• Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP)
dan Keputusan Presiden terkait penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi
- Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
- Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan
- Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja
• Pasal 13
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat
kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan
Bab X Pasal 14 :
• secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-
undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah
dilihat dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
• Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan
lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
• Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
kimia;
biologi;
ergonomi; dan
psikologi
2. penerapan Higiene dan Sanitasi meliputi:
Bangunan Tempat Kerja;
fasilitas Kebersihan;
kebutuhan udara; dan
tata laksana kerumahtanggaan.
Pelatihan Dasar Keselamatan & Kesehatan
20
Kerja Vouk Hotel & Suites - Bali
FISIK GAYA HIDUP
FAKTOR
KIMIA PENYEBAB PAK BIOLOGI
DI TMPT KRJ
ERGONOMI PSIKOSOSIAL
ERGONOMI PSIKOSOSIAL
• Gel mikro :
- Frek. Ultra (ultra high frequency-UHF):0,3-3 GHz
- Frek Super (super high frequency – SHF): 3-30 GHz
- Frek Tertinggi (extra high frequency – EHF):30-300 GHz
Ü Debu
Ü Organic Solvent
FAKTOR
KIMIA PENYEBABÜ PAK
Lead (fume)BIOLOGI
DI TMPT KRJ solder
ERGONOMI PSIKOSOSIAL
2. Berkala dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai
dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi
sda.
3. Ulang dilakukan apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya baik
secara internal maupun eksternal terdapat keraguan.
4. Khusus dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan dugaan tingkat pajanan
di atas NAB
FAKTOR
KIMIA PENYEBAB PAK
Ü Monotony
BIOLOGI
Ü Poor working position
DI TMPT KRJ
Ü Duration
Ü Manual Handling
ERGONOMI PSIKOSOSIAL
Faktor Ergonomi
Potensi bahaya Faktor Ergonomi meliputi:
cara kerja, posisi kerja, dan postur tubuh yang tidak sesuai saat
melakukan pekerjaan;
desain alat kerja dan Tempat Kerja yang tidak sesuai dengan
baik; dan/atau
menggunakan alat bantu
FAKTOR
KIMIA PENYEBAB PAK BIOLOGI
DI TMPT KRJ
Ü Organisational
Ü Shift-work
ERGONOMIC PSIKOSOSIAL
konflik peran;
• Pendekatan Organisasi
- Struktur organisasi yang baik
- Pelatihan
- Seleksi dan penempatan pegawai
- dlsb
ERGONOMI PSYCHO-SOCIAL
binatang berbisa;
berbahaya lainnya.
Pelatihan Dasar Keselamatan & Kesehatan
61
Kerja Vouk Hotel & Suites - Bali
Pengendalian bahaya faktor biologi dengan:
a. menghilangkan sumber bahaya Faktor Biologi dari Tempat Kerja;
b. mengganti bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber bahaya Faktor Biologi;
c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber bahaya Faktor Biologi;
d. menyediakan sistem ventilasi;
e. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber bahaya Faktor Biologi;
f. menggunakan baju kerja yang sesuai;
g. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai;
h. memasang rambu-rambu yang sesuai;
i. memberikan vaksinasi apabila memungkinkan;
j. meningkatkan Higiene perorangan;
k. memberikan desinfektan;
l. penyediaan fasilitas Sanitasi berupa air mengalir dan antiseptik; dan/atau
m. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat
Kerja risiko.
Pelatihan Dasar Keselamatan & Kesehatan
Vouk Hotel & Suites - Bali
62
Contoh Penyakit Akibat Kerja
Faktor Biologi
FAKTOR
KIMIA PENYEBAB PAK BIOLOGI
DI TMPT KRJ
ERGONOMI PSIKOSOSIAL
Tata Laksana
Kerumahtanggaan (5S/5R)
Pelatihan Dasar Keselamatan & Kesehatan
66
Kerja Vouk Hotel & Suites - Bali
PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI (Ps. 26 – Ps. 44)
Meliputi:
1. Bangunan Tempat Kerja
a. halaman;
• bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek; dan cukup luas untuk lalu lintas
orang dan barang
• saluran air pembuangan pada halaman, maka saluran air harus tertutup
dan terbuat dari bahan yang cukup kuat serta air buangan harus mengalir
dan tidak boleh tergenang.
b. gedung, meliputi dinding dan langit-langit, atap; dan lantai.
gedung dalam kondisi:
terpelihara dan bersih;
kuat dan kokoh strukturnya; dan
cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2 (dua)
meter persegi perPelatihan
orang.Dasar Keselamatan & Kesehatan
67
Kerja Vouk Hotel & Suites - Bali
Dinding dan langit-langit harus:
kering atau tidak lembab;
Lantai harus:
terbuat dari bahan yang keras, tahan air, dan tahan dari bahan
Ukuran Toilet
Ruang Toilet paling sedikit berukuran:
panjang 80 cm, lebar 155 cm, tinggi 220 cm lebar pintu 70 cm.
ruang udara.
Menurut Rauf (2013: 1) sanitasi berasal dari bahasa Latin, artinya sehat.
Hygienes pangan adalah semua kondisi dan ukuran yang perlu untuk menjamin
keamanan dan kesesuain pangan pada semua tahap rantai makanan. Sanitasi
merupakan suatu ilmu terapan yang menggabungkan prinsip-prinsip desain,
pengembangan, pelaksanaan, perawatan, perbaikan dan atau peningkatan
kondisi-kondisi dan tindakan hygienes.
Pengaplikasian sanitasi mengacu pada tindakan-tindakan hygiene yang
dirancang untuk memperhatikan lingkungan yang bersih dan sehat untuk
penyiapan, pengolahan dan penyimpanan pangan
• kriteria fisik :
- Kriteria fisik meliputi bau, warna, rasa, adanya endapan,
adanya kekeruhan yang dapat diamati secara organoleptic,
yaitu dengan cara melihat dan mencicipi (Purnawijayanti,
2001:5-10).
• Kriteria Beracun
• Kriteria Sangat Beracun
• Kriteria Mudah Meledak
• Kriteria Reaktif
Ditetapkan dalam Lampiran III Kep.Mennaker
No. Kep.187/MEN/1999
Pada tempat kerja harus dipasang tanda peringatan, seperti : “AWAS BAHAN
MUDAH MELEDAK”, “AWAS BAHAN BERACUN”, dsb.
Tempat kerja harus dijaga kebersihannya dan bebas dari ceceran bahan
pestisida atau bahan kimia lain.
1. Kadar pestisida di tempat kerja tidak boleh melebihi nilai ambang batas
yang ditentukan. NAB faktor kimia dapat dilihat
pada SE-01/Menaker/1997.
2. Tempat yang mengelola pestisida harus dipasang alat pengendali
bahaya dan alat deteksi, ventilasi dan instalasi pemadam kebakaran.
3. Setiap bahan harus diberi kode secara jelas sehingga mudah
dibedakan dengan bahan-bahan yang lain.
1. Lokasi gudang harus terpisah dari aktivitas umum dan tidak terkena
banjir dan lantai gudang harus miring. Drainase didalam dan diluar gudang
harus baik dan terawat.
2. Dinding dan lantai gudang harus kuat dan mudah dibersihkan.
3. Pintu ditutup rapat dan diberi tanda peringatan atau dengan tulisan
dan gambar.
4. Selalu dikunci apabila tidak ada kegiatan
5. Tidak boleh disimpan bersama bahan-bahan lain.
6. Mempunyai ventilasi, penerangan yang cukup dan suhu memenuhi
ketentuan yang berlaku
7. Dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran sesuyai kebutuhan yang
berlaku. APAR (alat pemadam api ringan) harus
tersedia pada jarak 15 meter.
8. Cara penyimpanan pestisida harus memenuhi persyaratan yang
berlaku terhadap kemungkinan bahaya peledakan.
Harus dicegah agar tidak terjadi tumpahan atau percikan dan diawasi seorang
petugas sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam
Kepmenaker No. 187/Men/1999 menyatakan bahwa perusahaan yang
mempunyai potensi bahaya kimia wajib mempekerjakan petugas K3 Kimia dan
ahli K3 Kimia.
1. Air limbah yang akan dibuang harus memenuhi nilai baku mutu lingkungan
2. Dilakukan pengawasan terus-menerus untuk mengetahui mutu air
buangan
3. Pemusnahan pestisida atau wadah harus dengan cara yang tidak
membahayakan tenaga kerja dan lingkungan.
• Enak dipakai
• Tidak mengganggu kerja
• Memberikan perlindungan yang efektif
Fungsinya :
melindungi tangan dan jari-jari dari api,
panas, dingin, radiasi elektromagnetik dan
radiasi mengion, listrik, bahan kimia,
benturan, pukulan, luka, lecet dan infeksi
Ada 3 jenis :
Jaring angkat
Sabuk penunjang
Sabuk pengikat