Anda di halaman 1dari 51

ANALISIS BIAYA

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas mata kuliah Ekonomi Manajerial
Dosen Pengampu : Yuda Septia, S.E.,M.Si

Disusun Oleh :

Abdul Yunus 1188020001


Artian Saputri 1188020028
Aryani Fajri 1188020030

PRODI MANAJEMEN
FAKUKTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ekonomi
Manajerial.

Sholawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad


SAW. yang membawa kita ke zaman yang lebih baik.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada :

1. Prof. Dr. H. Mahmud M.Si. selaku Rektor UIN Sunan Gunug Djati
Bandung
2. Ahmad Ali Nurdin, Ph.D selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
3. Yuda Septia, S.E.,M.Si selaku dosen mata kuliah Manajemen Sumber
Daya Manusia yang telah membimbing, membina, dan memberikan
saran terbaiknya kepada penulis dalam proses penulisannya.
4. Teman-teman yang telah ikut berpartisipasi.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap semoga dapat bermanfaat


bagi penulis sendiri dan kepada pembaca.

Mohon maaf apabila dalam makalah yang penulis buat ini masih banyak
kesalahan atau pun kekurangan. Kami menerima saran dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.

Bandung, November 2019

Tim Penyusun

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1 KARAKTERISTIK BIAYA............................................................................. 3
2.2 FUNGSI BIAYA JANGKA PENDEK ............................................................ 5
A. Fungsi BiayaTotaI dan Biaya per Unit Jangka Pendek ................................ 5
B. Kurva BiayaTotal dan Biaya per Unit Jangka Pendek ................................. 9
2.3 KURVA BIAYA JANGKA PANJANG ........................................................ 11
A. Kurva Biaya Total Jangka Panjang .............................................................. 11
B. Kurva Biaya Rata-rata dan Biaya Marginal Jangka Panjang ................... 15
2.4 UKURAN PABRIK DAN SKALA EKONOMIS ......................................... 18
2.5 KURVA PEMBELAJARAN .......................................................................... 22
2.6 MINIMISASI BIAYA SECARA INTERNASIONAL SKALA
EKONOMISYANG BARU ........................................................................................ 25
2.7 MANAJEMEN LOGISTIK ATAU PENAWARAN BERANTAI.............. 28
2.8 ANALiSlS BIAYA-VOLUME-LABA DAN TUASAN OPERASI ............. 30
2.9 ESTIMASI EMPIRIS FUNGSI BIAYA ....................................................... 36
BAB III............................................................................................................................. 46
PENUTUP........................................................................................................................ 46
3.1. Simpulan .......................................................................................................... 46
3.2. Saran ................................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 47

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang kita ketahui , bahwa tujuan dari suatu perusahaan secara umum
adalah untuk memaksimalkan laba. Laba total sama dengan selisih positif antara
penerimaan total dan biaya total. Dalam bab ini, kita membahas biaya dan
peranannya dalam pengambilan keputusan . fungsi suatu biaya perusahaan
diturunkan dari kombinasi input optimum yang menunjukan bahwa biaya
minimal dalam memproduksikan berbagai tingkat output. Sangat jelas bahwa
biaya merupakan faktor penting bagi pengambilan keputusan manajerial, dan
analisis biaya merupakan suatu aspek utama dalam ekonomi manajerial.
Bab ini dimulai dengan pembahasan sifat-sifat dasar atau karakteristik biaya
produksi. Halini mencangkup biaya eksplisit dan implisit, biaya relevan, dan
biaya tambahan. Kita juga akan menurunkan kurva jangka pendek dan jangka
panjang untuk biaya total, rata-rata dan marginal suatu perusahaan. Setelah itu
kita membahas ukuran pabrik dan dan skala ekonomis, cakupan ekonomis, dan
kurva pembelajaran. Secara berurutan kita mendiskusikan perdagangan
internasional dalam input dan perpindahan tenaga kerja terdidik , manajemen
logistik dan penawaran berantai. Begitu pula dengan analisis titik impas dan
fungsi biaya secara empiris.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun yang rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik biaya?
2. Apa saja yang termasuk biaya jangka pendek dan jangka panjang, lalu
seperti apa kurva biaya jangka pendek dan panjang?
3. Seperti apa ukuran pabrik dan skala ekonomis?
4. Apa yang dimaksud dengan kurva pembelajaran?
5. Bagaimana minimisasi biaya secara internasional?

1
6. Jelaskan seperti apa manajemen logistik atau penawaran berantai itu!
7. Bagaimana analisis biaya-volume –laba dan tuasan operasi?
8. Untuk apa estimasi empiris fungsi biaya?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun yang menjadi tujuan disusunnya makalah ini adalah diantaranya :
1. Memahami dan menerangkan karasteristik biaya
2. Menerangkan lebih mendalam tentang skala ekonomis dari hubungan antara
biaya jangka pendek dan panjang.
3. Memahami dan menerangkan lebih rinci tentang ukuran pabrik dan skala
ekonomis
4. Menerangkan tentang kurva pembelajaran
5. Memahami dan mempelajari tentang minimisasi biaya secara internasional
skala ekonomi baru
6. Menerangkan lebih mendalam tentang manajemen logistik atau penawaran
barantai
7. Memahami dan menggunakan teknik analisis yang digunakan untuk
mempelajari biaya-volume-laba dan tuasan operasi
8. Memperjelas tujuan estimasi empiris fungsi biaya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KARAKTERISTIK BIAYA


Salah satu hal penting dalam analisis biaya adalah perbedaan antara biaya
eksplisit dan implisit. Biaya eksplisit (explicit cost) berarti pengeluaran aktual
perusahaan untuk mempekerjakan tenaga kerja, menyewa atau membeli input
yang dibutuhkan dałam produksi. Termasuk di dalamnya adalah upah tenaga
kerja, harga sewa modal, perlengkapan, gedung, dan harga pembelian bahan
mentah serta barang setengah jadi. Biaya implisit (implicit cost) berarti nilai
input yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dałam aktivitas produksinya
sendiri. Meskipun perusahaan tidak mengeluarkan sejumlah biaya aktual
tertentu dałam menggunakan input tersebut, input-input itu tidaklah gratis,
karena perusahaan dapat menjual atau menyewakan input yang dimiliki kepada
perusahaan lain. Jurnlah input yang dimiliki yang dapat perusahaan jual atau
sewakan kepada perusahaan lain mencerminkan biaya produksi perusahaan
yang memiliki dan menggunakan input-input tersebut. Biaya implisit meliputi
gaji tertinggi yang dapat diperoleh oleh si pengusaha apabila bekerja di tempat
alternatif terbaiknya (misalkan mengelola perusahaan lain), dan pendapatan
tertinggi yang dapat diperoleh perusahaan dari menginvestasikan modalnya
dalam alternatif lain yang paling menguntungkan atau menyewakan tanah dan
bangunan yang dimiliki kepada penawar tertinggi (dibandingkan dengan
menggunakan sendiri).

Dalam ilmu ekonomi, baik biaya eksplisit maupun implisit harus


dipertimbangkan. Artinya, dałam mengukur biaya produksi, perusahaan harus
memasukkan biaya alternatif atau biaya oportunitas (alternative or opportunity
cost) seluruh input, baik yang dimiliki atau dibeli perusahaan. Alasannya bahwa
perusahaan tidak menahan input yang disewa jika input tersebut dibayar dengan
harga yang lebih rendah dari harga yang dibayar oleh perusahaan lain. Biaya
ekonomis (economic cost) seperti ini harus dibedakan dari biaya akuntansi
(accounting cost), yang hanya mengacu pada pengeluaran aktual perusahaan

3
atau biaya eksplisit, yang digunakan untuk membeli atau menyewa input. Biaya
akuntansi atau biaya historis penting untuk laporan keuangan perusahaan dan
untuk pajak. Bagi tujuan pengambilan keputusan manajerial (yang merupakan
perhatian utama dalam hal ini), biaya ekonomis atau biaya oportunitas adalah
konsep biaya relevan (relevant cost) yang harus digunakan. Dua contoh berikut
akan memperjelas perbedaan tersebut dan menggaris bawahi peranannya dalam
mengambil keputusan manajerial yang tepat.

Satu contoh adalah dari 'penilaian sediaan' (inventory valuation). Misalkan


sebuah perusahaan membeli bahan mentah seharga $100, tetapi kemudian harga
input tersebut jatuh menjadi $60. Akuntan tetap akan mencatat biaya bahan
mentah pada harga historisnya, yaitu $100. Namun, seorang ekonom akan
menilai bahan mentah tersebut pada nilai sekarang atau nilai penggantinya.
Kegagalan melakukan hal ini mungkin akan menyebabkan pengambilan
keputusan manajerial yang keliru. Hal ini terjadi jika perusahaan memutuskan
untuk tidak memproduksi suatu komoditas atau barang yang menyebabkan
kerugian jika, bahan mentah dinilai pada harga atau biaya historisnya sebesar
$100, tetapi akan untung jika harga bahan mentah dinilai pada tingkat harga
yang berlaku (sekarang) atau nilai penggantinya sebesar $60. Kenyataan bahwa
perusahaan membayar input tersebut seharga $100 tidak relevan dengan
keputusan produksi saat ini karena perusahaan hanya dapat memperoleh $60
jika bahan mentah tersebut dijual sekarang. Pengurangan harga bahan mentah
sebesar $40 merupakan biaya terbenam (sunk cost) yang seharusnya tidak
menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil keputusan
manajerialnya.

Contoh lainnya ditunjukkan oleh pengukuran biaya penyusutan (depresiasi)


untuk aset yang tahan lama atau berumur panjang. Misalkan suatu perusahaan
membeli sebuah mesin seharga $1.000. Jika umur mesin tersebut diperkirakan
10 tahun dan akuntan menghitung penyusutan dengan menggunakan metode
penyusutan garis lurus atau straight line (yaitu $100 per tahun), nilai akuntansi
dari mesin tersebut adalah nol pada akhir tahun ke sepuluh. Anggap bahwa

4
mesin tersebut dapat tetap digunakan (untuk tetap bertahan) untuk tahun
berikutnya, dan perusahaan dapat menjual mesin tersebut seharga $120 pada
akhir tahun ke sepuluh atau menggunakannya untuk tahun-tahun selanjutnya.
Biaya penggunaan mesin tersebut nol sepanjang akuntan mempertimbangkan
(karena mesin tersebut telah didepresiasi secara penuh), tetapi bagi ekonom
nilainya tetap $120. Penetapan biaya yang tidak tepat sebesar nol untuk
penggunaan mesin akan menjadi salah dalam sudut pandang ekonom dan dapat
menyebabkan pengambilan keputusan manajerial yang keliru.

Dalam mendiskusikan biaya produksi, kita juga harus membedakan antara


biaya marginal dan biaya tambahan. Biaya marginal berarti perubahan biaya
total untuk satu unit perubahan output. Sebagai contoh, jika biaya total adalah
$140 untuk memproduksi 10 unit output dan $150 untuk memproduksi 11 unit
output, biaya marginal dari unit ke-ll adalah $10. Biaya tambahan (incremental
cost) di sisi lain, konsep yang lebih luas yang merujuk pada perubahan biaya
total dari implementasi keputusan manajerial tertentu, seperti memperkenalkan
produk baru, melakukan kampanye iklan, atau memproduksi sendiri komponen
yang telah dibeli Sebelumnya. Biaya-biaya yang tidak terpengaruh oleh
keputusan tersebut adalah biaya yang tidak relevan dan disebut dengan biaya
terbenam (sunk cost).

2.2 FUNGSI BIAYA JANGKA PENDEK


Dalam subbab ini kita mernbedakan antara biaya tetap (fixed cost) dengan
biaya variabel (variable cost) dan menurunkan fungsi biaya total dan biaya per
unit dari suatu perusahaan. Fungsi biaya ini diturunkan dari harga input dan
kombinasi input optimum yang digunakan untuk memproduksi berbagai tingkat
output (seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya).

A. Fungsi BiayaTotaI dan Biaya per Unit Jangka Pendek


Jangka pendek merupakan suatu periode dimana beberapa input
perusahaan adalah tetap (tidak dapat diubah dengan mudah, kecuali
mungkin dengan beban yang besar). Kewajiban total perusahaan per
periode waktu untuk seluruh input tetap disebut biaya tetap total (total fixed

5
cost / TFC). Biaya ini meliputi pembayaran bunga terhadap modal yang
dipinjam, pengeluaran sewa terhadap pabrik yang disewa dan perlengkapan
(atau depresiasi yang diasosiasikan dengan lamanya waktu pemilikan
pabrik dan perlengkapan), pajak kepemilikan benda-benda dan gaji
(termasuk untuk top manajemen) yang tetap karena kontrak, yang harus
dibayar selama umur kontrak tanpa melihat apakah perusahaan berproduksi
atau tidak. Biaya variabel total (total variable cost / TVC), di Sisi lain,
adalah kewajiban total perusahaan per periode waktu untuk seluruh input
variabel yang digunakan. Input variabel adalah input yang dapat dengan
mudah diubah oleh perusahaan dalam waktu yang singkat. Termasuk dalam
biaya variabel pembayaran adalah untuk bahan mentah, bahan bakar,
depresiasi yang dikaitkan dengan penggunaan pabrik dan peralatan,
sebagian besar biaya tenaga kerja, pajak, dan lain-lain. Biaya total (total
cost/TC) sama dengan biaya tetap total (TFC) ditambah dengan biaya
variabel total (TVC). Artinya:

TC- TFC+ TVC (7-1)

Dengan keterbatasan yang ditimbulkan oleh pabrik dan peralatan


yang ada, perusahaan dapat mengubah-ubah outputnya dalam jangka
pendek dengan melakukan variasi penggunaan input variabel. Hal ini
menyebabkan meningkatnya fungsi TFC, TVC, dan TC dari perusahaan.
Fungsi ini menunjukkan biaya tetap, variabel, dan biaya total yang minimal
bagi perusahaan untuk menggunakan kombinasi berbagai tingkat output
tertentu dengan asumsi bahwa perusahaan menggunakan kombinasi input
yang optimum atau dengan biaya rendah. Sehingga, biaya total untuk
memproduksi suatu tingkat output tertentu diperoleh dengan mengalikan
kuantitas optimum dari masing-masing input dikalikan dengan harga input
dan kemudian menambahkan seluruh biaya ini. Dalam mendefinisikan
fungsi biaya, seluruh input dinilai atas dasar biaya oportunitasnya, yang
mencakup baik yang eksplisit maupun yang implisit. Harga input

6
diasumsikan tetap konstan dengan mengabaikan kuantitas yang diminta
,pada masing-masing input oleh perusahaan.
Dari fungsi biaya tetap total, biaya variabel total, dan biaya total,
kita dapat menurunkan fungsi biaya per unit (biaya tetap rata-rata, rata-rata
variabel, variabel total dan marginal).

Sehingga :

𝑇𝐹𝐶
AFC = (7-2)
𝑄

𝑇𝑉𝐶
AVC = (7-3)
𝑄

𝑇𝐶
ATC = 𝑄 = AFC + AVC (7-4)

Δ𝑇𝐶 Δ𝑇𝑉𝐶
MC = = (7-5)
Δ𝑄 Δ𝑄

Tabel 7-1.

7
( Figur 7-1 ) Kurva Biaya Total dan Biaya Per Unit Jangka Pendek.

Pada sebelah atas menunjukkan bahwa TVC adalah nol pada saat
output nol dan meningkat sejalan dengan pertambahan output. Pada titik G'
hukum hasil yang semakin menurun mulai berlaku. Kurva TC mempunyai
bentuk yang sama dengan kurva TVC dan berada di atas TVC sebesar $60
(TFC). Panel bawah menunjukkan kurva AVC, ATC dan MC yang
berbentuk U. AFC = ATC - AVC dan menurun secara kontinyu seiring
dengan peningkatan output. Kurva MC mencapai minimum sebelum kurva
AVC dan ATC mencapai minimum dan memotong kurva tersebut dari
bawah pada titik terendahnya.

8
B. Kurva BiayaTotal dan Biaya per Unit Jangka Pendek
Tabel 7-1 menunjukkan skedul hipotesis biaya total dan biaya per unit
perusahaan dalam jangka ini diplot dalam Figur 7-1. Dari kolom 2 Tabel 7-
1 kita lihat TFC adalah $60 berapapun tingkat outputnya. TVC (kolom 3)
adalah nol pada saat output dan meningkat sejalan dengan penambahan
output. sampai dengan titik G' (titik belok pada panel atas Figur 7-1),
perusahaan menggunakan sedikit input variabel dengan input tetap dan
hukum hasil yang menjadi tidak berlaku. Sehingga, kurva TVC menghadap
ke bawah atau bertambah pada suatu tingkat yang menurun.

Setelah titik G' (untuk tingkat output yang lebih besar dari 1,5 unit
pada panel atas Figur hasil yang semakin menurun berlaku, dan kurva TVC
menghadap ke atas atau naik pertumbuhan yang semakin bertambah.
Karena TC = TFC + TVC, kurva TC bentuk yang sama dengan kurva IVC
tetapi berada di atas kurva TC sebesar $60 setiap tingkat output. Skedul
TVC dan TC diplot pada panel atas Figur 7-1.

. Skedul biaya-biaya per unit ini diplot dalam panel bawah Figur 7-1.
Ingat bahwa MC diplot setengahnya di antara berbagai tingkat output. Dari
Tabel 7-1 dan panel bawah Figur 7-1 kita lihat bahwa kurva AVC, ATC,
dan MC pertama menurun dan kemudian menaik (sehingga berbentuk U).
Karena jarak vertikal antara kurva ATC dan AVC sama dengan AFC, kurva
AFC terpisah tidak di gambarkan. Ingat bahwa FC menurun secara
kontinyu sejalan dengan meningkatnya output karena sejumlah biaya tetap
total disebarkan ke dalam unit output yang lebih banyak. Secara grafis,
AVC adalah kemiringan garis dari titik asal menuju kurva TVC, ATC sama
dengan kemiringan garis dari titik asal menuju kurva TC, sementara MC
adalah kemiringan dari kurva TVC. Ingat bahwa kurva MC mencapai titik
minimal sebelum (pada tingkat output yang lebih rendah) dan memotong
dari bawah kurva AVC dan ATC pada titik terendahnya.

Kita dapat menjelaskan bentuk U dari kurva AVC sebagai berikut.


Dengan tenaga kerja sebagai satu-satunya input variabel, TVC untuk setiap

9
tingkat output (Q) sama dengan tingkat upah (w yang diasumsikan tetap)
dikalikan dengan kuantitas tenaga kerja (L) yang digunakan. Jadi,

𝑇𝑉𝐶 𝑤𝐿 𝑤 𝑤
AVC = = = 𝑄/𝐿 = 𝐴𝑃𝐿 (7-6)
𝑄 𝑄

Karena produk fisik rata-rata tenaga kerja (APL atau Q/L) biasanya
meningkat pertama kali mencapai maksimum, dan kemudian menurun, hal
tersebut diikuti kurva AVC juga pertama kali menurun, mencapai
minimum, dan kemudian naik. Karena kurva AVC berbentuk U, kurva
ATC juga berbentuk U. Kurva ATC berlanjut turun setelah kurva AVC
mulai naik selama penurunan AFC melebihi peningkatan kurva AVC.

Bentuk U dari kurva MC dapat dijelaskan secara serupa sebagai


berikut:

Δ𝑇𝑉𝐶 Δ(𝑤𝐿) w(ΔL) w 𝑤


MC = = = = Δ𝑄/∆𝐿 = 𝑀𝑃𝐿 (7-7)
Δ𝑄 Δ𝑄 Δ𝑄

Karena produk marginal tenaga kerja (MPL atau ∆Q/∆L) pertarna kali
meningkat, mencapai maksimum, dan kemudian menurun, kurva MC juga
pertama kali menurun, mencapai minimum dan kemudian meningkat.
Sehingga, bagian yang naik dari kurva MC mencerminkan operasi hasil
yang menurun.

(Aplikasi Kasus 7-1) Kurva Biaya Per Unit dalam Penanaman Jagung

Figur 7-2 menunjukkan estimasi AVC, ATC, dan MC per ribuan ton
jagung yang tumbuh di perkebunan di Iowa pada tahun 1971. Kurva biaya
AVC, ATC, dan MC dalam garnbar mempunyai bentuk yang umum yang
sama seperti kurva dalam panel bawah Figur 7-1. Perhatikan bahwa sekali

10
MC mulai naik dalam gambar tersebut, maka peningkatan MC sangat
cepat. Hal ini berlaku tidak hanya dalam penanaman jagung, tetapi juga
dalam banyak kasus di dunia nyata. Sebagai contoh, biaya perjalanan
(dalarn kaitannya dengan waktu perjalanan) meningkat dengan tajam
selama jam-jam sibuk di jalan raya. Sama juga halnya, biaya pendaratan
(kaitkan dengan waktu pendaratan) di pelabuhan udara meningkat dengan
pesat selama jam-jam sibuk (antara 03.00-05.00 sore).

Estimasi kurva ATC, AVC, dan MC dari persamaan jagung adalah U


sebagaimana ditunjukkan dalam panel bawah Figur 7-1, sekali kurva MC
dari jagung mulai naik, maka kurva MC meningkat secara cepat.

2.3 KURVA BIAYA JANGKA PANJANG


Dalam subbab ini kita akan menurunkan kurva biaya total, rata-rata dan
marginal jangka panjang suatu perusahaan. Kita kemudian melihat hubungan
antara kurva biaya rata-rata jangka panjang dengan kurva biaya rata-rata jangka
pendek perusahaan tersebut.

A. Kurva Biaya Total Jangka Panjang


Jangka panjang merupakan suatu periode di mana seluruh input
adalah variabel. Sehingga, seluruh biaya adalah variabel dalam jangka
panjang (artinya, perusahaan tidak menghadapi biaya tetap). Panjangnya
waktu jangka panjang tergantung industri. Pada beberapa industri jasa,
seperti dry-cleaning, periode waktu jangka .panjang mungkin hanya

11
beberapa bulan atau minggu. Untuk industri lain yang padat modal, seperti
konstruksi pabrik pembangkit listrik yang baru, periode waktu jangka
panjang mungkin menjadi beberapa tahun. Semua tergantung dari lamanya
periode waktu yang dibutuhkan oleh perusahan untuk dapat melakukan
variasi pada seluruh input.
Kurva biaya total jangka panjang (long-run total cost / LTC)
diturunkan dari pola ekspansi perusahaan dan menunjukkan biaya total
jangka panjang minimal dalam memproduksi berbagai tingkat output.
Kurva biaya ratarata dan marginal jangka panjang perusahaan diturunkan
dari biaya total jangka panjang. Penurunan ini ditunjukan dalam Figur7-3.
Panel atas Figur 7-3 menunjukkan garis ekspansi perusahaan. Garis
ekspansi menunjukkan kombinasi input optimum dalam memproduksi
berbagai tingkat output. Sebagai contoh, titik A menunjukkan bahwa untuk
memproduksi 1 unit output (IQ), perusahaan menggunakan 4 unit tenaga
kerja (4L) dan 4 unit modal (4K). Jika upah tenaga kerja (w) adalah $10
per unit dan harga sewa modal (r) juga $10 Per unit, biaya total minimum
untuk memproduksi output IQ adalah: (4L) ($10) + (4K) ($10) = $80
Hal ini ditunjukkan Oleh titik A ' pada panel tengah, di mana sumbu
vertikal mengukur biaya total dan sumbu horisontal mengukur output. Dari
titik C pada garis ekspansi di panel atas kita memperoleh titik C' (SI 00)
pada kurva LTC pada panel tengah untuk output sejumlah 20. Titik-titik
Iain dalam kurva LTC diperoleh dengan cara yang sama.
Perhatikan bahwa kurva LTC dimulai pada titik asal karena tidak
ada biaya tetap pada jangka panjang.
Dari kurva LTC kita dapat menurunkan kurva biaya rata-rata jangka
panjang (long-run averag ecost - LAC) dari suatu perusahaan. LAC adalah
sama dengan LTC dibagi dengan Q yaitu:

𝐿𝑇𝐶
LAC = (7-8)
𝑄

12
Sebagai contoh, LAC untuk memproduksi IQ yang diperoleh
dengan membagi LTC sebesar $80 (titik A' pada kurva LTC di panel tengah
Figur 7-3) dengan 1.
Hal ini menunjukkan kemiringan garis dari titik asal ke titik A' pada
kurva LTC dan diplot sebagai titik A" di panel bawah dalam Figur 7-3.
Titik-titik Iain pada kurva LTC diperoleh dengan cara yang sama. Catatan
bahwa kemiringan dari garis titik asal ke kurva LTC menurun sampai ke
titik G' (panel tengah Figur 7-3) dan kemudian naik. Sehingga kurva LAC
pada panel bawah menurun sampai titik G" (4Q) dan naik sesudahnya.
Sangat penting untuk diingat bahwa sementara bentuk U kurva biaya
rata-rata jangka pendek (SAC) didasarkan pada operasi hukum hasil yang
menurun (yang dihasilkan dari keberadaan input tetap jangka pendek),
bentuk U kurva LAC tergantung pada skala hasil Yang meningkat, tetap,
dan menurun yang akan dijelaskan pada Subbab 7-4.
Dari kurva LTC kita juga dapat menurunkan kurva biaya marginal
jangka panjang (long run marginal costs—LMC). Kurva ini mengukur
perubahan LTC per unit perubahan Output dan ditunjukkan oleh
kemiringan dari kurva LTC. Sehingga,

Δ𝐿𝑇𝐶
LMC = (7-9)
Δ𝑄

Sebagai contoh, peningkatan output dari 0Q menjadi 1Q


meningkatkan LTC dari $0 menjadi $80. Sehingga, LMC adalah $80 dan
diplot pada 0,5 (setengah dari jarak 0Q dan 1Q) dalam panel bawah Figur
7-3. Meningkatnya Output dari 1Q menjadi 2Q menyebabkan peningkatan
dalam LTC dari $80 menjadi $100, atau sebesar $20 (diplot pada 1,5 dalam
panel bawah), dan Iain-Iain. Perhatikan bahwa hubungan antara LMC dan
LAC sama dengan MC jangka pendek dan ATC atau AVC. Sehingga,
kurva LMC mencapai titik terendah pada tingkat output yang lebih kecil
dibandingkan kurva LAC dan memotong kurva LAC dari bawah pada titik
terendah kurva LAC.

13
(Figur 7-3) Penurunan Kurva Biaya Total, rata-rata, dan
Marginal dalam Jangka Panjang.

Dari titik A pada garis ekspansi dalam panel paling atas, dan w=$10
dan r = $10, kita memperoleh titik A' pada kurva biaya total jangka panjang
pada panel tengah. Titik-titik lain dari kurva LTC diperoleh dengan cara
yang sama. Kurva biaya rata-rata jangka panjacg (LAC) pada panel bawah
ditunjukkan oleh kemiringan garis dari titik asal kurva LTC. Kurva LAC
turun sampai dengan titik G" (4Q) karena skala hasil meningkat dan naik
setelah itu, skala hasil menurun. Kurva biaya marginal jangka panjang
ditunjukkan oleh kemiringan kurva LTC dan memotong bawah pada titik
terendah dari kurva LAC.

14
(Figur 7-4) Hubungan antara Kurva Biaya Rata-rata Jangka Pendek
dan Jangka Panjang.

Panel yang atas, kurva LAC ditunjukkan oleh titik A”B*C”E*


G”J*R” dengan asumsi bahwa perusahaan hanya dapat membangun empat
skala pabrik (SAC1,SAC2,SAC3, dan SAC4). Pada panel yang bawah, kurva
LAC adalah kurva halus A”B”C”D”E”F”G”H”I”J”N”R” dengan asumsi
bahwa perusahaan dapat membangun skala pabrik dalam jumlah yang
sangat besar atau bahkan tidak terbatas dalam jangka panjang.

B. Kurva Biaya Rata-rata dan Biaya Marginal Jangka Panjang


Kurva biaya rata-rata jangka panjang menunjukkan biaya produksi
rata-rata terendah dalam memproduksi setiap titik output di mana
perusahaan dapat membangun pabrik yang paling tepat untuk memproduksi
setiap tingkat output. Hal ini ditunjukkan dalam Figur 7-4. Panel atas Figur
7-4 didasarkan asumsi bahwa penrusahaan dapat membangun empat skala
pabrik (ditunjukkan oleh SAC1, SAC2, SAC3, dan SAC4) sementara panel
bawah Figur 7-4 didasarkan asumsi bahwa perusahaan dapat membangun
pabrik dalam jumlah yang lebih banyak atau skala pabrik dalam jumlah
tidak terbatas.

Panel atas Figur 7-4 menunjukkan bahwa biaya rata-rata mininial


untuk memproduksi output sebesar 1 unit (1Q) sebesar $80 dan dihasilkan

15
ketika perusahaan beroperasi pada skala pabrik yang ditunjukkan oleh
SAC1 (skala pabrik terkecil yang mungkin) pada titik A". Perusahaan dapat
memproduksi sebanyak 1,5Q dengan biaya rata-rata sebesar $70 dengan
menggunakan skala pabrik yang ditunjukkan oleh SAC1 atau skala pabrik
yang Iebih besar seperti ditunjukkan oleh SAC2 pada titik B* (lihat panel
atas Figur 7-4). Untuk memproduksi 2Q, perusahaan menggunakan skala
pabrik SAC2 pada titik C" ($50) dibanding mcnggunakan skala pabrik yang
lebih kecil SAC1 pada titik C* (titik terendah pada SACL1 yang
menunjukan biaya rata-rata sebesar $67). Sehingga perusahaan lebih
fleksibel pada jangka panjang dibandingkan dalam jangka pendek. Untuk
memproduksi output sebesar 3Q, perusahaan bersifat indiferen antara
menggunakan pabrik SAC2 atau menggunakan skala pabrik yang lebih
besar, yaitu SAC3 pada titik E* ($60). Biaya rata-rata minimal
memproduksi 4Q ($30) dicapai ketika perusahaan memproduksi dengan
menggunakan menggunakan pabrik SAC3 pada titik G" (titik terendah pada
skala SAC3). Untuk memproduksi outputscbanyak 5Q, perusahaan
beroperasi dengan menggunakan skala pabrik SAC3 atau skala pabrik yang
lebih besar pada titik J* ($60). Terakhir, biaya minimal untuk memproduksi
6Q dicapai apabila perusahaan beroperasi dengan menggunakan skala
pabrik SAC4 (skala pabrik terbesar) pada titik R" ($50).

Jadi, jika perusahaan dapat membangun hanya empat skala pabrik


sepcrti ditunjukkan dalam panel atas Figur 7-4, kurva biaya rata-rata jangka
panjang perusahaan akan menjadi A"B*C"E*G"J*R". Jika perusahaan
dapat membangun lebih banyak skala pabrik, patahan pada titik B*, E*, dan
J* akan menjadi kurang jelas, seperti ditunjukkan oleh panel bawah Figur
7-4. Dengan batasan, seiring dengan meningkatnya jumlah skala pabrik
yang dapat dibangun perusahaan pada masa jangka panjang, kurva LAC
mendekati kurva hasil yang ditunjukkan oleh kurva LAC pada panel bawah
Figur 7-3 dan 7-4. Seilingga kurva LAC bersingungan atau "envelope" dari
berbagai kurva SAC dan menunjukkan biaya rata-rata minimal untuk
memproduksi berbagai tingkat output dalam jangka panjang, apabila

16
perusahaan dapat membangun segala macam skala pabrik. Ingat bahwa
hanya pada titik G" (titik terendah dari kurva LAC) perusahaan
menggunakan skala pabrik yang optimum pada titik terendahnya. Di
sebelah titik G", perusahaan beroperasi pada bagian yang menurun dari
kurva SAC yang relevan yang sesuai (lihat panel atas Figur 7-4).

Jangka panjang sering diartikan sebagai horizon perencanaan


(planning horizon) karena perusahaan dapat membangun pabrik yang
meminimumkan biaya produksi pada setiap tingkat output yang diharapkan.
Sekali pabrik dibangun, perusahaan beroperasi dalam jangka pendek.
Sehingga perusahaan merencanakan untuk jangka panjang dan beroperasi
dalam jangka pendek.

Aplikasi Kasus 7-2 Kurva Biaya Rata-rata Jangka Panjang pada


Pembangkit Listrik.

Figur 7-5 menunjukkan estimasi kurva LAC untuk sampel 114


perusahaan yang menghasilkan listrik di Amerika Serikat pada tahun 1970.
Gambar tersebut memperlihatkan bahwa LAC terendah pada tingkat output
sekitar 32 miliar kilowatt-jam. Kurva LAC, bagaimanapun, hampir
berbentuk L (alasannya dan signifikansinya dijelaskan pada Subbab 7-4).
Untak menghindari meningkatnya biaya yang mereka keluarkan dalam
memproduksi sumber daya yang lebih berguna dalam memenuhi
permintaan konsumen, perusahaan pembangkit daya listrik tetah membeli
lebih banyak daya dari produsen daya independen. Tetapi semua ini berubah
sangat cepat karena industri harus menghadapi deregulasi dan akhir
kekuatan monopoli. Lebih jauh lagi, kemajuan teknologi sekarang ini telah
mengurangi secara drastis biaya rata-rata memproduksi listrik dengan
generator micro-turbine, dan hal ini memberikan pilihan bagi perusahaan
untuk membangkitkan listrik mereka sendiri secara efisien.

17
Figur ini menunjukkan estimasi kurva LAC pada pembangkit
linstrik di Amerika untuk contoh 114 perusahaan di tahun 1970. Kurva
LAC terendah terjadi pada tingkat output 32 miliar kilowatt-jam, tetapi
kurva LAC hamper berbentuk L.

2.4 UKURAN PABRIK DAN SKALA EKONOMIS


Pada panel bawah Figur 7-3 dan 7-4, kurva LAC telah di gambar dalam
bentuk U. Hal ini di dasarkan pada asumsi bahwa skala ekonomis hadir pada
tingkat output yang kecil dan skala disekonomis muncul pada tingkat output yang
lebih besar. Seperti ditunjukkan dalam Subbab 6-6, “skala ekonomis” merujuk pada
suatu situasi di mana pertumbuhan output secara proporsional lebih cepat
dibandingkan input. Sebagai contoh, output yang dihasilkan lebih dari dua kali lipat
apabila digandakan. Dengan harga input tetap konstan, ini akan menyebabkan biaya
per unit output menjadi lebih rendah. Sehingga skala hasil meningkat tercermin
dalam penurunan kurva LAC. Di sisi lain, skala hasil menurun berarti suatu situasi
di mana pertumbuhan output secara proporsional lebih rendah dibandingkan
penggunaan input. Dengan harga input konstan, akan menyebabkan biaya per unit
menjadi lebih tinggi; Sehingga, skala hasil menurun tercermin dalam suatu kurva
LAC yang meningkat (naik). Titik terendah pada kurva LAC terjadi pada tingkat
output di mana tekanan terhadap skala hasil meningkat dan menjadi seimbang
dengan tekanan terhadap skala hasil menurun.

18
Skala hasil meningkat atau biaya yang menurun timbul karena alasan
teknologi dan keuangan. Pada tingkat teknologi, skala ekonomis timbul karena
begitu skala operasi meningkat, pembagian tenaga kerja dan spesialisasi dalam
jumlah lebih besar dapat terjadi, dan lebih banyak mesin yang produktif dan
terspesialisasi yang dapat digunakan. Secara spesilik, dengan skala operasi yang
besar, setiap pekerja dapat ditugaskan untuk melakukan tugas yang berulang-ulang
dibandingkan dengan harus mengerjakan tugas yang berbeda dalam jumlah yang
banyak. Hal ini menghasilkan peningkatan keahlian dan menghindari kerugian
waktu dalam pergerakan dari satu mesin ke mesin lainnya. Pada skala operasi yang
besar, mesin yang lebih produktif dan terspesialisasi dapat juga dipergunakan.
Sebagai contoh, menggunakan sabuk pembawa untuk menurunkan muatan pada
truk kecil mungkin tidak tepat, tetapi sangat meningkatkan efisiensi dalam
menurunkan muatan sebuah kereta api atau kapal laut. Lebih jauh lagi, beberapa
sifat fisik peralatan dan mesin juga membawa skala hasil meningkat. Sebagai
Contoh, dengan menggandakan ukuran diameter pipa menyebabkan kecepatan
aliran lebih dari dua kali lipat tanpa menambah biaya sebesar dua kali lipat,
menggandakan bobot kapal laut lebih dari menggandakan kapasitasnya untuk
membawa kargo tanpa menggandakan biaya, dan sebagainya. Sehingga, biaya per
unit menurun. Perusahaan juga perlu sedikit pengawas, lebih sedikit suku cadang,
dan sediaan per unit output yang lebih sedikit begitu skala operasi meningkat.
Di samping alasan teknologi di atas untuk skala hasil meningkat atau skala
hasil menurun, terdapat juga alasan keuangan yang timbul ketika ukuran
perusahaan juga meningkat. Oleh karena pembelian dalam jumlah besar,
perusahaan besar lebih mungkin untuk menerima diskon dalam pembelian bahan
mentah dan input antara lainnya, dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Perusahaan besar biasanya dapat menjual obligasi dan saham secara lebih
menguntungkan dan menerima pinjaman dari bank pada tingkat bunga yang lebih
rendah dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan juga dapat mencapai
skala ekonomis atau biaya yang menurun dalam iklan dan usaha-usaha promosi
lainnya. Untuk seluruh alasan teknologi dan keuangan ini, kurva LAC dari

19
perusahaan cenderung menurun sejalan dengan ekspansi perusahaan dan menjadi
lebih besar.
Skala hasil menurun, di pihak lain, timbul terutama karena skala operasi
yang meningkat, sehingga menjadi lebih sulit untuk mengelola perusahaan secara
lebih efektif dan mengoordinasikan ke berbagai Operasi dan divisi perusahaan
tersebut. Jumlah pertemuan, kertas kerja, dan rekening telepon meningkat secara
proporsional lebih dari peningkatan dalam skala operasi, dan menjadi semakin sulit
bagi manajemen tingkat atas untuk memasukan bahwa arahan dan petunjuk mereka
dilaksanakan dengan tepat oleh bawahannya. Sehingga efisiensi menurun dan biaya
per unit cenderung naik.
Dalam dunia nyata, tekanan untuk skala hasil meningkat dan menurun
sering berjalan beriringan, di mana skala hasil meningkat timbul pada tingkat output
yang kecil (sehingga kurva LAC menurun), sementara skala hasil menurun
cenderung muncul pada tingkat output yang lebih besar (sehingga lmrva LAC
meningkat), titik terendah dari kurva LAC terjadi pada saat tekanan untuk skala
hasil meningkat dan menurun sama satu dengan lainnya. Dalam dunia nyata, kurva
LAC sering ditemukan hampir datar pada bagian bawah dan lebih berbentuk L
dibanding berbentuk U. Hal ini menunjukkan bahwa skala ekonomis lebih cepat
habis dibandingkan dengan skala hasil tetap atau hampir sama yang terjadi pada
kisaran yang cukup panjang dari output di berbagai industri. Dalam industri ini,
perusahaan kecil eksis bersama-sama dengan perusahaan besar.
Terdapat beberapa industri, di mana kurva LAC menurun secara kontinyu
pada saat perusahaan melakukan ekspansi output, sampai pada satu titik di mana
suatu perusahaan dapat memuaskan semua pasar untuk barang atau jasa secara lebih
efisien dibandingkan dua atau lebih perusahaan. Kasus ini biasanya disebut
“monopoli alamiah” dan sering timbul dalam penyediaa 'fasilitas seperti listrik dan
transportasi umum. Dalam kasus tersebut, pemerintah lokal sering mengijinkan
suatu perusahaan untuk memasok jasa kepada seluruh pasar tetapi dibatasi
peraturan (peraturan mengenai harga atau biaya yang dibebankan untuk jasa). Tiga
kemungkinan bentuk kurva LAC (bentuk U, L, dan yang menurun secara konstan)
ditunjukkan dalam Figur 7-6.

20
Skala ekonomis harus dibedakan dari cakupan ekonomis (economies of
scope). Cakupan ekonomis berarti menurunnya biaya yang sering dialami
perusahaan ketika memproduksi dua atau lebih produk secara bersama
dibandingkan dengan memproduksinya secara sendiri-sendiri. Perusahaan jasa
penerbangan kecil, sebagai contoh, secara menguntungkan dapat melakukan
ekspansi dengan menyediakan jasa kargo, sehingga menurunkan biaya dari masing-
masing operasi. Contoh lainnya yang disajikan oleh perusahaan yang memproduksi
produk kedua dengan tujuan untuk menggunakan produk sampingan (yang
sebelumnya harus dihilangkan oleh perusahaan dengan suatu tingkat biaya) yang
timbul dari produk produksi utama. Manajemen harus tanggap terhadap
kemungkinan perluasan yang menguntungkan dari jajaran produksinya guna
mengeksploitasi cakupan ekonomis tersebut.

Figur 7-6 Kemnungkinan bentuk kurva LAC

Panel kiri menunjukkan kurva LAC dalam bentuk U, yang menunjukkan pertama-
tama skala hasil meningkat dan kemudian skala hasil menurun. Panel tengah
menunjukkan kurva LAC yang hampir berbentuk L, yang menunjukkan bahwa
skala ekonomis cepat berganti menjadi skala hasil tetap atau meningkatkan LAC
secara perlahan. Panel kanan menunjukkan kurva LAC yang menurun secara
kontinyu, seperti dalam kasus monopoli alamiah.

21
2.5 KURVA PEMBELAJARAN
Begitu perusahaan memperoleh pengalaman dalam produksi suatu
komoditas atau jasa, biaya produksi rata-ratanya biasanya menurun. Artinya, untuk
suatu tingkat output per periode waktu, peningkatan output total secara kumulatif
selama beberapa periode waktu, sering memberikan pengalaman memproduksi
yang memungkinkan perusahaan menurunkan biaya rata-rata produksi. Kurva
pembelajaran (learning curve) menunjukkan penurunan dalam biaya input rata-rata
dalam produksi serta peningkatan output total secara kumulatif sepanjang waktu.
Sebagai contoh, perusahaan mungkin membutuhkan 1.000 jam untuk merakit
pesawat terbang yang ke-100, tetapi hanya membutuhkan 700 jam untuk merakit
pesawat terbang yang ke-200 karena para manajer dan pekerja menjadi lebih efisien
seiring dengan pengalaman produksi yang mereka peroleh. Hal ini berlawanan
dengan skala ekonomis, yang berarti penurunan biaya rata-rata pada saat output
perusahaan meningkat per periode waktu.
Figur 7-7 menunjukkan sebuah kurva pembelajaran, yang mengindikasikan
bahwa biaya rata-rata menurun dari $250 untuk memproduksi unit produk ke-100
(titik F), menjadi $200 untuk memproduksi unit yang ke-200 (titik G) dan menjadi
$165 untuk unit yang ke-400 (titik H). Catatan bahwa biaya rata-rata menurun pada
tingkat penurunan yang semakin berkurang “sehingga kurva pembelajaran
cembung terhadap daerah asal. Hal ini merupakan bentuk yang biasa dari kurva
pembelajaran, di mana perusahaan biasanya mencapai penurunan paling besar
dalam input rata-rata ketika proses produksi relatif baru dan penurunan yang lebih
sedikit ketika perusahaan sudah dewasa.
Kurva pembelajaran dapat dinyatakan secara aljabar sebagai berikut:
C = aQb (7-10)

22
Kurva pembelajaran FGH menunjukkan bahwa biaya rata-rata adalah sekitar $250
untuk memproduksi unit ke-100 (titik F), sekitar $200 untuk unit ke-200 (titik G),
dan sekitar $165 untuk unit ke-400 (titik H).
di mana C adalah biaya input rata-rata untuk unit output ke-Q, a adalah biaya rata-
rata dan unit output pertama, dan b akan negatif karena biaya input rata-rata
menurun seiring meningkatnya output total secara kumulatif. Semakin besar nilai
absolut b, semakin cepat penurunan biaya input rata-rata. Dengan mencari
logaritma dari kedua sisi Persamaan 7-10, kita memperoleh:
log C= log a + b log Q (7-11)
Dalam bentuk logaritma di atas, b adalah kemiringan dari kurva pembelajaran.
Parameter dari kurva pembelajaran dalam bentuk log-berganda pada
Persamaan 7-11 (log a dan b) dapat diestimasi dengan analisis regresi atas data
historis dari biaya-biaya rata-rata dan output kumulatif. Misalkan, dengan
melakukan hal tersebut memberikan hasil sebagai berikut:
log C = 3 - 0,3 log Q(7-12)
Dalam Persamaan 7-12, C dinyatakan dalam dolar, log a = 3 dan b = -0,3. Sehingga,
biaya rata-rata untuk unit yang ke-100 adalah:
log C = 3 - 0,3 log 100
Karena log 100 adalah 2 (diperoleh dengan memasukkan angka 100 ke dalam
kalkulator dan menekan tombol “log”), kita memperoleh:
log C = 3-0,3(2)
= 3 - 0,6

23
= 2,4
Karena antilog dari 2,4 adalah 251,19, biaya-rata-rata input (C) dari unit output ke-
100 adalah $251,l9.
Rata-rata biaya input dari unit ke-200 adalah:
log C = 3 - 0,3 log 200
= 3 - 0,3 (2.30103)
= 3 - 0,690309
= 2,309691
Sehingga, C adalah = $204,03
Mahasiswa dapat menentukan dengan cara analog untuk unit ke-400 yaitu
C = $165,72. Dalam kenyataannya, nilai yang ditunjukkan dalam kurva
pembelajaran pada Figur 7-7.
Kurva pembelajaran telah dialami oleh berbagai sektor manufaktur dan jasa,
dari memproduksi pesawat terbang, peralatan, bangunan kapal, penyaringan produk
minyak bumi, hingga operasi pabrik pembangkit listrik. Kurva pembelajaran juga
dipakai untuk meramalkan kebutuhan personel, mesin, dan bahan mentah, serta
untuk menjadwalkan produksi, menentukan harga jual output, bahkan untuk
mengevaluasi harga dari pemasok. Sebagai contoh, pada awalnya Texas Instrument
sebagai produsen komputer chip mengadopsi strategi harga yang agresif didasarkan
atas kurva pembelajaran. Dengan meyakini bahwa kurva pembelajaran dalam
memproduksi chip adalah curam, Texas Instrument menjaga harga per unit rendah
untuk meningkatkan output kumulatif secara “cepat 'dan mengambil manfaat'dar'i
belajar Sambil bekerja. Strategi ini berhasil, dan Texas Instrument menjadi salah
satu pemain utama di pasar dunia.
Seberapa cepat kurva pernbelajaran (biaya input variabel) menurun dapat
berbeda antarpemsahaan dan akan lebih besar dengan semakin rendahnya
pergantian karyawan, semakin sedikitnya interupsi produksi, dan semakin besarnya
kemampuan perusahaan untuk mentransfer pengetahuan produksi dari produk lain
yang serupa. Biaya rata-rata secara tipikal menurun sebesar 20 hingga 30 persen
untuk setiap penggandaan output kumulatif bagi sebagian besar pengalaman
produksinya saja untuk menurunkan biaya namun mencari lebih jauh lagi dari

24
industri mereka untuk memperoleh pandangan bagaimana meningkatkan
produktivitas (lihat Aplikasi Kasus 7-4).

2.6 MINIMISASI BIAYA SECARA INTERNASIONAL SKALA


EKONOMISYANG BARU
A. Perdagangan Internasional dalam Input
Selama dekade yang lalu perdagangan internasional untuk
komponen dan suku cadang telah meningkat secara tajam. Sekarang, lebih
banyak lagi poduk yang dibuat oleh perusahaan internasional, suku cadang
dan komponennya dibuat di berbagai negara. Alasannya adalah Untuk
meminimumkan biaya produksi. Sebagai contoh, motor dari beberapa
produk Ford Fiesta diproduksi di Inggris, transmisinya di Perancis, dan
tenaganya di Spanyol; berbagai suku cadang dirakit di Jerman untuk dijual
di seluruh Eropa. Begitu juga dengan kamera dari Jepang dan J ennan sering
dirakit di Singapura untuk memperoleh keunggulan melalui murahnya
tenaga kerja di Singapura.
Sumber input asing (foreign sourcing of inputs) sering kali bukan
masalah pilihan untuk memperoleh laba yang lebih tinggi, tetapi hanya
merupakan persyaratan untuk tetap kompetitif. Perusahaan yang tidak
mencari input yang lebih murah ke luar negeri. menghadapi kehilangan daya
saing di pasar dunia dan bahkan pasar domestik.

B. Skala Ekonomis Internasional Baru


Perusahaan harus secara konstan melakukan eksplorasi sumber-
sumber input yang murah dan produksi di luar negeri untuk tetap kompetitif
dalam dunia yang semakin sempit. Tentu saja, proses ini dapat
dipertimbangkan sebagai suatu skala ekonomis internasional baru (new
international economies of scale) dalam ekonomi global saat ini. Pada saat
perusahaan dipaksa untuk melakukan rasionalisasi Operasi di dalam negeri
pada tahun 1980, sekarang mereka menghadapi tantangan untuk

25
mengintegrasikan operasi mereka dengan seluruh sistem manufaktur di
dunia guna mengambil keuntungan dari skala ekonomis internasional yang
baru. Apa yang penting bagi perusahaan adalah fokus pada berbagai
komponen yang sangat diperlukan bagi posisi persaingan pada berbagai
generasi produk yang berkelanjutan dan melakukan pencarian sumber daya
komponen lainnya dari luar di mana pemasok di luar mempunyai
keunggulan produksi yang nyata.
Skala ekonomis internasional yang baru dapat dicapai pada lima area
dasar: pengembangan produk, pembelian, produksi, manajemen
permintaan, dan pemenuhan pesanan. Dalam pengembangan produk,
perusahaan dapat mendesain suatu produk inti untuk seluruh perekonomian
dunia, dan kemudian mengembangkannya menjadi berbagai turunan dan
variasi produk untuk pasar lokal. Perusahaan juga dapat mencapai skala
ekonomis yang baru dengan membeli bahan mentah, suku cadang, dan
komponen secara global dibandingkan dengan membeli secara lokal, tidak
masalah di mana Operasinya berada. Perusahaan juga dapat
mengoordinasikan produknya pada pusat-pusat manufaktur berbiaya rendah
dengan perakitan akhir di lokasi berbiaya tinggi namun dekat dengan pasar.
Mereka juga dapat memperkirakan Begitu meluasnya pertumbuhan pada
perdagangan internasional dalam input dfcln pembukaan fasilitas produksi
di luar negeri yang bergerak sangat cepat, melalui perusahaan multinasional
dengan cabang di berbagai negara, dibandingkan hanya dari satu negara
seperti pada masa lalu. Hal ini memengaruhi“ lebih dari multinasional. T
entu saja, perusahaan yang sampai beberapa tahun lalu bemperasi secara
eksklusif di pasar domestik sekarang ini membeli input dan komponennya
dari luar negeri dalam kuantitas yang meningkat dan memindahkannya ke
beberapa produksinya di luar negeri.. Sebagai contoh, Malachi Mixon,
sebuah perusahaan perlengkapan medis di Amerika,-sekarang membeli
suku cadang dan komponen dari setengah lusin negara, dari Cina sampai
Colombia; 10 tahun yang lalu, perusahaan ini melakukan seluruh
aktivitasnya di dalam negeri. Mobil terkenal seperti Mazda Miata, yang

26
diproduksi di Jepang, dikonsep di laboratorium desain di California oleh
teknisi Amerika, bersamaan dengan dibukanya fasilitas produksi baru
Mazda untuk model lainnya di Amerika.

C. Imigrasi Tenaga Kerja Terdidik


Sebuah survei terhadap hampir 300 perusahaan oleh National
Science Foundation (NSF) pada tahun 1985 menemukan bahwa 28 persen
dari mereka mempunyai kekurangan personel untuk ilmu pasti dan teknik.
Kekurangan ini menjadi lebih buruk sekarang. Dan memang, NSF
memperkirakan kekurangan sebanyak 675.000 orang ilmuwan dan teknisi
di Amerika pada tahun 2006. Hal ini adalah hasil dari semakin sedikitnya
penduduk usia sekolah di Amerika, karena tingkat kelahiran yang rendah di
tahun 1970-an, dan menurunnya persentase yang masuk ke bidang ilmu
pasti dan teknik. Kekurangan tenaga kerja terdidik juga terjadi di
bidangbidang lainnya. Banyak staf rumah sakit berasal dari dokter dan
perawat yang berkebangsaan asing. Terdapat pula kekurangan di bidang
ilmu matematika dan komputer. Sekalipun bantuan pemerintah bagi
pendidikan tinggi jangka panjang dapat menghasilkan lebih banyak murid
untuk dilatih di bidang ini, dalam jangka pendek perusahaan harus beralih
pada pekerja asing, dan kecenderungan seperti ini mungkin semakin
dipercepat selama dekade ini.
Beberapa proyeksi kekurangan ilmuwan, teknisi, dan profesional
lain yang mempunyai keahlian tinggi juga mungkin diciptakan oleh
meningkatnya jumlah pelajar asing yang datang ke berbagai universitas di
Amerika-kebanyakan dari mereka tetap tinggal di Amerika setelah
menyelesaikan pendidikannya. Sebagai contoh, pada tahun ini lebih dari 30
persen pelajar yang memperoleh gelar doktor di Amerika adalah pelajar
asing. Gambarannya adalah 40 persen dalam ilmu fisika dan 60 persen di
matematika dan teknik. Perubahan dalam peraturan imigrasi di AS tahun
1998 merupakan pengakuan bahwa Amerika sekarang membutuhkan “yang
terbaik dan paling cemerlang dari negara lain untuk berkompetisi pada

27
dunia pasar global yang kejam”.12 Hukum imigrasi yang baru hampir
menggandakan (menjadi 115.000) jumlah visa yang diijinkan per tahun
untuk mencari tenaga kerja ahli dan profesional, dan rancangan UU telah
diperkenalkan kepada Kongres untuk meningkatkan lebih jauh lagi dari
jumlah tersebut. Dengan jatuhnya komunis di Uni Soviet di akhir tahun
1980-an dan ayval tahun 1990-an, para ahli kimia, fisika, matematika, dan
komputer berduyun-duyun datang ke Amerika, mereka tertarik dengan
bayaran yang lebih tinggi dan kondisi kerja yang lebih baik.
Bagaimanapun harus diingat bahwa sementara rancangan UU itu
mencerminkan keuntungan bagi Amerika, dengan masuknya tenaga kerja
yang mempunyai keahlian tinggi juga mencerminkan kerugian bagi negara
yang penduduknya melakukan emigrasi. Hal ini disebut dengan pelarian
tenaga ahli (brain drain). Tetapi dalam dunia persaingan global, manajer
juga harus memperkirakan kebutuhan perusahaan akan tenaga kerja ahli dan
mempekerjakannya dari luar negeri apabila tidak tersedia secara domestik.
Jika hal ini tidak mungkin, perusahaan mungkin harus mempertimbangkan
untuk memindahkan beberapa operasinya ke luar negeri.

2.7 MANAJEMEN LOGISTIK ATAU PENAWARAN BERANTAI


Logistik (logistic), atau manajemen penawaran berantai, merujuk pada
penggabungan di tingkat korporat atas fungsi pembelian, transportasi,
pergudangan, distribusi, dan pelayanan konsumen, dari pada dilakukan sendiri-
sendiri secara terpisah di antara mereka di tingkat divisi. Logistik atau manajemen
penawaran berantai tampaknya tidak sesederhana hanya sekadar cara mengurangi
biaya transportasi, tetapi menjadikan hal tersebut sebagai keungguJan kompetitif.
Sebagai contoh, pangsa pasar salah satu perusahaan perawatan kesehatan mampu
meningkat secara substansial dengan menetapkan pengangkutan di malam hari
kepada pengecer dan 'jasa di kemudian hari' (next-day service) kepada pelanggan.

Pengawasan pergerakan bahan baku dan produk jadi dari tempat Yang
terpusat dapat mengurangi ketekoran dan surplus yang tak terelakkan yang muncul
ketika fungsi-fungsi tersebut dikelola secara terpisah. Sebagai contoh, hal tersebut

28
akan sulit dilakukan Oleh perusahaan dalam menentukan keinginan kampanye
promosi penjualan tanpa mempertimbangkan biaya sediaan yang meningkat
sebagai antisipasi meningkatnya permintaan. Logistik juga dapat membantu
menghindarkan masalah-masalah serius Iainnya (bahkan menggelikan). Sebagai
contoh, untuk menghabiskan Stok yang berlebihan atas mobil-mobil hijau di
pertengahan tahun1990-an, departemen pemasaran Volvo menawarkan
kesepakatan-kesepakatan yang menarik atas mobil-mobil hijau. Peningkatan
penjualan mobil-mobil hijau tanpa mengetahui tentang promosi, departemen
pemanufakturan mulai memproduksi lebih banyak mobil-mobil hijau! Singkatnya,
logistik dapat meningkatkan efisiensi dan profitabilitas perusahaan.

Ada tiga alasan munculnya dan pertumbuhan yang cepat atas logistik.
Pertama adalah pengembangan algoritma yang baru dan lebih cepat dan komputer-
komputer yang lebih cepat yang secara luas memfasilitasi pemecahan permasalahan
logistik yang kompleks. Kedua adalah pertumbuhan penggunaan manajemen
persediaan just-in-fime, di mana pembelian input dan penjualan produk lebih rumit
dan terintegrasi lebih tertutup dengan keseluruhan fungsi-fungsi Iain dalam
perusahaan. Alasan ketiga adalah meningkatnya kecenderungan menuju globalisasi
produksi dan distribusi dunia saat ini. Dengan produksi, distribusi, pemasaran, dan
aktivitas keuangan perusahaan utama dunia yang tersebar di seluruh dunia,
kebutuhan manajemen logistik menjadi lebih penting dan menguntungkan.

Sebagai contoh, 3M Corporation dapat menghemat lebih dari $40 juta di


tahun 1988 dengan mengaitkan operasi logistik yang ada di Amerika dengan yang
di Eropa dan pertumbuhan yang pesat kawasan Pacific Rim. Hal yang sama, Sun
Microsystems, pembuat komputer, menghemat $15 juta dan meningkatkan
pendapatan sebesar $30 juta pada kuartal pertama tahun 2001 dengan menggunakan
manajemen logistik yang secara praktis menghapuskan produk terbuang dan
demikian juga kerugian penjualan, dan juga produk tidak terjual, yang mengalami
penurunan nilai yang sangat besar. Dengan memusatkan beberapa fungsi logistik,
perusahaan mencapai fleksibilitas yang lebih besar dan menghemat dalam
pemesanan input dan meningkatkan pendapatan dalam penjualan produk.

29
Namun demikian meskipun hal tersebut nyata-nyata baik, hanya 10 persen
dari perusahaan-perusahaan yang sekarang mempunyai keahlian dan kecanggihan
yang tinggi di bidang logistik; hal ini pasti akan berubah selama dasawarsa ini. Di
antara perusahaan-perusahaan yang telah menggunakan secara luas atas manajemen
logistik adalah National Semiconductors, 3M Corporation, Sturn, Land O'Lakes
Food, Bergen Brunswing, demikian juga perusahaan kurir ekspres.

2.8 ANALiSlS BIAYA-VOLUME-LABA DAN TUASAN OPERASI


A. Analisis Biaya-VoIume-Laba

Biaya-volume-laba atau analisis titik impas (cost-volume-projit or


breakeven analysis) membahas hubungan antara penerimaan total, biaya total, dan
laba total perusahaan pada berbagai tingkat output. Biaya-volume-laba atau analisis
titik impas sering digunakan para eksekutif bisnis untuk menentukan volume
penjualan yang diperlukan bagi perusahaan untuk mencapai titik impas, laba total
dan kerugian pada tingkat penjualan lainnya. Analisis tersebut menggunakan grafik
biaya-volume-laba di mana kurva penerimaan (TR) dan biaya total (TC)
ditunjukkan Oleh garis lurus seperti pada Figur 7-8.

Dalam gambar tersebut, penerimaan total dan biaya total diplot pada sumbu
vertikal, di mana output atau penjualan per periode waktu diplot pada sumbu
horisontal. Kemiringan kurva TR mengacu pada harga konstan sebesar $10 per unit
di mana perusahaan dapat menjual outputnya. Kurva TC mengindikasikan biaya
tetap total (IFC) sebesar $200 (titik potong vertikal) dan biaya variabel rata-rata
konstan sebesar $5 (kemiringan dari kurva TC). Hal ini. sering merupakan kasus
bagi banyak perusahaan untuk perubahan kecil dalam output atau penjualan.
Perusahaan balik modal [(dengan TR = TC = $400) pada Q = 40 per periode waktu
(titik B dalam gambar)]. Perusahaan mengalami kerugian pada tingkat output yang
rendah dan memperoleh keuntungan pada tingkat output yang lebih tinggi.

Grafik biaya-volume-laba atau titik impas adalah alat yang fleksibel untuk
menganalisis secara cepat pengaruh perubahan berbagai kondisi terhadap

30
perusahaan. Sebagai contoh, kenaikan harga komoditas dapat ditunjukkan Oleh
peningkatan kemiringan kurva TR, kenaikan biaya tetap total perusahaan dapat
ditunjukkan oleh kenaikan dalam titik potong vertikal kurva TC, dan kenaikan
biaya variabel rata-rata ditunjukkan oleh kenaikan kemiringan kurva TC. Grafik
tersebut kemudian akan menunjukkan perubahan dalam titik impas dari perusahaan
dan laba atau rugi pada tingkat output atau penjualan lainnya (lihat Soal 11).

Analisis biaya-volume-laba dapat juga dilakukan secara aljabar, sebagai


berikut. Penerimaan total adalah sama dengan harga jual (P) per unit dikalikan
kuantitas output atau penjualan (Q). Sehingga,

TR = (P) (Q) (7-13)

Biaya total sama dengan penerimaan total ditambah biaya variabel total (TVC).
Karena TVC sama dengan biaya variabel rata-rata per-unit (AVC) dikali jumlah
output (penjualan), kita memperoleh:

TC = TFC + (AVC) (Q) (7-14)

31
Dengan menetapkan penerimaan total sama dengan biaya total dan mensubstitusi
QB (output pada titik impas) untuk Q , kita memperoleh:

TR=TC (7-15)

(P) (QB) = TFC+ (AVC) (QB) (7-16)

Menyelesaikan Persamaan 7-16 untuk output pada titik impas (QB) kita
memperoleh

(P) (QB) - (AVC) (QB) = TFC

(QB) (P-AVC) = TFC

TFC /

QB = P-AVC (7-17)

Sebagai contoh, apabila TFC = $200, P = $10, danAVC $5,

QB =$200/$10-$5 = 40

Tingkat Output ini merupakan tingkat output balik modal yang ditunjukkan
dalam grafik biaya volume-laba pada Figur 7-7. Penyebut pada Persamaan 7-17
(yaitu P - A VC) disebut dengan Margin kontribusi per unit (contribution nzargin
per unit) karena mencerminkan bagian dari harga penjualan yang dapat digunakan
untuk menutup biaya tetap dari perusahaan dan memberikan laba.

Secara lebih umum, misalkan bahwa perusahaan berharap memperoieh


suatu laba tertentu dan ingin memperkirakan kuantitas yang harus dijual untuk
dapat memperoleh laba tersebut. Analisis biaya-volume-laba atau titik impas dapat
digunakan untuk menentukan target Output QT. di mana target laba dapat dicapai.

32
Untuk melakukan hal ini. kita tinggal menambahkan πT ke dalam pembilang dalam
Persamaan 7-17, dan diperoleh:

TFC+Πt/ (7-18)

QT = P—AVC

Sebagai contoh, jika perusahaan yang diwakili Oleh grafik biaya-volume-laba pada
Figur 7-8 ingin memperoleh target laba sebesar $100, target output menjadi

QT = $200+$100 / $10-$5

= $300/$5 = 60

Untuk melihat bahwa output Q = 60 benar-benar menghasilkan target laba (πT)


$100, ingat bahwa:

TR = (P) (Q) = ($10) (60) = $600

TC = TFC + (AVC) (Q) = $200 + ($5) (60) = $500

dan

πT = TR- TC = $600 - $500 = $100

Sementara grafik dan analisis linear biaya-volume-laba sering digunakan


Oleh para eksekutif bisnis, agen pemerintah, dan perusahaan nirlaba, penggunaan
semestinya hanya apabila asumsi harga dan biaya variabel rata-rata yang dianggap

33
konstan berlaku. AnalisiS biaya-volume laba juga mengasumsikan bahwa
perusahaan memproduksi produk tunggal atau kombinasi produk yang konstan.
Sepanjang waktu, kombinasi produk berubah, dan menjadi sulit untuk
mengalokasikan biaya tetap di antara berbagai macam produk. Mengabaikan
hambatan ini, analisis biaya-volume-laba dapat menjadi sangat berguna dalam
pengambilan keputusan manajerial.

perhatikan, bahwa kadang-kadang beberapa perusahaan Jepang


menggunakan analisis biaya volume-laba. Dibanding mendesain produk yang baru
dan kemudian mengestimasi biaya untuk memproduksinya (seperti yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan Amerika), perusahaan-perusahaan Jepang kadang
memulai dengan target biaya atas dasar harga pasar di mana perusahaan percaya
bahwa konsumen akan membeli produknya dan kemudian memproduksi produk
tersebut pada tingkat biaya yang ditargetkan. Di bawah sistem manajemen biaya
Jepang (Japanese cost tnanagement system) semacam itu, perusahaan akan
mengurangkan laba yang diinginkan dari harga jual yang diharapkan dan kemudian
mengalokasikan target biaya kepada masing-masing bagian, komponen, dan proses
yang dibutuhkan untuk memproduksi produk tersebut sedemikian rupa guna
memastikan biaya berada pada target yang diinginkan.

B. Tuasan Operasi
Tuasan operasi (operating leverage) mengacu pada rasio biaya tetap total
dengan biaya variabel total pada perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin
tinggi tuasan suatu perusahaan. Apabila perusahaan menjadi lebih otomatis atau
makin tinggi tuasan (mengganti biaya variabel dengan biaya tetap), biaya tetap total
perusahaan naik tetapi biaya variabel totalnya turun. Karena tingginya biaya
overhead, maka tingkat output balik modal perusahaan naik. Hal ini terlihat pada
Figur 7-9.
Dalam Figur 7-9, perpotongan antara TR dan TC menentukan kuantitas
balik modal QB = 40 (seperti dalam Figur 7-8). Jika biaya tetap total naik dari $200
(titik potong vertikal dari kurva TC) menjadi $.300 (titik potong vertikal dari kurva
TC) sementara biaya variabel rata-rata perusahaan turun dari AVC = $5

34
(kemiringan dari kurva TC) menjadi AVC = $3,33 (kemiringan dari TC'), output
balik modal akan naik menjadi QB = 45 (ditunjukkan oleh perpotongan antara TR
dan TC').
Figur 7-9 juga menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio antara biaya tetap
total dengan biaya variabel total (semakin tinggi tuasan perusahaan tersebut),
semakin sensitif laba perusahaan terhadap perubahan dalam output atau penjualan.
Misalnya, kenaikan output atau penjualan dari 60 menjadi 70 unit meningkatkan
laba dari $100 (jarak vertikal antara kurva TR dan TC atau TC') menjadi $150 untuk
TC dan menjadi $166,67 untuk kurva TC'. Daya respons atau sensitivitas laba total
perusahaan (π) terhadap perubahan dalam output atau penjualan (Q) dapat diukur
dengan derajat tuasan operasi (degree of operating leverage/DOL). DOL tidak Iain
adalah elastisitas laba terhadap penjualan dan didefinisikan sebagai 16 persentase
perubahan laba dibagi persentase perubahan dalam output penjualan. Sehingga,

35
Tetapi π = Q (P - AVC) - TFC dan Alt = AQ(P — AVC). Dengan memasukkan
nilai ini ke dalam Persamaan 7-19 kita memperoleh:

Pembilang pada Persamaan 7-20 adalah kontribusi total dari biaya tetap dan
keuntungan dari seluruh unit yang dijual oleh perusahaan, dan penyebutnya adalah
laba total perusahaan (secara ekonomis).

Sehingga DOL meningkat ketika perusahaan menjadi lebih tuasan atau lebih
padat modal. DOL juga semakin tinggi dengan semakin dekatnya kita ke titik impas
karena dasar dalam perhitungan persentase perubahan laba (penyebut dari
Persamaan 7-19) mendekati nol di sekitar titik impas. Ingat apabila penjualan dan
output perusahaan tinggi (lebih dari 60 unit dalam Figur 7-9), perusahaan
menghasilkan laba yang lebih besar pada saat perusahaan lebih tuasan (dengan
TC'). Tetapi perusahaan juga. dapat mengalami kerugian dengan segera, dan
kerugian ini meningkat lebih cepat dibandingkan pada saat perusahaan kurang
tuasan (dengan TC). Laba yang lebih besar pada perusahaan yang lebih tuasan
apabila output lebih tinggi dapat dianggap sebagai pendapatan karena menanggung
risiko yang lebih besar.

2.9 ESTIMASI EMPIRIS FUNGSI BIAYA


Estimasi empiris fungsi biaya penting untuk mencapai berbagai tujuan
keputusan manajerial. Pengetahuan tentang fungsi biaya jangka pendek sangat
penting bagi perusahaan dalam menentukan tingkat output optimum pada harga
yang dibebankan. Pengetahuan tentang fungsi biaya jangka panjang penting dalam
perencanaan untuk skala optimum pabrik yang dibangun perusahaan pada jangka
panjang. Dalam subbab ini, kita membahas teknik yang paling penting untuk
mengestimasi kurva biaya perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang,

36
mendiskusikan beberapa masalah data dan pengukuran yang ditemui dalam
estimasi, dan merangkum hasil berbagai studi empiris fungsi biaya jangka pendek
dan jangka panjang.

A. Masalah Data dan Pengukuran dalam Mengestimasi Fungsi Biaya


Jangka Pendek

Metode yang paling umum dalam mengestimasi fungsi biaya perusahaan


jangka pendek adalah analisis regresi, di mana biaya variabel total diregresikan
terhadap output dan beberapa variabel lainnya, seperti harga input dan kondisi
operasi selama periode waktu di mana ukuran pabrik tetap. Yang biasa diestimasi
adalah fungsi biaya variabel total dan bukan fungsi biaya total karena sulitnya
mengalokasikan biaya tetap ke dalam berbagai produk yang diprodusi oleh
perusahaan. Fungsi biaya total perusahaan dapat diperoleh dengan hanya
menambahkan estimasi terbaik dari biaya tetap total ke dalam biaya variabel total.
Fungsi biaya variabel rata-rata dan fungsi biaya marginal dapat diperoleh dengan
mudah dari fungsi biaya variabel total seperti ditunjukkan dalam Subbab 7-2.
Meskipun hal ini kelihatannya cukup sederhana, estimasi fungsi biaya jangka
pendek perusahaan penuh dengan data dan kesulitan pengukuran.

Seperti ditunjukkan pada awal bab ini, fungsi biaya perusahaan didasarkan
pada asumsi harga input konstan. Jika harga input naik, maka akan menyebabkan
pergeseran ke atas seluruh fungsi biaya tersebut. Sehingga, harga input harus
dimasukkan sebagai variabel penjelas dalam analisis regresi,untuk mengidentifikasi
pengaruhnya secara independen terhadap biaya. Variabel bebas lainnya yang harus
dimasukkan ke dalam analisis regresi adalah biaya bahan bakar dan material,
kualitas input, teknologi yang digunakan oleh perusahaan, kondisi cuaca, dan
perubahan dalam kombinasi produksi dan kualitas produk. Variabel bebas atau
penjelas yang benar-benar tercantum dalam regresi tergantung pada situasi tertentu
yang akan diteliti. Sehingga, kita dapat menyatakan sebagai:

C = f(Q, X1,X2,...Xn) (7-21)

37
di mana C merujuk pada biaya variabel total, Q adalah output, dan X berarti
determinan lain dari biaya perusahaan. Dengan menggunakan analisis regresi
berganda (Jihat Subbab 4-5) memungkinkan kita untuk mengisolasi pengaruh
perubahan masing-masing variabel bebas atau variabel penjelas terhadap biaya.
Dengan berkonsentrasi pada hubungan antara biaya dan output, kita dapat
mengidentifikasi kurva biaya variabel total perusahaan.

Salah satu masalah mendasar yang timbul dalam estimasi empiris fungsi
biaya adalah bahwa biaya oportunitas harus dike!uarkan dari data biaya akuntansi
yang ada. Sehingga, masing-masing input yang digunakan dałam produksi harus
dinilai atas dasar biaya oportunitas di mana input dapał diperoleh dengan alternatif
penggunaannya yang terbaik ketimbang dengan pengeluaran aktual untuk input
tersebut. Sebagai contoh, jika perusahaan mempunyai gedung di mana perusahaan
iłu beroperasi, biaya penggunaan gedung iłu bukanlah nol tetapi sama dengan sewa
yang diterima oleh perusahaan apabila gedung tersebut disewakan kepada penawar
tertinggi. Begitu juga halnya dengan penggunaan inventori dalam produksi saat ini
harus dinilai atas dasar harga pasar bukan atas dasar harga historis. Terakhir, bagian
depresiasi aset tetap, seperti mesin, yang didasarkan atas penggunaan aktual aset
tersebut (bandingkan dengan depresiasi aset berdasarkan waktu semata) harus
diestimasi dan dimasukkan dałam biaya produksi saat ini untuk masing-masing
produk. Data-data ini sering kali sulit diperoleh dari data akuntansi yang tersedia.

Tidak saja biaya yang ada harus dialokasikan secara tepat ke dałam berbagai
produk yang diproduksi oleh perusahaan tetapi harus diperhatikan juga masalah
dałam memasangkan (match) biaya dengan output sepanjang waktu
(mengalokasikan biaya pada periode waktu pada saat output diproduksi dan bukan
pada periode waktu ketika biaya terjadi). Secara spesifik, biaya output terkait yang
terlalu cepat atau ketinggalan harus disesuaikan untuk mencapai hubungan yang
tepat antara biaya dan output. Sebagai contoh, suatu perusahaan mungkin menunda
semuanya kecuali biaya pemeliharaan darurat sampai suatu periode slack produksi,
biaya pemeliharaan ini harus dialokasikan pada periode produksi terdahulu.

38
Manajer juga hanłs menentukan panjangnya periode waktu untuk
mengestimasi fungsi biaya. Data harian, mingguan, bulanan, dan kuartalan, atau
data tahunan dapat digunakan, data bulanan selama periode dua atau tiga tahun
biasanya digunakan. Periode waktu haruslah cukup panjang sehingga
memungkinkan terjadinya variasi yang cukup menyangkut output dan biaya tetapi
tidak cukup lama bagi perusahaan untuk mengubah ukuran pabrik (karena dengan
begitu perusahaan tidak lagi beroperasi dałam jangka pendek). Karena output
biasanya diukur dałam unit fisik (misalkan jumlah kendaraan yang diproduksi
secara khusus per periode waktu) sementara biaya diukur dałam unit moneter,
berbagai biaya harus dideflasikan dengan indeks harga yang sesuai dałam
mengoreksi inflasi. Sehingga, dengan harga input yang biasanya meningkat pada
tingkat berbeda, indeks harga untuk masing-masing kategori input harus digunakan
guna memperoleh nilai deflasinya untuk digunakan dalam analisis regresi.

B. Bentuk Fungsional Fungsi Biaya Jangka Pendek

Teori ekonomi memostulatkan bentuk.S (kubik) kurva TVC seperti


ditunjukkan pada panel kiri Figur 7-10, dengan bentuk U kurva AVC dan MC yang
terkait. Persamaan umum untuk fungsi ini adalah,

TVC= a (Q) + b Q2 + cQ3 (7-22)

39
AVC = TVC/Q = a + bQ + cQ2 (7-23)

MC = a + 2bQ + 3cQ2 (7-24)

Panel kanan pada Figur 7-10 menunjukkan suatu perkiraan linear kurva TVC kubik,
yang sering memberikan kecocokan empiris yang lebih baik terhadap data-data
pada daerah output yang diobservasi. Persamaan estimasi perkiraan linear untuk
bentuk S kurva TVC kubik dan kurva AVC dan MC yang berkaitan adalah

TVC = a + bQ (7-25)

AVC = a/Q + b (7-26)

MC = b (7-27)

Setelah mengestimasi parameter kurva TVC (nilai dari a dan b pada


Persamaan 7-25), kita dapat menggunakan parameter hasil estimasi ini untuk
menurunkan fungsi AVC dan MC dari perusahaan tersebut, seperti ditunjukkan
dalam Persamaan 7-26 dan 7-27. Catat bahwa parameter estimasi a (konstanta
dalam estimasi regresi Persamaan 7-25) tidak dapat diinterpretasikan sebagai biaya
tetap perusahaan karena kita melakukan estimasi fungsi TVC. Karena Q = 0
biasanya dihiLangkan dari titik observasi aktual pada kurva TVC (dari Q' menjadi
Q" pada panel kanan Figur 7-10), tidak ada signifikansi ekonomis yang dapat
diambil dari parameter a. Perhatikan juga bahwa kurva AVC pada panel kanan
menjadi agak datar, mendekati nilai b (kurva horizontal). Hal ini sering ditemukan
dalam estimasi empiris aktual (lihat Aplikasi Kasus 7-8). Salah satu penjelasan
yang mungkin untuk hal ini adalah karena jumlah modal (misalkan jumlah mesin)
yang dimiliki perusahaan dianggap tetap dalam jangka pendek, perusahaan
mungkin mempunyai beberapa mesin yang menganggur ketika output rendah dan
mengoperasikannya dengan menyewa lebih banyak tenaga kerja pada saat

40
perusahaan ingin meningkatkan outputnya. Karena rasio mesin terhadap output
sebagaimana mesin terhadap tenaga kerja cenderung konstan dalam menghadapi
perubahan output, AVC dan MC perusahaan lebih kurang cenderung tetap.

C. Mengestimasi Fungsi Biaya Jangka Panjang dengan Cross-Sectional


Regression Analysis

Estimasi empiris kurva biaya jangka panjang lebih sulit dibandingkan


estimasi kurva biaya jangka pendek. Tujuan estimasi kurva biaya jangka panjang
adalah untuk menentukan skala pabrik terbaik yang dibangun oleh perusahaan
untuk meminimumkan biaya dalam memproduksi tingkat output yang diharapkan
dalam jangka panjang. Secara teoretis, kurva biaya jangka panjang dapat diestimasi
dengan analisis regresi menggunakan baik data deret-waktu (observasi biaya-
kuantitas untuk perusahaan atau pabrik yang diberikan melampaui waktu) atau data
lintas bagian cross-sectional data (data biaya-kuantitas untuk sejumlah perusahaan
pada suatu titik yang diberikan). Dalam kenyataannya, data deret-waktu sering
digunakan untuk mengestimasi fungsi biaya jangka panjang karena periode
observasi harus cukup panjang agar perusahaan memiliki kesempatan mengubah
skala pabriknya beberapa kali. Tetapi ini pasti juga melibatkan perubahan tipe
produk yang diproduksi perusahaan dan teknologi yang digunakan untuk membuat
estimasi yang tepat atas kurva biaya perusahaan jangka panjang, dengan analisis
deret-waktu dalam praktiknya menjadi tidak mungkin. Sehingga, analisis regresi
dilakukan dengan menggunakan data cross-section.

Namun, analisis regresi dengan menggunakan data cross-section untuk


mengestimasi kurva biaya jangka panjang juga memunculkan beberapa kesulitan.
Satu hal, perusahaan yang berbeda secara geografis mungkin membayar harga yang
berbeda untuk input mereka, sehingga harga input harus dimasukkan bersama
dengan tingkat output sebagai variabel penjelas dalam regresi. Bahkan akan lebih
sulit untuk melakukan rekonsiliasi antara perbedaan praktik akuntansi dan
operasional perusahaan yang berbeda dalam sampel. Sebagai contoh, beberapa
perusahaan membayar upah yarıg lebih rendah tetapi memberikarı kesejahteraan
(program asuransi kesehatan yang lebih baik, liburan yang Iebih lama, dsb.) yang

41
lebih baik dibandingkan perusahaan-perusahaan lain yang memberikan
kesejahteraan yang lebih sedikit kepada pekerjanya. Jika hanya upah yang
dimasukkan dalam biaya tenaga kerja, perusahaan yang menggaji lebih rendah
kelihatan mempunyai biaya tenaga kerja lebih rendah dibandingkan perusahaan
yang menggaji pegawainya lebih tinggi. Berbagai perusahaan dalam sampel juga
mungkin mempunyai kebijakan depresiasi yang sarıgat berbeda.

Mungkin juga şangat sulİt untuk menentukan kebijakan tersebut jika


masing-masing perusahaan beroperasi pada skala pabrik optimum pada tingkat
output optimum (yaitu pada titik kurva SAC yang mcrupakan bagian dari kurva
LAC). Sccara khusus, untuk bisa mengcstimasi kurva LAC A C" G" IV pada Figur
7-11, perusahaan yang dicerminkan oleh SAC, SAC1, SAÇ2, SAÇ3, dan SAC4
harus beroperasi pada titik A, C", G", dan R". Jika dalam kenyatannya empat
perusahaan justru berproduksi pada titik A* , D* , G", dan R* kita akan
mengestimasi bentuk kurva LAC', yang mengestimasi terlalu tinggi derajat skala
ekonomis maupun disekonomis.Seperti akan lihat dalam Aplikasi Kasus, estimasi
kurva biaya rata-rata dalam jangka panjang kelihataımya menunjukkan skala hasil
yang meningkat tajam (kurva LAC jatuh) pada tingkat output yang lebih rendah
diikuti oleh skala hasil yang hampir tetap pada tingkat output yang Iebih tinggi
(kurva LAC kelihatannya berbentuk L atau mendekati L).

D. Mengestimasi Fungsi Biaya Jangka Panjang dengan Teknik Rekayasa


dan Survival

Apabila data yang cukup tidak tersedia untuk melakukan estimasi kurva
biaya jangka panjang (sebagai indikator bebas dari estimasi tersebut) maka
digunakan teknik rekayasa atau survival. Teknik rekayasa (engineering technique)
menggunakan pengetahuan mengenai hubungan fisik antara input dan output yang
dinyatakan oleh fungsi produksi untuk menentukan kombinasi input optimum yang
dibutuhkan dalam memproduksi berbagai tingkat ouput. Dengan mengalikan
kuantitas optimum masing-masing input dengan harga input tersebut, kita
memperoleh fungsi biaya jangka panjang suatu perusahaan şeperti ditunjukkan
pada Figur 7-3. Teknik rekayasa secara khusus berguna dalam mengestimasi fungsi

42
biaya prodük baru atau prodük hasil pengembangan dari aplikasi teknologi baru, di
mana data historis tidak torsedia.

Kelebihan teknik rekayasa dibanding analisis regresi dengan data cross-


section adalah bahwa teknik rekayasa didasarkan pada teknologi saat ini, sehingga
terhindarkan bercampurnya teknologi lama dan baru yang digunakan Oleh
perusahaan yang berbeda dalam analisis crosssection. Demikian juga masalah
perbedaan harga input karena perbedaan geografis tidak tampak. Banyak kesulitan
dalam alokasi biaya dan masalah akuntansi dalam penilaian input yang
menghambat analisis regresi juga dapat dihindari. Namun, teknik rekayasa
bukanlah tak bermasalah. Masalah timbul karena teknik ini hanya berhubungan
dengan aspek teknis perusahaan tanpa mempertimbangkan biaya administrasi,
keuangan, dan pemasaran; teknik ini berhubungan dengan produksi pada kondisi
ideal dibanding dengan kondisi dunia nyata; dan teknik ini didasarkan atas
teknologi saat ini, yang tidak lama lagi mungkin menjadi usang. Teknik rekayasa
telah sukses diaplikasikan untuk membahas hubungan biaya dengan output
berbagai sektor industri, seperti penyulingan minyak bumi dan produksi kimiawi.
Hasil yang diperoleh kelihatannya mempertegas hasil yang diperoleh dengan
analisis regresi cross-section. Sehingga kurva LAC kelihatannya berbentuk L.

Teknik survival (survival technique) pertama kali ditemukan Oleh John


Stuart Mill pada tahun 1850-an dan dikembangkan oleh George Stigler satu abad
kemudian. Dalam bentuknya yang asli, teknik ini hanya merumuskan bahwa jika
perusahaan besar dan kecil berada pada industri yang sama, dalam jangka panjang
skala ekonomis harus konstan atau mendekati konstan. Dengan skala ekonomi yang
besar atas interval output yang luas, perusahaan yang besar dan lebih efisien
(perusahaan dengan LAC yang lebih rendah) akan menyingkirkan perusahaan yang
lebih kecil dan kurang efisien, meninggalkan hanya perusahaan besar daiam jangka
panjang. Stigler membuat konsep ini lebih operasional dengan mengusulkan .untuk
mengklasifikasi perusahaan pada suatu industri berdasarkan ukuran klasifikasi dan
menghitung pangsa masing-masing klasifikasi ukuran tersebut terhadap output
industri. Jika sepanjang waktu pangsa dari output industri yang berasal dari

43
perusahaan kecil menurun sementara output yang berasal dari perusahaan besar
meningkat, hal ini merupakan bukti adanya skala ekonomis yang signifikan. Jika
kasus yang terjadi berlawanan, kita memperoleh skala ekonomis.

Strigler mengaplikasikan teknik ini untuk industri baja dan mengukur


pangsa output industri dari perusahaan kecil, menengah, dan perusahaan besar pada
tahun 1930, 1938, dan 1951. Dia menemükan bahwa pangsa output industri yang
berasal dari perusahaan kecil dan besar menurun sepanjang waktu, sementara untuk
perusahaan berukuran sedang meningkat. Sehingga kita dapat menyimpulkan
bahwa kurva LAC pada industri baja berbentuk U tetapi mempunyai dasar yang
datar (skala hasil tetap beroperasi pada interval output yang lebar). Strigler juga
mengaplikasikan teknik ini pada industri otomotif dan menyimpulkan bahwa skala
ekonomis berlaku pada tingkat output kecil, tetapi skala hasil tetap berlaku pada
sisa interval output (kurva LAC tampak berbentuk L).

Meskipun teknik survival mudah diaplikasikan, teknik ini secara implisit


mengasumsikan bentuk kompetisi yang tinggi struktur pasar di mana teknik
survival beçgantung hanya pada efisiensi ekonomi. Jika perusahaan terlindungi dari
kompetisi karena peraturan pemerintah atau halangan untuk masuk, perusahaan
yang efisien tetap bertahan, dan prinsip survival tetap terdistorsi atau tidak berlaku.

44
Ketidaksempurnaan pasar seperti diferensiasi prodük (eksistensi berbagai merek
prodük yang berbeda) atau keunggulan lokasi, mungkin juga menyebabkan
beberapa perusahaan tetap bertahan meskipun teknik survival relatif tidak efisien.
Lebih jauh lagi, teknik survival tidak memberikan kemungkinan bagi kita untuk
mengukur derajat skala ekonomis atau disekonomis.

45
BAB III
PENUTUP

3.1.Simpulan
Hubungan-hubungan biaya erat kaitannaya dengan keputusan
manajerial. Analisis biaya menunjukan hubungan antara fungsi biaya
dengan fungsi produksi dan beberapa hubungan jangka pendek dan jangka
panjang. Biaya eksplisit menunjukan pengeluaran aktual perusahaan yang
di butuhkan untuk membeli atau menyewa input. Biaya implisit berarti nilai
input yang dimiliki sendiri dan digunakan oleh perusahaan. Dalam
keputusan manajerial baik biaya eksplisit maupun implisit haruslah
dipertimbangkan.
Dalam jangka pendek kita mempunyai biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap sama dengan biaya tetap ditambah biaya variabel total.
Kurva biaya jangka panjang diturunkan dari garis ekspansi dan menunjukan
biaya total minimal untuk memproduksi berbagai tingkat output pada saat
perusahaan dapat membangun berbagai skala pabrik yang diinginkan.
Bentuk U kurva biaya rata-rata jangka panjang didasarkan atas asumsi
bahwa skala ekonomis berlaku pada tingkat output yang kecil dan skala
disekonomis berlaku pada tingkat output yang lebih besar.

3.2. Saran
Kami mencoba untuk mengemukakan saran kepada para pembaca
agar selalu mencari sumber bacaan dan jangan terpacu pada satu sumber
saja. Carilah sumber bacaan lain karena ilmu itu sangatlah penting

46
DAFTAR PUSTAKA
Salvatore, Dominick. 2011. Managerial Economic Ekonomi Manajerial dalam
perkembangan global. Jakarta: Salemba Empat.

L. Pappas James. 1995. Ekonomi Manjaerial. Jakarta: Binarupa Aksara.

Tasman, Auli dan Aima, Hafidz. 2013. Ekonomi Manajerial dengan Pendekatan
Matematis. Jakarta: Rajawali Pers.

https://image3.slideserve.com/6136280/kurva-pembelajaran-l.jpg

https://image3.slideserve.com/6136280/slide11-l.jpg

47

Anda mungkin juga menyukai