TUGAS 2 Pendidikan Kewarganegaraan OK
TUGAS 2 Pendidikan Kewarganegaraan OK
DISUSUN OLEH:
NAMA : AKMALLUDDIN
NIM :042917362
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki suku dan budaya begitu
banyak, kebudayaan yang ada dan berbeda, merupakan hasil budaya yang lahir dari
adat istiadat, faktor alam, geografis, bahasa, suku dan kepercayaan. Sejalan dengan
ungkapan Endaswara (2006:24) yang mengungkapkan bahwa “Kebudayaan adalah
produk manusia yang dipengaruhi oleh ruang dan waktu”. Oleh sebab itu budaya
merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian masyarakat, dengan
kata lain bahwa manusia menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi
ruang dan waktu dalam suatu kebudayaan, karena budaya tumbuh dan akan terus
hidup dalam tatanan kehidupan yang berjalan sesuai dengan kebiasaan manusia
dan adat istiadat setempat. Biasanya suatu budaya akan diciptakan karena adanya
tujuan dan maksud tertentu.
Secara fisik kota Bogor memang memiliki banyak peninggalan sejarah yang
memberi kontribusi pada karakter kota. Walaupun demikian, karena fenomena
extending metropolitan yang terjadi saat ini, karakter kota Bogor yang bersejarah
tersebut sekarang mulai pudar oleh desakan budaya komersial urban. Saat ini kota
Bogor merupakan kota yang merepresentasikan perpaduan kultur tradisional
Sunda, budaya kolonial, dan modernitas kota metropolitan. Tarik menarik antara
kekuatan lokal dan regional sedang berlangsung di kota ini. Terdapat 3 tipe
kawasan yang membentuk identitas kota Bogor saat ini yaitu kawasan historis
kolonial, kawasan pembangunan ekonomi internal, dan kawasan permukiman yang
terkait dengan pembangunan regional (pola komuter).
Walaupun saat ini kawasan historis kolonial merupakan kawasan yang paling
tidak berkembang di Bogor, kawasan dengan konsep garden city ini memiliki
kontribusi yang paling kuat pada tingkat place attachment penduduk Bogor. Dari
fenomena ini dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan identitas perkotaan
pada kotakota berskala regional, aspek konservasi dan integrasi kawasan historis
harus dipertimbangkan secara matang dengan mengintegrasikan antara aspek
morfologi ruang dengan pola mobilitas masyarakatnya.
Bogor adalah sebuah kota yang terletak bersampingan dengan ibu kota negara
indonesia yaitu jakarta. Bogor mempunyai budaya yang bermacam macam apalagi
bogor ini adalah daerah yang strategis dan mempunyai banyak tempat wisata. Kota
Bogor merupakan salah satu kawasan di Tatar Sunda yang kaya akan sumber daya
arkeologis dari berbagai periode budaya. Peninggalan-peninggalan tersebut antara
lain berasal dari masa prasejarah hingga ke periode-periode budaya berikutnya,
seperti masa klasik, masa Islam, serta dari masa pengaruh Eropa.
Hampir disetiap daerah di kota bogor mempunyai tempat wisata dan Persebaran
lokasi penemuan peninggalan-peninggalan tersebut hampir tersebar di seluruh
wilayah Bogor. Dari era prasejarah, tinggalan arkeologi yang sementara dapat
sebagai bagian dari keprasejarahan kawasan Kota Bogor, diantaranya berasal dari
tradisi budaya yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa bercocok tanam
(Neolitik), yaitu berupa benda-benda dan bangunan yang berkaitan tradisi atau
upacara yang berkaitan dengan pengagungan arwah leluhur, yaitu benda-benda
dan bangunan yang termasuk dalam kelompok tradisi budaya megalitik. Di masa
lalu menurut von Heine Geldern (1945), tradisi budaya ini disimpulkan masuk dan
berkembang di kawasan Nusantara sejak 3000 tahun sebelum masehi dan
kemudian terus berkembang menembus kurun waktu sejarah. Oleh karena
panjangnya rentang perkembangan budaya ini, sehingga kemudian disebut sebagai
tradisi budaya megalitik.
Banyak terdapat dikemukan para ahli tentang kerajaan ini, di antaranya ada
yang menyimpulkan bahwa kota Bogor di masa lalu merupakan bagian dari pusat
Pakwan Padjadjaran”. Masa klasik di Kota Bogor di masa lalu tersebut dibuktikan
dengan sejumlah temuan baik berupa prasasti maupun arca-arca batu yang
mewakili masa klasik yang pernah berlangsung di masa lalu. Setelah itu, pengaruh
budaya Islam dan Kolonial di kawasan Kota Bogor di masa lalu juga telah
meninggalkan sejumlah tinggalan budaya materi.
Kota Bogor merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Barat yang secara
geografis Kota Bogor terletak di antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS. Hampir secara
umum penduduk Bogor mempunyai keyakinan bahwa Kota Bogor mempunyai
hubungan lokatif dengan Kota Pakuan. kajian sejarah yang sudah dilakukan. Hasil
penelusuransejarah Kota Bogor menunjukkan bahwa terdapat lapisan-lapisan
sejarah yang jejaknya masih dapat terlacak dan terlihat, terutama dalam
bentukan fisik di Kota Bogor saat ini. Lapis sejarah ini menunjukkan
perkembangan Kota Bogor dari sebuah daerah pertanian menjadi kawasan
perkotaan dengan infrastruktur yang baik. Selain lapis sejarah yang masih
meninggalkan jejak-jejak bentukan fisik, temuan berupa fakta sejarah bahwa pada
perkembangannya, terutama pada masa kolonialisasi Belanda, Kota Bogor
terbagi menjadi beberapa zona / kawasan permukiman berdasarkan etnis
penduduknya pun turut mendasari penetapan delineasi kawasan dan
situs bersejarah Kota Bogor.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
Merujuk dari rumusan masalah di atas, diharapkan peneliti mampu menjawab
beberapa permasalahan untuk dianalisis. Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai
tujuan. Adapun beberapa tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu :
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. MANFAAT
Makalah ini memberikan manfaat yaitu sebagai referensi bagi para pembaca
antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan wawasan tentang sejarah kerajaan kota bogor
2. Memberikan informasi tentang peninggalan sejarah kerajaan kota bogor
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH KERAJAAN DIKOTA BOGOR
1. Kerajaan Tarumanagara
Bila menilik catatan prasasti, tidak ada penjelasan yang pasti siapa yang
mendirikan pertama kal kerajaan Taruma. Raja yang berkuasa adalah
Purnawarman. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan
Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu
mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum
brahmana.PrasastiPrasasti Kebon Kopi,dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917),
ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, BogorPrasasti
Tugu,ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya,
Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta.
Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil
perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk
mengangkut barang dagangannya ke daerah hilir.Prasasti pada zaman ini
menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan perkembangan
dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja dengan
beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum
mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-
naskah (lontar) abad ke-16.Prasasti Pasir MuaraDi Bogor, prasasti ditemukan di
Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak Gajah peninggalan
Purnawarman.
Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :ini
sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa
barpulihkan haji su-ndaTerjemahannya menurut Bosch:Ini tanda ucapan Rakryan
Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4),
pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.Karena angka tahunnya
bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan "angkanam vamato gatih" (angka
dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536
Masehi.
Selain itu, ada pula gambar sepasang "pandatala" (jejak kaki), yang menunjukkan
tanda kekuasaan &mdash& fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang.
Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu
termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara
parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa
pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah) Pasir
Muhara.Prasasti Telapak GajahPrasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak
kaki gajah yang diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi:jayavi s
halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam
padadavayamTerjemahannya:Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang
cemerlang seperti Airawatakepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan
berkuasa.Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara
Indra dewa perang dan penguawa Guntur.
Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang
menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-
candra (matahari dan bulan). Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera
Tarumanagara dan ukiran sepasang "bhramara" (lebah) sebagai cap pada mahkota
Purnawarman dalam segala "kemudaan" nilainya sebagai sumber sejarah harus
diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti
Ciaruteun.Prasasti lainDi daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu
prasasti batu peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak,
Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang.
Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang
telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:shriman data
kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma
pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam
arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram
shalyabhutam ripunam.Terjemahannya menurut Vogel:Yang termashur serta setia
kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang
memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-
musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil
menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan
(kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-
musuhnya.
Hampir secara umum penduduk Bogor mempunyai keyakinan bahwa Kota Bogor
mempunyai hubungan lokatif dengan Kota Pakuan, ibukota Pajajaran. Asal-usul dan
arti Pakuan terdapat dalam berbagai sumber. Di bawah ini adalah hasil penelusuran
dari sumber-sumber tersebut berdasarkan urutan waktu: Naskah Carita Waruga
Guru (1750-an). Dalam naskah berbahasa Sunda Kuna ini diterangkan bahwa nama
Pakuan Pajajaran didasarkan bahwa di lokasi tersebut banyak terdapat pohon
Pakujajar.
H. Ten Dam (1957). Sebagai Insinyur Pertanian, Ten Dam ingin meneliti
kehidupan sosial-ekonomi petani Jawa Barat dengan pendekatan awal segi
perkembangan sejarah. Dalam tulisannya, Verkenningen Rondom Padjadjaran
(Pengenalan sekitar Pajajaran), pengertian "Pakuan" ada hubungannya dengan
"lingga" (tonggak) batu yang terpancang di sebelah prasasti Batutulis sebagai tanda
kekuasaan. Ia mengingatkan bahwa dalam Carita Parahyangan disebut-sebut tokoh
Sang Haluwesi dan Sang Susuktunggal yang dianggapnya masih mempunyai
pengertian "paku". Ia berpendapat bahwa "pakuan" bukanlah nama, melainkan kata
benda umum yang berarti ibukota (hoffstad) yang harus dibedakan dari keraton.
Kata "pajajaran" ditinjaunya berdasarkan keadaan topografi. Ia merujuk laporan
Kapiten Wikler (1690) yang memberitakan bahwa ia melintasi istana Pakuan di
Pajajaran yang terletak antara Sungai Besar dengan Sungai Tanggerang (disebut
juga Ciliwung dan Cisadane). Ten Dam menarik kesimpulan bahwa nama
"Pajajaran" muncul karena untuk beberapa kilometer Ciliwung dan Cisadane
mengalir sejajar. Jadi, Pakuan Pajajaran dalam pengertian Ten Dam adalah Pakuan
di Pajajaran atau "Dayeuh Pajajaran". Sebutan "Pakuan", "Pajajaran", dan "Pakuan
Pajajaran" dapat ditemukan dalam Prasasti Batutulis (nomor 1 & 2) sedangkan
nomor 3 bisa dijumpai pada Prasasti Kebantenan di Bekasi.
Tafsiran tersebut lebih mendekati lagi bila dilihat nama istana yang cukup
panjang tetapi terdiri atas nama-nama yang berdiri sendiri. Diperkirakan ada lima
(5) bangunan keraton yang masing-masing bernama: Bima, Punta, Narayana,
Madura dan Suradipati. Inilah mungkin yang biasa disebut dalam peristilahan klasik
"panca persada" (lima keraton). Suradipati adalah nama keraton induk. Hal ini
dapat dibandingkan dengan nama-nama keraton lain, yaitu Surawisesa di Kawali,
Surasowan di Banten dan Surakarta di Jayakarta pada masa silam.
Karena nama yang panjang itulah mungkin orang lebih senang meringkasnya,
Pakuan Pajajaran atau Pakuan atau Pajajaran. Nama keraton dapat meluas menjadi
nama ibukota dan akhirnya menjadi nama negara. Contohnya : Nama keraton
Surakarta Hadiningrat dan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang meluas menjadi nama
ibukota dan nama daerah. Ngayogyakarta Hadiningrat dalam bahasa sehari-hari
cukup disebut Yogya.
Pendapat Ten Dam (Pakuan = ibukota ) benar dalam penggunaan, tetapi salah dari
segi semantik. Dalam laporan Tome Pires (1513) disebutkan bahwa bahwa ibukota
kerajaan Sunda itu bernama "Dayo" (dayeuh) dan terletak di daerah pegunungan,
dua hari perjalanan dari pelabuhan Kalapa di muara Ciliwung. Nama "Dayo"
didengarnya dari penduduk atau pembesar Pelabuhan Kalapa. Jadi jelas, orang
Pelabuhan Kalapa menggunakan kata "dayeuh" (bukan "pakuan") bila bermaksud
menyebut ibukota. Dalam percakapan sehari-hari, digunakan kata "dayeuh",
sedangkan dalam kesusastraan digunakan "pakuan" untuk menyebut ibukota
kerajaan.
Dalam kropak (tulisan dari daun lontar atau daun nipah yang diberi nomor 406
di museum pusat terdapat petunjuk yang mengarah kepada lokasi Pakuan.. Kropak
406 sebagian telah diterbitkan (biasa tulisan dari daun lontar tulisan dari daun
lontar atau daun nipah yang diberi daun nipah yang diberi nomor 406 di Museum
Pusat ontar atau daun nipah yang diberi nomor 406 di Mueseum Pusat terdapat
petunjuk yang mengarah kepada lokasi Pakuan. Kropak 406 sebagian telah
diterbitkan khusus dengan nama Carita Parahiyangan. Dalam bagian yang belum
diterbitkan (biasa disebut fragmen K 406) terdapat keterangan mengenai kisah
pendirian keraton Sri Bima, Punta, Narayana Madura Suradipati:
"Di inya urut kadatwan, ku Bujangga Sedamanah ngaran Sri Kadatwan Bima Punta
Narayana Madura Suradipati. Anggeus ta tuluy diprebolta ku Maharaja Tarusbawa
deung Bujangga Sedamanah. Disiar ka hulu Ci Pakancilan. Katimu Bagawat Sunda
Mayajati. Ku Bujangga Sedamanah dibaan ka hareupeun Maharaja Tarusbawa."
(Di sanalah bekas keraton yang oleh Bujangga Sedamanah diberi nama Sri Kadatuan
Bima Punta Narayana Madura Suradipati. Setelah selesai [dibangun] lalu diberkati
oleh Maharaja Tarusbawa dan Bujangga Sedamanah. Dicari ke hulu Ci Pakancilan.
Ditemukanlah Bagawat Sunda Majayati. Oleh Bujangga Sedamanah dibawa ke
hadapan Maharaja Tarusbawa).
Dari sumber kuno itu dapat diketahui bahwa letak kraton diketaui bhawa Dari
sumber kuno itu dapat diketahui bahwa letak kraton tidak akan terlalu jauh dari
hulu Ci Pakancilan. Hulu Sungai ini terletak di dekat lokasi kampung lawang Dari
sumber kuno itu dapat diketahui bahwa letak keraton tidak akan terlalu jauh dari
"hulu Ci Pakancilan". Hulu sungai ini terletak di dekat lokasi kampung
Lawanggintung yang sekarang, sebab ke bagian hulu sungai ini disebut Ciawi. Dari
naskah itu pula kita mengetahui bahwa sejak jaman Pajajaran sungai itu sudah
bernama Ci Pakancilan. Hanyalah juru pantun kemudian menerjemahkannya
menjadi Ci Peucang. Dalam bahasa Sunda Kuna dan Jawa Kuna kata "kancil"
memang berarti "peucang".
BERITA-BERITA VOC
LAPORAN SCIPIO
Dua catatan penting dari ekspedisi Scipio adalah:
Catatan perjalanan antara Parung Angsana (Tanah Baru) menuju Cipaku dengan
melalui Tajur, kira-kira lokasi Pabrik "Unitex" sekarang. Catatannya adalah sbb.:
"Jalan dan lahan antara Parung Angsana dengan Cipaku adalah lahan yang bersih
dan di sana banyak sekali pohon buah-buahan, tampaknya pernah dihuni".
Lukisan jalan setelah ia melintasi Ciliwung. Ia mencatat "Melewati dua buah jalan
dengan pohon buah-buahan yang berderet lurus dan 3 buah runtuhan parit". Dari
anggota pasukannya, Scipio memperoleh penerangan bahwa semua itu peninggalan
dari Raja Pajajaran.
Setelah melewati sungai Jambuluwuk (Cibalok) dan melintasi "parit Pakuan yang
dalam dan berdinding tegak ("de diepe dwarsgragt van Pakowang") yang tepinya
membentang ke arah Ciliwung dan sampai ke jalan menuju arah tenggara 20 menit
setelah arca. Sepuluh menit kemudian (pukul 10.54) sampai di lokasi kampung
Tajur Agung (waktu itu sudah tidak ada). Satu menit kemudian, ia sampai ke
pangkal jalan durian yang panjangnya hanya 2 menit perjalanan dengan berkuda
santai.
Bila kembali ke catatan Scipio yang mengatakan bahwa jalan dan lahan antara
Parung AngsanaBila kembali ke catatan Scipio yang mengatakan bahwa jalan dan
lahan antara Parung Angsana dengan Cipaku itu bersih dan di mana-mana penuh
dengan pohon buah-buhan, maka dapat disimpulkan bahwa kompleks "Unitex"
itu pada jaman Pajajaran merupakan "Kebun Kerajaan". Tajur adalah kata Sunda
kuno yang berarti "tanam, tanaman atau kebun". Tajur Agung sama artinya
dengan "Kebon Gede atau Kebun Raya". Sebagai kebun kerajaan, Tajur Agung
menjadi tempat bercengkerama keluarga kerajaan. Karena itu pula penggal jalan
pada bagian ini ditanami pohon durian pada kedua sisinya.Dari Tajur Agung
Winkler menuju ke daerah Batutulis menempuh jalan yang kelak (1709) dilalui
Van Riebeeck dari arah berlawanan.
Jalan ini menuju ke gerbang kota (lokasi dekat pabrik paku "Tulus Rejo"
sekarang). Di situlah letak Kampung Lawang Gintung pertama sebelum pindah
ke "Sekip" dan kemudian lokasi sekarang (bernama tetap Lawang Gintung). Jadi
gerbang Pakuan pada sisi ini ada pada penggal jalan di Bantar Peuteuy (depan
kompleks perumahan LIPI). Dulu di sana ada pohon Gintung. Di Batutulis
Winkler menemukan lantai atau jalan berbatu yang sangat rapi. Menurut
penjelasan para pengantarnya, di situlah letak istana kerajaan ("het conincklijke
huijs soude daerontrent gestaen hebben"). Setelah diukur, lantai itu
membentang ke arah paseban tua. Di sana ditemukan tujuh (7) batang pohon
beringin.
Abraham adalah putera Joan van Riebeeck pendiri Cape Town di Afrika
Selatan. Penjelajahannya di daerah Bogor dan sekitarnya dilakukan dalam
kedudukan sebagai pegawai tinggi VOC. Dua kali sebagai Inspektur Jenderal
dan sekali sebagai Gubernur Jenderal. Kunjungan ke Pakuan tahun 1703
disertai pula oleh istrinya yang digotong dengan tandu. Rute perjalanan tahun
1703: Benteng - Cililitan - Tanjung - Serengseng - Pondok Cina - Depok - Pondok
Pucug (Citayam) - Bojong Manggis (dekat Bojong Gede) - Kedung Halang -
Parung Angsana (Tanah Baru). Rute perjalanan tahun 1704: Benteng - Tanah
Abang - Karet - Ragunan - Serengseng - Pondok Cina dan seterusnya sama
dengan rute 1703.
HASIL PENELITIAN
Prasasti Batutulis sudah mulai diteliti sejak tahun 1806 dengan
pembuatan "cetakan tangan" untuk Universitas Leiden (Belanda). Upaya
pembacaan pertama dilakukan oleh Friederich tahun 1853. Sampai tahun 1921
telah ada empat orang ahli yang meneliti isinya. Akan tetapi, hanya C.M. Pleyte
yang mencurahkan pada lokasi Pakuan, yang lain hanya mendalami isi prasasti
itu. Hasil penelitian Pleyte dipublikasikan tahun 1911 (penelitiannya sendiri
berlangsung tahun 1903). Dalam tulisannya, Het Jaartal op en Batoe-Toelis
nabij Buitenzorg atau "Angka tahun pada Batutulis di dekat Bogor", Pleyte
menjelaskan, "Waar alle legenden, zoowel als de meer geloofwaardige
historische berichten, het huidige dorpje Batoe-Toelis, als plaats waar eenmal
Padjadjaran's koningsburcht stond, aanwijzen, kwam het er aleen nog op aan.
Naar eenige preciseering in deze te trachten". (Dalam hal legenda-legenda dan
berita-berita sejarah yang lebih terpercaya, kampung Batutulis yang sekarang
terarah sebagai tempat puri kerajaan Pajajaran; masalah yang timbul tinggalah
menelusuri letaknya yang tepat).
Sedikit kotradiksi dari Pleyte: meski di awalnya ia menunjuk kampung
Batutulis sebagai lokasi keraton, tetapi kemudian ia meluaskan lingkaran
lokasinya meliputi seluruh wilayah Kelurahan Batutulis yang sekarang. Pleyte
mengidentikkan puri dengan kota kerajaan dan kadatuan Sri Bima Narayana
Madura Suradipati dengan Pakuan sebagai kota. Babad Pajajaran melukiskan
bahwa Pakuan terbagi atas "Dalem Kitha" (Jero kuta) dan "Jawi Kitha" (Luar
kuta). Pengertian yang tepat adalah "kota dalam" dan "kota luar". Pleyte masih
menemukan benteng tanah di daerah Jero Kuta yang membentang ke arah
Sukasari pada pertemuan Jalan Siliwangi dengan Jalan Batutulis.
Peneliti lain seperti Ten Dam menduga letak keraton di dekat kampung Lawang
Gintung (bekas) Asrama Zeni Angkatan Darat. Suhamir dan Salmun bahkan
menunjuk pada lokasi Istana Bogor yang sekarang. Namun pendapat Suhamir
dan Salmun kurang ditunjang data kepurbakalaan dan sumber sejarah.
Dugaannya hanya didasarkan pada anggapan bahwa "Leuwi Sipatahunan" yang
termashur dalam lakon-lakon lama itu terletak pada alur Ci Liwung di dalam
Kebun Raya Bogor. Menurut kisah klasik, leuwi (lubuk) itu biasa dipakai
bermandi-mandi para puteri penghuni istana. Lalu ditarik logika bahwa letak
istana tentu tak jauh dari "Leuwi Sipatahunan" itu.
Dengan peristiwa yang terjadi tahun 1482 itu, kerajaan warisan Wastu
Kencana berada kembali dalam satu tangan. Jayadewata memutuskan untuk
berkedudukan di Pakuan sebagai "Susuhunan" karena ia telah lama tinggal di
sini menjalankan pemerintahan sehari-hari mewakili mertuanya. Sekali lagi
Pakuan menjadi pusat pemerintahan. Masa Akhir Kerajaan Sunda di Pakuan
Pajajaran berlangsung selama 97 tahun, yang secara berturut-turut dipimpin
oleh Sri Baduga Maharaja (1482 - 1521) Surawisesa (1521 - 1535)Ratu Dewata
(1535 - 1534) Ratu Sakti (1543 - 1551) Ratu Nilakendra (1551 - 1567)Raga
Mulya (1567 - 1579) Prasasti Batutulis terletak di jalan Batutulis, Kelurahan
Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Kompleks Prasasti Batutulis
memili luas 17 x 15 meter. Batu Prasasti dan benda-benda lain peninggalan
kerajaan Pajajaran terdapat dalam komplek ini. Pada batu ini berukir kalimat-
kalimat dengan huruf Sunda Kawi. Setelah masa Klasik (Hindu-Budha),
selanjutnya kawasan Bogor pun melewati Masa Islam, Masa Kolonial, Masa
Pasca Kolonial.
Kerajaan Tarumanagara
1. Prasasti Ciaruteun
2. Prasasti Jambu
6. Prasasti Cidanghiyang
Prasasti ini terletak di desa Batu Tulis di selatan Bogor kecamatan kota
Bogor. Prasasti ini berada di area kompleks 17×15 meter. Prasasti ini pertama
kali diteliti pada tahun 1806 oleh cetakan tangan dari University of Leiden di
Belanda. Prasasti ini adalah salah satu peninggalan Kerajaan Pajajaran, yang
berasal dari abad ke-11 hingga ke-16 dengan gaya Hindu. Prasasti ini ditulis di
atas batu bertingkat, sejenis batu yang terletak di sepanjang Sungai Cisadane.
Harap dicatat bahwa prasasti ini ditulis dalam bahasa Pallawa dan bahasa
Sansekerta digunakan. Prasasti tersebut berasal dari Prabu Surawisesa,
penguasa kerajaan. Prasasti ini dikatakan sebagai tujuan pembuatannya untuk
menyoroti layanan Siliwangi Prabu, yang tidak lain adalah ayah dari Prabu
Surawisesa. Para ahli juga menduga bahwa prasasti ini dibuat setelah kematian
Raja Siliwangi.
Selain pendapat di atas, ada versi lain yang menyatakan bahwa tujuan
membuat prasasti ini adalah bentuk pertobatan Surawisesa prabus yang tidak
mampu melestarikan seluruh wilayah Pakuan Pajajaran. Ketidakmampuan
Prabu Surawisesa adalah bahwa pada saat itu pasukan yang ia pimpin dalam
pertempuran kalah ketika mereka berperang dengan Kesultanan Cirebon, yang
mengakibatkan pembebasan sebagian wilayah dari Kerajaan Pajajaran.
2. Prasasti Huludayeuh
3. Prasasti Ulubelu
Prasasti ini adalah salah satu peninggalan kerajaan Sunda Galuh, yang
posisinya tidak jauh dari prasasti Kebon Kopi I. Sebelum prasasti ini hilang,
seorang ahli bernama F.D.K. Bosch diperiksa. Peneliti menjelaskan bahwa ada
tulisan Melayu kuno dalam prasasti yang menceritakan kisah seorang raja
Sunda yang telah memperoleh kembali tahtanya.
5. Situs Karangkamulyan
Situs ini adalah situs bersejarah kuno di Cijeungjing, Ciamis, Jawa Barat,
lebih tepatnya di desa Karangmulyan. Situs ini adalah peninggalan Kerajaan
Galuh dalam gaya Buddha Hindu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ada banyak peninggalan sejarah yang terdapat di kota Bogor yang belum
disadari oleh kita, maka dari itu alangkah baiknya kita sebagai generasi penerus
haru tetap melestarikan dan menjaga peninggalan sejarah tersebut agar tidak
dilupakan dan musnah. Karena sejarah sangat penting untuk kita sebagai
generasi penerus untuk dijadikan acuan atau sumber informasi agar kita
mengetahui peristwa yang terjadi dimasa lalu. Peran Pemerintah juga sangat
dbutuhkan untuk menjaga peninggalan sejarah tersebut maka dari itu
dibutuhkan kerjasama seluruh warga negara untuk melestarikan peninggalan
sejarah agar tidak terlupakan.
B. SARAN
Peninggalan sejarah seharusnya tetap dilestarikan dan dirawat agar tidak
terlupakan dan sebagai bentuk penghargaan kita atas perjuangan para
pahlawan dalam menghadapi penjajahan yang terjadi pada masa lalu.
DAFTAR PUSTAKA
https://kelasips.com/peninggalan-kerajaan-pajajaran/
https://megapolitan.okezone.com/read/2020/02/01/338/2161839/
menelusuri-jejak-kerajaan-pakuan-pajajaran-di-bogor
https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/02/183254269/peninggalan-
sejarah-kerajaan-tarumanegara?page=all
https://budayabogor.tripod.com/sejarah-bogor.html
http://repository.gunadarma.ac.id/576/1/Kota%20Bogor%20dalam%20Tarik
%20Menarik%20Kekuatan%20Lokal%20dan%20Regional_UG.pdf
https://klipaa.com/story/210-sosial-budaya-daerah-bogor