilu melalui
situs KPU Kota di website : kpu.jogja.go.id

3. Media Cetak

Sosialisasi melalui media cetak yang dimaksud disini adalah penyebaran informasi
pemilu dengan cara membuat barang cetakan dan publikasi indoor maupun out
door.

a. Leaflet, Brosur dan Poster


Ketiga bentuk media informasi tersebut dicetak kemudian kami sebarkan ke
masyarakat dengan berbagai cara yakni melalui PPK, PPS, dan KPPS. Selain
itu juga kami sebarkan melalui RT dan RW dengan harapan akan benar-benar
sampai ke masyarakat. Leaflet. Brosur dan Poster masing-masing dicetak
sejumlah 5.000 eksemplar, selain disebarkan melalui instansi-instansi tersebut,
KPU Kota juga turun langsung ke masyarakat dalam Program Sebar Brosur di
Mall, untuk menyebarkan dan menempel di tempat-tempat umum dan strategis,
misalnya di galleria mall, malioboro mall dan perempatan kantor pos besar.

b. Stiker
Pembuatan stiker dimaksudkan untuk memberikan informasi yang simpel dan
mudah kepada masyarakat dan bersifat lebih permanen. Stiker dicetak
sejumlah 5.000 lembar dengan sasaran sosialisasi adalah pengendara sepeda
motor, mobil dan angkutan umum. Ada 2 titik lokasi penyebaran stiker yaitu
pertama, di perempatan kantor pos besar Untuk pengendara sepeda motor dan
mobil sedangkan yang kedua di terminal Umbulharjo untuk angkutan umum
yaitu bus kota dan bus antar kota dalam propinsi.

c. Kalender
Kalender Pemilu 2004 didesain untuk memberikan informasi tahapan-tahapan
pemilu legislatif dalam bentuk kalender, sehingga mudah diingat oleh
masyarakat. Kalender ini dibuat sejumlah 2.000 eksemplar dengan sasaran
penyebaran yaitu seluruh ketua RW se-Kota pada saat acara Pencanangan
Pekan Sosialisasi Pemilu di Gedung Pamungkas tanggal 12 Desember 2003.
Selain itu juga disebarkan di kantor-kantor instansi pemerintah di lingkungan
Pemerintah Kota Yogyakarta.

d. Rontek
Rontek pemilu 2004 dibuat untuk mendukung program kegiatan Kampanye
Berbudaya. Rontek ini dibuat sejumlah 500 buah. Titik lokasi pemasangan

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 34


berada di beberapa jalan protocol di Kota Yogyakarta. Isi dari rontek tersebut
berupa pesan-pesan yang menyejukkan untuk menciptakan situasi yang
kondusif selama kampanye pemilu legislatif 2004.

e. Baliho
Baliho yang dibuat ini juga untuk mendukung program kegiatan Kampanye
Berbudaya agar bertambah meriah. Jumlah Baliho yang dibuat sebanyak 1
buah dan dipasang di perempatan Gondomanan selama masa Kampanye
sampai dengan pasca pemungutan suara.

f. Spanduk
Spanduk pemilu dibuat sebanyak 20 buah dan di pasang di 20 titik lokasi
strategis yang mudah dibaca oleh masyarakat luas.

g. Jumpa Pers
Jumpa pers dilaksanakan dengan cara mengundang wartawan media cetak dan
elektronik untuk mempubikasikan setiap kegiatan atau informasi dan kejadian
penting dalam pemilu melalui media massa, sehingga masyarakat dapat terus
memantau perkembangan proses dan pelaksanaan Pemilu di Kota Yogyakarta.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 35


BAB VII
PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILU

A. Pendahuluan
Kegiatan Kampanye Pemilu 2004 sangat berbeda dengan kegiatan kampanye Pemilu
1999, hal ini disebabkan adanya perubahan dari sebuah sistem penyelenggaraan
Pemilihan Umum. Pelaksanaan kampanye di Kota Yogyakarta pada Pemilu 2004 baik
untuk peserta pemilu partai politik dan perseorangan maupun kampanye pemilu
Presiden dan Wakil Presiden putaran pertama dan kedua dapat dikatakan berjalan
dengan baik, dikarenakan adanya upaya prakondisi yang dilakukan oleh KPU Kota
Yogyakarta dengan melibatkan beberapa pihak yang terkait dalam penyelenggaraan
Pemilu antara lain peserta pemilu Parpol dan Perseorangan, Pemerintah Kota
Yogyakarta, Panwaslu Kota Yogyakarta, DPRD Kota Yogyakarta, Kepolisian Kota
Besar Yogyakarta dan, KODIM Kota Yogyakarta.
Dalam penyelenggaraan Kampanye Pemilu 2004, KPU Kota Yogyakarta mempunyai
Visi dan Misi yaitu “KAMPANYE BERBUDAYA” yaitu kampanye yang anti kekerasan,
ramah lingkungan, bernilai estetika, sopan, tertib, dan edukatif. Latar belakang
munculnya kampanye berbudaya tidak terlepas dari upaya dari masing-masing calon
dalam berkampanye untuk lebih mengenal kondisi sosial-kultur masyarakat dimana
calon akan melakukan kegiatan kampanye disuatu daerah pemilihan. Prakondisi
kampanye berbudaya yang dilakukan oleh KPU Kota Yogyakarta diaktualisasikan
dalam bentuk kegiatan “PENCANANGAN KAMPANYE BERBUDAYA”.

Beberapa kegiatan lainnya yang dilakukan oleh KPU Kota Yogyakarta pra-kampanye,
yaitu :

1. Sosialisasi Keputusan KPU No. 701 Tahun 2004 tentang Tata Cara Kampanye
anggota DPR, DPD, dan DPRD kepada Partai Politik, Panwaslu Kota Yogyakarta,
Poltabes Yogyakarta, Pemerintah Kota Yogyakarta, DPRD Kota Yogyakarta, Kodim
Kota Yogyakarta, dan PPK se Kota Yogyakarta.
2. Koordinasi rutin dengan pihak kepolisian, pemerintah Kota Yogyakarta, peserta
pemilu Parpol dan Perseorangan, Panwaslu Kota Yogyakarta, dan Pemerintah
Kota Yogyakarta.

Dalam laporan ini, masing-masing kegiatan kampanye di bagi menjadi 4 sub bagian
yaitu penyusunan jadwal kampanye, Implementasi teknis kampanye, penegakan

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 36


peraturan kampanye, dan startegi dan pendekatan yang dilakukan dalam menciptakan
Yogyakakarta yang aman dan damai.

B. Pelaksanaan Kampanye Pemilu 2004

1. Penyusunan Jadwal dan Tempat Kampanye

Sebelum dilakukannya penyusunan jadwal kampanye, KPU Kota Yogyakarta


terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan KPU Provinsi DIY terkait mekanisme
penyusunan jadwal kampanye, dan koordinasi dengan Pemerintah Kota
Yogyakarta terkait dengan lokasi pemasangan alat peraga kampanye, serta
koordinasi dengan jajaran kepolisian terkait dari sektor pengamanan. Adapun hasil
dari koordinasi KPU Kota Yogyakarta dengan KPU Provinsi tersebut sebagai
berikut :

a. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota hanya memfasilitasi penyusunan jadwal


kampanye dengan partai partai politik sesuai tingkatan masing-masing dalam
bentuk kampanye pertemuan terbatas, tatap muka, dan pemasangan alat
peraga di tempat umum, sedangkan kampanye dalam bentuk rapat umum,
penyebaran melalui media cetak dan media elektronik, dan penyiaran melalui
radio dan/atau televisi diatur sepenuhnya oleh KPU.

b. Dikarenakan Provinsi tidak jelas kewilayahannya, maka secara teknis KPU


Kabupaten/Kota bertanggungjawab untuk memfasilitasi kegiatan kampanye
yang dilakukan di daerah dengan mendudukkan KPU Propinsi sebagai supervisi
dalam kegiatan kampanye tersebut.

c. Perlunya dibuat rancangan jadwal kampanye untuk memudahkan partai politik


menyusun jadwal kampanye yang definitif.

d. KPU Propinsi DIY segera melakukan koordinasi dengan KPU Propinsi Jawa
Tengah untuk mengantisipasi mobilisasi massa luar daerah DIY dengan
batasan-batasan daerah tertentu antara lain Kabupaten Klaten, Magelang, dan
Purworejo dengan melibatkan Kepolisian Daerah (POLDA) masing-masing.

e. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, secara tegas memegang ketentuan


peraturan yang berlaku sesuai dengan UU No 12 Tahun 2003 dan Kep KPU No.
701 tahun 2004.

Sedangkan hasil koordinasi KPU Kota Yogyakarta dengan Pemerintah Kota


Yogyakarta sebagai berikut :

a. Terdapat beberapa tempat/lokasi yang dilarang untuk melakukan aktifitas


kampanye yaitu; Jl. Malioboro, Jl. A. Yani, Jl. Mangkubumi dan Jl. Suroto.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 37


Alasan yang mendasar pelarangan tersebut dikarenakan jalan yang dimaksud
merupakan pusat cagar budaya dan sentral perekonomian masyarakat Kota
Yogyakarta.

b. Adanya batasan ketugasan dalam memilah setiap permasalahan yang terkait


dengan kegiatan kampanye, misalnya jika terkait terhadap pelanggaran
Peraturan Daerah, maka yang menindak adalah Pemerintah Kota Yogyakarta
melalui Satpol PP. Sedangkan jika terkait dengan Kep KPU No 701 Tahun
2004, oleh Panwaslu menyerahkan kepada KPU Kota Yogyakarta jika
pelanggaran tersebut bersifat administratif, dan menyerahkan kepada kepolisian
(Poltabes) jika pelanggaran tersebut bersifat pidana.
c. Melakukan monitoring bersama dengan melibatkan koordinator dari masing-
masing partai politik, kepolisian, pemerintah, panwaslu dan KPU Kota
Yogyakarta.

d. Melakukan koordinasi secara intensif mulai dari tanggal 11 Maret sampai


dengan 1 April 2004, untuk membahas perkembangan dari kegiatan kampanye.

Hasil koordinasi dengan Kepolisian Kota Besar (POLTABES) Yogyakarta antara


lain:

a. Perlunya ketegasan dari aparat kepolisian untuk memblokir daerah perbatasan


Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul dan Sleman,hal ini dimaksudkan
untuk meminimalisir terjadinya mobilisasi massa yang datang dari luar Kota
Yogyakarta.
b. Melakukan koordinasi dan komunikasi dalam memberikan informasi terkait
dengan tempat/lokasi penyelenggaraan kampanye oleh Partai Politik,
mengingat adanya kecenderungan partai politik lambat melaporkan tempat/
lokasi kampanye.

c. Secara intensif melakukan razia (sweeping) senjata tajam di malam hari


terutama daerah yang dianggap rawan konflik.

d. Melakukan pendekatan terhadap beberapa kelompok potensial (tokoh informal)


dalam upaya meminimalisir terjadinya konflik.
e. Perlunya dibentuk satgas bersama dengan melibatkan tokoh-tokoh yang
berpengaruh dari partai politik dibawah koordinator Poltabes Yogyakarta.

f. Menempatkan kantor poltabes yogyakarta sebagai tempat koordinasi


pengamanan kampanye.

Dalam penyusunan jadwal kampanye, KPU Kota Yogyakarta bertindak sebagai


fasilitator dan menyiapkan draft rancangan jadwal kampanye. Prinsip dasar

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 38


penyusunan jadwal kampanye tersebut adalah asas pemerataan, adil dan
proporsional. Tujuan penyusunan jadawal kampanye memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada masing-masing partai politik untuk melakukan
kegiatan kampanye dan menghindari terjadinya konflik dengan tidak
mempertemukan partai-partai yang dianggap cenderung dapat menuai terjadinya
konflik.
Berikut beberapa hasil kesepakatan partai politik tingkat Kota Yogyakarta dalam
penyusunan jadwal dan tempat kampanye sebagai berikut :

a. masing-masing partai politik memperoleh kesempatan 3 (tiga) kali diseluruh


daerah pemilihan untuk melakukan kegiatan kampanye selama masa
kampanye berlangsung. Sedangkan penentuan tempat/lokasi kampanye
merupakan hak preoregatif partai politik yang ditanggung secara
keseluruhannya oleh Parpol dan tidak bertnentangan dengan ketentuan yang
berlaku.

b. Partai politik tingkat Kota Yogyakarta tidak dapat memenuhi ketentuan Kep.
KPU No. 701 Tahun 2004, mengenai penyusunan jadwal kampanye dengan
memperhatikan urutan partai politik, sebab hal tersebut tidak mungkin dapat
dilaksanakan mengingat beberapa partai lama akan bertemu pada hari yang
bersamaan dan cenderung dapat menuai terjadinya konflik. Jadi yang
dilaksanakan adalah langkah preventif.
c. dalam pelaksanaan kampanye partai politik lebih mengutamakan pada
pendakatan kampanye berbudaya yaitu kampanye anti kekerasan, ramah
lingkungan, bernilai estetika, sopan, tertib dan edukatif.
d. pada tanggal 10 maret 2004 atau sehari sebelum dilaksanakannya kampanye,
KPU Kota Yogyakarta diminta untuk memfasilitasi partai politik dalam
mengaktualisasikan kampanye berbudaya kedalam bentuk kegiatan
“Pencanangan dan Kirab Kampanye Berbudaya” yang diikuti 24 Partai Politik
dan 33 calon anggota DPD serta partisipasi dari Persatuan Hotel dan Restoran
Indonesia (PHRI).

2. Implementasi Teknis Kampanye

Selama masa pelaksanaan kampanye dari tanggal 11 maret sampai dengan 1 April
2004, terlihat bahwa masih dominannya partai lama dalam kegiatan kampanye
seperti PDIP, PAN, GOLKAR, dan PPP. Namun beberapa partai politik lain seperti
PK Sejahtera, Partai Demokrat, PKPB, dan PNBK tetap antusias melakukan
kampanye, sedangkan partai politik lain tetap berdiam diri/tanpa ada aktifitas yang

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 39


menunjukkan adanya kegiatan kampanye khususnya dalam bentuk kampanye
pertemuan terbatas, tatap muka, rapat umum, dan penyebaran bahan kampanye.
Ada beberapa penyebab aktifitas kampanye tidak dilakukan oleh partai politik,
antara lain :
ƒ Tidak adanya dukungan finansial dalam menyelenggarakan kegiatan
kampanye.
ƒ Memang merupakan bagian strategi partai, namun keliru dalam penerapan
strategi; dan
ƒ Munculnya konflik internal akibat dari penyusunan daftar caleg.

Dengan adanya sistem pemilu 2004 yang beda, terdapat beberapa calon yang
memaknai bahwa dalam berkampanye, cukup atas nama sendiri si calon tanpa
membawa nama partai politik dapat saja dilakukan, ini akibat pengaruh/ketokohan
si calon di daerah pemilihannya. Namun partai-partai besar seperti PDIP, PAN,
GOLKAR, PPP, PKB, dan PK Sejahtera membawa nama partai politiknya. Prinsip
kolektifitaslah (bukan Individu) yang diutamakan dalam berkampanye.
Selama kampanye berlangsung proses monitoring tetap dilakukan oleh KPU Kota
Yogyakarta melalui pokja monitoring kampanye dan TIM Terpadu Monitoring yang
melibatkan Panwas, Pemerintah, Kepolisian, TNI, Partai Politik dan KPU Kota
Yogyakarta. Dalam pelaksanaan monitoring yang dilakukan oleh KPU Kota
Yogyakarta melalui pokja monitoringnya, dibagi menjadi 5 wilayah (sesuai jumlah
daerah pemilihan) dimana masing-masing wilayah ada penanggungjawabnya yaitu
KORWIL (koordinator wilayah) jabatan korwil dipegang oleh anggota KPU (secara
ex officio) yang dibantu oleh tenaga sekretariat KPU Kota Yogyakarta. Masing-
masing korwil melakukan tugasnya di daerah pemilihan yang dibantu oleh PPK
yang berada dikecamatan masing-masing. PPK dilibatkan dalam monitoring
kampanye, karena alasan tugas pembantuan kepada KPU Kota Yogyakarta.

Sedangkan untuk kampanye peserta pemilu perseorangan di wilayah Kota


Yogyakarta, terlihat sangat berbeda dengan partai politik. Praktis dapat dikatakan
hanya sedikit calon anggota DPD yang memanfaatkan waktu untuk melakukan
kegiatan kampanye. Catatan penting kegiatan kampanye perseorangan ini adalah
kurang termonitornya kegiatan calon. Hal ini disebabkan sangat jarang calon
anggota DPD menyampaikan lokasi/tempat diselenggarakannya kampanye. Hanya
ada beberapa calon anggota DPD yang dapat diidentifikasi lokas/tempat
pelaksanaan kampanyenya di wilayah Kota Yogyakarta, misalnya : Daliso
Rudianto, SH, GKR Hemas, dan Budi Priyono. Selebihnya praktis dapat dikatakan
tidak ada! Beberapa faktor penyebab kegiatan kampanye calon anggota DPD ini

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 40


kurang antusias dibanding dengan partai politik yaitu: 1) calon anggota DPD masih
mencari format cara berkampanye yang efektif dan efisien; 2) terbatasnya
kebutuhan finansial untuk mendukung kegiatan kampanye. Rata-rata calon anggota
DPD dalam melakukan kegiatan kampanye menggunakan bentuk kampanye
penyebaran leaflet dan brosur. Hampir sama dengan pemilihan Kepala Desa.

Beberapa temuan dalam pelaksanaan Kampanye sebagai berikut :


a. Adanya partai politik yang menggali trotoar untuk pemasangan alat peraga
kampanye berupa bendera di sepanjang Jl. Taman Siswa, dan Jl. Mataram.
Dikarenakan pemasangan alat atribut tersebut sebelum masa kampanye dan
tidak memenuhi unsur kampanye sebagaimana dimaksud Kep KPU No. 701
Tahun 2004, maka tidak ada kompetensi KPU untuk mengambil tindakan
secara administratif, sehingga dapat dikategorikan palanggaran terhadap
Peraturan Daerah yang mengatur tentang izin rekalme;

b. Alat peraga seperti spanduk yang melintangi jalan dan terpasang dijembatan,
brosur/leaflet yang banyak menempal di pasar-pasar, lampu hias, traffic light
dan rumah penduduk tanpa izin si pemilik;
c. Kampanye dengan pawai kendaraan bermotor diluar rute yang ditentukan, tidak
memakai helm, boncengan 3 orang, dan lain sebagainya yang terkait
pelanggaran lalu lintas;

d. Terjadi konflik di jalan Taman Siswa antara simpatisan partai politik yang
berkampanye saat itu (PPP) dengan salah seorang warga masyarakat biasa,
kejadian tersebut berakibat pada pembacokan salah seorang warga yang
setelah diidentifikasi warga tersebut mantan paskam PPP yang sudah
menyebrang ke PKPB, sehingga dapat disimpulkan bukan merupakan
pelanggaran kampanye tetapi kriminal murni berupa dendam pribadi;

e. Pencabutan/pelapasan alat peraga kampanye salah satu partai politik di jalan


Parangtritis, dan Jl. Ireda oleh oknum yang tidak sempat diketahui pelakunya;

f. terjadinya tawuran di tingkat internal PDIP di Jl. Kusbini, penyebab kejadian


tersebut akibat ketidakpuasan salah seorang calon anggota legislatif dalam
penentuan susunan/urutan daftar calon anggota legislatif yang dikeluarkan oleh
PDIP.

3. Penegakan Peraturan Kampanye


KPU Kota Yogyakarta memberikan peringatan tertulis kepada 2 (dua) partai politik
yaitu PDIP dan PPP yang dianggap melanggar ketentuan pasal 32 ayat (1) huruf a
jo 45 ayat (1) Kep KPU No. 701 tahun 2004 dikarenakan kedua partai politik

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 41


tersebut melakukan kegiatan kampanye dengan menggunakan kendaraan
bermotor (pawai) diluar rute yang telah diajukan oleh partai politik tersebut.
PDIP yang melewati sepanjang jalan MT. Haryono (Perempatan Jokteng kulon)
padahal dalam rute yang diajukan tidak ada, sehingga KPU melayangkan surat
berupa peringatan tertulis kepada PDIP dan mempublikasikannya ke media yang
ada di kota Yogyakarta, sedangakan PPP tidak menyebutkan sepanjang jalan
Sugiyono, namun simpatisan PPP melalui jalan tersebut sehingga KPU
mengirimkan surat peringatan kepada PPP dan mempublikasikannya melalui
media. Dalam pengambilan keputusan terhadap kasus yang terjadi pada PDIP dan
PPP, oleh Pokja kampanye setelah memonitor langsung kejadian tersebut
mangambil langkah-langkah untuk segera merekomendasikan kepada KPU Kota
Yogyakarta untuk segera melakukan rapat pleno perihal pembahasan pelanggaran
tata cara kamapnye yang dilakukan oleh PDIP dan PPP serta sanksi yang harus
dikenakan kepada kedua partai politik tersebut. Melalui pleno, KPU memberikan
peringatan tertulis kepada DPC. PDIP dengan No surat : 270/151, tertanggal 19
Maret 2004 tentang Peringatan Tertulis pelanggaran tata cara kampanye,
sedangkan untuk DPC. PPP dengan No. surat : 270/141, tertanggal 13 Maret 2004
tentang Peringatan Tertulis Pelangaran tata cara kampanye

4. Strategi dan Pendekatan

a. melakukan pra-kondisi terhadap visi dan misi KPU Kota Yogyakarta yaitu
kampanye berbudaya. Melalui wacana yang terus menerus digulirkan, KPU
Kota mendapat tanggapan positif dari masyarakat dan sebaiknya kampanye
berbudaya dibangun dengan meletakkan partai politik dan masing-masing calon
sebagai garda terdepan untuk mensosialisasikannya dengan tujuan dapat
mengakar diseluruh lapisan masyarakat Kota Yogyakarta. KPU berupaya
secara maksimal agar visi dan misi ini sampai pada Panwas, Pemerintah,
Kepolisian, TNI, Peserta pemilu (Parpol dan DPD), LSM, Tokoh masyarakat,
dan seluruh masyarakat Kota Yogyakarta agar dapat dijadikan sebagai simbol
dan terus diwacanakan, sehingga ada beban tanggungjawab untuk tetap
berkomitmen dalam merealisasikan kampanye berbudaya tersebut.
b. melakukan komunikasi terhadap beberapa kelompok potensial (informal) yang
selama ini dianggap memiliki power.

c. koordinasi rutin dalam mengkaji kemungkinan permasalahan yang akan muncul


disertai dengan solusi dan beberapa alternatifnya sebagai upaya langkah
preventf.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 42


d. melibatkan tokoh yang berpengaruh dalam partai politik dalam melakukan
monitoring kampanye dan berkedudukan sebagai petugas yang terlibat dalam
mengambil keputusan ketika ditemukan adanya alat peraga kampanye yang
terpasang diluar ketentuan yang berlaku.

e. meminta kepada pihak kepolisian untuk bersikap persuasif pada mingu pertama
kampanye, namun pada minggu kedua dan ketiga sudah memaksimalkan untuk
melakukan penindakan jika ada yang ditemukan pelanggaran dari ketentuan
peraturan yang berlaku.

f. mempublikasikan partai politik melalui media massa bagi yang melanggar


ketentuan, sehingga berimplikasi pada sanksi moral bagi peserta pemilu baik
perseorangan maupun partai politik.

g. Konsisten dan berpendirian tegas dalam menerapkan ketentuan aturan yang


berlaku.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 43


BAB VIII
PELAKSANAAN PENGAJUAN, PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN

DAFTAR CALON LEGISLATIF

A. Pendahuluan

Pada tahap Pencalonan ini KPUD melakukan proses pendaftaran, verifikasi


administrasi dan persyaratan, serta menetapkan daftar calon anggota DPRD di setiap
daerah pemilihan yang nama dan Nomor urutnya telah diajukan oleh masing-masing
partai politik di wailayah kerja KPUD tersebut. Tahap pencalonan ini akan
menghasilkan Daftar Calon Anggota DPRD dengan nama dan Nomor urut yang
bersifat tetap, tidak bisa berubah lagi. Sementara, di masing-masing partai politik
memiliki dinamika internal yang berbeda-beda, sehingga ketentuan-ketentuan lain
yang terkait langsung dengan pencalonan ini, seperti ketentuan Penetapan Calon
Terpilih dan Penggantian Antar Waktu perlu disosialisasikan sejak awal pada Parta
Politik. Selain itu, mekanisme pencalonan ini pun perlu disosialisasikan pada
masyarakat, sehingga ketika masyarakat dapat memahami mekanisme tersebut,
kontrol dan partisipasi masyarakat diharapkan akan muncul.

Selanjutnya pada proses penelitian persyaratan KPU Kota Yogyakarta melibatkan


pihak terkait lainnya, seperti Dinas Pendidikan, Kepolisian, Pemerintah Kota
(Kesbanglinmas), dan Kodim.

B. Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 12 tahun 2003.

2. Keputusan KPU Nomor 675 tahun 2003 tentang Tata Cara Pendaftaran, Penelitian
Administrasi dan Penetapan Calon DPR, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota.

3. Keputusan KPU Nomor 637 Tahun 2003 tentang Tatacara Pergantian Antar Waktu
Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 44


C. Kegiatan

1. Sosialisasi Mekanisme Pencalonan pada Masyarakat dan Partai Politik


a. Sosialisasi pada masyarakat dilakukan dengan penulisan artikel di media
massa lokal (Kedaulatan Rakyat) berjudul “Penjaringan Calon Legislatif” (artikel
terlampir).

b. Sosialisasi pada Partai Politik dilaksanakan di Ruang Utama Lantai Atas,


Balaikota Yogyakarta, pada tanggal 12 Desember 2003 yang dihadiri oleh
semua Ketua dan Sekretaris Partai Politik di Yogyakarta. Materi yang diberikan
adalah :
1) Mekanisme Pencalonan dan persyaratan Calon
2) Ketentuan Pergantian Antar Waktu
Kedua materi ini disampaikan oleh Anggota KPU Kota Yogyakarta. Usai
kegiatan sosialisasi, langsung dilakukan pembagian formulir pencalonan pada
semua partai politik.

2. Koordinasi dengan Instansi Terkait


Sehubungan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh Calon Legislatif
tersebut melibatkan instansi di luar Partai Politik dan KPUD, yaitu Kepolisian,
Pengadilan Negeri, Rumah Sakit, PPS (Kelurahan) dan Dinas Pendidikan serta
mengingat masa pendafataran yang terbatas waktunya, KPU Kota Yogyakarta
berinisiatif melakukan pendekatan pada pimpinan instansi agar pengurusan
persyaratan calon tersebut mendapatkan prioritas utama.

3. Pendaftaran Calon Anggota DPRD


Pendaftaran Calon dilaksanakan sesuai dengan jadwal (22 – 29 Desember 2003).
Seluruh partai politik yang memenuhi sebagai peserta pemilu di Yogyakarta
mengajukan calon legislatifnya. Hampir semua parpol menyerahkan berkasnya
pada hari terakhir pendaftaran, bahkan parpol terakhir datang pada pukul 23.55.
Pada tahap pertama ini jumlah calon yang didaftarkan sebanyak 452 calon, dengan
perincian sebagai berikut :

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 45


Jumlah Calon Legislatif Kota Yogyakarta Yang Diajukan Tahun 2004 Tahap I

Calon untuk Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta


NO Nama Parpol Jumlah
1 2 3 4 5
1 PNI Marhaenisme 5 2 1 3 4 15
2 Partai Buruh Sosial Demokrat (PBSD) 1 - - - - 1
3 Partai Bulan Bintang (PBB) 6 5 4 3 5 23
4 Partai Merdeka 3 4 4 3 5 19
5 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 4 4 5 4 4 21
6 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PDK) 1 2 2 2 1 8
7 Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) 3 2 2 2 3 12
8 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) 4 2 2 3 3 14
9 Partai Demokrat 3 2 4 3 4 16
10 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 3 3 2 3 6 17
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) 2 1 2 1 2 8
12 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 1 - - - 1 2
13 Partai Amanat Nasional PAN) 8 7 8 7 11 41
14 Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) 5 3 6 7 3 24
15 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 3 3 3 4 4 17
16 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 8 7 7 7 11 40
17 Partai Bintang Reformasi (PBR) 4 2 1 1 2 10
18 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 8 7 8 7 11 41
19 Partai Damai Sejahtera 4 5 5 6 2 22
20 Partai Golkar 8 7 8 7 9 39
21 Partai Patriot Pancasila 5 1 1 1 1 9
22 Partai Sarikat Indonesia 3 7 8 7 3 28
23 Partai Persatuan Daerah 2 3 5 3 4 17
24 Partai Pelopor 2 1 1 2 2 8
Jumlah 96 80 89 86 101 452

4. Penelitian Kelengkapan Administrasi Persyaratan (23 Desember 2003 – 5 Januari


2004)
Pada tahap ini yang dilakukan KPU adalah mengecek kelengkapan administratif
persyaratan parpol dan masing-masing calon. Dari hasil penelitian tahap I ini, tidak
ada satu pun parpol yang 100% lengkap. Semua parpol melakukan perbaikan
persyaratan.

5. Penyerahan Perbaikan Persyaratan (29 Desember 2003 – 19 Januari 2004)


Pada tahap ini tidak semua parpol bisa melakukan perbaikan berkas calonnya,
sehingga pada penyerahan perbaikan berkas ini, secara keseluruhan jumlah calon
menjadi 424 orang, dengan rincian sebagai berikut :

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 46


Jumlah Calon Legislatif Kota Yogyakarta Setelah Perbaikan

Calon untuk Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta


NO Nama Parpol Jumlah
1 2 3 4 5
1 PNI Marhaenisme 5 2 1 3 4 15
2 Partai Buruh Sosial Demokrat (PBSD) 1 - - - - 1
3 Partai Bulan Bintang (PBB) 6 4 3 3 5 21
4 Partai Merdeka 3 4 4 3 3 17
5 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 4 4 5 4 2 19
6 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan (PDK) 1 2 2 2 1 8
7 Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) 3 2 2 2 3 12
8 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) 3 2 2 3 3 13
9 Partai Demokrat 3 2 4 3 4 16
10 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 3 3 2 3 6 17
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) 2 1 2 1 2 8
12 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 1 - - - 1 2
13 Partai Amanat Nasional PAN) 8 7 8 7 11 41
14 Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) 5 3 6 7 3 24
15 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 3 3 3 4 4 17
16 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 8 7 7 7 10 39
17 Partai Bintang Reformasi (PBR) 4 2 1 1 2 10
18 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 8 7 8 7 11 41
19 Partai Damai Sejahtera 4 4 5 6 2 21
20 Partai Golkar 8 7 8 7 9 39
21 Partai Patriot Pancasila 5 1 1 1 1 9
22 Partai Sarikat Indonesia 1 1 4 2 1 9
23 Partai Persatuan Daerah 2 3 5 3 4 17
24 Partai Pelopor 2 1 1 2 2 8
Jumlah 93 72 84 81 94 424

6. Penelitian Persyaratan Tahap II (20 – 26 Januari 2004)


Pada penelitian tahap II ini mulai melibatkan instansi terkait, yaitu dari Dinas
Pendidikan, Kepolisian, Kodim, dan Kesbanglinmas. Beberapa kasus yang
ditemukan adalah sebagai berikut :
a. Calon terlibat secara tidak langsung dengan G30S/PKI (4 calon)
b. Calon dengan Salinan Ijazah SLTA Sementara, tahun Ijazah 1973 (1 calon)
c. Calon dengan Surat Keterangan Lulus, tidak ada salinan ijazah, karena ijazah
aslinya hilang (1 calon)
d. Salinan Ijazah dilegalisir oleh Notaris, bukan oleh Diknas setempat dan legalisir
ijazah tidak diperbarui (7 calon)
e. Beberapa calon menyatakan mengundurkan diri

Setelah melalui proses diskusi yang cukup panjang, akhirnya diputuskan:


a. Calon terlibat tidak langsung dengan G30S/PKI diloloskan
b. Calon dengan ijazah sementara dinyatakan GUGUR karena tidak mampu
menunjukkan ijazah aslinya.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 47


c. Calon dengan Surat keterangan lulus dinyatakan gugur karena surat
keterangan tersebut tidak memenuhi standar diknas
d. Calon dengan ijazah dilegalisir notaris dan legalisasinya tidak diperbarui bisa
diloloskan dengan ketentuan dapat menunjukkan Ijazah aslinya yang langsung
dicek keasliannya oleh petugas dari Diknas.
e. Calon yang mundur dapat dipenuhi setelah melalui prosedur yang ditentukan,
yaitu diajukan oleh partai politiknya dengan lampiran surat pengunduran diri
calon bersangkutan.

7. Penetapan Daftar Calon Anggota DPRD Kota Yogyakarta


Penetapan Daftar Calon dilakukan dalam Rapat Pleno Terbuka pada tanggal 29
Januari 2004 di Pendopo Balaikota Yogyakarta. Proses penetapan berjalan lancar.

8. Selanjutnya, hasil penetapan Daftar Calon diatas merupakan bahan untuk


pencetakan Surat Suara, sehingga dalam penyiapan pencetakan Surat Suara
tersebut dilakukan validasi, baik di tingkat KPU Provinsi maupun di KPU Pusat.

D. Output
1. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta Nomor 01 Tahun 2004
tentang Penetapan Daftar Nama dan Nomor Urut Calon Anggota DPRD Kota
Yogyakarta pada Pemilu 2004 (diundangkan dalam Lembaran Daerah Nomor 01
Tahun 2004, tanggal 29 Januari 2004 )
2. Daftar Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta (Form
BE).

E. Permasalahan
1. Peserta Pemilu dan Calon Legislatif banyak mengeluhkan tentang waktu yang
terbatas dan biaya yang cukup tinggi untuk memenuhi persyaratan sebagai calon
legislatif, terutama biaya cek kesehatan, kepolisian dan pengadilan.

2. Tidak ada kejelasan tentang instansi yang berkompeten untuk menyatakan calon
tidak terlibat G30S/PKI.

3. KPUD sering terjebak pada persoalan interpretasi pemenuhan persyaratan yaitu


antara aspek administratif ataukah substantif.

4. Partai Politik sering berupaya untuk melibatkan KPUD pada persoalan internal
Partai dalam proses penyusunan calon legislatif.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 48


F. Rekomendasi
1. Dengan begitu banyaknya form yang harus diisi dan juga melibatkan pihak lain
dalam pengisian form tersebut, ketentuan tentang persyaratan ini harus sudah
diterbitkan dan disosialisasikan jauh hari sebelum batas akhir akhir pendaftaran.

2. KPU Pusat perlu membuat Nota Kesepahaman dengan instansi di tingkat pusat
terkait dengan keterlibatan instansi tersebut yang ada di daerah tentang
standarisasi pelayanan dan biaya pelayanan tersebut.

3. Perlu dipertimbangkan apakah persyaratan bebas G30S/PKI masih relevan


sebagai syarat calon legislatif pada Pemilu mendatang.

4. Perlu ketegasan dalam pedoman teknis apakah KPUD lebih memfokuskan pada
aspek administratif dalam memverifikasi persyaratan calon legislatif.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 49


BAB IX
PELAKSANAAN PENGADAAN DAN DISTRIBUSI LOGISTIK

A. Pendahuluan
Secara umum distribusi logistik pada Pemilu Legislatif lumayan tersendat-sendat. Hal
ini disebabkan banyak faktor yang meliputinya yaitu pola pengadaan logistik yang
disentralkan di KPU Pusat, padahal kebutuhan logistik untuk Pemilu Legislatif baik dari
segi format dan jumlahnya merupakan hal yang baru bagi KPU Pusat sehingga terjadi
keterlambatan pada bidang logistik Pemilu. Pada tahap ini peran dari KPU Kota
minimal hanya sebagai kantor pos saja yang tugasnya hanya menerima kiriman dari
KPU Pusat dan KPU Propinsi yang kemudian diteruskan dengan mendistribusikan ke
tingkat PPK dan PPS.

B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 20-24

2. Keputusan KPU Nomor 621 Tahun 2004


3. Surat Edaran Nomor /15/VII/2004

C. Kegiatan
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang menentukan peran KPU Daerah
dalam bidang logistik ini, KPU Kota Yogyakarta melaksanakan beberapa kegiatan
sebagai berikut :
1. Pengadaan Kelengkapan TPS yg dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2004 sampai
dengan 10 Maret 2004.

2. Penyortiran Surat Suara dan pelipatan surat suara yang dilakukan di tingkat PPK
dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2004 sampai dengan 27 Maret 2004.

3. Perakitan kotak suara yang dilakukan di tingkat PPK yang dilaksanakan pada
tanggal 20 Maret 2004 sampai dengan 27 Maret 2004.

4. Pengepakan Kelengkapan TPS, pembendelan per-TPS, penempatan kelengkapan


TPS ke kotak suara yang dilakukan di tingkat PPK yang dilaksanakan pada tanggal
20 Maret 2004 sampai dengan 27 maret 2004.

5. Pendistribusian Logistik dari PPK ke tingkat PPS yg dilaksanakan sampai dengan


tanggal 2 April 2004.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 50


6. Pendistribusian Logistik dari PPS ke tingkat KPPS yg dilaksanakan sampai dengan
tanggal 4 April 2004.

D. Output

Terpenuhinya semua logistik di TPS.

E. Permasalahan
1. Kurangnya petunjuk teknis mengenai seluk beluk logistik yang rumit sehingga
terjadi kebingungan di tingkat PPK, PPS dan KPPS dalam melaksanakan
pengaturan tentang logistik.
2. Tergantungnya KPU daerah terhadap KPU pusat akibat sentralisasi logistik
sehingga KPU Daerah keteteran.

F. REKOMENDASI
1. Disusun petunjuk teknis tentang serba-serbi logistik lebih awal sehingga bisa
mengantisipasi kebingungan yg akan terjadi.
2. Adanya desentralisasi logistik pada barang-barang tertentu yang bisa ditangani di
daerah sehingga di daerah tidak tergantung pada KPU Pusat.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 51


BAB X
PELAKSANAAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA

A. Pendahuluan
Pelaksanaan Pemilu Legislatif 2004 dengan bentuk yang berbeda sama sekali dengan
pemilu-pemilu sebelumnya ternyata membawa implikasi teknis yang tidak mudah dan
bisa dikatakan sangat rumit. Boleh dikata KPU Kota Yogyakarta, dan mungkin juga
KPU Kabupaten / Kota lainnya terjebak ke dalam persiapan teknis yang sangat
komplek. Hal ini diperparah dengan adanya kebijakan KPU yang sentralistis dalam
hampir semua pengadaan kebutuhan logistik dan kelengkapan administrasi lainnya.
Sedikitnya wewenang yang diberikan menyebabkan KPU Kabupaten / Kota terlalu
sering dan lama dalam posisi menunggu dan menunggu kiriman baik dari KPU
maupun KPU Propinsi. Belum lagi apabila kiriman yang diterima tidak sesuai dengan
kebutuhan maka semakin menambah kerumitan yang telah ada.
Terbentuknya KPU Kabupaten / Kota di Propinsi DIY pada tanggal 13 Juni 2004
sampai dengan pelaksanaan pemungutan suara pada tanggal 5 April 2004 tidak
memberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan sebuah Pemilu yang berbeda
sama sekali dari sisi konsep apalagi implikasi teknis yang timbul. Kebijakan yang
sentralistis dalam pengadaan logistik pemilu menambah daftar panjang ketersiksaan
KPU Kota Yogyakarta. Satu hal yang cukup membuat KPU Kota Yogyakarta prihatin
adalah adanya kemungkinan bahwa kebijakan sentralistis dibuat oleh KPU karena
didasari kecurigaan KPU Kabupaten / Kota akan melakukan KKN bila mempunyai
wewenang dalam pengadaan kebutuhan logistik pemilu. Ini dapat ditengarai dari
ucapan salah seorang anggota KPU yang membawahi tugas pengadaan logistik dalam
sebuah rapat kerja teknis persipan pemilu legisltaif.

B. Persiapan Pemungutan dan Penghitungan Suara

1. Penetapan jumlah TPS

Salah satu dasar KPU Kota Yogyakarta dalam perencanaan pemungutan suara
pemilu legislatif adalah perencanaan jumlah TPS. Dalam PPKO 2004 yang disetujui
untuk KPU Kota Yogyakarta bahwa jumlah TPS adalah 1150. Perencanaan angka
1150 ini berdasar dari hasil P4B tentang jumlah penduduk dan pemilih pada tahun
2003. Berdasarkan perhitungan matematika jumlah pemilih hasil P4B maka jumlah
TPS yang dibutuhkan adalah 1039. Dengan pertimbangan adanya proses

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 52


pendaftaran pemilih tambahan, pemilih pemula, pemilih dari luar wilayah Kota
Yogayakarta dan belum lagi TPS khusus di beberapa tempat, maka diusulkan
kepada KPU jumlah TPS yang dibutuhkan adalah 1039 + (10 % x 1039) = 1039 +
103,9 = 1142,9 dibulatkan 1150. Alhamdullilah usulan ini disetujui KPU.

Perencanaan KPU Kota tentu harus diselaraskan dengan kondisi di lapangan yang
tentu saja yang paling mengetahui adalah PPS dan PPK. Dalam berbagai
pertemuan informal maupun formal selalu disampaikan kepada PPS maupun PPK
bahwa ada jumlah standard TPS setiap kelurahan. Misalnya di kelurahan A, jumlah
pemilih 9784 orang. Dengan ketentuan tiap TPS maksimal untuk 300 pemilih
sesuai UU no 12 tahun 2003, maka untuk kelurahan A standard jumlah TPS adalah
9784 / 300 = 32,61 dibulatkan 33. Angka standard, yang didasarkan perhitungan
matematis antara jumlah pemilih dibagi 300 lalu dibulatkan 1 keatas, inilah yang
selalu diselaraskan dengan perencanaan PPS maupun PPK.

Apabila PPS mengajukan usulan jumlah TPS kurang dari angka standard maka
diharuskan mengajukan usulan setara dengan angka standard. Sedangkan apabila
usulan PPS lebih besar daripada angka standard maka untuk sementara dapat
diterima, tetapi apabila ternyata banyak PPS yang mengusulkan lebih besar
daripada angka standard dan akhirnya angka total melebihi 1150 maka akan
diadakan rasionalisasi pengurangan jumlah TPS di beberapa PPS. Melalui proses
penyetaraan inilah terkadang masih terjadi kesalahpahaman di tingkat PPS
terutama PPS yang mengusulkan kurang dari angka standard. Bila ini disetujui
tentu sudah dapat dipastikan akan ada TPS yang memiliki jumlah pemilih lebih dari
300. Sebuah resiko yang tidak akan pernah diambil oleh KPU Kota Yogyakarta
apabila memungkinkan untukdihindari. Apapun alasan yang dikemukakan,
mengapa sebuah PPS mengajukan usulan kurang dari angka standard, KPU Kota
Yogyakarta tetap tidak dapat menerima.

Proses penetapan jumlah TPS se-Kota Yogyakarta akhirnya dapat dirampungkan


pada pertemuan hari Jum'at, tanggal 27 Pebruari 2004, pukul 14.00, bertempat di
Ruang Rapat Utama Lantai Atas Komplek Balaikota Yogyakarta. Beberapa PPS
yang mengajukan usulan kurang dari angka standard sempat mengajukan
perdebatan alot dengan KPU Kota Yogyakarta mengenai keharusan mengajukan
usulan setara dengan angka standard. Dengan dibantu pemahaman dari PPK
akhirnya PPS seperti ini dapat menerima konsep KPU Kota Yogyakarta. Dalam
pertemuan juga dibahas usulan adanya TPS khusus. Dari usulan TPS khusus yang
langsung diajukan oleh PPK ada 2 usulan yang ditolak karena tidak ada ketentuan
sebagaimana diatur dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 01 Tahun

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 53


2004, yaitu TPS khusus di terminal dan stasiun. Pertemuan menyepakati jumlah
TPS se-Kota Yogayakarta adalah 1144 terdiri atas 1122 TPS biasa dan 22 TPS
khusus. Angka 1144 ini tentunya masih dalam batas 1150 yang disetujui KPU.

2. Pembentukan KPPS

Keputusan KPU nomor 01 tahun 2004 menjadi dasar pelaksanaan pemungutan


dan penghitungan suara pemilu legilatif. Satu langkah penting berikutnya setelah
menetapkan jumlah TPS adalah membentuk KPPS yang akan menggawangi 1144
TPS tersebut. Total KPPS yang dibutuhkan adalah 1122 TPS x 7 orang ditambah
22 TPS x 3 orang = 7920 orang. Mencari orang sebanyak itu yang bersedia dan
mampu menjadi KPPS tentu tidaklah mudah. Apalagi dalam syarat menjadi
anggota KPPS salah satunya disebutan adalah tidak sedang menjadi pengurus
partai politik. Pengurus yang dimaksud adalah pengurus dari tingkat DPP di tingkat
Pusat sampai di tingkat terendah yaitu di tingkat Kelurahan (apapun namanya).
Persyaratan ini semakin mempersempit jumlah anggota masyarakat yang berhak
menjadi KPPS. Banyak masyarakat yang mempunyai kemampuan akan tetapi
tergabung pada salah satu partai politik.
Mengikuti aturan dalam keputusan KPU nomor 01 maka usulan pembentukan
KPPS adalah dari Lurah untuk ditetapkan oleh PPS. Di wilayah Kota Yogyakarta
maka pola pendekatan yang dilakukan adalah melalui pengurus RW dan RT agar
mereka mengajukan warganya untuk menjadi KPPS. KPU Kota Yogyakarta pun
menginstruksikan kepada PPS agar segera berkoordinasi dengan Lurah maupun
Ketua RW dan RT di wilayah setempat tentang pembentukan KPPS. Pertemuan-
pertemuan intensif baik formal maupun informal pun diadakan. Posisi Lurah
menjadi penting karena dalam peraturan yang berlaku memang merekalah yang
berhak mengajukan usulan sejumlah anggota KPPS.

Secara umum proses perekrutan KPPS di wilayah Kota Yogyakarta tidak


mengalami permasalahan yang berarti karena partisipasi pengurus RW dan RT
yang mayoritas bergabung juga menjadi anggota KPPS. Pola pendekatan kepada
RW dan RT ini berjalan efektif karena sejak tahun 2003 KPU Kota Yogyakarta juga
telah mendekati mereka untuk keperluan sosialisasi.

3. Pelatihan Tatacara Pemungutan Suara

Sementara itu kejelasan tentang tata cara pengisian berita acara formulir C untuk
KPPS masih simpang siur. Dengan adanya model coblosan untuk parpol maupun
untuk caleg masih menimbulkan kontroversi tentang penghitungan suara. Ada 2
wacana yang saat itu beredar di kalangan penyelenggara pemilu.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 54


♦ Versi pertama berpendapat bahwa :
1) Bila mencoblos parpol dan caleg, maka kolom parpol ditulis 1, kolom caleg
juga ditulis 1.
2) Bila mencoblos parpol saja, maka kolom parpol ditulis 1, kolom caleg tidak
ditulis.

♦ Versi kedua berpendapat bahwa :


1) Bila mencoblos parpol dan caleg, maka hanya ditulis pada kolom caleg.
2) Bila mencoblos parpol saja, maka hanya ditulis pada kolom parpol.

Versi pertama memang jauh lebih banyak dianut dibandingkan dengan versi kedua
dengan alasan cara pertama lebih rasional dan praktis serta mudah bagi KPPS.
Apabila versi kedua yang dipakai akan sangat menyulitkan pola pikir KPPS karena
tentunya mereka secara praktis akan berpendapat bahwa apabila ada pemilih
mencoblos parpol dan 1 nama caleg dibawahnya maka tentu saja kolom parpol
harus dihitung dan kolom caleg juga harus dihitung. Sekali lagi standard yang harus
dipakai adalah standard terendah.

Sementara itu kontroversi lain juga muncul ketika VCD pelatihan bagi KPPS yang
dibintangi Rano Karno memunculkan adegan penjelasan yang membingungkan.
KPU Kota Yogyakarta sempat dibingungkan salah satu adegan ketika Rano Karno
yang berperan sebagai Ketua KPPS menjelaskan sebagai berikut :

" pemilih yang tidak terdaftar dalam salinan DPT untuk TPS dan tidak mempunyai
surat pemberitahuan, diperbolehkan memberikan suaranya dengan menunjukkan
kartu pemilih ". Adegan ini dicurigai karena terlihat jelas adanya pemotongan
diantara adegan. Apabila adegan ini dipegang betul oleh masyarakat dapat
dipastikan akan terjadi mobilisasi pemilih secara besar-besaran karena hanya
dengan cukup menunjukkan kartu pemilih maka pemilih sudah dapat memberikan
suaranya. Sementara persediaan surat suara sangat terbatas cadangannya. Ketika
dikonfirmasi kepada KPU ternyata KPU juga merasa kecolongan ketika ada adegan
tersebut dan menginstruksikan kepada KPU Kabupaten / Kota untuk tidak
menyebarluaskan adegan tersebut kepada khalayak umum maupun penyelenggara
di tingkat bawah. Mensikapi hal ini, dikarenakan KPU Kota Yogyakarta telah
menggandakan VCD pelatihan sebanyak jumlah TPS, maka KPU Kota Yogyakarta
menginstruksikan kepada PPS maupun PPK apabila menggunakan VCD pelatihan
sebagai salah satu materi, untuk menjelaskan pemahaman tentang adegan tadi.

Kontoversi tentang tata cara pengisian formulir Model C, berakhir ketika KPU
mengadakan pelatihan bagi KPU Kabupaten / Kota, yang khusus wilayah DIY-
Jateng dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 20 Maret 2004 bertempat di Hotel

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 55


Century Saphir, Yogyakarta. Dalam pertemuan yang dihadiri anggota KPU maupun
Sekretariat KPU, dijelaskan bahwa tata cara pengisian berita acara formulir model
C untuk KPPS yang dipakai adalah versi pertama. Yaitu apabila ada pemilih
mencoblos parpol dan caleg maka kolom parpol harus dihitung dan kolom caleg
juga harus dihitung. Namun disayangkan dalam pelatihan ini penjelasan dari
Sekretariat KPU kurang meyakinkan dan sempat menjadi pertanyaan dan
perdebatan dari para peserta. Namun dengan adanya kejelasan dari KPU maka
KPU Kota Yogyakarta menjadi mantap didalam mensosialisasikan materi ini
kepada penyelenggara di bawah.

Segera setelah kejelasan didapatkan maka KPU Kota Yogyakarta segera


meneruskan materi ini kepada PPK maupun PPS. Hal ini sangat perlu segera
dilakukan karena sebelum diadakan pelantikan dan pelatihan KPPS maka yang
harus dipersiapkan terlebih dahulu adalah calon pelatih KPPS. Dalam kebijakan ini
KPU Kota Yogyakarta memutuskan bahwa yang akan menjadi pelatih utama KPPS
adalah anggota PPK dibantu anggota PPS. Pelatihan bagi PPK dan PPS
berlangsung hari Selasa, tanggal 23 Maret 2004, pukul 10.00, bertempat di Ruang
Rapat Utama Lantai Bawah Komplek Balaikota Yogyakarta.

Dengan menggunakan contoh berita acara yang akan dipakai, pelatihan terfokus
pada tata cara pengisian formulir model C. Sedangkan tata cara pengisian formulir
model D dan model DA, KPU Kota Yogyakarta menginstruksikan kepada PPS
maupun PPK untuk lebih banyak belajar sendiri. Pertimbangan ini dikarenakan
pertimbangan KPU Kota Yogyakarta tidak cukup mempunyai waktu lagi
mengadakan pelatihan khusus bagi PPK maupun PPS. Masih banyak pekerjaan
teknis lainnya yang belum terselesaikan utamanya pekerjaan menunggu datangnya
logistik baik dari KPU maupun KPU Propinsi yang tidak pernah jelas kapan
sampainya. Dikhawatirkan juga kedatangan yang mepet dan kemungkinan jumlah
dan jenis yang tidak lengkap. Sehingga saat itu fokus adalah pelatihan bagi KPPS
yang dirasa juga sudah mepet.

Pelantikan Ketua KPPS yang sekaligus diikuti dengan pelatihan tentang tugas dan
kewenangan KPPS berlangsung di masing-masing Kelurahan dengan pemateri
adalah anggota PPK secara keseluruhan dan PPS sebagai penyelenggara.
Pelantikan sekaligus pelatihan ini berlangsung antara tanggal 24-28 Maret 2004 di
tiap Kelurahan. Dalam pelatihan kepada KPPS materi yang disampaikan adalah
tata cara pemungutan suara, penghitungan suara sesuai dengan Keputusan KPU
nomor 01 tahun 2004, serta tentu saja tata cara pengisian berita acara model C.
Dalam beberapa kesempatan KPU Kota Yogyakarta menghadiri pelatihan bahkan

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 56


terkadang tidak jarang menajdi pemateri khususnya tentang keputusan-keputusan
dan peraturan-peraturan dari KPU, agar KPPS mantap dalam melaksanakan tugas.

4. Masalah-masalah Menjelang Pemungutan Suara

Dalam masa menjelang pemungutan suara ada 2 issue besar yang kontra produktif
bagi penyelenggara pemilu di semua tingkatan.

a. Issue pertama adalah kesiapan logistik yang mengkhawatirkan karena hanya


dalam hitungan hari menjelang pemungutan suara masih saja ada beberapa
jenis logistik yang belum diterima dan itupun apabila telah diterima masih belum
ada kepastian juga apakah jumlah dan jenisnya telah sesuai dengan kebutuhan.
Misalnya masalah kotak suara dan bilik suara tentu sangat menyulitkan KPU
Kota Yogyakarta apabila kekurangan yang ada tidak bisa terpenuhi oleh KPU.

Wacana memakai kotak suara dari kardus bekas bungkus mie instan pun
mengemuka. Wacana bilik suara kembali seperti pemilu tahun-tahun
sebelumnya juga telah disiapkan. Bahkan KPU Kota Yogyakarta telah membuat
wacana adanya TPS kembar untuk mengantisipasi kekurangan kotak dan bilik
apabila memang betul-betul terjadi. Terkadang KPU Kota Yogyakarta melempar
kondisi ini apa adanya kepada media massa dengan pertimbangan dapat
menjadi perhatian semua pihak, khususnya KPU dikarenakan ini merupakan
imbas dari kebijakan sentralistis. Ternyata hal ini juga membawa manfaat
karena terkadang KPU baru mengetahui kondisi di lapangan setelah
mengetahui dari media massa.
b. Dengan adanya issue pertama maka konsekuensinya adalah munculnya issue
penundaan pemungutan suara sampai adanya kesiapan logistik di seluruh
wilayah. Mensikapi hal ini KPU Kota Yogyakarta selalu menyampaikan di
berbagai kesempatan bahwa apapun situasi dan kondisi yang terjadi di wilayah
lain maka di wilayah Kota Yogyakarta pemungutan suara dan penghitungan
suara di tingkat TPS tetap harus dilangsungkan pada tanggal 5 April 2004.

Secara singkat dapat disampaikan bahwa boleh saja di daerah lain ada
penundaan pemilu tetapi demi kemanfaatan semuanya maka di wilayah Kota
Yogyakarta pemungutan suara tetap seperti rencana semula yaitu 5 April 2004.
Ketegasan KPU Kota Yogyakarta ini diperlukan agar semua penyelenggara di
bawah juga mempunyai kepastian dan kemantapan dalam melaksanakan
pemungutan suara.

Selain kedua issue tersebut masih ada satu kondisi riil di lapangan yang juga
kontra produktif. Banyak keputusan, surat edaran dan radiogram dari KPU yang

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 57


turun secara parsial mendekati hari H dan bahkan terkadang antara satu dengan
yang lainnnya saling bertentangan. Satu keputusan yang paling kontroversial
adalah keputusan yang menyatakan bahwa apabila surat suara yang dicoblos di
dalam kotak yang memuat gambar parpol dan dicoblos diantara 2 kotak yang
memuat nama caleg, dinyatakan sah. Keputusan ini sendiri sudah bertentangan
dengan keputusan KPU sebelumnya yaitu Keputusan nomor 01 tahun 2004.
Secara singkat menurut Keputusan KPU nomor 01 tahun 2004, surat suara secara
teknis sah apabila hasil coblosan adalah :
♦ Di dalam 1 kotak yang memuat lambang parpol dan di dalam 1 kotak yang
memuat nama caleg dibawah lambang parpol tadi.
♦ Di dalam 1 kotak yang memuat lambang parpol saja.

Bila logika diatas dipakai maka bila ada lubang hasil coblosan yang berada diantara
2 kotak yang memuat nama caleg seharusnya dinyatakan tidak sah karena lubang
hasil coblosan tidak berada dalam kotak.
Tetapi KPU Kota Yogyakarta harus memposisikan sebagai bagian dari KPU yang
tentu saja juga harus turut serta meneruskan dan mengamankan semua keputusan
yang telah diambil KPU kepada semua pihak yang terlibat. Walaupun posisi ini
terasa menyulitkan karena KPU Kota Yogyakarta tentu juga membutuhkan waktu
mensosialisasikan kepada aparat di bawah. Tidak jarang kebingungan masih sering
terjadi karena turunnya keputusan yang mendekati hari H dan kadang bertentangan
satu sama lain. Kondisi yang ironis adalah terkadang belum sempat KPU Kota
Yogyakarta mengkaji dan mencermati satu keputusan dari KPU, tetapi karena
didesak waktu yang semakin mepet dan persiapan logistik yang tidak kelar-kelar
juga, memaksa KPU Kota Yogyakarta hanya tinggal meneruskan begitu saja
keputusan KPU tanpa menganitisipasi dampak yang bisa ditimbulkan.

5. Apel Kesiapan Pelaksanaan Pemilu Legislatif


Kondisi tambal sulam ini seperti sebuah lingkaran setan yang susah dipotong.
Tetapi dengan semangat tinggi dan komitmen bahwa pemilu legislatif di Kota
Yogyakarta harus sukses, membuat KPU Kota Yogyakarta bekerja ekstra keras
menutupi kekurangan semaksimal mungkin. Untuk menunjukkan kepada seluruh
masyarakat Yogyakarta bahwa semua penyelenggara pemilu di wilayah Kota
Yogyakarta siap untuk menyelengarakan pemungutan suara pada tanggal 5 April
2004 maka diadakan Apel Kesiapan Penyelenggara Pemilu Kota Yogyakarta pada
hari Rabu, tanggal 31 Maret 2004, pukul 10.00, bertempat di halaman depan
Balaikota Yogyakarta. Apel diikuti oleh seluruh Ketua KPPS, Ketua PPS dan Ketua
PPK se-Kota Yogyakarta. Apel yang dipimpin langsung oleh Walikota Yogyakarta

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 58


sebagai inspektur upacara dilaksanakan bertepatan dengan hari ulang tahun
Walikota Yogyakarta sekaligus sebagai momentum kesiapan pelaksanaan pemilu
legislatif.

Dalam apel dilaporkan oleh Ketua KPU Kota Yogyakarta kepada Walikota tentang
badan penyelenggara pemilu di Kota Yogyakarta, jumlah anggotanya, kesiapan
logistik dan tekad melaksanakan pemungutan suara tetap pada tanggal 5 April
2004. Salah satu Ketua KPPS menjadi perwakilan menerima penyematan topi
KPPS yang dilakukan oleh Walikota Yogyakarta. Apel ini juga untuk menunjukkan
kepada seluruh KPPS sebagai ujung tombak bahwa issue-issue yang beredar
menjelang pemungutan suara adalah tidak benar sekaligus memantapkan
pelaksanaan tugas mereka nantinya pada hari H. Pada akhir apel sebagai bentuk
perhatian kepada Walikota Yogyakarta, KPU Kota Yogyakarta memberikan hadiah
ulang tahun yang bertepatan dengan hari pelaksanaan apel.

6. Kondisi logistik menjelang hari H

Semakin mendekati hari H pemungutan suara kesibukan KPU Kota Yogyakarta


dalam hal distribusi alat administrasi kelengkapan pemungutan dan penghitungan
suara bukannya semakin berkurang tetapi justru semakin bertambah. Hal ini
disebabkan karena, PPK sebagai pihak yang bertugas menyalurkan logistik kepada
PPS, baru membagi logistik sesuai kebutuhan masing-masing PPS mendekati hari
H. Dengan demikian terkadang kekurangan maupun ketiadaan satu atau beberapa
jenis logistik pada PPK, baru dapat diketahui juga mendekati hari H. Padahal PPK
masih harus membagi sesuai kebutuhan PPS di wilayah kerjanya dan
mendistribusikan ke PPS lagi. Tidak jarang stok kebutuhan yang terdapat di
gudang KPU Kota Yogyakarta juga telah habis atau tidak mencukupi permintaan.
Untuk meminta kekurangan tentu membutuhkan waktu karena harus melalui KPU
Propinsi atau KPU. Yang cukup mengherankan KPU Kota Yogyakarta adalah
adanya beberapa PPK yang menyatakan tidak menerima sama sekali beberapa
jenis logistik. Padahal ada tanda terima yang telah ditandatangani baik PPK
sebagai penerima maupun KPU Kota Yogyakarta sebagai pengirim. Apabila
kekurangan hanya beberapa item tertentu saja, maka KPU Kota Yogyakarta masih
dapat memaklumi kemungkinan kesalahan hitung pada KPU Kota Yogyakarta.
Tetapi mau tidak mau memang kekurangan seperti ini harus dipenuhi karena tidak
ada waktu lagi untuk menyelidiki kemungkinan kesalahan yang terjadi. Proses
permintaan penambahan kekurangan logistik ini berlangsung sampai Senin dini
hari, 5 April 2004.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 59


Kondisi ini diperparah juga kurangnya sosialisasi tentang penggunaan beberapa
jenis logistik. Misalnya formulir model C untuk KPPS yang setiap jenisnya, untuk
setiap TPS mendapat pasokan antara 20 - 25 bendel. Banyaknya bendel ini juga
membingungkan KPPS karena tidak jelas peruntukannya. KPU Kota Yogyakarta
sendiri tidak sempat mengkaji hal ini karena beruntunnya kedatangan satu logistik
disusul jenis logistik lainnya mendekatui hari H. Yang terjadi adalah adanya kesan
bahwa KPU Kota Yogyakarta menjadi seperti Kantor Pos, dimana harus siap setiap
saat bertugas menerima kiriman logistik baik dari KPU maupun KPU Propinsi,
untuk kemudian secepat mungkin membagi sesuai kebutuhan masing-masing PPS
dan mengirimkannya kepada PPK. Tidak waktu untuk mencermati apalagi mengkaji
dampak yang bisa ditimbulkan. Perceptan harus dilakukan dengan pertimbangan
PPK pun masih butuh waktu lagi untuk mendistribusikan kepada PPS. Dan masih
lagi PPS harus mendistribusikan kepada KPPS. Betul-betul seperti kantor pos.

Proses peninjauan ke semua PPS menjelang hari H masih ditemui adanya


beberapa PPS yang tidak mempersiapkan logistik semaksimal mungkin. Misalnya
ada PPS yang belum juga merakit kotak suara pada hari H (-2). Tentu kondisi ini
sangat mengkhawatirkan. Pada malam sebelum pelaksanaan pemungutan suara,
KPU Kota Yogyakarta mengadakan peninjauan kepada beberapa TPS yang diikuti
oleh Walikota Yogyakarta bersama unsur Muspida. Dalam peninjauan masih
ditemukan adanya TPS yang masih kekurangan satu atau beberapa jenis logistik
tertentu. Untuk kebutuhan kecil dapat langsung dicukupi oleh mobil KPU Kota
Yogyakarta yang pada saat berkeliling kebetulan membawa juga beberapa logistik
tertentu.

C. Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara

1. Pemungutan suara

Dengan kondisi tambal sulam menjelang pemungutan suara maka KPU Kota
Yogyakarta hanya dapat tinggal berharap bahwa semua TPS dapat melaksanakan
pemungutan suara tanpa ada hambatan yang berarti. Peninjauan ke beberapa TPS
pada hari H dilakukan bersama dengan Walikota Yogyakarta dan unsur Muspida
lainnya. Ada 2 masalah menonjol yang terjadi pada saat pemungutan suara.

1) Masalah tertukarnya beberapa jenis surat suara dengan surat suara dari daerah
pemilihan lain di salah satu TPS di Kelurahan Suryodiningratan Kecamatan
Mantrijeron. Penyelesaian masalah yang diambil KPPS dengan saksi atas
dasar supervisi dari PPS dan PPK adalah bahwa disetujui surat suara yang
tertukar apabila secara teknis lubang hasil coblosan sah, maka hanya akan

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 60


dihitung perolehan parpolnya saja sekalipun surat suara tadi dicoblos baik
parpol maupun calegnya. Kesepakatan inilah yang dipakai sebagai dasar
penghitungan suara dan sudah disepakati sebelum penghitungan suara
dilaksanakan supaya terdapat keadilan karena belum mengetahui untuk
dicoblos parpol yang mana surat suara tertukar tersebut.

Ternyata keputusan di lapangan ini tidak bertentangan dengan fax dari KPU
yang diterima hari itu juga yang menyatakan bahwa untuk kasus tertukarnya
surat suara dari daerah pemilihan lain maka penyelesaiannya adalah
diserahkan kepada kesepaktan KPPS dengan saksi. Dengan demikian
tertukarnya hanya 6 buah surat suara DPRD Kabupaten / Kota Daerah
Pemilihan 1 (Manrijeron, Kraton, Mergangsan) di Kecamatan Matrijeron dengan
surat suara DPRD Kabupaten / Kota Daerah Pemilihan lainnya tidak
menimbulkan gejolak di kalangan peserta pemilu maupun kecurigaan kepada
penyelenggara pemilu karena unsur kesengajaan.

2) Masalah tertukarnya distribusi kotak suara di Kelurahan Terban untuk TPS


Khusus RS Panti Rapih dengan kotak suara untuk TPS biasa di Kelurahan
Demangan. Masalah ini dapat langsung ditanngani oleh PPK Gondokusuman
dengan cara menjemput langsung kotak suara yang tertukar sekalipun hal ini
sempat menunda proses pemungutan suara di 2 TPS tersebut. Hal ini pun tidak
menimbulkan gejolak yang berarti.
Secara umum pelaksanaan pemungutan suara berjalan lancar walaupun dibayangi
kekhawatiran adanya keruwetan yang bisa saja terjadi karena distribusi logistik
yang tambal sulam. Saksi yang seharusnya idealnya adalah 57 orang per TPS
sesuai jumlah parpol dan anggota DPD, ternyata di lapangan banyak yang hanya
mencapai 5 - 7 orang. Saksi yang hadir adalah saksi dari parpol besar seperti
PDIP, Golkar, PAN, PPP, PKB dan PBB. Sementara untuk saksi calon anggota
DPD hampir tidak ada sama sekali karena terkadang dirangkap oleh saksi parpol
yang mana dukungan parpol tersebut untuk calon anggota DPD diberikan kepada
calon tertentu. Minimnya saksi tentu tidak menghalangi kualitas pelaksanaan
pemungutan maupun penghitungan suara karena masyarakat, pemantau maupun
pengawas pun ikut menyaksikan proses pemilu.

Jumlah pengawas yang cukup minim juga tidak menurunkan kualitas pemilu karena
pengawas sesungguhnya yang jumlahnya tidak terbatas adalah masyarakat itu
sendiri. Apalagi di masa keterbukaan seperti sekarang sangat menyulitkan apabila
masih ada penyelenggara pemilu yang hendak berbuat curang. Pemantau yang
cukup banyak, baik dari dalam maupun luar negeri juga hadir di beberapa TPS.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 61


Beberapa lembaga pemantau mengkhususkan diri memantau di satu wilayah
Kelurahan atau Kecamatan saja karena kurangnya personil kalau untuk memantau
seluruh TPS di wilayah Kota Yogyakarta. Pemantau dan pengawas pemilu pada
prinsipnya adalah mitra kerja bahkan bisa dijadikan sebagai humas pemyelenggara
pemilu karena mereka dapat menyampaikan kepada masyarakat bagaimana
pemilu diselenggarakan. Hanya saja masih ada beberapa kejadian salah paham
masih terjadi antara penyelenggara dengan pemantau khususnya karena proses
pertemuan yang singkat. Tetapi secara umum tidak ada insiden yang berarti. Dapat
dikatakan secara singkat bahwa masyarakat, saksi, pemantau dan pengawas
selama pemungutan dan penghitungan suara memperoleh akses yang cukup besar
dari penyelenggara pemilu khususnya KPPS.

2. Penghitungan suara

Proses penghitungan suara ternyata tidak berjalan semudah yang diperkirakan.


Banyak TPS yang baru menyelesaikan penghitungan suara menjelang dini hari
pada hari Selasa. Dan tidak sedikit TPS atas dasar kesepakatan antara KPPS
dengan saksi menghentikan proses penghitungan suara karena pertimbangan
faktor kelelahan, dan dilanjutkan keesokan harinya. TPS yang ditinggalkan dijaga
bersama antara petugas Linmas dan masyarakat sekitar. Kondisi ini tentu harus
dimaklumi karena KPPS tentu telah bekerja keras sejak H (-3), mulai dari
pembuatan surat pemberitahuan sampai hari hari H tanpa henti.
Dalam penghitungan suara ada beberapa TPS yang harus didatangi langsung oleh
KPU Kota Yogyakarta karena PPS maupun PPK sudah tidak bisa lagi menangani
masalah. Seperti salah 1 TPS di Kelurahan Wirogunan dimana disampaikan oleh
PPK kepada KPU Kota Yogyakarta bahwa TPS tersebut tidak bersedia
menyerahkan kotak suara beserta isinya padahal penghitungan suara telah selesai
dilakukan dengan alasan telah larut malam. Setelah bertemu langsung dengan
Ketua KPPS setempat maka dilakukan dialog secara intensif. Dengan pendekatan
persuasif, akhirnya dengan pengawalan langsung unsur Muspika dan Panwascam,
maka masalah dapat diselesaikan dan kotak suara dikirm ke Kelurahan saat itu
juga. Dalam proses di Wirogunan ini dapat dibuktikan keikutsertaan Panwascam
dengan penyelenggara pemilu menengahi masalah melalui cara persuasif sehingga
masalah cepat selesai.

Proses rekapitulasi penghitungan suara di tingkat PPS maupun PPK berjalan tidak
serempak karena memang tidak direncanakan semula. Ini salah satu perencanaan
yang luput dari KPU Kota Yogyakarta. Dengan kondisi seperti ini untuk

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 62


mempercepat rekapitulasi, maka KPU Kota Yogyakarta turun ke berbagai PPS
maupun PPK untuk membantu sekiranya ada masalah.
Banyaknya jenis surat suara yang harus dihitung memang membuat PPS cukup
kesulitan dalam melakukan rekapitulasi. Belum lagi mereka harus merekapitulasi
dari puluhan TPS. Sementara, Berita Acara dari TPS banyak ditemukan kesalahan-
kesalahan sehingga beberapa PPS dengan kesepakatan dari saksi membuka kotak
kembali dan membetulkan Berita Acara berdasarkan Formulir C2 ukuran besar.

Selain itu juga, penghitungan perolehan suara parpol dan caleg dilakukan sendiri-
sendiri yang nota bene merupakan pengalaman pertama, sehingga benar-benar
menyulitkan PPS. Apalagi sebelum pemungutan suara mereka tidak mendapatkan
pelatihan yang cukup tentang tata cara pengisian berita acara model D. Akhirnya
banyak PPS yang mempunyai cara sendiri dalam merekapitulasi dan tidak jarang
berakibat lambannya rekapitulasi. Apalagi banyak saksi tingkat PPS yang tidak
hadir sejak awal rekapitulasi atau dalam bahasa sederhana mereka tidak
menemani PPS dalam membuat rekapitulasi dan hanya mau tahu jadinya saja.
Sementara PPK pun tidak berwenang dalam mengintervensi PPS dalam hal teknis
rekapitulasi penghitungan suara. Belum lagi kondisi internal di masing-masing PPS
ayng berbeda-beda. Ketidakaktifan salah satu anggota PPS atau kurangnya
dukungan sekretariat sudah cukup menggangu kinerja PPS yang hanya terdiri dari
3 orang anggota termasuk ketua.
Di tingkat PPK, proses yang tidak jauh berbeda juga berlangsung. Tampaknya
kurangnya pelatihan khusus tata cara pengisian berita acara Model D maupun DA
menjadi faktor mendasar sulitnya PPS dan PPK melakukan rekapitulasi
penghitungan suara. KPU Kota Yogyakarta pun tidak segan-segan membantu
langsung ikut mengerjakan rekapitulasi. Toh semuanya demi kepentingan
penyelenggara agar proses rekapitulasi berlangsung cepat. Apalagi masyarakat
tentu tidak akan mau tahu proses yang lambat berlangsung pada tingkatan mana.
Tahunya proses rekapitulasi lambat, itu saja.

Dengan melihat kesiapan dari laporan PPK yang sudah masuk, maka KPU Kota
Yogyakarta memutuskan akan mengadakan sidang pleno Rekapitulasi
Penghitungan Suara Tingkat Kota Yogyakarta pada hari Senin, tanggal 12 April
2004, pukul 09.00 sampai selesai, bertempat di Pendopo Balaikota Yogyakarta.
Dalam sidang yang dihadiri Muspida, saksi, PPK, Pers dan tamu undangan lainnya
itu pada awalnya laporan dari PPK yang masuk baru berasal dari 11 Kecamatan. 3
Kecamatan yang belum masuk karena sedang dalam proses adalah kebetulan 3
Kecamatan dengan jumlah Kelurahan terbesar yaitu Umbulharjo, Gondokusuman

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 63


dan Tegalrejo. Beruntung dalam urutan Kecamatan dari Daerah Pemilihan 1
sampai 5, urutan ketiganya adalah nomor 8, 12 dan 13. Dengan kesepakatan saksi
maka proses rekapitulasi tetap berlangsung dari Kecamatan Mantrijeron sambil
menunggu datangnya laporan dari ketiga Kecamatan yang belum. Alhamdullilah
ketika gilirannya belum sampai, laporan dari 3 Kecamatan ini suah masuk secara
bergantian sehingga tidak perlu sampai menunda rekapitulasi atau dilewati
Kecamatan lainnya terlebih dahulu.

Untuk Kecamatan Gondokusuman yang baru selesai hari itu juga ternyata jumlah
total dari 5 Kelurahan di wilayahnya belum dihitung sehingga sempat ditunda untuk
memberi kesempatan kepada PPK Gondokusuman menghitung jumlah akhir.
Sedangkan laporan dari Kecamatan terbesar yaitu Umbulharjo sempat masuk tepat
sebelum gilirannya tiba untuk dihitung. Satu kondisi yang sempat membuat
khawatir KPU Kota Yogyakarta.

Secara teknis karena harus menghitung 4 jenis perolehan suara dan untuk
mempersingkat waktu maka proses rekapitulasi dilakukan dalam 2 penghitungan
sekaligus. Pada sayap timur Pendopo dilakukan penghitungan surat suara DPR
dan DPD. Sedangkan sayap barat Pendopo untuk menghitung surat suara DPRD
Propinsi dan DPRD Kabupaten / Kota. Dengan menggunakan 2 layar besar yang
didukung 2 set LCD dan LCD Projector maka penghitungan dapat berjalan lancar.
Semua yang hadir dapat menyaksikan pada layar besar penghitungan berlangsung
secara jujur dan adil. Saksi yang hadir juga dibagi ke dalam 2 kelompok. Satu
kelompok mengawasi layar timur dan satunya lagi mengawasi layar barat. Dengan
pola seperti ini rekapitulasi dapat diselesaikan secara keseluruhan 14 Kecamatan
pada sekitar pukul 18.00 WIB.

Setelah beristirahat satu jam untuk istirahat, sholat dan makan, pada pukul 19.00
WIB sidang pleno dilanjutkan kembali. Beberapa tamu undangan tidak hadir
kembali. Setelah semua penghitungan dirampungkan dan atas persetujuan saksi
maka rekapitulasi penghitungan suara tingkat Kota Yogyakarta dapat diselesaikan
dan hasilnya dapat disetujui. Penandatanganan berita acara pun dilakukan antara
KPU Kota Yogyakarta dengan saksi yang hadir. Dengan selesainya rekapitulasi
penghitungan suara tingkat Kota Yogyakarta sempat beredar berita yang
menggembirakan bagi KPU Kota Yogyakarta bahwa yang dilakukan oleh KPU Kota
Yogyakarta merupakan yang pertama di seluruh Indonesia. Apalagi mengingat
banyaknya petugas pemilu di bawah yang tidak siap dan memahami dalam
pengisian berita acara.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 64


BAB XI
PELAKSANAAN PENETAPAN HASIL PEMILU

A. Pelaksanaan Kegiatan :
Tanggal 12 Mei 2004, bertempat Kompleks Balikota Timoho Yogyakarta, Jl Kenari No.
56 Yogyakarta. Undangan yang hadir pada kegiatan tersebut :
1. Seluruh Pimpinan Partai Politik.
2. Muspida.
3. Panwaslu Kota Yogyakarta.
4. Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), dan
5. KPU Provinsi.

B. Penetapan Jumlah Suara


Penetapan jumlah suara Partai Politik dan masing-masing calon anggota DPRD Kota
Yogyakarta, dilakukan berdasarkan daerah pemilihan di Wilayah Kota Yogyakarta.
1. Daerah Pemilihan 1 (meliputi : Kec. Mantrijeron, Kraton dan, Mergangsan) :

NOMOR DAN NAMA PARPOL PESERTA PEMILU PEROLEHAN SUARA


1 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 214 Suara
2 Partai Buruh Sosial Demokrat 76 Suara
3 Partai Bulan Bintang 863 Suara
4 Partai Merdeka 144 Suara
5 Partai Persatuan Pembangunan 3.369 Suara
6 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 108 Suara
7 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 75 Suara
8 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 208 Suara
9 Partai Demokrat 4.754 Suara
10 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 140 Suara
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia 152 Suara
12 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Ind 246 Suara
13 Partai Amanat Nasional 12.368 Suara
14 Partai Karya Peduli Bangsa 598 Suara
15 Partai Kebangkitan Bangsa 1.337 Suara
16 Partai Keadilan Sejahtera 4.402 Suara
17 Partai Bintang Reformasi 169 Suara
18 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 12.794 Suara
19 Partai Damai Sejahtera 1.679 Suara
20 Partai Golongan Karya 4.527 Suara
21 Partai Patriot Pancasila 143 Suara
22 Partai Sarikat Indonesia 0 Suara
23 Partai Persatuan Daerah 142 Suara
24 Partai Pelopor 67 Suara
TOTAL SUARA 48.575 Suara

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 65


Dengan demikian jumlah seluruh suara sah partai politik di daerah pemilihan 1 (satu)
48.575 (empat puluh delapan ribu lima ratus tujuh puluh lima) suara. Sedangkan
jumlah kursi yang diperebutkan di daerah pemilihan ini sebanyak 7 (tujuh) kursi
dengan bilangan pembagi pemilih (BPP) 6.939 (enam ribu sembilan ratus tiga puluh
sembilan).

Kesimpulan hasil Penetepan jumlah suara di daerah pemilihan 1 sebagai berikut :


1) terdapat 23 Partai Politik yang memperoleh suara dan hanya 1 partai Politik yang
tidak memperoleh suara, dikarenakan tidak menyerahkan berkas pencalonan di
daerah pemilihan 1 yaitu Partai Sarikat Indonesia;

2) ada 90 orang calon anggota DPRD Kota Yogyakarta yang berasal dari daerah
pemilihan 1.

2. Daerah Pemilihan 2 (Kec.Pakualaman,Gondomanan,Ngampilan, dan Wirobrajan)

NOMOR DAN NAMA PARPOL PESERTA PEMILU PEROLEHAN SUARA


1 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 147 Suara
2 Partai Buruh Sosial Demokrat 0 Suara
3 Partai Bulan Bintang 358 Suara
4 Partai Merdeka 145 Suara
5 Partai Persatuan Pembangunan 3.357 Suara
6 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 75 Suara
7 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 14 Suara
8 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 77 Suara
9 Partai Demokrat 2.888 Suara
10 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 97 Suara
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia 97 Suara
12 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Ind 0 Suara
13 Partai Amanat Nasional 10.263 Suara
14 Partai Karya Peduli Bangsa 302 Suara
15 Partai Kebangkitan Bangsa 558 Suara
16 Partai Keadilan Sejahtera 3.784 Suara
17 Partai Bintang Reformasi 200 Suara
18 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 10.925 Suara
19 Partai Damai Sejahtera 1.976 Suara
20 Partai Golongan Karya 4.060 Suara
21 Partai Patriot Pancasila 34 Suara
22 Partai Sarikat Indonesia 51 Suara
23 Partai Persatuan Daerah 0 Suara
24 Partai Pelopor 39 Suara
TOTAL SUARA 39.447 Suara

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 66


Suara sah seluruh Partai Politik di daerah pemilihan 2 adalah 39.447 dengan
jumlah kursi yang diperebutkan 6 (enam) dan angka BPP 6.575.
Kesimpulan hasil penetapan jumlah suara di daerah pemilihan 2 adalah :
ƒ hanya 21 Partai Politik yang memperoleh suara dan 3 partai Politik yang tidak
memperoleh suara, dikarenakan tidak menyerahkan berkas pencalonan di
daerah pemilihan 2 yaitu PBSD, PPNUI, dan PPD.
ƒ ada 68 orang calon anggota DPRD Kota Yogyakarta yang berasal dari daerah
pemilihan 2.

3. Daerah Pemilihan 3 (Kec. Jetis, Tegalrejo, dan Gedongtengen)

NOMOR DAN NAMA PARPOL PESERTA PEMILU PEROLEHAN SUARA


1 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 134 Suara
2 Partai Buruh Sosial Demokrat 0 Suara
3 Partai Bulan Bintang 451 Suara
4 Partai Merdeka 284 Suara
5 Partai Persatuan Pembangunan 1.544 Suara
6 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 46 Suara
7 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 159 Suara
8 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 104 Suara
9 Partai Demokrat 3.887 Suara
10 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 76 Suara
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia 170 Suara
12 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Ind 0 Suara
13 Partai Amanat Nasional 7.905 Suara
14 Partai Karya Peduli Bangsa 911 Suara
15 Partai Kebangkitan Bangsa 1.259 Suara
16 Partai Keadilan Sejahtera 4.291 Suara
17 Partai Bintang Reformasi 297 Suara
18 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 15.742 Suara
19 Partai Damai Sejahtera 2.778 Suara
20 Partai Golongan Karya 4.697 Suara
21 Partai Patriot Pancasila 44 Suara
22 Partai Sarikat Indonesia 62 Suara
23 Partai Persatuan Daerah 125 Suara
24 Partai Pelopor 78 Suara
TOTAL SUARA 45.044 Suara

Suara sah seluruh Partai Politik di daerah pemilihan 3 adalah 45.044 dengan
jumlah kursi yang diperebutkan 7 (tujuh) dan angka BPP 6.435.
Kesimpulan hasil penetapan jumlah suara di daerah pemilihan 3 adalah :
ƒ hanya 22 Partai Politik yang memperoleh suara dan 2 partai Politik yang tidak
memperoleh suara, dikarenakan tidak menyerahkan berkas pencalonan di
daerah pemilihan 3 yaitu PBSD, dan PPNUI.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 67


ƒ terdapat 76 orang calon anggota DPRD Kota Yogyakarta yang berasal dari
daerah pemilihan 3.

4. Daerah Pemilihan 4 (Kec. Danurejan dan Gondokusuman)

NOMOR DAN NAMA PARPOL PESERTA PEMILU PEROLEHAN SUARA


1 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 121 Suara
2 Partai Buruh Sosial Demokrat 0 Suara
3 Partai Bulan Bintang 434 Suara
4 Partai Merdeka 149 Suara
5 Partai Persatuan Pembangunan 1.488 Suara
6 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 132 Suara
7 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 39 Suara
8 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 118 Suara
9 Partai Demokrat 3.850 Suara
10 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 174 Suara
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia 84 Suara
12 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Ind 0 Suara
13 Partai Amanat Nasional 6.552 Suara
14 Partai Karya Peduli Bangsa 308 Suara
15 Partai Kebangkitan Bangsa 1.576 Suara
16 Partai Keadilan Sejahtera 4.332 Suara
17 Partai Bintang Reformasi 253 Suara
18 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 9.742 Suara
19 Partai Damai Sejahtera 2.884 Suara
20 Partai Golongan Karya 4.443 Suara
21 Partai Patriot Pancasila 62 Suara
22 Partai Sarikat Indonesia 60 Suara
23 Partai Persatuan Daerah 300 Suara
24 Partai Pelopor 130 Suara
TOTAL SUARA 37.231 Suara

Suara sah seluruh Partai Politik di daerah pemilihan 4 adalah 37.231 dengan
jumlah kursi yang diperebutkan 6 (enam) dan angka BPP 6.205.

Kesimpulan hasil penetapan jumlah suara di daerah pemilihan 4 adalah :

ƒ hanya 22 Partai Politik yang memperoleh suara dan 2 partai Politik yang tidak
memperoleh suara, dikarenakan tidak menyerahkan berkas pencalonan yaitu
PBSD, dan PPNUI.

ƒ 76 orang calon anggota DPRD Kota Yogyakarta yang berasal dari daerah
pemilihan 4.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 68


5. Daerah Pemilihan 5 (Kec. Umbulharjo dan Kotagede)

NOMOR DAN NAMA PARPOL PESERTA PEMILU PEROLEHAN SUARA


1 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 421 Suara
2 Partai Buruh Sosial Demokrat 0 Suara
3 Partai Bulan Bintang 1.354 Suara
4 Partai Merdeka 196 Suara
5 Partai Persatuan Pembangunan 3.338 Suara
6 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 61 Suara
7 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 184 Suara
8 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 454 Suara
9 Partai Demokrat 4.455 Suara
10 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 146 Suara
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia 130 Suara
12 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Ind 242 Suara
13 Partai Amanat Nasional 15.086 Suara
14 Partai Karya Peduli Bangsa 527 Suara
15 Partai Kebangkitan Bangsa 2.115 Suara
16 Partai Keadilan Sejahtera 7.384 Suara
17 Partai Bintang Reformasi 302 Suara
18 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 11.266 Suara
19 Partai Damai Sejahtera 1.275 Suara
20 Partai Golongan Karya 5.467 Suara
21 Partai Patriot Pancasila 0 Suara
22 Partai Sarikat Indonesia 72 Suara
23 Partai Persatuan Daerah 230 Suara
24 Partai Pelopor 57 Suara
TOTAL SUARA 54.762 Suara

Suara sah seluruh Partai Politik di daerah pemilihan 5 adalah 54.762 dengan
jumlah kursi yang diperebutkan 9 (sembilan) dan angka BPP 6.085

Kesimpulan hasil penetapan jumlah suara di daerah pemilihan 5 adalah :

ƒ hanya 22 Partai Politik yang memperoleh suara dan 2 partai Politik yang tidak
memperoleh suara, dikarenakan tidak menyerahkan berkas pencalonan yaitu
PBSD, dan Partai Patriot Pancasila.

ƒ 93 orang calon anggota DPRD Kota Yogyakarta yang berasal dari daerah
pemilihan 5.

Catatan :
Untuk penetapan jumlah suara calon anggota DPRD Kota Yogyakarta dapat dilihat pada
lampiran.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 69


C. Pembagian dan Penetapan Alokasi Kursi

1. Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta 1

PENGHITUNGAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM DAN


PENETAPAN CALON TERPILIH ANGGOTA DPRD KOTA YOGYAKARTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2004
Daerah Pemilihan : KOTA YOGYAKARTA 1
Jumlah seluruh suara sah Partai Politik : 48.575
Jumlah kursi : 7
Angka Bilangan Pembagi Pemilihan (BPP) : 6.939

PEMBAGIAN PEROLEHAN KURSI JUMLAH


JUMLAH SUARA TAHAP PERTAMA TAHAP KEDUA KURSI YANG
NAMA PARTAI POLITIK SAH PARTAI JUMLAH SUARA SAH BERDASARKAN SISA DIPEROLEH NAMA CALON TERPILIH
POLITIK PARPOL DIBAGI DGN BPP SUARA PALING BANYAK PARTAI
KURSI SISA SUARA PERINGKAT KURSI POLITIK
1 2 3 4 5 6 7 8
18 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 12.794 1 5.855 I 1 2 1. SUHARYANTO
2. HENRY KUNCOROYEKTI, SH.
13 Partai Amanat Nasional 12.368 1 5.429 II 1 2 1. NUR ROSYIDAH S. P.
2. H. HERMAN SUDARMADI, A.Md.
9 Partai Demokrat 4.754 0 4.754 III 1 1 1. RM. SINARBIYATNUJANAT, SE.
20 Partai Golongan Karya 4.527 0 4.527 IV 1 1 1. Drs. H. NAJIB M. SALEH D.
16 Partai Keadilan Sejahtera 4.402 0 4.402 V 1 1 1. DWI BUDI UTOMO, S.PT.
5 Partai Persatuan Pembangunan 3.369 0 3.369 VI 0 0 Tidak Ada
19 Partai Damai Sejahtera 1.679 0 1.679 VII 0 0 Tidak Ada
15 Partai Kebangkitan Bangsa 1.337 0 1.337 VIII 0 0 Tidak Ada
3 Partai Bulan Bintang 863 0 863 IX 0 0 Tidak Ada
14 Partai Karya Peduli Bangsa 598 0 598 X 0 0 Tidak Ada
12 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 246 0 246 XI 0 0 Tidak Ada
1 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 214 0 214 XII 0 0 Tidak Ada
8 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 208 0 208 XIII 0 0 Tidak Ada
17 Partai Bintang Reformasi 169 0 169 XIV 0 0 Tidak Ada
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia 152 0 152 XV 0 0 Tidak Ada
4 Partai Merdeka 144 0 144 XVI 0 0 Tidak Ada
21 Partai Patriot Pancasila 143 0 143 XVII 0 0 Tidak Ada
23 Partai Persatuan Daerah 142 0 142 XVIII 0 0 Tidak Ada
10 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 140 0 140 XIX 0 0 Tidak Ada
6 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 108 0 108 XX 0 0 Tidak Ada
2 Partai Buruh Sosial Demokrat 76 0 76 XXI 0 0 Tidak Ada
7 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 75 0 75 XXII 0 0 Tidak Ada
24 Partai Pelopor 67 0 67 XXIII 0 0 Tidak Ada
22 Partai Sarikat Indonesia 0 0 0 XXIV 0 0 Tidak Ada
TOTAL SUARA SAH 48.575 2 34.697 5 7

Ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Yogyakarta bahwa untuk Daerah
Pemilihan Kota Yogyakarta 1, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai
Amanat Nasional masing-masing mendapatkan 2 (dua) kursi, sedangkan Partai
Demokrat, Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera masing-masing
mendapatkan 1 (satu) kursi, sehingga total kursi yang diperebutkan sudah
terpenuhi semua, yaitu 7 kursi untuk Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta 1.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 70


2. Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta 2

PENGHITUNGAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM DAN


PENETAPAN CALON TERPILIH ANGGOTA DPRD KOTA YOGYAKARTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2004
Daerah Pemilihan : KOTA YOGYAKARTA 2
Jumlah seluruh suara sah Partai Politik : 39.447
Jumlah kursi : 6
Angka Bilangan Pembagi Pemilihan (BPP) : 6.575

PEMBAGIAN PEROLEHAN KURSI JUMLAH


JUMLAH SUARA TAHAP PERTAMA TAHAP KEDUA KURSI YANG
NAMA PARTAI POLITIK SAH PARTAI JUMLAH SUARA SAH BERDASARKAN SISA DIPEROLEH NAMA CALON TERPILIH
POLITIK PARPOL DIBAGI DGN BPP SUARA PALING BANYAK PARTAI
KURSI SISA SUARA PERINGKAT KURSI POLITIK
1 2 3 4 5 6 7 8
18 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 10.925 1 4.350 I 1 2 1. IRIANTOKO CAHYO DUMADI, B.Sc.
2. ARY DEWANTO
13 Partai Amanat Nasional 10.263 1 3.688 IV 1 2 1. YUSRON ACHMADI, S.Ag.
2. SRI KUSTANTINI, S.Sos.
20 Partai Golongan Karya 4.060 0 4.060 II 1 1 1. Drs. SUHARTONO
16 Partai Keadilan Sejahtera 3.784 0 3.784 III 1 1 1. ARDIANTO
5 Partai Persatuan Pembangunan 3.357 0 3.357 V 0 0 Tidak Ada
9 Partai Demokrat 2.888 0 2.888 VI 0 0 Tidak Ada
19 Partai Damai Sejahtera 1.976 0 1.976 VII 0 0 Tidak Ada
15 Partai Kebangkitan Bangsa 558 0 558 VIII 0 0 Tidak Ada
3 Partai Bulan Bintang 358 0 358 IX 0 0 Tidak Ada
14 Partai Karya Peduli Bangsa 302 0 302 X 0 0 Tidak Ada
17 Partai Bintang Reformasi 200 0 200 XI 0 0 Tidak Ada
1 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 147 0 147 XII 0 0 Tidak Ada
4 Partai Merdeka 145 0 145 XIII 0 0 Tidak Ada
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia 97 0 97 XIV 0 0 Tidak Ada
10 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 97 0 97 XIV 0 0 Tidak Ada
8 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 77 0 77 XVI 0 0 Tidak Ada
6 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 75 0 75 XVII 0 0 Tidak Ada
22 Partai Sarikat Indonesia 51 0 51 XVIII 0 0 Tidak Ada
24 Partai Pelopor 39 0 39 XIX 0 0 Tidak Ada
21 Partai Patriot Pancasila 34 0 34 XX 0 0 Tidak Ada
7 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 14 0 14 XXII 0 0 Tidak Ada
12 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 0 0 0 XXIII 0 0 Tidak Ada
23 Partai Persatuan Daerah 0 0 0 XXIII 0 0 Tidak Ada
2 Partai Buruh Sosial Demokrat 0 0 0 XXIII 0 0 Tidak Ada
TOTAL SUARA SAH 39.447 2 26.297 4 6

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Amanat Nasiona masing-


masing mendaptkan 2 (dua) kursi, sedangkan Partai Golkar dan Partai Keadilan
Sejahtera masing-masing mendapatkan 1 (satu) kursi, sehingga total kursi yang
diperebutkan sudah terpenuhi semua yaitu 6 kursi di Daerah Pemilihan Kota
Yogyakarta 2. Partai Persatuan Pembangunan menduduki peringkat ke 5, namun
tidak memperoleh kursi sebab di penghitungan tahap kedua, Partai Persatuan
Pembangunan kalah sisa suara dengan Partai Amanat Nasional.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 71


3. Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta 3

PENGHITUNGAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM DAN


PENETAPAN CALON TERPILIH ANGGOTA DPRD KOTA YOGYAKARTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2004
Daerah Pemilihan : KOTA YOGYAKARTA 3
Jumlah seluruh suara sah Partai Politik : 45.044
Jumlah kursi : 7
Angka Bilangan Pembagi Pemilihan (BPP) : 6.435

PEMBAGIAN PEROLEHAN KURSI JUMLAH


JUMLAH SUARA TAHAP PERTAMA TAHAP KEDUA KURSI YANG
NAMA PARTAI POLITIK SAH PARTAI JUMLAH SUARA SAH BERDASARKAN SISA DIPEROLEH NAMA CALON TERPILIH
POLITIK PARPOL DIBAGI DGN BPP SUARA PALING BANYAK PARTAI
KURSI SISA SUARA PERINGKAT KURSI POLITIK
1 2 3 4 5 6 7 8
18 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 15.742 2 2.872 IV 1 3 1. Ir. ANDRIE SUBIYANTORO
2. CHANG WENDRYANTO, SH.
3. SUJARNAKO, SE.
13 Partai Amanat Nasional 7.905 1 1.470 VII 0 1 1. SITI MAJMU'AH, S.Ag.
20 Partai Golongan Karya 4.697 0 4.697 I 1 1 1. R. BAGUS SUMBARJA
16 Partai Keadilan Sejahtera 4.291 0 4.291 II 1 1 1. Drs. AHMAD NUR UMAM, MM.
9 Partai Demokrat 3.887 0 3.887 III 1 1 1. AGUS PRASETYO A. S., ST.
19 Partai Damai Sejahtera 2.778 0 2.778 V 0 0 Tidak Ada
5 Partai Persatuan Pembangunan 1.544 0 1.544 VI 0 0 Tidak Ada
15 Partai Kebangkitan Bangsa 1.259 0 1.259 VIII 0 0 Tidak Ada
14 Partai Karya Peduli Bangsa 911 0 911 IX 0 0 Tidak Ada
3 Partai Bulan Bintang 451 0 451 X 0 0 Tidak Ada
17 Partai Bintang Reformasi 297 0 297 XI 0 0 Tidak Ada
4 Partai Merdeka 284 0 284 XII 0 0 Tidak Ada
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia 170 0 170 XIII 0 0 Tidak Ada
7 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 159 0 159 XIV 0 0 Tidak Ada
1 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 134 0 134 XV 0 0 Tidak Ada
23 Partai Persatuan Daerah 125 0 125 XVI 0 0 Tidak Ada
8 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 104 0 104 XVII 0 0 Tidak Ada
24 Partai Pelopor 78 0 78 XVIII 0 0 Tidak Ada
10 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 76 0 76 XIX 0 0 Tidak Ada
22 Partai Sarikat Indonesia 62 0 62 XX 0 0 Tidak Ada
6 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 46 0 46 XXI 0 0 Tidak Ada
21 Partai Patriot Pancasila 44 0 44 XXII 0 0 Tidak Ada
12 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 0 0 0 XXIII 0 0 Tidak Ada
2 Partai Buruh Sosial Demokrat 0 0 0 XXIII 0 0 Tidak Ada
TOTAL SUARA SAH 45.044 3 25.739 4 7

Hanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang memperoleh 3 (tiga) kursi,


sedangkan Partai Amanat Nasional, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera dan
Partai Demokrat masing-masing 1 (satu) kursi, sehingga total kursi yang
diperebutkan sudah terpenuhi semua yaitu 7 kursi di Daerah Pemilihan Kota
Yogyakarta 3. Partai Damai Sejahtera meskipun tidak memperoleh kursi, namun di
dapel 3 ini berhasil menduduki peringkat ke 6 dan mampu mengalahkan Partai
Persatuan Pembangunan.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 72


4. Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta 4

PENGHITUNGAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM DAN


PENETAPAN CALON TERPILIH ANGGOTA DPRD KOTA YOGYAKARTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2004
Daerah Pemilihan : KOTA YOGYAKARTA 4
Jumlah seluruh suara sah Partai Politik : 37.231
Jumlah kursi : 6
Angka Bilangan Pembagi Pemilihan (BPP) : 6.205

PEMBAGIAN PEROLEHAN KURSI JUMLAH


JUMLAH SUARA TAHAP PERTAMA TAHAP KEDUA KURSI YANG
NAMA PARTAI POLITIK SAH PARTAI JUMLAH SUARA SAH BERDASARKAN SISA DIPEROLEH NAMA CALON TERPILIH
POLITIK PARPOL DIBAGI DGN BPP SUARA PALING BANYAK PARTAI
KURSI SISA SUARA PERINGKAT KURSI POLITIK
1 2 3 4 5 6 7 8
18 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 9.742 1 3.537 IV 1 2 1. SUWARTO
2. Y. EKO RINTARJO, S.TP.
13 Partai Amanat Nasional 6.552 1 347 IX 0 1 1. Ir. H. SUKARDI YANI, MM.
20 Partai Golongan Karya 4.443 0 4.443 I 1 1 1. H. TOTOK PRANOWO, BA.
16 Partai Keadilan Sejahtera 4.332 0 4.332 II 1 1 1. IDA NUR LAELA, S.Si., Apt.
9 Partai Demokrat 3.850 0 3.850 III 1 1 1. SUPARDI B.
19 Partai Damai Sejahtera 2.884 0 2.884 V 0 0 Tidak Ada
15 Partai Kebangkitan Bangsa 1.576 0 1.576 VI 0 0 Tidak Ada
5 Partai Persatuan Pembangunan 1.488 0 1.488 VII 0 0 Tidak Ada
3 Partai Bulan Bintang 434 0 434 VIII 0 0 Tidak Ada
14 Partai Karya Peduli Bangsa 308 0 308 X 0 0 Tidak Ada
23 Partai Persatuan Daerah 300 0 300 XI 0 0 Tidak Ada
17 Partai Bintang Reformasi 253 0 253 XII 0 0 Tidak Ada
10 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 174 0 174 XIII 0 0 Tidak Ada
4 Partai Merdeka 149 0 149 XIV 0 0 Tidak Ada
6 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 132 0 132 XV 0 0 Tidak Ada
24 Partai Pelopor 130 0 130 XVI 0 0 Tidak Ada
1 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 121 0 121 XVII 0 0 Tidak Ada
8 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 118 0 118 XVIII 0 0 Tidak Ada
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia 84 0 84 XIX 0 0 Tidak Ada
21 Partai Patriot Pancasila 62 0 62 XX 0 0 Tidak Ada
22 Partai Sarikat Indonesia 60 0 60 XXI 0 0 Tidak Ada
7 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 39 0 39 XXII 0 0 Tidak Ada
12 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 0 0 0 XXIII 0 0 Tidak Ada
2 Partai Buruh Sosial Demokrat 0 0 0 XXIII 0 0 Tidak Ada
TOTAL SUARA SAH 37.231 2 24.821 4 6

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memperoleh 2 (dua) kursi sedangkan


Partai Amanat Nasional, Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai
Demokrat masing-masing 1 (satu) kursi, sehingga total kursi yang diperebutkan
sudah terpenuhi semua yaitu 7 kursi di Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta 4. Partai
Damai Sejahtera menduduki peringkat keenam, namun tidak memperoleh kursi.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 73


5. Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta 5

PENGHITUNGAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM DAN


PENETAPAN CALON TERPILIH ANGGOTA DPRD KOTA YOGYAKARTA DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2004
Daerah Pemilihan : KOTA YOGYAKARTA 5
Jumlah seluruh suara sah Partai Politik : 54.762
Jumlah kursi : 9
Angka Bilangan Pembagi Pemilihan (BPP) : 6.085

PEMBAGIAN PEROLEHAN KURSI JUMLAH


JUMLAH SUARA TAHAP PERTAMA TAHAP KEDUA KURSI YANG
NAMA PARTAI POLITIK SAH PARTAI JUMLAH SUARA SAH BERDASARKAN SISA DIPEROLEH NAMA CALON TERPILIH
POLITIK PARPOL DIBAGI DGN BPP SUARA PALING BANYAK PARTAI
KURSI SISA SUARA PERINGKAT KURSI POLITIK
1 2 3 4 5 6 7 8
13 Partai Amanat Nasional 15.086 2 2.916 V 1 3 1. ARIF NOOR HARTANTO,S.IP.
2. IRIAWAN ARGO WIDODO, S.IP.
3. NUNIK YOHANA
18 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 11.266 1 5.181 II 1 2 1. SUPARDI ANTONO
2. HERI SETYO PARMUJI
16 Partai Keadilan Sejahtera 7.384 1 1.299 VIII 0 1 1. MUHAMMAD ZUHRIF HUDAYA
20 Partai Golongan Karya 5.467 0 5.467 I 1 1 1. DWI ASTUTI
9 Partai Demokrat 4.455 0 4.455 III 1 1 1. JUSTINA PAULA SUYATMI, BA.
5 Partai Persatuan Pembangunan 3.338 0 3.338 IV 1 1 1. SUPRIYANTO UNTUNG
15 Partai Kebangkitan Bangsa 2.115 0 2.115 VI 0 0 Tidak Ada
3 Partai Bulan Bintang 1.354 0 1.354 VII 0 0 Tidak Ada
19 Partai Damai Sejahtera 1.275 0 1.275 IX 0 0 Tidak Ada
14 Partai Karya Peduli Bangsa 527 0 527 X 0 0 Tidak Ada
8 Partai Nasional Banteng Kemerdekaan 454 0 454 XI 0 0 Tidak Ada
1 Partai Nasional Indonesia Marhaenisme 421 0 421 XII 0 0 Tidak Ada
17 Partai Bintang Reformasi 302 0 302 XIII 0 0 Tidak Ada
12 Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia 242 0 242 XIV 0 0 Tidak Ada
23 Partai Persatuan Daerah 230 0 230 XV 0 0 Tidak Ada
4 Partai Merdeka 196 0 196 XVI 0 0 Tidak Ada
7 Partai Perhimpunan Indonesia Baru 184 0 184 XVII 0 0 Tidak Ada
10 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 146 0 146 XVIII 0 0 Tidak Ada
11 Partai Penegak Demokrasi Indonesia 130 0 130 XIX 0 0 Tidak Ada
22 Partai Sarikat Indonesia 72 0 72 XX 0 0 Tidak Ada
6 Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan 61 0 61 XXI 0 0 Tidak Ada
24 Partai Pelopor 57 0 57 XXII 0 0 Tidak Ada
21 Partai Patriot Pancasila 0 0 0 XXIII 0 0 Tidak Ada
2 Partai Buruh Sosial Demokrat 0 0 0 XXIII 0 0 Tidak Ada
TOTAL SUARA SAH 54.762 4 30.422 5 9

Partai Amanat Nasional memperoleh 3 (tiga) kursi, Partai Demokrasi Indonesia


Perjuangan mendapatkan 2 (dua) kursi, sedangkan Partai Keadilan Sejahtera,
Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Persatuan Pembangunan masing-
masing memperoleh 1 (satu) kursi, sehingga total kursi yang diperebutkan sudah
terpenuhi semua yaitu 9 kursi di Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta 5.

Dengan demikian jumlah total perolehan kursi dari masing-masing partai politik di
seluruh Daerah Pemilihan Kota Yogyakarta sebagai berikut :

ƒ Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : 11 kursi


ƒ Partai Amanat Nasional : 9 kursi

ƒ Partai Keadilan Sejahtera : 5 kursi

ƒ Partai Golongan Karya : 5 kursi

ƒ Partai Demokrat : 4 kursi


ƒ Partai Persatuan Pembangunan : 1 kursi

D. Penetapan Calon Terpilih


Dari 403 calon anggota DPRD Kota Yogyakarta pada pemilu 2004, terdapat 35 calon
terpilih untuk periode 2004-2009. Ada 2 penyebab calon terpilih anggota DPRD Kota

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 74


Yogyakarta periode 2004-2009: 1) terpilih dikarenakan berdasarkan urutan calon,
seperti yang terjadi pada PDIP, PAN, PK. Sejahtera, Golkar, dan sebagian besar
Partai Demokrat; serta 2) terpilih karena calon pada urutan pertama mencabut
pernyataan kesediaannya untuk menjadi anggota DPRD Kota Yogyakarta.

Untuk sebab kedua terjadi pada dua partai politik, yaitu Partai Demokrat dan Partai
Persatuan Pembangunan (PPP). Pada Partai Demokrat terjadi di daerah pemilihan
Kota Yogyakarta 1 atas nama F. Setyawibrata yang mencabut pernyataan
kesediaannya, dikarenakan yang bersangkutan merupakan karyawan Bank Permata
Cabang Yogyakarta dan tetap memilih untuk kepentingan karir di dunia perbankan.
Sebagai pengganti calon, otomatis calon yang menempati urutan 2 atas nama RM.
Sinarbiyatnujanat, SE. dan calon ini juga direkomendasikan oleh P. Demokrat.
Terhadap usulan penggantian ini, KPU Kota Yogyakarta telah melakukan klarifikasi
terhadap calon Nomor urut 1 dan Pimpinan Partai Politik perihal penggantian calon
terpilih. Setelah itu dilakukan klarifikasi tentang pernyataan pencabutan pencalonan
diri, calon Nomor urut 1 wajib menandatangani barita acara klarifikasi pernyataan
pencabutan tersebut dengan materei cukup, di depan pimpinan partai politik dan ketua
Panwaslu Kota Yogyakarta sebagai saksi. Berdasarkan Berita Acara ini, KPU Kota
menerbitkan SK Penggantian Calon Terpilih dan Pencoretan Nama Calon Nomor urut
1 pada Daftar Calon Anggota DPRD Kota Yogyakarta sebagaimana pada Keputusan
KPU Kota Yogyakarta Nomor 01 Tahun 2004.
Sementara pada PPP penggantian calon terpilih terjadi di daerah Pemilihan Kota
Yogyakarta 5 atas nama Haris Wibisono yang mencabut pernyataan kesediaannya
dan digantikan oleh Supriyanto Untung yang berada pada urutan kedua dan juga
direkomendasikan oleh DPC PPP. Pergantian calon terpilih di internal PPP memang
berlangsung alot, namun KPU Kota Yogyakarta membatasi diri untuk tidak memasuki
wilayah politik PPP. Pada proses penggantian ini juga dilakukan klarifikasi pada calon
Nomor urut 1 dan dibuat berita acaranya sebagaimana terjadi pada Partai Demokrat di
atas. Penggantian calon terpilih di PPP dan penggantian di Partai Demokrat tersebut di
atas dibuat dalam satu Keputusan KPU Kota Yogyakarta.

Penetapan jumlah suara, alokasi kursi, dan calon terpilih dimuat dalam Berita Acara
Nomor 270/264 Tahun 2004 tentang Penetapan Hasil Pemilihan Umum, Perolehan
Kursi Partai Politik Peserta Pemilihan Umum, dan Penetapan Calon Terpilih Anggota
DPRD Kota Yogyakarta Pemilihan Umum 2004. Berita acara sebagaimana dimaksud
diatas, dapat dilihat dalam lampiran laporan ini.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 75


REKAPITULASI PENGHITUNGAN PEROLEHAN KURSI
PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU DAN PENETAPAN
CALON TERPILIH ANGGOTA DPRD KOTA YOGYAKARTA
DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2004

JUMLAH KURSI
DAERAH
NAMA PARTAI POLITIK YG DIPEROLEH NAMA CALON TERPILIH
PEMILIHAN
PARTAI POLITIK

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan 11 1. SUHARYANTO Kota Yk 1


2. HENRY KUNCOROYEKTI, SH. Kota Yk 1
3. IRIANTOKO CAHYO DUMADI, B.Sc. Kota Yk 2
4. ARY DEWANTO Kota Yk 2
5. Ir. ANDRIE SUBIYANTORO Kota Yk 3
6. CHANG WENDRYANTO, SH. Kota Yk 3
7. SUJARNAKO, SE. Kota Yk 3
8. SUWARTO Kota Yk 4
9. Y. EKO RINTARJO, S.TP. Kota Yk 4
10. SUPARDI ANTONO Kota Yk 5
11. HERI SETYO PARMUJI Kota Yk 5
Partai Amanat Nasional 9 1. NUR ROSYIDAH S. P. Kota Yk 1
2. H. HERMAN SUDARMADI, A.Md. Kota Yk 1
3. YUSRON ACHMADI, S.Ag. Kota Yk 2
4. SRI KUSTANTINI, S.Sos. Kota Yk 2
5. SITI MAJMU'AH, S.Ag. Kota Yk 3
6. Ir. H. SUKARDI YANI, MM. Kota Yk 4
7. ARIF NOOR HARTANTO,S.IP. Kota Yk 5
8. IRIAWAN ARGO WIDODO, S.IP. Kota Yk 5
9. NUNIK YOHANA Kota Yk 5
Partai Golongan Karya 5 1. Drs. H. NAJIB M. SALEH D. Kota Yk 1
2. Drs. SUHARTONO Kota Yk 2
3. R. BAGUS SUMBARJA Kota Yk 3
4. H. TOTOK PRANOWO, BA. Kota Yk 4
5. DWI ASTUTI Kota Yk 5
Partai Keadilan Sejahtera 5 1. DWI BUDI UTOMO, S.PT. Kota Yk 1
2. Drs. AHMAD NUR UMAM, MM. Kota Yk 2
3. ARDIANTO Kota Yk 3
4. IDA NUR LAELA, S.Si., Apt. Kota Yk 4
5. MUHAMMAD ZUHRIF HUDAYA Kota Yk 5
Partai Demokrat 4 1. RM. SINARBIYATNUJANAT, SE. Kota Yk 1
2. AGUS PRASETYO A. S., ST. Kota Yk 3
3. SUPARDI B. Kota Yk 4
4. JUSTINA PAULA SUYATMI, BA. Kota Yk 5
Partai Persatuan Pembangunan 1 1. SUPRIYANTO UNTUNG Kota Yk 5
JUMLAH KURSI DPRD KOTA 35

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 76


BAB XII
PELAKSANAAN PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI

A. Dasar Hukum
Berdasarkan Surat KPU Nomor 1068/15/VI/2004 tanggal 18 Juni 2004 perihal tentang
Peresmian keanggotaan DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, KPU Kota
Yogyakarta menindaklanjutinya dengan membentuk Kelompok Kerja Persiapan
Peresmian Keanggotaan DPRD kota Yogyakarta, yang anggotanya berasal dari KPU
Kota Yogyakarta, Sekretariat Dewan, dan Bagian Tata Pemerintahan. Fungsi KPU
Kota dalam persiapan pelantikan tersebut lebih banyak bersifat memfasilitasi
Sekretariat Dewan dan Bagian Tata Pemerintahan untuk berkoordinasi dengan Calon
Legislatif Terpilih dan Pimpinan Partai Politik.

B. Kegiatan
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja ini diantaranya:
1. Sosialisasi Keputusan Mendagri Nomor: 155 Tahun 2004 tentang Tatacara
Peresmian Pengucapan Sumpah/Janji Anggota dan Penetapan Pimpinan
Sementara DPRD Hasil Pemilihan Umum Tahun 2004, kepada Calon Legislatif
Terpilih DPRD Kota Yogyakarta.
2. Memfasilitasi penentuan mekanisme pengajuan Pimpinan Sementara DPRD Kota,
dengan mempertemukan pihak Sekretaris Dewan dan Pimpinan Partai Politik
dengan perolehan kursi urutan pertama dan kedua, yaitu PDIP dan PAN.

3. Turut membantu kelancaran proses penerbitan SK Peresmian dari Gubernur (SK


Peresmian terlampir).
Pada masa antara pasca penetapan calon terpilih hingga peresmian tidak terjadi lagi
proses penggantian calon terpilih. Penggantian sudah dilakukan sebelum penetapan
calon terpilih, yaitu pada 2 (dua) Partai Politik: PPP dan Partai Demokrat (lihat Bab
XII). Sementara itu, proses pengambilan sumpah/janji secara teknis dilaksanakan
sepenuhnya oleh Sekretariat Dewan, KPU dan Sekretariatnya tidak terlibat sama
sekali.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 77


C. Permasalahan dan Rekomendasi
Adanya ketidakjelasan siapa sesungguhnya yang bertanggung jawab dalam kegiatan
pelantikan atau pengucapan sumpah/janji anggota Dewan, mulai dari persiapan
hingga teknis pelaksanaannya. Oleh karena itu, perlu ada kejelasan Tugas Pokok dan
Fungsi (Tupoksi) pada kegiatan Pelantikan ini bagi KPUD, Sekretariat Dewan dan
Bagian Tata Pemerintahan Pemerintah Kota. Saran kami, peran KPUD hanya
memfasilitasi saat persiapan saja, karena KPUD punya kewenangan langsung untuk
mengundang Parpol dan Caleg terpilih sebelum pelantikan, sebagaimana yang
dilakukan oleh KPU Kota Yogyakarta.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 78


BAB XIII
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN PEMILU

A. Pendahuluan
Sejalan dengan tuntutan penyelenggaraan Pemilu yang demokratis, maka
penyelenggaraan Pemilu harus dilaksanakan secara lebih berkualitas agar lebih
menjamin kompetisi sehat, partisipatif, keterwakilan yang lebih tinggi dan memiliki
mekanisme pertanggungjawaban yang jelas.

Di samping itu agar pemilu dapat berjalan dengan langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil, maka proses pelaksanaannya harus dapat diakses dan dipantau oleh
publik. Oleh karena itu peran pemantauan pemilu sangatlah penting. Undang-undang
Pemilu membuka peluang partisipasi lembaga swadaya masyarakat, badan hukum
dan perwakilan pemerintah asing untuk melakukan kegiatan pemantauan
penyelenggaraan pemilu.
Di Kota Yogyakarta beberapa lembaga pemantau pemilu melakukan tugas
pemantauannya, baik pemantau local, nasional maupun dari luar negeri.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik
2. Undang-Undang No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD
3. Keputusan KPU No. 104 tahun 2003 tentang tata cara Pemantauan Pemilihan
Umum

C. Pemberian Akreditasi kepada Pemantau oleh KPU Kota Yogyakarta


Lembaga atau organisasi yang mengajukan Akreditasi kepada KPU Kota Yogyakarta
untuk melakukan Pemantauan Pemilu di wilayah Kota Yogyakarta hanya ada satu
lembaga, yaitu : Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Sarjanawiyata (LPM-
UST). LPM UST mengajukan akreditasi untuk pemantuan pemilu yang dilakukan oleh
Mahasiswa UST dalam rangka Kuliah Kerja Nyata (KKN) di beberapa wilayah di Kota
Yogyakarta yaitu di Kecamatan Umbulharjo dan Kraton.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 79


D. Daftar Pemantau yang Melakukan Pemantauan di Wilayah masing-masing.
1. Uni Eropa
2. JICA

3. Jaringan Masyarakat Pemantau Pemilu Indonesia (JAMPPI)

4. Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP)

5. Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR)


6. Forum Rektor Indonesia – Yayasan Pengembangan Sumber Daya Manusia (FRI –
YPSDM )

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 80


BAB XIV
PENUTUP

Pelaksanaan Pemilu Legilatif tahun 2004 yang berbeda sama sekali dengan Pemilu
Legislatif sebelumnya memang menyisakan banyak pekerjaan rumah bagi penyelenggara
Pemilu sebagai bekal pelaksanaan pemilu Legislatif berikutnya. Berbagai carut marut yang
terjadi dalam masa persiapan menjelang pemungutan suara tanggal 5 April 2004 ba-
gaimanapun juga tidak bisa dimaklumkan begitu saja tanpa adanya evaluasi. Konsep pemilu
yang berbeda, jenis lembaga yang dipilih bertambah, lembaga penyelenggara yang hanya
punya waktu kurang dari 10 bulan untuk mempersiapkan segala sesuatunya, dan alasan-
alasan lainnya, tidak begitu saja lantas boleh membuat lembaga penyelenggara bertepuk
dada merasa telah berhasil menyelenggarakan salah satu pemilu terumit di seluruh dunia.
Bagaimanapun juga penyelenggara pemilu harus merasa begitu banyak kekurangan
yang telah terjadi. Dengan kondisi seperti yang telah terjadi sejak KPUD dibentuk sampai
pelaksanaan pemungutan suara tanggal 5 April 2004, sebenarnya KPU sampai KPUD bisa
berbuat yang lebih baik. Kampanye yang tak terlalu berdarah, partisipasi yang cukup tinggi,
dugaan kecurangan oleh penyelenggara yang jauh berkurang, pendidikan politik yang lebih
baik, seharusnya mampu ditingkatkan lagi di masa depan. Sungguh naif bila menganggap
pelaksanaan Pemilu 2004 adalah yang terbaik selama sejarah Republik tercinta kita ini.
Dunia luar memang mengakui keberhasilan Pemilu 2004 yang salah satunya ada-
lah Pemilu Legislatif. Akan tetapi kita sebagai penyelenggara pemilu harus berani
instropeksi diri bahwa sebenarnya ada capaian yang lebih baik yang bisa kita gapai
kemarin apabila kita benar-benar mengeluarkan segala kemampuan yang kita miliki.
Semoga kita dapat menebusnya dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah. Amin.

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 89


LAMPIRAN - LAMPIRAN

A. LAMPIRAN DOKUMEN

Lampiran 2.1 Surat Keputusan KPU Kota Nomor 011/SK.KPU-YK/2003

Lampiran 2.2 Surat Keputusan KPU Kota Nomor 012/SK.KPU-YK/2003


Lampiran 3.1 Tabel Hasil P4-B

Lampiran 3.2 Tabel Jumlah Pemilih Tetap Pemilu Legislatif


Lampiran 4.1 Hasil Verifikasi Peserta Pemilu : Partai Politik

Lampiran 5.1 Draft Daerah Pemilihan Alternatif DPRD Kota Yogyakarta (Hasil
Workshop)

Lampiran 5.2 Draft Daerah Pemilihan Alternatif yang diajukan KPU Kota
Lampiran 5.3 Daerah Pemilihan yang ditetapkan KPU

Lampiran 7.1 Jadwal Kampanye Pemilu Legislatif

Lampiran 8.1 Keputusan KPU Kota Nomor 01 Tahun 2004 dan lampiran Daftar
Nama Calon Terpilih
Lampiran 9.1 Kondisi Akhir Logistik Pemilu Legislatif

Lampiran 10.1 Berita Acara Rekapitulasi Hasil Suara Pemilu Legislatif

Lampiran 10.2 Berita Acara Nomor 270/264 tanggal 12 Mei 2004 tentang
Penetapan Hasil Pemilu Legislatif
Lampiran 11.1 Keputusan KPU Kota Nomor 04 Tahun 2004
Lampiran 11.2 Keputusan KPU Kota Nomor 05 Tahun 2004

B. LAMPIRAN-LAMPIRAN LAINNYA
ƒ Daftar Tim dan Kelompok Kerja Pemilu 2004

ƒ Kliping-kliping

ƒ Foto-foto Kegiatan

Laporan Pemilu Legislatif – KPU Kota Yogyakarta 90

Anda mungkin juga menyukai