Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN PUSTAKA MODIFIKASI POLISAKARIDA SEBAGAI

SUPERDISINTEGRAN PADA TABLET ODT (ORODISPERSIBLE


TABLETS)
Syahida I’badush Shalihah 1,*, Deny Puriyani Azhary, M.Si.,Apt 2
1,2
Rumpun Bidang Ilmu Farmasetika
Prodi S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung
Jl. Soekarno Hatta No.754, Bandung

Abstrak

Orodispersible Tablets (ODT) atau Fast Dissolving Tablets (FDT) hancur dengan
cepat di lidah pasien atau mukosa bukal, dalam formulasinya superdisintegran
memainkan peran penting dalam proses penghancuran tablet. Kajian pustaka ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh modifikasi polisakarida sebagai
superdisintegran pada ODT. Ekstrak Tamarind seed gum dimodifikasi dengan teknik
karboksilasimetilasi menggunakan natrium hidroksida dingin, monokloroasetat dan
pemanasan pada suhu 70oC kemudian dikompleksasi menggunakan kalsium klorida,
formulasi 7.5% kompleks kalsium Tamarind seed gum menghasilkan waktu
disintegrasi 35±2 detik. Ekstrak pearl millet starch dimodifikasi dengan teknik
hidrolisis menggunakan asam klorida, formulasi 5% modifikasi Pearl millet starch
menghasilkan waktu disintegrasi 82±2 detik. Sedangkan ekstrak Ipomea batatas
starch yang dimodifikasi dengan teknik hidrolisis menggunakan asam sitrat,
menghasilkan waktu disintegrasi 40±0.5 detik pada formulasi 10% modifikasi Ipomea
batatas starch.

Kata kunci: Modifikasi Polisakarida, Superdisintegran, Tamarind seed gum, Pearl


millet starch, Ipomea batatas starch

1. PENDAHULUAN
Rute pemberian obat secara oral adalah rute yang paling banyak digunakan, dapat
diterima secara luas dan memiliki tingkat kepatuhan pasien yang lebih tinggi dibandingkan
rute pemberian obat lain, seperti parenteral. Bentuk sediaan yang paling banyak digunakan
untuk rute pemberian obat secara oral ini adalah tablet. Namun, tablet memiliki kekurangan
untuk beberapa pasien yang mengalami disfagia atau kesulitan dalam menelan (Pawar dkk.,
2014), pasien pediatrik atau anak-anak, pasien geriatrik atau usia lanjut (Suryadevara dkk.,
2017), pasien tidak sadar, dan dalam kondisi darurat yang memerlukan pelepasan obat segera
(Lakshmi, Kumar & Harini, 2017). Untuk memenuhi kebutuhan medis ini dan meningkatkan
kepatuhan pasien, ahli teknologi farmasi telah mengembangkan bentuk sediaan oral baru yang
dikenal sebagai Orodispersible tablet (ODT).
ODT dikenal juga sebagai orally disintegrating tablets, mouth dissolving tablets, fast
dissolving tablets (FDT), rapid melt tablets, rapidly disintegratingtablets, rapid dissolve, fast
melts, quick disintegrating, meltin mouth tablets, porous tablets, dan freeze-dried wafers.
ODT akan hancur dalam saliva hanya beberapa detik tanpa adanya air (Mulagada & Baratam,
2017). Ketika obat ditempatkan di mulut, saliva menembus pori-pori obat dengan cepat tanpa
dilakukannya pengunyahan oleh pasien. Waktu yang diperlukan ODT untuk hancur umumnya
kurang dari 1 menit, dan waktu hancur aktual yang dialami pasien berkisar antara 5 detik
hingga 30 detik (Suryadevara dkk., 2017).
Dalam formulasi ODT, superdisintegran memainkan peran penting dalam
pengahancuran tablet agar tablet dapat hancur lebih cepat. Disintegran pada dasarnya
diperlukan untuk menetralkan efektivitas pengikat tablet dan kekuatan fisik yang digunakan
untuk membentuk tablet. Semakin kuat pengikatnya, semakin efisien kinerja disintegran
untuk menghancurkan tablet. Oleh karena itu, pemilihan disintegran yang sesuai
mempengaruhi pengembangan formulasi tablet (Sadeghi dkk., 2019).
Beberapa disintegran telah diteliti pengaruhnya terhadap mekanisme disintegrasi tablet
seperti turunan selulosa, turunan pati, dan beberapa senyawa sintetis. Beberapa dari
superdisintegran yang sudah ada di pasaran adalah superdisintegran sintetis seperti
croscarmellose sodium (CCS), sodium starch glycolate, crosspovidone, cellulose yang
dimodifikasi, dan L-HPC. Contoh superdisintegrant yang di-coprocess termasuk di antaranya
Ludiflash, Pharmaburst, Modifikasi mannitol, Polacrilin potassium, dan Glucidex IT
(Suryadevara dkk., 2017).
Superdisintegran dari sumber alami memiliki potensi tinggi untuk dieksplorasi karena
tidak memiliki efek samping dari penggunaannya. Zat-zat alami relatif lebih murah, ramah
lingkungan, banyak tersedia di alam, tidak menyebabkan iritasi, dan tidak beracun di alam.
Selain itu, terdapat beberapa keunggulan dibandingkan dengan superdisintegran sintetis,
seperti kemudahan dalam mengisolasi, dan biokompatibilitas (Pawar dkk., 2014). Contoh
superdisintegran alami adalah Gellan gum, Isapghula husk mucilage's, Chikle gum, Locust
bean gum, Lepidium sativum seed mucilage, Tamarind seed gum, Cassia fistula, Jackfruit
seed starch (Dev, Rehal & Prasad, 2018).
Salah satu zat alami yang biasa digunakan berasal dari polisakarida sehingga
biokompatibilitas dan tidak memiliki efek samping. Polisakarida adalah polimer yang berasal
dari alam (hewan, tumbuhan, alga), terdiri dari monosakarida yang dibentuk melalui ikatan
glikosidik dalam konfigurasi α atau β (Majee, Avlani & Biswas, 2016). Polisakarida memiliki
gugus fungsi reaktif dalam struktur kimianya yang memungkinkan untuk dilakukan
modifikasi kimia, seperti gugus hidroksil, amino dan asam karboksilat (Emmanuel, Abu-
Thabit & Ngwuluka, 2018). Polisakarida yang biasa digunakan dalam drug delivery system
sebagai eksipien atau superdisintegran dalam hal ini, adalah gum, mucilago dan pati. Untuk
menggunakan gum, mucilago dan pati sebagai superdisintegran perlu dilakukan modifikasi
karena gum, mucilage dan pati yang digunakan harus memenuhi karakteristik
superdisintegran dan evaluasi tablet ODT agar dapat digunakan. Teknik modifikasi yang
digunakan yaitu teknik carboxymethylation, hidrolisis dll (Pawar, Kamat & Choudhary,
2015). Kajian pustaka ini bertujuan untuk mengetahui cara memodifikasi polisakarida yang
digunakan sebagai superdisintegran yang dapat digunakan untuk merancang system
penghantaran obat baru dari Orodispersible Tablets (ODT).

2. TINJAUAN PUSTAKA
A. Orodispersible Tablets (ODT)
European Pharmacopoeia menggunakan istilah orodispersible tablets yang
didefinisikan sebagai tablet yang tidak dilapisi dimana tablet akan hancur dengan mudah di
mulut dalam waktu kurang dari 3 menit sebelum ditelan. United States Pharmacopoeia juga
telah menyetujui bentuk sediaan ini sebagai orodispersible tablets (Gandhi & Akhtar, 2019).
Orodispersible Tablets (ODT) adalah tablet yang ketika bersentuhan dengan permukaan
mukosa yang lembab dari rongga mulut akan terdispersi dan dengan cepat melepaskan
komponennya tanpa adanya air dan pengunyahan sebelum ditelan (Ibrahim & El-Setouhy,
2010). Tablet akan larut dengan cepat, menghasilkan penyerapan obat yang cepat yang pada
akhirnya memberikan onset kerja yang cepat. Karena penyerapan terjadi langsung dari mulut,
sehingga ketersediaan hayati obat meningkat (Gandhi & Akhtar, 2019).
ODT menawarkan berbagi keuntungan dibandingkan bentuk sediaan konvensional
lainnya, yaitu (Nagar dkk., 2011):
1. ODT dapat diberikan kepada pasien yang tidak dapat menelan tablet / capsul, seperti
orang tua, korban stroke, pasien yang terbaring di tempat tidur, pasien dengan masalah
kerongkongan & pasien yang menolak menelan seperti pasien anak, pasien geriatri &
psikiatri sehingga meningkatkan kepatuhan pasien.
2. Studi tertentu menyimpulkan peningkatan bioavailabilitas dan terbukti obat cepat diserap
mulai dari mulut, faring, & kerongkongan saat pregastric.
3. Risiko chocking atau mati lemas selama pemberian obat oral konvensional karena
obstruksi fisik dapat dihindari, sehingga memberikan peningkatan keamanan.
4. Memiliki stabilitas kimia yang baik seperti bentuk sediaan padat oral konvensional.
5. Onset aksi yang cepat.
6. Tidak perlu mengunyah.
7. Menghindari first pass metabolism.
Berbagai teknologi konvensional dikembangkan untuk mempersiapkan system
penghantaran obat ODT dengan cara freeze drying, spray drying, molding, phase transition
process, melt granulation, sublimasi, mass extraction, cotton candy process dan cetak
langsung. Selain teknologi, formulasi juga mengalami pengembangan agar didapat system
penghantaran obat ODT. Dalam formulasi ODT eksipien memiliki peran penting seperti :
superdisintegrant, perasa, pemanis dan eksipien berbasis gula, surface active agents, pengikat,
pewarna, lubrikan, pengisi (Nagar dkk., 2011). Evaluasi tablet ODT yang dilakukan meliputi:
keseragaman bobot, kekerasan tablet, friability, ketebalan, compressibility (carr’s index),
waktu hancur, laju disolusi, waktu pembasahan, waktu disperse, rasio absorpsi air (Pandey &
Dahiya, 2016).
B. Superdisintegran
Disintegran adalah senyawa yang ditambahkan ke tablet untuk membantu pemecahan
tablet dan kapsul menjadi fragmen yang lebih kecil di lingkungan berair dan membantu
pelepasan zak aktif obat dengan lebih cepat (Mohanachandran, Sindhumol & Kiran, 2011).
Superdisintegran adalah zat yang lebih efektif pada konsentrasi yang lebih rendah dengan
efisiensi disintegrasi lebih besar (Abha & Kaur, 2015). Suatu senyawa dikatakan
superdisintegran jika memenuhi karakteristik ideal dari superdisintegran, seperti (Khairnar
dkk., 2014):
1. Kelarutan dalam air yang buruk dengan kapasitas hidrasi yang baik (karena memiliki
afininitas yang besar terhadap air akan mempengaruhi stabilitas bahan yang sensitif
terhadap kelembaban di bawah kondisi penyimpanan stabilitas dipercepat).
2. Pembentukan gel yang buruk.
3. Memiliki kompresibilitas yang baik.
4. Bersifat inert.
5. Tidak beracun.
6. Memiliki sifat aliran yang baik.
7. Memenuhi persyaratan kuantitas mínimum.
8. Memiliki rasa di mulut yang baik.
Superdisintegran memberikan disintegrasi cepat karena efek gabungan dari
pengembangan dan penyerapan air oleh formulasi. Karena superdisintegran mengembang,
permukaan pembawa yang dibasahi meningkat, hal ini meningkatkan keterbasahan dan
dispersibilitas sistem, sehingga meningkatkan disintegrasi dan disolusi (Khairnar dkk., 2014).
Dengan mekanisme superdisintegran menghancurkan tablet adalah sebagai berikut: swelling,
porosity dan capillary action (wicking), deformasi, particle repulsive forces / due to
disintegrating particle, heat of wetting, reaksi kimia (reaksi asam-basa), dan reaksi enzimatis
(Gandhi & Akhtar, 2019). Karakterisasi superdisintegran meliputi: sudut istirahat, bulk
density dan tapped density, dan hausner’s ratio (Pandey & Dahiya, 2016).
Terdapat dua jenis superdisintegran, yaitu superdisintegran sintetis dan
superdisintegran alami. Superdisintegran yang berasal dari alam dan lebih disukai daripada
zat sintetis karena relatif lebih murah, tersedia secara melimpah, tidak menyebabkan iritasi
dan tidak beracun. Bahan-bahan alami seperti pati, gum dan mucilago telah digunakan secara
luas di bidang farmasi karena ketersediaannya yang mudah, efektivitas biaya, ramah
lingkungan, sifat emolien dan tidak mengiritasi, non-toksisitas, mampu melakukan banyak
modifikasi kimia, berpotensi degradasi dan kompatibel karena berasal dari bahan alami
(Gandhi & Akhtar, 2019). Ada beberapa pati, gum dan mucilago tersedia yang memiliki
aktivitas super disintegran, seperti Tamarind seed gum, Pearl millet starch dan Ipomea
batatas starch.
C. Tamarind seed gum
Polisakarida biji asam jawa yang diperoleh dari biji kernel Tamarindus indica, memiliki sifat
seperti tinggi viskositas, toleransi pH luas, nonkarsinogenisitas, sifat mukoadhesif, dan
biokompatibilitas. Polisakarida biji asam jawa merupakan konstituen biji asam jawa sekitar
65%. Polisakarida ini bercabang dengan rantai utama unit -d-(1,4) glukopiranosil
berhubungan, dan rantai samping yang terdiri dari unit d-Xylopyranosyl tunggal yang
dihubungkan ke setiap unit glukopiranosil kedua, ketiga, dan keempat melalui hubungan -d-
(1,6). Satu unit d-Galatopyranosyl melekat pada salah satu unit xylopyranosyl melalui
hubungan -d-(1,2). Dalam studi polisakarida biji asam jawa yang diperoleh dari bubuk kernel,
asam jawa digunakan dalam formulasi matriks tablet yang mengandung natrium diklofenak
dengan teknik granulasi basah dan dievaluasi untuk mengetahui karakteristik pelepasan
obatnya (Sharma dkk., 2016).
D. Pearl millet starch
Pati adalah komponen utama (55-60%) dari butiran millet mutiara. Pati itu adalah
karbohidrat utama tanaman, yang disimpan sebagai butiran tidak larut dan semikristalin dalam
jaringan penyimpanan (akar, umbi-umbian, biji-bijian) dan terjadi relatif lebih sedikit di
sebagian besar jaringan tanaman vegetatif. daya pengembangan mengukur kapasitas
penampung air pada pemanasan dalam air, diikuti dengan pendinginan, sentrifugasi,
sedangkan kelarutan mencerminkan tingkat disolusi selama pengembangan pati. Daya
pengembangan dan kelarutan dari pati millet mutiara diamati masing-masing 14,1 g / g, dan
10,4% (Sharma & Panesar, 2018).
E. Ipomea batatas starch
Pati adalah komponen yang ditemukan dalam jumlah tertinggi dalam akar SP,
menghadirkan karakteristik fisikokimia yang berbeda dan sifat fungsional yang dihargai.
Kandungan pati dalam akar varietas SP umumnya bervariasi dari 50 - 80%. Pati disusun oleh
dua polimer, yaitu amilosa dan amilopektin, yang hanya dapat dibuktikan setelah pelarutan
dan pemisahan butiran pati (de Albuquerque, Sampaio & de Souza, 2019). Ketika pati
dipanaskan dala air berlebih menyebabkan peningkatan pengembangan dan kelarutan.
Kekuatan pengembangan Ipomea batatas 80 pada suhu 90 oC dan kelarutannya 69% pada
suhu 90 oC (Hoover, 2001).

3. METODE
Dilakukan penelusuran jurnal ilmiah terpublikasi taraf nasional maupun internasional
melalui search engine berupa Scopus, Researchgate, Science Direct, Google Scholar dan
NCBI dengan menggunakan kata kunci berupa Modifikasi Polisakarida, Superdisintegran,
Tamarind seed gum, Pearl millet starch, Ipomea batatas starch.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Tamarind seed gum
Ekstraksi Tamarind seed gum sebagai berikut: Gum diekstraksi dari modifikasi biji
asam jawa. Ekstraksi dilakukan dengan menghancurkan biji-biji asam Jawa dalam alu dan
mortar. Bahan yang hancur kemudian dipindahkan ke beaker 1000 ml dan direbus dalam 500
ml air suling selama 5-6 jam. Setelah sepenuhnya mendidih dari bahan mentah, disaring
menggunakan kain muslin. Filtrat dipekatkan dengan direbus selama 2-3 jam menggunakan
penangas air. Konsentrat kemudian didinginkan dan alkohol ditambahkan sampai terbentuk
endapan. Endapan dipisahkan menggunakan alat penyaringan vakum. Endapan dikeringkan di
bawah sinar matahari.
Gum biji asam jawa dimodifikasi dengan cara karboksimetilasi untuk memperbaiki
sifat hidrofilik dari gum. Gum biji Asam Jawa (1,25% b/v) didispersikan dalam natrium
hidroksida dingin (45% b/b), dengan pengadukan selama 30 menit. Ditambahkan ke dalam 25
ml larutan asam monokloroasetat (45% b/v) dengan pengadukan konstan. Campuran reaksi
kemudian dipanaskan hingga 70 oC dengan pengadukan konstan selama 30 menit.
Didinginkan dan disuspensikan ke dalam endapan metanol CMTG (80% v/v) sehingga
terbentuk filtrat dan dinetralkan dengan asam asetat glasial, diikuti dengan mencuci metanol
(80% v/v), filtrasi, dan dikeringkan dalam oven pada suhu 40 oC.
Biji asam jawa yang sudah dimodifikasi dikompleksasi dengan kalsium klorida untuk
meningkatkan kapasitas pembasahan gum. 2,5 g gum karboksimetil dilarutkan dalam 50 ml
larutan kalsium klorida (5% b/v, 50 ml) dalam air ditambahkan tetes demi tetes ke dalam
campuran larutan gum kalsium klorida dengan pengadukan untuk mendapatkan endapan yang
tebal, seragam dan gelatinasi. Endapan ini berulang kali dicuci dengan air suling untuk
menghilangkan kalsium dan gum yang tidak bereaksi. Pencucian dihentikan ketika filtrat
tidak menghasilkan warna merah setelah menambahkannya ke larutan warna biru dari
kompleks magnesium-EDTA standar yang mengandung larutan indikator Erichrome black T.
Endapan yang dicuci ini dibekukan dan dikeringkan kemudian disaring menggunakan mesh
80.

Tabel 1. Formulasi Tablet dummy menggunakan kompleks kalsium


Tamarind seed gum (TSG)
Bahan (mg/Tablet)
Formulasi Kompleks Sodium starch Magnesium
MCC laktosa Talk
kalsium TSG glycolate stearat
F1 100 43.5 2.5 - 2 2
F2 100 41 5 - 2 2
F3 100 38.5 7.5 - 2 2
F4 100 36 10 - 2 2
F5 100 33.5 12.5 - 2 2
F6 100 43.5 - 2.5 2 2
F7 100 41 - 5 2 2
F8 100 38.5 - 7.5 2 2
F9 100 36 - 10 2 2
F10 100 33.5 - 12.5 2 2

Tabel 2. Parameter pra-kompresi untuk campuran serbuk yang berbeda menggunakan


Gum yang dimodifikasi
No. Bulk density Tapped density Carr’s index Sudut diam Hausner’s ratio
1 0.44 0.47 22.16 29.37 1.43
2 0.39 0.54 23.57 35.13 1.51
3 0.41 0.61 25.42 25.76 1.23
4 0.37 0.43 18.42 38.64 1.36
5 0.46 0.67 16.74 39.8 1.41

Kekerasan semua bets berkisar dari 4,2 hingga 5,4 kg. Kerentanan bervariasi dari
0,69% hingga 1,1%. Keseragaman konten obat adalah 98% hingga 99,94%. Variasi berat juga
dalam batas. Hasil uji disintegrasi menunjukan bahwa F1, F2, F3, F4, F5, F6, F7, F8, F9, dan
F10 memiliki waktu disintegrasi secara berturut-turut 46±2 detik, 44±6 detik, 35±2 detik,
37±5 detik, 37±3 detik, 48±3 detik, 45±8 detik, 41±7 detik, 44±3 detik, 39±2 detik. F1, F2, F3
dan F5 adalah formulasi yang menggunakan kompleks kalsium biji asam jawa menunjukan
disintegrasi yang lebih cepat dibandingkan formulasi F6, F7, F8, F9 dan F10 yang
menggunakan superdisintegran sintetis (sodium starch glycolate) (Dev, Rehal & Prasad,
2018).
B. Pearl millet starch
Ekstraksi Pearl millet starch sebagai berikut: sekitar 2 kg butiran millet kering dicuci
untuk menghilangkan semua bahan asing dan direndam dalam air selama 24 jam. Butiran
yang direndam digiling menjadi pasta menggunakan penggiling listrik. Pasta dicampur
dengan air secukupnya dan kemudian disaring menggunakan kain muslin untuk
menghilangkan sekam gandum. 100 mL NaOH 0,1N ditambahkan untuk memisahkan bahan
pati dan protein dan untuk menetralkan sedikit asam. Kelebihan natrium hidroksida
dihilangkan dengan mencuci beberapa kali dengan air suling. Cairan supernatan yang jernih
kemudian dituang, sementara endapan pati dikumpulkan. Pati yang terkumpul disebar dalam
oven hingga kering pada suhu 40 oC. Gumpalan tepung kering dikecilkan ukurannya menjadi
bubuk halus menggunakan blender.
Kemudian bubuk pati millet kering di modifikasi dengan dihidrolisis menggunakan
asam. Tiga ratus gram (bubuk kering) pati millet dihidrolisis dengan merendam bubuk pati
dalam 600 mL larutan HCl 6% pada 23 ± 1,0 oC selama 8 hari tanpa diaduk. Suspensi yang
terbentuk dinetralkan dengan larutan NaOH 10% b/v, dan bubur pati dicuci lima kali dengan
air suling dan dikeringkan dalam udara panas oven pada suhu 40 oC selama 24 jam. Pati
dihancurkan sampai bubuk dengan ball mill laboratorium dan disaring menggunakan mesh
yang diameternya berukuran 125 μm.

Tabel 3. Formulasi FDT natrium diklofenak


Formulasi (mg/Tablet)
Bahan
A B C D E F
Natrium
50 50 50 50 50 50
diklofenak
Laktosa 55 52 55 52 55 52
Hydroxypropyl
6 6 6 6 6 6
methylcellulose
Sodium starch
3 6 - - - -
glycolate
Pati millet asli - - 3 6 - -
Modifikasi asam
- - - - 3 6
pati millet
Magnesium stearat 3 3 3 3 3 3
Talk 3 3 3 3 3 3
Total 120 120 120 120 120 120
Tabel 4. Parameter pra-kompresi granul natrium diklofenak
Bulk density Tapped density Carr’s index Hausner’s Sudut Laju alir
Formulasi 3 3
(g/cm ) (g/cm ) (%) ratio istirahat (o) (g/dtk)
A 0.50 (0.02) 0.67 (0.03) 20.32 (0.11) 1.26 (0.11) 26.27 (0.11) 5.11 (0.62)
B 0.51 (0.02) 0.61 (0.02) 16.39 (0.10) 1.19 (0.12) 22.22 (0.12) 5.24 (0.10)
C 0.49 (0.05) 0.54 (0.01) 20.53 (0.02) 1.25 (0.11) 30.15 (0.11) 4.30 (0.35)
D 0.51 (0.04) 0.60 (0.01) 17.00 (0.01) 1.20 (0.11) 28.52 (0.11) 4.50 (0.72)
E 0.53 (0.03) 0.64 (0.01) 17.18 (0.02) 1.23 (0.15) 29.13 (0.12) 5.31 (0.82)
F 0.53 (0.02) 0.62 (0.03) 16.64 (0.02) 1.17 (0.11) 26.24 (0.12) 5.96 (0.64)

Tabel 5. Parameter paska-kompresi Tablet natrium diklofenak


Dimensi (mm) Waktu Waktu
Keseragaman Kerapuhan Kekerasan
Formulasi disintegrasi pembasahan
bobot (mg) diameter ketebalan (%) (kp)
(dtk) (dtk)
A 120 (2.00) 6.30 (0.01) 2.48 (0.02) 0.84 (0.10) 6.3 (0.50) 160 (6.50) 105 (3.00)
B 119 (1.10) 6.29 (0.02) 2.45 (0.03) 0.84 (0.08) 6.0 (0.78) 75 (3.50) 62 (4.00)
C 121 (1.20) 6.31 (0.02) 2.51 (0.01) 0.84 (0.03) 6.5 (0.70) 450 (8.50) 180 (5.00)
D 119 (1.00) 6.29 (0.04) 2.45 (0.02) 0.90 (0.01) 6.2 (0.79) 300 (7.00) 140 (4.50)
E 117 (1.00) 6.28 (0.12) 2.45 (0.02) 0.80 (0.05) 4.8 (0.30) 185 (5.40) 110 (4.00)
F 118 (2.20) 6.28 (0.10) 2.45 (0.04) 0.82 (0.05) 4.3 (0.55) 82 (2.00) 73 (2.00)

Gambar 1. Profil disolusi formulasi FDT natrium diklofenak

Pati millet yang dimodifikasi asam menyebabkan waktu disintegrasi yang lebih
pendek dan profil disolusi yang lebih baik bila dibandingkan dengan pati millet asli dalam
formulasi FDT natrium diklofenak. Ini menunjukkan bahwa modifikasi asam memberikan
sifat disintegrasi dan disolusi yang lebih baik ke pati. Pati millet yang dimodifikasi asam juga
memiliki waktu disintegrasi dan perbandingan disolusi yang sebanding dengan sodium starch
glycolate (Eraga, Nwajuobi & Iwuagwu, 2017).
C. Ipomea batatas starch dan Amorphophallus campanulatus starch
Pati (Ipomea batatas starch dan Amorphophallus campanulatus starch) dimodifikasi
dengan dihidrolisis asam sitrat. Modifikasi yang dilakukan menggunakan 2 metode. Metode 1
yaitu dengan cara: Asam sitrat (20 g) dilarutkan dalam 20 mL air, pH larutan disesuaikan
menjadi 3,5 dengan penambahan natrium hidroksida 10 M dan ditambahkan air sampai
volume menjadi 50 mL. Larutan asam sitrat (50 mL) dicampur dengan 50 g pati alami dalam
baki stainless steel selama 16 jam pada suhu kamar (28˚C). Baki kemudian ditempatkan
dalam oven dan dikeringkan pada suhu 60˚C selama 6 jam. Campuran yang diperoleh
ditumbuk dan selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 130˚C selama 2 jam. Campuran
kering dicuci berulang kali dengan air untuk menghilangkan asam sitrat yang tidak bereaksi.
Sitrat pati yang dicuci selanjutnya dikeringkan pada suhu 50˚C untuk menghilangkan
kelembaban. Metode 2 yaitu dengan cara: Pati sitrat dibuat dengan mereaksikan pati dengan
asam sitrat pada suhu tinggi. Ketika asam sitrat dipanaskan, akan mengalami dehidrasi untuk
menghasilkan anhidrida. Sitrat anhidrida kemudian dapat bereaksi dengan pati untuk
membentuk pati sitrat.

Tabel 6. Formulasi ODT levocetirizine dihydrochloride modifikasi pati dan pati asli
Formulasi (mg/Tablet)
Komposisi LISN / LISN / LISN / LISN / LASN / LASN / LASN / LASN /
LISM LISM LISM LISM LASM LASM LASM LASM
levocetirizine
5 5 5 5 5 5 5 5
dihydrochloride
Laktosa 42.25 41 39.75 38.5 42.25 41 39.75 38.5
ISN/ISM 1.25 2.5 3.75 5 1.25 2.5 3.75
5 (10%)
ASN/ASM (2.5%) (5%) (7.5%) (10%) (2.5%) (5%) (7.5%)
PVP K30 1 1 1 1 1 1 1 1
Magnesium
0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
stearat
Talk 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25
Total 50 50 50 50 50 50 50 50
Keterangan : LISN (levocetirizine dihydrochloride + Ipomea batatas starch; Natural), LISM
(levocetirizine dihydrochloride + Ipomea batatas starch; Modifikasi), LASN (levocetirizine
dihydrochloride + Amorphophallus campanulatus starch; Natural) LISM (levocetirizine
dihydrochloride + Amorphophallus campanulatus starch; Modifikasi), ISN (Ipomea batatas
starch; Natural), ISM (Ipomea batatas starch; Modifikasi), ASN (Amorphophallus
campanulatus starch; Natural), ASM (Amorphophallus campanulatus starch; Modifikasi)

Tabel 7. Formulasi modifikasi pati dan pati asli dengan ludeflash sebagai diluen,
dibandingkan dengan crosspovidone (CP)
Formulasi (mg/Tablet)
Komposisi LISNLU / LASNLU /
CP (5%)
LISMLU LASMLU
levocetirizine
5 5 5
dihydrochloride
Laktosa 41 41 41
ISN/ISM
2.5 (5%) 2.5 (5%) 2.5 (5%)
ASN/ASM
PVP K30 1 1 1
Magnesium
0.25 0.25 0.25
stearat
Talk 0.25 0.25 0.25
Total 50 50 50
Keterangan: LISNLU (levocetirizine dihydrochloride + Ipomea batatas starch; Natural;
Ludiflash), LISM (levocetirizine dihydrochloride + Ipomea batatas starch; Modifikasi;
Ludiflash), LASN (levocetirizine dihydrochloride + Amorphophallus campanulatus starch;
Natural; Ludiflash) LISM (levocetirizine dihydrochloride + Amorphophallus campanulatus
starch; Modifikasi; Ludiflash), ISN (Ipomea batatas starch; Natural), ISM (Ipomea batatas
starch; Modifikasi), ASN (Amorphophallus campanulatus starch; Natural), ASM
(Amorphophallus campanulatus starch; Modifikasi)

Sifat fisikokimia dari pati sitrat menunjukan bahwa pati sitrat tidak larut pada semua
pelarut encer dan pelarut organik yang diuji, pH pati sitrat 7.16 dan viskositas 1.10 cps, serta
tidak ada pembentukan gel dan partikel mengembang dari pati sitrat yang dipisahkan dari air.
Sedangkan pati yang tanpa dilakukan modifikasi dengan asam sitrat terbentuk gelatin dan gel.

Tabel 8. Parameter evaluasi ODT levocetirizine dihydrochloride


Waktu Waktu
Keseragaman Kekerasan Ketebalan Kerapuhan Rasio air Keseragaman
Formulasi disintegrasi pembasahan
bobot (mg) (kg/cm2) (mm) (%) terabsorpsi isi (%)
(dtk) (dtk
LISN
49±0.40 2.3±0.12 2.1±0.14 0.01±0.40 120±0.29 75±0.35 20±0.21 98.12±0.81
(2.5%)
LISN
50±0.81 2.2±0.47 2.0±0.13 0.016±0.56 100±0.32 60±0.81 30±0.24 99.24±0.53
(5%)
LISN
50±0.24 2.1±0.16 2.0±0.26 0.07±0.18 80±0.16 37±0.32 34±0.16 99.56±0.31
(7.5%)
LISN
50±0.29 2.4±0.81 2.2±047 0.01±0.40 45±0.43 29±0.16 40±0.16 99.70±0.14
(10%)
LISM
50±0.16 2.4±0.12 1.9±0.12 0.03±0.08 110±0.81 80±0.40 30±0.37 99.08±0.76
(2.5%)
LISM
48±0.29 2.3±0.81 2.0±0.81 0.023±0.08 88±0.58 75±0.24 34±0.81 99.31±058
(5%)
LISM
49±0.81 2.2±0.14 1.9±0.21 0.08±0.08 55±0.29 42±0.48 40±0.21 99.65±0.13
(7.5%)
LISM
50±0.41 2.3±0.94 2.0±0.12 0.04±0.56 40±0.50 35±0.49 50±0.28 99.81±0.11
(10%)
LASN
48±0.53 2.2±0.24 1.9±0.81 0.72±1.05 125±0.48 50±0.65 24±0.40 99.10±0.21
(2.5%)
LASN
50±0.37 2.3±0.14 2.1±0.14 0.06±0.21 75±0.53 45±0.61 30±0.69 99.26±0.71
(5%)
LASN
50±0.48 2.2±0.21 2±0.81 0.08±0.21 56±0.73 35±0.57 36±0.61 99.46±0.69
(7.5%)
LASN
50±0.40 2.2±0.35 1.9±0.29 0.31±0.01 45±0.57 28±0.64 44±0.61 99.69±0.78
(10%)
LASM
50±0.45 2.3±0.81 2±0.16 0.08±0.01 105±0.57 53±0.73 26±0.58 99.13±0.61
(2.5%)
LASM
49±0.61 2.4±0.81 2.2±0.29 0.05±0.04 65±0.77 48±0.88 34±0.65 99.37±0.74
(5%)
LASM
49±0.16 2.3±0.16 2.1±0.35 0.07±1.05 50±0.45 38±0.65 50±0.10 99.56±0.73
(7.5%)
LASM
50±0.10 2.4±0.81 2.2±0.21 0.18±0.04 40±0.65 32±0.61 60±0.50 99.80±0.94
(10%)
CP (5%) 50±0.53 2.3±0.81 2.1±0.43 0.72±1.05 32±0.40 24±0.53 48±0.25 99.82±0.50
LISNLU 49±0.67 2.2±0.12 2.0±0.29 0.19±0.01 45±0.36 38±0.14 42±0.35 99.19±0.68
LISMLU 50±0.25 2.3±0.08 1.9±0.45 0.31±0.01 35±0.58 35±0.28 55±0.57 99.36±0.34
LASNLU 49±0.16 2.2±0.39 2.1±0.69 0.16±1.05 48±0.69 28±0.69 46±0.49 99.64±0.77
LASMLU 50±0.34 2.4±0.75 2.2±0.54 0.45±0.21 38±0.85 26±0.75 60±0.29 99.85±0.88
Keterangan : LISN (levocetirizine dihydrochloride + Ipomea batatas starch; Natural), LISM
(levocetirizine dihydrochloride + Ipomea batatas starch; Modifikasi), LASN (levocetirizine
dihydrochloride + Amorphophallus campanulatus starch; Natural) LISM (levocetirizine
dihydrochloride + Amorphophallus campanulatus starch; Modifikasi), LISNLU (levocetirizine
dihydrochloride + Ipomea batatas starch; Natural; Ludiflash), LISM (levocetirizine
dihydrochloride + Ipomea batatas starch; Modifikasi; Ludiflash), LASN (levocetirizine
dihydrochloride + Amorphophallus campanulatus starch; Natural; Ludiflash) LISM
(levocetirizine dihydrochloride + Amorphophallus campanulatus starch; Modifikasi;
Ludiflash)

Gambar 2. Profil disolusi ODT levocitirizine dihydrochloride dengan metode cetak langsung

Formulasi dengan konsentrasi yang lebih tinggi (10%) dari pati asli dan modifikasi
menunjukkan aktivitas superdisintegrant yang lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi
yang lebih rendah. Formulasi CP5% menunjukkan disintegrasi yang lebih baik. Formulasi
LASMLU menunjukkan 95% pelepasan obat dibandingkan dengan formulasi lain. Pelepasan
obat dari modifikasi pati Amorphophallus campanulatus LASM (10%) atau Ludiflash
(LASMLU) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam pelepasan obat (Lakshmi,
Kumar and Harini, 2017).

5. SIMPULAN
Polisakarida alami yang dimodifikasi seperti Tamarind seed gum, Pearl millet starch
dan Ipomea batatas starch dapat menjadi alternatif superdisintegran untuk pembuatan
orodispersible tablet (ODT). Tamarind seed gum dimodifikasi menggunakan metode
karboksilasimetilasi dan dikompleksasi dengan kalsium klorida, formulasi 7.5% kompleks
kalsium Tamarind seed gum menghasilkan waktu disintegrasi 35±2 detik. Pearl millet starch dan
Ipomea batatas dimodifikasi dengan hidrolisis asam. Modifikasi pati pearl millet dengan
formulasi 5% menghasilkan waktu disintegrasi 82±2 detik. Sedangkan modifikasi pati Ipomea batatas
pada formulasi 10% menghasilkan waktu disintegrasi 40±0.5 detik. Polisakarida yang dimodifikasi
memenuhi parameter karakterisasi serbuk sebagai eksipien dan evaluasi tablet ODT.
DAFTAR PUSTAKA
Abha & Kaur, L. P. (2015) ‘Superdisintegrants: an Arising Exemplar in Orodispersible
Tablets’, International Journal of Drug Research and Tehnology, 5(1), pp. 1–12.
de Albuquerque, T. M. R., Sampaio, K. B. and de Souza, E. L. (2019) ‘Sweet potato roots:
Unrevealing an old food as a source of health promoting bioactive compounds – A
review’, Trends in Food Science and Technology. Elsevier Ltd, 85, pp. 277–286.
Dev, D., Rehal, D. K. & Prasad, D. (2018) ‘PREPARATION AND EVALUATION OF
MODIFIED TAMARIND SEED GUM AS A NOVEL SUPERDISINTEGRANT’,
Journal of Drug Delivery and Therapeutics, 8(5-s), pp. 372–377.
Emmanuel, B. D., Abu-Thabit, N. Y. & Ngwuluka, N. C. (2018) Responsive polyelectrolyte
complexes based on natural polysaccharides for drug delivery applications, Stimuli
Responsive Polymeric Nanocarriers for Drug Delivery Applications, Volume 1.
Elsevier Ltd.
Eraga, S. O., Nwajuobi, V. N. & Iwuagwu, M. A. (2017) ‘Super-disintegrant activity of acid-
modified millet starch in diclofenac tablet formulations’, Journal of Science and
Practice of Pharmacy, 4(1), pp. 161–168.
Gandhi, L. & Akhtar, M. S. (2019) ‘Comparative Study on Effect of Natural and Synthetic
Superdisintegrants in the Formulation of Orodispersible Tablets’, Journal of Drug
Delivery and Therapeutics, 9(2), pp. 507–513.
Hoover, R. (2001) ‘Composition, molecular structure, and physicochemical properties of
tuber and root starches: A review’, Carbohydrate Polymers, 45(3), pp. 253–267.
Ibrahim, H. K. & El-Setouhy, D. A. (2010) ‘Valsartan Orodispersible Tablets: Formulation, In
vitro/In vivo Characterization’, AAPS PharmSciTech, 11(1), pp. 189–196.
Khairnar, D. A. dkk. (2014) ‘Superdisintegrants: An Emerging Paradigm in Orodispersible
Tablets’, International Journal of Biopharmaceutics, 5(2), pp. 119–128.
Lakshmi, P. K., Kumar, D. V. & Harini, K. (2017) ‘Formulation and Evaluation of Oro-
Dispersible Tablets Using Modified Polysaccharides’, Saudi Journal of Medical and
Pharmaceutical Sciences, 3(3), pp. 13–22.
Majee, S. B., Avlani, D. & Biswas, G. R. (2016) ‘Non-starch plant polysaccharides:
Physicochemical modifications and pharmaceutical applications’, Journal of Applied
Pharmaceutical Science, 6(10), pp. 231–241.
Mohanachandran, P. S., Sindhumol, P. G. & Kiran, T. S. (2011) ‘Superdisintegrants: An
overview’, International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research,
6(1), pp. 105–109.
Mulagada, S. & Baratam, S. R. (2017) ‘Design and Evaluation of Ondansetron Fast
Disintegrating Tablets Using Natural Polymers and Modified Starches as Super
Disintegrants for the Enhancement of Dissolution’, Journal of Young Pharmacists,
9(4), pp. 519–524.
Nagar, P. dkk. (2011) ‘Orally disintegrating tablets : Formulation, preparation techniques and
evaluation’, Journal of Applied Pharmaceutical Science, 1(4), pp. 35–45.
Pandey, P. & Dahiya, M. (2016) ‘Oral Disintegrating Tablets: A Review’, International
Journal of Pharma Research & Review, 5(1), pp. 50–62.
Pawar, H. dkk. (2014) ‘Development and evaluation of orodispersible tablets using a natural
polysaccharide isolated from Cassia tora seeds’, Integrative Medicine Research. Korea
Institute of Oriental Medicine, 3(2), pp. 91–98.
Pawar, H. A., Kamat, S. R. & Choudhary, P. D. (2015) ‘An Overview of Natural
Polysaccharides as Biological Macromolecules: Their Chemical Modifications and
Pharmaceutical Applications’, Biology and Medicine, 7(1), pp. 1–9.
Sadeghi, M. dkk. (2019) ‘Leucine-grafted starch as a new superdisintegrant for the
formulation of domperidone tablets’, Journal of Drug Delivery Science and
Technology. Elsevier B.V., 50, pp. 136–144.
Sharma, D. R. dkk. (2016) ‘Herbal gums and mucilage as excipients for Pharmaceutical
Products’, Research Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 8(3).
Sharma, Harish Kumar & Panesar, Parmjit S. (2018) ‘Technologies in Food Processing’, New
Jersey : Apple Academic Press.
Suryadevara, V. dkk. (2017) ‘Studies on jackfruit seed starch as a novel natural
superdisintegrant for the design and evaluation of irbesartan fast dissolving tablets’,
Integrative Medicine Research. Korea Institute of Oriental Medicine, 6(3), pp. 280–
291.

Anda mungkin juga menyukai