Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 1 : KLARA DESKA Y 5111161108

TEWI YULIANI 5111161109


DEASY INDRIANI 5111161232

BAB II
PENDANAAN MELALUI SAHAM

2.1 Cross Listing


Saham adalah bentuk kepemilikan aset. Pemegang saham berarti memiliki aset atau
perusahaan. Kepemilikan saham bisa berbentuk dalam:
(1) Kepemilikan pribadi
(2) Kepemilikan publik
Dalam cara pertama, seorang yang mempunyai dana menempatkan dana tersebut pada
suatu perusahaan, melalui bentuk penyertaan. Dengan bentuk tersebut dia memiliki
perusahaan tersebut. Biasanya perusahaan kecil atau yang sedang tumbuh menggunakan cara
tersebut. Perusahaan besar juga bisa memanfaatkan cara tersebut, dan perusahaan besar bisa
terhindar dari keharusan disclosure karena penyertaan semacam itu tidak melibatkan publik.
Cara kedua, kepemilikan publik (masyarakat luas), lebih banyak digunakan oleh perusahaan
besar. Perusahaan besar bisa menjual sahamnya ke publik melalui pasar keuangan tertentu
(misal Bursa Efek). Jika publik membeli, maka publik tersebut memiliki perusahaan tersebut.
Cara kedua mempunyai keuntungan karena dengan cara tersebut perusahaan bisa
mengumpulkan dana yang lebih besar, saham kemudian bisa diperdagangkan di Bursa Efek
yang berarti meningkatkan likuiditas kepemilikan.
Jika perusahaan pertama kali mengeluarkan saham, maka perusahaan akan melakukan
Initial Public Offering (IPO atau penawaran publik yang pertama kali). Perusahaan kemudian
bisa menjual sahamnya ke publik melalui lembaga keuangan yang menjadi perantara antara
perusahaan dengan insektor publik melalui pasar primer. Biasanya perusahaan menjual
sahamnya ke lembaga keuangan, dan lembaga keuangan menjual saham tersebut ke publik.
Setelah saham terjual ke publik, saham bisa dicatatkan di Bursa Keuangan. Setelah itu saham
perusahaan memasuki pasar sekunder, dimana harga bisa berubah-ubah. Pasar sekunder
membuat saham menjadi lebih likuid. Jika perusahaan kemudian menawarkan saham
kembali, barangkali untuk membiayai investasi baru, saham yang ditawarkan disebut sebagai
seasoned offering (atau SEO, versus IPO). SEO bisa menawarkan saham yang memang baru
diterbitkan, atau saham yang ada saat ini (dimiliki oleh investor lain). Cara yang pertama
dinamakan sebagai primary offering, sedangkan cara yang kedua dinamakan secondary
offering. Secondary offering biasanya tidak ada kaitannya dengan perusahaan. Sebagai
contoh, jika Direktur Perusahaan membutuhkan uang untuk keperluan konsumsinya, ia bisa
menjual sahamnya ke publik. Penjualan tersebut dinamakan sebagai secondary offering.
Perusahaan multinasional ataupun perusahaan domestik bisa memperoleh dana dari
investor luar negeri dengan menjual sahamnya di Bursa luar negeri. Penjualan tersebut bisa
bersamaan dengan penjualan saham perusahaan di Bursa domestik. Perdagangan dan
pencatatan saham secara bersamaan di beberapa Bursa tersebut sering dinamakan sebagai
cross-listing. Saham yang ditawarkan dan dicatatkan di beberapa pasar sekaligus (seringkali
secara simultan) dinamakan sebagai euro-equity. Istilah euro tidak berarti merujuk pada
wilayah Eropa. Euro saat ini merupakan istilah generik yang berarti suatu surat berharga yang
dijual di Bursa Luar Negeri. Euro-bond dan eurobank merupakan contoh istilah euro yang
lain.
Kemudian saham tersebut bisa dicatatkan dalam bursa tersebut. Perolehan dana dari
Bursa luar negeri mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:
1. Meningkatkan reputasi perusahaan, yang kemudian bisa meningkatkan permintaan
terhadap saham perusahaan. Naiknya permintaan tersebut akan mendorong harga
saham lebih tinggi. Reputasi yang meningkat di mata investor luar negeri bisa
memudahkan pencarian dana di kemudian hari, jika perusahaan membutuhkan dana.
2. Meningkatkan basis investor sehingga bisa meningkatkan likuiditas saham. Likuiditas
tersebut kemudian bisa meningkatkan harga saham.
3. Meningkatkan reputasi serta pengenalan (recognition) perusahaan di mata publik
asing. Hal tersebut bisa meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan.
Listing di Bursa luar negeri dengan demikian bisai dilihat sebagai alat promosi
terhadap produk perusahaan.
4. Menetapkan basis untuk tujuan strategis seperti pembelian atau penggabungan dengan
perusahaan lain di luar negeri. Jika manajer ingin mengakuisisi atau menggabungkan
dengan perusahaan lain, maka saham yang listing di luar negeri bisa membantu
memperlancar proses tersebut.
5. Untuk perusahaan dari negara kecil, dana dari luar negeri bahkan merupakan
keharusan. Pasar dalam negeri untuk negara tersebut akan terlalu kecil menyerap
saham yang ditawarkan oleh perusahaan. Terpaksa perusahaan harus mencari dana
dari luar negeri. llustrasi Novo pada bab mengenai biaya modal internasional
merupakan contoh semacam itu.
6. Mengeluarkan saham di Bursa luar negeri bisa menurunkan kerawanan terhadap
risiko politik. Jika perusahaan multinasional mengeluarkan saham di Bursa luar
negeri, maka yang memiliki perusahaan tidak hanya investor domestik, tetapi juga
investor asing. Pemerintah biasanya akan berfikir dua kali jika akan mengenakan
tindakan politik (misal mengambil alih) terhadap perusahaan, karena akan melibatkan
komunitas internasional.
Di samping keuntungan semacam itu, perusahaan harus mengikuti standar yang
ditetapkan oleh otoritas yang berwenang dari negara luar negeri. Sebagai contoh, jika
perusahaan mengeluarkan sahamnya di Bursa Efek New York (NYSE atau New York Stock
Exchange), maka perusahaan harus mengikuti aturan disclosure yang cukup ketat, yang
diminta oleh SEC (Securities Exchange Commission, seperti Bapepamnya Indonesia). Usaha
untuk memenuhi aturan tersebut barangkali akan memakan waktu lama, apalagi jika
perusahaan berasal dan negara yang tidak mempunyai aturan disclosure yang seketat
persyaratan SEC. Disclosure yang ketat di satu sisi akan menguntungkan perusahaan, karena
akan meningkatkan aliran informasi dari perusahaan ke publik atau komunitas investor.
Tetapi di lain pihak, aliran infomasi yangi baik akan cepat menurunkan reputasi perusahaan
jika perusahaan mempunyai Sisi negatif. Dengan demikian disclosure seperti pedang bemata
dua, bisa menguntunan dan bisa merugikan. Perusahaan biasanya mempunyai kecenderungan
memilih Bursa yang mempunyai aturan disclosure yang lebih ringan. Sisi neqatif lain adalah
biaya transaksi yang cenderung lebih mahal bila perusahaan mengeluarkan sahamnya di
Bursa luar negeri. Manajer dengan demikian perlu memperhitungkan untung-rugi
mengeluarkan saham di Bursa luar negeri.

Ilustrasi: Beberapa Contoh Perusahaan Mencari Dana ke Luar Negeri


Semakin banyak perusahaan mengeluarkan saham di Bursa Keuangan internasional karena
beberapa alasan. KLM, perusahaan penerbangan Belanda, mengeluarkan 50 juta saham pada
tahun 1986 untuk mendapatikani dana sebesar $304 juta. KIM menempatkan 7 juta saham di
Eropa, 7 juta di AS, dan 1 juta di Jepang. Nilai sebesar itu tentunya tidak akan bisa diserap
oleh pasar Belanda, yang merupakan negara kecil. Motivasi serupa juga dilakukan oleh
Roche, perusahaan farmasi,Swis. Pada Oktober 1992, Roche memperoleh dana sebesar $275
juta melalui penyertaan pribadi. Jumlah sebesar itu sulit diperoleh hanya dari pasar keuangan
Swis. General Motors, perusahaan otomotif AS, ada bulan Mei 1992 memperoleh dana
sebesar $2.1 miliar dengan menjual 40 juta saham di AS, 6 juta di Inggris, dan 4,5 juta d
Timur Jauh. Deutsche Telecom A.G., perusahaan telekomunikasi Jerman, melakukan
privatisasi dan menjual sahamnya senilai $13,3 miliar pada November 1996 melalui euro-
equity. Euro-equity dipopulerkan oleh Brish Telecom yang melakukan privatisasi pada
Desember 1984. Euro-equity berarti penawaran saham secara bersamaan pada beberapa pasar
keuangan. Karena saham yang ditawarkan cukup besar, maka “tranches” (alokasi saham)
djual ke investor asing. Saham dialokasikan ke penjamin emisi luar negeri yang akan menjual
saham tersebut ke investor asing di wilayah geografisnya. Gelombang privatisasi dan
globalisasi pasar keuangan akan semakin mendorong aliran modal yang menembus batas-
batas antarnegara.

2.2 ADR (AMERICAN DEPOSITORY RECEIPTS)

Jika perusahaan mengeluarkan sahamnya di Bursa luar negeri, biasa nya bukan saham
tersebut yang diperdagangkan, melainkan ADR (American Depository Receipts) perusahaan
tersebut yang diperdagangkan. ADR (American Depository Receipts) merupakan surat
berharga yang mewakili: saham asing yang diperjualbelikan di pasar modal Amerka Serikat.
Biasanya saham luar negeri mempunyai nilai nominal yang kecil jika dikonversikan ke idolar
AS. Sebagai contoh, saham Telkom dijual sekitar Rp2.000,00 lembar. Jika dikonversikan
menjadi dolar, harga saham tersebut menjadi $1 (kursi sekitar Rp2.000,00/$ pada tahun
1986). Range harga ideal di pasar modal Amerika Serikat adalah sekitar $20 - $100. Jika
ditetapkan satu ADR Telkom adalah 20 saham Telkom, maka satu ADR akan bernilai sekitar
$20 atau 20 xRp2.000,00 = Rp400.000,00. Bank di Amerika Serikat (bertindak sebagai
custodian bank) kemudian memegang 20 saham Telkom, dan mengelarkan satu ADR
Telkom. Kemudian ADR Telkom yang diperdagangkan di NYSE.

Di Amerika Serikat, ADR pertama kali diperdagangkan pada tahun 1927 dengan tujuan
menghilangkan beberapa risiko, kelambatan, ketidakefisienan, dan biaya transaksi yang
berkaitan dengan perdagangan saham yang sesungguhnya. Di Amerika Serikat ADR tumbuh
dengan signifilkan dan pada tahun 1995 mencapai 1.800 ADR dengan nilai sekitar $50
miliar, yang mencakup saham dar 59 neqara. Di London Stock Exchange juga
diperdagangkan instrumen semacam ADR, yang disebut sebagai Global Depository Receipts,
dan di Singapore Monetary Exchange (SIMEX) diperdagangkan Singapore Depository
Receipts. Dari segi investor, ADR atau Depository Receipts lainnya, menawarkan beberapa
keuntungan baik untuk investor lokal AS maupun nonAS, antara lain:

1. Denominasi biasanya dalam dolar.


2. Dividen yang diterima langsung dikonversikan ke dalam dolar. Jika ada perbedaan
pajak, dalam hal ini pajak dividen di AS lebih rendah dibandingkan dengan pajak di
luar AS, maka penghasilan dividen melalui ADR akan lebih menguntungkan.
3. Proses transaksi perdagangan ADR lebih efisien karena diperdagangkan di Bursa
keuangan yang besar.
4. ADR adalah atas nama, bukan atas unjuk. Dengan demikian ADR akan lebih aman.
5. Investasi ADR bisa diperjualbelikan sama seperti saham.
6. ADR mempunyai manfaat lebih dalam pembentukan portofolio karena korelasi ADR
dengan saham domestik cenderung kecil.
ADR bisa terbentuk sponsored atau unsponsored. Sponsored ADR adalah ADR yang
diciptakan oleh bank atas permintaan suatu perusahaan asing (misal Telkom) yang
mengeluarkan saham di Bursa domestlk (misal lNYSE). Biaya pembuatan ADR dalam hal ini
akan ditanggung oleh perusahaan yang mengeluarkan saham. Sedangkan unsponsored ADR
adalah ADR yang diciptakan karena ada permintaan dari investor terhadap saham luar negeri,
meskipun perusahaan yang mengeluarkan tidak meminta dibuatkan ADR. Investor akan
membayar biaya pembuatan dalam hal ini.

Anda mungkin juga menyukai