Anda di halaman 1dari 16

Sejarah Sosial Kota Bekasi… (Adeng) 397

SEJARAH SOSIAL KOTA BEKASI


SOCIAL HISTORY OF BEKASI CITY

Adeng
Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung
Jl. Cinambo 136 Ujungberung Bandung.
e-mail: adeng.tedja@ymail.com

Naskah Diterima:21 Mei 2014 Naskah Direvisi: 23 Juni 2014 Naskah Disetujui:25 Juli 2014

Abstrak
Kegiatan penelitian dan penulisan sejarah sosial baru dilakukan sekitar tahun 1950-an,
baik di negara-negara maju maupun di negara-negara yang sedang berkembang. Di negara-negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia, kegiatan penelitian dan penulisan Sejarah Sosial masih
sedikit dilakukan terutama yang bercorak sejarah sosial daerah. Penelitian dan penulisan sejarah
yang sering dilakukan bercorak Sejarah Politik dan Sejarah Militer. Sejarah politik isinya
menguraikan tentang pemerintahan kerajaan-kerajaan di Indonesia, pada masa pemerintahan
Belanda, dan pendudukan Jepang. Sejarah Militer isinya tentang pertempuran-pertempuran baik
melawan agresi Belanda maupun facisme Jepang. Dengan tersusunnya Sejarah Sosial Kota Bekasi
diharapkan dapat diperoleh gambaran atau potret seluruh aspek kehidupan sosial daerah Kota
Bekasi pada masa kini, dengan latar belakang masa lampau untuk memberikan proyeksi pada masa
yang akan datang. Untuk merekontruksi digunakan metode sejarah yang meliputi empat tahap,
yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Kota Bekasi sebelumnya sebuah kecamatan
dari Kabupaten Bekasi. Pada tahun 1982 Kecamatan Bekasi ditingkatkan statusnya menjadi kota
administrasi. Pada tahun 1996 kembali ditingkatkan statusnya menjadi kotamadya. Dalam
perkembangannya Kota Bekasi menjadi kawasan industri dan kawasan tempat tinggal kaum urban.
Kota yang berada dalam lingkungan megapolitan ini merupakan salah satu kota besar urutan
keempat di Indonesia yang terdapat di Provinsi Jawa Barat.
Kata kunci: Bekasi, sosial, budaya.

Abstract
The Research and writing of the new social history made around the 1950s, both in
developed countries and in emerging countries. In countries like Indonesia as one of the emerging
countries, research and writing of Social History is few, especially about the history of social
region. Research and writing of history is often done patterned with Political History or Military
History. The contents of Political history usually outlining with the era of kingdoms, and the
governments in Indonesia at the time of Dutch and Japanese occupation. The contents of Military
History usually discussed the battles either against the aggression of the Dutch and Japanese
fascism. With the completion of the Social History of Bekasi City, hopefully it can get a
photograph all aspects of the social life of the city of at present, with a background in the past to
provide projections of future. This research used historical method which includes four phases:
heuristic, criticism, interpretation, and historiography. In the past Bekasi well known as sub-
district of Bekasi District. In 1982 the sub-district of Bekasi upgraded to municipality or
administration city. Bekasi become a city in 1996. In their development, Bekasi become a central
of industrial area and as residence of urban society. The town is located in a megapolitan city of
Jakarta, and one of the biggest cities in in the province of West Java.
Keywords: Bekasi, social, cultural.
398 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 397-412

A. PENDAHULUAN Dengan tersusunnya sejarah sosial


Sejarah sosial ialah sejarah Kota Bekasi maka diharapkan dapat
sekelompok manusia dengan ciri-ciri etnis memperoleh gambaran tentang kehidupan
tertentu yang berperan sebagai pendukung masyarakat tersebut seperti keadaannya
kebudayaan lokal, misalnya masyarakat pada masa kini, dengan latar belakang
Betawi di Kota Jakarta. Keadaan masa lampau untuk memberikan proyeksi
masyarakat di setiap daerah selalu pada masa datang. Adapun tujuan
mengalami perubahan dan pertumbuhan penulisan sejarah sosial adalah untuk
karena adanya proses sosialisasi, yang meningkatkan pengetahuan tentang
merupakan modal berharga dalam usaha pertumbuhan dan perkembangan
mewujudkan upaya pembinaan persatuan kehidupan masyarakat serta melengkapi
dan kesatuan yang berbhineka (Lohanda et bahan untuk penulisan Sejarah Daerah
al., 1984: v). dan Sejarah Nasional. Dalam penulisan
Penelitian dan penulisan sejarah mencakup sektor lokasi, demografi,
sosial daerah dapat dikatakan masih baru kependudukan, pemerintahan, sosial
dalam dunia ilmu sejarah, baik di negara- budaya, kesenian tradisional, sistem
negara maju dan terutama bagi negara- Penanggalan masyarakat Bekasi, upacara
negara yang sedang berkembang. Di daur hidup, dan pengaruh budaya
negara-negara maju, kegiatan penelitian Mataram. Dengan demikian proses
dan penulisan sejarah sosial baru mendapat sosialisasi sebagai kejadian sejarah akan
perhatian dan tempat sebagai kegiatan memberikan kesadaran terbinanya jiwa
yang penting pada tahun 1950-an (Mamar kebangsaan terutama pada generasi muda
et al., 1984: 1). mengenai kesinambungan sejarah bangsa
Kegiatan semacam itu mula-mula dalam rangka pembinaan bangsa.
dipelopori oleh sarjana-sarjana Perancis,
yakni: Lucian Febvre dan Marc Bloch. ME B. METODE PENELITIAN
Penulisan sejarah yang beraliran Annales Penelitian dan penulisan Sejarah
itu pada akhirnya menjadi model bagi Sosial Kota Bekasi menggunakan metode
generasi baru penulis sejarah sosial yang sejarah, yaitu meliputi empat tahap:
semakin memperkuat kedudukannya dalam heuristik, kritik, interpretasi, dan
dunia penulisan sejarah. Penulisan sejarah historiogarfi. Pada tahap heuristik
yang beraliran Annales ini termasuk dilakukan pengumpulan sumber, primer
banyak pengaruh di kalangan para penulis dan sumber sekunder. Untuk mendapatkan
sejarah sosial di Amerika (Mamar et al., sumber tersebut penulis langsung terjun ke
1984: 1). lapangan baik mendatangi dinas terkait
Di negara-negara yang sedang yakni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
berkembang seperti Indonesia, kegiatan Kota Bekasi, Badan Pusat Statistik Kota
penelitian dan penulisan sejarah sosial Bekasi, Perpustakaan Pemda Bekasi, dan
masih sedikit dilakukan terutama yang lain-lain. Terhadap sumber yang telah
bercorak sejarah sosial daerah. Penelitian diperoleh dilakukan kritik ekstern dan
dan penulisan sejarah yang sering kritik intern, untuk menentukan otentisitas
dilakukan bercorak Sejarah Politik dan sumber dan kredibilats data/informasi.
Sejarah Militer. Sejarah Politik isinya Selanjutnya, pada tahap interpretasi,
menguraikan tentang pemerintahan dilakukan proses pemberian makna dan
kerajaan-kerajaan di Indonesia, pada masa penafsiran, sehingga fakta-fakta tersebut
pemerintahan Belanda dan pendudukan dapat menjelaskan objek studi secara jelas
Jepang. Sedangkan Sejarah Militer isinya dan lengkap. Proses terakhir adalah
tentang pertempuran-pertempuran baik historiografi yang bertujuan untuk
melawan agresi Belanda maupun facisme merangkaikan fakta-fakta tersebut menjadi
Jepang. kisah sejarah yang selaras.
Sejarah Sosial Kota Bekasi… (Adeng) 399

C. HASIL DAN BAHASAN berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta


1. Gambaran Umum Kota Bekasi (Bappeda, 2013: 7).
a. Geografi
Secara administrasi Kota b. Kependudukan
Bekasi merupakan salah satu kota yang Data kependudukan merupakan data
masuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa yang bersifat dinamais dan strategis.
Barat. Kota Bekasi berada dalam Disebut dinamis karena jumlah penduduk
lingkungan megapolitan Jabodetabek terus mengalami perubahan dalam satu
(Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan kurun waktu tertentu akibat mobilitas
Bekasi). Kota Bekasi berkembang menjadi penduduk. Data penduduk juga merupakan
tempat tinggal kaum urban dan sentra data yang strategis karena digunakan
industri. Jarak antara Kota Bekasi dengan sebagai perencanaan pembangunan suatu
Ibukota Provinsi Jawa Barat ± 140 km dan daearah.
jarak antara Kota Bekasi dengan Ibukota Penduduk Kota Bekasi pada tahun
Jakarta ± 18 km. 2003 berjumlah sebanyak 1.845.005 orang
Kota Bekasi merupakan daerah yang terdiri dari 930.143 orang penduduk
dataran dengan kemiringan antara 0-2 % laki-laki dan 914.862 orang perempuan.
dan ketinggian antara 11 m - 81 m di atas Penduduk tersebut tersebar di 10
permukaan laut. Secara geografis Kota kecamatan 52 kelurahan. Namun demikian
Bekasi berada pada posisi 106055 Bujur sebaran di setiap kecamatan tidak merata.
Timur dan 60 7-60 15 Lintang Selatan Kecamatan Bekasi Utara yang luasnya
(Bappeda, 2013: 1-2). 12,49 km2 relatif kecil dibandingkan
Kota Bekasi dilintasi oleh Jalan Tol dengan Kecamatan Bantargebang
Jakarta-Cikampek, dengan empat gerbang misalnya, mempunyai jumlah penduduk
tol akses, yaitu Pondok Gede Barat, paling banyak yaitu 236.303 orang,
Pondok Gede Timur, Bekasi Barat, dan kemudian diikuti oleh Kecamatan Pondok
Bekasi Timur. Jalan tol Lingkar Luar Gede sebesar 232.110 orang dan
Jakarta dengan empat gerbang tol akses Kecamatan Jatisampurna mempunyai
yaitu Jati Warna, Jati Asih, Kalimalang, jumlah penduduk yang paling sedikit, yaitu
dan Bintara. Untuk mengatasi kemacetan berjumlah 103.952 orang (Nurwati, et al.,
lalu lintas yang menghubungkan Pusat 2005: 90-91).
Kota dengan Bekasi Utara, maka Kepadatan penduduk Kota Bekasi
pemerintah bersama pengembang selama periode tahun 2001-2003 dapat
Summarecon Agung telah membangun dikatakan mengalami perubahan yang
jalan layang sepanjang 1 km. Di samping cukup berarti. Pada tahun 2003 kepadatan
itu pemerintah juga berencana akan penduduk sekitar 8.765 orang per km2,
membangun jalan layang Bulak Kapal di meningkat dari 8.596 orang per km2 pada
Jalan Joyomartono, Bekasi Timur. tahun 2002. Dari 10 Kecamatan yang
Luas wilayah Kota Bekasi, 210,49 berada di wilayah Kota Bekasi ini,
km2 dengan Kecamatan Mustika Jaya kecamatan yang luasnya paling sedikit
sebagai wilayah terluas (24,73 km2 ), tetapi tertinggi kepadatan penduduknya
Kecamatan Bekasi Timur sebagai wilayah adalah Kecamatan Bekasi Timur yaitu
terkecil (13,49 km2). Batas-batas wilayah mencapai 15.208 orang per km2, suatu
administrasi yang mengelilingi wilayah kepadatan yang cukup tinggi hampir dua
Bekasi, adalah: sebelah utara dengan kali lipat dari kepadatan kota. Tingginya
Kabupaten Bekasi, sebelah timur kepadatan penduduk di kecamatan ini
berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, dimungkinkan oleh letaknya yang
sebelah selatan berbatasan dengan berbatasan dengan DKI Jakarta.
Kabupaten Bogor, dan sebelah barat Sedangkan kecamatan yang terluas
wilayahnya, tetapi terendah kepadatan
400 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 397-412

penduduknya adalah Kecamatan Bantar penduduk Eropa, 7500 orang penduduk


Gebang yaitu 3.838 orang per km2 Timur Asing, dan 154.470 orang penduduk
(Nurwati, et al., 2005: 104). pribumi. Kemudian pada tahun 1940
Selama kurun waktu 9 tahun jumlah penduduk Bekasi bertambah
tepatnya pada tahun 2012 penduduk Kota menjadi 200.000 orang, berdasarkan data
Bekasi berdasarkan data penduduk yang hasil laporan serah terima jabatan (Memoir
dipublikasikan oleh Dinas Kependudukan van Overgave) Residen Batavia L.G.C.A,
dan Catatan Sipil adalah 2.334.142 jiwa van der Hoek (Sopandi, 2009: 174).
terdiri dari laki-laki sebanyak 1.189.733
jiwa dan perempuan 1.144.409 jiwa dan c. Pemerintahan
rasio jenis kelamin 103.96 (Bappeda, Sebelum menguraikan mengenai
2013: 20-21). pemerintahan Kota Bekasi terlebih dahulu
Jumlah penduduk ini tersebar pada akan dijelaskan tentang asal usul nama
12 kecamatan. Berdasarkan publikasi yang Bekasi yang memiliki beragam versi. Versi
dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan pertama, menurut Poerbatjaraka, seorang
Catatan Sipil, penyebaran tertinggi pada ahli bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno
Kecamatan Bekasi Utara sebanyak 12.84% asal mula kata Bekasi, secara filosofis,
(299.648 jiwa), Bekasi Barat 12.51% berasal dari kata Chandrabhaga. Chandra
(292.015 Jiwa), Bekasi Timur 11,52% berarti bulan (dalam bahasa Jawa Kuno,
(268.922 jiwa) dan terendah di Kecamatan sama dengan kata Sasi) dan Bhaga berarti
Bantargebang sebesar 3.86% (90.027 jiwa) bagian. Jadi, secara etimologis kata
(Bappeda, 2013: 21). Chandrabhaga berarti bagian dari bulan.
Secara etnografis terdapat 3 Kata Chandrabhaga berubah menjadi
kelompok etnik yang cukup dominan di Bhagasasi yang pengucapannya sering
Kota Bekasi yaitu: etnik Sunda, etnik disingkat menjadi Bhagasi. Kata Bhagasi
Betawi, dan Jawa-Banten. Berdasarkan ini dalam pelafalan bahasa Belanda
pembagian wilayah budaya (cultur area) seringkali ditulis Bacassie kemudian
tersebut, maka di Kota Bekasi terdapat 3 berubah menjadi Bekasi hingga kini
tipologi kebudayaan, yaitu kebudayaan (Rosyadi et al., 2010: 23-24).
Sunda dengan sistem pertanian sawahnya, Versi kedua, asal mula nama Bekasi
kebudayaan Betawi, dan kebudayaan berasal dari kata Chandrabhaga, nama
Jawa-Banten dengan budaya pesisirnya. Di sungai yang dibuat pada abad ke-5 Masehi
daerah perkotaan penduduknya lebih oleh salah seorang Raja Tarumanagara
bersifat heterogen, namun demikian etnik yang bernama Rajadhiraja Yang Mulia
Betawi nampak lebih dominan (Rosyadi et Purnawarman. Kata Candrabhaga berasal
al, 2010: 28-29). dari dua kata, yakni Chandra yang berarti
Selain itu, ada juga etnik Batak, “bulan” dan Bhaga yang berarti
Bali, Ambon, Padang, Cina, dan Arab. “bahagia”. Kata Chandra dalam bahasa
Orang Cina dan Arab kebanyakan tempat Sanskerta sama dengan kata Sasi dalam
tinggalnya atau domisilinya di daerah bahasa Jawa kuno, sehingga nama
perdagangan, yang tampil lebih menonjol Candrabhaga identik dengan kata
di bidang perekonomian (Tideman, 1983: Sasibhaga, yang apabila diterjemahkan
84-85; Suparman, 1985: 193). secara terbalik menjadi Bhagasasi.
Banyaknya suku-suku bangsa lain Perkembangan selanjutnya sekitar abad ke-
menunjukkan adanya mobilitas penduduk 18 sampai abad ke-21 pelafalan kata
yang tinggi. Perubahan tersebut terlihat Bhagasasi mengalami perubahan menjadi
dari jumlah penduduk Bekasi antara tahun nama Bekasi dengan tulisan Bakasie,
1927 hingga tahun 1940. Pada tahun 1927 Bekasjie, Bekasie, Bekassi, dan terakhir
jumlah penduduk Bekasi seluruhnya Bekasi (Sopandi, 2009: 1-2).
adalah 162.000 orang, terdiri atas 30 orang
Sejarah Sosial Kota Bekasi… (Adeng) 401

Kota Bekasi sebelumnya merupakan kekinian. Dalam hal ini, hanya sebagian
sebuah kecamatan dari Kabupaten Bekasi. kecil warisan budaya leluhur yang masih
Pada tahun 1982 Kecamatan Bekasi dipertahankan dan dilaksanakan oleh
ditingkatkan statusnya menjadi Kota mereka. Oleh karena itu, kehidupan
Administrasi Bekasi. Maksud pemben- mereka sehari-hari cenderung sama dengan
tukan Kotif Bekasi, salah satunya adalah kelompok masyarakat lain pada umumnya.
agar pelayanan kepada masyarakat dapat Gotong-royong atau tolong
lebih optimal dan memperpendek jalur menolong dalam kehidupan masyarakat
birokrasi. Karena pesatnya perkembangan Kota Bekasi pada prinsipnya berakar pada
Kota Administratif Bekasi, pada tahun perasaan saling membutuhkan.
1996 kembali ditingkatkan statusnya Koentjaraningrat (1974: 358), mengemu-
menjadi Kotamadya atau sekarang lebih kakan bahwa sistem tolong-menolong itu
dikenal dengan Kota Bekasi. Dengan rupa-rupanya suatu teknik pengerahan
pesatnya perkembangan, Kota Bekasi tenaga yang mengenai pekerjaan yang
menjadi kawasan industri dan kawasan tidak membutuhkan keahlian. Dengan
tempat tinggal kaum urban. Kota yang demikian, jiwa gotong royong dan tolong
berada dalam lingkungan megapolitan ini menolong itu dapat diartikan sebagai
merupakan salah satu kota besar urutan perasaan rela membantu sesama warga
keempat di Indonesia yang terdapat di masyarakat, sebagai sikap yang
Provinsi Jawa Barat (Pemda Kota Madya menyiratkan saling pengertian terhadap
Bekasi, 1999: 26) kebutuhan sesama warga masyarakat.
Pada tahun 1998 Kota Bekasi Berdasarkan uraian di atas, maka
membawahkan 8 kecamatan dan 50 dalam gotong-royong terkandung prinsip
kelurahan/desa. Adapun 8 kecamatan, timbal balik yang sudah merupakan
yaitu: Bekasi Utara, Bekasi Timur, Bekasi kehidupan, bukan saja pada masyarakat
Selatan, Bekasi Barat, Pondok Gede, Kota Bekasi, melainkan merupakan pola
Jatiasih, Bantargebang, Kecamatan kehidupan masyarakat desa pada
Pembantu Jatisampurna. Jumlah desa umumnya. Begitu pula dalam tolong-
sebanyak 50 itu hasil pemekaran dari dua menolong mempererat hubungan sesama
kelurahan di Kecamatan Bekasi Barat warga masyarakat dan memupuk
(kalurahan Kali Baru) menjadi Kalurahan solidaritas kebersamaan dalam
Kali Baru dan Kalurahan Kota Baru atau mewujudkan kehidupan yang harmonis,
Kecamatan Bekasi Timur. (Kalurahan misalnya menengok tetangga yang
Durenjaya menjadi Kalurahan Duren Jaya mendapatkan musibah, memberikan
dan Kalurahan Aren Jaya). Pada tahun sumbangan baik berupa pikiran maupun
2000 Kota Bekasi menjadi 10 Kecamatan materi kepada warga masyarakat yang
dan 55 kelurahan/desa. Pada tahun 2012 mempunyai maksud seperti hajatan
menjadi 12 kecamatan dan 56 khitanan atau pernikahan.
kelurahan/desa (Sopandi, 2009: 139-140; Sebelumnya, penduduk Kota Bekasi
Bappeda, 2013: 7). didominasi oleh suku Sunda. Oleh karena
itu, tentu saja budaya Sunda mewarnai
2. Kehidupan Sosial Budaya kehidupan mereka secara keseluruhan.
Manusia sepanjang hidupnya Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
menerima warisan budaya yang diturunkan yang bersifat informal, mereka
dari leluhurnya juga menikmati hasil menggunakan bahasa Sunda sebagai
budaya yang tercipta selama dia hidup. bahasa pengantar, baik di dalam rumah
Komposisi mengenai hal itu tentu saja maupun di lingkungan masyarakat.
berbeda antara kelompok masyarakat yang Sementara itu, dalam situasi dan
satu dan kelompok masyarakat lainnya. lingkungan formal atau ketika
Ada kelompok masyarakat yang lebih berkomunikasi dengan orang di luar suku
banyak melaksanakan aktivitas budaya
402 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 397-412

Sunda, mereka akan menggunakan bahasa (Jakarta) diikuti penduduk asal Jawa yang
Indonesia. mewarnai kosa kata bahasa daerah
Namun seiring dengan pinggiran, seperti ora ‘tidak’, lanang
perkembangan yang begitu pesat, proses ‘laki-laki’ dan bocah ‘anak-anak’. Hal
migrasi penduduk di daerah ini cukup inilah yang kemudian membedakan dialek
tinggi yang berdampak terhadap unsur- bahasa Jakarta dengan ciri ucapnya banyak
unsur budaya luar yang berkembang di menggunakan vokal e pada kosa katanya
daerah Bekasi. Bekasi yang menjadi kota seperti ape, ade, aye, gue dan sebagainya
urban, terkena imbas budaya Betawi yang dengan dialek bahasa pinggiran (Bekasi)
begitu mudah masuk dan memengaruhi yang tidak menggunakan vokal e (pepet)
nilai-nilai sosial, termasuk bahasa. tetapi vokal a seperti apa, saya, ada, gua.
Seringkali orang Bekasi dapat dikenali (Muhajir, 2000: 35; Sopandi et al., 2005:
kesundaannya dari logat dan nada yang 194).
digunakan. Namun diksi dan kata-kata Selain pengaruh bahasa Sunda-
yang dipilih lebih mengarah ke bahasa Jawa-Bali, bahasa di daerah Bekasi pun
Betawi. Sehingga dapat disimpulkan banyak mendapat pengaruh unsur-unsur
bahasa Bekasi adalah percampuran antara bahasa Cina, terutama dalam bahasa
Betawi dan Sunda yang membuat sehari-hari masyarakat Bekasi dalam
bahasanya menjadi khas, unik, dan menghitung biasanya menggunakan
menarik. hitungan-hitungan bahasa Cina, seperti
Sebagaimana dikemukakan dalam cepek, gopek, dan sebagainya.
Kamus Dialek Bekasi yang dibuat Menurut Stephen Wallace dalam
beberapa tahun lalu hendaknya dikritisi Muhajir (2000: 70), secara umum dialek
kembali peruntukannya. Demikian pula Jakarta dan pinggiran dikelompokkan
secara metodologis masih terkesan dalam dua dialektal, yaitu: dialek Betawi
mengadopsi Kamus Dialek Betawi-Jakarta. Tengahan (DKI Jakarta) dan dialek Betawi
Oleh sebab itu, dibutuhkan tahapan yang Pinggiran (Bekasi, Bogor dan Tangerang)
kritis dengan metode prosedural yang sejajar dengan sejarah kependudukannya.
sistematis dalam menentukan identitas Suku Betawi yang tinggal di pertengahan
bahasa di daerah Bekasi. Secara realitas, kota sedangkan di wilayah pinggiran
daerah ini banyak mendapatkan pengaruh terdapat penduduk bercirikan Jawa dan
dari unsur-unsur lain di antaranya Sunda, Sunda, Bali, dan Sunda-Banten.
Jawa, Bali, dan sebagainya, selain Bekasi mengalami proses asimilasi
kebudayaan Betawi. Oleh sebab itu, bentuk dan akulturasi kebudayaan seperti yang
dialek Bekasi pun khas dan sangat berbeda telah disebutkan di atas dari berbagai
dengan dialek Jakarta. Walaupun daerah seperti Bali, Melayu, Bugis, dan
kenyataannya, menurut Muhajir secara Jawa. Pengaruh etnis tersebut tersebar di
geografis bahasa Betawi berada di wilayah wilayah Bekasi, antara lain: Suku Sunda
berbahasa Sunda, terutama di daerah banyak bermukim terutama di wilayah
pinggiran Jakarta (di antaranya daerah Lemahabang; Cibarusah, Setu, sebagian
Bekasi). (Muhajir, 2000: 35; Sopandi et Pebayuran dan sebagian Pondok Gede.
al., 2005: 194). Suku Jawa dan Banten banyak bermukim
Dalam catatan sejarah, Gubernur di Kecamatan Sukatani dan sebagian
VOC J.P. Coen pernah membuat kebijakan Cabang Bungin. Suku bangsa Melayu
menutup Kota Jakarta dari penduduk banyak bermukim di Kecamatan Bekasi
pribumi dalam sebuah zona penyangga (daerah kota), Cilincing (sekarang masuk
untuk menjaga keamanan pusat pemerintah Jakarta), Pondok Gede, Babelan, Tambun,
dalam bentuk “Residentie Ommelanden Cikarang, Cabang Bungin, dan Setu. Suku
van Batavia”, banyak penduduk pribumi, Bali terdapat di sebuah kampung di
Sunda hijrah ke daerah pinggiran Batavia Kecamatan Sukatani, bahkan sampai
Sejarah Sosial Kota Bekasi… (Adeng) 403

sekarang namanya masih Kampung Bali. dan lelucon. Bentuk ekspresi seni melalui
Keberadaan penduduk yang berasal dari gerakan yang indah gemulai dipilih dalam
berbagai etnis tersebut telah memengaruhi bentuk tarian yang menggambarkan jiwa
pola hidup dan bahasa1. heroik dan patriotik. Kombinasi antara
pencak silat, lawak, dan tarian itulah
a. Kesenian Tradisional menjadi unsur seni topeng (Rosyadi et al.,
Kota Bekasi secara umum juga 2010: 39-40).
memiliki kekayaan budaya yang tidak Awal mula munculnya, Tari
kalah menariknya dengan kota/kabupaten Topeng dimainkan sebagai penghibur pada
lain yang ada di Jawa Barat, di antaranya acara hajatan rakyat seperti hajat bumi atau
beragam kesenian tradisional yaitu: pun mauludan. Tari Topeng tersebut
kesenian tari topeng, tanjidor, lenong, ditanggap/diselenggarakan oleh para petani
gambang kromong, wayang kulit, wayang guna menyambut panen padi tiba,
golek, ujungan, musik gambus, dan tujuannya sebagai rasa syukur kepada
permainan anak-anak. Dewi Sri yang dipercaya memberikan
Tari topeng Bekasi merupakan teater keberhasilan pertanian.
rakyat yang sudah berkembang di wilayah Peralatan yang digunakan dalam
budaya Betawi pinggiran lebih dari topeng Bekasi terdiri atas: kendang,
setengah abad. Kesenian ini dapat salendro, saron, bende. Adapun
dikatakan merupakan bentuk lain dari kelengkapan busana yang dikenakan oleh
kesenian banjet di Pasundan, terutama di penari wanita, adalah:
daerah Karawang. - Kembang Topeng, yaitu hiasan mahkota
Menurut asal-usulnya, sewaktu
yang terbuat dari benang wol yang
Belanda menduduki Batavia, Mataram
menyerupai sanggul (dengan ukuran
masuk dalam sasaran Belanda untuk
kecil dan sedang) dihiasi dengan aneka
ditaklukkan. Sementara itu, Mataram
kembang yang berwarna-warni serta
mempunyai ambisi besar untuk menguasai rambut memakai cepol.
Pulau Jawa. Untuk mewujudkan ambisinya
- Toke-toke, yaitu selempang yang dipakai
itu, Batavia yang sudah diduduki Belanda
di dada dengan posisi menyilang, toke-
diserang oleh Mataram. Namun dalam
toke ini dihiasi manik-manik.
serangan itu, Mataram gagal untuk
- Kebaya bosrok, yaitu kain berlengan
menguasai Batavia dari tangan Belanda.
sampai sikut yang berwiru tiga susun.
Kemudian para prajuritnya diperintahkan
- Amprok, yaitu kain bersulam yang
tetap berjaga-jaga di pos terdepan sambil
dipakai untuk menutupi pusar yang
mengadakan gerilya, mengganggu
berjubai.
Belanda, atau menjadi mata-mata. Tidak
- Kain sarung yaitu kain yang dipakai
sedikit dari para prajurit tersebut menjadi
untuk menutupi bagian bawah badan dari
jawara, memiliki kekebalan fisik, dan
pinggul sampai mata kaki.
mempunyai kemahiran baik dalam
- Selendang yang dipakai di sebelah kiri
menggunakan senjata tajam, pencak silat,
dan kanan yang diselipkan pada ikat
dan bela diri. Sejak saat itulah perjuangan
pinggang (Rosyadi et.al., 2010: 40-41).
melalui seni mulai juga dilancarkan, seni
pencak silat dipakai sebagai refleksi jawara Sementara itu penari laki-laki
mengenakan baju kemaja, celana panjang,
untuk menyindir kehidupan sosial Belanda,
dan topeng. Dahulu pertunjukan Topeng
mereka juga menggunakan bentuk lawakan
Bekasi biasa diselenggarakan di pelataran
1 atau halaman rumah dengan alat
Diakses dari:
penerangan obor. Sekarang kesenian ini
http://www.bekasiurbancity.com/blog/2013/06/
30/tari-topeng-peninggalan-seni bu-daya- biasa dipertunjukkan di atas panggung
bekasi/#sthash.Flc5iNAf.dpuf hiburan atau gedung pertunjukan dengan
penerang listrik. Pertunjukan biasanya
404 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 397-412

dilaksanakan pada malam hari, antara seperti Kang Haji, Oncom lele, dan
pukul 20.00 hingga 02.00, dengan jumlah sebagainya (Rosyadi et.al., 2010: 32)
pemain antara 20 -- 25 orang termasuk Kesenian tanjidor bukan hanya
penabuh. merupakan seni pertunjukan untuk
Kesenian tanjidor adalah sebuah menghibur masyarakat tetapi bisa pula
kesenian tradisional Betawi yang hidup di dimainkan pada acara perkawinan, yaitu
wilayah budaya Betawi pinggiran, saat mengiringi rombongan pengantin pria
termasuk di Kota Bekasi. Tanjidor menuju rumah pengantin wanita. Dewasa
merupakan sejenis kesenian orkes rakyat ini kegiatan tersebut sudah sangat jarang
Betawi, yang menggunakan alat-alat musik dilakukan. Kelompok kesenian tanjidor
Barat, terutama alat tiup terompet dan sendiri saat ini sudah jarang yang aktif
tambur atau drum band. bahkan sebagian besar sudah bubar. Selain
Kesenian ini dinamai tanjidor kurangnya minat generasi muda untuk
karena didominasi oleh suara dor-dor yang belajar dan menjadi seniman tanjidor, juga
keluar dari bunyi tambur atau drum band disebabkan alat-alat musik tanjidor dari
yang cukup dominan dalam pertunjukan kelompok-kelompok yang sudah pernah
kesenian ini. Sebagian masyarakat Bekasi ada sudah banyak yang rusak dimakan
ada juga yang menyebut kesenian ini usia. Sedangkan untuk menggantikannya
dengan nama gebret, yang diambil dari dengan yang baru sulit dilakukan karena
bunyi terompet, yang juga dominan dalam susah pembuatannya dan biayanya cukup
kesenian ini. tinggi. Di samping itu, pengaruh budaya
Kesenian tanjidor berkembang di Barat sangat besar di kalangan generasi
daerah Bekasi sekitar abad ke-19. muda, sehingga mereka tidak berminat
Kesenian tanjidor merupakan warisan menekuni budaya tradisional yang
kebudayaan dari bangsa Eropa yang dianggap ketinggalan zaman (Sopandi,
menetap di Batavia (Jakarta). Oleh karena 2009: 243).
itu, alat musik yang dimainkan dalam Lenong merupakan jenis kesenian
kesenian tanjidor biasanya merupakan alat rakyat Bekasi yang beralunan gambang
musik yang berasal dari Eropa Barat yang kromong dan diselingi dengan bodoran-
terdiri atas alat musik tiup dan tambur. bodoran atau lawakan tanpa plot cerita.
Alat musik tiup terdiri atas piston, Bobodoran tersebut berisi kritik sosial
trombon, dan klarinet. Sedangkan alat terhadap penguasa, atau masyarakat yang
musik tambur (dipukul) terdiri atas tenor tidak mau berkembang. Pada intinya
drum, bass drum, dan snar drum. Selain lenong menampilkan cerita tentang
alat-alat tersebut, kesenian tanjidor juga kehidupan sehari-hari para jagoan, tuan
dilengkapi dengan alat musik lain yaitu tanah, drama rumah tangga, dan lain-lain.
biola, ringbells, dan lain-lain (Sopandi, Lenong adalah bentukan dari teater peran,
2009: 243). yang merupakan hasil perkembangan
Busana yang dikenakan adalah teaterisasi teater tutur gambang rancag.
busana sehari-hari. Laki-laki mengenakan Secara visual, lenong menunjukkan unsur-
celana panjang, baju lengan panjang, dan unsur pengaruh dari luar, terutama unsur
memakai peci, sedangkan wanita Cina. Hal itu tidak mengherankan, seperti
mengenakan kain, kebaya, dan halnya orkes gambang kromong, yang
berkerudung. pada masa awal pertumbuhannya dibina
Lagu-lagu yang dibawakan tanjidor dan dikembangkan oleh masyarakat
adalah Batalion, Kramton, Bananas, Delsi, keturunan Cina.
Was Tak-tak, Cakranegara, dan Welmes. Menurut asal-usulnya, pada masa
Semua penamaan tersebut berdasar istilah pemerintahan Belanda, di Bekasi dikenal
setempat. Perkembangan selanjutnya adanya tuan-tuan tanah. Hampir 75%
dibawakan pula lagu-lagu Sunda-Gunung, wilayah Bekasi dikuasai oleh para tuan
Sejarah Sosial Kota Bekasi… (Adeng) 405

tanah, yang terdiri atas orang-orang Eropa Ombak. Pada waktu itu kesenian lenong
dan Cina yang menguasai tanah tersebut, merupakan kesenian yang cukup diminati
sedangkan rakyat Bekasi hanya sebagai oleh masyarakat di berbagai kalangan.
penggarap tanah. Untuk mengawasi tanah- Pertunjukan lenong biasanya dilaksanakan
tanah tersebut, tuan tanah mengangkat pada acara-acara syukuran khitanan,
pembantu dekatnya yang disebut Potia, pernikahan atau acara syukuran panenan
semua pekerja harus menuruti perintah sawah atau berkebun. Di kalangan praktisi
potia. Potia juga menerima laporan dari seni lenong, dikenal dua jenis lenong, yaitu
mandor. Orang yang diangkat mandor lenong denes dan lenong preman. Cerita
adalah jagoan atau jawara yang ditakuti yang ditampilkan dalam lenong denes
penduduk. Keberadaan tuan tanah tersebut berkisar pada cerita raja, bangsawan dan
semakin hari semakin menyengsarakan pengawalnya. Pakaian yang dikenakan
rakyat, sehingga muncullah Entong Tolo, pemain lenong denes disesuaikan dengan
seorang pembela rakyat yang dengan gigih peran yang dimainkannya, pemain yang
melakukan perlawanan terhadap para tuan menokohkan raja dan bangsawan
tanah. Kisah tentang pembela rakyat itulah mengenakan pakaian yang terbuat dari
yang sering dipentaskan dalam cerita sutra. Ada juga masyarakat yang
lenong (Rosyadi et al., 2010: 35-36). mengatakan lenong denes ini dengan nama
Kesenian Lenong dibedakan dalam wayang dungdung (Sopandi et al., 2005:
dua jenis, yaitu : Pertama, lenong preman. 87-88).
yang mengetengahkan cerita sehari-hari Keberadaan kesenian lenong di
yang ada di dalam masyarakat tersebut, Bekasi sekarang ini sudah hampir
seperti cerita tentang kesemena-menaan terlupakan oleh sebagian masyarakat.
tuan tanah terhadap rakyat Bekasi. Bahkan, lenong di zaman sekarang
Kemudian muncul seorang jagoan yang merupakan kesenian yang langka. Hal ini
bertindak sebagai pembela rakyat. terjadi mungkin karena beragamnya jenis
Lenong preman ini juga sering dinamakan hiburan yang menjadi pilihan masyarakat
dengan Lenong Jago. Kedua, lenong dan semakin berkurangnya generasi muda
denas. Dinamakan lenong denas karena yang berminat untuk menekuni kesenian
para pemainnya menggunakan pakaian lenong ini. Bahkan dari generasi muda
dinas. Lenong denas ini tidak sering yang tadinya berprofesi sebagai pemain
dipentaskan (Rosyadi et al. 2010: 39-40). lenong sudah beralih profesi lain. Ada
Dalam perkembangannya, lenong yang menjadi petani, pedagang, tukang
merupakan generasi baru dari jenis ojeg atau menjadi buruh pabrik yang
kesenian wayang klitik. Pada tahun 1948 memberikan penghasilan (pendapatan)
masyarakat Bekasi menyebutnya sebagai yang lebih baik dibandingkan sebagai
wayang dundung. Mengenai pergantian pemain lenong.
nama, tidak ada sumber yang dapat Kesenian gambang kromong berasal
memastikan dan menjawab secara jelas dari nama dua buah alat perkusi, yaitu
mengapa terjadi pergantian nama. Namun gambang dan kromong. Bilahan gambang
secara material bentuk kesenian ini tidak sebanyak 18 buah biasanya terbuat dari
mengalami perubahan, hanya pada kayu suangking, huru batu, atau kayu jenis
penyebutan nama saja. Perubahan nama ini lain yang merdu bunyinya bila dipukul.
bergulir menjadi sandiwara lenong dan Adapun kromong yang berjumlah 10 buah
sekarang orang mengenalnya dengan nama (pencon) terbuat dari perunggu atau besi.
lenong. (Sopandi et al., 2005: 86). Alat untuk meletakkan bilahan gambang
Kemudian pada tahun 1950-an dan kromong disebut ancak, berkaki cukup
terdapat satu grup lenong di Bekasi yang tinggi sehingga dapat dimainkan sambil
sangat terkenal, yaitu Kelompok Lenong berdiri atau duduk di kursi. Kedua alat
Rindu Malam yang dipimpin oleh Bapak musik ini terkadang tidak memakai kaki
406 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 397-412

(ancak), sehingga pemainnya bisa sambil dinyanyikan atas permintaan para


duduk bersila di atas lantai. penonton (Rosyadi et al., 2010: 32-33).
Kesenian wayang kulit merupakan
Kesenian ini perpaduan unsur
kesenian tradisional yang populer di
budaya pribumi dan Cina. Secara fisik,
daerah Bekasi. Pada masa lalu, hampir
unsur Cina tampak pada alat musik
semua lapisan masyarakat terutama di
geseknya, yaitu tehyan, kongahyan, dan
pedesaan menggemari kesenian wayang
sukong. Adapun unsur pribuminya terdapat
kulit. Kesenian wayang kulit di Bekasi
pada alat musik lainnya, yaitu gambang,
berasal dari daerah Cirebon yang mendapat
kromong, gendang, kecrek, dan gong.
pengaruh unsur budaya Jawa Tengah.
Selain itu, pada perbendaharaan Setelah menyebar ke wilayah Jawa Barat,
lagu-lagu yang dibawakannya pun maka kesenian wayang kulit ini memiliki
menunjukkan sifat-sifat pribumi dan Cina. karakteristik yang khas dan memiliki versi
Sifat pribuminya jelas terlihat dalam lagu- sendiri sesuai dengan kondisi daerahnya
lagu seperti Jali-jali, Lenggang-lenggang masing-masing. Oleh karena itu, ada versi
Kangkung, Surilang, Balo-balo, Persi, Wayang Kulit Cirebon, Wayang Kulit
Onde-onde, Ngunguk, Gelatik, dan Banten, dan Wayang Kulit versi Bekasi
sebagainya. Adapun lagu-lagu yang jelas (Sopandi, 2009: 250).
bercorak Cina, baik nama, melodi, maupun Ciri-ciri yang tampak menonjol
liriknya seperti Citnosa, Cutaypen, dalam kesenian Wayang Kulit Bekasi
Sipetmo, Macuntay, Sipatmo, Kong Jilok, adalah: (1) Bahasa yang dipergunakan
dan sebagainya. Tak hanya itu, tangga dalam pergelaran adalah dialek Bekasi, (2)
nada yang digunakannya pun berasal dari Alat-alat yang digunakan sederhana dan
bahasa Cina, yaitu syang atau hsyang, ceh mudah sekali untuk dibawa ke mana-mana,
atau tse, kong, oh atau ho, uh lio atau liu, dan (3) komunikasi dengan para penonton
dan suh (Rosyadi et.al.: 2010: 30-31) erat sekali. Bentuk pergelaran merupakan
Pada awalnya orkes gambang teater terbuka yang mudah dilihat oleh para
kromong hanya disukai kaum peranakan penonton (Sopandi, 2009: 251).
Cina, yaitu kaum Cina yang lahir di Kesenian Wayang Golek Bekasi
Indonesia. Istilah peranakan Cina ini ada di pada umumnya sama dengan kesenian
lingkungan penduduk Cina di Betawi, wayang kulit. Yang membedakannya
adalah jenis wayang dan lakonnya saja.
selain adanya istilah singkeh, yaitu mereka
yang lahir di negeri leluhurnya, Negeri Wayang Golek Bekasi wayangnya terbuat
Cina. dari kayu yang dibentuk seperti boneka,
Sekitar tahun 1880 atas usaha Tang sedangkan wayang kulit wayangnya
Wangwe serta dukungan dari Bek terbuat dari kulit binatang. Wayang Golek
(Wijkmeester) Pasar Senen, yaitu Teng Bekasi sangat mirip dengan Wayang Golek
Tjoe, orkes gambang dilengkapi peralatan Sunda. Cerita yang dibawakan oleh dalang
merupakan cerita dari Wayang Golek
musik setempat, seperti kromong, kempul,
gendang, dan gong. Lagu-lagunya pun Sunda. Lakon yang sering dipergelarkan
ditambah dengan lagu-lagu Sunda populer. antara lain cerita Nagasewu, Patalikrama,
Selanjutnya orkes gambang kemudian dan Babad Alas Amer.
dikenal dengan nama orkes gambang Kesenian musik gambus adalah
kromong. Lagu-lagu-lagu Gambang salah satu jenis musik yang cukup dikenal
di kalangan masyarakat Bekasi. Musik ini
Kromong Betawi yang terkenal, antara lain
Jali-jali dan Kicir-kicir, sehingga kedua banyak pula ditemukan pada masyarakat
lagu tersebut sebagai lagu dalam atau lagu Betawi. Dimungkinkan munculnya musik
sayur. Dalam artian lagu-lagu tersebut gambus pada masyarakat Bekasi adalah
karena bermigrasinya masyarakat di
selalu dinyanyikan orkes gambang
kromong, selain lagu luar, yaitu lagu yang pinggiran Jakarta pada masa pendudukan
Sejarah Sosial Kota Bekasi… (Adeng) 407

Belanda ke arah timur (Bekasi sekarang). mendapatkan poin atau tidak


Kesenian musik gambus ini lebih berkurang poinnya.
mencirikan budaya Islam. Memang cukup 4) Keberanian. Permainan ini dibutuhkan
beralasan bila dikatakan sangat bernuansa keberanian dan mental yang kuat
Islam, karena jenis musik ini berasal dari supaya dalam pertarungannya tenang
Timur Tengah (Tanah Arab). dan tidak gentar menghadapi lawan.
Sementara itu, pengaruh Islam di 5) Ketabahan. Permainan ini melatih
Bekasi terjadi seiring dengan direbutnya kesabaran, ketekunan, dan menahan
benteng pertahanan Sunda Kelapa dari emosi. Dengan sabar dan tawadhu
tangan Kerajaan Pajajaran oleh pasukan (rendah hati) sehingga permainan ini
yang dipimpin oleh Pangeran Fatahilah, akan berhasil (Sopandi, 2009: 254).
sekitar tahun 1527. Kemenangan pasukan Pada masa penjajahan Belanda
Fatahilah membuka ruang bagi permainan ujungan dilarang keras (dikejar-
perkembangan agama Islam di kejar oleh Marsouse Cap Garpuh: istilah
Bekasi. Penyebaran agama Islam orang Bekasi saat itu). Aparat Hindia
dilakukan oleh para pengikut Fatahillah Belanda ketika itu beranggapan bahwa
yang berasal dari keturunan Sultan Abdul permainan ujungan akan menjadi kuat dan
Fatah dari Banten. Karena itu, kehidupan berani sehingga akan menjadi ancaman
agama memiliki pengaruh yang sangat laten bagi Belanda dan para tuan tanah
kuat terhadap seluruh aspek kehidupan ketika itu. Hal ini, telihat dari kegigihan
orang Bekasi (http://bloggerbekasi.com/ masyarakat Bekasi dalam melakukan
2010/01/12/sejarah-panjang-bekasiii. pergerakan bangsa melawan para tuan
html). Oleh karena itu, sangat wajar musik tanah dan aparat pemerintah Hindia-
gambus berkembang di wilayah Bekasi. Belanda. Sementara bagi para tokoh
Kesenian ujungan merupakan seni pergerakan permainan ujungan ini justru
permainan ketangkasan yang dilakukan dijadikan unsur latihan bagi menempa
oleh dua orang Jawara. Mereka saling kelima unsur di atas, sehingga tangguh dan
memukulkan (menyabetkan) tongkat rotan mantap dalam berjuang. Di sisi lain, unsur
ke arah kaki, sambil diiringi oleh tabuhan magis dan kekebalan menjadi penunjang
sampyong yang terdiri atas gambang dan dalam permainan ini (Sopandi, 2009: 256-
totok (kentungan bambu). Di samping itu, 257).
terdapat dua orang bebeto (pemisah) yang Selanjutnya, ada juga permainan
bertugas melerai jika kedua jawara saling anak-anak yang hampir sama dengan di
bergumul. Sementara penonton berkeliling daerah lain di Jawa Barat, di antaranya
membentuk kalangan (arena) dan sesekali adalah: permainan gundu, gangsing, bola
bersorak riuh, bila ujung rotan mengena gebak, main dampu, congkak, balap
dan berhasil menjatuhkan lawan. karung, wawak gung, main karet, landar
Seni permainan ujungan lundur, bakiak, jajangkungan (enggran),
mengandung 5 (lima) unsur utama, yaitu : benteng, ketok pala babi, dan permainan
1) Hiburan dan kegemaran, permainan das 16. Beraneka ragam permainan perlu
ini menimbulkan kesenangan bagi adanya kajian yang lebih mendalam
pemain maupun penontonnya. terutama dari segi nilai-nilai kebersamaan,
2) Kecerdikan dan kewaspadaan. ketangkasan, dan sebagainya.
Permainan ini menuntut pemain harus
cerdik dan waspada serta penuh b. Sistem Penanggalan Masyarakat
konsentrasi. Bekasi
3) Terampil dan cekatan. Permainan ini Masyarakat Bekasi dulu erat sekali
memerlukan kelincahan dalam dengan sistem scoring atau memberi score
memainkan rotan dan sebagaimana (nilai) terhadap bulan-bulan dan hari-hari
tertentu yang dipengaruhi oleh aktivitas
408 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 397-412

kehidupan masyarakat pendukungnya. Fitri, sedangkan pada bulan Puasa atau


Sistem penanggalan tersebut mengandung Ramadhan tidak sepatutnya melakukan
persamaan bahwa dalam satu tahun terdiri kegiatan hajatan, karena bulan tersebut
atas 12 bulan yang disesuaikan dengan sedang dilangsungkan puasa bagi umat
sistem penanggalan Islam dengan varian muslim (Sopandi, et.al., 2005: 33).
tertentu, seperti berikut:
Tabel 1. Sistem Penanggalan Islam c. Upacara Daur Hidup
Ada beberapa jenis upacara daur
No. Urutan Nama Bulan Nama Bulan
Bulan pada dalam
hidup di kalangan masyarakat Bekasi.
Masyarakat Kalender Dalam pandangan masyarakat Bekasi,
Bekasi Islam setiap tahapan hidup yang dialami oleh
1. Bulan Sura Muharam
Pertama
setiap orang, semenjak dia lahir hingga
2. Bulan Kedua Safar Sebutan wafat, merupakan tahap-tahap penting
dalam Islam yang harus senantiasa disyukuri. Cara
3. Bulan Ketiga Mulud Maulud atau
Rabiul
mensyukurinya adalah dengan mengada-
Awwal kan upacara atau selamatan yang biasanya
4. Bulan Sili Mulud/Siri Seri Mulud tidak hanya melibatkan keluarga yang
Keempat Mulud atau Rabiul
Akhir punya hajat saja, tetapi juga melibatkan
5. Bulan Kelima Jumadil Awwal Sebutan kerabat dan para tetangga dekat. Tradisi-
dalam Islam tradisi upacara ini banyak terkait dengan
6. Bulan Jumadil Akhir Sebutan
Keenam dalam Islam tradisi-tradisi dalam Islam, dan telah
7. Bulan Rejeb Rajab berlangsung secara turun-temurun.
Ketujuh Nuju bulan, artinya tujuh bulan,
8. Bulan Ruwah/Rowah Syaban
Kedelapan yaitu upacara yang dilakukan saat jabang
9. Bulan Puasa Ramadhan bayi dalam kandungan berusia 7 bulan.
Kesembilan Menurut pandangan masyarakat setempat,
10. Bulan Sawal Syawwal
Kesepuluh pada usia itu, bayi dalam kandungan sudah
11. Bulan Apit Zulqaidah berbentuk sempurna dan sudah diberi roh
Kesebelas oleh Allah. Itu sebabnya harus disyukuri
12 Bulan Haji/Aji Zulhijjah
Keduabelas dengan jalan mengadakan upacara
Sumber: Sopandi et.al., 2005: 33. syukuran.
Upacara nuju bulan dilakukan hanya
Sistem penanggalan dimaksud, untuk anak pertama, yang waktu
sangat menentukan kegiatan masyarakat pelaksanaannya biasanya antara tanggal 7
pendukungnya, misal dalam kegiatan atau 17 bulan Hijriah. Upacara ini
hajatan, baik syukuran pernikahan, dilakukan dalam 3 tahap, yaitu selamatan
khitanan, dan sebagainya. Mereka sangat tahlilan dengan membacakan Surat Yusuf
menghindari kegiatan-kegiatan tersebut dan pembacaan Rawi, mandi air kembang,
dilakukan pada bulan Safar, Puasa, dan dan ngirag atau gedog, yaitu mengurut
Apit. Penghindaran kegiatan pada bulan tubuh ibu hamil yang dilakukan oleh
dimaksud karena di bulan tersebut terjadi dukun beranak. Maksudnya adalah untuk
perayaan-perayaan Islam. Seperti di bulan membetulkan posisi bayi dalam
Sura, terdapat perayaan tanggal 1 Sura dan kandungan, agar bayi tidak lahir sungsang.
perayaan lebaran anak yatim. Kemudian, Ada beberapa sebutan untuk upacara
bulan Mulud terdapat perayaan Maulid ini di daerah Bekasi. Di kalangan orang
Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, Betawi, upacara ini disebut Akeke,
pada bulan Apit yang diapit oleh dua sedangkan di kalangan orang Sunda
bulan, yakni bulan Sawal dan bulan Haji. upacara ini disebut Ekah atau Akekah.
Bulan Sawal, terutama tanggal 1 Sawal Upacara ini dilaksanakan pada saat bayi
terdapat perayaan besar Islam, yaitu Idul berusia 7 – 21 hari. Upacara ini ditandai
Sejarah Sosial Kota Bekasi… (Adeng) 409

dengan pemotongan hewan kambing. Bila dipotong tidak terlalu banyak


anak yang dilahirkan adalah anak laki-laki, mengeluarkan darah. Sekitar pukul 06.00
maka kambing yang dipotong adalah 2 barulah anak itu disunat oleh bengkong,
ekor, sedangkan bila anak perempuan, menggunakan peralatan yang sangat
cukup 1 ekor (Rosyadi et al., 2010: 52). sederhana, yaitu sebilah pisau sunat dan
Upacara Akekah biasanya dilaksana- dua batang bambu ukuran sumpit, yang
kan pada malam hari, sehabis shalat Isya, disebut bambu pilit (Rosyadi et al., 2010:
dengan mengundang tetangga dekat, dan 54).
dipimpin oleh seorang kyai atau ustadz. Selesai anak disunat, bagi keluarga
Inti dari upacara ini adalah membaca yang mampu, selanjutnya mengadakan
Tahlil dan pembacaan kitab Rawi, yang acara hiburan yang bisa berlangsung
mengisahkan tentang kelahiran Nabi sampai 2-3 hari. Upacara ini sekarang
Muhammad SAW. Pada saat upacara ini sudah jarang dilakukan bahkan di kota
pula, dilakukan pemotongan rambut bayi, Bekasi sudah tidak lagi melakukannya
dan pemberian nama. karena anak yang mau disunat cukup pergi
Di kalangan orang Bekasi yang ke dokter ahli khitan. Bagi keluarga yang
menganut agama Islam, anak laki-laki mampu, upacara khitanan biasa dirayakan
yang sudah memasuki akil balig harus dengan pesta atau hajatan disertai hiburan
segera dikhitan atau disunat, yaitu dibuang yang dilakukan di gedung-gedung bahkan
“kulup” atau kulit pada ujung penisnya. Di di hotel berbintang.
kalangan masyarakat Betawi di Bekasi,
upacara khitanan pada umumnya dilakukan d. Pengaruh Budaya Mataram, VOC
bila si anak sudah berumur 10 tahun ke dan Tuan Tanah
atas, atau bila si anak sudah benar-benar Sejak kapan budaya Jawa atau
menginginkannya. Bagi keluarga mampu, budaya Mataraman muncul dalam
upacara khitanan biasa dirayakan dengan masyarakat Bekasi? Apa bukti-bukti yang
pesta atau hajatan dengan disertai hiburan. menguatkan adanya budaya Mataram
Khusus di kalangan orang Betawi, upacara terhadap kehidupan masyarakat Bekasi?
sunatan/khitanan dengan pesta besar- Kedua pertanyaan itu tentu erat
besaran, dilaksanakan bila anak yang hubungannya dengan menguatnya VOC
dikhitan adalah anak sulung. (Verenigde Oost-indische Compagnie),
Upacara sunatan biasanya dilakukan sebuah kongsi perdagangan Belanda, di
dalam 2 hari. Pada hari pertama, si anak wilayah Batavia.
dirias dengan mengenakan pakaian Pada saat itu, tepatnya tanggal 10-13
pengantin sunat. Pakaian pengantin sunat Nopember 1610 terjadilah perjanjian
ini sama jenisnya dengan jenis baju antara Pangeran Wijayakrama dengan
kebesaran pengantin cara haji. Setelah VOC yang diwakili oleh L. Hermit. Isi
didandani dengan pakaian pengantin sunat, perjanjian antara lain: Pertama, orang-
ia dinaikkan di atas seekor kuda yang juga orang Belanda yang datang ke Jayakarta
dirias. Selanjutnya pengantin sunat itu akan diterima dengan baik oleh Pangeran
diarak berkeliling kampung. Iring-iringan Wijayakarta dan boleh berdagang; Kedua,
terdiri atas: pengantin sunat yang VOC diperbolehkan mendirikan sebuah
menunggangi kuda rias, delman yang loji untuk menyimpan barang-barang
tumpangi oleh kedua orang tua pengantin dagangannya (Disparbud DKI Jakarta,
sunat, diiringi dengan musik rebana 2003: 19-20). Perjanjian itu hanya tipu
ketimpring yang melantunkan Shalawat muslihat belaka untuk memperlancar
Badar, dan ondel-ondel. Pada hari kedua, maksud busuknya yaitu ingin menguasai
dini hari si anak dibawa ke sungai untuk Jayakarta dan ke depannya ingin
direndam, dengan maksud agar batang menguasai daerah-daerah lain yang ada di
penis si anak menjadi kebal dan ketika wilayah Nusantara.
410 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 397-412

Hal ini terbukti dalam pembuatan Mataram. Mereka lebih memilih menetap
sebuah loji untuk menyimpanan barang dan berkeluarga di sekitar Bekasi dan
dagangan mirip sebuah benteng Karawang. Kaum urban dari Mataram ini
pertahanan dan bahan-bahannya pun dari tentu saja memberi tambahan warna
batu-batuan sehingga bangunan itu terlihat kehidupan terhadap budaya masyarakat
kokoh dan kuat. Melihat bangunan tersebut setempat, terutama di bidang kesenian,
menyulut kemarahan Pangeran agama, dan sebagainya. Sebagai contoh
Wijayakarta terhadap VOC dan tidak sabar kesenian topeng, ujungan, wayang kulit
lagi ingin menghancurkan benteng yang telah diuraikan di atas selalu
tersebut. Pada tanggal 23 Desember 1618 mengklaim bahwa kesenian tersebut
Pangeran Jayakarta bersiap-siap untuk tumbuh sejak para pasukan Mataram
melakukan penyerangan secara besar- menetap di Bekasi.
besaran terhadap VOC yang telah ingkar Di samping itu, ada juga nama
janji atau melanggar isi perjanjian yang tempat atau nama daerah yaitu Babelan.
telah disepakati itu (Disparbud DKI Ada dua versi cerita yaitu, pertama,
Jakarta, 2003: 21). merujuk pada seorang tuan tanah yang
Dalam pertempuran itu Pangeran berasal dari etnis Cina, yang bernama Babe
Wijayakarta menderita kekalahan dan Lan. Kemudian tempat yang didiami oleh
mundur ke Banten. Pada tanggal 30 Mei orang Cina tersebut dinamakan Babelan.
1619 Kota Jakarta jatuh ke tangan Kedua, nama Babelan juga dapat
Kompeni Belanda (VOC) di bawah ditemukan di daerah Karawang, Cirebon,
pimpinan Gubernur Jenderal Jan Tegal, dan lain-lain. Daerah-daerah
Pieterszoon Coen yang kemudian tersebut menjadi jalur distribusi pasukan
mengganti nama Jayakarta menjadi Mataram. Nama Babelan adalah semacam
Batavia (sekarang Jakarta) (Disparbud base camp atau tempat istirahat pasukan
DKI Jakarta, 2003: 22). Mataram. Tempat itu akhirnya dinamakan
Dari Batavia, Kompeni Belanda Babelan. (http://bloggerbekasi.com/2010
(VOC) melakukan ekspansi dagang dan /01/12/sejarah-panjang-bekasi-ii.html).
kekuasaan ke wilayah lain di Nusantara. Walaupun berhasil memukul
Kondisi ini membuat marah Raja Mataram, mundur pasukan Mataram, kekuatan VOC
Sultan Agung. Pada tahun 1628 sampai di daerah pedalaman justru semakin lemah,
tahun 1630 Sultan Agung mengirimkan karena sering diganggu oleh sisa pasukan
pasukan yang cukup banyak beserta Mataram dan Banten yang melakukan
perlengkapan perang dan bahan makanan strategi perang gerilya. Untuk
ke Batavia untuk menghancurkan VOC. mempertahankan wilayahnya, VOC
Sedangkan perbekalan dan peristirahatan mendekati para tokoh dan jagoan (jawara)
pasukan ditempatkan di Bekasi, Karawang, dengan memberikan hadiah berupa tanah
Cirebon, dan Tegal. Namun sayang, atau menjualnya dengan harga yang sangat
pasukan Mataram gagal menguasai murah. Namun dalam praktik, penguasaan
benteng Batavia bahkan menderita tanah lebih didominasi oleh orang Eropa
kekalahan. Perbekalan dan perlengkapan dan etnis Cina. Sejak itu mulai dikenal
perang Mataram dihancurkan oleh pasukan istilah “tanah partikelir”, di mana para
Kompeni Belanda VOC (Lasmyati et al., tuan tanah memiliki kekuasaan mutlak atas
2010: 7-8). tanah yang dikuasainya, bahkan memiliki
Para prajurit yang selamat tidak kekuasaan seperti pemerintahan. Konon
berani kembali ke Mataram karena ada luasan tanah yang dikuasai pada waktu itu
ultimatum dari Sultan Agung yang hampir sama dengan luas satu kecamatan
mengancam akan membunuh seluruh atau beberapa desa di Kota Bekasi
pasukan yang gagal melakukan (Lasmiyati et al., 2010: 8).
penyerangan ke Batavia bila kembali ke
Sejarah Sosial Kota Bekasi… (Adeng) 411

D. PENUTUP ada ultimatum dari Sultan Agung yang


Dari paparan di atas bahwa Kota mengancam akan membunuh seluruh
Bekasi sebelumnya merupakan sebuah pasukan yang gagal melakukan
kecamatan dari Kabupaten Bekasi. Pada penyerangan ke Batavia bila kembali ke
Tahun 1996 statusnya ditingkatkan Mataram. Mereka lebih memilih menetap
menjadi kotamadya dengan membawahi 8 dan berkeluarga di sekitar Bekasi dan
kecamatan dan 50 kelurahan/desa. Karawang. Kaum urban dari Mataram ini
Sebelumnya, penduduk Kota Bekasi tentu saja memberi tambahan warna
didominasi oleh suku Sunda. Oleh karena kehidupan terhadap budaya masyarakat
itu, budaya Sunda mewarnai kehidupan setempat, terutama di bidang kesenian,
mereka sehari-hari seperti menggunakan agama, dan sebagainya. Sebagai contoh
bahasa Sunda sebagai bahasa pengantar, kesenian topeng, ujungan, wayang kulit
baik di dalam rumah maupun di yang telah diuraikan di atas selalu
lingkungan masyarakat. Seiring dengan mengklaim bahwa kesenian tersebut
perkembangan zaman yang begitu pesat tumbuh sejak para pasukan Mataram
sehingga proses migrasi penduduk di menetap di Bekasi.
daerah ini cukup tinggi yang berdampak
terhadap unsur-unsur budaya luar yang DAFTAR PUSTAKA
berkembang di daerah Bekasi. Bekasi yang
menjadi kota urban, terkena imbas budaya A. Buku
luar seperti Betawi, Melayu, Jawa, dan Bappeda. 2013.
lain-lain yang begitu mudah masuk dan Kota Bekasi Dalam Angka, 2012,
memengaruhi nilai-nilai sosial budaya. Bekasi: Badan Perencanaan Pem-
Salah satunya adalah bahasa. bangunan Daerah Kota Bekasi dan
Kota Bekasi secara umum juga Badan Pusat Statistik Kota Bekasi
memiliki kekayaan budaya yang tidak Disparbud. 2003.
kalah menariknya dengan kota/kabupaten Jakarta Kota Juang. Jakarta: Dinas
lain yang ada di Jawa Barat, di antaranya Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi
kesenian tradisional yaitu: kesenian tari DKI Jakarta.
topeng, tanjidor, lenong, cokek, wayang
Kuntowijoyo. 1983/1984.
kulit, wayang golek, ujungan, musik
Beberapa Model Penulisan Sejarah,
gambus, dan permainan anak-anak. Depdikbud, Direktorat Jarahnitra.
Masyarakat Bekasi masih tetap meles- Jakarta: Proyek IDSN.
tarikan nilai-nilai budaya pening-galan
para pendahulunya seperti sistem Koentjaraningrat. 1974.
Kebudayaan, Mentalitas, dan Pem-
penanggalan dalam kegiatan hajatan
bangunan. Jakarta: Gramedia.
seperti pernikahan. Tetapi tidak dipungkiri
ada juga sebagian masyarakat telah Lasmiyati et al. 2010.
meninggalkannya terutama mereka yang Perekaman Peninggalan Sejarah Kota
hidup di perkotaan. Bekasi, Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata. Bandung: Balai Pelestarian
Bekasi dipengaruhi juga oleh
Sejarah dan Nilai Tardisional.
budaya dari Mataram. Hal ini dapat
dipahami karena ketika pasukan Mataram Lohanda, Mona et al. 1984.
akan menyerang Kota Batavia (sekarang Sejarah Sosial DKI Jakarta, Depdikbud,
DKI Jakarta), Bekasi dijadikan tempat Direktorat Jarahnitra. Jakarta: Proyek
IDSN.
penyimpanan perlengkapan perang
termasuk bahan makanan. Begitu pula Mamar, Sulaiman et al. 1984/1985.
ketika pasukan Mataram mengalami Sejarah Sosial Daerah Sulawesi Tengah
kekalahan perang mereka yang selamat (Wajah Kota Donggala dan Pali).
tidak berani kembali ke Mataram karena Depdikbud, Direktorat Jarahnitra,
Jakarta: Proyek IDSN.
412 Patanjala Vol. 6 No. 3, September 2014: 397-412

Muhajir. 2000. diakses tanggal 3 April 2014 pukul


Bahasa Betawi: Sejarah dan 10.10 WIB.
Perkembangannya (Rujukan Bahan http://bloggerbekasi.com/2010/01/12/sejarah-
Muatan Lokal di Sekolah). Jakarta: panjang-bekasi-ii.html tanggal 4 April
Yayasan Obor Indonesia. 2014 pukul 11.35 WIB).
Nurwati, Nunung et al. 2005. http://www.bekasiurbancity.com/blog/2013/06/
Kajian Pola Penyusunan Penanganan 30/tari-topeng- peninggalan-seni-
dan Pengendalian Urbanisasi, Puslit budaya-bekasi/#sthash.Flc5iNAf.dpuf
Kependudukan dan Pengembangan diakses tanggal 7 April 2014 pukul 9.00
SDM Lemit-UNPAD Bekerjasama WIB.
dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
http://www.facebook.com/Medirossa/posts/340
Pemda Kotamadya Bekasi. 1999. 062739433887 diakses tanggal 3 April
Terbentuknya Kotamadya DT II Bekasi, 2014 pukul 10.15 WIB.
Badan Perencanaan Daerah Kotapraja
http ://www.siidkotabekasi.com diakses tanggal
Bekasi.
15 Maret 2014 pukul 14.15 WIB.
Rosyadi et al. 2010.
http://infoseputarkawasanmm2100.blogspot.co
Peta Budaya Kabupaten Bekasi,
m/ diakses tanggal 1 April 2014 pukul
Departemen Kebudayaan dan
13.35 WIB).
Pariwisata. Bandung: Balai Pelestarian
Sejarah dan Nilai Tradisional.
Sopandi, Andi et.al. 2005.
Profil Budaya Masyarakat di Kota
Bekasi, Dinas Pariwisata Pemuda dan
Pemberdayaan Perempuan, Pemerintah
Kota Bekasi.
Sopandi. 2009.
Sejarah dan Budaya Kota Bekasi,
sebuah Catatan Perkembangan Sejarah
dan Budaya Masyarakat Bekasi. Bekasi:
Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan,
dan Kepariwisataan.
Suparman, Nana. 1985.
Mengenal Bekasi Kota Patriot. Bekasi:
Rahman Press.
Tideman, J. 1983.
Tanah dan Penduduk Indonesia,
Penduduk Kabupaten Batavia, Meester
Cornelis, dan Buitenzorg. Terjemahan
Hasan Basri. Jakarta: Bhratara.

B. Internet
http:id.wikipedia.org/wiki/Kota_Bekasi#cite_N
ote -23 di akses tanggal 24 Maret 2014
pukul 10.15 WIB).
http://asal-usul07.blogspot.com/2012 /01/asal-
usul-sejarah-kota-bekasi.html. di akses
tanggal 1 April 2014 pukul 13.30 WIB).
http://www.bekasiurbancity.com/blog/2013/06/
30/tari-topeng- peninggalan-seni-
budayabekasi/#sthash.Flc5iNAf. dpuf,

Anda mungkin juga menyukai