Anda di halaman 1dari 90

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Arsitektur tradisional Jepang memiliki ciri khas yang banyak dipengaruhi oleh

budaya China dan Asia lainnya selama berabad-abad. Masyarakat Jepang

menganggap suatu bangunan itu indah, jika bangunan-bangunan tersebut memiliki

harmoni dengan lingkungan alam sekitarnya. Namun sejak abad ke-19, arsitektur

Jepang telah memasukkan unsur-unsur arsitektur budaya Barat ke dalam desain

dan konstruksinya.

Seperti yang dilakukan oleh arsitek Sou Fujimoto pada karya-karyanya yang

memiliki unsur tradisional Jepang dan modern kontemporer. Karya dari arsitek

Jepang kontemporer merupakan perkembangan seni yang terpengaruh dampak

modernisasi istilah umumnya Contemporary Art yang berkembang di Barat

sebagai produk seni.

Gambar 1.1 House N, Oita, 2008.


(Fujimoto, 2013: 97)

1
2

Hal ini menjadi menarik untuk diangkat ke dalam koleksi busana. Dengan ini

koleksi busana Ready to Wear dan Art Wear berjudul Nature Architecture sebagai

sumber ide yang hadir untuk memberikan inovasi pada busana yang dapat

digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Nature Architecture memberi inspirasi

judul dari suatu bangunan yang memiliki karakter modern tetapi tetap memiliki

unsur alami.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, berikut

merupakan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan:

1. Arsitektur bangunan Jepang karya Sou Fujimoto bergaya modern tetapi tetap

memiliki unsur alam.

2. Penggabungan bentuk kontemporer dengan unsur alam dapat menjadi inspirasi

bagi desain busana.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijabarkan di atas, rumusan

masalah yang diperoleh adalah:

Bagaimana membuat koleksi busana yang terinspirasi dari karakter arsitektur

House N karya arsitek asal Jepang yaitu Sou Fujimoto, dalam setiap karyanya

menghadirkan unsur alam serta memiliki beberapa bagian transparan di dalam

bangunan minimalis?
3

D . Batasan Masalah

Beberapa batasan masalah dalam menghasilkan koleksi yang dapat

menghadirkan arsitektur Jepang karya Sou Fujimoto, maka perlu adanya

pembatasan masalah, sebagai berikut :

- Koleksi busana Ready to Wear dan Art Wear untuk acara semi formal bagi

wanita pekerja industri kreatif usia 22-25 tahun, dengan strata sosial menengah.

- Koleksi busana dengan gaya kasual dan tampilan busana minimalis 90-an.

- Koleksi busana terinspirasi dari desainer David Koma, koleksi busana

Spring Summer 2016/2017.

- Koleksi ini berkiblat kepada Vigilant, Cermat Terukur, Permainan Tumpuk,

Greyzone Trend Forcasting 2017/2018.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis masalah yang telah

dirumuskan, diperlukan rangkaian metode deskriptif yang didukung dengan

pendekatan-pendekatan ilmu desain busana. Maka metode penciptaan melalui

tahapan sebagai berikut:

1. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui:

a. Observasi:

Melakukan tinjauan secara langsung ke Seminar Trend Forecasting

2017/2018 dan Trend Forecasting 2018/2019 dan datang ke acara-acara

Fashion Show.
4

b. Wawancara:

Melakukan wawancara dengan beberapa narasumber yang sudah pernah

wawancara langsung kepada arsitek Sou Fujimoto.

c. Studi literatur:

Melakukan studi literatur dari berbagai disiplin ilmu yang terkait, berupa

buku, jurnal, makalah, ebook dan website yang dapat mendukung proses

berpikir ilmiah serta penelitian yang dihasilkan.

2. Menganalisa data yang dikumpulkan.

3. Membuat konsep visual dan realisasi desain.


5

F. Kerangka Berpikir
Transparan
Bagian bangunan dibuat
transparan sehingga dapat
Look menyatu dengan alam.
Siluet : H-Line dan I-line
Minimalist Bahan : Organdi
90’s Tekstur : Halus
Warna : Off white, cream,
tortilla brown, tiger
orange, penny brown.

Kasual
Busana santai yang nyaman
digunakan
Siluet : A-Line
Style Nature Bahan : Organdi, semi wool
Casual Architecture dan jacquard
Tekstur : Halus dan kasar
Warna : Honey orange,
marigold orange,
squash orange, tortilla
brown, penny brown,
coffee brown, caramel
brown.

Suasana Alami
Suatu rancangan arsitektur Arsitektur yang berhubungan
yang merupakan ruang langsung dengan alam.
gerak pada bangunan yang Siluet : H-Line dan A-line
berhubungan dengan alam Bahan : Organdi dan serat
sehingga menampilkan jagung
beberapa bagian transparan Tekstur : Halus dan kasar
serta memiliki konsep Warna : Off white, tortilla
minimalis yang berkembang brown, penny brown,
di Jepang. Karya arsitek Sou coffee brown, caramel
Fujimoto yang menjadi brown.
konsep busana. Detail : Bordir

Gambar 1.2 Kerangka Berpikir.


BAB II

LANDASAN PERANCANGAN

A. Kajian Tematik

1. House N

Menurut Fujimoto dalam makalah The Future of Architecture is Primitive

(Werkstatt, 2013: 97) House N merupakan sebuah rumah tinggal Oita di Jepang

pada tahun 2008. Rumah tinggal tersebut memiliki bagian transparan antara ruang

dalam dan jalan, dan antara alam dengan ruang tamu. Dinding bagian terluar

memiliki jendela berkaca dan tanpa kaca, menyediakan dua ruang dalam, ruang

tamu outdoor dengan pepohonan dan tanaman. Ruang interior dibuat privasi

kepada penghuninya dengan memberi sentuhan alam dan lingkungan sekitar.

Gambar 2.1 Sketsa House N, Oita, 2008.


(Fujimoto, 2013: 97)

6
7

Berdasarkan karya-karya Sou Fujimoto yang dapat disimpulkan bahwa ia

memiliki pendekatan yang unik dalam rancangan arsitekturnya yaitu antropometri,

berhubungan dengan alam, dan terkesan futuristik. Selain itu, karya Sou Fujimoto

membawakan konsep minimalis yang berkembang di Jepang. Selain House N, ada

juga rancangan rumah Sou Fujimoto lainnya yang memiliki konsep minimalis

dengan dinding luar yang transparan.

Menurut Dwiyani dalam jurnal Menyelami Refleksi Hubungan Alam dan

Ruang Diri (Fujimoto, 2011: 24) dalam setiap karya Sou Fujimoto memiliki

keinginan untuk mempermudah, mempercepat, dan membantu manusia dalam

menyeimbangkannya setiap karyanya. Lahir, besar dan tinggal di Jepang, segala

bentuk budaya di dalamnya mengalir dalam pikiran dan gagasannya untuk

menciptakan arsitektur yang kekinian. Sou Fujimoto berprinsip bahwa arsitektur

didasarkan pada kesederhanaan budaya Jepang, pada setiap karyanya memiliki

kombinasi yang baik antara alam dan hal-hal buatan.

Menurut Corbo dalam buku Interior Lanscapes A Visual Atlas mengatakan

bahwa:

“Designed as a transparent skeleton that both encourages people’s interaction


and freedom of use, the Pavilion consists of a three-dimensional structural
matrix, assembled according to a logic of difference and repetition, is a kind of
non-finito ephemeral mass: its physical boundaries tend to dilute into the
surrounding vegetation. Furthermore, Fujiomo’s open modular structure
functions as a permeable membrane: actually there is no physical filter or
threshold between interior and exterior. Only a different paving marks the
transition from the external area to the multipurpose space imagined by the
Japanase architect. The result of the design strategy is a unified configuration,
in which material, structure, surface, and use merge.(Desain rangka transparan
untuk mendorong interaksi orang-orang dan kebebasan untuk memakai ruang.
Batas fisik ini berusaha untuk mencairkan dengan suasana vegetasi sekitar. Sou
fujimoto membuka struktur modular yang berfungsi sebagai membran
permeable (fleksibel) sehingga tidak ada batas antara eksterior dan interior.
8

Hasil dari desain ini yaitu menyatukan konfigurasi material, struktur, bidang
dan fungsi yang melebur)”. (Corbo, 2016: 212).

Setiap karya Sou Fujimoto mengandung makna yang berbeda dan

menginginkan manusia untuk memiliki kenyamanan di dalamnya. Ia percaya

bahwa arsitektur tersebut dapat menyadarkan manusia akan lingkungan sekitar.

2. Suasana

House N merupakan suatu rancangan arsitektur karya Sou Fujimoto, yang

merupakan bangunan antara interior dan eksterior dengan konsep menyatu

dengan alam. Pada beberapa bagian bangunan memakai material kaca sehingga

terlihat antara bagian dalam dan luar ruangan, serta terdapat ruangan yang

ditanami tanaman dan pohon agar memberi kesan natural pada bangunan.

Menurut Putro dalam makalah Teori, Metode, Aplikasi oleh Arsitek Sou Fujimoto

(Putro, 2014: 12) Sou Fujimoto memiliki istilah Engawa yang memiliki istilah

ambang atau emptyness. Yang dimaksud dari ambang adalah bagian bagunan

antara luar dan dalam memiliki keberadaan yang sama.

Gambar 2.2 House N hasil karya Sou Fujimoto.


(Dwiyani, 2011: 24)
9

3. Segmentasi pasar

Secara spesifikasi segmentasi pasar yang akan dituju dalam rancangan ini

adalah kebiasaan belanja sesuai dengan Business Intelligence Report (BIRO).

Menurut hasil survey BIRO dalam buku Trend of Shopping Habit in Jabodetabek

(BIRO, 2006: 5) Pada usia 22-25 tahun memiliki responden kebiasaan belanja

terbanyak mencapai 45% kebiasaan berbelanja. Pada segmentasi yang dituju

bekerja sebagai seorang pekerja di industri kreatif. Berdasarkan karakter yang

dituju yaitu ektrovert, aktif dan enerjik. Gaya hidup yang sesuai dengan koleksi

busana yaitu suka menghadiri berbagai acara fashion show, aktif di media social

dan senang bersosialisasi. Berdasarkan wilayah tempat yang ditunjukan pada

kota-kota di Indonesia yang memiliki berbagai acara fashion show tiap tahunnya.

4. Minimalist 1990’s (Look)

Istilah Minimalis bukanlah istilah yang asing, begitu pula dalam dunia dan

bidang arsitektur. Dimana istilah minimalis adalah sebuah desain yang sederhana.

Walaupun menggunakan bahan seadanya, tidak terlalu mahal namun dapat

menghasilkan bentuk yang indah. Desain minimalis dapat juga dipadu dengan

warna yang senada sehingga dapat terlihat lebih menarik.

Secara umum Kennedy menjelaskan bahwa minimalist dapat didefinisikan

sebagai berikut:

“Bare and often bold, minimalist fashion simplifies the silhouette and offers a
palette of neutral tones. Striking sculptural lines paired with quality fabrics
and nominal details serve a modern urban customer who prefers clothes that
stand outside of time. The overall effect is understated and subdued, with an
undeniable respect for form. The aesthetic rose to prominence in the
1990s.(Apa adanya dan biasanya bersifat tegas, fashion minimalis
10

menyederhanakan siluet dan menggunakan warna-warna netral. Garis tegas


yang dipadu dengan bahan berkualitas dan detail yang sedikit melayani
customer urban modern yang lebih menyukai busana yang tidak terikat dengan
zaman. Kesan keseluruhan adalah mengurangi dengan kekaguman terhadap
bentuk. Nilai estetika ini menjadi popular pada tahun 1990-an).”(Kennedy,
2013: 122).

Gambar 2.3 Contoh busana minimalism.


(Angus, 2015: 27)

Koleksi busana kali ini terinspirasi dari David Koma. Pada koleksi busana

David Koma menggunakan material transparan serta memiliki tampilan busana

minimalis sehingga dapat menginspirasi pada koleksi busana yang akan dibuat

dan mengembangkan lagi sehingga membentuk desain baru.


11

Gambar 2.4 Contoh Busana David Koma.


(www.davidkoma.com/Spring Summer 2016/2017)

5. Casual Style

Style Casual adalah gaya busana santai yang nyaman digunakan. Menurut

Ernawati dalam buku Tata Busana Jilid 1 (Ernawati, 2008: 33) busana santai

merupakan busana yang dapat dipakai pada waktu santai atau acara semi formal.

Busana santai memiliki banyak jenisnya sehingga dapat disesuaikan dengan acara

atau tempat yang akan didatangi. Pada koleksi ini sackdress dengan sepatu dan

aksesoris yang tidak berlebihan dapat terlihat santai. Busana yang santai

mempengaruhi kenyamanan seseorang.


12

Gambar 2.5 Contoh busana Kasual.


(Schwaab, 2011: 92)

5. Acuan Tren

Koleksi kali ini mengacu kepada Vigilant, Cermat Terukur, Permainan

Tumpuk, Greyzone Trend Forcasting 2017/2018. Menurut Badan Ekonomi

Kreatif Indonesia dalam buku Greyzone Trend Forcasting 2017/2018 (2017: 55)

Permainan bidang pada busana dengan cara menumpuk kain dengan berbagai

macam warna yang bersifat fungsional. Selain itu secara keseluruhan memberi

kesan struktural pada busana dan dapat dilihat dari siluet pada busana. Berikut

contoh desain busana yang mengacu pada Trend Forecasting 2017/2018:


13

Gambar 2.6 Vigilant, Cermat Terukur, Permainan Tumpuk.


(Bekraf, 2018: 54)

B. Kajian Desain Busana

1. Busana Semi Formal

Busana Semi Formal adalah busana yang dapat digunakan untuk bepergian.

Pada kesempatan busana semi formal dapat bepergian ke acara-acara fashion

show, jalan-jalan santai ke shopping center, serta ke berbagai acara lainnya.

Menurut Riyanto dalam buku Teori Busana mengatakan bahwa:

“Jenis model yang dapat dipergunakan untuk kegiatan bepergian bagi wanita
yaitu rok, blus, bebe, celana panjang, celana rok, topper… Penerapan etika
disini perlu dilihat lagi untuk kesempatan bepergian ke mana, karena
mempunyai aturan yang berbeda pula.”(Riyanto, 2003: 113)
14

2. Siluet

Menurut Riyanto dalam buku Teori Busana mengatakan bahwa:

“Siluet ialah garis sisi luar atau garis sisi bayangan luar dari sebuah model

busana atau pakaian, yang dapat dikelompokan menjadi garis sisi bayangan

luar atau siluet (silhouette) A, I, H, Y, S, T, O, X, V….” (Riyanto, 2003: 132).

Siluet yang digunakan pada koleksi busana kali ini yaitu siluet A-line, I-line

dan H-line. Menurut Poespo dalam buku Aneka Gaun (Poespo, 2000: 5) busana

dengan siluet A-line sudah dikenal pada tahun 1955. Tampilan tersebut

membentuk huruf A pada bagian yang mengembang dari garis dada ataupun dari

garis pinggang dengan membentuk dua sisi berbentuk segitiga sehingga

menyerupai huruf A. Siluet tersebut diterapkan pada busana untuk memberikan

efek yang berpengaruh pada bentuk tubuh manusia agar lebih terlihat berbeda.

Gambar 2.7 Contoh Siluet I-Line.


(Riyanto, 2003: 29)
15

Gambar 2.8 Contoh Siluet H-Line.


(Riyanto, 2003: 29)

Gambar 2.9 Contoh Siluet A-Line.


(Riyanto, 2003: 29)
16

3. Lengan

Menurut Poespo dalam buku Aneka Lengan Baju dan Manset

(Poespo, 2000: 3) pada abad ke-20 mode kembali ke garis natural umumnya

busana, dengan percobaan bentuk lengan busana untuk memberi variasi lebih

banyak pada model busana. Lengan busana adalah bagian komponen busana yang

menutupi semua atau sebagian lengan. Maka lengan dirancang harus memberi

ruang cukup untuk bergerak. Pada koleksi busana kali ini terdapat beberapa

macam busana yang menggunakan lengan lurus, lengan setali dan tanpa lengan.

Gambar 2.10 Contoh Busana Tanpa Lengan.


(Poespo, 2000: 3)

Gambar 2.11 Contoh Lengan Lurus.


(Poespo, 2000: 4)

Lengan lurus merupakan penggabungan antara lengan dan badan, model lengan

lurus biasa digunakan kebanyakan orang. Lubang lengan ini mengikuti arah

sambungan kerung lengan dengan badan.


BAB III

KONSEP PERANCANGAN

A. Konsep Desain

Alternatif desain busana semi formal untuk wanita pekerja industri kreatif yang

terbiasa datang ke acara fashion show yang dapat menunjang penampilan. Wanita

muda dengan usia 22 - 25 tahun, strata sosial menengah. Material kain pada

desain busana yang digunakan seperti jacquard, semi wool, organdi dan serat

jagung. Warna-warna koleksi busana yaitu off white, cream, honey orange,

marigold orange, squash orange, tiger orange, tortilla brown, penny brown,

coffee brown, caramel brown.

Koleksi busana ini terinspirasi dari desainer David Koma dengan look

minimalist 90’s, maka siluet yang digunakan adalah siluet H-line, A-line dan

I-line. Pada koleksi busana ini terdiri dari dua desain bagian leher, yaitu

menggunakan kerah turtleneck dan bentuk leher bulat. Dari unsur-unsur desain

tersebut diperoleh kesatuan yang selaras pada koleksi sehingga antara pemilihan

material dengan detail yang digunakan seperti bentuk leher, kerah, lengan dan

aksesoris lainnya. Dengan pemilihan material serta bahan yang nyaman didukung

dengan desain yang baik maka nilai jual dari produk ini dapat disesuaikan dengan

strata social yang dituju sehingga terlihat fashionable.

Koleksi kali ini banyak menampilkan sesuatu yang baru dengan sentuhan

A-simetris pada beberapa bagian dalam koleksi ini. Untuk itu koleksi busana ini

mengacu pada Trend Forecasting 2017/2018 sehingga terlihat berbeda.

17
18

Irama pada koleksi busana ini adalah irama tumpukan kain organza dengan warna

yang berbeda-beda sehingga memperlihatkan ciri khas busana.

1. Kolase Tema

Koleksi ini terinspirasi dari arsitektur House N dengan tampilan minimalis

yang menyatukan antara bagian dalam dan luar bangunan karya dari arsitek

Sou Fujimoto. Sou Fujimoto menginginkan manusia merasakan hal yang sama

ketika berada diantara ruang dalam dan luar pada bangunan dengan memakai kaca

pada beberapa bagian bangunan, selain itu ingin memberikan kesan natural pada

bangunan. Arsitektur tersebut dapat diwujudkan melalui siluet H-Line, A-line dan

I-line. Warna dan bahan yang digunakan pada koleksi berdasarkan pada bangunan

transparan yang menyatu dengan alam lalu sesuaikan target market dan Trend

Forecasting 2017/18. Berdasarkan Trend Forecasting koleksi ini mengacu kepada

Vigilant menggunakan teknik cermat terukur dan permainan tumpuk.

2. Kolase Bahan

Kolase bahan kali ini terlihat berbeda karena memakai material sintetis dan

alami. Material yang digunakan yaitu jacquard, semi wool, organza dan serat

jagung. Wanita pada usia 22-25 tahun yang memiliki berbagai macam acara yang

dapat menunjang penampilan tetapi busana tersebut tetap nyaman digunakan.

Pada koleksi kali ini memilih tekstur kain halus utnuk disesuaikan dengan

bangunan yang transparan, sedangkan tekstur kain kasar menyerupai batang

pohon, pepohonan, bebatuan dan kayu.


19

Gambar 3.1 Kolase Tema.

Gambar 3.2 Kolase bahan.


20

3. Detail

Detail yang digunakan pada busana Art Wear yaitu bordir (machine

embroidery). Bordir yang dibuat menyerupai akar pohon yang memberi efek

alami pada bangunan karya Sou Fujimoto serta pada koleksi busana. Menurut

Poespo dalam buku Panduan Membuat Ragam Hias Motif Bordir

(Poespo, 2005: 9) bordir dengan menggunakan mesin jahit atau mesin khusus,

bordir harus memiliki keterampilan khusus. Bordir yang awalnya hanya berupa

zigzag dapat dikembangkan lagi sesuai keinginan.

Gambar 3.3 Bordir Akar Pohon.


21

4. Aksesoris

Sepatu yang digunakan pada koleksi ini yaitu sepatu ankle strap platform.

Memiliki heel dengan tinggi 7 cm, material yang digunakan seperti kulit sintetis

berwarna nude dan mika transparan. Jenis sepatu ini sesuai dengan gaya busana

casual. Selain sepatu terdapat anting serta tas yang dapat menunjang koleksi

busana kali ini.

Gambar 3.4 Ankle Strap Platform.

Gambar 3.5 Anting.


22

5. Ilustrasi Desain Busana

Ilustrasi merupakan seni untuk memperjelas desain atau gambar yang akan di

ciptakan atau dikembangkan. Pada pembuatan koleksi kali ini, ilustrasi yang

dibuat terdapat 40 ilustrasi desain. Ilustrasi dapat memudahkan untuk memberikan

pilihan pada desain. Membuat ilustrasi yang berbeda untuk menambah wawasan

yang luas sehingga dapat membuat desain yang berbeda-beda. Walaupun dalam

40 ilustrasi berbeda-beda tetapi harus memiliki style dan look yang sama seperti

style casual dan look minimalist 90’s

Pada Ilustrasi desain yang dibuat memakai macam-macam contoh bahan yang

sudah discan terlebih dahulu lalu dimasukan kedalam desain sehingga dapat

terlihat lebih nyata dan disesuaikan dengan desain. Lalu pada ilustrasi juga dapat

mempadukan antara warna-warna yang sudah ada kedalam desain. Dalam 40

ilustrasi desain akan dipilih 7 desain untuk diwujudkan kedalam busana Tugas

Akhir. 7 desain tersebut diantaranya 5 busana Ready to Wear dan 2 busana Art

Wear.
23

Gambar 3.6 Ilustrasi Desain Busana Alternatif I.


24

Gambar 3.7 Ilustrasi Desain Busana Alternatif II


25

Gambar 3.8 Ilustrasi Desain Busana Alternatif III


26

Gambar 3.9 Ilustrasi Desain Busana Alternatif IV.


27

Gambar 3.10 Ilustrasi Desain Busana Siap Pakai (Ready to Wear) dan Busana
Seni (Art Wear).
28

Ukuran Pola Dasar Wanita Standar (M)


(Dalam Centimeter)

1. Lingkar Badan : 86 cm

2. Lebar Dada : 32

3. Panjang Dada : 38

4. Lebar Bahu : 12

5. Kerung Lengan : 40

6. Panjang Lengan : 25/42/62

7. Lebar Lengan : 30/28/24

8. Tinggi Bustie : 24

9. Antara Bustie : 18

10. Lingkar Pinggang : 68

11. Tinggi Panggul : 20

12. Lingkar Panggul : 94

13. Lebar Punggung : 34

14. Panjang Punggung : 42

15. Panjang Blus : 58

16. Panjang Rok : 68

17. Panjang Dress : 100 – 110


29

B. Realisasi Desain

Busana siap pakai atau Ready to Wear dan busana seni atau Art Wear. Menurut

Hadisurya dalam buku Kamus Mode Indonesia (Hadisurya, 2010:177) pengertian

busana Ready to Wear adalah busana siap pakai yang keberadaannya di antara

adibusana dan produksi massal. Busana siap pakai dapat langsung digunakan

tanpa proses fitting atau melakukan ukur badan terlebih dahulu. Pada koleksi

busana ini terdiri dari lima busana Ready to Wear dengan berbagai macam model

serta berbagai macam bahan yang berbeda-beda. Kelima busana tersebut memiliki

siluet yang berbeda-beda. Busana seni atau Art Wear merupakan busana yang

berbeda dengan Ready to Wear karena proses pembuatannya melalui tahap yang

rumit sehingga nilai jualnya menjadi mahal. Koleksi busana seni terdiri dari dua

desain, busana seni yang sudah dibuat memakai detail bordir dengan bentuk akar

dan busana seni satunya memiliki beberapa tumpukan kain organdi.

1. Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 1

Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 1 terdiri dari dua pieces yaitu blouse dan

skirt. Blouse dan skirt tersebut memiliki siluet H-line, material yang digunakan

yaitu semi wool, organdi cream dan organdi coklat. Pada bagian pinggang dan

bagian paha memiliki potongan persegi dengan kain transparan yaitu organdi.

Potongan tersebut mengikuti pada bentuk bangunan. Serta terdapat satu tumpuk

kain organdi coklat untuk memberikan efek dari bangunan yang transparan.
30

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.11 Ilustrasi Desain Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 1.


31

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.12 Gambar Datar Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 1.


32

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.13 Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 1.


33

K.Lengan= 40
D= ½ x K.L-2
= ½ x 40-2 = 18
B= ½ x K.L-4
= ½ x 40-4 = 16

L.Badan= 86
D= ¼.(L.B+5)+1
= ¼.(86+5)+1 = 23,75
B= ¼.(L.B+5)-1
= ¼(86+5)-1 = 21,75

L.Ping= 68
D= ¼ x L.P+1+2,5
=¼ x 68+1+2,5 = 18+2,5
B= ¼ x L.P-1+2,5
= ¼ x 68-1+2,5 = 16+2,5

L.Pang= 94
D= ¼ x (L.P+2)
= ¼ x (94+2) = 24
B= ¼ x (L.P-2)
= ¼ x (94-2) = 23

Gambar 3.14 Pola Dasar Blouse Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 1

Gambar 3.15 Pecah Pola Blouse Depan Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 1
34

Gambar 3.16 Pecah Pola Blouse Belakang Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 1

L.Ping= 68
D= ¼ x L.P+1+2,5
= ¼ x 68+2,5 = 18+2,5
B= ¼ x L.p-1+2,5
= ¼ x 68-1+2,5 = 16+2,5

L.Pang= 94
D= ¼ x (L.P+2)
= ¼ x (94+2) = 24
B= ¼ x (L.P-2)
= ¼ x (94-2) = 23

Gambar 3.17 Pola Dasar Rok Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 1
35

Gambar 3.18 Pecah Pola Rok Depan Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 1

Gambar 3.19 Pecah Pola Rok Belakang Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 1
36

Blouse tanpa lengan

Jumlah Harga Satuan Total


Jenis Material
pemakaian (m/pc) (Rp) (Rp)
Blouse Semi Wool 1 35.000 35.000
tanpa
Organdi Cream 0,5 25.000 12.500
lengan
Zipper 1 7.000 7.000
Lining 1 15.000 15.000
Ongkos Jahit 35.000
Total biaya produksi 104.500
Mark Up 400% 418.000
Usulan Harga Jual / Suggest Retail Price 418.000
Tabel 3.1 Rincian biaya produksi Blouse tanpa lengan Busana Siap Pakai
(Ready to Wear) 1.

Rok Midi
Harga
Jumlah Total
Jenis Material Satuan
pemakaian (m/pc) (Rp)
(Rp)
Rok Midi Semi Wool 1 35.000 35.000
Organdi Cream 0,5 25.000 12.500
Organdi Coklat 1 25.000 25.000
Zipper 1 7.000 7.000
Lining 1 15.000 15.000
Ongkos Jahit 55.000
Total biaya produksi 149.500
Mark Up 400% 598.000
Usulan Harga Jual / Suggest Retail Price 598.000
Tabel 3.2 Rincian biaya produksi Rok Midi Busana Siap Pakai
(Ready to Wear) 1.

2. Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 2

Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 2 terdiri dari dress pendek. Dress tersebut

memiliki siluet A-line dengan kerah turtleneck menggunakan material kain

jacquard. Pada bagian pinggang dan bagian atas kain utama dibagian pinggang

sampai bawah terdapat kain transparan yaitu bahan organdi.


37

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.20 Ilustrasi Desain Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 2.


38

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.21 Gambar Datar Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 2.


39

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.22 Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 2.


40

K.Lengan= 40
D= ½ x K.L-2
= ½ x 40-2 = 18
B= ½ x K.L-4
= ½ x 40-4 = 16

L.Badan= 86
D= ¼.(L.B+5)+1
= ¼.(86+5)+1 = 23,75
B= ¼.(L.B+5)-1
= ¼(86+5)-1 = 21,75

L.Ping= 68
D= ¼ x L.P+1+2,5
=¼ x 68+1+2,5 = 18+2,5
B= ¼ x L.P-1+2,5
= ¼ x 68-1+2,5 = 16+2,5

L.Pang= 94
D= ¼ x (L.P+2)
= ¼ x (94+2) = 24
B= ¼ x (L.P-2)
= ¼ x (94-2) = 23

Gambar 3. 23 Pola Dasar Dress Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 2.


41

Gambar 3.24 Pecah Pola Dress Depan Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 2.
42

Gambar 3.25 Pecah Pola Dress Belakang Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 2
43

Sackdress tanpa lengan

Jumlah Harga Satuan Total


Jenis Material
pemakaian (m/pc) (Rp) (Rp)
Sackdress Jacquard 1,25 35.000 43.750
tanpa Organdi Cream 0,5 25.000 12.500
lengan Organdi Coklat 1 25.000 25.000
Zipper 1 7.000 7.000
Lining 1,5 15.000 22.500
Kain Keras 0,5 16.000 8.000
Ongkos Jahit 80.000
Total biaya produksi 198.750
Mark Up 400% 795.000
Usulan Harga Jual / Suggest Retail Price 795.000
Table 3.3 Rincian biaya produksi Sackdress tanpa lengan Busana Siap Pakai
(Ready to Wear) 2.

3. Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 3

Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 3 terdiri dari dress. Dress tersebut

memiliki siluet I-line dengan leher bulat menggunakan material bahan semi wool.

Kombinasi pada busana menggunakan kain organza agar memberi efek transparan

pada koleksi tema. Kain utama yang digunakan pada busana memberikan kesan

natural, serta bahan organdi memberi kesan transparan. Pada desain tersebut

terdapat perpaduan warna antara off White dengan Cream sehingga memberi

kesan antara dalam dan luar bangunan.


44

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.26 Ilustrasi Desain Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 3.


45

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.27 Gambar Datar Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 3.


46

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.28 Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 3.


47

K.Lengan= 40
D= ½ x K.L-2
= ½ x 40-2 = 18
B= ½ x K.L-4
= ½ x 40-4 = 16

L.Badan= 86
D= ¼.(L.B+5)+1
= ¼.(86+5)+1 = 23,75
B= ¼.(L.B+5)-1
= ¼(86+5)-1 = 21,75

L.Ping= 68
D= ¼ x L.P+1+2,5
=¼ x 68+1+2,5 = 18+2,5
B= ¼ x L.P-1+2,5
= ¼ x 68-1+2,5 = 16+2,5

L.Pang= 94
D= ¼ x (L.P+2)
= ¼ x (94+2) = 24
B= ¼ x (L.P-2)
= ¼ x (94-2) = 23

Gambar 3.29 Pola Dasar Dress Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 3.
48

Gambar 3.30 Pecah Pola Dress Depan Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 3.
49

Gambar 3.31 Pecah Pola Dress Belakang Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 3.
50

Sackdress lengan lurus

Jumlah Harga Total


Jenis Material
pemakaian (m/pc) Satuan (Rp) (Rp)
Sackdress Semi Wool 1,25 35.000 43.750
lengan Organdi Cream 1 25.000 25.000
lurus Organdi Offwhite 1 25.000 25.000
Zipper 1 7.000 7.000
Lining 1,5 15.000 22.500
Ongkos Jahit 80.000
Total biaya produksi 203.250
Mark Up 400% 813.000
Usulan Harga Jual / Suggest Retail Price 813.000
Table 3.4 Rincian biaya produksi Sackdress lengan lurus Busana Siap Pakai
(Ready to Wear) 3.

4. Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 4

Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 4 terdiri dari dress. Dress tersebut

memiliki siluet I-line dengan leher bulat menggunakan material bahan serat

jagung. Kombinasi pada busana menggunakan kain organdi agar memberi efek

transparan pada koleksi tema.


51

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.32 Ilustrasi Desain Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 4.


52

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.33 Gambar Datar Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 4.


53

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.34 Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 4.


54

K.Lengan= 40
D= ½ x K.L-2
= ½ x 40-2 = 18
B= ½ x K.L-4
= ½ x 40-4 = 16

L.Badan= 86
D= ¼.(L.B+5)+1
= ¼.(86+5)+1 = 23,75
B= ¼.(L.B+5)-1
= ¼(86+5)-1 = 21,75

L.Ping= 68
D= ¼ x L.P+1+2,5
=¼ x 68+1+2,5 = 18+2,5
B= ¼ x L.P-1+2,5
= ¼ x 68-1+2,5 = 16+2,5

L.Pang= 94
D= ¼ x (L.P+2)
= ¼ x (94+2) = 24
B= ¼ x (L.P-2)
= ¼ x (94-2) = 23

Gambar 3.35 Pola Dasar Dress Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 4.
55

Gambar 3.36 Pecah Pola Dress Depan Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 4
56

Gambar 3.37 Pecah Pola Dress Belakang Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 4.
57

Sackdress tanpa lengan

Jumlah Harga Satuan Total


Jenis Material
pemakaian (m/pc) (Rp) (Rp)
Sackdress Serat Jagung 1,5 32.500 48.750
tanpa Organdi Coklat 1,25 25.000 31.250
lengan Zipper 1 7.000 7.000
Lining 1,5 15.000 22.500
Ongkos Jahit 80.000
Total biaya produksi 189.500
Mark Up 400% 758.000
Usulan Harga Jual / Suggest Retail Price 758.000
Table 3.5 Rincian biaya produksi Sackdress tanpa lengan Busana Siap Pakai
(Ready to Wear) 4.

5. Busana Seni (Ready to Wear) 5

Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 5 terdiri dari dress. Dress tersebut

memiliki siluet A-line dengan leher bulat menggunakan material bahan serat

jagung. Kombinasi pada busana menggunakan bahan organdi agar memberi efek

transparan pada koleksi tema.


58

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.38 Ilustrasi Desain Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 5.


59

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.39 Gambar Datar Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 5


60

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.40 Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 5.


61

K.Lengan= 40
D= ½ x K.L-2
= ½ x 40-2 = 18
B= ½ x K.L-4
= ½ x 40-4 = 16

L.Badan= 86
D= ¼.(L.B+5)+1
= ¼.(86+5)+1 = 23,75
B= ¼.(L.B+5)-1
= ¼(86+5)-1 = 21,75

L.Ping= 68
D= ¼ x L.P+1+2,5
=¼ x 68+1+2,5 = 18+2,5
B= ¼ x L.P-1+2,5
= ¼ x 68-1+2,5 = 16+2,5

L.Pang= 94
D= ¼ x (L.P+2)
= ¼ x (94+2) = 24
B= ¼ x (L.P-2)
= ¼ x (94-2) = 23

Gambar 3.41 Pola Dasar Dress Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 5.
62

Gambar 3.42 Pecah Pola Dress Depan Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 5.
63

Gambar 3.43 Pecah Pola Dress Belakang Busana Siap Pakai (Ready to Wear) 5
64

Sackdress lengan lurus

Jumlah Harga Satuan Total


Jenis Material
pemakaian (m/pc) (Rp) (Rp)
Sackdress Serat Jagung 1,25 35.000 43.750
lengan Organdi Coklat 1 25.000 25.000
lurus Zipper 1 7.000 7.000
Lining 1,5 15.000 22.500
Kain Keras 0,5 16.000 8.000
Ongkos Jahit 80.000
Total biaya produksi 186.250
Mark Up 400% 745.000
Usulan Harga Jual / Suggest Retail Price 745.000
Table 3.6 Rincian biaya produksi Sackdress lengan lurus Busana Siap Pakai
(Ready to Wear) 5.

6. Busana Seni (Art Wear) 1

Busana Seni (Art Wear) 1 yaitu terdiri dari dress. Dress tersebut memiliki

siluet I-line dengan leher bulat menggunakan material bahan serat jagung.

Kombinasi pada busana menggunakan bahan organdi agar memberi efek

transparan pada koleksi tema. Dan diberi tumpukan kain sehingga terlihat antara

bagian dalam dan luar seperti pada bangunan.


65

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.44 Ilustrasi Desain Busana Seni (Art Wear) 1.


66

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.45 Gambar Datar Busana Seni (Art Wear) 1.


67

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.46 Busana Siap Pakai (Art Wear) 1.


68

K.Lengan= 40
D= ½ x K.L-2
= ½ x 40-2 = 18
B= ½ x K.L-4
= ½ x 40-4 = 16

L.Badan= 86
D= ¼.(L.B+5)+1
= ¼.(86+5)+1 = 23,75
B= ¼.(L.B+5)-1
= ¼(86+5)-1 = 21,75

L.Ping= 68
D= ¼ x L.P+1+2,5
=¼ x 68+1+2,5 = 18+2,5
B= ¼ x L.P-1+2,5
= ¼ x 68-1+2,5 = 16+2,5

L.Pang= 94
D= ¼ x (L.P+2)
= ¼ x (94+2) = 24
B= ¼ x (L.P-2)
= ¼ x (94-2) = 23

Gambar 3.47 Pola Dasar Dress Busana Seni (Art Wear) 1.


69

Gambar 3.48 Pecah Pola Dress Depan Busana Seni (Art Wear) 1.
70

Gambar 3.49 Pecah Pola Dress Belakang Busana Seni (Art Wear) 1.
71

Sackdress tanpa lengan

Jumlah Harga Satuan Total


Jenis Material
pemakaian (m/pc) (Rp) (Rp)
Sackdress Serat Jagung 1,5 35.000 52.425
tanpa Organdi Cream 0,5 25.000 12.500
lengan Organdi Coklat 0,5 25.000 12.500
Organdi Moka 0,5 25.000 12.500
Organdi Orange 0,5 25.000 12.500
Zipper 1 7.000 7.000
Lining 1,5 15.000 22.500
Ongkos Jahit 100.000
Total biaya produksi 231.925
Mark Up 400% 927.700
Usulan Harga Jual / Suggest Retail Price 927.700
Table 3.7 Rincian biaya produksi Sackdress tanpa lengan Busana Siap Pakai
(Art Wear) 1.

7. Busana Seni (Art Wear) 2

Busana Seni (Art Wear) 2 terdiri dari dua pieces yaitu dress dan outer. Dress

terbuat dari material serat jagung bermotif dengan kerah turtleneck dan siluet A-

line. Outer terbuat dari material bahan organdi dengan panjang diatas bahan

utama dan juga memiliki siluet A-line.


72

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.50 Ilustrasi Desain Busana Seni (Art Wear) 2.


73

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.51 Gambar Datar Desain Busana Seni (Art Wear) 2.


74

Tampak
Depan Belakang

Gambar 3.52 Busana Seni (Art Wear) 2.


75

K.Lengan= 40
D= ½ x K.L-2
= ½ x 40-2 = 18
B= ½ x K.L-4
= ½ x 40-4 = 16

L.Badan= 86
D= ¼.(L.B+5)+1
= ¼.(86+5)+1 = 23,75
B= ¼.(L.B+5)-1
= ¼(86+5)-1 = 21,75

L.Ping= 68
D= ¼ x L.P+1+2,5
=¼ x 68+1+2,5 = 18+2,5
B= ¼ x L.P-1+2,5
= ¼ x 68-1+2,5 = 16+2,5

L.Pang= 94
D= ¼ x (L.P+2)
= ¼ x (94+2) = 24
B= ¼ x (L.P-2)
= ¼ x (94-2) = 23

Gambar 3.53 Pola Dasar Dress Busana Seni (Art Wear) 2.


76

Gambar 3.54 Pecah Pola Outer Kaftan Busana Seni (Art Wear) 2.
77

Sackdress tanpa lengan

Jumlah Harga Satuan Total


Jenis Material
pemakaian (m/pc) (Rp) (Rp)
Sackdress Serat Jagung 1,5 32.500 48.750
tanpa Zipper 1 7.000 7.000
lengan Lining 1,5 15.000 22.500
Kain Keras 0.5 16.000 8.000
Ongkos Jahit 80.000
Total biaya produksi 166.250
Mark Up 400% 665.000
Usulan Harga Jual / Suggest Retail Price 665.000
Tabel 3.8 Rincian biaya produksi Sackdress tanpa lengan
Busana Siap Pakai (Art Wear) 2.

Outer Kaftan

Jumlah Harga Satuan Total


Jenis Material
pemakaian (m/pc) (Rp) (Rp)
Outer Organza Orange 1,25 25.000 31.250
Kaftan Ongkos Jahit 80.000
Ongkos Bordir 100.000
Total biaya produksi 211.250
Mark Up 400% 845.000
Usulan Harga Jual / Suggest Retail Price 845.000
Tabel 3.9 Rincian biaya produksi Outer Kaftan Busana Siap Pakai (Art Wear) 2.
BAB IV

KESIMPULAN

Koleksi busana Nature Architecture yang terdiri dari 5 busana siap pakai atau

Ready to Wear dan 2 busana seni atau Art Wear menjadi hal yang berbeda untuk

diangkat sebagai konsep busana. Tampilan busana minimalist 90’s dan casual

style dapat disesuaikan dengan target pengguna yaitu wanita pekerja industri

kreatif usia 22-25 tahun yang senang ke acara fashion show. Warna pada koleksi

ini disesuaikan dengan tema serta mengacu kepada trend forecasting 2017/2018.

Pada setiap koleksi busana memakai material bahan organdi yang memiliki

tekstur halus sehingga tidak mudah untuk mengikuti arah serat bahan dan

menyusaikan bentuk. Selain itu, bahan organdi dipadu padankan dengan bahan

utama lainnya yang memiliki tekstur bahan yang berbeda atau bahan yang lebih

kasar. Paduan antara bahan tekstur halus sebagai bentuk transparan pada

bangunan, lalu bahan tekstur kasar sebagai bentuk alami pada bangunan serta

siluet-siluet yang digunakan pada busana seperti A-line, H-line, I-line sehingga

dapat menyerupai karakter pada bangunan. Dengan ini, pada koleksi rancangan

Tugas Akhir telah menjawab permasalahan.

78
DAFTAR PUSTAKA

Angus, Emily, dkk, 2005, The Fashion Dictionary, A Visual Resource for Terms,
Techniques and Style, Carlton Books Limited, London.

Bekraf, 2017, GreyZone Trend Forecasting 2017-18, Bekraf, Jakarta

Biro, 2006, Trend of Shopping Habit in Jabodetabek, Sunter, Jakarta Utara.

Corbo, Stefano, 2016, Interior Landscapes A Visual Atlas, Images Publishing,


Australia.

Ernawati, Dkk. 2008, Tata Busana Jilid 1, Direktorat Pembinaan Sekolah


Menengah Kejuruan, Jakarta.

Hardisurya, Irma, Dkk, 2010, Kamus Mode Indonesia, Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Kennedy, Alicia, 2013, Fashion Design, Refrenced, Rockport Publisher, United


States of Amerika.

Mortimer-dunn, Gloria, 1972, Fashion Design, Sydney, Melbourne, Brisbane,


Perth.

Poespo, Goet, 2000, Aneka Gaun (Dresses), Kanisius, Yogyakarta.

______, 2000, Aneka Lengan Baju dan Manset (Sleeves & Cuffs), Kanisius,
Yogyakarta.

______, 2005, Panduan Membuat Ragam Hias Motif Bordir, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Riyanto, A. Arifah, 2003, Teori Busana, Yayasan Pembangunan Indonesia


Bandung.

______, 2003, Desain Busana, Yayasan Pembangunan Indonesia, Bandung

Schwaab, Catherine, 2011, Let’s Talk About Fashion, Flammarion, S.A, Paris.

79
80

Jurnal :

Dwiyani, Talisa, 2011, Menyelami Refleksi Hubungan Alam dan Ruang Diri,
arsitektur.net, Vol. 5 No. 2, Jakarta.

Makalah :

Fujimoto, Sou, 2013, Werkstatt, The Future of Architecture is Primitive, DBZ 4


DBZ.de, hal. 97, Tokyo.

Putro, Hendro Trieddiantoro, 2014, Teori, Metode, dan Aplikasi oleh Arsitek Sou
Fujimoto, Jakarta: Jurusan Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Website :

www.davidkoma.com
www.archdaily.com/tag/sou-fujimoto
www.bincangdesain.wordpress.com/2016/10/25/sou-fujimoto-ringan-dan-
transparan/
www.anzdoc.com/memahami-gagasan-primitive-future.html
www.academia.edu/29184590/REVIEW_Sou_Fujimoto_Japanese_Architect_?aut
o=download
www.idea.grid.id/index.php/Kabar/White-Tree-Karya-Sou-Fujimoto
LAMPIRAN

81
82

Lampiran 1.1 Logo.

Lampiran 1.2 Name Card Depan.

5.5cm
9cm
Lampiran 1.3 Name Card Belakang.
83

8cm
4cm
Lampiran 1.4 Pricetag.

29cm
42cm
Lampiran 1.5 Paperbag.
84

14,8
Lampiran 1.6 Lookbook.
85
86
87
88
89
90

RIWAYAT HIDUP

Nama : Dwi Mariastuti


Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 03 Maret 1996
Alamat : Jalan Kampung Melayu Kecil 1
Rt.04 Rw.011 No.23 Bukit Duri,
Tebet, Jakarta Selatan.
Telpon / HP : +62896-0784-5730
Email : dwiyas0303.dm@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
2002-2008 SD Negeri Bukit Duri 09
2008-2011 SMP Negeri 71 Jakarta
2011-2014 SMK Negeri 32 Jakarta
2014-2018 Sekolah Tinggi Desain InterStudi

PENGALAMAN BEKERJA
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Santi Butik
Volunteer Indonesia Fashion Week
Volunteer Muslim Fashion Fastival
Volunteer Indonesia International Islamic Fashion and Product
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kami

KEMAMPUAN

Bahasa : Bahasa Inggris


Software Komputer : Microsoft Word
Microsoft Excel
Adobe Photoshop

Anda mungkin juga menyukai