Anda di halaman 1dari 74

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Fisika Skripsi Sarjana

2018

Sistem Sensor Kecepatan Angin


Menggunakan Anemometer Model
JL-FS2 Berbasis Mikrokontroler
ATMega328 Untuk Melihat Pengaruh
Kecepatan Angin terhadap Efisiensi
Panel Surya

Pradana, Ilham Sutra


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8322
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
SISTEM SENSOR KECEPATAN ANGIN MENGGUNAKAN
ANEMOMETER MODEL JL-FS2 BERBASIS
MIKROKONTROLER ATMEGA328 UNTUK MELIHAT
PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI
PANEL SURYA

SKRIPSI

ILHAM SUTRA PRADANA


140801079

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SISTEM SENSOR KECEPATAN ANGIN MENGGUNAKAN
ANEMOMETER MODEL JL-FS2 BERBASIS
MIKROKONTROLER ATMEGA328 UNTUK MELIHAT
PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI
PANEL SURYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Sains

ILHAM SUTRA PRADANA


140801079

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN ORISINALITAS

SISTEM SENSOR KECEPATAN ANGIN MENGGUNAKAN


ANEMOMETER MODEL JL-FS2 BERBASIS
MIKROKONTROLER ATMEGA328 UNTUK MELIHAT
PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EFISIENSI
PANEL SURYA

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 24 Agustus 2018

ILHAM SUTRA PRADANA


NIM. 140801079

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Sistem Sensor Kecepatan Angin Menggunakan


Anemometer Model JL-FS2 Berbasis Mikrokontroler
ATMega328 Untuk Melihat Pengaruh Kecepatan
Angin Terhadap Efisiensi Panel Surya
Kategori : Skripsi
Nama : Ilham Sutra Pradana
Nomor Induk Mahasiswa : 140801079
Program Studi : Sarjana Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, 24 Agustus 2018

Ketua Departemen Fisika Pembimbing,


FMIPA USU

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SISTEM SENSOR KECEPATAN ANGIN MENGGUNAKAN
ANEMOMETER JL-FS2 BERBASIS MIKROKONTROLER
ATMEGA328 UNTUK MELIHAT PENGARUH KECEPATAN
ANGIN TERHADAP EFISIENSI PANEL SURYA

ABSTRAK

Telah dirancang suatu sistem sensor kecepatan angin menggunakan anemometer


model JL-FS2 dengan resolusi sampai dengan ±0,1 m/s berbasis mikrokontroler
atmega 328 untuk melihat pengaruh kecepatan angin terhadap efisiensi panel surya.
Sistem ini dilengkapi sensor tegangan (DC 0-25V), sensor arus(DT-Sense Current),
sensor intensitas matahari (BH1750), dan anemometer (JL-FS2). Selain itu juga
dilengkapi dengan sensor – sensor untuk mendeteksi keadaan lingkungan sebagai
data pendukung untuk memperkuat hasil dari penelitian ini. Sensor – sensor bekerja
sesaat sudah dihubungkan dengan PC untuk perekaman (akuisisi) data secara waktu-
nyata menggunakan software PLX-DAQ. Lalu data yang diperoleh diolah sehingga
mendapatkan hubungan antara kecepatan angin dan efisiensi panel surya. Hal ini
dapat dibuktikan dengan pada grafik perbandingan kecepatan angin terhadap
efisiensi panel surya, sehingga menghasilkan garis linear dengan nilai koefisien
regresi ±0,7904 (dalam bidang statistik, semakin tinggi nilai regresi maka semakin
ada kaitannya antara parameter yang dikaitkan). Nilai ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh parameter kecepatan angin terhadap perubahan efisiensi panel surya.
Sehingga didapat pengaruh kecepatan angin terhadap efisiensi panel surya yaitu
semakin tinggi kecepatan angin pada suatu tempat, maka akan semakin tinggi pula
efisiensi panel surya tersebut.

Kata Kunci : Kecepatan Angin, Efisiensi Panel Surya, Sensor, ATMega328,


Akuisisi Data, Anemometer, Kondisi Lingkungan.

ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
WIND SPEED SENSOR SYSTEM USING JL-FS2
ANEMOMETER BASED ON ATMEGA328
MICROCONTROLLER TO SEE WIND SPEED EFFECT ON
SOLAR PANEL EFFICIENCY

ABSTRACT

A wind speed sensor system has been designed using an JL-FS2 model anemometer
with a resolution of up to ± 0.1 m / s based on atmega328 microcontroller to see the
effect of wind speed on the efficiency of solar panels. This system is equipped with
voltage sensors (DC 0-25V), current sensors (DT-Sense Current), solar intensity
sensors (BH1750), and anemometers (JL-FS2). In addition, it is also equipped with
sensors to detect environmental conditions as supporting data to strengthen the
results of this study. Sensors working momentarily have been connected to a PC for
real-time data acquisition using the PLX-DAQ software. Then the data obtained is
processed so as to get the relationship between wind speed and solar panel
efficiency. This can be evidenced by the graph of the comparison of wind speed to
the efficiency of the solar panel, so as to produce a linear line with a regression
coefficient of ± 0.7904 (in the field of statistics, the higher the regression value, the
more there is a connection between the parameters associated). This value indicates
that there is an influence of wind speed parameters on changes in solar panel
efficiency. So that the effect of wind speed on the efficiency of solar panels is
obtained, the higher the wind speed at a place, the higher the efficiency of the solar
panel.

Keywords : Wind speed, Solar Panel Efficiency, Sensor, ATMega328, Data


Acquitition, Anemometer, Environmental Condition.

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN

Puji dan syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyeselesaikan penulisan skripsi dengan judul “Sistem Sensor
Kecepatan Angin Menggunakan Anemometer JL-FS2 Berbasis Mikrokontroler
Atmega328 Untuk Melihat Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Efisiensi Panel
Surya”.
Ucapan terima kasih setulus – tulusnya dan penghargaan setingginya saya
sampaikan kepada Bapak Dr. Tulus Ikhsan Nasution, M. Sc selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan motivasi, ilmu, kesempatan dan dukungan
dalam membimbing penulisan skripsi selama ini. Bapak Prof. Dr. M. Situmorang dan
Bapak Junedi Ginting, S. Si, M. Si, selaku komisi pembanding atas kritik dan saran
yang telah diberikan. Fathurahman, S. Si selaku supervisor di Laboratorium Terpadu
yang telah memberikan banyak pengetahuan, semangat, waktu serta keterampilan
dalam penelitian kepada penulis. Muhammad Balyan S. Si, Ridho Rumansyah dan
Ilfa Husna S. Si sebagai senior yang banyak membantu dalam desain sistem akuisi
data pengujian. Terimaksih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada
Darmansyah Dalimunthe, Khairul Ilham, Andrian Syahputra, Rica Asrosa dan Dara
Azdena selaku teman yang banyak memberikan kontribusi dibidang desain set-up
penelitian. Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada adik-adik yang penulis anggap sebagai adik kandung penulis yaitu
Armansyah Putra, Pardomuan Siregar, Ade Yaksa, Rona Cuana dan Siti Khanifah
atas kebaikan dan kebersamaannya selama ini dan juga bantuannya dalam proses
pembuatan alat, pengujian maupun pengambilan data. Hal yang sama juga
disampaikan kepada rekan-rekan Micro Solar Matic (MSM) Fisika USU dan Ikatan
Mahasiswa Fisika (IMF) USU kebersamaan yang berkesan selama ini. Bapak Dr.
Perdinan Sinuhaji, MS dan Bapak Awan Maghfirah, M.Si selaku ketua program studi
dan sekretaris program studi Fisika FMIPA USU Medan, dekan dan wakil dekan
FMIPA USU, seluruh staf dan dosen program studi fisika FMIPA USU. Akhirnya
terimakasih yang paling setulusnya diucapkan kepada Ibunda Herlinawati, S. Pd, dan
Ayahanda Drs. Agus I. Kuncoro, MM, insan yang senantiasa menyebut nama penulis

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dalam setiap sujud panjangnya, yang tiada henti memberikan dukungan dan
pengorbanan yang tak terkira, juga kepada Dinda Aulia Pratiwi dan Bintang Tri
Nugroho sebagai adik-adik penulis yang sangat berjasa besar dan berkorban dalam
setiap langkah penulis hingga penulis berada di tahap ini. Semoga Allah memberikan
kebaikan dunia dan akhirat atas segala bantuan yang telah diberikan.

Medan, 24 Agustus 2018

Ilham Sutra Pradana

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................................... i


ABSTRAK .................................................................................................................. ii
ABSTRACT ............................................................................................................... iii
PENGHARGAAN ..................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 2
1.2.1 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.2.2 Batasan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4


2.1 Panel Surya ............................................................................................ 4
2.1.1 Rangkaian Ekivalen dan Kurva Karakteristik Sel Surya .............. 5
2.2 Mikrokontroler....................................................................................... 6
2.2.1 ATMega328 .............................................................................. 7
2.2.2 Fitur-fitur ATMega328 ............................................................. 8
2.2.3 Konfigurasi Pin ATMega328 ................................................... 8
2.3 Karakteristik Umum Sensor .................................................................. 9
2.4 Sensor Tegangan DC 0-25 V MH-Electronics ................................... 10
2.4.1 Spesifikasi Sensor Tegangan DC 0-25 V MH-Electronics ..... 10
2.5 Sensor DT-Sense Current .................................................................... 10

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.5.1 Spesifikasi ................................................................................ 11
2.5.2 Tata Letak ................................................................................ 11
2.5.3 Konfigurasi Pin ........................................................................ 11
2.6 Sensor BH1750FVI ............................................................................. 12
2.6.1 Fitur ......................................................................................... 12
2.7 Sensor DS18B20 ................................................................................ 13
2.7.1 Fitur ........................................................................................... 14
2.8 SHT-11 ............................................................................................... 15
2.9 Sensor Anemometer Model JL-FS2 ................................................... 16
2.9.1 Spesifikasi............................................................................... 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 18


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 18
3.2 Peralatan dan Bahan Penelitian ........................................................ 18
3.2.1 Peralatan ............................................................................... 18
3.2.2 Bahan dan Komponen .......................................................... 18
3.3 Diagram Blok ................................................................................... 19
3.3.1 Penjelasan Fungsi Tiap Blok Dari Diagram Blok ................ 20
3.4 Rangkaian Ekivalen ......................................................................... 20
3.5 Rangkaian Antarmuka FTDI FT232RL ........................................... 21
3.6 Rangkaian Antarmuka Sensor Tegangan DC 0-25V ....................... 22
3.7 Rangkaian Antarmuka Sensor DT-Current Sense............................ 22
3.8 Rangkaian Antarmuka Sensor BH1750FVI dan Sensor BMP085 ... 23
3.9 Rangkaian Antarmuka Sensor DS18B20 ......................................... 23
3.10 Rangkaian Antarmuka Sensor SHT11 .............................................. 24
3.11 Rangkaian Antarmuka Anemometer Model JL-FS2 ........................ 24
3.12 Rangkaian Keseluruhan .................................................................... 24
3.13 Flowchart .......................................................................................... 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 27


4.1 Pengujian Komunikasi Serial ........................................................... 27
4.2 Pembacaan Sensor Tegangan DC 0-25V ......................................... 27

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.3 Pembacaan Sensor DT-Sense Current ............................................. 28
4.4 Pembacaan Sensor BH1750FVI ....................................................... 29
4.5 Pembacaan Sensor DS18B20 ........................................................... 30
4.6 Pembacaan Sensor Anemometer Model JL-FS2.............................. 31
4.7 Pengujian Alat .................................................................................. 32
4.8 Rangkuman Pengambilan Data Selama 10 Hari .............................. 43
4.9 Perbandingan Radiasi Matahari Dengan Kecepatan Angin ............. 43
4.10 Perbandingan Radiasi Matahari Dengan Efisiensi Panel Surya ....... 44
4.11 Perbandingan Suhu Lingkungan Dengan Efisiensi Panel Surya...... 45
4.12 Perbandingan Kecepatan Angin Dengan Efisiensi Panel Surya ...... 45

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 47


5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 47
5.2 Saran................................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 50

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Nomor
Judul Halaman
Table
4.1 Rangkuman Pengambilan Data Selama 10 Hari 43

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Nomor
Judul Halaman
Gambar
2.1 Hirarki Modul Sel Surya 4
2.2 Rangkaian Ekivalen Sel Surya 5
2.3 Kurva Karakteristik Sel Surya 6
2.4 Konfigurasi Pin ATMega328 9
2.5 Sensor Tegangan DC 0-25V MH Electronics 10
2.6 Skema Sensor DT-Sense Current 11
2.7 Konfigurasi Pin Sensor DT-Sense Current 11
2.8 Sensor BH1750FVI 12
2.9 Sensor DS18B20 14
2.10 Konfigurasi Pin Sensor DS18B20 14
2.11 Konfigurasi Chip Sensor SHT11 16
2.12 Sensor Anemometer Model JL-FS2 17
3.1 Diagram Blok 19
3.2 Rangkaian Ekivalen Panel Surya yang digunakan 20
3.3 FTDI FT232RL dan Konfigurasi Pin 21
3.4 Rangkaian Antarmuka FTDI to Mikrokontroler 22
3.5 Rangkaian Antarmuka Sensor Tegangan DC 0-25 V 22
3.6 Rangkaian Antarmuka DT-Current Sense 23
Rangkaian Antarmuka Sensor BH1750FVI dan Sensor
3.7 23
BMP085
3.8 Rangkaian Antarmuka Sensor DS18B20 23
3.9 Rangkaian Antarmuka Sensor SHT11 24
3.10 Rangkaian Antarmuka Sensor 24
3.11 Rangkaian Keseluruhan 25
3.12 Flowchart 26
4.1 Grafik Pembacaan Sensor Tegangan DC-0-25V pada Baterai 27

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Aki 12V
Grafik Pembacaan Sensor DT Sense Current Menggunakan
4.2 28
Baterai Aki 12 V
Grafik Pembacaan Sensor BH1750FVI dengan Pembanding
4.3 29
Solar Power Meter
4.4 Grafik Pembacaan Sensor BH1750FVI Setelah Kalibrasi 30
4.5 Grafik Pembacaan Sensor DS18B20 dengan Media Air Panas 31
Grafik Pembacaan Sensor Anemometer Model JL-FS2
4.6 32
dengan Media Kipas Angin
4.7 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-1 33
4.8 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-2 34
4.9 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-3 35
4.10 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-4 36
4.11 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-5 37
4.12 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-6 38
4.13 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-7 39
4.14 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-8 40
4.15 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-9 41
4.16 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-10 42
Grafik Perbandingan Radiasi Sinar Matahari Dengan
4.17 43
Kecepatan Angin
Grafik Perbandingan Radiasi Sinar Matahari Dengan
4.18 44
Efisiensi Panel Surya
Grafik Perbandingan Suhu Lingkungan Dengan Kecepatan
4.19 45
Angin
Grafik Perbandingan Kecepatan Angin Dengan Efisiensi
4.20 45
Panel Surya

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi matahari merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang sangat
menjanjikan karena ketersediaannya yang melimpah (S. Chander, 2015). Energi
matahari sampai pada permukaan bumi melalui beberapa mekanisme yang mana
selain dipantulkan dan dihambukan, energi surya yang sampai dipermukaan bumi
diserap dan disimpan oleh beberapa material bumi, contohnya pengembangan
material bumi untuk menangkap energi radiasi matahari dan dikonversi menjadi
energi listrik yang disusun dalam modul-modul. Radiasi energi matahari yang
dihamburkan ke permukaan bumi (berupa foton) ditangkap sel surya dan
dikonversikan menjadi energi listrik bersih (ramah lingkungan). Sel surya juga
merupakan pemanfaatan bentuk energi terbarukan (renewable energy) dalam bentuk
praktis dan sumber energi alternatif karena beberapa hal. Diantaranya: sistem
fotovoltaik tidak membutuhkan bahan bakar, instalasi mudah, konstruksi yang
sederhana, mudah pemeliharaannya, umur operasinya yang relatif lebih lama dan
ramah lingkungan (chander, et. al., 2015).
Dari segi ekonomi, panel surya masih tergolong mahal. Baik dari panel surya
solar charge controller, inverter, baterai, serta mahal dalam biaya pemasangan atau
instalasi awal. Akan tetapi, untuk waktu jangka panjang, panel surya termasuk
menguntungkan karena tidak membutuhkan bahan bakar untuk dapat beroperasi,
instalasi yang mudah, konstruksi yang sederhana, umur operasi yang tergolong lama
dan energy yang dihasilkan bersifat ramah lingkungan.
Dilain sisi, efisiensi panel surya rentan terpengaruh dengan perubahan
keadaan lingkungan (S. Chander, 2015). Perubahan keadaan lingkungan yang
disebabkan oleh parameter-parameter seperti suhu (J. Zaraket, 2017) akan
mempengaruhi produksi listrik yang dihasilkan oleh panel surya (A. Vasel et. al.,
2017). Dimana kenaikan suhu pada lingkungan dapat menurunkan nilai dari tegangan
listrik keluaran panel surya (A.Vasel, 2017). Sehingga penting untuk lebih mengkaji

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

pengaruh-pengaruh yang disebabkan paramet-parameter diatas agar dapat


meningkatkan efisiensi dari panel surya.
Telah banyak observasi yang telah dilakukan agar mendapatkan efek atau
pengaruh dari parameter-parameter keadaan lingkungan terhadap efisiensi panel
surya. Dimana parameter yang telah banyak diulas, antara lain suhu, kelembaban,
dan arah angin terhadap efisiensi dari panel surya. Akan tetapi, Parameter seperti
kecepatan angin belum banyak diulas pengaruhnya terhadap efisiensi panel surya .
Dalam penelitian ini, dilakukan pengamatan tentang pengaruh kecepatan
angin terhadap efisiensi panel surya. Sehingga dilakukan penelitian dengan judul
“Sistem Sensor Kecepatan Angin Menggunakan Anemometer Model JL-FS2
Berbasis Mikrokontroler Atmega328 Untuk Melihat Pengaruh Kecepatan
Angin Terhadap Efisiensi Panel Surya”.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana merancang suatu sistem sensor kecepatan angin yang akurat
dan mendapatkan data yang reliable.
2. Bagaimana menampilkan akuisisi data yang sistematis (database) secara
real-time.
3. Bagaimana menampilkan pengaruh kecepatan angin terhadap efisiensi
panel surya dalam bentuk grafik perbandingan.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk merancang suatu sistem sistem sensor kecepatan angin yang akurat
dan mendapatkan data yang reliable.
2. Untuk menampilkan sistem akuisisi data yang sistematis (database) secara
real-time.
3. Untuk menampilkan pengaruh kecepatan angin terhadap efisiensi panel
surya dalam bentuk grafik perbandingan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

1.4 Batasan masalah


1. Panel surya yang digunakan yaitu panel surya 20 Watt dengan ukuran
45x38 cm
2. Parameter utama yang dibahas antara lain efisiensi panel surya, intensitas,
dan kecepatan angin.
3. Parameter pendukung antara lain suhu permukaan panel surya, suhu
lingkungan, kelembaban lingkungan, dan tekanan udara lingkungan.
4. Mikrokontroler yang digunakan adalah ATMega328.
5. Sensor yang digunakan yaitu sensor sensor arus dt-sense, sensor tegangan
DC 0-25 V MH-Electronics, sensor BH1750FVI (sensor intensitas
matahari), sensor DS18B20 (sensor suhu permukaan panel), SHT11
(Sebagai sensor suhu dan kelembaban), sensor BMP085 (sensor tekanan
udara) dan sensor kecepatan angin model JL-FS2.
6. Lokasi pengambilan data pengukuran dilakukan disekitar Kampus
Universitas Sumatera Utara.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Studi ini dilakukan untuk menghasilkan hubungan antara kecepatan
angin dengan efisiensi panel surya.
2. Keberhasilan penelitian ini dapat membantu dalam memperkirakan
lingkungan yang tepat untuk instalasi listrik tenaga surya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Panel Surya


Konversi energi dari cahaya matahari menjadi energi listrik dilakukan oleh
komponen yang disebut sel photovoltaic (sel PV). Sel PV pada dasarnya
semikonduktor dioda yang memiliki sambungan P-N. Dalam semikonduktor ini
terbentuk tiga daerah berbeda, yaitu daerah tipe P, N dan pengosongan (deplesi).
Pada daerah tipe P mayoritas pembawa muatannya adalah hole, sedangkan pada
daerah tipe N mayoritas pembawa muatan adalah elektron. Daerah deplesi memiliki
medan listrik internal dengan arah dari N ke P. Saat radiasi matahari mengenai sel
surya maka akan terbentuk elektron dan hole. Karena pengaruh medan listrik internal
pada daerah deplesi maka menyebabkan hole bergerak menuju daerah P dan elektron
bergerak menuju daerah N. Perpindahan hole dan elektron ini menghasilkan arus
yang disebut arus fotodifusi. Selain itu pada daerah deplesi dapat pula terjadi
pasangan hole dan elektron karena pengaruh medan yang sama yang akan bergerak
menuju ke arah mayoritasnya, sehingga menghasilkan arus generasi. Pada
aplikasinya, tenaga listrik yang dihasilkan oleh satu modul sel surya masih cukup
kecil, maka dalam pemanfaatannya beberapa modul digabungkan 9 dengan cara
hubungan seri maupun paralel yang disebut array. Bentuk array ini yang banyak
diaplikasikan untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Hirarki modul sel surya
ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Hirarki Modul Sel Surya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

Rumus untuk menghitung efisiensi panel surya antara lain :

Vmpp . Impp
FF =
Voc .Isc

Voc . Isc . FF
ɳ=
Ir . A

Dimana :ɳ = efisiensi panel surya (%)


Voc = Tegangan Open Circuit (V)
Isc = Arus Short Circuit (A)
Vmpp = Tegangan Maksimum (V)
Impp = Arus Maksimum (A)
FF = Faktor Pengisian
Ir = Radiasi Sinar Matahari (W/m2)
A = Luas Permukaan Panel Surya (m2)

2.1.1 Rangkaian Ekivalen dan Kurva Karakteristik Sel Surya


Dalam hal ini rangkaian ekivalen digunakan untuk mendapatakan Voc
(tegangan open circuit), Isc (arus short ciruit), Vmpp (tegangan maksimum), Impp
(arus maksimum), FF (factor pengisian), dan ɳ (efisiensi) dari panel surya.
Rs
Diode

Rsh

PV

Gambar 2.2 Rangkaian Ekivalen Sel Surya


Sel surya memiliki kurva karakteristik yang menunjukkan hubungan antara arus
dengan tegangan keluaran (kurva I-V) dan daya dengan tegangan keluaran sel surya
(kurva P-V). Kurva ini ditunjukan pada Gambar 2.3 berikut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Gambar 2.3 Kurva Karakteristik Sel Surya


Pada saat keluaran sel surya tidak terhubung dengan beban (open cicuit) maka tidak
ada arus yang mengalir dan tegangan pada sel berada pada nilai maksimum, disebut
tegangan open circuit (Voc). Pada keadaan lain, saat keluaran sel surya dihubung
singkatkan (short cicuit) maka arus bernilai maksimum, yang disebut arus short
circuit (Isc). Selain itu terdapat nilai daya maksimum (Pmp) yang dapat dihasilkan
pada saat tegangan maksimum (Vmp) dan arus maksimum (Imp). Titik dimana nilai
arus dan tegangan pada titik yang menghasilkan daya terbesar disebut dengan
Maximum Power Point (MPP).

2.2 Mikrokontroler
Menurut sudjadi (2005) mikrokontroler adalah piranti elektronik berupa IC
(Integrated Circuit) yang memiliki kemampuan manipulasi data (informasi)
berdasarkan suatu urutan instruksi (program) yang dibuat oleh programmer.
Mikrokontroler atau kadang dinamakan pengontrol tertanam(embeddedcontroller)
adalah suatu sistem yang mengandung masukan atau keluaran, memori, dan prosesor
yang digunakan pada produk seperti mesin cuci, pemutar video, mobil dan telepon.
Pada prinsipnya, Mikrokontroler adalah sebuah komputer berukuran kecil yang dapat
digunakan untuk mengambil keputusan, melakukan hal-hal bersifat berulang dan
dapat berinteraksi dengan peranti-peranti eksternal, seperti sensor ultrasonik untuk
mengukur jarak terhadap suatu objek, penerima GPS untuk memperoleh data posisi
kebumian dari satelit dan motor untuk mengontrol gerak pada robot. Sebagai
komputer yang berukuran kecil, Mikrokontroler cocok diaplikasikan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

bendabenda yang berukuran kecil, misalnya pengendali pada robot (Kadir, A.


2015).
Agar sebuah mikrokontroler dapat berfungsi, maka mikrokontroler tersebut
memerlukan komponen eksternal yang kemudian disebut dengan sistem minimum.
Untuk membuat sistem minimal paling tidak dibutuhkan sistem clock dan reset,
walaupun pada beberapa mikrokontroler sudah menyediakan sistem clock internal,
sehingga tanpa rangkaian eksternal pun mikrokontroler sudah beroperasi. Yang
dimaksud dengan sistem minimal adalah sebuah rangkaian mikrokontroler yang
sudah dapat digunakan untuk menjalankan sebuah aplikasi. Sebuah IC
mikrokontroler tidak akan berarti bila hanya berdiri sendiri. Pada dasarnya sebuah
sistem minimal mikrokontroler AVR memiliki prinsip yang sama. Dimana
mikrokontroler yang digunakan adalah mikrokontroler atmega 328 sebagai
pengendalinya (Agung R 2012).

2.2.1 Atmega 328


ATMega328 adalah mikrokontroler CMOS (Complement Metal Oxide
Semiconductor) 8-bit berarsitektur AVR RISC (Alf and Vegard’s Risc Processor)
yang memiliki 32 Kbyte in-System Programmable Flash. ATmega328 / P
menyediakan beberapa fitur berikut: 32Kbytes In-System Programmable Flash with
Kemampuan Read-While-Write, 1Kbytes EEPROM, 2Kbytes SRAM, 23 garis I / O
umum, 32 register kerja umum, Real Time Counter (RTC), tiga Timer / Counter
fleksibel dengan perbandingan mode dan PWM, 1 ASARTs terprogram, 1 byte
berorientasi 2-wire Serial Interface (I2C), 6- channel 10-bit ADC (8 saluran dalam
paket TQFP dan QFN / MLF), sebuah Watchdog Timer yang dapat diprogram
dengan Oscillator internal, port serial SPI, dan enam mode penghematan daya
perangkat yang dapat dipilih. Idle mode menghentikan CPU sambil membiarkan
SRAM, Timer / Counters, port SPI, dan sistem interupsi terus berfungsi Mode
Power-down menyimpan isi register tapi membekukan Oscillator, Menonaktifkan
semua fungsi chip lainnya sampai penyuntingan atau penyetelan ulang berikutnya.
Dalam mode Hemat daya, Asynchronous timer terus berjalan, memungkinkan
pengguna untuk mempertahankan basis timer sementara sisanya perangkat sedang
tidur Mode Pengurang Kebisingan ADC menghentikan CPU dan semua modul I / O

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

kecuali asynchronous timer dan ADC untuk meminimalkan kebisingan switching


selama konversi ADC. Dalam mode Standby, osilator kristal / resonator sedang
berjalan sementara sisa perangkat sedang tidur. Hal ini memungkinkan start up yang
sangat cepat dikombinasikan dengan konsumsi daya rendah. Dalam mode Extended
Standby, baik osilator utama maupun Asynchronous timer terus berjalan.

2.2.2 Fitur ATmega 328


- Kinerja Tinggi, Daya Rendah
- Arsitektur RISC Lanjutan
- 131 Instruksi yang Kuat
- Sebagian besar Eksekusi Siklus Jam Tunggal
- 32 x 8 General Purpose Work Register
- Operasi Statis Penuh
- Sampai 20 MIPS Throughput di 20MHz
- On-chip 2-cycle Multiplier

- Segmen Memori Ketangguhan Daya Ketangguhan yang Tinggi


- 32KBytes program Flash Self-Programmable Program
Ingatan
- 1KBytes EEPROM
- 2kbytes internal SRAM
- Write / Erase Cycles: 10.000 Flash / 100.000 EEPROM
- Retensi Data: 20 tahun pada 85 ° C / 100 tahun pada suhu 25 ° C (1)
- Bagian Kode Basis Opsional dengan Kunci Kunci Independen

2.2.3 Konfigurasi Pin Atmega 328


Mikrokontroler ATMega328 memiliki 3 buah PORT utama yaitu PORTB,
PORTC, dan PORTD dengan total pin input/output sebanyak 23 pin. PORT tersebut
dapat difungsikan sebagai input/output digital atau difungsikan sebagai periperal
(Datasheet ATMega 328P, 2016) lainnya dapat dilihat pada gambar 2.1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

Gambar 2.4 Konfigurasi Pin ATMega328

2.3 Karakteristik Umum Sensor


Sensor memiliki beberapa karakteristik umum dalam mendeteksi suatu
besaran, adapun karakteristik umum tersebut meliputi: respon, sensitivitas,
repeatabilitas, reprodusibilitas, reprodusibilitas, stabilitas, waktu pemulihan dan
umur hidup sensor.
Respon sensor dapat diartikan sebagai kemampuan sensor untuk
membedakan suatu materi atau isi yang dipaparkan kepadanya (Ikhsan et al, 2013).
Sensitivitas sensor dapat diartikan sebagai kemampuan sensor untuk merasakan
lingkungan yang berbeda yang diperlihatkan dengan nilai respon (dalam bentuk
tegangan listrik) yang berbeda (mustaffa et al, 2014). Repeatabiltas sensor dapat
diartikan sebagai kemampuan sensor untuk mencapai nilai yang sama saat sensor
yang sama dipaparkan kembali dengan suatu unsur atau materi yang sama (Mustaffa
et al, 2014). Reprodusibilitas sensor dapat diartikan sebagai kemampuan sensor
untuk menghasilkan respon atau kemampuan yang sama pada setiap pendeteksian
suatu unsur atau materi dengan menggunakan sensor dengan sensor dengan bahan
dan komposisi yang sama (Melly, 2014). Stabilitas sensor dapat diartikan sebagai
kemampuan sensor untuk dapat secara konsisten memberikan nilai respon yang sama
tanpa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar (Melly, 2014). Waktu pemulihan
dapat diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan sensor untuk kembali berada pada
nilai awal (Ikhsan et al, 2013). Umur hidup sensor dapat diartikan sebagai
kemampuan sensor untuk mendeteksi suatu unsur atau materi dengan jangka waktu
tertentu (Melly, 2017).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

2.4 Sensor Tegangan DC 0-25 V MH-Electronics


Sebuah modul sederhana namun sangat berguna yang menggunakan pembagi
potensial untuk mengurangi tegangan masukan apa pun dengan faktor 5. Ini
memungkinkan Anda untuk menggunakan input analog dari mikrokontroler untuk
memantau tegangan yang jauh lebih tinggi daripada yang mampu dirasakannya.
Misalnya dengan rentang input analog 0-5V Anda dapat mengukur tegangan hingga
25V. Modul ini juga mencakup terminal sekrup yang nyaman untuk koneksi kawat
yang mudah dan aman.

Gambar 2.5 Sensor Tegangan DC 0-25 V MH-Electronics

2.4.1 Spesifikasi
Rasio pembagi : 5: 1
Toleransi resistor : 1%
Tegangan input maksimum : 25V
Nilai Resistor : 30K / 7.5K Ohm

2.5 Sensor DT-Sense Current


DT-Sense Current Sensor adalah sensor modul arus yang mengunakan sensor
IC linier berdasarkan Hall-Effect ACS712 produksi Allegro. Sensor ini dapat
digunakan untuk mengukur arus AC atau DC. Untuk modul DT-SENSE dengan tipe
dengan OpAmp, telah ditambahkan tegangan OpAmp yang dapat ditingkatkan dan
dapat lebih baik. Sensor saat ini adalah aplikasi-aplikasi di bidang industri,
komersial, dan komunikasi. Contoh aplikasinya antara lain untuk sensor kontrol
motor, deteksi dan manajemen penggunaan daya, sensor untuk switch-mode power
supply, sensor proteksi terhadap arus lebih, dan lain sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

2.5.1 Spesifikasi
1. Berbasis ACS712 dengan fitur:
• Rise time output : 5 µs.
• Bandwidth sampai dengan : 80 kHz.
• Total kesalahan output 1,5% pada suhu kerja TA : 25°C.
• Tahanan konduktor internal : 1,2 mΩ.
• Tegangan isolasi minimum antar pin : 2,1 kVRMS
• Sensitivitas output : 185 mV/A.
• Mampu mengukur arus AC atau DC hingga : 5 A.
• Tegangan output proporsional terhadap input arus AC atau DC.
2. Tegangan kerja 5 VDC.
3. Dilengkapi dengan OpAmp untuk menambah sensitivitas output (untuk tipe With
OpAmp).

2.5.2 Tata Letak

Gambar 2.6 Skema Sensor DT-Sense Current

2.5.3 Konfigurasi Pin

Gambar 2.7 Konfigurasi Pin Sensor DT-Sense Current

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

2.6 Sensor BH1750FVI


BH1750FVI adalah Digital Ambient Light Sensor IC untuk antarmuka bus
I2C. IC ini adalah yang paling cocok untuk mendapatkan data cahaya ambient untuk
menyesuaikan LCD dan kekuatan backlight Keypad ponsel. Adalah mungkin untuk
mendeteksi jangkauan luas pada resolusi tinggi. (1 - 65535 lx).
BH1750FVI adalah Digital Ambient Light Sensor IC untuk antarmuka bus
I2C. IC ini adalah yang paling cocok untuk mendapatkan data cahaya ambient untuk
menyesuaikan LCD dan kekuatan backlight Keypad ponsel. Adalah mungkin untuk
mendeteksi jangkauan luas pada resolusi tinggi. (1 - 65535 lx).
BH1750FVI dimungkinkan untuk mengubah sensitivitas sensor. Dan
dimungkinkan untuk membatalkan pengaruh jendela optik (perbedaan dengan / tanpa
jendela optik) dengan menggunakan fungsi ini. Penyesuaian dilakukan dengan
mengubah waktu pengukuran. Misalnya, ketika tingkat transmisi jendela optik adalah
50% (hasil pengukuran menjadi 0,5 kali jika jendela optik diatur), pengaruh jendela
optik diabaikan dengan mengubah sensitivitas sensor dari default menjadi 2 kali
Sensitivitas sensor berubah dengan mengubah nilai MTreg (pengukuran waktu
regisiter). Nilai MTreg harus ditetapkan 2 kali jika target sensitivitas sensor adalah 2
kali. Waktu pengukuran juga ditetapkan 2 kali ketika nilai MTreg diubah dari default
menjadi 2 kali.

Gambar 2.8 Sensor BH1750FVI

2.6.1 Fitur

1. Antarmuka Bus I2C (Dukungan f / s Mode)

2. Tanggung jawab spektral adalah tanggapan mata manusia


3. Penerangan ke Konverter Digital

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

4. Berbagai macam dan resolusi tinggi. (1 - 65535 lx)

5. Arus Rendah oleh fungsi power down


6. 50Hz / 60Hz Suara-menolak cahaya fungsi.
7. Antarmuka input Logika 1.8V.
8. Tidak perlu bagian luar.
9. Ketergantungan sumber cahaya sedikit. (ex. Lampu Pijar. Lampu Fluoresen.
Lampu Halogen. Lampu LED Putih. Sinar Matahari).
10. Anda dapat memilih 2 jenis alamat slave I2C.
11. Hasil pengukuran yang dapat disesuaikan untuk pengaruh jendela optik
(Memungkinkan untuk mendeteksi min. 0,11 lux, maks. 100000 lux dengan
menggunakan fungsi ini).
12. Variasi ukuran kecil (+/- 20%).
13. Pengaruh infra merah sangat kecil.

2.7 Sensor DS18B20


DS18B20 Digital Thermometer menyediakan 9 hingga 12-bit (dapat
dikonfigurasi) pembacaan suhu yang menunjukkan suhu perangkat. Informasi
dikirim ke / dari DS18B20 melalui antarmuka 1-Wire, sehingga hanya satu kabel
(dan ground) yang perlu dihubungkan dari mikroprosesor pusat ke DS18B20.
Kekuatan untuk membaca, menulis, dan melakukan konversi suhu dapat diturunkan
dari jalur data itu sendiri tanpa memerlukan sumber daya eksternal.
Karena setiap DS18B20 berisi nomor seri silikon yang unik, beberapa
DS18B20s bisa ada di bus 1-Wire yang sama. Ini memungkinkan untuk
menempatkan sensor suhu di berbagai tempat. Aplikasi di mana fitur ini berguna
termasuk kontrol lingkungan HVAC, merasakan suhu di dalam gedung, peralatan
atau mesin, dan pemantauan dan kontrol proses.
Perangkat memperoleh dayanya dari jalur komunikasi 1-Wire dengan
menyimpan energi pada kapasitor internal selama periode waktu ketika garis sinyal
tinggi dan terus beroperasi dari sumber daya ini selama waktu rendah dari jalur 1-
Wire sampai kembali tinggi untuk mengisi pasokan parasit (kapasitor). Sebagai
alternatif, DS18B20 juga dapat ditenagai dari suplai eksternal 3 - 5.5 volt.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Gambar 2.9 Sensor DS18B20

Gambar 2.10 Konfigurasi Pin Sensor DS18B20

2.7.1 Fitur
 Antarmuka 1-Wire yang unik hanya membutuhkan satu pin port untuk
komunikasi
 Kemampuan Multidrop menyederhanakan aplikasi penginderaan suhu
terdistribusi
 Tidak membutuhkan komponen eksternal
 Dapat didukung dari jalur data. Rentang catu daya adalah 3.0V hingga 5.5V
 Daya siaga nol diperlukan
 Mengukur suhu dari -55 ° C hingga + 125 ° C. Fahrenheit setara dengan -67 °
F hingga + 257 ° F
 ± 0,5 ° C akurasi dari -10 ° C hingga + 85 ° C
 Resolusi termometer diprogram dari 9 hingga 12 bit
 Mengubah suhu 12-bit menjadi kata digital dalam 750 ms (maks.)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

 Pengaturan alarm temperatur yang dapat berubah-ubah dan dapat ditentukan


oleh pengguna
 Perintah pencarian alarm mengidentifikasi dan alamat perangkat yang
suhunya berada di luar batas yang diprogram (kondisi alarm suhu)
 Aplikasi termasuk kontrol termostatik, sistem industri, produk konsumen,
termometer, atau sistem sensitif termal

2.8 Sensor SHT-11


SHT1x (termasuk SHT10, SHT11 dan SHT15) adalah Keluarga Sensirion
dengan kelembaban relatif tinggi dan sensor suhu. Sensor mengintegrasikan sensor
elemen ditambah pemrosesan sinyal pada cetakan kaki mungil dan menyediakan
output digital yang dikalibrasi sepenuhnya. Unik Elemen sensor kapasitif digunakan
untuk mengukur relatif kelembaban sementara suhu diukur dengan celah pita sensor.
Jaminan teknologi CMOSens® yang diterapkan keandalan yang sangat baik dan
stabilitas jangka panjang. Kedua sensor itu digabungkan dengan mulus ke analog
14bit ke digital konverter dan rangkaian antarmuka serial. Ini menghasilkan kualitas
sinyal yang superior, waktu respon yang cepat dan tidak peka terhadap gangguan
eksternal (EMC). Setiap SHT1x dikalibrasi secara individual dengan presisi ruang
kelembaban. Koefisien kalibrasi adalah diprogram ke memori OTP pada chip. Ini
Koefisien digunakan untuk mengkalibrasi sinyal secara internal dari sensor
Antarmuka serial 2 kawat dan internal Regulasi tegangan memungkinkan sistem
yang mudah dan cepat integrasi. Ukurannya mungil dan konsumsi daya rendah
membuat SHT1x menjadi pilihan utama bahkan untuk yang paling menuntut aplikasi
SHT1x disertakan dalam LCC yang dapat dipasang di permukaan (tanpa timbal Chip
Carrier) yang disetujui untuk standar reflow proses solder. (Datasheet SHT-10, 2011)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Gambar 2.11 Konfigurasi Chip Sensor SHT11

2.9 Sensor Anemometer Model JL-FS2


Sensor angin yang terbuat dari material aluminium alloy, penggunaan proses
pembuatan presisi khusus, toleransi dimensi sangat kecil, akurasi permukaan sangat
tinggi, baik melalui perawatan sirkuit internal pelindung, seluruh sensor dengan
kekuatan tinggi, tahan cuaca, anti-korosi dan tahan air. Konektor kabel untuk militer,
memiliki sifat anti-korosi, anti-korosi yang baik, untuk memastikan penggunaan
instrumen jangka panjang, bersama dengan sistem bantalan internal untuk
memastikan akurasi perolehan kecepatan angin. Sirkuit PCB menggunakan material
tingkat A militer untuk memastikan kualitas dan stabilitas serta kinerja listrik
parameter; komponen elektronik diimpor chip kelas industri, membuat keseluruhan
memiliki kemampuan interferensi anti-elektromagnetik yang sangat handal, untuk
memastikan bahwa tuan rumah -20C ~ 60C, kelembaban dapat bekerja dengan baik
dalam kisaran 10% -95%.
Sensor angin kompak, dasar flange, membawa, instalasi nyaman, penampilan cantik,
akurasi tinggi, jangkauan luas, stabilitas yang baik, konsumsi daya rendah, data
transmisi sinyal jarak jauh yang baik, kemampuan anti-gangguan Bentuk sinyal
output, bahan paduan aluminium ringan kualitas, kekuatan tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

Gambar 2.12 Sensor Anemometer Model JL-FS2

2.9.1 Spesifikasi
o Tegangan suplai : DC12-24V
o Sinyal Output : Tegangan: 0-5V
o Konsumsi Arus : 4-20mA digitalGaya Sensor: Jenis
Spoiler
o Mulai kecepatan angin : 0,5 m / s
o Resolusi : 0,1 m / s
o Kesalahan sistem : ± 3%
o Jarak transmisi : lebih dari 1000 m
o Suhu pengoperasian : -20 derajat Celsius hingga 80 derajat
Celcius.
o Konsumsi daya :
o tegangan maks ≤ 0.3W
o arus MAX ≤ 0.7W
o digital MAX ≤ 0.3W

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Laboratorium Terpadu Fisika, Universitas Sumatera
Utara yang meliputi perancangan alat, pengujian alat, dan analisa data.
Waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 25 Mei 2018 sampai dengan
tanggal 20 Juli 2018.

3.2 Peralatan Bahan dan Komponen


3.2.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Komputer
b. Multimeter
c. Solar Power Meter
d. Termometer
e. Thermo-Hygrometer Model 303C
f. Anemometer Model GM816
g. Solder
h. Gunting
i. Pisau pemotong PCB
j. Tang potong
k. Obeng
l. Cok sambung
m. Kipas DC

3.2.2 Bahan dan Komponen


Bahan dan komponen elektronika yang digunakan dalam penelitian :
a. Mikrokontroler ATMega328
b. PCB Fiber
c. Resistor
d. Dioda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

e. Adaptor
f. Jack adaptor
g. Pin Header
h. Timah Solder
i. Lotfet
j. Kabel Pelangi
k. Sensor Tegangan DC 0-25 V MH-Electronics
l. Sensor DT-Sense Current
m. Sensor BH1750FVI
n. Sensor DS18B20
o. Sensor SHT-11
p. Sensor Anemometer Model JL-FS2
q. FeCL3
r. Kertas Pasir
s. Crystal

3.3 Diagram Blok

Suplai
Suplai Daya
Daya

Sensor
Sensor Tegangan
Tegangan DC
DC 0-25
0-25 V
V MH-Electronics
MH-Electronics

Sensor
Sensor DT-Sense
DT-Sense Current
Current

Sensor
Sensor BH1750FVI
BH1750FVI

Mikrokontroller
Sensor
Sensor DS18B20
DS18B20
ATMega 328 PC
Sensor
Sensor SHT-11
SHT-11

Sensor
Sensor BMP085
BMP085

Anemometer
Anemometer Model
Model JL-FS2
JL-FS2

Adaptor
12VDC

Gambar 3.1 Diagram Blok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

3.3.1 Penjelasan Fungsi Tiap Blok Dari Diagram Blok


1. Blok Suplai Daya : Sebagai sumber daya listrik
2. Blok Sensor Tegangan DC 0-25 V : Sebagai pendeteksi tegangan
keluaran panel surya
3. Blok Sensor Arus DC : Sebagai pendeteksi arus
keluaran panel surya
4. Blok Sensor BH1750FVI : Sebagai pendeteksi intensitas
sinar matahari
5. Blok Sensor DS18B20 : Sebagai pendeteksi suhu yang
diletakkan pada
permukaan panel surya.
6. Blok Sensor SHT-11 : Sebagai pendeteks suhu dan
kelembaban
7. Blok Sensor BMP085 : Sebagai pendeteksi tekanan
udara
8. Blok Anemometer Model JL-FS2 : Sebagai pendeteksi kecepatan
angin.
9. Blok Adaptor 12VDC : Sebagai input sensor
Anemometer Model JL-FS2
10. Blok Mikrokontroler ATMega328 : Sebagai Pengendali
keseluruhan sistem.
11. Blok Personal Computer (PC) : Akuisisi data melalui PC.

3.4 Rangkaian Ekivalen


Dalam hal ini rangkaian ekivalen digunakan dengan dioda, Rsh, dan Rs, dapat
dilihat pada gambar dibawah.
Rs

A
Diode

Rsh

PV V

Gambar 3.2 Rangkaian Ekivalen Panel Surya yang digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Dimana PV merupakan Photovoltaic (masukkan panel surya). Dioda digunakan


sebagai pengaman agar tidak ada arus balik yang mengarah pada panel surya. Nilai
Rsh yang digunakan yaitu resistor 20W33Ω. Nilai Rs yang digunakan 20W39Ω.
Simbol A pada gambar merupakan sambungan untuk pendeteksian arus panel surya.
Simbol V pada gambar merupakan sambungan untuk pendeteksian tegangan pada
panel surya.

3.5 Rangkaian Antarmuka FTDI FT232RL


FT232R adalah perangkat antarmuka UART USB ke serial yang
menyederhanakan desain USB ke serial dan mengurangi jumlah komponen eksternal
dengan sepenuhnya mengintegrasikan EEPROM eksternal, resistor penghentian USB
dan sirkuit jam terintegrasi yang tidak memerlukan kristal eksternal, ke dalam
perangkat. Ini telah dirancang untuk beroperasi secara efisien dengan pengontrol host
USB menggunakan sesedikit mungkin dari total bandwidth USB yang tersedia.

Gambar 3.3 FTDI FT232RL dan konfigurasi pin


Rangkaian antarmuka FTDI FT232RL ke mikrokontroler dapat dilihat pada
gambar dibawah. Pin 1 (DTR) dihubungkan ke Pin Reset pada mikrokontroler
melalui capasitor keramik 100nF untuk menyetabilkan saat memasukkan program ke
mikrokontroler. Pin 2 Receive (Rx) dihubungkan ke pin Transfer (Tx) pada
mikrokontroler. Pin 3 Transfer (Tx) dihubungkan ke pin Receive (Rx) pada
mikrokontroler. Pin 4 Vcc (5V) dihubungkan ke Vcc pada mikrokontroler. Pin 5
tidak dihubungkan pada mikrokontroler. Pin 6 Gnd (0V) dihubungkan pada Gnd
mikrokontroller.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

Gambar 3.4 Rangkaian Antarmuka FTDI to mikrokontroler

3.6 Rangkaian Antarmuka Sensor Tegangan DC 0-25 V


Sensor Tegangan DC 0-25 V ini memiliki sinyal keluaran analog, sehingga
dihubungkan dengan pin ADC atau pin analog pada mikrokontroler. Pin 1 (output)
dari sensor tegangan dihubungkan dengan pin PC0 atau Analog Input 0 (A0). Pin 2
(+) dihubungkan dengan Vcc (5V). Pin 3 (-) dihubungkan dengan Gnd (0V).

Gambar 3.5 Rangkaian Antarmuka Sensor Tegangan DC 0-25 V

3.7 Rangkaian Antarmuka Sensor DT Current Sense


Sensor DT Current Sense ini memiliki sinyal keluaran analog, sehingga
dihubungkan dengan pin ADC atau pin analog pada mikrokontroler. Pin 1
dihubungkan dengan Vcc ( 5V). Pin 2 (output sensor yang dikuatkan menggunakan
Op-Amp) dihubungkan dengan pin PC1 atau Analog Input 1 (A1). Pin 3 tidak
dihubungkan. Pin 4 dihubungkan dengan Gnd (0V).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

Gambar 3.6 Rangkaian Antarmuka Sensor DT Current Sense

3.8 Rangkaian Antarmuka Sensor BH1750FVI dan Sensor BMP085


Sensor BH1750FVI dan BMP085 ini memiliki sinyal keluaran analog,
sehingga dihubungkan dengan pin ADC atau pin analog pada mikrokontroler. Pin 1
dihubungkan dengan pin PC5 atau Analog Input 5 (A5/SCL). Pin 2 dihubungkan
dengan pin PC4 atau Analog Input 4 (A4/SDA). Pin 3 dihubungkan dengan Gnd
(0V). Pin 4 dihubungkan dengan Vcc (5V).

Gambar 3.7 Rangkaian Antarmuka Sensor BH1750FVI dan Sensor BMP085

3.9 Rangkaian Antarmuka Sensor DS18B20


Sensor DS18B20 dihubungkan dengan pin digital. Pin 1 dihubungkan dengan
resistor 4K7 dan Vcc (5V). Pin 2 dihubungkan dengan resistor 4K7 dan pin PD2 atau
Digital Input 2 (D2). Pin 3 dihubungkan dengan Gnd (0V).

3.8 Gambar Rangkaian Antarmuka Sensor DS18B20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

3.10 Rangkaian Antarmuka Sensor SHT11


Sinyal keluaran sensor SHT11 sudah berbentuk sinyal digital, sehingga
dihubungkan ke pin digital pada mikrokontroler. Pin 1 dihubungkan dengan Gnd
(0V). Pin 2 (data) dihubungkan dengan PD7 atau digital input pin 7 (D7). Pin 3
(clock) dihubungkan dengan PB0 atau digital input pin 8 (D8). Pin 4 dihubungkan
dengan Vcc (5V).

Gambar 3.9 Gambar Rangkaian Antarmuka Sensor SHT11

3.11 Rangkaian Antarmuka Anemometer Model JL-FS2


Anemometer model JL-FS2 ini memiliki sinyal keluaran analog, sehingga
dihubungkan dengan pin ADC atau pin analog pada mikrokontroler. Pin 1
dihubungkan dengan suplai 12VDC menggunakan adaptor, karena input sensor ini
12 – 24 VDC. Pin 2 dihubungkan dengan resistor 10K dan pin PC2 atau analog input
pin 2 (A2). Pin 3 dihubungkan dengan resistor 10K dan Gnd (0V).

3.10 Gambar Rangkaian Antarmuka Sensor Kecepatan Angin Model JL-FS2

3.12 Rangkaian Keseluruhan


Pada alat ini akan mengulas tentang bagaimana alat ini dapat membaca
kondisi daya panel surya, dan lingkungannya serta telah dikalibrasi sehingga
mendapatkan nilai pembacaan yang mendekati nilai yang sebenarnya. Dimana daya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

panel surya didapat dari pembacaan sensor tegangan dan arus. Pendeteksian kondisi
lingkungan menggunakan sensor suhu pada permukaan panel surya (sensor
DS18B20), sensor intensitas matahari (sensor BH1750FVI), sensor suhu dan
kelembaban lingkungan (sensor SHT11), dan sensor kecepatan angina (anemometer
model JL-FS2).
Masing – masing dari sensor mendeteksi nilai dari suatu kondisi yang
kemudian akan dianalisa untuk melihat pengaruh kecepatan angin terhadap efisiensi
panel surya
.

Gambar 3.11 Rangkaian Keseluruhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

3.13 Flowchart

Mulai

Pembacaan
Pembacaan Pembacaan Pembacaan Pembacaan Pembacaan Pembacaan
Anemometer
Sensor Tegangan Sensor DT- Senson Sensor Sensor Sensor
Model JL-
DC 0-25V Sense Current BH1750FVI BMP085 DS18B20 SHT11
FS2

Konversi Sinyal Konversi Sinyal Konversi Sinyal Konversi Sinyal Konversi Sinyal
Analog Ke Digital Analog Ke Digital Analog Ke Digital Analog Ke Digital Analog Ke Digital

Memproses Data

Mengirim Data Melalui


Komunikasi Serial
Menggunakan Software
PLX-DAQ

Menghitung
Efisiensi
Panel Surya

Analisa Pengaruh
Kecepatan Angin
Terhadap Efisiensi
Panel Surya

Selesai

Gambar 3.12 Flowchart

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Komunikasi Serial


Komunikasi yang dilakukan yaitu komunikasi serial. Komunikasi serial ini
menggunakan media kabel USB dan downloader FTDI FT232RL yang dihubungkan
dari sistem minimum ke PC. Pengujian ini dilakukan untuk menguji komunikasi
serial ke PC.

4.2 Pembacaan Sensor Tegangan DC 0-25 V


Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan pembacaan sensor tegangan
yang digunakan dengan multimeter digital dan kipas angin DC sebagai beban. Sensor
Tegangan DC 0-25 V ini memiliki sinyal keluaran analog, sehingga dihubungkan
dengan pin ADC atau pin analog pada mikrokontroler. Pin 1 (output) dari sensor
tegangan dihubungkan dengan pin PC0 atau Analog Input 0 (A0). Pin 2 (+)
dihubungkan dengan Vcc (5V). Pin 3 (-) dihubungkan dengan Gnd (0V).

Grafik Pembacaan Sensor Tegangan


12,60

12,50
Tegangan (V)

12,40

12,30

12,20 Sensor Tegangan 0-25V

12,10 Multimeter

12,00

Waktu (Menit)

Gambar 4.1 Grafik Pembacaan Sensor Tegangan DC 0-25V pada baterai aki 12V

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Sensor diuji dengan mengukur tegangan pada baterai aki 12V dengan tegangan mula
– mula sebesar 12.55 V. Dapat dilihat dari grafik diatas, sensor tegangan dc 0-25V
memiliki pembacaan tegangan yang memiliki selisih ± 0,03 V dengan pembacaan
multimeter digital. Dengan pembacaan ini, membuktikan bahwa sensor tegangan dc
0-25V membaca tegangan dengan baik.

4.3 Pembacaan Sensor DT Sense Current


Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan pembacaan sensor arus yang
digunakan dengan multimeter digital dan kipas angin DC sebagai beban. Sensor DT
sense current ini memiliki sinyal keluaran analog, sehingga dihubungkan dengan pin
ADC atau pin analog pada mikrokontroler. Pin 1 dihubungkan dengan Vcc ( 5V). Pin
2 (output sensor yang dikuatkan menggunakan Op-Amp) dihubungkan dengan pin
PC1 atau Analog Input 1 (A1). Pin 3 tidak dihubungkan. Pin 4 dihubungkan dengan
Gnd (0V). Adapun program yang digunakan antara lain sebagai berikut:

Grafik Pengujian Sensor DT Sense Current


0,8
0,7
0,6
Arus (A)

0,5
0,4
0,3 Multimeter
0,2
0,1
0 Sensor DT Sense
Current

Waktu (Menit)

Gambar 4.2 Grafik Pembacaan Sensor DT Sense Current Menggunakan Baterai Aki
12 V
Sensor diuji dengan mengukur tegangan pada baterai aki 12V dengan arus mula –
mula sebesar 0.27 A. Dapat dilihat dari grafik diatas, sensor dt sense current
memiliki pembacaan arus yang memiliki selisih ± 0,0533 A dengan pembacaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

multimeter digital. Dengan pembacaan ini, membuktikan bahwa sensor dt sense


current membaca arus dengan baik.

4.4 Pembacaan Sensor BH1750FVI


Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan pembacaan sensor
BH1750FVI yang digunakan dengan pembanding solar power meter. Sensor
BH1750FVI ini memiliki sinyal keluaran analog, sehingga dihubungkan dengan pin
ADC atau pin analog pada mikrokontroler. Sensor BH1750FVI ini memiliki sinyal
keluaran analog, sehingga dihubungkan dengan pin ADC atau pin analog pada
mikrokontroler. Pin 1 dihubungkan dengan pin PC5 atau Analog Input 5 (A5/SCL).
Pin 2 dihubungkan dengan pin PC4 atau Analog Input 4 (A4/SDA). Pin 3
dihubungkan dengan Gnd (0V). Pin 4 dihubungkan dengan Vcc (5V).

Grafik Pembacaan Sensor BH1750FVI Sebelum


Dikalibrasi
30000,00
y = 133,71x - 89,287
25000,00 R² = 0,7216
Intensitas Matahari

BH1750FVI
20000,00

15000,00 Solar Power Meter

10000,00 Linear (BH1750FVI)

5000,00 y = 4400x - 4360,8 Linear (Solar Power


R² = 0,7877 Meter)
0,00
0 2 4 6 8
Waktu (jam)

Gambar 4.3 Grafik Pembacaan Sensor BH1750FVI Dengan Pembanding Solar


Power Meter
Sensor diuji dengan mengukur intensitas matahari yang mengarah langsung ke atas
langit (sudut sensor ke langit 0° ) dengan intensitas mula – mula sebesar 19084 lux
pada sensor dan W/m2 pada solar power meter . Karena satuan pembacaannya
berbeda, dilakukan kalibrasi untuk memperoleh nilai intensitas matahari yang
diinginkan dengan satuan W/m2. Rumus tambahan untuk mengkalibrasi antara lain :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Y =133.71 X − 89.287

𝑌+89.287
X= x 4.114776
133.71
Dimana : X = Nilai pembacaan yang diinginkan
Y = Nilai pembacaan sensor

Grafik Pembacaan Sensor BH1750FVI


Setelah Kalibrasi
Intensitas Matahari (W/m2)

2500,00
2000,00
1500,00
1000,00
500,00 Solar Power Meter
0,00 Sensor BH1750FVI

Waktu (Jam)

Gambar 4.4 Grafik Pembacaan Sensor BH1750FVI Setelah Kalibrasi


Grafik diatas menunjukkan hasil pembacaan intensitas matahari oleh sensor
BH1750FVI yang telah dikalibrasi. Dapat dilihat dari grafik diatas, sensor
BH1750FVImemiliki pembacaan intensitas yang memiliki selisih ± 9,948 W/m 2
dengan pembacaan solar power meter. Dengan pembacaan ini, membuktikan bahwa
sensor BH1750FVI membaca intensitas matahari dengan baik.

4.5 Pembacaan Sensor DS18B20


Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan pembacaan sensor suhu
DS18B20 yang digunakan dengan termometer digital. Sensor DS18B20 dihubungkan
dengan pin digital. Pin 1 dihubungkan dengan resistor 4K7 dan Vcc (5V). Pin 2
dihubungkan dengan resistor 4K7 dan pin PD2 atau Digital Input 2 (D2). Pin 3
dihubungkan dengan Gnd (0V).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Grafik Pengujian Sensor DS18B20


68,00
66,00
64,00
62,00
Suhu ( °C)

60,00
58,00
56,00 Sensor DS18B20
54,00 Termometer
52,00
50,00
8:58:09 PM
8:59:09 PM
9:00:09 PM
9:01:09 PM
9:02:09 PM
9:03:09 PM
9:04:09 PM
9:05:09 PM
9:06:09 PM
9:07:09 PM
9:08:09 PM
9:09:09 PM
9:10:09 PM
9:11:09 PM
9:12:09 PM
Waktu (Menit)

Gambar 4.5 Grafik Pembacaan Sensor DS18B20 Dengan Media Air Panas
Sensor diuji melalui media air panas dengan suhu mula-mula 85 °C. Dapat dilihat
dari grafik diatas dimana pembacaan sensor DS18B20 memiliki selisih ± 0,24 °C.
Dengan selisih yang begitu sedikit, membuktikan sensor DS18B20 sudah memiliki
pembacaan suhu yang baik.

4.6 Pembacaan Sensor Anemometer Model JL-FS2


Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan pembacaan sensor kecepatan
angin model JL-FS2 menggunakan anemometer model GM816. Sensor anemometer
model JL-FS2 ini memiliki sinyal keluaran analog, sehingga dihubungkan dengan
pin ADC atau pin analog pada mikrokontroler. Pin 1 dihubungkan dengan suplai
12VDC menggunakan adaptor, karena input sensor ini 12 – 24 VDC. Pin 2
dihubungkan dengan resistor 10K dan pin PC2 atau analog input pin 2 (A2). Pin 3
dihubungkan dengan resistor 10K dan Gnd (0V).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

Grafik Pembacaan Sensor Anemometer Model


JL-FS2
3

2,5
Kecepatan Angin (m/s)

1,5 Anemometer GM816


Komersil
1 Anemometer Model JL-
FS2
0,5

0
0 10 20 30 40
Jarak (cm)

Gambar 4.6 Grafik Pembacaan Sensor Anemometer Model JL-FS2 dengan media
kipas angin
Sensor diuji menggunakan kipas angin dengan variasi antara jarak penerima (sensor)
ke kipas angin ± 5 cm untuk melihat pembacaan nilai kecepatan angin yang
dihasilkan dan dibandingkan dengan anemometer model GM816 yang sudah
komersil. Dapat dilihat dari grafik diatas, bahwa sensor anemometer model JL-FS2
memiliki selisih pembacaan ± 0,88 m/s. Dengan selisih yang sedikit membuktikan
bahwa sensor membaca kecepatan angin dengan baik.

4.7 Pengujian Alat


Pengujian alat dilakukan di atap gedung laboratorium terpadu selama 7 hari
selama 6 jam. Dimana panel surya diletakkan menghadap ke atas (segaris lurus
dengan langit) dengan menghiraukan sudut antara permukaan terhadap arah-letak
matahari. Data yang diperoleh dikirimkan ke PC melalui komunikasi serial
menggunakan FTDI dan software Parallax PLX-DAQ.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Grafik Pengambilan Data Hari Ke-1


0,35
0,3
0,25
Arus (A)
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 5 10 15 20
Tegangan (V)

Gambar 4.7 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-1


Dari grafik kita dapat menentukanVoc, Isc, Vmpp, dan Impp. Dimana Voc dan Isc
didapat dengan melihat nilai maksimum tegangan dan arus. Sedangkan Vmpp dan
Impp didapat dengan melihat dimana titik awal jatuh daya. Antara lain :
Voc = 18,2 V
Isc = 0,31 A
Vmpp = 10,5 V
Impp = 0,21 A
(10.5)(0,21)
FF = ; FF = 0,3563
(18,2)(0,34)

(18,2)(0,34)(0,3563)
ɳ= ; ɳ = 0,0323 x 100% ; ɳ = 3,23 %
(397,344)(0,1715)

vangin rata-rata = 0,257 m/s

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Grafik Pengambilan Data Hari Ke-2


0,4
0,35
0,3
0,25
Arus (A)

0,2
0,15 Series1

0,1
0,05
0
0 5 10 15 20
Tegangan (V)

Gambar 4.8 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-2


Dari grafik kita dapat menentukanVoc, Isc, Vmpp, dan Impp. Dimana Voc dan Isc
didapat dengan melihat nilai maksimum tegangan dan arus. Sedangkan Vmpp dan
Impp didapat dengan melihat dimana titik awal jatuh daya. Antara lain :
Voc = 17,2 V
Isc = 0,36 A
Vmpp = 13,5 V
Impp = 0,18 A
(13,5)(0,18)
FF =
(17,2)(0,36)
; FF = 0,3924

(17,2)(0,36)(0,3924)
ɳ= ; ɳ = 0,0356 x 100% ; ɳ = 3,56 %
(392,4837)(0,1715)

vangin rata-rata = 0,264 m/s

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Grafik Pengambilan Data Hari Ke-3


0,25

0,2
Arus (A)
0,15

0,1

0,05

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Tegangan (V)

Gambar 4.9 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-3


Dari grafik kita dapat menentukanVoc, Isc, Vmpp, dan Impp. Dimana Voc dan Isc
didapat dengan melihat nilai maksimum tegangan dan arus. Sedangkan Vmpp dan
Impp didapat dengan melihat dimana titik awal jatuh daya. Antara lain :
Voc = 15,3 V
Isc = 0,23 A
Vmpp = 7,2 V
Impp = 0,2 A
(7,2)(0,2)
FF = ; FF = 0,4092
(15,3)(0,23)
(15,3)(0,23)(0,4092)
ɳ= ; ɳ = 0,0312 x 100% ; ɳ = 3,12 %
(268,990)(0,1715)

vangin rata-rata = 0,260 m/s

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Grafik Pengambilan Data Hari Ke-4


0,4
0,35
0,3
0,25
Arus (A)

0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 5 10 15 20
Tegangan (V)

Gambar 4.10 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-4


Dari grafik kita dapat menentukanVoc, Isc, Vmpp, dan Impp. Dimana Voc dan Isc
didapat dengan melihat nilai maksimum tegangan dan arus. Sedangkan Vmpp dan
Impp didapat dengan melihat dimana titik awal jatuh daya. Antara lain :
Voc = 19,02 V
Isc = 0,35 A
Vmpp = 13,72 V
Impp = 0,26 A
(13,72)(0,26)
FF = ; FF = 0,5358
(19,02)(0,35)
(19,02)(0,35)(0,5358)
ɳ= ; ɳ = 0,0422 x 100% ; ɳ = 4,22 %
(492,697)(0,1715)

vangin rata-rata = 0,325 m/s

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Grafik Pengambilan Data Hari Ke-5


0,35
0,3
Arus (A) 0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 5 10 15 20 25
Tegangan (V)

Gambar 4.11 Grafik Pegambilan Data Hari Ke-5


Dari grafik kita dapat menentukanVoc, Isc, Vmpp, dan Impp. Dimana Voc dan Isc
didapat dengan melihat nilai maksimum tegangan dan arus. Sedangkan Vmpp dan
Impp didapat dengan melihat dimana titik awal jatuh daya. Antara lain :
Voc = 19,39 V
Isc = 0,31 A
Vmpp = 11,25 V
Impp = 0,23 A
(11,25)(0,23)
FF = ; FF = 0,4962
(19,39)(0,31)

(19,39)(0,31)(0,4962)
ɳ= ; ɳ = 0,0373 x 100% ; ɳ = 3,73 %
(404,560)(0,1715)

vangin rata-rata = 0,315 m/s

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Grafik Pengambilan Data Hari Ke-6


0,5
0,45
0,4
0,35
Arus (A)
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 5 10 15 20 25
Tegangan (V)

Gambar 4.12 Grafik Pengambilan Data Hari Ke-6


Dari grafik kita dapat menentukanVoc, Isc, Vmpp, dan Impp. Dimana Voc dan Isc
didapat dengan melihat nilai maksimum tegangan dan arus. Sedangkan Vmpp dan
Impp didapat dengan melihat dimana titik awal jatuh daya. Antara lain :
Voc = 19,58 V
Isc = 0,46 A
Vmpp = 12,08 V
Impp = 0,37 A
(12,08)(0,37)
FF = ; FF = 0,4962
(19,58)(0,46)

(19,58)(0,46)(0,4962)
ɳ= ; ɳ = 0,0433 x 100% ; ɳ = 4,33 %
(601,642)(0,1715)

vangin rata-rata = 0,362 m/s

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Grafik Pengambilan Data Hari Ke-7


0,3

0,25

0,2
Arus (A)

0,15

0,1

0,05

0
0 5 10 15 20
-0,05
Tegangan (V)

Gambar 4.13 Grafik Grafik Pengambilan Data Hari Ke-7


Dari grafik kita dapat menentukanVoc, Isc, Vmpp, dan Impp. Dimana Voc dan Isc
didapat dengan melihat nilai maksimum tegangan dan arus. Sedangkan Vmpp dan
Impp didapat dengan melihat dimana titik awal jatuh daya. Antara lain :
Voc = 16,7 V
Isc = 0,28 A
Vmpp = 2,32 V
Impp = 0,26 A
(2,32)(0,26)
FF = ; FF = 0,1289
(16,7)(0,28)

(16,7)(0,28)(0,1289)
ɳ= ; ɳ = 0,0180 x 100% ; ɳ = 1,8 %
(195,221)(0,1715)

vangin rata-rata = 0,0,116 m/s

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Grafik Pengambilan Data Hari Ke-8


0,5
0,45
0,4
0,35
Arus(A)
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 5 10 15 20 25
Tegangan (V)

Gambar 4.14 Grafik Grafik Pengambilan Data Hari Ke-8


Dari grafik kita dapat menentukanVoc, Isc, Vmpp, dan Impp. Dimana Voc dan Isc
didapat dengan melihat nilai maksimum tegangan dan arus. Sedangkan Vmpp dan
Impp didapat dengan melihat dimana titik awal jatuh daya. Antara lain :
Voc = 19,12 V
Isc = 0,44 A
Vmpp = 17,26 V
Impp = 0,21 A
(17,26)(0,21)
FF = ; FF = 0,4308
(19,12)(0,44)

(19,12)(0,44)(0,4308)
ɳ= ; ɳ = 0,0389 x 100% ; ɳ = 3,89 %
(547,796)(0,1715)

vangin rata-rata = 0,385 m/s

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Grafik Pengambilan Data Hari Ke-9


0,45
0,4
0,35
0,3
Arus (A)

0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
1 6 11 16 21
Tegangan (V)

Gambar 4.15 Grafik Grafik Pengambilan Data Hari Ke-9


Dari grafik kita dapat menentukanVoc, Isc, Vmpp, dan Impp. Dimana Voc dan Isc
didapat dengan melihat nilai maksimum tegangan dan arus. Sedangkan Vmpp dan
Impp didapat dengan melihat dimana titik awal jatuh daya. Antara lain :
Voc = 19,12 V
Isc = 0,39 A
Vmpp = 14,13 V
Impp = 0,19 A
(14,13)(0,19)
FF = ; FF = 0,3600
(19,12)(0,39)

(19,12)(0,39)(0,3600)
ɳ= ; ɳ = 0,0302 x 100% ; ɳ = 3,02 %
(518,801)(0,1715)

vangin rata-rata = 0,303 m/s

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

Gambar 4.16 Grafik Grafik Pengambilan Data Hari Ke-10


Dari grafik kita dapat menentukanVoc, Isc, Vmpp, dan Impp. Dimana Voc dan Isc
didapat dengan melihat nilai maksimum tegangan dan arus. Sedangkan Vmpp dan
Impp didapat dengan melihat dimana titik awal jatuh daya. Antara lain :
Voc = 18,73 V
Isc = 0,44 A
Vmpp = 17,48 V
Impp = 0,28 A
(17,48)(0,28)
FF = ; FF = 0,5938
(18,73)(0,44)

(18,73)(0,44)(0,5938)
ɳ= ; ɳ = 0,039 x 100% ; ɳ = 3,90 %
(731,923)(0,1715)

vangin rata-rata = 0,395 m/s

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

4.8 Rangkuman Pengambilan Data Selama 10 Hari


Setelah melakukan pengujian alat didapat hasil pengambilan data selama 10
hari yang dapat dirangkum dalam sebuah table sebagai berikut:
Efisiensi Suhu
Kecepatan Intensitas Tekanan
Panel Permukaan Suhu Kelembaban
Hari Angin Matahari Udara
Surya Panel (°C) (%)
(m/s) (W/m2) (Pa)
(%) (°C)
1 3,23 0,257 397,344 41,691 39,618 46,335 100.384
2 3,56 0,264 392,484 37,371 36,523 54,874 100.495
3 3,12 0,260 268,990 40,683 35,256 56,635 100.543
4 4,20 0,325 492,697 41,753 38,902 46,716 100.407
5 3,73 0,315 404,560 43,232 41,584 40,437 100.231
6 4,33 0,362 601,642 43,052 41,365 39,739 100.179
7 1,80 0,116 195,221 37,531 38,479 52,601 100.369
8 3,89 0,385 547,796 45,802 44,381 34,848 100.511
9 3,02 0,303 518,801 42,771 41,933 41,181 100.553
10 3,90 0,395 731,923 48,993 46,362 27,613 100.495
Tabel 4.1 Rangkuman Data Yang Diperoleh Selama 10 Hari

4.9 Perbandingan Radiasi Sinar Matahari Dengan Kecepatan Angin

Ir - VS - v
0,45
0,4
Kecepatan Angin (m/s)

0,35
0,3
0,25
0,2 y = 0,0005x + 0,0878
0,15 R² = 0,805
0,1
0,05
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Radiasi Sinar Matahari (W/m2)

Gambar 4.17 Grafik Perbandingan Radiasi Sinar Matahari dengan Kecepatan


Angin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

Grafik diatas menunjukkan bahwa koefisien regresi atau R 2 memiliki nilai


0,805 yang berarti hubungan antara radiasi sinar matahari dengan kecepatan
angin ialah berbanting tegak lurus. Dimana semakin tinggi nilai radiasi sinar
matahari, maka akan semakin tinggi pula kecepatan angin suatu tempat. Hal ini
juga diperoleh karena saat radiasi matahari tinggi, suhu lingkungan juga ikut
meningkat, sehingga kerapatan udara semakin rendah dan menyebabkan
pergerakan udara semakin cepat.

4.10 Perbandingan Radiasi Sinar Matahari Dengan Efisiensi Panel Surya

Ir - VS - ɳ
5
4,5
Efisiensi Panl Surya(%)

4
3,5
3 y = 0,0035x + 1,9003
2,5 R² = 0,5519
2
1,5
1
0,5
0
0 100 200 300 400 500 600 700 800
Radisasi Sinar Matahari (W/m2)

Gambar 4.18 Grafik Perbandingan Radiasi Sinar Matahari dengan Efisiensi


Panel Surya
Grafik Diatas menunjukkan nilai koefisien regresi atau R 2 memiliki nilai
0,5519 yang berarti bahwa hubungan antara radiasi sinar matahari dengan
efisiensi panel surya berbanding tegak lurus. Dimana semakin tinggi radiasi
sinar matahari, maka akan semakin tinggi pula efisiensi panel suryanya. Akan
tetapi apabila suhu yang juga meningkat terlampau tinggi, maka akan
mempengaruhi peningkatan efisiensi panel surya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

4.11 Perbandingan Suhu Lingkungan Dengan Efisiensi Panel Surya

T - VS - ɳ
5
Efisiensi Panel Surya (%) 4,5
4
3,5 y = 0,081x + 0,2015
3 R² = 0,14
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0 10 20 30 40 50
Suhu Lingkungan (oC)

Gambar 4.19 Grafik Perbandingan Suhu Lingkungan dengan Efisiensi Panel


Surya
Grafik diatas menunjukkan nilai koefisien regresi atau R 2 memiliki nilai 0,14
yang berarti hubungan antara suhu dengan efisiensi panel surya ialah
berbanding terbalik. Dimana semakin tinggi suhu pada lingkungan, maka
semakin rendah pula efisiensi panel suryanya.

4.12 Perbandingan Kecepatan Angin Dengan Efisiensi Panel Surya

Grafik Perbandingan v - VS - ɳ
0,45
0,4
Kecepatan Angin (m/s)

0,35
y = 0,0982x - 0,0433
0,3 R² = 0,7904
0,25
0,2 v - VS - ɳ
0,15 Linear (v - VS - ɳ)
0,1
0,05
0
0 1 2 3 4 5
Efisiensi Panel Surya (%)

Gambar 4.20 Grafik Perbandingan Kecepatan Angin Terhadap Efisiensi Panel Surya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Dari grafik diatas menunjukkan bahwa pembacaan alat selama 10 hari pengambilan
data dengan panel surya menghadap segaris lurus langit, menghasilkan nilai efisiensi
panel surya dan kecepatan angin yang bervariasi per harinya. Sehingga didapat
hubungan antara kecepatan angin dengan efisiensi panel surya yaitu berbanding
lurus, yaitu diperoleh garis regresi ±0,7904 yang menunjukkan, semakin mendekati
1,0 maka semakin berhubungan pula kedua parameter yang dibandingkan. Dan
hubungan antara kecepatan angin dengan efisiensi panel surya yaitu, dimana semakin
besar nilai kecepatan angin suatu tempat, maka semakin besar pula nilai efisiensi
panel suryanya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan tahap perancangan dan pembuatan sistem yang kemudian
dilanjutkan dengan tahap pengujian dan analisa maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Telah dirancang suatu sistem sistem sensor kecepatan angin yang akurat dan
mendapatkan data yang reliable atau data yang dapat dipercaya dan benar
adanya.

Gambar 5.1 Sistem Sensor Kecepatan Angin Menggunakan Anemometer


Model JL-FS2

2. Sistem akuisisi data yang sistematis dan teratur dengan menggunakan


software data akuisisi PLX-DAQ, sehingga didapat perekaman data yang
dilakukan secara waktu nyata atau real-time.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Gambar 5.2 Sistem perekaman data menggunakan software PLX-DAQ pada


Microsoft Excel 2010

3. Telah didapat hubungan antara kecepatan angin terhadap efisiensi panel surya
yang menunjukkan bahwa pembacaan alat selama 10 hari pengambilan data
dengan panel surya menghadap segaris lurus langit, menghasilkan nilai
efisiensi panel surya dan kecepatan angin yang bervariasi per harinya.

Grafik Perbandingan v - VS - ɳ
0,45
0,4
Kecepatan Angin (m/s)

0,35
y = 0,0982x - 0,0433
0,3 R² = 0,7904
0,25
0,2 v - VS - ɳ
0,15 Linear (v - VS - ɳ)
0,1
0,05
0
0 1 2 3 4 5
Efisiensi Panel Surya (%)

Gambar 5.3 Grafik Perbandingan Kecepatan Angin Terhadap Efisiensi Panel


Surya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Sehingga didapat hubungan antara kecepatan angin dengan efisiensi panel


surya yaitu berbanding lurus, yaitu diperoleh garis regresi ±0,7904 yang
menunjukkan, semakin mendekati 1,0 maka semakin berhubungan pula
kedua parameter yang dibandingkan. Dan hubungan antara kecepatan angin
dengan efisiensi panel surya yaitu, dimana semakin besar nilai kecepatan
angin suatu tempat, maka semakin besar pula nilai efisiensi panel suryanya.

5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan dimungkinkan untuk
pengembangan lebih lanjut. Oleh karenanya penulis merasa perlu untuk memberi
saran sebagai berikut:
1. Untuk menggunakan sensor-sensor yang lebih sensitif dalam pendeteksian
perubahan keadaan agar mendapatkan data yang lebih baik.
2. Untuk penelitian mengenai efisiensi panel surya selanjutnya sebaiknya agar
lebih memvariasikan nilai resistor atau tahanan pada rangkaian ekivalen
untuk mendapatkan data efisiensi panel surya yang lebih baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

DAFTAR PUSTAKA

A. Vasel, F. Iakovidis, The effect of wind direction on the performance of solar PV


plants, Energy Conversion and Management 153 (2017) 455-461.
A. E. Mays, R. Ammar, M. Hawa, M. H. Akroush, F. Hachem, M. Khaled, M.
Ramadan, Improving Photovoltaic Panel Using Finned Plate of Alumunium,
Energy Procedia 119 (2017) 812–817.
A. Machniewicz, D. Knera, D. Heim, Effect of Trantition Temperature on Efficiency
of PV/PCM Panels.
Brimmo A, Sodiq A, Sofela S, Kolo I. Sustainable energy development in Nigeria:
Wind, hydropower, geothermal and nuclear (Vol. 1). Renewable and
Sustainable Energy Reviews 2017; 74: 474-17.
Cherubini A, Papini A, Vertechy R, Fontana M. Airborne Wind Energy Systems: A
review of the technologies. Renewable and Sustainable Energy Reviews
2015; 51: 1461-16.
Giwa A, Alabi A, Yusuf A, Olukan T. A comprehensive review on biomass and solar
energy for sustainable energy generation in Nigeria. Renewable and
Sustainable Energy Reviews 2017; 69: 620-22.
J. Zaraket, T. Khalil, M. Aillerie, G. A. Vokas, C. Salame, The Effect of Electrical
stress under temperature in the characteristics of PV Solar Modules, Energy
Procedia 119 (2017) 579–601.
Khaled M, Ramadan M. Heating fresh air by hot exhaust air of HVAC systems.
Case Studies in Thermal Engineering 2016; 8: 398-5.
Ramadan M, Khaled M, Ramadan H, Becherif M. Modeling and sizing of combined
fuel cell-thermal solar system for energy generation. International Journal of
Hydrogen Energy 2016; 41, 44: 19929-7.
Tomasini-Montenegro C, Santoyo-Castelazo E, Gujba H, Romero R, Santoyo E. Life
cycle assessment of geothermal power generation technologies: An updated
review. Applied Thermal Engineering 2017; 114: 1119-18.
Datasheet ATMega328/P 8-bit AVR Microcontrollers.
Datasheet SHT1x (SHT10, SHT11, SHT15) Humidity and Temperature Sensor IC.
Datasheet BH1750FVI sensor intensitas sinar matahari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Datasheet DT-Sense Current Sensor.


Datasheet BMP180
Datasheeet Wind Speed Sensor Model 014A
http://hobbycomponents.com/sensors/389-25v-voltage-sensor-module

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 1
SKEMA RANGKAIAN KESELURUHAN SISTEM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 2
PROGRAM KESELURUHAN SISTEM

#include <SHT1x.h>
#include <OneWire.h>
#include <Wire.h>
#include <Adafruit_BMP085.h>
#include <BH1750.h>

#define dataPin 7
#define clockPin 8

OneWire ds(2);
SHT1x sht1x(dataPin, clockPin);
Adafruit_BMP085 bmp;
BH1750 lightMeter;

void setup(){
Serial.begin(38400);
Wire.begin();
lightMeter.begin();
if (!bmp.begin()) { while (1) {} }

void loop() {
float teganganPanel = analogRead(A0)*0.00489*5;
float pinAnemo = analogRead(A2);
float arusPanel = ((analogRead(A1)*0.00489)-2.536)*4.59;
float dayaPanel = teganganPanel * arusPanel;
float teganganAnemo = pinAnemo*5.0/1023.0;
float kecepatanAngin = teganganAnemo/5.0*32.4;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


float suhuLingkungan = sht1x.readTemperatureC();
float kelembabanLingkungan = sht1x.readHumidity();
float tekananUdaraLingkungan = bmp.readPressure();
uint16_t sensorIntensitas = lightMeter.readLightLevel();
float intensitasMatahari = ((sensorIntensitas+89.287)/133.71)*4.114776;

if (arusPanel < 0){arusPanel= 0;}

byte i;
byte present = 0;
byte type_s;
byte data[12];
byte addr[8];
float suhuPermPanel;

if ( !ds.search(addr)) {
ds.reset_search();
return;
}

for( i = 0; i < 8; i++) { }

if (OneWire::crc8(addr, 7) != addr[7]) {
return;
}

switch (addr[0]) {
case 0x10:
type_s = 1;
break;
case 0x28:
type_s = 0;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


break;
case 0x22:
type_s = 0;
break;
default:
return;
}

ds.reset();
ds.select(addr);
ds.write(0x44, 1);

present = ds.reset();
ds.select(addr);
ds.write(0xBE);

for ( i = 0; i < 9; i++) {data[i] = ds.read();}

int16_t raw = (data[1] << 8) | data[0];


if (type_s) {
raw = raw << 3;
if (data[7] == 0x10) {
raw = (raw & 0xFFF0) + 12 - data[6];
}
} else {
byte cfg = (data[4] & 0x60);
if (cfg == 0x00) raw = raw & ~7;
else if (cfg == 0x20) raw = raw & ~3;
else if (cfg == 0x40) raw = raw & ~1; }

suhuPermPanel = (float)raw / 16.0;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Serial.print("DATA");
Serial.print(",");
Serial.print("TIME");
Serial.print(",");
Serial.print(sensorIntensitas);
Serial.print(",");
Serial.print(intensitasMatahari);
Serial.print(",");
Serial.print(teganganPanel);
Serial.print(",");
Serial.print(arusPanel);
Serial.print(",");
Serial.print(dayaPanel);
Serial.print(",");
Serial.print(suhuPermPanel);
Serial.print(",");
Serial.print(suhuLingkungan);
Serial.print(",");
Serial.print(kelembabanLingkungan);
Serial.print(",");
Serial.print(tekananUdaraLingkungan);
Serial.print(",");
Serial.println(kecepatanAngin);
delay(2000);

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI PENGUJIAN PEMBACAAN SENSOR

Pembacaan Suhu Ruangan Kipas DC Sebagai Beban

Baterai Aki 12VDC Pembacaan Tegangan Baterai Aki 12VDC

Pengujian Sensor Dengan Kipas Anemometer Model GM816

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 4
DOKUMENTASI PENGUJIAN ALAT DIATAP GEDUNG LABORATORIUM
TERPADU FMIPA USU

Pengujian Alat Pada Lingkungan Pengujian Alat Pada Lingkungan


Operasional Operasional dengan Angle berbeda

Suhu Lingkungan pada pukul Suhu Lingkungan pada pukul


12.00WIB 13.00WIB

Pengukuran Intensitas Sinar Matahari Penggunakan Termo-Higrometer


Menggunakan Solar Power Meter Pada Lingkungan Operasional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai