Adeng
Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung
Jl. Cinambo 136 Ujungberung Bandung.
e-mail: adeng.tedja@ymail.com
Naskah Diterima:21 Mei 2014 Naskah Direvisi: 23 Juni 2014 Naskah Disetujui:25 Juli 2014
Abstrak
Kegiatan penelitian dan penulisan sejarah sosial baru dilakukan sekitar tahun 1950-an,
baik di negara-negara maju maupun di negara-negara yang sedang berkembang. Di negara-negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia, kegiatan penelitian dan penulisan Sejarah Sosial masih
sedikit dilakukan terutama yang bercorak sejarah sosial daerah. Penelitian dan penulisan sejarah
yang sering dilakukan bercorak Sejarah Politik dan Sejarah Militer. Sejarah politik isinya
menguraikan tentang pemerintahan kerajaan-kerajaan di Indonesia, pada masa pemerintahan
Belanda, dan pendudukan Jepang. Sejarah Militer isinya tentang pertempuran-pertempuran baik
melawan agresi Belanda maupun facisme Jepang. Dengan tersusunnya Sejarah Sosial Kota Bekasi
diharapkan dapat diperoleh gambaran atau potret seluruh aspek kehidupan sosial daerah Kota
Bekasi pada masa kini, dengan latar belakang masa lampau untuk memberikan proyeksi pada masa
yang akan datang. Untuk merekontruksi digunakan metode sejarah yang meliputi empat tahap,
yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Kota Bekasi sebelumnya sebuah kecamatan
dari Kabupaten Bekasi. Pada tahun 1982 Kecamatan Bekasi ditingkatkan statusnya menjadi kota
administrasi. Pada tahun 1996 kembali ditingkatkan statusnya menjadi kotamadya. Dalam
perkembangannya Kota Bekasi menjadi kawasan industri dan kawasan tempat tinggal kaum urban.
Kota yang berada dalam lingkungan megapolitan ini merupakan salah satu kota besar urutan
keempat di Indonesia yang terdapat di Provinsi Jawa Barat.
Kata kunci: Bekasi, sosial, budaya.
Abstract
The Research and writing of the new social history made around the 1950s, both in
developed countries and in emerging countries. In countries like Indonesia as one of the emerging
countries, research and writing of Social History is few, especially about the history of social
region. Research and writing of history is often done patterned with Political History or Military
History. The contents of Political history usually outlining with the era of kingdoms, and the
governments in Indonesia at the time of Dutch and Japanese occupation. The contents of Military
History usually discussed the battles either against the aggression of the Dutch and Japanese
fascism. With the completion of the Social History of Bekasi City, hopefully it can get a
photograph all aspects of the social life of the city of at present, with a background in the past to
provide projections of future. This research used historical method which includes four phases:
heuristic, criticism, interpretation, and historiography. In the past Bekasi well known as sub-
district of Bekasi District. In 1982 the sub-district of Bekasi upgraded to municipality or
administration city. Bekasi become a city in 1996. In their development, Bekasi become a central
of industrial area and as residence of urban society. The town is located in a megapolitan city of
Jakarta, and one of the biggest cities in in the province of West Java.
Keywords: Bekasi, social, cultural.
398 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 397-412
Kota Bekasi sebelumnya merupakan kekinian. Dalam hal ini, hanya sebagian
sebuah kecamatan dari Kabupaten Bekasi. kecil warisan budaya leluhur yang masih
Pada tahun 1982 Kecamatan Bekasi dipertahankan dan dilaksanakan oleh
ditingkatkan statusnya menjadi Kota mereka. Oleh karena itu, kehidupan
Administrasi Bekasi. Maksud pemben- mereka sehari-hari cenderung sama dengan
tukan Kotif Bekasi, salah satunya adalah kelompok masyarakat lain pada umumnya.
agar pelayanan kepada masyarakat dapat Gotong-royong atau tolong
lebih optimal dan memperpendek jalur menolong dalam kehidupan masyarakat
birokrasi. Karena pesatnya perkembangan Kota Bekasi pada prinsipnya berakar pada
Kota Administratif Bekasi, pada tahun perasaan saling membutuhkan.
1996 kembali ditingkatkan statusnya Koentjaraningrat (1974: 358), mengemu-
menjadi Kotamadya atau sekarang lebih kakan bahwa sistem tolong-menolong itu
dikenal dengan Kota Bekasi. Dengan rupa-rupanya suatu teknik pengerahan
pesatnya perkembangan, Kota Bekasi tenaga yang mengenai pekerjaan yang
menjadi kawasan industri dan kawasan tidak membutuhkan keahlian. Dengan
tempat tinggal kaum urban. Kota yang demikian, jiwa gotong royong dan tolong
berada dalam lingkungan megapolitan ini menolong itu dapat diartikan sebagai
merupakan salah satu kota besar urutan perasaan rela membantu sesama warga
keempat di Indonesia yang terdapat di masyarakat, sebagai sikap yang
Provinsi Jawa Barat (Pemda Kota Madya menyiratkan saling pengertian terhadap
Bekasi, 1999: 26) kebutuhan sesama warga masyarakat.
Pada tahun 1998 Kota Bekasi Berdasarkan uraian di atas, maka
membawahkan 8 kecamatan dan 50 dalam gotong-royong terkandung prinsip
kelurahan/desa. Adapun 8 kecamatan, timbal balik yang sudah merupakan
yaitu: Bekasi Utara, Bekasi Timur, Bekasi kehidupan, bukan saja pada masyarakat
Selatan, Bekasi Barat, Pondok Gede, Kota Bekasi, melainkan merupakan pola
Jatiasih, Bantargebang, Kecamatan kehidupan masyarakat desa pada
Pembantu Jatisampurna. Jumlah desa umumnya. Begitu pula dalam tolong-
sebanyak 50 itu hasil pemekaran dari dua menolong mempererat hubungan sesama
kelurahan di Kecamatan Bekasi Barat warga masyarakat dan memupuk
(kalurahan Kali Baru) menjadi Kalurahan solidaritas kebersamaan dalam
Kali Baru dan Kalurahan Kota Baru atau mewujudkan kehidupan yang harmonis,
Kecamatan Bekasi Timur. (Kalurahan misalnya menengok tetangga yang
Durenjaya menjadi Kalurahan Duren Jaya mendapatkan musibah, memberikan
dan Kalurahan Aren Jaya). Pada tahun sumbangan baik berupa pikiran maupun
2000 Kota Bekasi menjadi 10 Kecamatan materi kepada warga masyarakat yang
dan 55 kelurahan/desa. Pada tahun 2012 mempunyai maksud seperti hajatan
menjadi 12 kecamatan dan 56 khitanan atau pernikahan.
kelurahan/desa (Sopandi, 2009: 139-140; Sebelumnya, penduduk Kota Bekasi
Bappeda, 2013: 7). didominasi oleh suku Sunda. Oleh karena
itu, tentu saja budaya Sunda mewarnai
2. Kehidupan Sosial Budaya kehidupan mereka secara keseluruhan.
Manusia sepanjang hidupnya Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
menerima warisan budaya yang diturunkan yang bersifat informal, mereka
dari leluhurnya juga menikmati hasil menggunakan bahasa Sunda sebagai
budaya yang tercipta selama dia hidup. bahasa pengantar, baik di dalam rumah
Komposisi mengenai hal itu tentu saja maupun di lingkungan masyarakat.
berbeda antara kelompok masyarakat yang Sementara itu, dalam situasi dan
satu dan kelompok masyarakat lainnya. lingkungan formal atau ketika
Ada kelompok masyarakat yang lebih berkomunikasi dengan orang di luar suku
banyak melaksanakan aktivitas budaya
402 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 397-412
Sunda, mereka akan menggunakan bahasa (Jakarta) diikuti penduduk asal Jawa yang
Indonesia. mewarnai kosa kata bahasa daerah
Namun seiring dengan pinggiran, seperti ora ‘tidak’, lanang
perkembangan yang begitu pesat, proses ‘laki-laki’ dan bocah ‘anak-anak’. Hal
migrasi penduduk di daerah ini cukup inilah yang kemudian membedakan dialek
tinggi yang berdampak terhadap unsur- bahasa Jakarta dengan ciri ucapnya banyak
unsur budaya luar yang berkembang di menggunakan vokal e pada kosa katanya
daerah Bekasi. Bekasi yang menjadi kota seperti ape, ade, aye, gue dan sebagainya
urban, terkena imbas budaya Betawi yang dengan dialek bahasa pinggiran (Bekasi)
begitu mudah masuk dan memengaruhi yang tidak menggunakan vokal e (pepet)
nilai-nilai sosial, termasuk bahasa. tetapi vokal a seperti apa, saya, ada, gua.
Seringkali orang Bekasi dapat dikenali (Muhajir, 2000: 35; Sopandi et al., 2005:
kesundaannya dari logat dan nada yang 194).
digunakan. Namun diksi dan kata-kata Selain pengaruh bahasa Sunda-
yang dipilih lebih mengarah ke bahasa Jawa-Bali, bahasa di daerah Bekasi pun
Betawi. Sehingga dapat disimpulkan banyak mendapat pengaruh unsur-unsur
bahasa Bekasi adalah percampuran antara bahasa Cina, terutama dalam bahasa
Betawi dan Sunda yang membuat sehari-hari masyarakat Bekasi dalam
bahasanya menjadi khas, unik, dan menghitung biasanya menggunakan
menarik. hitungan-hitungan bahasa Cina, seperti
Sebagaimana dikemukakan dalam cepek, gopek, dan sebagainya.
Kamus Dialek Bekasi yang dibuat Menurut Stephen Wallace dalam
beberapa tahun lalu hendaknya dikritisi Muhajir (2000: 70), secara umum dialek
kembali peruntukannya. Demikian pula Jakarta dan pinggiran dikelompokkan
secara metodologis masih terkesan dalam dua dialektal, yaitu: dialek Betawi
mengadopsi Kamus Dialek Betawi-Jakarta. Tengahan (DKI Jakarta) dan dialek Betawi
Oleh sebab itu, dibutuhkan tahapan yang Pinggiran (Bekasi, Bogor dan Tangerang)
kritis dengan metode prosedural yang sejajar dengan sejarah kependudukannya.
sistematis dalam menentukan identitas Suku Betawi yang tinggal di pertengahan
bahasa di daerah Bekasi. Secara realitas, kota sedangkan di wilayah pinggiran
daerah ini banyak mendapatkan pengaruh terdapat penduduk bercirikan Jawa dan
dari unsur-unsur lain di antaranya Sunda, Sunda, Bali, dan Sunda-Banten.
Jawa, Bali, dan sebagainya, selain Bekasi mengalami proses asimilasi
kebudayaan Betawi. Oleh sebab itu, bentuk dan akulturasi kebudayaan seperti yang
dialek Bekasi pun khas dan sangat berbeda telah disebutkan di atas dari berbagai
dengan dialek Jakarta. Walaupun daerah seperti Bali, Melayu, Bugis, dan
kenyataannya, menurut Muhajir secara Jawa. Pengaruh etnis tersebut tersebar di
geografis bahasa Betawi berada di wilayah wilayah Bekasi, antara lain: Suku Sunda
berbahasa Sunda, terutama di daerah banyak bermukim terutama di wilayah
pinggiran Jakarta (di antaranya daerah Lemahabang; Cibarusah, Setu, sebagian
Bekasi). (Muhajir, 2000: 35; Sopandi et Pebayuran dan sebagian Pondok Gede.
al., 2005: 194). Suku Jawa dan Banten banyak bermukim
Dalam catatan sejarah, Gubernur di Kecamatan Sukatani dan sebagian
VOC J.P. Coen pernah membuat kebijakan Cabang Bungin. Suku bangsa Melayu
menutup Kota Jakarta dari penduduk banyak bermukim di Kecamatan Bekasi
pribumi dalam sebuah zona penyangga (daerah kota), Cilincing (sekarang masuk
untuk menjaga keamanan pusat pemerintah Jakarta), Pondok Gede, Babelan, Tambun,
dalam bentuk “Residentie Ommelanden Cikarang, Cabang Bungin, dan Setu. Suku
van Batavia”, banyak penduduk pribumi, Bali terdapat di sebuah kampung di
Sunda hijrah ke daerah pinggiran Batavia Kecamatan Sukatani, bahkan sampai
Sejarah Sosial Kota Bekasi… (Adeng) 403
sekarang namanya masih Kampung Bali. dan lelucon. Bentuk ekspresi seni melalui
Keberadaan penduduk yang berasal dari gerakan yang indah gemulai dipilih dalam
berbagai etnis tersebut telah memengaruhi bentuk tarian yang menggambarkan jiwa
pola hidup dan bahasa1. heroik dan patriotik. Kombinasi antara
pencak silat, lawak, dan tarian itulah
a. Kesenian Tradisional menjadi unsur seni topeng (Rosyadi et al.,
Kota Bekasi secara umum juga 2010: 39-40).
memiliki kekayaan budaya yang tidak Awal mula munculnya, Tari
kalah menariknya dengan kota/kabupaten Topeng dimainkan sebagai penghibur pada
lain yang ada di Jawa Barat, di antaranya acara hajatan rakyat seperti hajat bumi atau
beragam kesenian tradisional yaitu: pun mauludan. Tari Topeng tersebut
kesenian tari topeng, tanjidor, lenong, ditanggap/diselenggarakan oleh para petani
gambang kromong, wayang kulit, wayang guna menyambut panen padi tiba,
golek, ujungan, musik gambus, dan tujuannya sebagai rasa syukur kepada
permainan anak-anak. Dewi Sri yang dipercaya memberikan
Tari topeng Bekasi merupakan teater keberhasilan pertanian.
rakyat yang sudah berkembang di wilayah Peralatan yang digunakan dalam
budaya Betawi pinggiran lebih dari topeng Bekasi terdiri atas: kendang,
setengah abad. Kesenian ini dapat salendro, saron, bende. Adapun
dikatakan merupakan bentuk lain dari kelengkapan busana yang dikenakan oleh
kesenian banjet di Pasundan, terutama di penari wanita, adalah:
daerah Karawang. - Kembang Topeng, yaitu hiasan mahkota
Menurut asal-usulnya, sewaktu
yang terbuat dari benang wol yang
Belanda menduduki Batavia, Mataram
menyerupai sanggul (dengan ukuran
masuk dalam sasaran Belanda untuk
kecil dan sedang) dihiasi dengan aneka
ditaklukkan. Sementara itu, Mataram
kembang yang berwarna-warni serta
mempunyai ambisi besar untuk menguasai rambut memakai cepol.
Pulau Jawa. Untuk mewujudkan ambisinya
- Toke-toke, yaitu selempang yang dipakai
itu, Batavia yang sudah diduduki Belanda
di dada dengan posisi menyilang, toke-
diserang oleh Mataram. Namun dalam
toke ini dihiasi manik-manik.
serangan itu, Mataram gagal untuk
- Kebaya bosrok, yaitu kain berlengan
menguasai Batavia dari tangan Belanda.
sampai sikut yang berwiru tiga susun.
Kemudian para prajuritnya diperintahkan
- Amprok, yaitu kain bersulam yang
tetap berjaga-jaga di pos terdepan sambil
dipakai untuk menutupi pusar yang
mengadakan gerilya, mengganggu
berjubai.
Belanda, atau menjadi mata-mata. Tidak
- Kain sarung yaitu kain yang dipakai
sedikit dari para prajurit tersebut menjadi
untuk menutupi bagian bawah badan dari
jawara, memiliki kekebalan fisik, dan
pinggul sampai mata kaki.
mempunyai kemahiran baik dalam
- Selendang yang dipakai di sebelah kiri
menggunakan senjata tajam, pencak silat,
dan kanan yang diselipkan pada ikat
dan bela diri. Sejak saat itulah perjuangan
pinggang (Rosyadi et.al., 2010: 40-41).
melalui seni mulai juga dilancarkan, seni
pencak silat dipakai sebagai refleksi jawara Sementara itu penari laki-laki
mengenakan baju kemaja, celana panjang,
untuk menyindir kehidupan sosial Belanda,
dan topeng. Dahulu pertunjukan Topeng
mereka juga menggunakan bentuk lawakan
Bekasi biasa diselenggarakan di pelataran
1 atau halaman rumah dengan alat
Diakses dari:
penerangan obor. Sekarang kesenian ini
http://www.bekasiurbancity.com/blog/2013/06/
30/tari-topeng-peninggalan-seni bu-daya- biasa dipertunjukkan di atas panggung
bekasi/#sthash.Flc5iNAf.dpuf hiburan atau gedung pertunjukan dengan
penerang listrik. Pertunjukan biasanya
404 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 397-412
dilaksanakan pada malam hari, antara seperti Kang Haji, Oncom lele, dan
pukul 20.00 hingga 02.00, dengan jumlah sebagainya (Rosyadi et.al., 2010: 32)
pemain antara 20 -- 25 orang termasuk Kesenian tanjidor bukan hanya
penabuh. merupakan seni pertunjukan untuk
Kesenian tanjidor adalah sebuah menghibur masyarakat tetapi bisa pula
kesenian tradisional Betawi yang hidup di dimainkan pada acara perkawinan, yaitu
wilayah budaya Betawi pinggiran, saat mengiringi rombongan pengantin pria
termasuk di Kota Bekasi. Tanjidor menuju rumah pengantin wanita. Dewasa
merupakan sejenis kesenian orkes rakyat ini kegiatan tersebut sudah sangat jarang
Betawi, yang menggunakan alat-alat musik dilakukan. Kelompok kesenian tanjidor
Barat, terutama alat tiup terompet dan sendiri saat ini sudah jarang yang aktif
tambur atau drum band. bahkan sebagian besar sudah bubar. Selain
Kesenian ini dinamai tanjidor kurangnya minat generasi muda untuk
karena didominasi oleh suara dor-dor yang belajar dan menjadi seniman tanjidor, juga
keluar dari bunyi tambur atau drum band disebabkan alat-alat musik tanjidor dari
yang cukup dominan dalam pertunjukan kelompok-kelompok yang sudah pernah
kesenian ini. Sebagian masyarakat Bekasi ada sudah banyak yang rusak dimakan
ada juga yang menyebut kesenian ini usia. Sedangkan untuk menggantikannya
dengan nama gebret, yang diambil dari dengan yang baru sulit dilakukan karena
bunyi terompet, yang juga dominan dalam susah pembuatannya dan biayanya cukup
kesenian ini. tinggi. Di samping itu, pengaruh budaya
Kesenian tanjidor berkembang di Barat sangat besar di kalangan generasi
daerah Bekasi sekitar abad ke-19. muda, sehingga mereka tidak berminat
Kesenian tanjidor merupakan warisan menekuni budaya tradisional yang
kebudayaan dari bangsa Eropa yang dianggap ketinggalan zaman (Sopandi,
menetap di Batavia (Jakarta). Oleh karena 2009: 243).
itu, alat musik yang dimainkan dalam Lenong merupakan jenis kesenian
kesenian tanjidor biasanya merupakan alat rakyat Bekasi yang beralunan gambang
musik yang berasal dari Eropa Barat yang kromong dan diselingi dengan bodoran-
terdiri atas alat musik tiup dan tambur. bodoran atau lawakan tanpa plot cerita.
Alat musik tiup terdiri atas piston, Bobodoran tersebut berisi kritik sosial
trombon, dan klarinet. Sedangkan alat terhadap penguasa, atau masyarakat yang
musik tambur (dipukul) terdiri atas tenor tidak mau berkembang. Pada intinya
drum, bass drum, dan snar drum. Selain lenong menampilkan cerita tentang
alat-alat tersebut, kesenian tanjidor juga kehidupan sehari-hari para jagoan, tuan
dilengkapi dengan alat musik lain yaitu tanah, drama rumah tangga, dan lain-lain.
biola, ringbells, dan lain-lain (Sopandi, Lenong adalah bentukan dari teater peran,
2009: 243). yang merupakan hasil perkembangan
Busana yang dikenakan adalah teaterisasi teater tutur gambang rancag.
busana sehari-hari. Laki-laki mengenakan Secara visual, lenong menunjukkan unsur-
celana panjang, baju lengan panjang, dan unsur pengaruh dari luar, terutama unsur
memakai peci, sedangkan wanita Cina. Hal itu tidak mengherankan, seperti
mengenakan kain, kebaya, dan halnya orkes gambang kromong, yang
berkerudung. pada masa awal pertumbuhannya dibina
Lagu-lagu yang dibawakan tanjidor dan dikembangkan oleh masyarakat
adalah Batalion, Kramton, Bananas, Delsi, keturunan Cina.
Was Tak-tak, Cakranegara, dan Welmes. Menurut asal-usulnya, pada masa
Semua penamaan tersebut berdasar istilah pemerintahan Belanda, di Bekasi dikenal
setempat. Perkembangan selanjutnya adanya tuan-tuan tanah. Hampir 75%
dibawakan pula lagu-lagu Sunda-Gunung, wilayah Bekasi dikuasai oleh para tuan
Sejarah Sosial Kota Bekasi… (Adeng) 405
tanah, yang terdiri atas orang-orang Eropa Ombak. Pada waktu itu kesenian lenong
dan Cina yang menguasai tanah tersebut, merupakan kesenian yang cukup diminati
sedangkan rakyat Bekasi hanya sebagai oleh masyarakat di berbagai kalangan.
penggarap tanah. Untuk mengawasi tanah- Pertunjukan lenong biasanya dilaksanakan
tanah tersebut, tuan tanah mengangkat pada acara-acara syukuran khitanan,
pembantu dekatnya yang disebut Potia, pernikahan atau acara syukuran panenan
semua pekerja harus menuruti perintah sawah atau berkebun. Di kalangan praktisi
potia. Potia juga menerima laporan dari seni lenong, dikenal dua jenis lenong, yaitu
mandor. Orang yang diangkat mandor lenong denes dan lenong preman. Cerita
adalah jagoan atau jawara yang ditakuti yang ditampilkan dalam lenong denes
penduduk. Keberadaan tuan tanah tersebut berkisar pada cerita raja, bangsawan dan
semakin hari semakin menyengsarakan pengawalnya. Pakaian yang dikenakan
rakyat, sehingga muncullah Entong Tolo, pemain lenong denes disesuaikan dengan
seorang pembela rakyat yang dengan gigih peran yang dimainkannya, pemain yang
melakukan perlawanan terhadap para tuan menokohkan raja dan bangsawan
tanah. Kisah tentang pembela rakyat itulah mengenakan pakaian yang terbuat dari
yang sering dipentaskan dalam cerita sutra. Ada juga masyarakat yang
lenong (Rosyadi et al., 2010: 35-36). mengatakan lenong denes ini dengan nama
Kesenian Lenong dibedakan dalam wayang dungdung (Sopandi et al., 2005:
dua jenis, yaitu : Pertama, lenong preman. 87-88).
yang mengetengahkan cerita sehari-hari Keberadaan kesenian lenong di
yang ada di dalam masyarakat tersebut, Bekasi sekarang ini sudah hampir
seperti cerita tentang kesemena-menaan terlupakan oleh sebagian masyarakat.
tuan tanah terhadap rakyat Bekasi. Bahkan, lenong di zaman sekarang
Kemudian muncul seorang jagoan yang merupakan kesenian yang langka. Hal ini
bertindak sebagai pembela rakyat. terjadi mungkin karena beragamnya jenis
Lenong preman ini juga sering dinamakan hiburan yang menjadi pilihan masyarakat
dengan Lenong Jago. Kedua, lenong dan semakin berkurangnya generasi muda
denas. Dinamakan lenong denas karena yang berminat untuk menekuni kesenian
para pemainnya menggunakan pakaian lenong ini. Bahkan dari generasi muda
dinas. Lenong denas ini tidak sering yang tadinya berprofesi sebagai pemain
dipentaskan (Rosyadi et al. 2010: 39-40). lenong sudah beralih profesi lain. Ada
Dalam perkembangannya, lenong yang menjadi petani, pedagang, tukang
merupakan generasi baru dari jenis ojeg atau menjadi buruh pabrik yang
kesenian wayang klitik. Pada tahun 1948 memberikan penghasilan (pendapatan)
masyarakat Bekasi menyebutnya sebagai yang lebih baik dibandingkan sebagai
wayang dundung. Mengenai pergantian pemain lenong.
nama, tidak ada sumber yang dapat Kesenian gambang kromong berasal
memastikan dan menjawab secara jelas dari nama dua buah alat perkusi, yaitu
mengapa terjadi pergantian nama. Namun gambang dan kromong. Bilahan gambang
secara material bentuk kesenian ini tidak sebanyak 18 buah biasanya terbuat dari
mengalami perubahan, hanya pada kayu suangking, huru batu, atau kayu jenis
penyebutan nama saja. Perubahan nama ini lain yang merdu bunyinya bila dipukul.
bergulir menjadi sandiwara lenong dan Adapun kromong yang berjumlah 10 buah
sekarang orang mengenalnya dengan nama (pencon) terbuat dari perunggu atau besi.
lenong. (Sopandi et al., 2005: 86). Alat untuk meletakkan bilahan gambang
Kemudian pada tahun 1950-an dan kromong disebut ancak, berkaki cukup
terdapat satu grup lenong di Bekasi yang tinggi sehingga dapat dimainkan sambil
sangat terkenal, yaitu Kelompok Lenong berdiri atau duduk di kursi. Kedua alat
Rindu Malam yang dipimpin oleh Bapak musik ini terkadang tidak memakai kaki
406 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 397-412
Hal ini terbukti dalam pembuatan Mataram. Mereka lebih memilih menetap
sebuah loji untuk menyimpanan barang dan berkeluarga di sekitar Bekasi dan
dagangan mirip sebuah benteng Karawang. Kaum urban dari Mataram ini
pertahanan dan bahan-bahannya pun dari tentu saja memberi tambahan warna
batu-batuan sehingga bangunan itu terlihat kehidupan terhadap budaya masyarakat
kokoh dan kuat. Melihat bangunan tersebut setempat, terutama di bidang kesenian,
menyulut kemarahan Pangeran agama, dan sebagainya. Sebagai contoh
Wijayakarta terhadap VOC dan tidak sabar kesenian topeng, ujungan, wayang kulit
lagi ingin menghancurkan benteng yang telah diuraikan di atas selalu
tersebut. Pada tanggal 23 Desember 1618 mengklaim bahwa kesenian tersebut
Pangeran Jayakarta bersiap-siap untuk tumbuh sejak para pasukan Mataram
melakukan penyerangan secara besar- menetap di Bekasi.
besaran terhadap VOC yang telah ingkar Di samping itu, ada juga nama
janji atau melanggar isi perjanjian yang tempat atau nama daerah yaitu Babelan.
telah disepakati itu (Disparbud DKI Ada dua versi cerita yaitu, pertama,
Jakarta, 2003: 21). merujuk pada seorang tuan tanah yang
Dalam pertempuran itu Pangeran berasal dari etnis Cina, yang bernama Babe
Wijayakarta menderita kekalahan dan Lan. Kemudian tempat yang didiami oleh
mundur ke Banten. Pada tanggal 30 Mei orang Cina tersebut dinamakan Babelan.
1619 Kota Jakarta jatuh ke tangan Kedua, nama Babelan juga dapat
Kompeni Belanda (VOC) di bawah ditemukan di daerah Karawang, Cirebon,
pimpinan Gubernur Jenderal Jan Tegal, dan lain-lain. Daerah-daerah
Pieterszoon Coen yang kemudian tersebut menjadi jalur distribusi pasukan
mengganti nama Jayakarta menjadi Mataram. Nama Babelan adalah semacam
Batavia (sekarang Jakarta) (Disparbud base camp atau tempat istirahat pasukan
DKI Jakarta, 2003: 22). Mataram. Tempat itu akhirnya dinamakan
Dari Batavia, Kompeni Belanda Babelan. (http://bloggerbekasi.com/2010
(VOC) melakukan ekspansi dagang dan /01/12/sejarah-panjang-bekasi-ii.html).
kekuasaan ke wilayah lain di Nusantara. Walaupun berhasil memukul
Kondisi ini membuat marah Raja Mataram, mundur pasukan Mataram, kekuatan VOC
Sultan Agung. Pada tahun 1628 sampai di daerah pedalaman justru semakin lemah,
tahun 1630 Sultan Agung mengirimkan karena sering diganggu oleh sisa pasukan
pasukan yang cukup banyak beserta Mataram dan Banten yang melakukan
perlengkapan perang dan bahan makanan strategi perang gerilya. Untuk
ke Batavia untuk menghancurkan VOC. mempertahankan wilayahnya, VOC
Sedangkan perbekalan dan peristirahatan mendekati para tokoh dan jagoan (jawara)
pasukan ditempatkan di Bekasi, Karawang, dengan memberikan hadiah berupa tanah
Cirebon, dan Tegal. Namun sayang, atau menjualnya dengan harga yang sangat
pasukan Mataram gagal menguasai murah. Namun dalam praktik, penguasaan
benteng Batavia bahkan menderita tanah lebih didominasi oleh orang Eropa
kekalahan. Perbekalan dan perlengkapan dan etnis Cina. Sejak itu mulai dikenal
perang Mataram dihancurkan oleh pasukan istilah “tanah partikelir”, di mana para
Kompeni Belanda VOC (Lasmyati et al., tuan tanah memiliki kekuasaan mutlak atas
2010: 7-8). tanah yang dikuasainya, bahkan memiliki
Para prajurit yang selamat tidak kekuasaan seperti pemerintahan. Konon
berani kembali ke Mataram karena ada luasan tanah yang dikuasai pada waktu itu
ultimatum dari Sultan Agung yang hampir sama dengan luas satu kecamatan
mengancam akan membunuh seluruh atau beberapa desa di Kota Bekasi
pasukan yang gagal melakukan (Lasmiyati et al., 2010: 8).
penyerangan ke Batavia bila kembali ke
Sejarah Sosial Kota Bekasi… (Adeng) 411
B. Internet
http:id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bekasi#cite_N
ote -23 di akses tanggal 24 Maret 2014
pukul 10.15 WIB).
http://asal-usul07.blogspot.com/2012 /01/asal-
usul-sejarah-kota-bekasi.html. di akses
tanggal 1 April 2014 pukul 13.30 WIB).
http://www.bekasiurbancity.com/blog/2013/06/
30/tari-topeng- peninggalan-seni-
budayabekasi/#sthash.Flc5iNAf. dpuf,