Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN STUDI KASUS

PRAKTIKUM DIETETIK

PENATALAKSANAAN DIET PADA PASIEN

DEMAM THYPOID

BAGIAN 1. ASSESMEN

A. ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama : An. I No RM : 254951
Umur : 6½ tahun Ruang : Catelya
Sex : Laki-laki Tgl Masuk : 15/02/2010
Pekerjaan : Pelajar Tgl Kasus : 16/02/2010
Pendidikan : SD Alamat : Kawit Lor 2/5 Kwt
Agama : Islam Diagnosis medis : Demam thypoid

B. DATA SUBYEKTIF
1. Berkaitan Dengan Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Panas naik turun lebih dari 1 minggu, pusing, dan mual
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan utama panas, pusing, dan mual. Pasien melakukan pemeriksaan darah
pada hari masuk rumah sakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
-
d. Riwayat Penyakit Keluarga
-

2. Berkaitan Dengan Riwayat Gizi


Data Sosio ekonomi Penghasilan : menengah ke bawah (± Rp 1.500.000,00)
Jumlah anggota keluarga : 3 orang
Suku : Jawa
Aktifitas fisik Jumlah jam kerja : 4 jam
Jumlah jam tidur sehari : 8-10 jam
Alergi makanan Pasien tidak memiliki alergi makanan ataupun minuman
Masalah Nyeri ulu hati (tidak), Mual (ya), Muntah (tidak),
gastrointestinal Diare (tidak), Konstipasi (tidak), Anoreksia (ya)
Perubahan pengecapan/penciuman (tidak)
Penyakit kronik Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kronik tertentu
Kesehatan mulut Sulit menelan (ya), Stomatitis (tidak), Gigi lengkap (ya)
Pengobatan Pasien tidak mengkonsumsi vitamin/mineral/suplemen gizi lain
Perubahan BB Pasien tidak mengalami perubahan berat badan
Mempersiapkan Fasilitas memasak : disiapkan oleh ibu
makanan Fasilitas menyimpan makanan : almari
Riwayat / pola Makanan utama 2-3x/hari dan selingan jarang.
makan Nasi : 2-3x sehari @ 1 centong
LH : telur (1x/hari), ayam (kadang-kadang), ikan (kadang-kadang). Lebih
menyukai lauk yang digoreng.
LN : tahu dan tempe setiap hari, setiap makan 1 potong. Lebih menyukai lauk
yang digoreng.
Sayur : setiap kali makan. Namun, lebih banyak kuah daripada sayur. Sayur
kesukaan adalah sayur bening bayam.
Buah : jarang konsumsi buah, tidak terlalu suka
Minuman : air putih 8-10 gelas sehari, konsumsi susu 1x sehari

Kesimpulan :
Pasien dengan usia 6½ tahun didiagnosis medis demam thypoid dengan keluhan panas naik turun
lebih dari 1 minggu, pusing, dan mual. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit
apapun dalam keluarga. Pasien berasal dari golongan sosial ekonomi menengah ke bawah. Jam kerja
pasien 4 jam/hari dan jumlah jam tidur 8-10 jam/hari. Pasien memiliki gangguan gastrointestinal seperti
mual dan anoreksia. Kesehatan mulut pasien terganggu karena adanya kesulitan menelan. Pasien tidak
memiliki alergi apapun. Ditinjau dari segi kualitatif dan kuantitatif, pola makan pasien tergolong sudah
cukup baik. Pasien setiap hari sudah mengkonsumsi pola makan lengkap tetapi akan lebih baik jika jumlah
porsi dan variasi makanan ditambah.

Pembahasan :
Demam tifoid atau typhus abdominalls adalah suatu infeksi akut yang terjadi pada usus kecil yang
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi (Nurhayati, 2009). Penularan penyakit ini melalui makanan,
minuman, atau kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan sehingga menyebabkan kuman tertelan
dan berkembang biak dalam tubuh. Demam tifoid banyak menginfeksi anak-anak usia sekolah, remaja,
dan pemuda. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan membeli makanan di luar dengan kebersihan yang tidak
terjamin (Anonim, 2010).
Gejala klinik demam tifoid antara lain demam lebih dari seminggu, lidah kotor, mual berat sampai
muntah, diare atau mencret, lemas, pusing, sakit perut, pingsan, dan tak sadarkan diri. Pasien mengalami
gejala panas naik turun selama 1 minggu, pusing, dan mual. Adanya demam yang naik turun selama 1
minggu menyebabkan pusing pada pasien, sedangkan rasa mual disebabkan bakteri Salmonella typhi
yang berkembang biak di hati dan limpa. Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung
sehingga terjadi rasa mual (Anonim, 2008).
Ditinjau dari segi kualitatif dan kuantitatif, pola makan pasien termasuk cukup baik. Pasien sudah
mengkonsumsi menu lengkap dalam asupan makan sehari-harinya. Namun jumlah konsumsi sayur dan
buah sebaiknya ditambah karena berdasarkan data riwayat makan, pasien lebih banyak menngkonsumsi
kuah pada sayur dan jarang mengkonsumsi buah karena tidak terlalu suka buah. Karena adanya kesulitan
menelan dan anoreksia pada pasien maka sebaiknya diberikan makanan dalam bentuk saring dan dengan
porsi kecil dan sering.

C. DATA OBYEKTIF
1. Antropometri
TB/TB Berat Badan
121 cm 18,3 kg

Untuk menginterpretasikan data antropometri digunakan rumus Z-score pada tiga indeks.
18,3  21,7
BB / U   1,42
21,7  19,3
121,0  119,0
TB / U   0,41
123,9  119,0
18,3  22,6
BB / TB   2,26
22,6  20,7

Kesimpulan :

2
Berdasarkan hasil BB/U dan TB/U pasien dinyatakan normal, sedangkan berdasarkan BB/TB pasien
termasuk kurus. Status gizi pasien berdasarkan ketiga indikator adalah kurus.

2. Biokimia
Pemeriksaan Nilai Normal Awal Masuk RS Interpretasi
WBC 4,8-10,8.103/UL 6,16.103/UL Normal
RBC 4,7-6,1.103/UL 2.103/UL Rendah
HGB 14-18 g/dl 5,5 g/dl Rendah
HCT 42-52 % 17,2 % Rendah
MCV 79-99 fL 86 fL Normal
MCH 27-31pq 27,5 pq Normal
MCHC 33-37 g/dl 32 g/dl Rendah
PLT 150-450.103/UL 147.103/UL Rendah

Kesimpulan :
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium tersebut, terlihat bahwa kadar hemoglobin, hematokrit, MCHC
dan PLT rendah atau dibawah kadar normal. Untuk kadar MCHC dan PLT meskipun dibawah kadar normal
namun tidak terpaut terlalu jauh. Kadar MCHC pada pasien adalah 32 g/dl dan kadar normalnya adalah 33-
37 g/dl. Sedangkan kadar PLT pada pasien adalah 147 x 10 3/µl dan kadar normalnya adalah 150-450 x
103/µl. Meskipun tergolong rendah namun implementasinya terhadap tubuh tidak akan begitu besar karena
kadarnya yang tidak terpaut terlalu jauh dengan kadar normal.
Nilai MCV dan MCH yang menunjukkan ukuran, bentuk, dan kadar hemoglobin dalam eritrosit berada
pada kadar normal. RBC dan HGB yang rendah menunjukkan bahwa kadar volume darah kurang dari
normal. Hal ini berarti anemia pada pasien merupakan anemia normokromik normositik yang disebabkan
oleh adanya perdarahan yang kemungkinan dikarenakan adanya infeksi bakteri Salmonella thypii di traktus
gastrointestinal.

3. Fisik Klinis
a.Kesan Umum : compos mentis, lemah
b. Vital Sign :
Pemeriksaan Satuan/Nilai Normal 15/02/2010 16/02/2010
Tekanan darah 120/80 mmHg - -
Nadi 80 – 100 x/menit 104 102
Respirasi 20 – 24 x/menit - -
Suhu 36,50C - 370C 390 390
c. Kepala/ abdomen/ extremitas dll : -

Kesimpulan :
Kesan umum pasien compos mentis dan lemah. Pada pasien terjadi peningkatan suhu 2,50C. Pada
umumnya peningkatan suhu 10C diikuti dengan peningkatan denyut nadi 8x per menit. Namun pada pasien
tersebut tidak terdapat peningkatan denyut nadi. Hal ini sesuai dengan gejala demam thypoid yaitu
peningkatan suhu tidak diikuti dengan peningkatan denyut nadi (bradikardi relatif).

4. Dietary
Hasil Recall 24 jam diet : Rumah sakit
Tanggal : 15/02/2010
Diet RS : Makanan saring
Implementasi Energi (kcal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Asupan Oral 317,9 22,7 21 10
Kebutuhan 1463,08 54,86 40,64 219,47
% Asupan/Kebutuhan 21,73% 41,38% 51,67% 4,56%

Kesimpulan :
Perhitungan energi berdasarkan rumus Seashore :

3
BMR (55-2xU) x BB = (55-2x7) x 18,3 = 750,30 kkal
Maintenance 20% x BMR = 20% x 750,30 = 150,06 kkal
Activity 25% x BMR = 25% x 750,30 = 187,57 kkal
Pertumbuhan dan anabolisme 50% x BMR = 50% x 750,30 = 375,15 kkal +
Total = 1463,08 kkal

Kebutuhan Protein = 15% x 1463,08 kkal


= 219,46 kkal
= 54,86 gram
Kebutuhan Lemak = 25% x 1463,08 kkal
= 365,77 kkal
= 40,64 gram
Kebutuhan Karbohidrat = 1463,08 – 219,46 – 365,77
= 877,85 kkal
= 219,47 gram

Berdasarkan hasil recall 24 jam, diketahui bahwa asupan energi (21,73%), protein (41,38%), lemak
(51,67%), dan karbohidrat (4,56%) pasien kurang.

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Widal (16/02/2010)
S-thypi O 1/160
S-parathypi A-O 1/320
S-parathypi B-O 1/320
S-parathypi H 1/320
S-parathypi B-H 1/160
S-parathypi A-H -
2. Pemeriksaan morfologi darah tepi (16/02/2010)
Eritrosit : anasositosis, normohipokromik, fragmentosit +
Leukosit : jumlah normal, limposif atipik +
Trombosit : jumlah normal, penyebaran merata, trombosit besar +
Kesan : gambaran anemia disertai infeksi
Kesimpulan :
Tes widal digunakan untuk memeriksa adanya penyakit demam tifoid. Bila terjadi reaksi widal maka
dilakukan pemeriksaan ulang setelah 7-10 hari dari pemeriksaan pertama untuk melihat adanya
peningkatan titer antibodi. Bila titer reaksi widal > 160 maka kemungkinan besar ada penyakit demam tifoid
apalagi bila didapati kuman Salmonella dalam darah yang dibuktikan dengan kultur darah (Djojodibroto,
2001). Berdasarkan tes widal diperoleh hasil pasien positif menderita demam thypoid.

6. Terapi Medis
Jenis Obat Fungsi Interaksi Dengan Zat Gizi Solusi
Taxegram Antibiotik Menyebabkan demam, gatal-gatal, Injeksi 1,0 g
trombositopenia, eosinofilia,
leukopenia
Cefotaxime Antibiotik Menyebabkan colitis, diare, mual, Injeksi 1,0 g
muntah
Sanmol Mengurangi demam Syrup, 10-15 ml, 3-4 kali
dan nyeri sehari

4
BAGIAN 2. DIAGNOSIS GIZI

Problem Gizi
1. Domain Intake : hipermetabolisme (NI-1.1), asupan makanan oral tidak adekuat (NI-2.1)
2. Domain Clinical : kesulitan menelan (NC-1.1), perubahan fungsi gastrointestinal (NC-1.4)
3. Domain Behaviour : -

Kesimpulan :
1. Hipermetabolisme (NI-1.1) berkaitan dengan adanya infeksi oleh bakteri Salmonella typhi yang ditandai oleh
adanya demam
2. Asupan makanan oral tidak adekuat (NI-2.1) berkaitan dengan kesalahan pola makan dibuktikan dengan
asupan energi tidak sesuai dengan kebutuhan.
3. Kesulitan menelan (NC-1.1) berkaitan dengan gangguan otot akibat demam thypoid dibuktikan dengan
penurunan asupan makan.
4. Perubahan fungsi gastrointestinal (NC-1.4) berkaitan dengan adanya infeksi oleh bakteri Salmonella thypii
dibuktikan dengan mual dan anoreksia pada pasien.

BAGIAN 3. INTERVENSI GIZI

A. PLANNING
1. Terapi Diet, Bentuk Makanan, dan Cara Pemberian
Terapi Diet : TKTP
Bentuk makanan : Makanan saring
Cara pemberian : Oral

2. Tujuan Diet :
a.Memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan pasien yang meningkat karena adanya infeksi.

3. Prinsip dan Syarat Diet :


a.Energi sesuai kebutuhan pasien
b. Protein tinggi untuk memperbaiki status gizi karena infeksi
c. Karbohidrat tinggi
d. Lemak cukup
e. Porsi kecil dan sering
f. Menghindari makanan yang merangsang mual dan muntah

5. Perhitungan Kebutuhan energi dan zat gizi


a. Kebutuhan Energi
Perhitungan energi berdasarkan rumus Seashore :
BMR (55-2xU) x BB = (55-2x7) x 18,3 = 750,30 kkal
Maintenance 20% x BMR = 20% x 750,30 = 150,06 kkal
Activity 25% x BMR = 25% x 750,30 = 187,57 kkal
Pertumbuhan dan anabolisme 50% x BMR = 50% x 750,30 = 375,15 kkal
Faktor stress ΔT x 12% x BMR = 2,5 x 12% x 750,30 = 225,09 kkal +
Total = 1688,98 kkal

b. Kebutuhan Protein = 15% x 1688,98 kkal

5
= 253,35 kkal
= 63,34 gram
c. Kebutuhan Lemak = 25% x 1688,98 kkal
= 422,24 kkal
= 46,92 gram
d. Kebutuhan Karbohidrat = 1463,08 – 219,46 – 365,77
= 1013,39 kkal
= 253,35 gram

Pembahasan Preskripsi Diet :


Kebutuhan energi dan protein disesuaikan dengan keadaan pasien yang menderita demam tifoid. Pasien
mengalami penyakit infeksi sehingga terapi diet yang digunakan adalah TKTP dan diberikan makanan
dalam bentuk saring karena ada kesullitan menelan dan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus
atau perforasi usus.

5. Rencana monitoring dan evaluasi


Yang diukur Pengukuran Evaluasi/ target
Antropometri Berat badan Seminggu sekali Tidak menurun (stabil)
Biokimia Analisa darah rutin Menyesuaikan Meningkat
dengan dokter
Fisik Klinis Suhu tubuh dan nadi Setiap hari Normal
Asupan zat gizi Daya terima Setiap hari Tidak mual dan muntah
Tidak terjadi alergi
Asupan energi, protein, Setiap hari Asupan makan meningkat
lemak, karbohidrat sesuai dengan kebutuhan

6. Rencana Konsultasi Gizi


Masalah gizi Tujuan Materi konseling Keterangan
Kesulitan untuk Memberikan  Bahan makanan yang bisa Konseling
menelan pengetahuan kepada dibuat makanan saring disampaikan
keluarga pasien  Proses pembuatan makanan kepada anggota
mengenai cara saring keluarga pasien
pemberian makanan  Pemberian makanan secara pada saat
pada saat kesulitan bertahap (makanan saring, dirawat di RS.
dalam menelan makanan lunak, makanan
padat) apabila kesulitan
menelan mulai berkurang
Kecenderungan Memberikan  Jenis bahan makanan yang
untuk menghindari pengetahuan kepada beragam
makanan tertentu keluarga pasien  Pengolahan makanan yang
mengenai pentingnya beragam
makanan yang bervariatif
untuk memenuhi
kebutuhan gizi sehari-
hari
Peningkatan Memberikan  Memberi contoh jenis
kebutuhan nutrisi pengetahuan kepada makanan yang memiliki energi
akibat penyakit keluarga pasien tinggi
katabolik mengenai pengaruh  Pentingnya mencukupi
berkepanjangan penyakit katabolik kebutuhan nutrisi pasien agar
terhadap peningkatan penyakit katabolik tersebut
kebutuhan nutrisi pasien tidak semakin parah

6
B. IMPLEMENTASI
1. Rekomendasi Diet :
Waktu Makan Rekomendasi Diet Bahan Makanan Jumlah
Makan Pagi Bubur sum-sum Tepung beras 25 gr
Santan 120 gr
Gula merah 35 gr
Selingan Pagi Bubur kacang hijau Kacang hijau 50 gr
Santan 80 gr
Gula merah 35 gr
Makan Siang Bubur saring Nasi putih 200 gr
Daging ayam 50 gr
Tempe 20 gr
Wortel 15 gr
Bayam 15 gr
Jus semangka Semangka 50 gr
Gula pasir 8 gr
Selingan Sore Agar-agar + roti tawar Agar-agar 50 gr
Roti tawar 10 gr
Gula pasir 10 gr
Makan Malam Bubur saring Nasi putih 200 gr
Daging ayam 50 gr
Tempe 20 gr
Labu siam 15 gr
Jeruk 50 gr

2. Kajian Rekomendasi Diet


Energi (kcal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Rekomendasi diet 1708,2 55,1 44,3 276,1
Kebutuhan (planning) 1688,98 63,34 46,92 253,35
% rekomendasi/kebutuhan 101,14% 86,99% 94,42% 108,98%

Pembahasan Diet :
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa rekomendasi diet yang dianjurkan sudah memenuhi
kebutuhan gizi pasien, yaitu 101,14% untuk energi, 86,99% untuk protein, 94,42% untuk lemak, dan
108,98% untuk karbohidrat.

BAGIAN 4. KAJIAN PUSTAKA

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhii,
dan merupakan penyakit endemik di Indonesia. Demam tifoid lebih bersifat sporadik, terpencar-pencar di suatu
daerah, dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Dua penularan S.typhii yaitu melalui
pasien dengan demam tifoid dan yang lebih sering melalui karier. Di daerah endemik, transmisi dapat melalui air
yang tercemar. Sumber penularan tersering adalah melalui makanan yang tercemar oleh karier (Mansjoer, 2001).
Patogenesis yang terjadi adalah S.typhii masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan air tercemar.
Sebagian kuman dimusnahkan oleh HCl dan sebagian lagi dapat masuk ke jaringan limfoid plak peyeri di ileum
terminalis yang hipertrofi. Apabila komplikasi perdarahan dan perforasi interstinal terjadi, kuman menembus
lamina propria, masuk ke aliran limfe mencapai kelenjar limfe mesenterial, dan masuk ke aliran darah melalui
duktus torasikus. S.typhii lain dapat mencapai hepar melalui sirkulasi portal dari usus (Mansjoer, 2001).
S.typhii bersarang di plak peyeri, limfa, hepar, dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Endotoksin
S.typhii berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak. S.typhii
dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang,
sehingga terjadi demam (Mansjoer, 2001).

7
Masa inkubasi biasanya terjadi tujuh hingga empat belas hari, namun kisarannya antara tiga hingga tiga
puluh hari, tergantung inokulum yang tertekan. Manifestasi klinis demam tifoid tergantung pada umur penderita.
Gejala biasanya tersebunyi, namun kemudian akan muncul demam, malaise, anoreksia, mialgia, nyeri kepala, dan
nyeri perut yang berkembang selama dua hingga tiga hari. Awalnya pasien diare, namun kemudian pasien dapat
mengalami konstipasi. Pasien dapat merasa mual, muntah, selain itu dapat muncul batuk, lesu, dan epitaksis
(Arvin, 2000).
Pada penderita demam tifoid juga terlihat tanda-tanda fisik. Contoh tanda fisik yang terlihat adalah
bradikardi relatif yang tidak seimbang dengan tingginya demam yang dapat mencapai suhu 40°C. Keadaan yang
lazim ditemui yaitu hepatomegali, splenomegali, dan perut kembung dengan nyeri difus. Bintik merah (ruam
macula atau makulopapular) biasanya terjadi pada hari ketujuh hingga hari kesepuluh (Arvin, 2000).
Pada penderita demam tifoid, anemia monosistik normokromik sering ditemukan setelah sakit selama
beberapa minggu dan dihubungkan dengan kehilangan darah usus atau penekanan sumsusm tulang.
Leukositopenia terjadi dalam hubungannya dengan demam dan toksisitas, selain itu juga terjadi trombositopenia.
Hasil uji fungsi hepat sering terganggu (Arvin, 2000).
Diagnosis demam tifoid ditegakkan berdasarkan gejala klinis, disertai dengan hasil pemeriksaan suhu
tubuh yang tinggi, lidah tifoid, pembesaran hepar, dan pembesaran limfa. Pemeriksaan yang sering dilakukan
adalah uji Widal, IDL tubex dan Typidot M. hasil dari pemeriksaan akan muncul setelah beberapa menit hingga
beberapa jam, dengan tujuan untuk menilai antibodi terhadap S. typhii. Untuk lebih memastikan, biasanya akan
dilakukan pemeriksaan biakan darah, feses, dan urin (Cahyono,dkk. 2010).
Menurut Mansjoer (2001), komplikasi demam tifoid terbagi atas :
1. Komplikasi internal : perdarahan usus, perforasi usus, dan ileus paralitik
2. Komplikasi ektraintestinal :
a. Komplikasi kardiovaskuler, kegagalan sirkulasi perifer
b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia
c. Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis
e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis
f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis
g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium,meningimus, meningitis

BAGIAN 5. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan data antropometri yang meliputi BB/U, TB/U, dan BB/TB diketahui bahwa status gizi pasien
kurus.
2. Berdasarkan data biokimia diketahui bahwa pasien mengalami anemia normositik normokromik.
3. Berdasarkan data fisik klinis diketahui bahwa pasien dalam kondisi CM, lemah, suhu meningkat dan
bradikardi relatif.
4. Berdasarkan recal 24 jam, diketahui bahwa persentase asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat
pasien kurang.
5. Berdasarkan hasil tes widal diketahui bahwa pasien positif terkena demam tifoid.
6. Adapun kebutuhan gizi pasien adalah energi 1688,98 kkal; protein 63,34 gram; lemak 46,92 gram; dan
karbohidrat 253,35 gram

8
B. SARAN
1. Kerja sama dengan tenaga kesehatan lain agar dapat menangani pasien demam tifoid dengan lebih
menyeluruh dan terpadu.
2. Meningkatkan aktivitas fisik pasien.
3. Meningkatkan higiene dan sanitasi makanan pasien untuk mencegah adanya infeksi lain karena makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Penyakit Demam Tifoid. Diterima tanggal 15 April 2011 dari
http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html

Anonim. 2010. Demam Tifoid. Diterima tanggal 15 April 2011 dari http://www.pharosindonesia.com/news-a-
media/beritakesehatan/448-demam-tifoid.html

Arvin, Behrman K. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Beutler, E. 1996. G6PD: Population Genetics and Clinical Manifestations. Blood Review 10(1): 45-52

Cahyono, dkk. 2010. Vaksinasi. Yogyakarta : Kanisius

Djojodibroto, R. Darmanto. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (General Medical Check Up) : Bagaimana
Menyikapi Hasilnya. Jakarta : Pustaka Populer Obor

Indriasari, Devi. 2009. 100% Sembuh tanpa Dokter. Yogyakarta : Galang Press Group

Mansjoer, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Nelson, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC

9
Nurhayati, Yuliana. 2009. Asuhan Keperawatan pada An. D Dengan Demam Typhoid di Bangsal Melati RSU Dr.
Moewardi Surakarta. Surakarta : Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta

===================================================================
HASIL PERHITUNGAN DIET/
===================================================================
Nama Makanan Jumlah energy carbohydr.
____________________________________________________________________________

SARAPAN
tepung beras 25 g 90,2 kcal 19,9 g
santan (kelapa dan air) 120 g 127,3 kcal 5,5 g
gula merah tebu belum dimurnikan 35 g 131,6 kcal 34,1 g

Meal analysis: energy 349,2 kcal (20 %), carbohydrate 59,5 g (22 %)

Snack SIANG
kacang hijau 50 g 58,0 kcal 10,4 g
santan (kelapa dan air) 80 g 84,9 kcal 3,7 g
gula merah tebu belum dimurnikan 35 g 131,6 kcal 34,1 g

Meal analysis: energy 274,4 kcal (16 %), carbohydrate 48,1 g (17 %)

MAKAN SIANG
nasi putih 200 g 260,0 kcal 57,2 g
daging ayam 50 g 142,4 kcal 0,0 g
tempe kedele murni 20 g 39,8 kcal 3,4 g
bayam segar 15 g 5,6 kcal 1,1 g
wortel 15 g 6,3 kcal 1,4 g
semangka 50 g 16,0 kcal 3,6 g
gula pasir 8g 31,0 kcal 8,0 g

Meal analysis: energy 501,1 kcal (29 %), carbohydrate 74,7 g (27 %)

Snack SORE
agar agar 2 without coconut milk 50 g 48,5 kcal 11,6 g
roti tawar 10 g 27,4 kcal 5,2 g
gula pasir 10 g 38,7 kcal 10,0 g

Meal analysis: energy 114,6 kcal (7 %), carbohydrate 26,7 g (10 %)

10
MAKAN MALAM
nasi putih 200 g 260,0 kcal 57,2 g
daging ayam 50 g 142,4 kcal 0,0 g
tempe kedele murni 20 g 39,8 kcal 3,4 g
labu siam mentah 15 g 3,0 kcal 0,6 g
jeruk manis 50 g 23,5 kcal 5,9 g

Meal analysis: energy 468,9 kcal (27 %), carbohydrate 67,1 g (24 %)

===================================================================
HASIL PERHITUNGAN
===================================================================
Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase
nilai nilai/hari pemenuhan
____________________________________________________________________________
energy 1708,2 kcal 1688,9 kcal 101 %
water 13,2 g 1600,0 g 1%
protein 55,1 g 63,3 g 87 %
fat 44,3 g 46,9 g 94 %
carbohydr. 276,1 g 253,3 g 109 %
dietary fiber 13,3 g 22,5 g 59 %
alcohol 0,0 g - -
PUFA 6,8 g 10,0 g 68 %
cholesterol 79,0 mg - -
Vit. A 151,1 µg 700,0 µg 22 %
carotene 6545,5 mg - -
Vit. E 0,0 mg - -
Vit. B1 0,5 mg 0,8 mg 67 %
Vit. B2 0,6 mg 0,9 mg 65 %
Vit. B6 0,9 mg 0,5 mg 185 %
folic acid eq. 0,0 µg - -
Vit. C 46,8 mg 70,0 mg 67 %
sodium 298,6 mg 2000,0 mg 15 %
potassium 1391,2 mg 1500,0 mg 93 %
calcium 356,9 mg 700,0 mg 51 %
magnesium 262,4 mg 120,0 mg 219 %
phosphorus 681,6 mg 600,0 mg 114 %
iron 9,7 mg 8,0 mg 121 %
zinc 6,7 mg 5,0 mg 134 %

11

Anda mungkin juga menyukai