Anda di halaman 1dari 18

ASTROSITOMA

I. PENDAHULUAN
Astrositoma merupakan neoplasma yang berasal dari sel-sel astrosit dan
merupakan tipe tumor otak yang paling banyak ditemukan pada anak-anak
maupun pada orang-orang yang berumur antara 20 sampai 40 tahun. Walaupun
berkembang lambat, namun bukan merupakan tumor jinak karena kualitas dan
lokasinya yang bersifat invasif didalam ruang tulang calvarium. (1,2)
Di dalam otak dan medulla spinalis terdap sel-sel saraf dan juga sel yang
mendukung dan memproteksi sel-sel saraf. Sel sel yang mendukung dikenal
dengan nama sel-sel glial yaitu oligodendrosit, astrosit, sel-sel ependimal, sel-sel
schwan, mikroglia, dan sel-sel setelit. Tumor pada sel-sel ini dikenal dengan
glioma. Tumor- tumor astrositik adalah tipe glioma yang paling banyak dan
berkembang dari tipe sel berbnetuk bintang yang disebut astrosit. Astrositoma
dapat tejadi pada berbagai bagian otak, tetapi paling banyak ditemukan di
cerebrum terutama di lobus frontal. Astrosit jarang teijadi di medulla spinalis. 1,2)
Banyak klasifikasi telah dikemukan oleh para ahli. Klasifikasi universal
awal dipelopori oleh Bailey dan Cushing (1926) berdasarkan histogenesis sel
tumor dari sel embrional yang dikaitkan dengan diferensiasinya pada berbagai
tingkatan. Klasifikasi tersebut antara lain: Astrositoma, oligodenroglioma,
ependimoma, meduloblastoma, glioblastoma multiforme, pinealoma (teratoma),
ganglioneuroma (glioma), neuroblastoma, papiloma pleksus khoroid, tumor
unclassified, dan papiloma. Tahap perkembangan selanjutnya klasifikasi ini
mengalami modifikasi oleh Tokoro dari Jepang, Zulch dari Jerman, Russel-
Rubinstein (1959). Klasifikasi yang berkaitan dengan gradasi keganasan
berkembang secara luas seperti konsep pembagian dari Borders (1915) yang
mengelompokkan tumor otak (yang struktur selulernya sejenis) menjadi empat
tingkat anaplasia seluler. (1,2)
Dua kelas tumor-tumor astrositik yang telah dikenal yaitu zona infiltrasi
yang terbatas (astrositoma pilositik, astrositoma giant cell subependimal,
xantoastrositoma pleomorfik) dan zona infiltrasi yang difus (astrositoma gred

1
rendah, astrositoma anaplastik, glioblastoma). Astrositoma dapat muncul di
hemisfer otak, fossa posterior, nervus optic, dan jarang di medulla spinalis. (1,2,3)

II. EPIDEMIOLOGI
Data dari Amerika Serikat melaporkan bahwa astrositoma merupakan
tumor yang paling banyak mengenai anak-anak. Para peneliti melaporkan bahwa
tiap tahun rata-rata 14 kasus baru per satu juta anak yang berumur kurang dari 15
tahun. Tidak ada predisposisi ras yang sfesifik astrositoma. Tetapi faktor
demografi dan sosiologi telah dilaporkan mempengaruhi distribusi astrositoma
seperti populasi, umur, sikap etnik terhadap penyakit keterjangkauan pelayanan
kesehatan. Rasio laki-laki dan perempuan adalah 1:1 kecuali glioma
supratentorial, dimana kira-kira 2:1. (3,4)

III. ETIOLOGI
Penyebab pasti astrositoma tidak diketahui. Data epidemiologi
mengivestigasi eksposur okupasi parental, eksposure lingkungan, intake nutrisi
maternal yang kurang diidentifikasi menderita tumor otak. astrositoma difus
dihubungkan dengan bermacam-macam gangguan dan eksposur. Dengan
pengecualian irradiasi terapeutik, barangkali persenyawahan nitroso (nitrosourea),
mengidentifikasi paparan lingkungan sebagai penyebab spesifik. (1,2)
Anak-anak penderita leukemia limpatik akut (ALL) yang menerima
radiasi profilaksis. Sebagai contoh, memiliki 22-fold resiko meningkat
berkembang menjadi neoplasma SSP yaitu astrositoma grade II, III, dan IV
dengan interval onset 5 - 1 0 tahun. (1,2,4)
Astrositoma, secara umum dan yang paling banyak dipakai, menurut
World Health Organization dibagi didalam beberapa tipe dan grade: (5)
1. Astrositoma Pilositik (Grade I)
Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini biasa
terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat disembuhkan secara
tuntas dan memuaskan. Namun demikian, apabila mereka menyerang pada tempat
yang sukar dijangkau, masih dapat mengancam hidup.

2
2. Astrositoma Difusa (Grade II)
Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat
berlanjut ke tahap banyakan terjadi pada dewasa muda.
3. Astrositoma Anaplastik (Grade III)
Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan menyebar
ke jaringan sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda disbanding dengan sel-
sel yang normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor jenis ini
berumur 41 tahun.
4. Gliobastoma multiforme (Grade IV)
Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang
normal. Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun.
Tumor ini merupakan salah satu tumor otak primer dengan prognosis yangsangat
buruk.

IV. ANATOMI OTAK


1. Susunan saraf pusat, terdiri dari: (6,7)
a) Otak (otak besar dan otak kecil)
Otak besar (Serebrum), terdiri atas:
Korteks serebrum berkaitan dengan sinyal saraf ke dan dari berbagai bagian
tubuh. Karenanya, pada korteks serebrum terdapat area sensorik yang
menerima impuls dari reseptor pada system indra. Di samping itu, bagian
tersebut terdapat juga area motorik yang mengirimkan perintah pada efektor.
Selain itu, terdapat terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motorik
dan sensorik serta berperan dalam berbagai aktivitas misalnya berpikir,
menyimpan ingatan, dan membuat keputusan.
Otak depan manusia terbagi atas empat lobus (bagian), meliputi lobus
frontalis (bagian depan), lobus temporalis (bagian samping), lobus
oksipitalis (bagian belakang), dan lobus parietalis (bagian antara depan-
belakang). Pada bagian kepala manusia, lobus frontalis berada pada bagian
dahi; lobus temporalis berada pada bagian pelipis; lobus oksipitalis berada

3
pada bagian belakang kepala; dan lobus parietalis berada pada bagian ubun-
ubun.
Lobus-lobus ini memiliki fungsi yang beragam. Lobus frontalis berfungsi
sebagai pusat berpikir; lobus temporalis sebagai pusat pendengaran dan
berbahasa; lobus oksipitalis sebagai pusat penglihatan; dan lobus parietalis
sebagai pusat sentuhan dan gerakan.
Gangguan pada lobus frontalis, akan memberikan gejala manurunny6a
kemampuan memecahkan masalah dan berkurangnya hilang rasa sosial dan
moral. Gangguan pada lobus temporalis akan memberikan gejala amnesia
dan dimensia. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan
gejala gejala yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi.
Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi
seperti gangguan daya ingat, memori, disorientasi.

Gambar 1. Anatomi lobus-lobus cerebri

Otak kecil (serebelum), terdiri atas


Vermis, terletak disebelah medial dari serebelum dan merupakan bagian yang
kecil dari serebelum. Hemisfer serebelli, terletak disebelah lateral serebelum
dan merupakan bagian yang besar.
b) Batang otak, terdiri atas mesensefalon, pons dan medula oblongata
c) Medula spinalis
Otak dan batang otak keduanya terletak didalam rongga tengkorak.
Sedangkan medula spinalis terletak di dalam kanalis vertebralis.
2. Peredaran darah otak.

4
Otak mendapat darah dari arteri vertebralis dan arteri
karotisinterna.Arterivertebralis adalah cabang dari arteri subklavia yang masuk
rongga tengkorak melalui foremen oksipitale magnum. Kedua arteri vertebralis
kanan dan kiri beijalan di permukaan ventral medula oblongata dan pada batas
kaudal pons kedua arteri bersatu membentuk arteri basilaris. Arteri karotis
interna setelah masuk rongga tengkorak akan memberi cabang yaitu arteri serebri
anterior, arteri serebri media, arteri komunikans posterior, arteri khoroidea, arteri
hipofise superior dan arteri hipofise inferior.

Gambar 2. Persarafan dan Perdarahan darah Otak

Sistim vena sentral terdiri atas: Aliran vena serebral eksternal atau superficial
dan aliran vena serebral internal atau profunda. Kedua sistim vena ini
mengalirkan darah kedalam sinus venosus. Anastomose banyak terjadi antara
dua kelompok ini melalui anyaman pembuluh didalam substansi otak. Dari sinus
venosus melalui vena emisries darah balik ini diteruskan ke vena ekstrakranial.

5
Gambar 2. Perdarahan darah Otak

V. PATOFISIOLOGI
Efek regional astrositoma berupa kompresi, invasi dan destruksi dari
parenkim otak. Arteri dan vena hipoksia, kompetisi nutrien, membebaskan produk
akhir metabolik dalam hal ini adalah radikal bebas, adanya gangguan elektrolit,
dan gangguan neurotransmitter serta pelepasan mediator-mediator seluler seperti
sitokin yang akan mengganggu fungsi parenkim normal. Elevasi tekanan
intracranial merupakan efek langsung dari massa yang akan meningkatkan
volume darah atau meningkatkan volume cairan cerebrospinal yang memediasi
gangguan klinis. Tanda dan gejala klinik merupakan tanda dari gangguan fungsi
system saraf pusat. Defisit neurologist fokal berupa kelemahan, paralysis, gaguan
sensoris, kelumpuhan saraf kranial dan kejang- kejang adalah ciri khas
bermacam-macam lokasi tumor. (1,2)
Astrositoma memiliki banyak tipe dan menyerang berbagai umur dimana
lesi massa ditemukan dimana saja dan dapat menimbulkan gejala dimana tumor
tersebut berada. Jika tidak diobati dengan benar, astrositoma dapat menyebabkan
kematian. Kematian teijadi karena herniasi tentorium dari desakan massa. (3,5)

VI. DIAGNOSIS(6,7,8)

1. Anamnesis
Bentuk gejala neurologis dari astrositoma terutama tergantung dari tempat
dan luas pertumbuhan tumor pada susunan saraf pusat. Dilaporkan gangguan

6
status mental, gangguan kognitif, sakit kepala, gagguan visual (penglihatan
ganda), gagguan motorik, kejang-kejang, anomali sensoris, atau ataksia.
Pasien sering dilaporkan adanya riwayat sakit lebih dari tiga bulan
sebelum diagnosis ditegakkan. Peningkatan tekanan intracranial, gejala awal
biasa tidak spesifik, tidak terlokasi dan dihubungkan dengan peningkatan tekanan
intracranial. Trias klasik peningkatan intracranial adalah sakit kepala, muntah dan
letargi. Anak-anak umur sekolahan lebih banyak dilaporkan sakit kepala
intermiten yang samara-samar dan kelelahan. Mereka biasanya mengalami
penurunan prestasi akademik dan perubahan kepribadian. pada bayi terdapat
iritabilitas, anoreksia, pertumbuhan yang lambat atau mengalami regresi. Kejang
biasanya terdapat sedikitnya 25 % pasien dengan astrositoma supratentorial.
Selain itu, pasien astrositoma susah berfikir atau berbicara, kelemahan atau
paralysis pada satu bagian atau satu sisi tubuh serta hilangnya keseimbangan.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan neurologis dengan tepat diperlukan untuk mengevaluasi
pasien astrositoma. Karena tumor ini dapat mempengaruhi bagian system saraf
pusat, mencakup medulla spinalis dan dapat menyebar ke regio yang jauh dari
system saraf pusat. Perhatian khusus ditujukan kepada tanda-tanda peningkatan
tekanan intracranial seperti sakit kepala, mual dan muntah, penurunan perhatian,
gangguan kognitif papil edem atau ataksia, hidrosefalus dan resiko herniasi, tanda
lokalisasasi dan lateralisasi, mencakup kelumpuhan nervus kranial, hemiparese,
gangguan sensoris, gangguan refleks tendon dalam dan terdapat refleks patologis
seperti tanda-tanda Hofman dan babinski. Satu abnormalitas neurologis
ditemukan, maka dianjurkan untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut.
Astrositoma dengan massa yang progresif pada parenkim otak
menyebabkan menurunnya fungsi otak yang sesuai dengan area invasi. Invasi
pada area motorik atau traktus menyebabkan hemiparese diikuti dengan
hemiplegi. Invasi pada area bicara menyebabkan afasia. Jika korteks serebral
terkena dapat terjadi kejang. Pada anak-anak dengan lesi serebellum tdapat erjadi
ataksia dan obstruksi parsial ventrikel IV. Dengan peningkatan tekanan
intrakranial menyebabkan nausea, vomiting, letargi dan sakit kepala. Lesi

7
serebrum juga dapat meningkatkan tekanan intracranial oleh massa tersebut.
Tekanan dapat meningkat akaibat terbendungnya ventrikel. Peningkatan tekanan
dapat juga disebabkan oleh pembengkakan yang mengelilingi tumor itu sendiri.
Gejala lain astrositoma adalah perubahan sikap dan kepribadian, teijadi
akibat posisi tumor dalam otak. Tumor pada lobus frontal otak dapat meyebabkan
perubahanm secara bertahap terhadap mood dan kepribadian.
Defisit motorik fokal terjadi pada 40% pasien dengan tumor hemisfer dan
tumor diencepalik sentral. Tumor hipotalamus berkaitan dengan dengan
abnormalitas endokrin, defisiensi hormone pertumbuhan, diabetes insipidus,
perkembangan pubertas yang telalu cepat. Tumor ini juga jika berada di kiasma
optikum menyebabkan atrofi optic dan deficit visual.

3. Pemeriksaan Penunjang
a) CT Scan Kepala
CT Scan otak merupakan suatu revolusi di dalam diagnosa astrositoma
dengan akurasi 100% untuk tumor-tumor supratentorial (mencakup kelompok
anaplastik maupun yang nonanaplastik). 98% astrositoma grade I menunjukkan
adanya penurunan densitas, enhancement yang tidak mencolok, akan sedikit atau
tidak ada edema perifokal. 40% astrositoma grade II merupakan lesi yang
hipodens dibandingkan dengan jaringan otak sekitarnya, sedangkan sisanya kerap
mempunyai densitas yang sama; namun grade ini menunjukkan edema yang lebih
menonjol dan 90% menampilkan enhancement yang bermakna. Pemeriksaan CT
Scan otak dengan kontras dari suatu astrositoma derajat rendahsering tidak
memperlihatkan enhancement, sehingga keadan ini sulit dibedakanb dengan lesi
infark.

8
Gambar 3. CT Scan low grade astrositoma prekontaras dan poskontras.

b) MRI Kepala
MRI dapat mendeteksi astrositoma yang tidak terdeteksi pada
pemeriksaan sken computer tomografi otak.

Gambar 4. MRI low grade astrositoma, A. Axial CT scan, precontrast and postcontrast. B. Coronal
postcontrast T1-weighted
c) Patologi Anatomi
TampiJan mikroskopik astrositoma fibiler berupa kumpulan sel-sel kecil
yang cacat dan uniform dengan latar belakang serabut-serabut neuroglia. Mitosis
tidak ada dan bentuk serta konten nucleus hamper uniform. Arsitektur jaringan
diinfiltrasi masih cukup baik, kadang kala ada degenerasi kistik atau deposit
garam kalsium pada dinding kapiler. Diferensiasi antara gliosis otak dengan

9
astrositoma yang tumbuh lambat sering kali sulit. Astrositoma cenderung
mempunyai densitas yang sedikit lebih padat disbanding otak normal.
Nukleusnya sedikit lebih besar dan irregular serta hiperktromatik ringan.
Demikian pula pembuluh-pembuluh kapilernya menjadi sedikit lebih prominen.

Gambar 5. Astrositoma Fibiler Low-grade

VII. DIAGNOSIS BANDING


Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap
proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar
membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :
1. Abses otak
Adalah sekumpulan nanah yang terbungkus oleh suatu kapsul dalam jaringan otak
yang disebabkan karena infeksi bakteri atau jamur. Abses otak biasanya akibat
dari suatu infeksi, trauma, atau tindakan pembedahan.
2. Ependimoma
Tumor yang berasal dari sel-sel ependim dalam sistem ventrikel dan kanalis
sentralis medulla spinalis. Tumor ini lebih banyak pada anak-anak (dekade 1),
biasanya jinak tetapi 10-20% ganas dengan kecenderungan menyebar melalui
ruang subaraknoid.
3. Oligodendroglioma
Merupakan tumor glioma terbanyak ketiga. 5% dari semua tumor susunan saraf
pusat. Dapat ditemukan pada semua usia terbanyak pada dekade 4 dan 5. Sebagian
besar tumor terletak pada lobus frontal, tumbuh dominan pada substantia alba
jarang pada korteks serebri.
4. Meduloblastoma

10
Tumor ini khas sekali karena selalu ditemukan pada garis tengah serebellum pada
bayi da anak-anak.

XI. PENATALAKSANAAN(9,10,11)
Penanganan astrositoma ditujukan untuk menegakkan diagnosa pasti dan
perbaikan prognosis, mengurangi pemulihan gejala serta memperpanjang harapan
hidup. Tindakan operasi reseksi yang cenderung radikal biasanya dilakukan bagi
tumor-tumor di daerah aman seperti di lobus frontal hemisfer non dominan,
sedangkan biopsi tampaknya lebih bijaksana dilakukan pada tumor-tumor yang
terletak di daerah yang berbahaya seperti di girus motorik. Angka mortalitas
sangat tergantung pada keadaan prabedah disamping juga penggunaan steroid dan
edema sebelumya.
1. Glioma Benigna(11,12,13)
Pengobatan bedah glioma hemisper benigna merupakan salah satu terapi
glioma. Tujuan umum terapi bedah adalah menegakkan diagnosis yang akurat,
grading, dekompresi dan pengobatan. Jika perlangsungannya tidak
memungkinkan tetapi tidak impossible serta pembedahan harus direncanakan
untuk ekstirpasi total tumor kapan saja memungkinkan.
Kombinasi MRI dan CT scan adalah pemeriksaan yang akurat yang
dilakukan sebelum dilakukan pembedahan. Hasil terbaik dapat diperoleh pada
tumor yang dapat disirkumskrip oleh lobektomi tanpa menyebabkan deficit
neurologis. Jika dekompresi dibutuhkan, lobektomi juga menguntungkan. Jika
tumor tidak dapat dibuka secara lengkap dengan lobektomi maka dekompresi
internal biasanya yang terbaik. Biopsy sendiri hendaknya. Dengan teknologi
pencitraan saat ini, lebih dapat ditentukan penanganan yang sesuai dan pilihan
akan biasanya dirubah pada saat operasi hanya oleh adanya peningkaytan
intracranial.
Anastesi umum digunakan pada tindakan operasi glioma. Pasien
diposisikan pada cara apapun yang dibutuhkan untuk persiapan planned flap. Flap
kulit dan tulang semestinya dengan proporsi yang cukup.

11
a. Lobektomi
Flap kulit dan tulang yang sesuai dibentuk dan dipotong. Untuk flap
tulang, sekurang-kurangnya 1 cm harus dilonggarkan di bawah incisi kortikal
yang diproyeksikan; kelonggaran sebesar 2-3 cm akan menyebabkan semakin
besarnya peluang untuk kesalahan dalam menentukan batas tumor. Jika dural
hemostasis diperoleh, tingkat tekanan intrakranial yang meningkat dapat
diperkirakan. Jika tekanan ekstrim, lebih baik tidak membuka dura lebar-lebar.
Jika tidak ada tekanan atau hanya sedikit, benang bedah circumferential dural
dipasang, dan dura dibuka lebar-lebar dengan pangkalnya berada pada sinus
sekitar yang paling besar. Ini akan mengekspos lobe yang harus dikeluarkan.
Lokasi tumor harus diperkirakan dengan pemeriksaan dan palpasi. Jika tumor
terdapat pada korteks, sebuah biopsi untuk sebuah bagian yang dibekukan bisa
diperoleh dengan pengamatan langsung. Kemungkinan besar sulci hanya melebar
dan girus tidak terlihat. Dengan demikian, biopsi jarum dari tumor sangat
diperlukan. AJili bedah yang berpengalaman bisa langsung memberi tahu kapan
tumor dimasukkan. Jaringan biasanya lebih kuat dari jaringan otak normal.
Sebuah biopsi bisa diaspirasikan, atau jika ada pertanyaan, sebuah biopsi terbuka
yang kecil bisa diambil dalam sebuah girus yang tepat.
Jika sifat-sifat tumor telah ditegaskan, lobektomi bisa dimulai. Caranya
tidak berbeda dengan teknik yang digunakan untuk epilepsi. Batas-batas lobus
terekspos yang harus dikeluarkan diberi sketsa melalui koagulasi pia. Pembuluh-
pembuluh dalam sulci cukup menyusahkan dan bisa ditangani melalui koagulasi
pia pada kedua sisi sulcus dan selanjutnya koagulasi pada pembuluh melalui
kedua pembukaan kecil ini. Pia sendiri selanjutnya harus dibuka melintasi semua
permukaan yang terekspos, dan pembuluh yang dikoagulasi harus dipotong.
CUSA (Cavitron Ultrasonic Aspirator) merupakan sebuah alat yang sangat baik
untuk mengeluarkan jaringan tersebut. Lobus yang akan dilepaskan perlahan-
lahan dipisahkan dari bagian otak yang tersisa melalui diseksi isapan. Sebuah
laser juga dapat digunakan untuk mencapai hasil yang sama, hanya saja lebih
lambat. Jika pemisahan telah dicapai, biasanya kita bisa rneretraksi otak dan
mengkoagulasi vena- vena subdural di tempat dimana mereka berada. Sebaiknya

12
ini tidak dilakukan sebelum aliran-masuk vaskular ke lobus bisa dikendalikan.
Akhirnya, dengan kombinasi tehnik- tehnik ini, seluruh lobus bisa dikeluarkan.
Apabila bagian otak ini telah dikeluarkan, batas potong harus dijelajahi untuk
menentukan apakah reseksi lebih lanjut diperukan atau mungkin dilakukan.
Batas-batas pial dikoagulasi kapanpun diperlukan. Vena-vena yang memasuki
dura atau sinus dikoagulasi kembali. Selanjutnya rongga diisi dengan larutan
garam, dan dura ditutup secara kedap air. Prosedur lain setelah penutupan ini
tidak memerlukan tehnik khusus.

b. Dekompresi internal
Terkadang ada sebuah massa glioma signifikan yang tidak bisa
ditunjukkan batas- batasnya dengan lobektomi. Pada situasi seperti ini, sebuah
dekompresi internal sering diperlukan, khususnya jika teijadi peningkatan tekanan
intrakranial. Tumor diidentifikasi dengan biopsi jarum atau biopsy terbuka.
Ultrasound bisa bermanfaat dalam menemukan massa tumor dasar. Akses
terhadap tumor direncanakan melalui girus yang paling dalam. Girus ini
dikoagulasi, dan insisi pial dilakukan pada bagian tengahnya. Insisi girus
sesungguhnya yang diperlukan sangat kecil; sebuah incisi 1 cm biasanya sudah
cukup. Pengisapan atau laser selanjutnya digunakan untuk memperluas incisi
girus sampai ke kedalaman dimana tumor ditemukan. Tumor ini selanjutnya
dikeluarkan secara perlahan mulai dari bagian terdalam terus ke bagian luar,
dengan terus memperlebar rongga. Yang diperlukan untuk memperlebar rongga
tersebut adalah dua retraktor-otak kecil yang seukuran dengan insisi. Jika rongga
telah melebar sampai batas reseksi yang diusulkan, yang harus merupakan batas-
batas kasar dari tumor, jika memungkinkan, tanpa menyebabkan gangguan saraf,
perdarahan dikontrol melalui koagulasi pembuluh- pembuluh utama, penutupan
dengan kapas basah, atau dengan agen hemostatik yang sesuai. Kolagen
mikrokristalin merupakan sebuah material yang sangat baik untuk dijadikan
penutup perdarahan. Kebanyakan glioma lunak tidak terlalu vaskular, sehingga
tidak perlu melanjutkan hemostatis terus menerus sampai pengambilan tumor
dengan pengisapan. Jika perdarahan benar-benar mengganggu pengihatan dan

13
tidak mudah dikendalikan melalui penghisapan, maka tahap-tahap hemostasis
tentunya harus dilakukan. Jika hemostasis memadai, sebanyak mungkin material
hemostatik harus dikeluarkan, rongga tumor harus dialiri air-garam sampai
menjadi bersih, dan dura harus ditutup secara kedap air. Prosedur lain setelah
penutupan ini tidak memerlukan tehnik khusus.

Gambar 5. A. Lobektomi Landmark . B. Pengisapan Tumor

c. Biopsi Terbuka
Kadang-kadang semuanya dapat dicapai dengan biopsi terbuka.dengan
memakai teknik sterotaktik jarang ada terdapat peningkatan intrakranial pada
pasien ini, jadi dura dapat dibuka secara sirkumferensial, dasar flap tergantung
medline atau penutupan sinus besar korteks diinspeksi untuk melihat dimana
banyak abnormalitas ditemukan.
Arterialisasi darah vena merupakan tanda bagus untuk lesi dalam, jadi ahli
bedah harus hati-hati dalam mencari pembuluh darah. Ultrasound dapat
melokalisasi tumor di bawah permukaan, meskipun kadang pemeriksaan dengan
jarum otak untuk membedakan konsistensi jaringan masih diperlukan. Jika area
abnormal sudah dilokalisasi dengan baik, insisi jarum dibuat tidak lebih dari 1-2
cm dan dengan menggunakan suction diperluas ke dalam tumor yang lebih dalam.
Saat terdapat kesulitan dalam menemukan tumor, lebih baik tidak menggunakan
jarum otak dan memakai suction sampai mencapai pusat di sekitar jaringan
sampai area abnormal dicapai. Biopsy terbuka lebih terpilih karena reseksi radikal
tidak memungkinkan . jika ada peningkatan tekanan intrakranial, prosodur ini

14
secara signifikan lebih berbahaya dari pengangkatan secara luas karena tidak
memiliki efek dekompresi.
2. Glioma Maligna (14,15)
Tehnik-Tehnik Lobektomi Spesifik
a. Lobektomi Temporal
Insisi untuk lobektomi temporal harus dilakukan sejajar dengan fisura
Silvian dalam pusat superior temporal girus, kembali ke vena Labbe, dan
kemudian ke bawah, pada umumnya mengikuti jalur vena Labbe ke pangkal
temporal fossa tengah. Luasan lobektomi dominan bisa ditentukan menurut
stimulasi. Kedua insisi ini harus digabungkan secara lateral ke arah incisura
tentorium, dan struktur tengah (unkus dan hipokampus) harus dikeluarkan dengan
diseksi isapan. Penting untuk mencapai ujung bebas dari tentorium dan
menyediakan jalan-keluar bebas untuk cairan spinal. Jika tumor signifikan pada
otak terletak dalam daerah unkus, maka kemungkinan pembengkakan, impaksi
dan kompresi otak tidak banyak bisa dikurangi. Jika massa tumor utama dan lobe
telah dikeluarkan, kita bisa mengeluarkan bagian-bagian yang masih tersisa pada
superior temporal gyrus dan otak secara posterior di depan vena Labbe. Jika
tumor meluas di belakang vena Labbe, maka tumor bisa dikeluarkan dengan
menggunakan tehnik-tehnik diseksi intratumoral, tapi jika tumornya adalah tumor
lunak, sulit untuk dipastikan bahwa otak yang berfungsi tidak ikut terangkat.
Keputusan untuk mengeluarkan tumor secara posterior harus didasarkan pada
pada (a) kenampakan tumor di sekitar otak dan (b)pengalaman dokter bedah.
Teknik-teknik stimulasi tambahan dapat menjadi pembantu yang bermanfaat.

b. Lobektomi Frontal
Untuk lobektomi frontal, tidak ada insisi medial yang diperlukan. Diseksi
ini akan dilakukan menuju ke bawah falx. Sebuah insisi yang tegak lurus dengan
falx dilakukan tepat secara anterior ke premotor korteks, yang menyisakan sekitar
5 mm jaringan di bagian depan area ini. Ini akan menggantikan insisi pada sekitar
ujung ventrikel yang akan sering dimasuki. Insisi dilakukan ke arah bawah
sampai ke orbital roof. Panduan lateral adalah sayap sphenoid (sphenoid wing),

15
dan frontal lobe diputus dari falx melalui koagulasi dan pemotongan semua vena
saluran. Setiap fragmen pia yang tersisa, di sepanjang pangkal dan tengah,
dikoagulasi dan dipotong, dan frontal lobe bisa dikeluarkan sebagai sebuah
potongan tunggal. Perdarahan sering teijadi dimana saraf olfactori diavulsi dari
plat kribriform. Mengatasi perdarahan ini dengan agen hemostatik biasanya dapat
membantu. Usahakan untuk tidak menciderai sagittal sinus. Terkadang injury
pada sinus anterior akan menghasilkan thrombosis dan oklusi vena kortikal yang
urnum. Vena-vena utama juga harus sebisa mungkin dipertahankan. Jika sebuah
vena besar terdapat di area incisi, maka lobektomi harus direncanakan untuk
melindungi vena sebab jika tidak efektifitas pemindahan tumor akan berkurang.
Pada sisi dominan, reseksi harus dimodifikasi untuk melindungi area fungsi
bicara, dengan menggunakan baik landmark/petunjuk anatomi atau fisiologi.

c. Lobektomi Occipital
Tehnik untuk lobektomi occipital sangat mirip dengan tehnik lobektomi
frontal, hanya saja pada tehnik ini lebih penting untuk menghindari injuri pada
setiap sinus atau vena penting yang melayani jaringan yang tidak akan
dikeluarkan. Insisi dilakukan tegak lurus terhadap falx pada pertemuan occipital
dan lobe parietal dan melintasi korteks menuju ke pertemuan antara temporal dan
lobe occipital. Teknik untuk pemindahan jaringan pada dasarnya sama dengan
tehnik lobektomi yang lain. Insisi kortikal selanjutnya diperluas ke bawah falx,
dan vena dari lobe occipital yang akan dikeluarkan dikoagulasi dan dipotong.
Insisi harus diperluas ke bawah tepat di belakang pangkal sinus lurus dan
kemudian dilakukan lintas tentorium sampai insisi lateral di pertemuan dengan
lobe temporal. Seringkali, ada vena-vena besar yang menembus tentorium atau
memasuki sinus transversal. Vena-vena ini harus diakogulasi dan dipotong secara
cermat dengan penglihatan langsung. Jika dibuka, akan mengalami perdarahan
dan sulit untuk ditutup. Biasanya tidak mungkin untuk menjahitnya, sehingga jika
telah terbuka, sebaiknya diaplikasikan beberapa Gelfoam yang tebal, ditutupi
sementara dengan kapas lembab, sampai perlekatan dan hemostasis teijadi.

16
Hemostasis setelah lobektomi tidak menjadi masalah yang menyebabkan
dekompresi internal. Jika semua vena pial dikoagulasi, sisa dari otak biasanya
berhenti berdarah secara spontan. Penutupan dural harus kedap air, meski tidak
ada tindakan khusus selama sisa penutupan yang perlu dilakukan.

d. Ekssisi Laser yang Dikendalikan Komputer


Teknik-teknik umum dari pemindahan glioma telah mengalami sedikit
perubahan sejak pertama kali ditemukan oleh Harvey Cushing. Masa enukleasi
jari telah lewat, sehingga teknik-teknik yang ada sekarang sangat sedikit berbeda
dari yang digunakan di awal abad ini. Disector ultrasonik merupakan sebuah cara
pemindahan isap yang lebih cepat dan lebih tepat untuk glioma dan mempercepat
lobektomi meski tidak mengubah prinsip dasar dari bedah. Laser, khususnya laser
yang dikendalikan komputer, bisa mengubah bedah glioma secara signifikan.
Penggunaan laser memungkinkan dilakukannya lobektomi akurat di dekat
pembuluh-pembuluh utama dan di dekat area- area fungsional yang penting pada
korteks tanpa menciderai otak di sekitarnya atau pembuluh-pembuluh darah yang
melewatinya. Laser yang dikontrol komputer memungkinkan para dokter bedah
untuk mengekscisi secara sempurna bagian isi intrakranial yang diidentifikasi
sebagai tumor oleh CT atau MRI. Teknik ini juga memberikan kemungkinan
eksisi tumor-tumor dalam dengan paparan yang sangat terbatas. Saat ini masih
belum diketahui sampai sejauh mana metode ini bisa digunakan. Belum diketahui
apakah perilaku biologi glioma manusia akan berubah dengan adanya inovasi
dalam ilmu bedah. Teknik-teknik ini masih sedang dalam tahap perkembangan,
dan pembaca yang merasa tertarik perlu membaca dengan seksama literatur-
literatur terbaru yang ada sekarang.

17
Penatalaksanaan astrositoma:

X. PROGNOSIS (16,17,18)

Prognosis pasien dengan astrositoma tergantung pada derajat deferensiasi


tumor, umur pasien saat diagnosis, dan lokasi serta ukuran neoplasma(12). Pada
umumnya untuk astrositoma pielositik survival ratenya sekitar 10 tahun,
astrositoma low grade sekitar 5 tahun, astrositoma anaplastik 2-5 tahun dan
glioblastoma multiforme 1 tahun. Tumor-tumor ini cenderung rekurensi
dibandingkan tumor grade 1 dan 2. Five year survival rate untuk pasien dengan
astrositoma anaplastik sekitar 10-35 %.

18

Anda mungkin juga menyukai