Anda di halaman 1dari 82

ANALISIS GANGGUAN MELALUI SISTEM AUTOMATIC METER

READING DI PT. PLN (PERSERO) CABANG PEMATANGSIANTAR

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains

NADRATUL HASANAH
050801040

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010

Universitas Sumatera Utara


PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS GANGGUAN MELALUI SISTEM


AUTOMATIC METER READING DI PT. PLN
(PERSERO) CABANG PEMATANGSIANTAR
Kategori : SKRIPSI
Nama : NADRATUL HASANAH
Nomor Induk Mahasiswa : 050801040
Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di
Medan, 22 Juni 2010

Diketahui,
Departemen Fisika FMIPA USU
Ketua Pembimbing,

Dr. Marhaposan Situmorang Dr. Marhaposan Situmorang

NIP. 195510301980131003 NIP. 195510301980131003

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

ANALISIS GANGGUAN MELALUI SISTEM AUTOMATIC METER


READING DI PT. PLN (PERSERO) CABANG PEMATANGSIANTAR

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, 22 Juni 2010

Nadratul Hasanah
050801040

Universitas Sumatera Utara


PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dengan cinta kasih dan
limpah karunia-Nya penyelesaian Skripsi ini dapat diselesaikan dalam waktu yang
telah ditetapkan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Dr. Marhaposan
Situmorang dan Bapak Drs. Nasir Saleh M.Eng,Sc , selaku dosen pembimbing yang
sangat berperan serta dalam penyelesaian tulisan ini, yang telah banyak memberikan
bimbingan serta panduan untuk menyempurnakan tulisan ini. Ucapan terima kasih
juga saya ucapkan kepada Bapak DR.Marhaposan Situmorang dan Ibu
Dra.Justinon,M.Si selaku ketua dan sekretaris Departemen Fisika FMIPA USU serta
kepada semua dosen di Departemen Fisika FMIPA USU yang dengan tulus
memberikan pelajaran dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis.
Ucapan Terima kasih saya sampaikan kepada seluruh Staff di bagian AMR di
PT. PLN (Persero) cabang Pematangsiantar yang sudah memberikan saya kesempatan
untuk melakukan Riset/Penelitian sampai selesai. Terkhusus kepada pembimbing saya
Bapak Isnaidi dan karyawan di bagian AMR yang sudah begitu banyak membantu
sampai terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
Akhirnya tidak terlupakan dan yang paling teristimewa kepada Bapak saya
Drs M. Arifin Tanjung Mama saya Rosnilawaty yang selalu mendoakan dan
memberikan support, materil dan dukungan yang luar biasa kepada saya. Abang
TAufik dan Bang Dayat, kakak sayaNursaadah adik saya ulfa, anis fadhlan dan
habib yang selalu mendukung,memberikan arahan/saran kepada saya dalam
menyelesaikan skripsi saya ini. Juga kepada teman – teman Fisika Angkatan 2005
yang telah banyak membantu Mawaddah, Meta, Widya, Azmah , Fadhlani, dan
Listika yang menjadi partner terbaik dalam menjalani riset/penelitian. Tak lupa yang
Teristimewa kepada orang yang sangat saya Cintai dan Sayangi Muhammad Yusuf
yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian yang sangat berarti bagi saya.
Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin

Penulis

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Sistem AMR terdiri dari control center, media komunikasi dan meter elektronik yang
merupakan suatu sistem pembacaan data - data meter secara otomatis yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pemantauan, dan pengendalian pasokan energi kepada
pelanggan, demikian pula untuk mendukung keperluan administrasi dan penagihan.
Dengan menggunakan sistem AMR ini dapat diketahui dan di deteksi gangguan -
gangguan yang terjadi dalam pengoperasiannya. baik itu gangguan yang terjadi di
meter elektronik maupun gangguan - gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik,
misalnya pada generator ataupun transformatornya.
Dari data yang diperoleh, gangguan yang terjadi dapat ditampilkan pada control center
AMR dengan fitur DLPD yaitu Data Langganan yang Perlu Diperhatikan. DLPD ini
mencakup Incorrect wiring, over voltage, under voltage, beban lebih, stop metering,
time difference, arus tidak seimbang, arus berlebih, reaktive energi undetected. dan
gangguan yang sering terjadi yaitu incorrect wiring, analisis terhadap DLPD ini
dilakukan untuk mempermudah pengidentifikasian gangguan - gangguan yang terjadi,
sehingga usaha untuk melakukan pencegahan kerusakan pada peralatan dapat
dilakukan secepat mungkin.

Universitas Sumatera Utara


ANALYSIS DISTURBANCE BY AUTOMATIC METER READING SYSTEM
AT PT. PLN (PERSERO) BRANCH OF PEMATANGSIANTAR

ABSTRACT

AMR system consists of the control center, communications media and electronic
meters which is a data reading system - automatic meter data that can be used for
purposes of monitoring, and controlling the energy supply to customers, as well as to
support the administrative and billing purpose.
By using this AMR system can be known and the detection of disturbances that occur
in the operation. whether disruption occurred in the electronic meters and disturbances
- disturbances that occur in electric power systems, such as the generator or
transformer.
From the data obtained, the disturbance that occurred can be displayed on the control
center features DLPD AMR with the customer data that need attention. This includes
DLPD Incorrect wiring, over voltage, under voltage, overload, stop metering, time
difference, unbalanced currents, overcurrent, reaktive energy undetected. And
disruption that often occurs is incorrect wiring. DLPD analysis of this was done to
facilitate the identification of disturbance that occur, so that efforts to prevent damage
to equipment can be done as soon as possible.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan…………………………………………………………………... i
Pernyataan …………………………………………………………………. ii
Penghargaan…………………………………………………………………. iii
Abstrak………………………………………………………………………. iv
Abstract……………………………………………………………………… v
Daftar Isi…………………………………………………………………….. vi
Daftar Gambar…………………………………………………………….... viii
Daftar Tabel…………………………………………………………………. ix
Daftar Singkatan ……………………………………………………………. x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………….. 1
1.2 Batasan Masalah………………………………………………... 2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………. 2
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………... 2
1.5 Sistematika Penulisan………………………………………….. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Defenisi dan Macam Gangguan ………………………………. 4
2.2 KWH Meter ………………………………………………….... 5
2.3 MODEM ………………………………………………............. 10
2.4 GSM..…………………………………………………………... 14
2.5 GPRS…………………………………………………………... 20
2.6 PSTN…………………………………………………………… 23
2.7 CDMA ………………………………………………………… 25

Universitas Sumatera Utara


BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian …………………………………………….. 27
3.2 Sistem AMR..………………………………………………… 27
3.2 1 Meter AMR…...…………………………………….. 28
3.2.2 Control Center AMR……...………………………… 30
3.2.3 Media Komunikasi Sistem AMR…...………………. 37
3.3 Sumber Data…………………………………………………. 41
3.4 Instrumen Pengumpul Data…………………………………. 41
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Data………………………. 41

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis DLPD AMR………………………………………… 44
4.2 Pencegahan Gangguan ………………………………………. 60
4.3 Aplikasi Sistem AMR……………………………………….. 62

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan………………………………………………….. 66
5.2 Saran………………………………………………………… 67

Daftar Pustaka……………………………………………………………. 68
Lampiran

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 KWH Meter Analog 6


Gambar 2.2 Diagram Skematik Meter Digital 7
Gambar 2.3 Modem Eksternal dan Modem Internal 12
Gambar 2.4 Model Pembagian Sel pada Sistem GSM 16
Gambar 2.5 Arsitektur Jaringan Sistem GSM 17
Gambar 2.6 Jaringan GPRS 22
Gambar 3.1 Sistem AMR 28
Gambar 3.2 Konfigurasi Control Center AMR 31
Gambar 3.3 Diagram alir proses pembacaan data meter
di Control Center AMR 35
Gambar 3.4 Komunikasi PSTN ke GSM 38
Gambar 3.5 Komunikasi GSM – GSM pada Sistem AMR 40
Gambar 4.1 Grafik Kesalahan dalam Pengawatan 46
Gambar 4.2 Grafik Tegangan per fasa pada Tegangan Lebih 49
Gambar 4.3 Grafik Tegangan Per Fasa Pada Tegangan Terlalu Rendah 51
Gambar 4.4 Grafik Tegangan dan Arus tiap fasa pada Arus Tidak Seimbang 53
Gambar 4.5 Grafik Arus Per Fasa Pada Arus Berlebih 55
Gambar 4.6 Meter Elektronik Setiap Pengukuran 62
Pembangkit,Distribusi, Transmisi , Pelanggan
Gambar 4.7 Susut di Transmisi atau di Distribusi 63
Gambar 4.8 Indikasi Susut di Jaringan Tegangan Rendah 64
Gambar 4.9 Meter Elektronik di Pelanggan 65

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Data Kesalahan Pengawatan 44


Tabel 4.2 Analisa Reverse Energy 45
Tabel 4.3 Data Tegangan Lebih 47
Tabel 4.4 Data Tegangan Terlalu Rendah 50
Tabel 4.5 Data Arus Tidak Seimbang 52
Tabel 4.6 Data Arus Berlebih 54
Tabel 4.7 Data Energi Reaktif Tidak Terdeteksi 56
Tabel 4.8 Data Penggunaan Beban Berlebih 57
Tabel 4.9 Data Perbedaan Waktu 58

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SINGKATAN

AMR : Automatic Meter Reading


AuC : Autentification Center
BSC : Base Station Center
BSS : Base Station Sub-System
BTS : Base Tranceiver Station
CC : Control Center
CS : Coding Scheme
DB : Database
DLPD : Data Langganan yang Perlu Diperhatikan
DPLC : Digital Power Lines Communication
DTU : Data Terminal Unit
EC : Embedded Concentrator
EIR : Equipment Identity Registration
FEC : Front End Concentrator
FTP : File Transfer Protokol
GGSN : Gateway GPRS Support Node
GPRS : General Packet Radio Service
GSM : Global System for Mobile
HLR : Home Location Register
KWH : Kilo Watt Hour
KVA : Kilo Volt Ampere
KVARH : Kilo Volt Ampere Reactive Hour
LWBP : Lewat Waktu Beban Puncak
ME : Meter Elektronik
MS : Mobile Station
MSC : Mobile Switching Center
NSS : Network Sub System
PCU : Packet Control Unit
PDN : Public Data Network
PLMN : Publick Land Mobile Network

Universitas Sumatera Utara


PMT : Pemutus Tenaga
PSTN : Public Switch Telephone Network
RTC : Real Time Clock
SGSN : Service GPRS Support Node
SIM : Subcriber Identity Module
SUTM : Saluran Udara Tegangan Menengah
SUTR : Saluran Udara Tegangan Rendah
SUTT : Saluran Udara Tegangan Tinggi
WBP : Waktu Beban Puncak
VLR : Visitor Location Register

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Sistem AMR terdiri dari control center, media komunikasi dan meter elektronik yang
merupakan suatu sistem pembacaan data - data meter secara otomatis yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pemantauan, dan pengendalian pasokan energi kepada
pelanggan, demikian pula untuk mendukung keperluan administrasi dan penagihan.
Dengan menggunakan sistem AMR ini dapat diketahui dan di deteksi gangguan -
gangguan yang terjadi dalam pengoperasiannya. baik itu gangguan yang terjadi di
meter elektronik maupun gangguan - gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik,
misalnya pada generator ataupun transformatornya.
Dari data yang diperoleh, gangguan yang terjadi dapat ditampilkan pada control center
AMR dengan fitur DLPD yaitu Data Langganan yang Perlu Diperhatikan. DLPD ini
mencakup Incorrect wiring, over voltage, under voltage, beban lebih, stop metering,
time difference, arus tidak seimbang, arus berlebih, reaktive energi undetected. dan
gangguan yang sering terjadi yaitu incorrect wiring, analisis terhadap DLPD ini
dilakukan untuk mempermudah pengidentifikasian gangguan - gangguan yang terjadi,
sehingga usaha untuk melakukan pencegahan kerusakan pada peralatan dapat
dilakukan secepat mungkin.

Universitas Sumatera Utara


ANALYSIS DISTURBANCE BY AUTOMATIC METER READING SYSTEM
AT PT. PLN (PERSERO) BRANCH OF PEMATANGSIANTAR

ABSTRACT

AMR system consists of the control center, communications media and electronic
meters which is a data reading system - automatic meter data that can be used for
purposes of monitoring, and controlling the energy supply to customers, as well as to
support the administrative and billing purpose.
By using this AMR system can be known and the detection of disturbances that occur
in the operation. whether disruption occurred in the electronic meters and disturbances
- disturbances that occur in electric power systems, such as the generator or
transformer.
From the data obtained, the disturbance that occurred can be displayed on the control
center features DLPD AMR with the customer data that need attention. This includes
DLPD Incorrect wiring, over voltage, under voltage, overload, stop metering, time
difference, unbalanced currents, overcurrent, reaktive energy undetected. And
disruption that often occurs is incorrect wiring. DLPD analysis of this was done to
facilitate the identification of disturbance that occur, so that efforts to prevent damage
to equipment can be done as soon as possible.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada proses pencatatan meter listrik, PLN memanfaatkan tenaga petugas untuk
mendatangi rumah pelanggan dan mencatat data pemakaian energi listrik yang ada
pada KWH meter. Apabila rumah pelanggan yang dikunjungi tersebut kosong, maka
proses pencatatan tidak dapat dilakukan. Selain itu pada proses pencatatan secara
manual tersebut seringkali terjadi kesalahan yang merugikan pihak pelanggan. Oleh
karena itu, diperlukan suatu sistem baru yang mampu mengatasi beberapa masalah
diatas.

Sistem Automatic Meter Reading (AMR) merupakan sistem pembacaan meter


yang relatif baru baik di Indonesia maupun dinegara lain bahkan dinegara – negara
maju seperti di Eropa. Uji coba sistem AMR di Indonesia dilakukan pada tahun 2000
- 2002 di Jawa Barat. Pada tahun 2003 pengembangan sistem AMR secara lebih
komprehensif dilanjutka di Jawa Barat dan Banten. Pada tahap ini dikembangkan
program – program aplikasi yang lebih mengarah pada kesesuaian dengan proses
bisnis distribusi PLN. Dan untuk Wilayah Sumatera Utara sistem AMR mulai
dioperasikan pada tahun 2008.

Sistem Automatic Meter Reading (AMR) adalah suatu sistem pembacaan data
– data meter listrik secara otomatis yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pemantauan dan pengendalian pasokan energi kepada pelanggan, demikian pula
untuk mendukung keperluan administrasi dan penagihan. Pembacaan sistem AMR
umumnya dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan media komunikasi
misalnya PSTN, modem (GSM,CDMA) , DPLC atau Radio Packet.

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan membahas tentang Sistem
Automatic Meter Reading (AMR) yang digunakan di PT PLN (Persero)
Pematangsiantar, khususnya mengenai gangguan yang terjadi dalam
pengoperasiannya melalui rekaman data dari meter elektronik.

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini ditentukan beberapa batasan permasalahan yang dimaksudkan


agar tidak terjadi penyimpangan dan perluasan pokok permasalahan keluar dari topik
sebenarnya.
1. Penelitian ini membahas gangguan yang terjadi pada sistem AMR melalui data –
data yang direkam di meter elektronik.
2. Penelitian ini membahas gangguan – gangguan yang terjadi pada sistem AMR
yaitu kesalahan pengawatan, tegangan terlalu tinggi, tegangan terlalu rendah,
arus tidak seimbang, arus berlebih, energy reaktif tidak terdeteksi, penggunaan
beban yang melebihi daya kontrak, dan perbedaan waktu serta usaha
pencegahan terhadap gangguan yang terjadi.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :


1. Mengetahui gangguan yang terjadi dalam pengoperasian meter elektronik
2. Mengetahui usaha pencegahan terhadap gangguan yang terjadi
3. Mengetahui aplikasi dari sistem Automatic Meter Reading

1.4 Manfaat Penelitian

1. Pihak PLN, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk
mengatasi gangguan yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara


2. Pembaca, memberi pemahaman terhadap pembaca tentang sistem AMR dan
menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya.
3. Penulis, melalui setiap proses yang dikerjakan dalam penelitian ini diharapkan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis sendiri.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penyusuna tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini menguraikan tentang defenisi gangguan, meter analog, meter digital, GSM,
PSTN, CDMA dan modem.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini berisi tentang metode yang digunakan dalam melakukan penelitian, sumber
data, tentang sistem AMR, dan cara melakukan analisa.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini menguraikan tentang analisis terhadap gangguan yang terjadi pada sistem
AMR, usaha pencegahan gangguan yang terjadi dan penjelasan tentang aplikasi sistem
AMR.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dalam penyusunan tugas akhir.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi dan Macam Gangguan

Bagi para pelanggan tenaga listrik terputusnya penyediaan tenaga listrik terasa sebagai
hal yang mengganggu kegiatannya atau mengganggu kenyamanannya (dalam bahasa
Inggris disebut convendency). Gangguan penyediaan tenaga listrik tidak dikehendaki
oleh siapapun, tetapi merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindarkan oleh
karenanya usaha – usaha perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah gangguan.
Yang dimaksud dengan gangguan dalam operasi sistem tenaga listrik adalah kejadian
yang menyebabkan bekerjanya relay dan menjatuhkan Pemutus Tenaga (PMT) diluar
kehendak operator, sehingga menyebabkan putusnya aliran daya yang melalui PMT
tersebut. Untuk bagian sistem yang tidak dilengkapi dengan PMT misalnya yang
diamankan dengan sekering, maka gangguan adalah kejadian yang menyebabkan
putusnya (bekerjanya) sekering.

Ada gangguan yang menyebabkan kerusakan namun sebagian besar tidak


menimbulkan kerusakan dalam arti tidak ada alat yang perlu diperbaiki terlebih
dahulu untuk dapat dioperasikan kembali sebagai akibat terjadinya gangguan.
Ditinjau dari sifatnya, ada gangguan yang bersifat temporer dan ada yang bersifat
permanen. Yang bersifat temporer ditandai dengan normalnya kerja PMT setelah
dimasukkan kembali. Yang bersifat permanen ditandai dengan bekerjanya kembali
PMT untuk memutus daya listrik. Gangguan permanen baru dapat diatasi setelah
sebab gangguannya dihilangkan sedangkan pada gangguan temporer sebab gangguan
hilang dengan sendirinya setelah PMT trip. Gangguan permanen bisa disebabkan
karena adanya kerusakan peralatan sehingga gangguan ini baru hilang setelah
kerusakan ini diperbaiki atau karena ada sesuatu yang mengganggu secara permanen
misalnya dahan yang menimpa kawat fasa dari saluran udara dan dahan ini perlu
diambil terlebih dahulu untuk dapat memasukkan kembali PMT secara normal dalam

Universitas Sumatera Utara


arti bahwa PMT tidak akan trip kembali. Gangguan temporer yang terjadi berkali –
kali dapat menyebabkan timbulnya kerusakan peralatan dan akhirnya menimbulkan
gangguan permanen sebagai akibat timbulnya kerusakan pada peralatan tersebut.

2.1.1 Faktor – faktor Penyebab Gangguan

Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak komponen dan
sangat kompleks. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
gangguan, antara lain sebagai berikut :
a. Faktor Manusia
Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian dalam memberikan
perlakuan pada sistem. Misalnya salah menyambungkan rangkaian, keliru
dalam mengkalibrasi suatu piranti pengaman, dan sebagainya.
b. Faktor Internal
Faktor ini menyangkut gangguan – gangguan yang berasal dari sistem itu
sendiri. Misalnya usia pakai, keausan, dan sebagainya. Hal ini bisa mengurangi
sensitivitas relai pengaman, juga mengurangi daya isolasi peralatan listrik
lainnya.
c. Faktor Eksternal
Faktor ini meliputi gangguan – gangguan yang berasal dari lingkungan di
sekitar sistem. Misalnya cuaca, gempa bumi, banjir, dan sambaran petir.
Disamping itu ada kemungkinan gangguan dari binatang, misalnya gigitan
tikus, burung, kelelawar, ular dan sebagainya.

2.2 KWH METER

KWH meter merupakan suatu alat pengukur energi listrik. Kwh meter terbagi menjadi
KWH Meter Analog dan KWH Meter Digital atau sering disebut dengan Meter
Elektronik.

Universitas Sumatera Utara


2.2.1 KWH Meter Analog

Penggunaan daya di Indonesia menggunakan satuan kilowatt hour, dimana KWH


adalah sama dengan 3.6 MJ. Bagian utama dari sebuah KWH meter adalah kumparan
tegangan, kumparan arus, piringan aluminium, magnet tetap dan gear mekanik yang
mencatat jumlah perputaran piringan aluminium. Apabila meter dihubungkan ke daya
satu fasa maka piringan mendapat torsi yang dapat membuatnya berputar seperti
motor dengan tingkat kepresisian yang tinggi. Berikut merupakan gambar KWH
meter analog

Gambar 2.1 KWH Meter Analog

Dari gambar tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa arus beban I menghasilkan fluks
bolak – balik yang melewati piringan aluminium dan menginduksinya, sehingga
menimbulkan tegangan dan arus. Kumparan tegangan juga menghasilkan fluks bolak
– balik yang memintas arus. Karena itu piringan mendapat gaya, dan resultan dari
torsi membuat piringan berputar. Kecepatan putaran piringan sebanding dengan daya
aktif yang terpakai. Semakin besar daya yang terpakai, kecepatan piringan semakin
besar, demikian pula sebaliknya. Secara mum perhitungan untuk daya listrik dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu : daya kompleks (S), daya reaktif (Q), dan daya
aktif (P). dari ketiga daya tersebut, yang terukur pada KWH meter adalah daya aktif,

Universitas Sumatera Utara


yang dinyatakan dengan satuan Watt. Sedangkan daya reaktif dapat diketahui
besarnya dengan menggunakan alat ukur Var meter. Untuk pemakaian pada rumah,
biasanya hanya menggunakan KWH meter.

2.2.2 KWH Meter Digital /Meter Elektronik

Meter Elektronik dirancang sebagai meter multifungsi yang mampu mengukur energi
aktif (KWH), energi reaktif (kvarh) baik total maupun masing – masing fasa, dan
parameter sesaat seperti tegangan, arus, faktor daya, daya aktif, daya reaktif, daya
untuk masing – masing fasa. Meter elektronik merupakan sebuah alat ukur besaran
listrik yang bekerja berdasarkan prinsip elektronik (pulsa) untuk memantau pasokan
energi (KWH) ke pelanggan baik yang secara langsung (instantaneous) atau yang
sudah tersimpan dalam memori meter.

Diagram Skematik meter elektronik :

Gambar 2.2 Diagram Skematik Meter Elektronik

Universitas Sumatera Utara


Meter AMR dilengkapi dengan modem komunikasi DPLC (Digital Power
Line Communication) yang terdapat didalam meter dan port komunikasi serial RS-232
untuk keperluan setting meter dan Automatic Meter Reading secara remote melalui
media komunikasi PSTN, GSM, CDMA.
Meter AMR juga dilengkapi dengan fasilitas TusBung, yang berupa power relay
didalam unit tersebut. Dengan demikian dimungkinkan untuk memutus dan
menyambung beban pelanggan secara remote baik melalui DPLC modem maupun
melalui port komunikasi serial RS-232. Setiap perintah TusBung secara otomatis
disimpan di event log.
Meter AMR dilengkapi dengan kemampuan mendeteksi tampering dan kesalahan
dalam pemasangan meter, misalnya mendeteksi jika cover meter terbuka, missing
phase atau urutan fasa terbalik.

Pada Meter AMR juga terdapat Real Time Clock (RTC) yang digunakan untuk
mengontrol tarif dan stamping waktu untuk data load survey dan event log. RTC
dilengkapi dengan backup battery yang menjaga RTC selama catu daya hilang (mati),
yang mampu bertahan hingga 2 tahun. Ketidak-akurasian RTC adalah sekitar 0,5
menit/bulan.
Pada umumnya meter elektronik memiliki empat buah modul :
a. Measurement Modul
Meter elektronik mengukur tegangan per fasa, arus per fasa, daya aktif, daya
reaktif, daya semu, factor daya dll.

b. Comunication modul
Meter Elektronik menyediakan modul komunikasi untuk memudahkan
pembacaan atau konfigurasi setting meter tersebut dari melalui PC ke meter
elektronik.
Komunikasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara local atau remote reading
(dial up) jarak jauh seperti contoh sebagai berikut :
1. Local Communication (optical)
2. Local Communication RS 232 atau RJ-45
3. Remote Reading (Modem Communication) PSTN,GSM, CDMA,PLC.

Universitas Sumatera Utara


c. Processor Modul
Modul ini berfungsi sebagai processor dari meter. Processor Modul atau disebut juga
Memory back up merupakan tempat penyimpanan data load profile, stand billing
reset, event log, dalam interval waktu – waktu yang telah ditentukan.
1. Load Profile adalah rekaman hasil pengukuran energi yang dapat dihitung oleh
meter dalam interval waktu yang ditentukan.
2. Billing Reset adalah energi yang terukur selama selang waktu 1 (satu) bulan
yang merupakan nilai untuk penghitungan tagihan kepada pelanggan.
3. Event Log adalah rekaman seluruh kejadian yang dialami oleh meter dengan
tidak memperhitungkan interval waktu.
Dan kapasitas atau banyaknya data yang bisa diambil sesuai dengan besarnya memori
pada meter dan interval waktu yang ditentukan.

d. LCD Display Modul


Merupakan tampilan parameter – parameter yang ada pada meter sesuai dengan
setting LCD Meter. Pada display meter elektronik ditampilkan :
a. Nilai dan besaran parameter yang diukur
b. Kode atau Register
c. Informasi atau keterangan pelanggan

Parameter yang ditampilkan terdiri dari beberapa item yang mana interval waktu
tampilan diatur sedemikian rupa . misalnya 8 detik per item untuk tampilan isi maka
secara otomatis akan berganti ke item berikutnya, dan seterusnya.
Kelompok tampilan meter elektronik :
a. Parameter pengukuran saat ini (instant)
b. Parameter pengukuran yang lalu
c. Informasi atau keterangan pelanggan

Parameter-parameter yang dapat ditampilkan meter elektronik adalah sebagai


berikut : Nomor serial meter, Energi Aktif Total (kWh) per Tarif, Energi Reaktif Total
per Tarif, Energi Aktif (kWh) Reverse, Energi Reaktif (kvarh) Reverse Energy, Energi
Aktif (kWh) per tiap fasa, Energi Reaktif tiap fasa, Tegangan Tiap Fasa, Arus Tiap

Universitas Sumatera Utara


Fasa, Frekuensi, Daya Aktif Tiap Fasa, Daya Reaktif Tiap Fasa, Daya Tiap FAsa,
KVA Max, Faktor Daya Tiap Fasa, Tanggal dan Jam, Pesan Pendek

2.3 MODEM

Modem merupakan singkatan dari modulator-demodulator. Modulator merupakan


bagian yang mengubah sinyal informasi kedalam sinyalpembawa(Carrier) dan siap
untuk dikirimkan, sedangkan Demodulator adalah bagian yang memisahkan signal
informasi (yang berisi data atau pesan) dari signal pembawa (carrier) yang diterima
sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik.

2.3.1 Cara Kerja Modem

Kebanyakan modem yang digunakan di PC atau laptop dewasa ini adalah dengan
menggunakan teknik asynchronous. Asynchronous ini maksudnya bahwa ketika
modem ini mengirimkan data tanpa menggunakan clock untuk menyinkronisasikan
kegiatan dari kedua sistem yang terhubung, data dikirim dalam 1 byte yang berada
dalam sebuah frame pada satu waktu. Frame tersebut berisikan sebuah start bit, dan
biasanya satu atau lebih stop bit. Start dan stop bit inilahyang memberitahukan kapan
dan dimana data tersebut. Karena fungsi inilah,sehingga dapat diketahui mana yang
dapat diterima dan mana yang tidak. Modem yang digunakan di PC atau laptop
dewasa ini adalah tersebut dapat dikirimkan melalui beberapa media
telekomunikasi dengan menggunakan teknik asynchronous. Data dari komputer
yang berbentuk sinyal digital diberikan kepada modem untuk diubah menjadi
sinyal analog. Sinyal analog seperti telepon dan radio. Setibanya di modem
tujuan, sinyal analog tersebut diubah menjadi sinyal digital kembali dan
dikirimkan kepada komputer.

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Kecepatan Modem

Kecepatan sebuah modem diukur dengan satuan bps (bit per second) atau kbps (kilobit
per second). Besarnya bervariasi, antara 300 bps hingga 56,6 kbps, namun kecepatan
yang umum digunakan dewasa ini berkisar antara 14.4 hingga 56,6 kbps. Makin tinggi
kecepatannya tentunya makin baik karena akan mempersingkat waktu koneksi dan
menghemat biaya pulsa telepon. Kecepatan koneksi juga sangat bergantung pada
kualitas saluran telepon yang digunakan. Modem 56,6 kbps biasanya sangat jarang
bisa mencapai kecepatan puncaknya. Umumnya koneksi tercepat yang bisa dicapai
lewat saluran telepon konvensional adalah berkisar antara 45-50 kbps untuk
downstream, tergantung jarak dari sentral saluran telepon yang digunakan (makin
dekat tentunya makin baik), sedangkan untuk upstream maksimal hanya sebesar 33.6
kbps. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan saluran telepon yang memang pada
dasarnya tidak dirancang untuk komunikasi data berkecepatan tinggi.

Modem terbaru berbasis teknologi High Speed Downlink Packet Access


(HSDPA) yang lebih dikenal dengan sebutan 3,5G. Modem ini menyediakan fasilitas
akses data. Dengan kecepatan sampai 3,6 Megabyte per second (Mbps) sepuluh kali
lupat kecepatan akses modem 3G di 384 Kbps. Ada 4 (empat) operator GSM yang
menawarkan Modem HSDPA, yakni Indosat,Telkomsel, XL dan Axis.

2.3.2 Jenis – Jenis Modem

Secara Fisik, modem dapat dibedakan sebagai modem internal dan modem eksternal.
Disamping itu, kita mengenal pembagian berdasarkan kecepatan dan cara kerjanya,
apakah itu berupa software atau hardware modem. Ada beberapa pembagian lagi yang
sifatnya lebih teknis, seperti error control, data compression protocol

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3 Modem eksternal 28.8kbps serial-port modem dari Motorola Modem
Internal 56kbps PCIslot.

2.3.2.1 Modem Eksternal dan Internal

Seperti namanya, perangkat modem eksternal berada diluar CPU. Modem eksternal
dihubungkan ke CPU melalui port COM atau USB. Modem jenis ini biasanya
menggunakan sumber tegangan terpisah berupa adaptor. Keuntungan penggunaan
modem jenis ini adalah portabilitasnya yang cukup baik sehingga gampang dipindah-
pindah untuk digunakan di komputer lain. Disamping itu dengan menggunakan
modem eksternal, tidak perlu ada slot ekspansi yang dikorbankan sehingga bisa
dipakai untuk keperluan lain, terutama apabila mainboard yang digunakan hanya
menyediakan sedikit slot ekspansi. Modem eksternal juga dilengkapi dengan lampu
indikator yang memudahkan kita untuk memonitor status modem. Kerugiannya,
harganya lebih mahal dibandingkan dengan modem internal. Modem eksternal juga
membutuhkan tempat tersendiri untuk menaruhnya meskipun kecil.

Yang pertama dari jenis modem eksternal adalah modem dial up, modem ini
masih menggunakan saluran telepon dengan menggunakan frekuensi suara sehingga
jalur telepon tidak dapat digunakan saat terhubung ke internet. Contohnya Telkomnet
dan modem jenis ini lebih mahal daripada jenis internal. Sama seperti jenis lain dari
modem eksternal anda mungkin mempertimbangkan dua tipe modem : modem kabel
dan DSL jika anda menginginkan layanan internet berkecepatan tinggi. Semua ISP
biasanya menyediakan modem spesial dinamakan modem digital di dalam paket
broadband. Sangat penting untuk memperhatikan bahwa modem kabel harus

Universitas Sumatera Utara


dihubungkan dengan kartu Ethernet, ditempatkan di slot PCI komputer yang
disediakan oleh koneksi intenet broadband ke pengguna. Memang benar jika anda
memilih koneksi Ethernet. Akan tetapi anda tidak akan membutuhkannya jika pilihan
anda menggunakan koneksi USB. Modem kabel menggunakan sumbu kabel jaringan
televisi untuk menyediakan bandwitdth yang hebat dibandingkan modem komuter dial
up. Akses yang benar-benar cepat ke Web yang disediakan oleh modem kabel dengan
transmisi downstream hingga 38 Mbits/s dan transmisi upstream hingga 1 Mbits/s.
besaran transmisi ini berubah-rubah tergantung jumlah pengguna karena pembagian
bandwith yang menggunakan teknologi kabel ini.

Modem DSL (DIgital Subscriber Line) secara eklusif digunakan untuk koneksi
dari telepon kantor yang dipindahkan ke pengguna. Teknologi ini, tersedia dan
seringkali dipakai, dipisahkan dalam dua kategori utama :

1. ADSL (Asymetric Digital Subcriber Line) mendukung transmisi downstream


dari 1,5 Mbits/s hingga 9 Mbits/s dan transmisi upstream hingga 3 Mbps.
Menggunakan jalur kabel telepon namun menggunakan frekuensi yang berbeda
sehingga, telepon masih dapat digunakan walau terhubung ke internet, bebas
gangguan dan cepat. Contohnya Telkom speedy.
2. SDSL (Symetric Digital Subcriber Line), biasanya digunakan di Eropa dan
mempunyai besaran downstream dan upstream data yang sama yaitu sekitar 128
Kbits/s.

Berbeda dengan modem eksternal, modem internal terpasang langsung


didalam CPU. Secara fisik modem internal berupa sebuah card yang tertancap pada
salah satu slot ekspansi pada mainboard, biasanya pada slot ISA atau PCI.
Penggunaan modem jenis ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain adalah lebih
hemat tempat dan dari segi harga lebih ekonomis dibandingkan dengan modem
eksternal. Karena telah terpasang di dalam CPU, maka modem jenis ini tidak
membutuhkan adaptor seperti halnya modem eksternal sehingga sistem terkesan lebih
ringkas tanpa ada banyak kabel berseliweran yang bisa memberi kesan kurang rapi.
Namun demikian, modem internal memiliki kelemahan berupa tidak adanya indikator
sebagaimana yang bisa ditemui pada modem eksternal. Akibatnya agak sulit untuk
memantau status modem (walaupun bisa dilakukan lewat software). Selain itu, modem

Universitas Sumatera Utara


internal tidak menggunakan sumber tegangan sendiri hingga harus dicatu dari power
supply pada CPU. Panas dari komponen-komponen dalam rangkaian modem internal
juga akan menambah suhu dalam kotak CPU.

2.3.2.2 Modem Berbasis Hardware dan Software

Disamping kedua pembagian diatas, kita juga mengenal istilah hardware atau software
modem. Modem yang bekerja secara hardware menggunakan chip khusus untuk
menangani fungsi-fungsi komunikasi data, sedangkan pada software modem,
pekerjaan ini diambil alih oleh sebuah program driver. Penggunaan software modem
akan cukup membebani kerja CPU, dan dengan demikian tentunya memerlukan
sistem dengan processor yang cepat (disarankan minimal menggunakan processor
Pentium 200 Mhz). Penurunan performa akan sangat terasa saat menggunakan modem
jenis ini. Sebuah mesin berbasis Celeron 400 misalnya, hanya mampu bekerja
layaknya PC Pentium Classic saat online dengan memanfaatkan software modem.
Secara fisik hampir tidak ada ciri yang menyolok yang membedakan antara kedua
jenis modem ini. Namun demikian, dewasa ini hampir seluruh modem internal
berbasis PCI yang ada di pasaran adalah software modem. Modem jenis ini umumnya
dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibanding dengan modem berbasis
hardware. Karena faktor ketersediaan driver, maka software modem umumnya hanya
bisa bekerja di lingkungan OS Windows sehingga jenis modem ini juga sering disebut
sebagai Winmodem.

2.4 GSM

GSM (Global System for Mobile) adalah sebuah teknologi komunikasi bergerak yang
tergolong dalam generasi kedua (2G). Perbedaan utama sistem 2G dengan teknologi
sebelumnya terletak pada teknologi digital yang digunakan. Keuntungan teknologi
generasi kedua dibanding dengan teknologi generasi pertama antara lain ialah :
a. Kapasitas sistem lebih besar, karena menggunakan teknologi digital, dimana
penggunaan sebuah kanal tidak diperuntukkan bagi satu user saja. Sehingga pada

Universitas Sumatera Utara


saat user tersebut tidak mengirimkan informasi, kanal dapat digunakan oleh user
lain. Hal ini berlawanan dengan teknologi FDMA yang digunakan pada generasi
pertama.
b. Teknologi yang dikembangkan di negara – negara yang berbeda merujuk
pada standar Internasional sehingga sistem pada negara – negara yang berbeda
tersebut masih tetap compatible satu dengan lainnya sehingga dimungkinkannya
roaming antar negara.
c. Dengan menggunakan teknologi digital, service yang ditawarkan menjadi
lebih beragam, dan bukan hanya sebatas suara saja, tapi juga memungkinkan
diimplementasikannya service – service yang berbasis data, seperti SMS, dan
juga pengiriman data dengan kecepatan rendah.
d. Penggunaan teknologi digital juga menjadikan keamanan sistem lebih baik.

2.4.1 Spesifikasi Umum sistem GSM

Spesifikasi Teknis :
a. Uplink 890 MHz – 915 MHz
b. Downlik 935 MHz – 960 MHz
c. Duplex Spacing 45 MHz
d. Carrier Spacing 200 MHz
e. Modulasi GMSK
f. Metode akses FDMA – TDMA

Alokasi frekuensi untuk 3 operator terbesar :


1. Indosat/Satelindo : 890 – 900 MHz (10MHz)
2. Telkomsel : 900 – 907,5 MHz (7,5MHz)
3. Excelcomindo : 907,5 – 915 MHz (7,5MHz)

Universitas Sumatera Utara


2.4.2 Bandwith

Bandwith yang dialokasikan untuk tiap frekuensi pembawa pada GSM adalah sebesar
200 kHz. Pada kenyataannya, bandwith sinyal tersebut lebih besar dari 200 kHz,
bahkan setelah dilakukan pemfilteran pun hal itu tetap terjadi. Akibatnya sinyal akan
memasuki kanal – kanal disebelahnya. Jika pada satu sel terdapat BTS dengan
frekuensi pembawa yang sama atau bersebelahan kanal, maka akan terjadi interferensi
akibat overlapping tersebut. Begitu juga sel – sel yang bersebelahan memiliki
frekuensi pembawa sama atau berdekatan. Alasan inilah yang menyebabkan mengapa
dalam satu sel atau antara sel – sel yang berdekatan tidak boleh menggunakan kanal
yang sama atau berdekatan.

2.4.3 Pembagian sel

Pembagian area dalam kumpulan sel- sel merupakan prinsip penting GSM sebagai
sistem telekomunikasi selular. Sel – sel tersebut di modelkan sebagai bentuk
heksagonal seperti gambar berikut. Tiap sel mengacu pada satu frekuensi pembawa/
kanal. Pada kenyataannya jumlah kanal yang dialokasikan terbatas, sementara jumlah
sel bisa saja berjumlah sangat banyak. Untuk memenuhi hal ini, dilakukan teknik
pengulangan frekuensi (frekuensi re-use). Pada gambar terlihat contoh frekuensi re-
use dengan jumlah kanal 7 buah. Antara sel – sel yang berdekatan frekuensi yang
digunakan tidak boleh bersebelahan kanal atau bahkan sama.

Gambar. 2.4 Model Pembagian Sel pada Sistem GSM


2.4.4 Arsitekstur Jaringan Sistem GSM

Universitas Sumatera Utara


Secara umum, network elemen dalam arsitektur jaringan GSM dapat dibagi menjadi :
1. Mobile Station (MS)
2 Base Station Sub-System (BSS)
3. Network Sub-System (NSS)
4. Operation ans Support System

Gambar 2.5. Arsitektur Jaringan Sistem GSM

1. Mobile Station (MS)


Mobile Station (MS) adalah perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk
melakukan pembicaraan. Secara umum sebuah Mobile Station terdiri dari :

a. Mobile Equipment (ME) atau handset atau modem


Mobile Equipment (ME) atau handset adalah perangkat GSM yang berada di sisi
pelanggan yang berfungsi sebagai terminal transceveir (pengirim dan penerima
sinyal) untuk berkomunikasi dengan perangkat GSM lainnya. Secara internasional,
ME diidentifikasi dengan IMEI (Internasional Mobile Equipment Identity) dan data

Universitas Sumatera Utara


IMEI ini disimpan oleh EIR untuk keperluan authentifikasi, apakah mobile equipment
yang bersangkutan diizinkan untuk melakukan hubungan atau tidak.

b. Subscriber Identity Module (SIM) atau Sim Card


Subscriber Identity Module (SIM) adalah sebuah smart card yang berisi seluruh
informasi pelanggan dan beberapa informasi service yang dimilikinya. Mobile
Equipment (ME) tidak dapat digunakan tanpa ada SIM card di dalamnya, kecuali
untuk panggilan emergency (SOS) dapat dilakukan tanpa menggunakan SIM card.

2. Base Station Sub-System (BSS)


Secara umum Base Station Sub-System terdiri dari BTS (Base Transceiver Station)
dan BSC (Base Station Controller).
a. Base Transceiver Station (BTS)
BTS adalah perangkat GSM yang berhubungan langsung dengan MS. BTS
berhubungan dengan MS melalui air interface. BTS berfungsi sebagai pengirim dan
penerima sinyal komunikasi dari/ke MS yang menyediakan radio interface antara MS
dan jaringan GSM. Karena fungsinya sebagai penerima maka bentuk fisik sebuah BTS
adalah tower dengan dilengkapi antena sebagai transceiver. Sebuah BTS dapat
mengcover area sejauh 35 km. Area cakupan BTS ini disebut dengan cell. Sebuah cell
dapat dibentuk oleh sebuah BTS atau lebih, tergantung dari bentuk cell yang
diinginkan.

b. Base Station Controller (BSC)


BSC adalah perangkat yang mengontrol kerja BTS – BTS yang secara hirarki
berada di bawahnya. BSC merupakan interface yang menghubungkan antara BTS dan
MSC (Mobile Switching Center).

3. Network Sub-System
a. Mobile Switching Center (MSC)
MSC adalah network elemen central dalam sebuah jaringan GSM. Semua
hubungan (Voice Call/transfer data) yang dilakukan oleh mobile subscriber selalu
menggunakan MSC sebagai pusat pembangunan hubungannya.

Universitas Sumatera Utara


b. Home Location Register (HLR)
HLR adalah network elemen yang berfungsi sebagai sebuah database untuk
penyimpan semua data dari informasi mengenai pelanggan yang tersimpan secara
permanen, dalam arti tidak tergantung pada posisi pelanggan. HLR bertindak sebagai
pusat informasi pelanggan yang setiap waktu akan diperlukan oleh VLR untuk
merealisasi terjadinya komunikasi pembicaraan. VLR selalu berhubungan dengan
HLR dan memberikan informasi posisi terakhir dimana pelanggan berada. Informasi
lokasi ini akan di update apabila pelanggan berpindah dan memasuki coverage atau
suatu MSC yang baru.

c. Visitor Location Register (VLR)


VLR adalah network elemen yang berfungsi sebagai sebuah database yang
menyimpan data dan informasi pelanggan, dimulai pada saat pelanggan memasuki
suatu area yang bernaung dalam wilayah MSC VLR (setiap MSC VLR (Setiap MSC
akan memiliki VLR sendiri) tersebut melakukan roaming. Informasi pelanggan yang
ada di VLR ini pada dasarnya adalah copy-an dari informasi pelanggan yang ada di
HLR-nya. Adanya informasi mengenai pelanggan dalam VLR memungkinkan MSC
untuk melakukan hubungan baik incoming (panggilan masuk) dan outgoing
(panggilan keluar).

d. Authentification Center (AuC)


AuC menyimpan semua informasi yang diperlukan untuk memeriksa keabsahan
pelanggan, sehingga usaha untuk mencoba mengadakan hubungan pembicaraan bagi
pelanggan yang tidak sah dapat dihindarkan. Disamping itu AuC berfungsi untuk
menghindarkan adanya pihak ke tiga yang secara tidak sah mencoba untuk menyadap
pembicaraan. Dengan fasilitas ini, maka kerugian yang dialami pelanggan sistem
selular analog saat ini akibat banyaknya usaha memparalel, tidak mungkin terjadi pada
GSM. Sebelum proses penyambungan switching dilaksanakan sistem akan memeriksa
terlebih dahulu, apakah pelanggan yang akan mengadakan pembicaraan adalah
pelanggan yang sah.

Universitas Sumatera Utara


e. Equipment Identity Registration (EIR)
EIR memuat data – data peralatan pelanggan ( Mobile Equipment) yang
diidentifiksai dengan IMEI (International Mobile Equipment Identity). Data Mobile
Equipment yang di simpan di EIR dapat dibagi atas 3 (tiga) kategori :
1. Peralatan yang diizinkan untuk mengadakan hubungan pembicaraan ke
manapun.
2. Peralatan yang dibatasi dan hanya diizinkan mengadakan hubungan pembicaraan
ketujuan yang terbatas.
3. Peralatan yang sama sekali tidak diizinkan untuk berkomunikasi.
Keberadaan EIR belum distandarisasi secara penuh, oleh karena itu belum
dioperasikan di semua operator.

2.5 GPRS

GPRS (singkatan bahasa Inggris: General Packet Radio Service, GPRS) adalah suatu
teknologi yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan data lebih cepat jika
dibandingkan dengan penggunaan teknologi Circuit Switch Data atau CSD. Sering
disebut pula dengan teknologi 2,5G. Sistem GPRS dapat digunakan untuk transfer
data (dalam bentuk paket data) yang berkaitan dengan e-mail, data gambar (MMS),
dan penelusuran (browsing) internet. Layanan GPRS dipasang pada jenis ponsel tipe
GSM dan IS-136, walaupun jaringan GPRS saat ini terpisah dari GSM.
GPRS merupakan sistem transmisi berbasis paket untuk GSM yang menggunakan
prinsip 'tunnelling'. Ia menawarkan laju data yang lebih tinggi. Laju datanya secara
kasar sampai 160 kbps dibandingkan dengan 9,6kbps yang dapat disediakan oleh
rangkaian tersakelar GSM. Kanal-kanal radio ganda dapat dialokasikan bagi seorang
pengguna dan kanal yang sama dapat pula digunakan secara berbagi ('sharing') di
antara beberapa pengguna sehingga menjadi sangat efisien.
Dari segi biaya, pentarifan diharapkan hanya mengacu pada volume penggunaan.
Penggunanya ditarik biaya dalam kaitannya dengan banyaknya byte yang dikirim atau
diterima, tanpa memperdulikan panggilan, dengan demikian dimungkinkan GPRS
akan menjadi lebih cenderung dipilih oleh pelanggan untuk mengaksesnya daripada
layanan-layanan IP.

Universitas Sumatera Utara


GPRS merupakan teknologi baru yang memungkinkan para operator jaringan
komunikasi bergerak menawarkan layanan data dengan laju bit yang lebih tinggi
dengan tarif rendah ,sehingga membuat layanan data menjadi menarik bagi pasar
massal. Para operator jaringan komunikasi bergerak di luar negeri kini melihat GPRS
sebagai kunci untuk mengembangkan pasar komunikasi bergerak menjadi pesaing
baru di lahan yang pernah menjadi milik jaringan kabel, yakni layanan internet.
Kondisi ini dimungkinkan karena ledakan penggunaan internet melalui jaringan kabel
(telepon) dapat pula dilakukan melalui jaringan bergerak. Sebagai gambaran kecil,
layanan bergerak yang kini menjadi sukses di pasar (bagi operator di manca Negara)
misalnya adalah laporan cuaca, pemesanan makanan, berita olah raga, sampai ke
informasi seperti berita–berita penting harian, dalam teorinya GPRS menjanjikan
kecepatan dari 56 kbps sampai 115 kbps, sehingga memungkinkan akses internet,
pengiriman data multimedia ke computer, notebook, dan handled komputer. Namun,
dalam implementasinya. Hal tersebut sangat tergantung pada faktor – faktor berikut :
a. Konfigurasi data dan alokasi time slot pada level BTS
b. Software yang dipergunakan
c. Dukungan fitur dan aplikasi yang digunakan

Komponen – komponen utama jaringan GPRS adalah :


1. GGSN (Gatewy GPRS Support Node) gerbang penghubung GPRS ke jaringan
internet. Fungsi dari komponen ini adalah sebagai interface ke PDN (Public Data
Network). Informasi roauting, network screening, user screening, address
mapping.
2. SGSN (Serving GPRS Support Node) gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke
jaringan GPRS. Komponen ini berfungsi untuk mengantarkan paket data ke MS,
update pelanggan ke HLR, registrasi ke pelanggan baru.
3. PCU, komponen di level BSS yang menghubungkan terminal ke jaringan GPRS.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5 Jaringan GPRS

SGSN bertugas mengirimkan data ke Mobile Station (MS) dalam satu area, mengirim
sejumlah pertanyaan ke HLR untuk memperoleh profile data pelanggan GPRS
(management mobility), mendeteksi MS-GPRS yang baru dalam suatu area servis
yang menjadi tanggungjawabnya (location management). SGSN dihubungkan ke BSS
pada GSM dengan koneksi Frame Relay melalui PCU (Packet Control Unit) di dalam
BSC.
GGSN bertugas sebagai interface ke jaringan IP external seperti public internet atau
mobile service provider, meng-update informasi routing dari PDU (Protocol Data
Units) ke SGSN.

GPRS menggunakan sistem komunikasi packet switch sebagai cara untuk


mentransmisikan datanya. Packet switch adalah sebuah sistem di mana data yang akan
ditransmisikan dibagi menjadi bagian-bagian kecil (paket) lalu ditransmisikan dan
diubah kembali menjadi data semula. Sistem ini dapat mentransmisikan ribuan bahkan
jutaan paket per detik. Transmisi dilakukan melalui PLMN (Public Land Mobile
Network) dengan menggunakan IP backbone. Karena memungkinkan untuk
pemakaian kanal transmisi secara bersamaan oleh pengguna lain maka biaya akses

Universitas Sumatera Utara


GPRS, secara teori, lebih murah daripada biaya akses CSD. GPRS didesain untuk
menyediakan layanan transfer packet data pada jaringan GSM dengan kecepatan yang
lebih baik dari GSM. Kecepatan yang lebih baik ini didapat dengan menggunakan
coding scheme (CS) yang berbeda dari GSM.

2.6 PSTN

PSTN adalah Public Switched Telephone Network yaitu jaringan telepon tetap yang
menggunakan kabel sebagai perantara atau media penghubung lainnya. Jaringan
PSTN sudah dikenal lama oleh masyarakat luas yang pada umumnya memanfaatkan
jaringan PSTN untuk telepon rumah dan jaringan internet karena biaya yang
dikeluarkan cukup murah dibandingakan dengan jaringan lainnya. Jaringan PSTN
merupakan produk dari American Telephotne and Telegraph Company (AT&T) yaitu
perusahaan telephone yang sangat besar di Amerika yang berdiri akibat inovasi dari
Alexander Graham Bell yang menemukan telepon pertama kalinya pada 1876.

Jaringan PSTN biasanya menggunakan kabel tembaga sebagai media


penghubung karena kabel tersebut sangat kuat, tidak mudah karatan, tahan terhadap
perubahan cuaca dan bisa menghantarkan sinyal dengan kuat dan jelas. Selain kabel
tembaga, jaringan juga bisa dihubungkan oleh kabel fiber optic, namun kabel ini
jarang digunakan karena selain harus mengubah sinyal elektrik menjadi bentuk
cahaya, kabel ini relatif sangat mahal bila dibandingkan dengan kabel tembaga.
Jaringan juga dapat dihubungkan dengan kabel coaxial, namun kabel ini sulit
diinstalasi dan memiliki ukuran yang sangat besar walaupun kuat terhadap noise.
Selain kabel tembaga, satelit, fixed wireless ( jaringan telepon tanpa kabel kepada
fixed customer, seperti telepon rumah misalnya) dan mobile wireless circuit (jaringan
telepon tanpa kabel kepada mobile customer, seperti handphone misalnya) juga dapat
digunakan sebagai media penghubung sebagai media penghubung pada jaringan
PSTN. Jaringan PSTN memiliki lima komponen dasar, yaitu telepon, network access,
central officer (CO), trunks dan special circuit, serta CPE (Customer Premise
Equipment).

Universitas Sumatera Utara


Komponen pertama yaitu telepon, memiliki infrastruktur yang bermula dari sepasang
kabel tembaga yang dinamakan sebagai local loop. Secara fisik, local loop
menghubungkan telepon rumah kita dengan switch yang berada di CO. Jalur
komunikasi antara switch yang berada di CO dan rumah kita biasanya disebut sebagai
phone line, sedangkan phone line beroperasi lewat local loop.

Pengoperasian telepon sangat mirip dengan saklar lampu. Bila saklar pada
lampu kita pencet kemudian lampu menyala akibat dari rangkaian arus tersambung,
maka pada telepon cara ini kita lakukan dengan mengangkat gagang telepon. Ketika
gagang telepon kita angkat (atau yang disebut dengan off-hook), maka rangkaian arus
tersambung, dimana kondisi tersebut memungkinkan CO untuk mengirim sinyal ke
telepon kita. Setelah kita angkat gagang telepon tentunya kita akan memencet
serangkaian angka agar telepon kita tersambung ke tujuan. Proses ketika kita
mengirimkan sinyal dengan memencet nomor tujuan ini disebut signaling. Dulu,
semua orang melakukan signaling dengan memutar nomor telepon yang ada di
telepon. Sekarang, kita semua melakukan signaling dengan memencet angka yang ada
di telepon. Hal ini adalah metode signaling yang dinamakan Dual Tone
Multifrequency (DTMF), yang menyediakan dua frekuensi yang berbeda pada setiap
angka yang di pencet. Frekuensi yang berbeda tersebut dibutuhkan untuk
mendefenisikanhkan nomor tujuan dengan lebih tepat.
Setelah sinyal diterima CO, sinyal tersebut akan ditarik dan dikirimkan ke suatu
jaringan yang bernama Signaling System 7 (SS7), yakni sebuah metode yang
menggunakan sistem jaringan sehingga penelepon dengan penerima telepon terhubung
tanpa membutuhkan kabel langsung dari penelepon dan penerima.

Komponen yang kedua adalah network acess, yaitu penyedia jasa layanan
telepon yang akan menghubungkan penelepon dengan penerima telepon. Ketika
telepon pertama kali muncul, penyedia jasa layanan telepon adalah Regional Bell
Operating Companies (RBOCs), Local Exchange Carriers (LEC) atau penyedia
layanan telepon local, Interexchange Carriers atau penyedia jasa layanan telepon
jarak jauh dan cellular operators.

Universitas Sumatera Utara


Komponen yang ketiga adalah Central Offices (COs) yang menyediakan trunk
untuk menghubungkan penelepon dengan penerima telepon. CO lah yang memberikan
nada sambung atau dial tone ketika mengangkat gagang telepon rumah. Ketika
memencet nomor tujuan maka CO akan mengenali nomor tersebut dan
menyambungkannya kepada kita dengan memberikan nada dering.

Komponen yang keempat adalah trunk dan special circuits. Trunk adalah jalur
komunikasi diantara beberapa switch CO atau jalur komunikasi yang menghubungkan
pengguna telepon ke CO. jika kita menggunakan kabel untuk menghubungkan telepon
rumah kita dengan setiap telepon rumah yang kita telepon, maka biaya kabel menjadi
sangat tidak efektif. Sama halnya dengan menggunakan kabel untuk menghubungkan
satu CO dengan CO lainnya. Untuk itulah kita menggunakan trunk sehingga kabel
tidak harus dihubungkan satu per satu dari rumah ke rumah, melainkan dibentuk suatu
jaringan kabel yang biayanya lebih efektif.

Komponen yang terakhir Customer Premise Equipment (CPE), yaitu perangkat


komunikasi yang dimiliki oelh customer atau individu yang menyebabkan mereka
tersambung ke dunia luar. Telepon, modem, router yang dimiliki adalah contoh dari
CPE, perkempangan pesat CPE sebenarnya dimulai setelah Carterfone Act pada tahun
1968, dimana perkembangan CPE yang pesat mengakibatkan pecahnya perusahaan
Bell karena peningkatan CPE menuntun peningkatan dan diversifikasi layanan
telepon. Hingga kini, CPE terus berkembang dan hasilnya dapat disadari, fitur – fitur
canggih dari telepon menyebabkan persaingan antar provider telepon semakin besar

2.7 CDMA

Dalam CDMA (Code Division Multiple Access) setiap pengguna menggunakan


frekuensi yang sama dalam waktu bersamaan tetapi menggunakan sandi unik yang
saling mengenal. Sandi – sandi ini membedakan antara pengguna saja dengan
pengguna yang lain. Pada jumlah pengguna yang besar, dalam bidang frekuensi yang
diberikan akan ada banyak sinyal dari pengguna sehingga interferens akan meningkat.
Kondisi ini akan menurunkan unjuk kerja system. Ini berarti, kapasitas dan kualitas

Universitas Sumatera Utara


system dibatasi oleh daya interferens yang timbul pada lebar bidang frekuensi yang
digunakan.

CDMA merupakan akses jamak yang menggunakan prinsip komunikasi


spectrum tersebar. Isyarat bidang dasar yang hendak dikirim disebar dengan
menggunakan isyarat dengan lebar bidang yang besar yang disebut sebagai isyarat
penyebar (spreading signal). Metode ini dapat dianalogikan dengan cara
berkomunikasi dalam satu ruangan yang besar. Setiap pasangan dapat berkomunikasi
secara bersama – sama tetapi dengan bahasa yang berbeda, sehingga pembicaraan
pasanagan satu bisa dianggap seperti suara kipas bagi pengguna yang lain, karena
tidak diketahui maknanya. Pada saat banyak yang berkomunikasi maka ruangan
menjadi bising. Kondisi ini membuat ruangan menjadi tidak kondusif lagi untuk
berkomunikasi. Oleh karena itu, jumlah yang berkomunikasi harus dibatasi. Agar
jumlah yang berkomunikasi bisa maksimal maka kuat suara tiap pembicara tidak
boleh terlalu keras.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. PLN (Persero) Cabang Pematangsiantar

3.2 Sistem Automatic Meter Reading

AMR (Automatic Meter Reading) adalah teknologi pembacaan meter elektronik


secara otomatis. Umumnya, pembacaan dilakukan dari jarak jauh dengan
menggunakan media komunikasi. Parameter yang dibaca pada umumnya terdiri dari
Stand, Max Demand (Penggunaan tertinggi), Instantaneous, Load Profile (load
survey) dan Event. Parameter – parameter tersebut didefenisikan terlebih dahulu di
meter elektronik, agar meter dapat menyimpan data – data sesuai dengan yang
diinginkan.

Data hasil pembacaan tersebut disimpan ke dalam database dan dapat digunakan
untuk melakukan analisa transaksi serta troubleshooting. Teknologi ini tentu saja
dapat membantu perusahaan penyedia jasa elektrik untuk menekan biaya operasional,
serta menjadi nilai tambah kepada pelanggannya dalam hal penyediaan, ketepatan, dan
keakurasian data yang dibaca, dan tentu saja dapat menguntungkan pengguna jasa
tersebut.

Sistem AMR terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu Control Center, Meter
Elektronik dan Media Komunikasi.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.1. Sistem AMR

Pemakai Automatic Meter Reading (AMR) dapat memonitoring pemakaian daya


listrik. Dalam pengoperasiannya sistem Automatic Meter Reading melakukan
pembacaan energi listrik dengan cara menurunkan terlebih dahulu tegangan listrik dari
40 KV menjadi 240 V menggunakan current transformer, kemudian tegangan
dikonversikan menjadi data digital pada mesin meteran agar dapat diukur dengan
parameter pengukuran seperti daya, energi, dll. Setelah data digital ini masuk ke
bagian pengolahan dan komunikasi, pada bagian ini data digital dapat disimpan ke
memori, ditampilkan lewat LCD display, atau dikirimkan ke database PLN lewat
modem.

3.2.1 Meter Elektronik

Spesifikasi Meter AMR E30605 :


a. Spesifikasi Umum :
1. Tipe 3 fasa 4 kawat, kelas 0,5
2. Pengukuran tidak langsung (dengan CT-PT)
3. Tegangan 57,7 Vac
4. Arus 5(20)A

Universitas Sumatera Utara


b. Data Pengukuran :
1. Tegangan per fasa (V)
2. Arus per fasa (A)
3. Factor daya per fasa
4. Frekuensi
5. Daya aktif per fasa (kW)
6. Daya reaktif per fasa (kVAr)
7. Daya total per fasa (kVA)
8. Energi aktif per fasa (kWh)
9. Energi reaktif per fasa (kVarh)
10. Energi aktif total Rate1,Rate2,Rate3,Rate4 (kWh)-untuk aplikasi WBP,
LWBP
11. Energi reaktif total Rate1, Rate2, Rate3, Rate4 (kVArh)-untuk aplikasi WBP,
LWBP
12. Daya Maksimum (kVA Max)

c. Fitur Komunikasi
1. Fasilitas komunikasi dengan modem PSTN, GSM, CDMA atau DPLC
2. Fasilitas pembacaan lokal dengan akses melalui port InfraRed (standar fisik
EC1107)
3. Fasilitas pembacaan dengan akses melalui port RS232
4. Mendeteksi dan mengirimkan alarm tampering
5. Mendeteksi dan mengirimkan informasi missing phase
6. Menerima dan menampilkan pesan singkat
7. Fungsi port output untuk menggerakkan relay eksternal (aplikasi TusBung
pada pengukuran tidak langsung)
8. Fungsi port input untuk menerima sinyal eksternal yang dapat disimpan /
diteruskan ke Control Center melalui fasilitas komunikasi

d. Penyimpanan Data Historis :


Terdapat memori internal untuk penyimpanan data – data historis
1. Data Load Profile
Data yang disimpan dapat dipilih dari parameter – parameter berikut :

Universitas Sumatera Utara


Nilai – nilai per fasa dari parameter tegangan, arus,faktor daya, daya aktif daya
reaktif, frekuensi,energi aktif total, energi reaktif total , energi reaktif reverse
total.
Perioada penyimpanan data Load Profile dapat dipilih per
2,3,4,5,6,10,15,20,30, atau 60 menit.
2. Data Billing (posisi standmeter pada setiap tanggal billing), mampu hingga 60
perioda billing atau kurang lebih 5 tahun.
3. Data Event Log,mampu hingga 1024 record yang meliputi pesan – pesan :
Fasa terbalik, hilang fasa, tampering alarm,reverse energy, status port
input/output, data user yang login dan aktivitas selama login.

e. Fitur Perangkat
1. Layar tampilan 2 x 20 LCD dengan backlight
2. Real Time Clock (RTC) dengan baterai cadangan
3. Penyimpanan Data pada non volatile memory EEPROM
4. Register terpisah untuk beban puncak dan bukan beban puncak pada setiap
fasa

f. Sekuriti
1. Segel Metrologi
2. Segel PLN
3. Tampering detector dan alarm
4. Proteksi hardware untuk measurement parameter setting
5. Access password

3.2.2 Control Center


Secara umum,control center AMR terdiri dari empat komponen utama yaitu:
1. Web Server
2. Database Server
3. Front End Concentrator (FEC)
4. Embedded Concentrator (EC)

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2 Konfigurasi Control Center AMR

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa control center AMR terdiri dari empat
komponen utama yaitu : web server, database server, froent end concentrator dan
embedded concentrator. Dengan web server yang terhubung ke internet sehingga
dapat di akses oleh computer – computer dengan menggunakan jaringan LAN yang
menggunkan TCP/IP .

4. Web Server

1. Mengatur Hak Akses di Linux


Linux mengenal hak akses yang mengatur setiap user sehingga setiap user hanya
dapat mengakses file – file atau direktori tertentu saja, hal ini digunakan untuk
kepentingan keamanan sistem.

2. Alasan memilih Linux


a. Bersifat open source, relatif lebih aman karena source code-nya diketahui
public, mempercepat penemuan dan perbaikan bug.
b. Sistem security lebih aman karena tingkat proteksi tidak hanya dari firewall
tapi termasuk file sistem dan akses user.

Universitas Sumatera Utara


c. Eksklusif, proses instalasi tidak bisa sembarangan sehingga mengurangi resiko
penyalahgunaan karena meng-install aplikasi yang tidak perlu, pada akhirnya
menjadi sistem operasi yang lebih stabil.
d. Relatif tahan terhadap virus, jenis virus linux sangat jarang, dan bila terinfeksi
tidak menyebar.

5. Database Server

Teknologi database yang digunakan yaitu oracle. Oracle merupakan suatu produk
database yang menggunakan konsep Relational Database Management System, yang
merupakan dasar yang dipakai dalam teknologi dewasa ini
Alasan digunakan Oracle :
d. Oracle adalah teknologi database yang umum digunakan untuk aplikasi sekelas
server yang bisa menampung data hingga Tera Byte.
e. Sebagai engine database sudah terbukti handal dan stabil
f. Sudah dilengkapi dengan fitur store procedure dan trigger yang dapat membantu
mengurangi beban pemrosesan di web server pada saat beban tinggi.
g. PLN sudah familiar dengan menggunakan Oracle database dan sudah memiliki
lisensi corporate

6. FEC dan EC Server

a. Aplikasi Wincons
Adalah sub sistem Control Center yang berinteraksi langsung dengan meter digital
melalui suatu media komunikasi. Media komunikasi yang digunakan bergantung
dari jenis meter yang akan di baca serta sarana komunikasi yang tersedia.
Secara default aplikasi ini akan melakukan pembacaan meter – meter digital yang
terdaftar di database secara otomatis berdasarkan scheduler atau jadwal yang
terdapat di database. Fasilitas penambahan atau pendaftaran meter baru serta
perubahan setting atau scheduler meter – meter yang terdapat di database dapat
dilakukan melalui aplikasi web client.

Universitas Sumatera Utara


b. Aplikasi Fetch FTP
Adalah aplikasi sistem AMR yang di jalankan di perangkat Front End
Concentrator. Secara periodic aplikasi ini akan meng-akses setiap EC yang
terdaftar di databasenya, mengambil data – data meter yang sudah di kumpulkan
oleh EC, kemudian mentransfer data – data tersebut ke database server.
Protokol yang digunakan pada saat mengakses perangkat EC adalah File Transfer
Protokol (FTP) yang merupakan salah satu protocol dalam TCP/IP.
Proses yang terjadi pada aplikasi ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Fetch akan memeriksa parameter – parameter setiap EC yang terdaftar di
databasenya.
b. Selanjutnya FEC akan melakukan koneksi dengan EC sesuai dengan alamat IP
atau nomor telepon yang terdaftar.
c. Jika EC yang dibaca berada dalam satu rack sistem dengan FEC, maka Fetch akan
melakukan koneksi langsung melalui LAN tanpa melalui proses dial up.
d. Jika perangkat EC yang akan di baca terletak terpisah jauh dengan FEC, maka
aplikasi Fetch Data akan melakukan koneksi terlebih dahulu dengan cara dial up
ke nomor telepon PSTN/GSM perangkat EC.
e. Jika koneksi antara FEC dan EC sudah terbentuk, selanjutnya aplikasi Fetch Data
akan melakukan transfer file dari EC ke FEC dengan menggunakan protocol FTP,
sesuai dengan parameter data terakhir yang terdapat di direktori EC tersebut.
Setiap EC mempunyai satu direktori sendiri pada harddisk FEC yang digunakan
untuk menyimpan sementara file – file binary hasil pembacaan meter oleh EC.
Jika proses transfer file sudah selesai, maka Fetch akan memutuskan koneksi ke
EC secara otomatis.

c. Aplikasi Fetch DB
Adalah aplikasi sistem AMR yang di jalankan di perangkat FEC. Secara periodik
aplikasi ini akan mengambil data – data meter yang sudah dikumpulkan oleh Fetch
FTP, kemudian mentransfer data – data tersebut ke database server sesuai dengan
format penyimpanan data pada database.
Proses pembacaan data – data meter di EC oleh FEC berlangsung secara berkala
dengan selang waktu tertentu. Secara default proses ini akan dijalankan secara
otomatis tanpa memerlukan bantuan operator.

Universitas Sumatera Utara


d. Aplikasi Fetch Socket
Adalah aplikasi yang berfungsi sebagai interface antara aplikasi web dengan
aplikasi Wincons. Secara periodik aplikasi ini akan memeriksa event yang di
hasilkan oleh aplikasi web untuk kemudian diteruskan ke aplikasi wincons sebagai
job yang akan di eksekusi.

e. Aplikasi Fetch Editor


Adalah aplikasi GUI yang digunakan untuk mengatur setting konfigurasi aplikasi
Fetch FTP, Fetch DB dan Fetch Socket seperti :
1. Alamat IP server EC
2. Alamat virtual FTP directory EC
3. Interval waktu pooling ke setiap EC
4. Temporary directory transfer data

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.3 Diagram alir proses pembacaan data meter di Control Center AMR

Universitas Sumatera Utara


Aliran data pada proses pembacaan data meter di Control Center di mulai dari
computer Embedded Concentrator (EC) yaitu aplikasi Wincon.
a. Aplikasi Wincon membaca data meter kemudian menyimpannya pada direktori
C:/Data/Project/XFER pada computer EC.
b. Data pada direktori ini kemudian secara periodik akan dibaca oleh aplikasi Fetch
FTP pada komputer FEC, untuk kemudian di simpan pada direktori
C:/Data/Project/XFER pada komputer FEC.
Aplikasi Fetch FTP berfungsi sebagai FTP Client yang secara periodik akan
melakukan koneksi FTP ke semua computer EC yang terdaftar di Control Center.
c. Proses selanjutnya dilakukan oleh aplikasi Fetch DB yang mentransfer data – data
tersebut ke database server sesuai dengn format penyimpanan data pada database.
Data – data yang telah tersimpan di database kemudian akan diproses dan di
sampaikan ke user melalui media internet.

Setiap aplikasi pada Contol Center mencatat semua aktifitas nya ke dalam sebuah file
log pada Log Directory masing – masing. File log ini di buat setiap hari dan nama
filenya pun disesuaikan dengan hari aktivitasnya.
Kapasitas Control Center sebagai berikut :
a. Kapasitas Database Server
Tidak terdapat pembatasan jumlah meter dalam Database Server. Faktor yang
akan menentukan adalah kapasitas storage dan kecepatan processor dari server
yang digunakan.
b. Kapasitas Web Server
Web Server berisi program aplikasi berbasis web dan tidak terkait dengan
kapasitas meter yang akan di tangani.
c. Jumlah FEC per Sistem
Jumlah FEC pada setiap Control Center tidak dibatasi. Faktor yang menentukan
adalah intensitas trafik jaringan LAN dari Control Center.
d. Jumlah EC per FEC
Dalam hal koneksi antara EC dengan FEC menggunakan media komunikasi lain
(misal : dial up) maka batasan dari jumlah EC yang dapat ditangani oleh satu FEC
sangat ditentukan oleh kecepatan komunikasi data yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara


e. Jumlah meter per EC
Secara software kapasitas meter dalam satu EC ditetapkan sebanyak 1024 buah.Hal
ini berkaitan dengan jumlah IP address yang dialokasikan untuk meter pada setiap
EC.
Dalam hal komunikasi meter dengan EC menggunakan sestem DPLC dan dengan
kualitas jaringan yang memadai untuk komunikasi tersebut maka jumlah meter
sebanyak 1024 di atas secara teori dapat di tangani oleh satu buah EC.
Dalam hal – hal menggunakan komunikasi dial-up, jumlah meter yang dapat
ditangani akan sangat di tentukan oleh kecepatan komunikasi tersebut.

3.2.3 Media Komunikasi Sistem AMR

Spesifikasi modem Siemens MC35i :


1. Dual Band EGSM900/GSM1800
2. GPRS
3. Data,Voice,SMS dan Fax
4. CSD hingga 14,4 kbps
5. Tegangan 8V – 3oV
6. Status operasi LED
7. Mudah di integrasi
8. Full tupe Approval GSM Phase 2/2+
9. Dimensi :65 x 74 x 33 mm

Media komunikasi merupakan salah satu komponen penting dalam sistem AMR.
Keberhasilan dan kelancaran pembacaan data meter AMR oleh Control Center AMR
sangat dipengaruhi oleh kualitas media komunikasi. Secara umum media komunikasi
yang digunakan di PT PLN (Persero ) Cabang Pematangsiantar untuk penyaluran
data pada sistem AMR , yaitu Circuit Switched Communication.

Contoh dari Circuit Switched Communication adalah Public Switch Telephone


Network (PSTN) dan Global System for Mobile Communication (GSM). PSTN dan
GSM merupakan komunikasi yang paling banyak digunakan pada sistem AMR. Hal

Universitas Sumatera Utara


ini disebabkan sudah tersedianya layanan dan jaringan dari operator GSM dan/atau
PSTN (telepon kabel) yang menjangkau hampir seluruh lokasi Meter AMR yang
dipasang dan lokasi Control Center AMR, sehingga pihak PLN tinggal menyediakan
perangkat modem (beserta SIM Card untuk GSM) dan membayar biaya pemakaian
dan abonemen. Pemeliharaan jaringan komunikasi dilakukan oleh operator yang
bersangkutan. Penerapan Circuit Switched Communication untuk komunikasi data
juga disebut dengan komunikasi data over voice.

5. PSTN ke GSM

Pada konfigurasi ini, sisi pemanggil (EC pada Control Center) maupaun sisi meter
AMR menggunakan modem GSM. Konfigurasi pada sistem AMR diperlihatkan pada
gambar berikut :

PSTN GSM #2

GSM MODEM METER ELEKTRONIK

GSM #1

MODEM PSTN

GSM MODEM
Control Center METER ELEKTRONIK

Ganbar 3.4 Komunikasi PSTN ke GSM

Apabila CC akan melakukan pembacaan ke Meter AMR tertentu, baik berdasarkan


skeduler (otomatis) atau pembacaan manual, maka EC pada Control Center akan
melakukan inisialisasi modem PSTN, mendial nomor SIM pada Meter AMR yang
dituju. Apabila PSTN dapat melayani panggilan tersebut, maka PSTN akan

Universitas Sumatera Utara


meneruskan panggilan tersebut ke operator GSM terkait. Apabila nomor yang
dipanggil sedang idle dan jaringan GSM dapat melayani panggilan tersebut, maka
terbentuk koneksi data antara modem pemanggil dan modem pemanggil. Selanjutnya
EC akan mengirimkan perintah baca ke Meter AMR dan Meter mengirimkan data –
data yang dibaca melalui koneksi data yang sudah terbentuk.

Penggunaan PSTN sebagai pemanggil pada Control Center mempunyai keuntungan


dan kerugian sebagai berikut :
a. Keuntungan
1. Cocok untuk memanggil hampir semua jenis SIM card dari berbagai macam
operator (compatible)
2. Kemungkinan jaringan (PSTN) sibuk sangat kecil
3. Andal (reliable)
4. Pemeliharaan jaringan komunikasi dilakukan oleh operator

b. Kerugian
1. Harga modem PSTN relatif mahal
2. Biaya komunikasi (pemanggil) dan abonemen (pemanggil dan sisi meter)
relatif tinggi, karena tarif berdasarkan durasi.
3. Sifat koneksi tidak “always on”

6. GSM ke GSM

Pada konfigurasi ini, sisi pemanggil (EC pada Control Center) maupaun sisi meter
AMR menggunakan modem GSM. Konfigurasi pada sistem AMR diperlihatkan pada
gambar berikut :

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.5. Komunikasi GSM-GSM pada Sistem AMR

Apabila CC akan melakukan pembacaan ke Meter AMR tertentu, baik berdasarkan


skeduler (otomatis) atau pembacaan manual, maka EC pada Control Center akan
melakukan inisialisasi modem GSM, mendial nomor SIM pada Meter AMR yang
dituju. Apabila jaringan GSM sisi pemanggil dapat melayani panggilan tersebut,
maka akan dilakukan pengecekan nomor yang dipanggil dan kondisi jaringannya.
Apabila nomor yang dipanggil sedang idle dan jaringan GSM dapat melayani
panggilan tersebut, maka terbentuk koneksi data antara modem pemanggil dan
modem pemanggil. Selanjutnya EC akan mengirimkan perintah baca ke Meter AMR
dan Meter mengirimkan data – data yang dibaca melalui koneksi data yang sudah
terbentuk.

Penggunaan model GSM-GSM baik pada Control Center mempunyai keuntungan


dan kerugian sebagai berikut :
a. Keuntungan
1. Implementasi instalasi cepat
2. Andal (reliable)
3. Pemeliharaan jaringan komunikasi dilakukan oleh operator

b. Kerugian
1. Harga modem GSM relatif mahal
2. Biaya komunikasi (pemanggil) dan abonemen (pemanggil dan sisi meter)

Universitas Sumatera Utara


relatif tinggi, karena tarif berdasarkan durasi.
3. Antar operator tidak selalu kompatibel
4. Sifat koneksi tidak “always on”

3.3 Sumber Data

Yang menjadi data penelitian ini adalah yang berasal dari penelitian dokumen atau
data yang berasal dari Sistem AMR , yaitu melalui data yang direkam oleh Meter
AMR dan kemudian dibaca oleh Control Center AMR.

3.4 Instrumen Pengumpul Data

Untuk mendapatkan informasi dari data – data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis memakai instrumen pengumpul data sebagai berikut :
1. Observasi, yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan dan
pengamatan ke lokasi penelitian untuk mengetahui bagaimana sebenarnya
sistem AMR itu, komponen pendukungnya , serta peng-aplikasiannya.
2. Kepustakaan, yang dilakukan dengan mengadakan studi terhadap sejumlah
literatur yang ada kaitannya dengan judul penelitian.
3. Dokumen atau data, yang didapat dari Control Center AMR.
4. Wawancara, yang dilakukan penulis dengan Kepala Bagian AMR di PT PLN
(Persero) Cabang Pematangsiantar serta pegawai – pegawai dibagian tersebut.

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Tahap tahap pengolahan dan analisis data dimulai dari proses pengumpulan data.
Selanjutnya adalah dengan mengadakan pengolahan dan analisis data , dilakukan
sebagai berikut :
Analisis terhadap data yang diperoleh dari Control Center AMR, yaitu melakukan
analisis terhadap Kesalahan Pengawatan, Tegangan Lebih, Tegangan Terlalu Rendah,

Universitas Sumatera Utara


Arus Tidak Seimbang, Arus Berlebih, Energi Reaktif Tidak Terdeteksi, Penggunaan
Beban Berlebih dan analisis terhadap Perbedaan Waktu, dengan melihat indikasi dari
data meter elektronik yang ditampilkan kemudian dicari kemungkinan penyebab
terjadinya gangguan melalui data meter yang ditampilkan pada control center AMR.

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada meter elektronik,dikenal adanya kondisi normal dan kondisi abnormal. Kondisi
normal merupakan kondisi dimana meter elektronik dalam keadaan standar/baik.
Sedangkan kondisi abnormal kebalikannya, artinya meter elektronik sedang
mengalami gangguan dalam pengoperasiannya.
Kondisi normal meter elektronik sebagai berikut :
a. Tegangan terukur sesuai spesifikasi
b. Beban di pelanggan bersifat induktif
c. Daya berada pada kuadran I
d. Daya aktif bernilai positif
e. Daya reaktif bernilai positif
f. Urutan fasa 1-2-3 atau R-S-T
g. Arus untuk ketiga fasa relatif seimbang

Kondisi normal dan abnormal meter elektronik dapat dipantau dan dideteksi
oleh sistem AMR pada Control Center. Karena pada control center terdapat fitur
analisa data yang dinamakan DLPD. DLPD ini singkatan dari Data Langganan yang
Perlu Diperhatikan. DLPD ini dapat menampilkan parameter meter elektronik yang
mengalami masalah/ gangguan.
Parameter DLPD AMR ialah sebagai berikut :
a. Kesalahan Pengawatan
b. Tegangan Lebih
c. Tegangan Terlalu Rendah
d. Arus Tidak Seimbang
e. Arus Berlebih
f. Energi Reaktif Tidak Terdeteksi
g. Penggunaan Beban Berlebih
h. Perbedaan Waktu

Universitas Sumatera Utara


4.1 Analisis DLPD AMR

Analisis DLPD ini diperlukan untuk memudahkan peng-identifikasian gangguan yang


terjadi.

1. Analisis Kesalahan Pengawatan

Tabel 4.1 Data Kesalahan Pengawatan


Phasa R S T
Meter Date 11/30/09 0:43
Voltage 237.953 238.021 236.839
Current 1.262 0.115 1.059
KW 0.174 0.015 -0.107
KVAR -0.220 0.022 -0.200
KVA 0.300 0.027 -0.251

a. Tujuan:
Untuk menemukan indikasi kesalahan instalasi pengawatan pada meter
pelanggan.

b. Batasan :
1. Salah satu sudut fasa > 900
2. PF < 0
3. Frekuensi kejadian lebih dari 2 kali per hari

c. Indikasi dari data meter :


1. PF kecil atau negatif
2. Sudut fasa > 900
3. Ada nilai daya aktif (watt) atau daya reaktif (var) yang bernilai negatif

d. Penyebab :
1. Phase Sequence Error ( Urutan fase salah )

Universitas Sumatera Utara


Ini dikarenakan urutan fase tidak 1-2-3 atau R-S-T. sehingga apabila ini
terjadi maka yang harus dilakukan adalah dengan menukar dua fase tegangan
yang masuk ke tegangan input meter.

2. Missing Phase ( Sebagian Fasa Hilang)


Ini dikarenakan sumber tegangan tidak terhubung ke terminal input tegangan
dengan baik, dan solusinya adalah dengan memperbaiki koneksi tegangan.

3. Reverse Energy (daya aktif bernilai negatif)


Daya aktif bernilai negatif karena sumber arus dan tegangan tidak satu fasa,
arah arus terbalik, dan pemasangan beban di pelanggan fasa ke fasa.

Table 4.2 Analisa Reverse Energy

Fasa Tegangan dan Input-Output


Watt Var Sudut Fasa PF
Arus Terminal Arus
Sefasa Normal + + 00 - 600 0,5 < PF < 1
Sefasa Terbalik - - 1800 - 2400 -1 < PF < -0,5
0
Beda fasa 120 Normal - + 1200 - 1800 -1<PF < -0,5

Beda fasa 1200 Terbalik + - 3000 - 3600 -1< PF < -0,5

Beda fasa 2400 Normal -/+ - 2400 - 3000 -0,5 < PF < 0,5

Beda fasa 2400 Terbalik +/- + 600 - 1200 -0,5 < PF < 0,5

Daya balik merupakan suatu gangguan berubahnya fungsi generator


menjadi motor (beban) pada sistem pembangkit tenaga listrik. Gangguan ini
terjadi pada sistem tenaga listrik yang terintegrasi. pada kondisi normal
generator – generator yang tersambung secara paralel akan bekerja secara
serentak dalam membangkitkan tenaga listrik. Namun karena suatu sebab,
misalnya gangguan hubung singkat yang terlalu lama, gangguan medan
magnet, dan sebagainya, maka akan terjadi ayunan putaran rotor sebagaian
dari generator pada sistem tersebut. Ayunannya bisa lebih cepat atau lebih
lambat. Hal ini menyebabkan sebagian generator menjadi motor dan
sebagian beban berlebih. Dengan demikian terjadi aliran tenaga listrik yang

Universitas Sumatera Utara


terbalik, yaitu generator yang seharusnya menghasilkan tenaga listrik justru
terbalik menjadi motor yang menyerap tenaga listrik.
Cara untuk mengatasi gangguan ini adalah dengan melepas generator yang
terganggu atau melepas daerah yang terhubung singkat secepat mungkin.
Gangguan ini dapat membahayakan generator itu sendiri atau
membahayakan sistemnya. Untuk mengamankan gangguan ini biasanya
pada penyerentakan generator telah dilengkapi dengan relay daya balik.

4. Daya Reaktif bernilai negatif


Daya reaktif bernilai negatif dikarenakan beban pelanggan yang bersifat
kapasitif, reverse energy dan tegangan dan arus beda fasa 1200 dan arah
arus terbalik. Beban bersifat kapasitif artinya daya yang dialihkan ke beban
hanya daya reaktif yang negatif.

0.4

0.3

0.2

0.1 KW
KVAR
0
KVA
-0.1

-0.2

-0.3

Gambar 4.1 Grafik Kesalahan dalam Pengawatan

Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa daya aktif, daya reaktif bernilai negatif. Ini
menunjukkan adanya kesalahan dalam melakukan pengawatan sehingga ada daya
yang bernilai negatif. Ini juga dapat dibuktikan dengan menghitung faktor daya dari
setiap fasanya.

Untuk fasa R :

Universitas Sumatera Utara


Untuk fasa S :

Untuk fasa T :

Dari hitungan diatas dapat dilihat bahwa untuk fasa T faktor dayanya < 0 yaitu -0.426.
hasil ini menunjukkan bahwa telah terjadinya kesalahan dalam pengawatan pada
meter AMR.

2. Analisis Tegangan Lebih

Tabel 4.3 Data Tegangan Terlalu Tinggi

V A
No. Date Time Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa %
R S T R S T
Thu Aug 06,
1 251.708 253.759 254.388 2.241 0.198 2.441 110.6
2009 12:30:00
Tue Aug 11,
2 251.306 253.007 253.439 2.460 0.199 2.347 110.2
2009 12:00:00
Tue Aug 11,
3 252.213 253.914 254.419 2.623 0.272 2.498 110.6
2009 12:30:00
Thu Aug 13,
4 251.564 252.955 253.542 2.449 0.274 2.347 110.2
2009 12:00:00
Thu Aug 13,
5 251.017 252.543 253.233 2.337 0.287 2.453 110.1
2009 12:30:00
Sat Aug 15, 2009
6 249.801 251.430 253.367 0.019 0.268 0.038 110.2
03:00:00
Sat Aug 15, 2009
7 250.275 251.770 253.800 0.023 0.266 0.045 110.3
03:30:00
Sat Aug 15, 2009
8 250.213 251.770 253.254 0.023 0.267 0.045 110.4
04:00:00
Sat Aug 15, 2009
9 249.492 251.131 253.007 0.015 0.197 0.038 110.1
04:30:00
Mon Aug 17,
10 249.234 251.337 253.707 0.023 0.223 0.026 110.0
2009 14:00:00

a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi catuan tegangan tidak normal pada meter
Pelanggan.

Universitas Sumatera Utara


b. Batasan :
1. Tegangan salah satu fasa > 63,47 Vrms (110 %) (untuk Meter TR)
2. Tegangan salah satu fasa > 253 Vrms (110 %) (untuk Meter TM)
3. Arus untuk fasa bersangkutan > 0
4. Frekuensi kejadian ≥ 2 kali per hari

c. Indikasi dari data meter :


1. Tegangan di atas batas normal

d. Penyebab :
1. Catuan tegangan naik (pada sebagian fasa)
Tegangan lebih merupakan suatu gangguan akibat tegangan pada sistem tenaga
listrik lebih besar dari yang seharusnya gangguan tegangan lebih dapat terjadi
karena kondisi eksternal dan internal pada sistem berikut ini :
1) Kondisi Internal
Hal ini terjadi karena osilasi akibat perubahan yang mendadak dari
kondisi rangkaian atau karena resonansi. Misalnya operasi hubung pada
saluran tanpa beban, perubahan beban yang mendadak, operasi pelapasan
pemutus tenaga yang mendadak akibat hubungan singkat pada jaringan,
kegagalan isolasi dan sebagainya. Tegangan lebih yang dibangkitkan generator
terutama disebabkan oleh putaran akibat pelepasan beban yang mendadak.
Governor pada generator mengatur kecepatan putaran agar putarannya tetap
normal. Namun rentang waktu yang diperlukan cukup lama sehingga pada saat
itu terjadi tegangan lebih yang sangat membahayakan piranti – piranti
kelistrikan lainnya. Tegangan lebih ini akan merusakkan isolasi kumparan
generator akibat panas yang berlebihan.
2) Kondisi Eksternal
Kondisi eksternal akibat adanya sambaran petir. Petir terjadi
disebabkan oleh terkumpulnya muatan listrik, yang mengakibatkan
bertemunya muatan positif dan negatif. Pertemuan ini berakibat terjadinya
beda tegangan antara awan bermuatan positif atau negatif dengan tanah.

Universitas Sumatera Utara


255
254
253
252
Tegangan (V)

V Phasa R
251
V Phasa S
250
V Phasa T
249
248
247
246

Gambar 4.2 Grafik Tegangan per fasa pada Tegangan Lebih

Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa tegangan pada fasa T dan sebagian fasa S
terlalu tinggi. Batas Tegangan normalnya 110% dari 230 V( tegangan untuk meter
dengan meter TM) yaitu 253 V. Ini dapat dilihat pada data tegangan di fasa T dan
sebagian fasa S yaitu > 253 V. Dan ini dapat dibuktikan dengan menghitung persen
dari data. Sebagai contoh : tegangan di fasa T pada tanggal 06 Agustus 2009 adalah
254,388 V. Dan tegangan untuk meter dengan meter TM (Tegangan Menengah) yaitu
230 V. Sehingga didapat :

Hasil ini telah menunjukkan bahwasanya tegangan di fasa T terlalu tinggi yaitu
> 110 % yaitu 110,6% .

Universitas Sumatera Utara


3. Analisis Tegangan Terlalu Rendah

Tabel 4.4 Data Tegangan Terlalu Rendah

V A
No. Date Time Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa %
R S T R S T
Tue Nov 24, 2009
1 56.646 57.229 32.352 0.140 0.198 0.060 56.1
00:15:00
Tue Nov 24, 2009
2 56.625 57.090 32.338 0.141 0.199 0.061 56.0
00:30:00
Tue Nov 24, 2009
3 56.856 57.371 34.347 0.169 0.272 0.106 59.0
00:45:00
Tue Nov 24, 2009
4 56.941 57.434 34.111 0.171 0.274 0.106 59.1
01:00:00
Tue Nov 24, 2009
5 56.929 57.510 34.472 0.176 0.287 0.112 59.7
01:15:00
Tue Nov 24, 2009
6 56.971 57.472 33.969 0.170 0.268 0.100 58.9
01:30:00
Tue Nov 24, 2009
7 57.035 57.486 33.926 0.169 0.266 0.099 58.8
01:45:00
Tue Nov 24, 2009
8 57.021 57.567 34.268 0.168 0.267 0.101 59.4
02:00:00
Tue Nov 24, 2009
9 57.036 57.487 31.051 0.248 0.197 0.097 53.8
02:15:00
Tue Nov 24, 2009
10 57.079 57.462 30.000 0.413 0.223 0.188 52.0
02:30:00

a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi catuan tegangan tidak normal pada meter
pelanggan

b. Batasan :
1. Tegangan salah satu fasa < 40,39 Vrms (70 %) (untuk meter TR)
2. Tegangan salah satu fasa < 161 Vrms (70 %) (untuk meter TM)
3. Arus untuk fasa bersangkutan > 0
4. Frekuensi kejadian ≥ 2 kali per hari

c. Indikasi dari data meter :


1. Tegangan di bawah batas normal

Universitas Sumatera Utara


d. Penyebab :
1. Catuan tegangan turun (pada sebagian fasa)
Tegangan turun bisa dikarenakan arus hubung singkat yang terjadi pada
jaringan.

2. Catuan tegangan hilang (pada sebagian fasa)


Pada sebagian fasa tegangan hilang atau tidak terbaca dikarenakan koneksi
pengawatan tidak sempurna, sehingga harus diperiksa kembali koneksi
pengawatan pada meter elektronik pelanggan.

70

60

50
Tegangan (V)

40 V Phasa R
V Phasa S
30
V Phasa T
20

10

Gambar 4.3 Grafik Tegangan Per Fasa Pada Tegangan Terlalu Rendah

Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa tegangan pada fasa T terlalu rendah. Batas
Tegangan normalnya 70% dari 57,7 V ( tegangan untuk meter dengan meter TR) yaitu
40,39 V. Ini dapat dilihat pada data tegangan di fasa T yaitu < 40,39 V. Dan ini dapat
dibuktikan dengan menghitung persen dari data. Sebagai contoh : tegangan di fasa T
pada tanggal 24 November 2009 pada jam 00:15:00 adalah sebesar 32,352 V. Dan
tegangan untuk meter dengan meter TR (Tegangan Rendah) yaitu 57,7 V. Sehingga
didapat :

Universitas Sumatera Utara


Hasil ini telah menunjukkan bahwasanya tegangan di fasa T terlalu rendah yaitu
< 70 % yaitu sebesar 56,1%.

4 Analisis Arus Tidak Seimbang

Tabel 4.5 Data Arus Tidak Seimbang

V A
Phasa Phasa Phasa Phasa
No. Date time Phasa R Phasa S %
T R S T
Sat Aug 01, Phase
1 213.357 200.701 205.710 0.000 0.601 0.000
2009, 05:00:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
2 213.646 198.361 201.752 0.000 0.665 0.000
2009, 05:30:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
3 216.109 197.763 198.464 0.000 0.831 0.000
2009, 20:30:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
4 217.047 196.691 198.876 0.000 0.824 0.000
2009, 21:00:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
5 218.376 195.908 200.546 0.000 0.771 0.000
2009, 21:30:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
6 219.077 196.970 202.782 0.000 0.773 0.000
2009, 22:00:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
7 217.706 199.051 204.442 0.000 0.703 0.000
2009, 22:30:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
8 216.985 198.845 205.091 0.000 0.703 0.000
2009, 23:00:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
9 217.160 200.855 205.833 0.000 0.680 0.000
2009, 23:30:00 Current = 0
Sat Aug 02, Phase
10 221.180 207.472 211.564 0.000 0.525 0.000
2009, 04:00:00 Current = 0

a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi penggunaan beban tidak seimbang pada
pelanggan.

b. Batasan :
1. Arus sebagian fasa = 0, arus fasa yang lain > 0,5 A
2. Selisih arus antar fasa dari tertinggi dan terendah > 50 %

Universitas Sumatera Utara


c. Indikasi dari data meter :
1. Arus sebagian fasa = 0, sementara tegangan normal
2. Beda arus antar fasa melebihi criteria tertentu

d. Penyebab :
1. Beban pelanggan tidak seimbang
Arus tidak seimbang atau arus di sebagian fase bernilai nol, ini disebabkan dari
adanya gangguan ketidakseimbangan beban di generator, biasanya disebabkan
adanya kebocoran atau hubungsingkat penghantar ketanah atau antar
penghantar. Gangguan ini menyebabkan adanya arus negatif yang mengalir
pada penghantar bernilai nol. Pada keadaan demikian generator harus segera di
amankan agar kerusakan dapat dihindari.

2. Koneksi pengawatan arus tidak sempurna


Apabila ini terjadi maka harus memperbaiki koneksi pengawatan arus pada
meter elektronik.

0.9
0.8
0.7
0.6
Arus (A)

A Phasa R
0.5
A Phasa S
0.4
A Phasa T
0.3
0.2
0.1
0

Gambar 4.4 Grafik Tegangan dan Arus tiap fasa pada Arus Tidak Seimbang

Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa tegangan tiap fasa seimbang, tetapi arus tidak
seimbang, ada dua fasa pada arus yang bernilai nol yaitu fasa R dan T.

Universitas Sumatera Utara


5. Analisis Arus Berlebih
Tabel 4.6 Data Arus Berlebih

V A
No. Date Time Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa %
R S T R S T
Tue Sep 01, 2009
1 221.942 221.757 227.694 5.894 6.243 6.009 124.9
04:00:00
Tue Sep 01, 2009
2 221.448 221.530 227.364 5.805 6.201 5.975 124.0
04:30:00
Tue Sep 01, 2009
3 221.850 221.984 227.724 5.842 6.235 6.005 124.7
05:00:00
Tue Sep 01, 2009
4 221.788 221.685 227.611 6.054 6.417 6.209 128.3
05:30:00
Tue Sep 01, 2009
5 220.809 220.778 226.560 6.099 6.462 6.239 129.2
06:00:00
Tue Sep 01, 2009
6 221.293 220.798 226.065 6.107 6.489 6.338 129.8
06:30:00
Tue Sep 01, 2009
7 224.200 223.653 228.724 6.047 6.409 6.247 128.2
07:00:00
Tue Sep 01, 2009
8 224.756 224.364 229.301 6.001 6.368 6.186 127.4
07:30:00
Tue Sep 01, 2009
9 223.251 223.076 227.745 6.009 6.375 6.179 127.5
08:00:00
Tue Sep 01, 2009
10 221.891 222.015 226.477 6.081 6.360 6.183 127.2
08:30:00

a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi arus berlebih pada pelanggan.

b. Batasan :
1. Arus > 6,0 A (120 % In, untuk meter yang menggunakan CT)*
* asumsi semua ratio CT adalah ke 5 A

c. Indikasi dari data meter :


1. Arus relatif tinggi

d. Penyebab :
1. Beban pelanggan melebihi batas
2. Kondisi short circuit di pelanggan

Universitas Sumatera Utara


Gangguan arus berlebih seringkali terjadi akibat adanya hubung singkat atau
beban lebih. Hubung singkat merupakan terjadinya hubungan penghantar
bertegangan atau penghantar tidak bertegangan secara langsung tidak melalui
media (resistor/beban) yang semestinya sehingga terjadi aliran arus yang
tidak normal (sangat besar). Hubung singkat merupakan jenis gangguan yang
sering terjadi pada sistem tenaga listrik, terutama pada saluran udara 3 fasa.
Arus hubungsingkat yang begitu besar sangat membahayakan peralatan,
sehingga untuk mengamankan peralatan dari kerusakan akibat arus hubung
singkat maka hubungan kelistrikan pada seksi yang terganggu perlu
diputuskan dengan peralatan pemutus tenaga atau circuit breaker (CB)

6.6

6.4

6.2
A Phasa R
Arus (A)

6 A Phasa S
A Phasa T
5.8

5.6

5.4

Gambar 4.5 Grafik Arus Per Fasa Pada Arus Berlebih

Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa Arus pada fasa S dan T terlalu tinggi. Batas
arus normalnya 120% dari 5A yaitu 6 A. Ini dapat dilihat pada data arus di fasa S dan
sebagian fasa T yaitu > 6 A. Dan ini dapat dibuktikan dengan menghitung persen dari
data. Sebagai contoh : arus di fasa S pada tanggal 01September 2009 adalah 6,243 A.
Dan arus normalnya yaitu 5 A. Sehingga didapat :

Hasil ini telah menunjukkan bahwasanya besar arus di fasa S terlalu tinggi yaitu
> 120 % yaitu 124.9% .

Universitas Sumatera Utara


6. Analisis Energi Reaktif Tidak Terdeteksi

Tabel 4.7 Data Energi Reaktif Tidak Terdeteksi

V A Phase Angel
No. Date Time Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa PF
kVarh
R S T R S T R S T
Sun Nov 29,
1 2009 - - - 0.850 0.526 0.769 0.000 - - - 0.930
00:00:00
Sun Nov 29,
2 2009 - - - 0.851 0.530 0.771 0.000 - - - 0.932
00:00:00
Sun Nov 29,
3 2009 - - - 0.849 0.517 0.776 0.000 - - - 0.927
00:00:00
Sun Nov 29,
4 2009 - - - 0.843 0.516 0.762 0.000 - - - 0.928
00:00:00
Sun Nov 29,
5 2009 - - - 0.827 0.491 0.755 0.000 - - - 0.923
00:00:00
Sun Nov 29,
6 2009 - - - 0.833 0.493 0.757 0.000 - - - 0.924
00:00:00
Sun Nov 29,
7 2009 - - - 0.835 0.492 0.751 0.000 - - - 0.927
00:00:00
Sun Nov 29,
8 2009 - - - 0.837 0.500 0.758 0.000 - - - 0.929
00:00:00
Sun Nov 29,
9 2009 - - - 0.835 0.505 0.760 0.000 - - - 0.926
00:00:00
Sun Nov 29,
10 2009 - - - 0.831 0.495 0.763 0.000 - - - 0.928
00:00:00

Dari data dapat diketahui bahwa energi reaktif tidak terdeteksi atau bernilai nol (0).
Dan tegangan juga tidak terbaca di meter sehingga bernilai 0.

a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi pengukuran energi yang tidak normal

Universitas Sumatera Utara


b. Batasan :
1. Tegangan dan Arus > 0
2. KVArh = 0
3. PF ≠ 1 atau < 0,98

c. Indikasi dari data meter :


1. KVArh = 0

d. Penyebab :
1. Kesalahan setting meter
Apabila terjadi kesalahan pada saat men-setting meter, maka harus dilakukan
setting ulang terhadap meter elektronik tersebut.
2. PF mendekati 1
Jika faktor daya mendekati 1 atau artinya beban di pelanggan hampir resistif.
Beban bersifat resistif artinya seluruh daya yang dialihkan ke beban adalah
daya aktif.

7. Analisis Penggunaan Beban yang Berlebih

Tabel 4.8 Data Penggunaan Beban yang Berlebih


kVA  kVA  kVa 
Stand  Stand  Stand Total  Stand
Max  Max  Max 
No.  Date Time  % 
LWBP  WBP 
(kWh)  kVarh LWBP  WBP  Total 
(kWh)  (kWh) 
Sun Nov 01, 2009 
1  12, 567.465  2, 304.041  14, 871.507  0  0  0  0  159,3% 
10:00:00 

Dari data diatas dapat dilihat bahwa penggunaan beban telah melebihi daya
kontrak,ini dapat diketahui melalui persennya. Pada data terlihat bahwa penggunaan
beban sebesar 159.3 %. Ini telah melebihi daya kontrak yang seharusnya 110 %.

a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi penggunaan daya pelanggan yang melebihi
daya kontrak.

Universitas Sumatera Utara


b. Batasan
1. Data KVA max WBP atau KVA max LWBP atau KVA max total > 110 %
daya kontrak

c. Indikasi dari data meter :


1. kVA max WBP atau LWBP atau total melebihi kriteria tertentu

d. Penyebab :
1. Beban pelanggan terlalu tinggi tetapi masih dibawah kriteria trip pembatas
arus.
Beban lebih merupakan gangguan yang terjadi akibat konsumsi energi listrik
melebihi energi listrik yang dihasilkan pada pembangkit. Gangguan beban
lebih sering terjadi terutama pada generator dan transformator daya. Ciri dari
beban lebih adalah terjadinya arus lebih pada komponen. Arus lebih ini dapat
menimbulkan pemanasan yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan
kerusakan pada isolasi. Pada transformator distribusi sekunder yang
menyalurkan energi listrik pada konsumen akan memutuskan aliran melalui
relai beban lebih jika konsumsi tenaga listrik oleh konsumen melebihi
kemampuan transformator tersebut.

8. Analisis Perbedaan Waktu

Tabel 4.9 Data Perbedaan Waktu

Time Diff between Speed


No. Date Time Status Dial Dial Type
PC and Meter Modem
Sun Nov 01, 2009 155366 H : 35 M :
1 DATA_OK 9600 Scheduller
20:04:33 12 S
Mon Nov 02, 2009 155366 H : 35 M :
2 DATA_OK 9600 Scheduller
02:01:30 13 S
Mon Nov 02, 2009 155366 H : 35 M :
3 DATA_OK 9600 Scheduller
05:09:12 13 S
Tue Nov 03, 2009 155366 H : 35 M :
4 DATA_OK 9600 Scheduller
14:32:14 15 S
Wed Nov 04, 2009 155366 H : 35 M :
5 DATA_OK 9600 Scheduller
02:09:53 15 S
Wed Nov 04, 2009 155366 H : 35 M :
6 DATA_OK 9600 Scheduller
05:06:46 16 S

Universitas Sumatera Utara


Thu Nov 05, 2009 155366 H : 35 M :
7 DATA_OK 9600 Scheduller
09:37:40 19 S
Fri Nov 06, 2009 155366 H : 35 M :
8 DATA_OK 9600 Scheduller
10:44:21 20 S
Fri Nov 06, 2009 155366 H : 35 M :
9 DATA_OK 9600 Scheduller
14:18:08 20 S
Wed Nov 11, 2009 155366 H : 35 M :
10 DATA_OK 9600 Scheduller
02:03:08 28 S

a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi perbedaan real time clock antara meter
dengan Control Center.

b. Batasan :
1. Selisih waktu antara Meter dan Control Center > 15 menit.

c. Indikasi dari data meter :


1. Waktu meter (real time clock) yang dibaca dari meter berbeda dengan waktu
Control Center.

d. Penyebab :
1. Baterai meter habis
Apabila baterai meter habis, maka harus diganti dengan menggunakan baterai
yang baru.
2. Kerusakan meter
Kerusakan meter mungkin saja terjadi, dan apabila meter mengalami
kerusakan maka meter tersebut diserahkan terlebih dahulu ke pihak PLN
untuk diperbaiki.
3. Kesalahan setting meter
Apabila terjadi kesalahan pada saat pen settingan meter, sehingga
menyebabkan perbedaan waktu dengan control center AMR, maka dilakukan
setting ulang meter elektronik tersebut.

Universitas Sumatera Utara


4.2 Pencegahan Gangguan

Sistem tenaga listrik dapat dikatakan baik apabila dapat ,mencatu dan menyalurkan
tenaga listrik ke konsumen dengan tingkat keandalan yang tinggi. Keandalan di sini
meliputi kelangsungan, stabilitas, dan harga per KWH yang terjangkau oleh
konsumen. Pemadaman listrik sering kali terjadi akibat gangguan yang tidak bisa
diatasi oleh sistem pengamannya. Keadaan ini akan sangat mengganggu kelangsungan
penyaluran tenaga listrik. Naik turunnya kondisi tegangan dan catu daya listrik pun
bisa merusakkan peralatan listrik.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, ada beberapa jenis gangguan pada


saluran tenaga listrik yang memang tidak semuanya bisa dihindarkan. Untuk itu perlu
dicari cara upaya pencegahan agar bisa memperkecil kerusakan pada peralatan listrik,
terutama pada manusia akibat adanya gangguan. Pencegahan gangguan pada sistem
tenaga listrik bisa dikategorikan menjadi 2 langkah sebagai berikut :

1. Usaha Memperkecil Terjadinya Gangguan


Karena gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah hal yang tidak diinginkan
tetapi tidak dapat dihindarkan, maka perlu dilakukan usaha – usaha untuk
memperkecil terjadinya gangguan dengan memperhatikan hasil analisa gangguan
seperti telah diuraikan diatas.
Usaha – usaha untuk memperkecil terjadinya gangguan dapat dilakukan dengan :
a. Merencanakan dan melaksanakan pemeliharaan peralatan sesuai dengan buku
Instruksi Pemeliharaan.
b. Membuat Rencana Operasi yang mencakup butir a serta juga memperhatikan
agar tidak aka bagian – bagian instalasi yang mengalami beban lebih.
c. Memeriksa alat – alat pengaman (relay – relay) secara periodik dan juga secara
insidentil segera setelah ada laporan yang menyatakan keraguan atas kerjanya
suatu relay.
d. Membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan.
e. Dalam operasi real time mengikuti perkembangan cuaca khususnya yang
menyangkut petir karena penyebab gangguan terbesar adalah gangguan petir.
Jika diketahui bahwa daerah suatu SUTT sedang banyak petir, diusahakan

Universitas Sumatera Utara


mengurangi bebannya. Selama ini mungkin dilakukan dengan mengatur
alokasi pembangkitan dalam sistem sehingga apabila SUTT tersebut
mengalami gangguan diharapkan tidak mengalami gangguan kaskade.
f. Memasang kawat tanah pada SUTT dan gardu induk untuk melindungi
terhadap sambaran petir.
g. Memasang lighting arrester (penangkal petir) untuk mencegah kerusakan pada
peralatan akibat sambaran petir.
h. Mengadakan analisa gerakan untuk menemukan sebab gangguan dengan
tujuan sedapat mungkin mencegah atau mengurangi kemungkinan terulangnya
gangguan yang serupa.
i. Mengembangkan sistem seirama dengan pertumbuhan beban sehingga dapat
dicegah terjadinya beban lebih dalam sistem. Untuk ini diperlukan analisa dan
evaluasi secara terus menerus mengenai perkembangan sistem.
j. Karena salah satu sumber gangguan yang utama adalah kesalahan dalam
montage (pemasangan) peralatan maka perlu adanya pendidikan dan pelatihan
secara terus menerus dengan tujuan agar kesalahan montage peralatan dapat
dihindarkan.
k. Pada SUTM dan SUTR , tanaman juga merupakan sumber gangguan yang
utama karena SUTM dan SUTR tidak mempunyai jalur khusus yang bebas
tanaman. Sehingga perlu adanya pemeliharaan yang intensif agar pada jalurnya
tidak terdapat tanaman yang menyentuh penghantar.

2. Usaha Mengurangi Kerusakan Akibat Gangguan


Beberapa cara untuk mengurangi pengaruh akibat gangguan antara lain sebagai
berikut :
a. Mengurangi akibat gangguan, misalnya dengan membatasi arus hubung
singkat, caranya dengan menghindari konsentrasi pembangkitan atau dengan
memakai impedansi pembatas arus, pemasangan tahanan, atau reaktansi untuk
sistem pentanahannya sehingga arus gangguan satu fase terbatas. Pemakaian
peralatan yang tahan atau andal terhadap terjadinya arus hubung singkat.
b. Secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan memakai
pengaman lebur atau dengan relay pengaman dan pemutus beban dengan
kapasitas pemutusan yang memadai.

Universitas Sumatera Utara


c. Merencanakan bagian agar sistem yang terganggu bila harus dipisahkan dari
sistem tidak akan mengganggu operasi sistem secara keseluruhan atau
penyaluran tenaga listrik ke konsumen tidak terganggu.
d. Mempertahankan stabilitas sistem selama terjadi gangguan , yaitu dengan
memakai pengatur tegangan otomatis yang cepat dan karakteristik kestabilan
generator yang memadai.
e. Membuat data/pengamatan gangguan yang sistematis dan efektif, misalnya
dengan menggunakan alat pencabut gangguan untuk mengambil langkah –
langkah pencegahan lebih lanjut.

4.3 Aplikasi AMR pada Sistem Pembangkitan, Transmisi dan Distribusi

1. Pemantauan Meter Elektronik di setiap titik Pengukuran Pembangkit,


Transmisi, Distribusi, Pelanggan.
Menyajikan data pemantauan di setiap titik ukur pada jaringan dari
pembangkit hingga pelanggan dan menampilkan summary selisih energi antar
titik

Gambar 4.6 Meter Elektronik di setiap titik Pengukuran

Universitas Sumatera Utara


2. Pemantauan Susut di Transmisi atau Distribusi
Menyajikan data losses dalam suatu Meter Elektronik yang dipasang di
jaringan. Contoh : losses di penyulang

Gambar 4.7 Susut di Transmisi atau Distribusi

a. Pemantauan susut di penyulang dilakukan dengan cara memasang meter


elektronik (ME) pada pangkal penyulang dan pada gardu – gardu distribusi
TR yang ada pada penyulang tersebut.
b. Perhitungan susut dilakukan dengan cara menghitung selisih KWH yang
dibaca pada ME dipangkal penyulang dengan jumlah KWH yang dibaca
dari seluruh ME di gardu – gardu TR

3. Pemantauan Indikasi Susust di Jaringan Tegangan Rendah


Menyajikan data losses dalam suatu Meter Elektronik yang dipasang di
jaringan. Contoh : losses di gardu distribusi

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.8 Indikasi Susut di Jaringan Tegangan Rendah

a. Pemantauan susut di gardu distribusi TR dilakukan dengan cara


memasang ME pada trafo atau pada setiap jurusan di gardu tersebut.
b. Penghitungan susut dilakukan dengan cara menghitung selisih antara
KWH hasil pembacaan meter AMR dengan data KWH hasil pencatatan
meter (cater) untuk pelanggan yang dicatu dari gardu tersebut.

Universitas Sumatera Utara


4. Pemantauan Meter Elektronik di Pelanggan

Gambar 4.9 Meter Elektronik di Pelanggan

Sejauh ini untuk pengecekan meter listrik petugas sering dihadang dengan pintu yang
tertutup. Pekerjaan ini sangat memakan waktu, dan dengan pengiriman data online
bisa dilakukan setiap hari dan tenaga mungkin bisa lebih digunakan untuk
memberikan layanan, terutama terhadap gangguan.
Untuk bisa mengirimkan data pemakaian listrik perlu dihubungkan dengan perangkat
pembaca pemakaian listrik atau yang biasa disebut sistem Automatic Meter Reading
(AMR). Dengan cara ini bisa didapatkan data pemakaian listrik sehari – hari secara
online dan otomatis. Data masing – masing pada meter elektronik tersebut
dikumpulkan secara otomatis di Embedded Concentrator pada Control Center yang
dikirimkan melalui jaringan telekomunikasi GSM/CDMA ataupun telepon kabel
(PSTN).
Dengan terkumpulnya data pemakaian listrik di control center tersebut, maka PLN
akan mudah mendeteksi adanya pencurian listrik oleh pelanggan / industri.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dengan menggunakan sistem AMR dapat diketahui apabila terjadi gangguan


dalam pengoperasiannya, melalui meter elektronik dapat diketahui parameter
parameter apa saja yang mengalami gangguan. Selanjutnya akan di analisis di
control center. Gangguan yang terjadi dapat berupa Kesalahan dalam
Pengawatan, Tegangan Lebih, Tegangan Terlalu Rendah, Arus Tidak Seimbang,
Arus Berlebih, Energi Reaktif Tidak Terdeteksi, Penggunaan Beban Berlebih
dan adanya Perbedaan Waktu

2. Gangguan dapat diketahui melalui data dari meter elektronik. Sehingga dapat
dilakukan perbaikan secepat mungkin dan dapat dilakukan usaha pencegahan
agar tidak terjadi gangguan yang sama. Dan upaya untuk mencegah ataupun
memperkecil gangguan dapat dilakukan setelah diketahui penyebab
gangguannya. Dari hasil analisis, gangguan yang terdeteksi ada yang terdapat
pada meter elektronik, generator ataupun transformator. Ada juga gangguan yang
terjadi akibat petir. Dan gangguan yang paling sering terjadi ketika penelitian ini
dilakukan adalah gangguan pada meter elektroniknya yaitu kesalahan dalam
pengawatan.

3. Sistem AMR dapat diaplikasikan di bidang kelistrikan, perairan dan gas. Dan di
Indonesia baru pada tahap awal yaitu aplikasi di bidang kelistrikan. Pada bidang
kelistrikan, sistem AMR digunakan di PLN- PLN. Dan di PLN itu sendiri sistem
AMR dapat diaplikasikan ke transmisi, jaringan distribusi dan pembangkit.
Tetapi di PT PLN (Persero) Cabang Pematangsiantar, sistem AMR baru dapat
diaplikasikan ke pelanggan. Dengan syarat pelanggan yang menggunakan sistem
AMR ialah pelanggan yang berpotensial artinya sistem ini digunakan pada

Universitas Sumatera Utara


industri – industri yang pemakaian energinya di atas 197 kVA, sehingga untuk
rumah tangga menggunakan sistem yang sebelumnya yaitu menggunakan meter
analog.

5.2 Saran

Di pembahasan skripsi ini di harapkan kepada pihak PLN untuk mengembangkan lagi
pengaplikasian sistem AMR, tidak hanya kepada pelanggan / distribusi tetapi juga
dapat diaplikasikan di jaringan transmisi dan pembangkit.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Azwar,Saifuddin, 2004, Metode Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.


Marsudi, Djiteng, 2006, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Mismail, Budiono, 1995, Rangkaian Listrik, Bandung, Penerbit ITB.
Rijono,Yon, 2002, Dasar Teknik Tenaga Listrik, Yogyakarta, Andi.
Sudirham, Supriyadi, 2002, Analisis Rangkaian Listrik, Bandung , Penerbit ITB.
Supriyadi, Edi, 1999, Sistem Pengaman Tenaga Listrik,Yogyakarta, Adicipta Karya
Nusa.
Suryabrata,Sumadi, 2008, Metodologi Penelitian, Edisi Pertama, Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada.
http://www.bic.web.id/in/teknologi-informasi-a-komunikasi/172-pembaca-meteran-
jarak-jauh.html. Diakses tanggal 26 Oktober 2009.

http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2007/08/15/brk,20070815-105659,id .
html. Diakses tanggal 26 Oktober 2009.
http://blog.uad.ac.id/kartikaf/files/2008/12/e-xx-modem.pdf. Diakses tanggal 30 April
2010.

http://www.cheap-computers-reference.com/. Diakses tanggal 30 April 2010.

http://halamansebelas.co.cc/2009/08/28/cara-menggunakan-modem-att/. Diakses
tanggal 03 Mei 2010.
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:Q-
T6nass8KkJ:te.ugm.ac.id/~risanuri/siskom/SISTEM%2520KOMUNIKASI%2520CD
MA-
fix.pdf+sistem+komunikasi+cdma&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShOnljzgZi
Zh7eIxNdRixko61_G2s8VDZicqMdR9gy-
pLfXwSASmt53go3P2fHTsC5Dc0sZ3dBEdiob_cQdN0Vza-
i2j91608ScFNj0CQ2vPPc2zzOPaC4WKSjKaBMaDhy29_5g&sig=AHIEtbRU9qoak
P2KsgGjFcdig3YBlZCxvw. Diakses Tanggal 03 Mei 2010.

_____________, 2008.Materi Pelatihan Tingkat Advance Automatic Meter Reading


System. Jakarta. PT. Flash Mobile.
____________, 2008, Automatic Meter Reading System, Jakarta, PT Flash Mobile.
____________, 2005, Buku Operasi dan Instalasi Digital Energy Meter WILIS
E3201, PT Elektrindo Nusantara.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai