Anda di halaman 1dari 3

A.

Latar Belakang
Anak-anak tunadaksa yang termasuk pada kelompok pertama, memiliki
tanda-tanda atau karakteristik seperti: (1) gangguan motorik, (2) gangguan sensoris,
(3) tingkat kecerdasan yang beragam, (4) hambatan persepsi, (5) hambatan bicara,
dan (6) hambatan simbolisasi Sedangkan pada kelompok kedua, ditandai dengan
adanya kelumpuhan otot, kerusakan otot dan kelemahan otot. Memperhatikan
kondisi subjek didik (anak tunadaksa) seperti itu dan supaya potensi yang dimiliki
dapat berkembang optimal, maka perlu layanan Bina Diri.
Dalam keterbatasannya mereka hanya diam terpaku, ada pula yang dapat
bergerak menjalakan aktivitas namun tentu tidak secara sempurna seperti orang
pada umumnya, dia hanya dapat melaksanakan tugas-tugas ringan seperti makan
sendiri, minum sendiri, walaupun masih tertumpah-tumpah tapi setidaknya dia ada
tenaga dan usaha untuk mengerjakannya, hal itu bisa mereka lakukan jika mereka
latihan pembelajaran bina diri tersebut. Seperti yang tercantum dalam buku (Theodor
Hellbrugge dan J.H von Wimpffen, 1989) bahwa waktu yang paling baik untuk
melakukan terapi adalah antara usia tiga sampai sebelas bulan. Semakin dini
perawatan yang diberikan maka semakin besar hasilnya.
Dengan demikian dibutuhkan pelatihan bagi anak-anak yang memiliki
hambatan sensorik-motorik agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, sedikitnya dapat mengurus kebutuhan diri mereka sendiri secara
mandiri. Pelatihan tersebut jika dilaksanakan secara teratur dan rutin maka akan
menghasilkan perkembangan yang baik bagi anak tersebut.
Namun latihan untuk anak tersebut tidak akan langsung adanya perubahan
menjadi cekatan dalam bina diri, latihan tersebut memerlukan proses semua
perkembangan itu memiliki tahap-tahap tertentu menuju kearah yang lebih baik.

B. Tujuan
1. Mendiskripsikan kondisi/ciri/profil subjek tunadaksa
2. Menjelaskan perlakuan / strategi / layanan pendidikan khusus atau program
intervensi pengembangan diri dan gerak yang dilakukan
3. Mendiskripsikan hasil penelitian dari program intervensi pengembangan diri dan
gerak yang dilakukan
4. Mendeskripsikan pendapat terkait artikel yang dikaji
PEMBAHASAN

IDENTITAS

1. Nama : Rully
2. Tempat / Tanggal Lahir : Kulon Progo, 21 April 2008
3. Kelas : 2D
4. Jenjang : SDLB

Kondisi Subjek
1. Anggota Gerak Atas (AGA) masih dapat digerakkan tetapi lemah, ananda
Rully…memerlukan waktu lebih lama untuk melakukan gerakan( dapat bergerak
tetapi lambat)
2. Diperlukan bantuan untuk menggerakkan lengan, tetapi untuk menggerakkan
siku dan tangan dapat dilakukan sendiri.
3. Kondisi kedua anggota gerak bawah (AGB) ananda Rully tidak dapat
digerakkan.
4. AGA masih dapat digerakkan tetapi lemah sehingga memerlukan waktu lebih
lama untuk melakukan gerakan (dapat bergerak tetapi lambat).
5. Diperlukan bantuan untuk menggerakkan lengan, tetapi untuk menggerakkan
siku dan tangan dapat dilakukan sendiri.

Program intervensi
Guru/therapist melakukan pelatihan penguatan kedua AGA agar dapat ditingkatkan
kemampuan gerak dan fungsinya.
Program Latihan bertujuan :

1. Melatih kekuatan otot lengan


2. Melatih gerak jari-jari tangan
3. Melatih fleksibelitas gerak AGA
4. Melatih keterampilan ADL dengan dominasi gerak AGA
5. Latihan secara kontinyu sehingga siswa mampu melakukan sendiri tanpa
bantuan guru/terapis.

No Kompetensi Indikator Materi pokok dikembangan


1 Mampu 1.1.Mengambil -melatih kekuatan otot lengan
melakukan benda sendiri
-melatih gerak jari-jari tangan
gerak pindah diri
dalam kehidupan -melatih fleksibilitas gerak
sehari-hari AGA

dengan benar. -melatih keterampilan ADL


dengan dominasi gerak AGA

Hasil Penelitian
1. Siswa mampu melakukan gerakan mengambil benda dengan benar tanpa
bantuan
2. Selanjutnya siswa melakukan kegiatan meletakkan benda
Setelah guru memberi contoh meletakkan benda di tempat terdekat, siswa
melakukan gerakan meletakkan benda dari tempat yang dekat dengan benar
dan tanpa bantuan tetapi belum seluruh tugas di selesaikan.\
3. Pada kegiatan melakukan gerakan memindahkan benda dari tempat yang
jauh ke arah tubuh anak, anak tidak dapat melakukan gerakan yang
diharapkan.

Pendapat terkait makalah yang dikaji


- Makalah sudah sesuai, karena program intervensi diberikan setelah
asessmen.
- Daftar chek list asessmen dapat menjadi patokan dalam pelaksanaan
asesmen di sekolah
- Program intervensi dapat menjadi acuan dalam memberikan program
layanan kepada peserta didik tunadaksa

Anda mungkin juga menyukai