Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas
izinNya, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Cost Benefit Analysis”,
tepat pada waktunya, meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

Makalah ini dibuat dalam rangka untuk mendukung penulis dalam mata kuliah
Farmakoekonomi. Dan penulis berharap makalah ini dapat berguna untuk
menambah informasi tentang analisa biaya dan manfaat dalam bidang farmasi
ekonomi.

Terima kasih penulis sampaikan kepada para dosen dan teman-teman yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis sadar, makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap kritik
dan saran membangun untuk perbaikan makalah ini.

Jakarta, Juni 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR............................................................................. 1
2. DAFTAR ISI.......................................................................................... 2
3. BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan .............................................................................................. 5
4. BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 6
2.1 Pengertian Analisis Biaya Dan Manfaat.......................................... 6
2.2 Kriteria Investasi............................................................................... 7
2.3 Macam Biaya dan Manfaat Suatu Proyek ........................................ 15
2.4 Mengenal dan Mengukur Manfaat Suatu Proyek ............................. 17
2.5 Mengenal dan Mengukur Biaya Proyek ............................................ 17
5. BAB III PENUTUP.................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 20
3.2 Saran................................................................................................... 21
6. DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 22

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

2
Analisis manfaat dan biaya digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber-
sumber ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien.
Pemerintah mempunyai banyak program atau proyek yang harus dilaksanakan sedangkan
biaya yang tersedia sangat terbatas. Dengan analisis ini pemerintah menjamin penggunaan
sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan memilih program-program yang memenuhi
kriteria efisiensi.
Pengembangan suatu sistem informasi merupakan suatu investasi seperti halnya
investasi proyek lainnya. Investasi berarti dikeluarkannya sumber-sumber daya untuk
mendapatkan manfaat dimasa mendatang. Investasi untuk mengembangkan sistem
informasi juga membutuhkan sumber-sumber daya. Sebagai hasilnya, sistem informasi
akan memberikan manfaat-manfaat yang dapat berupa penghematan-penghematan atau
manfaat-manfaat yang baru. Jika manfaat yang diharapkan lebih kecil dari sumber-sumber
daya yang dikeluarkan, maka sistem informasi ini dikatakan tidak bernilai atau tidak layak.
Oleh karena itu, sebelum sistem informasi dikembangkan, maka perlu dihitung
kelayakan ekonomisnya. Teknik untuk menilai ini disebut dengan analisis biaya dan
manfaat (cost/benefit analysis). Analisis biaya dan mafaat disebut juga dengan analisis
biaya/efektivitas (cost/ effectivenss analysis). Keuntungan dari pengembangan sistem
informasi tidak semuanya mudah diukur secara langsung dengan nilai uang, seperti
misalnya keuntungan pelayanan kepada langganan yang lebih baik. Keuntungan yang sulit
diukur langsung dengan nilai uang ini selanjutnya jika ingin ditentukan dalam bentuk nilai
uang, maka dapat menaksir efektivitasnya.
Secara umum analisis yang digunakan atas suatu proyek kurang lebih sama, namun
biaya dan waktu yang dipakai beragam. Sebagai contoh, pemerintah berhasil membangun
mega proyek jembatan suramadu yang menghubungkan Pulau Madura dan pulau Jawa
dengan panjang 5.843 meter sehingga menjadi jembatan terpanjang di Indonesia saat ini.
Waktu yang digunakan pun tidak sebentar, diresmikan pertama kali untuk dibangun pada
masa pemerintahan presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003 dan
diresmikan untuk pertama kali digunakan pada masa pemerintahan Susilo Bambang
yudhoyono 10 Juni 2009. Biaya yang digelotorkan pun tidak sedikit, sekitar 4,5 triliun.
Dengan biaya dan waktu yang digunakan untuk pembangunan jembatan tersebut
tujuannya adalah untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura yang meliputi bidang
infrasturktur dan ekonomi. Dalam kasus lain, pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS)
yang terus dicanangkan pada masa pemerintahan SBY untuk menghubungkan Pulau Jawa

3
dan Pulau Sumatera dengan panjang sekitar 31 kilometer yang memakan waktu
pembangunan sekitar 10 tahun dan menelan biaya hampir 200 Triliun mengalami
sandungan. Pemerintahan yang baru dengan Jokowi Dodo sebagai presiden menilai
pembangunan tersebut bertolak belakang dengan konsep pembangunan kemaritiman yang
ia paparkan pada visi dan misinya sebelum menjabat jadi presiden. Banyak kalangan juga
berpendapat bahwa JSS hanya menguntungkan Jawa dan Sumatera sedangkan
pembangunan di Indonesia bagian Timur belum masih tertinggal jauh. Hingga hari ini,
pembangun JSS belum mengalami kemajuan selangkah pun karena banyak pendapat dan
pandangan yang bertentangan.
Dari dua kasus di atas bisa kita ketahui bahwa pembangunan proyek yang besar
belum tentu bisa menghasilkan manfaat yang diharapkan namun dengan analisis dan
perhitungan yang tepat hal tersebut bisa saja terjadi seperti pembangunan Jembatan
Suramadu. Pembagunan proyek yang lebih besar lagi seperti JSS juga belum tentu hasilnya
akan dirasa baik karena pertentangan dan pendapat serta arah kebijakan pembangunan
pemerintah yang baru bisa berubah sesuai kebutuhan dan konsepnya.
Mendalami tentang apa saja yang terdapat dalam pembahsan diatas, untuk itu saya
akan mempaparkan secara terperinci pembahasan mengenai analisis biaya dan manfaat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat saya rumuskan permasalahan, yaitu
diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan analisis biaya dan manfaat ?
2. Bagaimana manfaat dan biaya suatu proyek ?
3. Bagaimana mengenal dan mengatur manfaat suatu proyek ?
4. Bagaimana mengatur dan mengukur biaya proyek ?
5. Bagaimana menentukan waktu dan biaya diskonto ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari disusunnya makalah ini yaitu, diantaranya :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis biaya dan manfaat
2. Untuk mengetahui manfaat dan biaya suatu proyek
3. Untuk mengetahui bagaimana mengenal dan mengatur manfaat suatu proyek
4. Untuk mengetahui bagaimana mengatur dan mengukur biaya proyek
5. Untuk mengetahui bagaimana menentukan waktu dan biaya diskonto

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisis Biaya Dan Manfaat


Menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Julianty kata anlisi diartikan sebagai
“penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta
hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan. Di dalam menganalisis hl yang paling sering disinggung adalah biaya, sebab
biaya merupakan salah satu unsur yang paling pokok dalam analisi ini, menurut Hansen
dan Mowen yang yang dialihbahasakan oleh Ancella A. Hermawan disebutkan bahwa
“biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang
diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa yang akan dating/” jadi biaya
dikelurakan untuk menghasilkan manfaat dimasa depan. Dalam persahaan, manfaat
dimanasa depan biaya berarti pendapatan. Jadi, biaya digunakan untuk memperoduksi
pendpatan atau manfaat yang lain.
Analisis biaya manfaat atau CBA (Cost Benefit Analysis) adalah pendekatan untuk
rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analis membandingkan dan menganjurkan
suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total
keuntungan dalam bentuk uang.
Analisis biaya-manfaat (cost benefit analysis) adalah suatu teknik yang digunakan
untuk membandingkan berbagai biaya yang terkait dengan investasi dengan manfaat yang
diharapkan untuk didapatkan. Baik faktor berwujud maupun tidak berwujud harus
diperhitungkan dan dipertanggungjawabkan.
Analisis biaya-manfaat digunakan untuk :
 Menentukan apakah suatu investasi layak dilakukan
 Memberikan dasar untuk perbandingan antar proyek/investasi, untuk melihat pilihan mana
yang memberikan manfaat lebih besar dibandingkan biayanya.

2.2 Kriteria Investasi

5
Yang dimaksud dengan anggaran (budget) ialah sutu daftar atau pernyataan yang
terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran Negara yang diharapkan dalam jangka
waktu tertentu. Yang biasanya adalah satu tahun. Ada budget yang disusun berdasarkan
atas tahun kalender yaitu mulai tanggal 1 januari dan ditutup pada tanggal 31 Desember
dari tahun yang sama, tetapi ada pula yang tidak dimulai pada tanggal 1 Januari dan
diakhiri tanggal 31 Desember. Sejak tahun 1969 Anggaran Pendapatan, dan belanja Negara
Indonesia dimulai pada tanggal 1 April dan berakhir pada tanggal 31 Maret pada tahun
berikutnya.
Biasanya lembaga eksekutif yang mempersiapkan rencana penerimaan dan
pengeluaraan atau belanja termasuk pos-posnya kemudian diajukan kepada lembaga
legislative untuk dipertimbangkan dan kemudian diputuskan serta ditetapkan sebagai
Undang-Undang. Dalam UUD 1945 1945 Presiden menertapkan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
Dalam bagian ini hendak kita bicarakan mengenai bagaimana analisa-analisa ekonomi
dapat diterapkan pada analisa budget. Suatu prinsip yang ideal dalam kebijaksanaan
pembuatan budget adalah jelas yaitu : membuat pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi
setiap tujuan sedemikian rupa sehingga manfaat (benefit) dari pengeluaran satuan rupiah
yang terakhir lebih besar daripada atau paling tidak sama dengan hilangnya manfaat dan
kegiatan-kegiatan lain karena timbulnya pengeluaran pemerintah itu. Hal ini dapat kita
perjelas dengan melihat pada gambar 1.1
Dalam gambar 1.1. kita lihat bahwa kurva biaya marginal (Marginal Cost = MC)
merupakan garis horizontal, karena kita menganggap bahwa tambahan biaya yang
diperlukan untuk suatu kegiatan pemerintah adalah tetap yaitu sebesar Rp.10,-. Kurva
Manfaat Marginal Benefit = MB) tampak mula-mula menanjak, dan kemudian menurun.
Ini disebabkan karena tambahan manfaat dengan adanya tambahan satu unit biaya.
Mula-mula kalau tambahan itu terus dilakukan maka maka manfaat juga akan bertambah,
tetapi setelah mencapai suatu tungkat tertentu, tambahan biaya yang sama tidak lagi
mengakibatkan tambahan manfaat yang semakin besar tetpi justru mengurangi total
manfaat yang pernah dicapai oleh kegiatan pemerintah. Pada gambar 1.1. Titik A
menunjukan tambahan manfaat yang maksimal, titik B menujukkana tambahan biaya,
sedangkan titik C menunjukan tambahan manfaatnya sudah = 0, disebelah kanan C
tambahan manfaat adalah negative, semua itu karena adanya tambahan biaya yang
digunakan dalam kegiatan pemerintah tersebut. Jadi tampak disini adanya “law of
minishing benefit” atau hukum tambahan manfaat yang semakin menurun.

6
(Rp)

Tambahan
Manfaat
Tambahan
Biaya 10

MC

0 Proyek

Dengan menyatakan tambahan Manfaat (Margianl Benefit = MB) dengan tambahan


biaya (Marginal Costs = MC), dan kalau ini dapat dicapai oleh pemerintah, maka akan
berarti tercapainya pemecahan 2 masalah alokasi faktor-faktor produksi (input) yang
maksimal dalam kegiatan pemerintahan itu.
Ini akan berarti terpenuhinya suatu keadaan dimana setiap pengeluaran pemerintah
menghasilkan suatu manfaat yang paling tidak sama dengan nilai barang-barang yang
hilang dari sector swasta. Disamping itu juga akan membuktikan bahwa tidak mengurangi
kemungkinan tercapainya manfaat yang dilakukan oleh kegiatan pemerintah dalam bidang-
bidang lain. Dengan demikian akan berarti bahwa manfaat dari tambahan pengeluaran
pemerintah tersebut akan melebihi atau paling tidak sama dengan biaya alternative
(opportunity costs) dikedua sector baik sector swasta atau sector pemerintah itu sendiri.
Sebagai contoh kita ambil suatu usaha pemerintah dalam menanggulangi banjir yaitu
dengan memmbuat tanggul atau bendungan.
Dari tabel 1.2 dan 1.3 kita dapat mengatuhi bahwa rencana D yaitu membuat waduk
ukuran sedang adalah rencana yang terbaik walaupun ini membutuhkan biaya sebanyak
Rp.8000,- lebih banyak daripada rencana C yaitu waduk ukuran kecil. Rencana D tersebut
menghindarkan kerugian tambahan sebesar Rp.9000,- . jadi jelasnya manfaat tambahan
melebihi tambahan biayanya. Sedangkan kalau kita menambah pengeluaran kita dengan
Rp.12.000,- lebih banyak akan membuat waduk raksasa hanya akan mengurangi kerusakan

7
sebesar Rp.7000,- disbanding sebelumnya, sehingga tambahan manfaat lebih kecil
daripada tambahan biaya.
Analisa perbandingan biaya dan manfaat dapat kita gunakan dalam masalah pengeluaran
negara. Walaupun demikian kita harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Dalam keadaan yang nyata seringkali kenyataan-kenyataan itu berbeda dengan rencana-
rencana yang dibuat berdasarkan suatu ramalan. Data yang ada banyak yang tidak
sempurna
2. Kita harus memperluas definisi kita hanya pada baiaya individu dan manfaat individu,
tetapi menjadi tambahan biaya social (social Marginal Costs=SCM) dan tambahan manfaat
social (social Marginal Benefit+SMB)
Tabel 1.2
Penanggunalangan banjir : biaya total kerusakan rata-rata dan berkurangnya kerusakan

Rencana Proyek Tahun Biaya Total Kerusakan Rata- Berurangnya


(1) Proyek PerTahun Rata Pertahun (Rp) Kerusakan Pertahun
(Rp) (3) (Rp)
(2) (4)
A. Tanpa Perlindungan 0 38.000 0
B. Tanggal 3.000 32.000 6.000
C. Waduk kecil 10.000 22.000 16.000

D. Waduk besar 18.000 13.000 25.000

E. Waduk raksasa 30.000 6.000 32.000

Tabel 1.2
Tambahan manfaat dan tambahan biaya penanggulangan banjir

Rencana Proyek Tambahan Manfaat Tambahan Biaya


(1) (MB)(2) (MC)(3)
a. Tanpa perlindungan 0 0
b. Tanggul 6.000 3.000
c. Waduk kecil 10.000 7.000
d. Waduk sedang 9.000 8.000
e. Waduk raksasa 7.000 12.000

8
3. Yang paling penting adalah menyatakan besarnya manfaat dan biaya dalam suatu jumlah
rupiah. Tanpa mengetahui nilai ini maka analisis SMB=SMC tidak ada gunanya, atau
setidak-tidaknya kurang bermanfaat untuk itu biasanya lalu digunakan harga
bayangan(“shadow price” atau accounting price”)

Yang menjadi persoalan berikutnya ialah bagaimana kita dapat membandungkan


antara manfaat total (total benefit dan biaya total) sehingga dapat ditentukan proyek mana
yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dan berbagai alternative proyek. Diantara
berbagai proyek itu hendaknya dipilih proyek yang memberikan manfaat bersih (net
benefit) yaitu selisih antara manfaat total dan biaya total yang terbesar di mana
SMB=SMC, prinsip pertama yang harus diingat ialah nahwa proyek-proyek itu harus
memilih B/C sationya lebih besar dari satu, artinya manfaatnya harus lebih besar dari biaya
atau pengorbanannya. Kemudian diantara proyek-proyek yang B/C rationya lebih besar
dari satu itu dipilih yang nilai perbandingannya paling tinggi dengan biaya yang sama.
Guna membandingkan manfaat(benefit) dan biaya(costs) haruslah diproleh suatu
angka dengan dasar waktu yang sama, karena proyek-proyek itu memberikan manfaat
manfaat utuk jangka panjang (lebih dari satu tahun) maka manfaat-manfaat itu harus
dijumlahkan, demikian pula biayanya. Untuk memperoleh angka yang berlaku umum maka
nilai dan manfaat dan biaya dari tahun-tahun yang berbeda untuk masa yang akan dating
harus dinyatakan dengan nilai pada tahun ini(present value) yaitu menggunakan tingginya
tingkat bunga sebagai alat untuk menghitung nilai sekarang.
Kalau misalnya dari suatu proyek diharapkan akan diperoleh manfaat R1 pada tahun
ke-1, R2 pada tahun kedua dan seterusnya. Dan biaya yang dikeluarkan juga B 1 pada tahun
ke-1, dan B2 pada tahun ke-2 dan seterusnya, maka untuk mendapakan nilai sekarang
(present value) dan seluruh manfaat dan seluruh biaya perhitungan berikut dapat dipakai :

+ + + …….. +

BS = + + + …….. +
Dimana :
MS = Manfaat sekarang (present value of benefits)
BS = Manfaat sekarang (present value of costs)
r = Tingkat bunga
9
Kriteria investasi ini sangat bermanfaat dalam melakukan pengukuran manfaat atau
keuntungan yang akan diperoleh jika melakukan investasi terhadap suatu usaha. Banyak
orang yang menanggung rugi karena serampangan dalam melakukan perhitungan atau
bahkan tidak mengukur terlebih dahulu tingkat viabilitas dan share profit serta
management risk-nya ketika ia melakukan investasi.
Ada banyak kriteria investasi yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
investasi, dimana kriteria tersebut dapat membantu untuk melihat apakah investasi tersebut
dapat memungkinkan dan menguntungkan atau tidak. Perlu dijelaskan bahwa kriteria
investasi merupakan sebuah metode analisis yang dipakai untuk memperhitungkan antar
biaya yang dikeluarkan dengan kemanfaatan yang akan diperoleh selama investasi tersebut
dilakukan.
Dalam mengukur atau menilai investasi yang akan atau telah terjadi terdapat
beberapa kriteria yang digunakan, yaitu :
1. NPV (Net Present Value)
“Net Present Value (NPV) sering diterjemahkan sebagai nilai bersih sekarang.
NPV dari suatu proyek atau gagasan usaha merupakan nilai sekarang (present value)
dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate terentu. NPV
merupakan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost/biaya “ (A. Choliq dkk,
1994)
NPV merupakan manfaat yang diperoleh pada suatu masa proyek yang diukur
pada tingkat suku bunga tertentu. Dalam perhitungan NPV ini perlu kiranya ditentukan
dengan tingkat suku bunga saat ini yang relevan. Selain itu, NPV juga dapat diartikan
sebagai nilai saat ini dari suatu cash flow yang diperoleh dari suatu investasi yang
dilakukan.

NPV merupakan selisih antara present value benefit dengan present value cost (Rp,
Rp Jt, dll)
Indikator NPV :

10
Jika NPV > 0 (positif), maka proyek layak (go) utk dilaksanakan
Jika NPV < 0 (negatif), maka proyek tidak layak (not go) utk dilaksanakan
2. Net Benefit Cost Rasio (Benefit B/C)
Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV
negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang
diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau
gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya,
apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak
untuk dilaksanakan.

Dimana : (Bt-Ct)/(1+i)t, utk (Bt-Ct) > 0 dan (Ct-Bt)/(1+i)t untuk


(Bt-Ct) < 0 Net B/C rasio merupakan perbandingan antara present value positif (sebagai
pembilang) dengan jumlah present value negatif (sebagai penyebut).
Indikator NET B/C adalah :
- Jika Net B/C > 1, maka proyek layak (go) untuk dilaksanakan
- Jika Net B/C < 1 , maka proyek tdk layak (not go) untuk dilaksanakan

3. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)


Gross B/C merupakan perbandingan antara Present Value Benefit dengan
Present Value Cost. Apabila Gross B/C > 1, proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya
Gross B/C < 1, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
Perbedaannya dalam perhitungan Net B/C, biaya tiap tahun dikurangkan dari
benefit tiap tahun untuk mengetahui benefit netto yg positif dan negatif. Kemudian jumlah
present value positif dibandingkan dengan jumlah present value yang negatif.
Sebaliknya, dalam perhitungan Gross B/C, pembilang adalah jumlah present
value arus benefit (bruto) dan penyebut adalah jumlah present value arus biaya (bruto).
Semakin besar Gross B/C, semakin besar perbandingan antara benefit dengan biaya.
Artinya proyek relatif semakin layak.

11
Sebaliknya, dalam perhitungan Gross B/C, pembilang adalah jumlah present
value arus benefit (bruto) dan penyebut adalah jumlah present value arus biaya (bruto).
Semakin besar Gross B/C, semakin besar perbandingan antara benefit dengan biaya.
Artinya proyek relatif semakin layak.

Indikator Gross B/C :


- Jika Gross B/C > 1, maka proyek layak (go) utk dilaksanakan
- Jika Gross B/C < 1, maka proyek tdk layak (not go) utk dilaksanakan
4. IRR (Internal Rate of Return)
Merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek
menghasilkan return (satuannya %). IRR ini merupakan tingkat discount rate yang
membuat NPV proyek = 0.
Tujuan perhitungan IRR adalah untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu
proyek tiap-tiap tahun. Selain itu, IRR juga merupakan alat ukur kemampuan proyek dalam
mengembalikan bunga pinjaman. Pada dasarnya IRR menunjukkan tingkat bunga yang
menghasilkan NPV sama dengan Nol. Dengan demikian untuk mencari IRR kita harus
menaikkan discount factor (DF) sehingga tercapai nilai NPV sama dengan nol.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka langkah-langkah perhitungan IRR adalah
sebagai berikut :
1) Terlebih dahulu disiapkan tabel cash flow dari proyek atau gagasan usaha.
2) Memilih discount factor tertentu untuk mencapai NPV = 0
3) Pada discount factor pemilihan pertama dihitung besarnya NPV
4) Jika NPV yang diperoleh masih positif, sedangkan yang diharapkan NPV = 0 maka kita
pilih discount factor yang ke dua dengan harapan akan memperoleh NPV = 0
5) Misalnya dengan DF pada pemilihan yang ke dua dan seterusnya sampai memperoleh
NPV yang negatif ( NPV < 0 )
6) Karena NPV yang kita peroleh positif dan negatif, maka kita harus membuat interpolasi
antara DF di mana NPV positif dengan DF di mana NPV sama dengan negatif agar
tercapai NPV = 0.
7) Untuk mendapatkan nilai IRR digunakan rumus interpolasi.
Perhitungan IRR dgn cara interpolasi
Jika diperoleh NPV +, maka carilah NPV – dgn cara meningkatkan discount faktornya

12
Keterangan :
i1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV positif.
i2 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV negatif.
Indikator IRR :
- Jika IRR > tk, discount rate yg berlaku maka proyek layak (go) utk dilaksanakan
- Jika IRR < Tk. Discount rate yg berlaku, maka proyek tdk layak (not go) utk dilaksanakan.
8) Hasil perhitungan IRR tersebut kemudian dibandingkan dengan tingkat bunga bank yang
berlaku, jika IRR hasil perhitungan > bunga bank yang berlaku maka proyek atau gagasan
usaha tersebut layak untuk diusahakan.

5. Payback Period
Merupakan jangka waktu /periode yang diperlukan untuk membayar kembali semua
biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi suatu proyek.

Indikator Payback Periods : Semakin cepat kemampuan proyek mampu


mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi proyek maka proyek
semakin baik (satuan waktu).
Perhitungan payback belum memperhatikan time value of money dimana : I =
besarnya biaya investasi Ab = benefit bersih yg diperoleh setiap tahunnya.

2.3 Macam Biaya dan Manfaat Suatu Proyek


Manfaat dan biaya satu proyek dapat dibedakan antara “manfaat dan biaya riil”
(pecuniary benefits and costs) dan “manfaat dan biaya semu” (pecuniary benefits and cots)
a. Manfaat riil adalah manfaat yang timbul bagi seseorang yang tidak diimbangi oleh
hilangnya manfaat bagi pihak lain. Demikian pula biaya riil adalah biaya yang sungguh-
sungguh ada dalam masyarakat dan tidak diimbangi oleh pengurangan beban biaya bagi
pihak lain. Sesungguhnya manfaat semu adalah manfaat yang timbul dari suatu proyek dan
diterima oleh sekelompok orang tertentu. Tetapi ada sekelompok orang lain yang menjadi
menderita karena adanya proyek tersebut. Manfaat semu ini tidak diperhitungkan dalam
perhitungan manfaat dan biaya suatu proyek.

13
b. Perbedaan lebih lanjut terhadap manfaat dan biaya riil dari suatu proyek adalah antara
manfaat dan biaya langsung dengan manfaat dan biaya tidak langsung.
Manfaat biaya langsung adalah manfaat dari biaya yang dekat hubungannya dengan
tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan manfaat dan biaya tidak langsung dari suatu
proyek adalah lebih merupakan hasil sampingan dari proyek tersebut. Sebagai contoh
adalah rencana pembangunan bendungan didaerah pengaliran dijawa tengah, pembangunan
bendungan ini dimaksudkan terutama untuk menyediakan air irigasi yang cukup sepanjang
tahun bagi sawah seluas 7.627 ha.
Disamping itu juga untuk menanggulangi dan menguragi banjir. Manfaat yang
berupa penyediaan air irigasi dapat dikatakan sebagai manfaat langsung karena memang
merupakan tujuan utama proyek itu, sedangkan penanggulangan banjir merupakan manfaat
sampingn. Memang sulit untuk membedakan manfaat langsung dan manfaat tidak
langsung secara tegas, namun kita secara sederhana dapat merasakannya.
Biaya langsung adalah biaya-biaya yang benar-benar dikelurkan seperti biaya
pembangunan dam itu sendiri, sedangkan biaya tidak langsung dari proyek itu berupa
pemindahan penduduk dari lokasi proyek ke daerah lain karena daerah proyek itu akan
digenangi air, hilangnya sebagian hutan, makam, dan sebaginya didaerah tersebut. Manfaat
dan biaya tidak langsung itu sering pula disebut sebagai manfaat dan biaya sekunder,
sedangkan manfaat dan biaya langsung disebut juga sebagai manfaat dan biaya primer.
c. Manfaat biaya riil dibedakan juga menjadi manfaat dan biaya yang “tangible” (yang dapat
diraba), dan yang “intangible” (yang tak dapat diraba). Istilah dapat diraba diterapkan bagi
manfaat dan biaya yang dapat dinilai dipasar, sedangkan manfaat dan biaya yang tidak
dapat dipasarkan adalah tidak dapat diraba.
d. Disamping perbedaan diatas, manfaat dan biaya riil dapat pula dibedakan menjadi manfaat
dan biaya “internal” dan “eksternal. Suatu proyek disuatu daerah (kabupaten misalnya)
dapat menghasilkan manfaat dan biaya didalam kabupaten itu sendiri (internal benefits and
isternal costs), tapi dapat pula memberikan manfaat dan biaya/pengorbanan dikabupaten
lain (eksternal benefits and eksternal costs). Kedua macam manfaat dan biaya ini harus
diperhitungkan dalam perhitungan manfaat dan biaya suatu proyek.
Analisa Manfaat dan Biaya (AMB) ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
Analisa ini digunakan untuk mengevaluasi proyek-proyek khususnya proyek pemerintah.
Konsep AMB sangat sederhana yaitu : mengenali manfaat (benefit) dan biaya (costs) atas
suatu proyek, kemudian mengukurnya dalam ukuran yang dapat diperbandingkan. Apabila
nili manfaat lebih besar daripada nilai biaya maka proyek tersebut akan menuju ke lokasi

14
sumber yang efisien. Kesulitan yang dihadapi ialah secara konseptual, AMB seperti
diuraikan diatas adalah sangat sederhana, tetapi dalam pelaksaannya akan banyak
mendapat kesulitan.
2.4 Mengenal dan Mengukur Manfaat Suatu Proyek
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa ini adalah :
a. Menentukan dampak dari proyek, yaitu barang dan jasa apa yang akan diperoleh dari
proyek tersebut,
b. Menyatakan dampat dari proyek tersebut secara kuantitatif
Biasanya langkah kedua menjadi sangat sulit, sebab berhubungan dengan bagaimana
kita mengukur manfaat. Untuk itu digunakan pendekatan sebagai nilai rupiah secara
maksimum orang-orang bersedia membayarnya karena memanfaatkan jasa-jasa proyek itu.
Dengan adanya masalah penunggang bebas (free rider), maka kita dapat secara tepat
meneliti siapa yang akan memanfaatkan proyek. Kesulitan yang lain adalah untuk
membedakan manfaat langsung (direct benefit) dan manfaat tidak langsung (indirect
benefit). Sering terjadi pula adanya penyimpangan-penyimpangan (error). Sehingga timbul
perhitungan ganda dalam menghitung manfaat suatu proyek.

2.5 Mengenal dan Mengukur Biaya Proyek


Konsekuensi dari suatu proyek adalah beban serta pengorbanan yang merupakan
biaya dari proyek tersebut. Penggunaan sumberdaya yang terlibat dalam suatu proyek,
akan meliputi pula “opportunity cost” dikarenakan pengorbanan atau hilangnya jasa
produktif pada sector lain. Sekalipun dalam menghitung biaya dalam suatu proyek jauh
lebih mudah daripada dalam menghitung manfaat, namun tetap tidak terlepas dari yang
namanya kesulitan, misalnya timbul perhitungan ganda (double counting). Suatu proyek
mungkin memiliki dampak terhadap suatu daerah tertentu, sedangkan proyek lain juga
mempunyai dampak terhadap daerah tersebut, misalnya sulit memisahkan antara dampak
proyek Bangun Desa dan program BIMAS terhadap kenaikan produksi padi didaerah
kelurahan Keduh Poh di Gunung Kidul.
Dalam menghitung biaya suatu proyek biasanya hanya diperhatikan lokasi dimana
proyek itu berada, namun sesungguhnya biaya ini tersebar ke seluruh perekonomian.
Misalnya jika pembiayaan proyek tersebut diambilkan pajak, sedangkan pajak itu akan
mempunyai pengaruh terhadap perekonomian secara makro, maka kalau dampak biaya
suatu proyek diperhitungkan juga secara makro akan timbul kesulitan dalam
memperkirakannya.

15
2.6 Menentukan Waktu dan Bunga Diskonto
Manfaat suatu proyek biasanya akan diterima beberapa tahun setelah proyek itu
selesai dan proyek itu akan selalu memberikan jasa-jasa yang akan diterima pada tahun-
tahun yang akan datang. Kesulitannya adalah untuk menentukan tingkat diskonto atau
tingkat bunga (discount rate) dan juga menentukan umur proyek tersebut. Sering suatu
proyek secara ekonomis sudah tidak berfungsi, tetapi secara teknis masih berfungsi atau
sebaliknya.
Tingkat Diskonto
Tingkat diskonto merefleksikan tingkat pengembalian (rate of return) yang
diperoleh dari suatu proyek dengan tingkat risiko tertentu. Jika suatu proyek tidak
memberikan keuntungan dan disyaratkan, maka proyek tersebut harus ditolak. Perhitungan
tingkat diskonto merupakan bagian yang cukup kompleks dalam analisis investasi. Untuk
memudahkan pemahaman mengenai konsep ini, terlebih dahulu akan dijelaskan praktek
yang dilakukan disektor swasta.
Pada sector swasta ada dau sumber peerdanaan, yaitu pembiayaan dengan modal
dan pembiayaan dengan utang, keuntungan . keuntungan yang diperoleh para kreditor
sebagai pemberi utang adalah berupa pembayaran bunga utang, sedangkan investor
memperoleh keuntungan berupa dividend an pengembalian atas saham yang dimilikinya.
Harga pasar saham merefleksikan laba yang diharapkan dimasa depan. Pembiayaan dengan
utang memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan pembiayaan dengan modal,
sehingga kreditor akan meminta tingkat pengembalian yang lebih rendah dibandingkan
dengan investor karena risiko investasi berbanding lurus dengan laba investasi. Semakin
tinggi risiko investasi, semakin tinggi keuntungan (laba) yang diharapkan. Disamping itu,
pembiayaan dengan utang juga memiliki biaya yang lebih kecil dibandingkan pembiayaan
dengan biaya modal. Biaya utang lebih murah dibandingkan dengan biaya modal sendiri
karena pembayaran bunga utang merupakan biaya yang mengurangi pajak. Biaya modal
total dapat dinayatakan dalam bentuk biaya modal rata-rata tertimbang dengan rumus :
Ko = Ke.(E/V) + Dd.(1-T).(D/V)
Dimana :
Ko = biaya modal total
Ke = biaya modal (tingkat pengembalian yang disyaratkan atas investasi modal)
Kd = biaya utang (tingkat pengembalian yang disyaratkan atas investasi utang)
T = tingkat pajak

16
E = harga pasar saham
D = harga pasar surat berharga utang
V = E + D = nilai pasar perusahaan secara keseluruhan

Berdasarkan asumsi bahwa seluruh biaya dan manfaat suatu proyek telah dinilai
cukup, masalah berikutnya yang perlu dipertimbangkan adalah menentukan tingkat
diskonto yang cocok yang akan digunakan. Karena antara biaya dan manfaat terjadi pada
titik waktu yang berbeda, maka nilai tersebut perlu didiskontokan selama beberapa periode
waktu sebelum berbagai alternative investasi diperbandingkan untuk menentukan investasi
mana yang akan dilakukan. Untuk tujuan analisis biaya-manfaat, perlu digunakan tingkat
diskonto social.
Salah satu pendekatan yang dapat ditempuh adlah dengan menyatakan social discount
rate sebagai suatu tingkat yang merefleksikan prefensi masyarakat terhadap manfaat saat
ini dibandingkan dengan manfaat yang akan diterima dimasa mendatang, atau disebut
social time prefence rate (STPR). Masalahnya yang muncul kemudian adalah bahwa alas
an memilih manfaat sekarang (current benefit) mungkin dipengaruhi oleh penilaian
individu yang terlalu rendah atas manfaat yang akan diperoleh dimasa depan. Asumsi yang
berlaku dalam pendekatan ini adalah generasi mendatang akan lebih sejatera daripada
generasi sekarang. Oleh karena itu, pengurangan terhadap kebutuhan manfaat yang tersedia
harus dilakukan.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Analisis biaya manfaat atau CBA (Cost Benefit Analysis) adalah pendekatan untuk
rekomendasi kebijakan yang memungkinkan analis membandingkan dan menganjurkan
suatu kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total
keuntungan dalam bentuk uang
2. Suatu prinsip yang ideal dalam kebijaksanaan pembuatan budget adalah jelas yaitu :
membuat pengeluaran-pengeluaran pemerintah bagi setiap tujuan sedemikian rupa
sehingga manfaat (benefit) dari pengeluaran satuan rupiah yang terakhir lebih besar
daripada atau paling tidak sama dengan hilangnya manfaat dan kegiatan-kegiatan lain
karena timbulnya pengeluaran pemerintah itu
3. Manfaat dan biaya satu proyek dapat dibedakan antara “manfaat dan biaya riil” (pecuniary
benefits and costs) dan “manfaat dan biaya semu” (pecuniary benefits and cots)
4. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisa ini adalah : Menentukan dampak dari
proyek, yaitu barang dan jasa apa yang akan diperoleh dari proyek tersebut, dan
Menyatakan dampat dari proyek tersebut secara kuantitatif
5. Konsekuensi dari suatu proyek adalah beban serta pengorbanan yang merupakan biaya dari
proyek tersebut. Penggunaan sumberdaya yang terlibat dalam suatu proyek, akan meliputi
pula “opportunity cost” dikarenakan pengorbanan atau hilangnya jasa produktif pada sector
lain. Sekalipun dalam menghitung biaya dalam suatu proyek jauh lebih mudah daripada
dalam menghitung manfaat, namun tetap tidak terlepas dari yang namanya kesulitan,
misalnya timbul perhitungan ganda (double counting)
18
6. Manfaat suatu proyek biasanya akan diterima beberapa tahun setelah proyek itu selesai dan
proyek itu akan selalu memberikan jasa-jasa yang akan diterima pada tahun-tahun yang
akan datang. Kesulitannya adalah untuk menentukan tingkat diskonto atau tingkat bunga
(discount rate) dan juga menentukan umur proyek tersebut. Sering suatu proyek secara
ekonomis sudah tidak berfungsi, tetapi secara teknis masih berfungsi atau sebaliknya.

3.2 Saran
Membahas mengenai Analisis Biaya dan Manfaat memang tidak akan pernah ada
ujungnya karena pembahasan ini akan meluas apalagi apabila ditambah dengan kasus-
kasus yang saat ini sudah meluas di telinga masyarakat pada umumnya. Semakin kita
dalami ilmu tersebut maka semakin tertariklah kita akan uniknya pembahasan ini.
Untuk membahas setiap bab nya pun tentu sungguh panjang lebar. Akan tetapi kami
hanya bisa membagikan sedikit pengetahuan saya tentang komunikasi khususnya tentang
bahasan yang telah kami bahas.
Namun saya berharap, walaupun pembahasan ini hanya beberapa lembar halaman
saja, semoga bahasan ini menjadi suatu yang bermanfaat bagi pembaca khususnya juga
bagi kami sebagai pemakalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kelancaran proses pembelajaran di makalah selanjutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Cullis, J.G. and P.R. Jones (1992) Public Final and Public Choice: Analytical
Pespectives, Mc-Graw-Hill.

2. de Neufville, R. (1990) Applied System Analysis : Engineering Planning and


Technology Management, McGraw-Hill, Inc.

3. Eatwell, J., M. Milgate, and P. Newman (1987) The New Palgrave a Dictionary of
Economics, Vol. 3, The Macmillan Press Limited, London.

4. Field, B.C. (1994) Environmental Economics: an Introduction, McGraw-Hill, Inc.

5. Mangkoesoebroto, G. (1998) Ekonomi Publik, BPFE-Yogyakarta.

6. Musgrave, R.A. and P.B. Musgrave (1989) Public Finance in Theory and Practive,
McGraw-Hill, Inc.

7. Reksohadiprodjo, S. dan A.B.P. Brodjonegoro (1997) Ekonomi Lingkungan: Suatu


Pengantar, BPFE-Yogyakarta. 8. Whiting, P.G. (2000) Monetary Valuation of Socio-
Economic Aspects in Environmental Impact Assessment: Some Thoughts, Jurnal Ekonomi
Lingkungan, Juni, CEES, Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai