SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains
NADRATUL HASANAH
050801040
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Diluluskan di
Medan, 22 Juni 2010
Diketahui,
Departemen Fisika FMIPA USU
Ketua Pembimbing,
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Nadratul Hasanah
050801040
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dengan cinta kasih dan
limpah karunia-Nya penyelesaian Skripsi ini dapat diselesaikan dalam waktu yang
telah ditetapkan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Dr. Marhaposan
Situmorang dan Bapak Drs. Nasir Saleh M.Eng,Sc , selaku dosen pembimbing yang
sangat berperan serta dalam penyelesaian tulisan ini, yang telah banyak memberikan
bimbingan serta panduan untuk menyempurnakan tulisan ini. Ucapan terima kasih
juga saya ucapkan kepada Bapak DR.Marhaposan Situmorang dan Ibu
Dra.Justinon,M.Si selaku ketua dan sekretaris Departemen Fisika FMIPA USU serta
kepada semua dosen di Departemen Fisika FMIPA USU yang dengan tulus
memberikan pelajaran dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis.
Ucapan Terima kasih saya sampaikan kepada seluruh Staff di bagian AMR di
PT. PLN (Persero) cabang Pematangsiantar yang sudah memberikan saya kesempatan
untuk melakukan Riset/Penelitian sampai selesai. Terkhusus kepada pembimbing saya
Bapak Isnaidi dan karyawan di bagian AMR yang sudah begitu banyak membantu
sampai terselesaikannya skripsi ini dengan baik.
Akhirnya tidak terlupakan dan yang paling teristimewa kepada Bapak saya
Drs M. Arifin Tanjung Mama saya Rosnilawaty yang selalu mendoakan dan
memberikan support, materil dan dukungan yang luar biasa kepada saya. Abang
TAufik dan Bang Dayat, kakak sayaNursaadah adik saya ulfa, anis fadhlan dan
habib yang selalu mendukung,memberikan arahan/saran kepada saya dalam
menyelesaikan skripsi saya ini. Juga kepada teman – teman Fisika Angkatan 2005
yang telah banyak membantu Mawaddah, Meta, Widya, Azmah , Fadhlani, dan
Listika yang menjadi partner terbaik dalam menjalani riset/penelitian. Tak lupa yang
Teristimewa kepada orang yang sangat saya Cintai dan Sayangi Muhammad Yusuf
yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian yang sangat berarti bagi saya.
Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin
Penulis
Sistem AMR terdiri dari control center, media komunikasi dan meter elektronik yang
merupakan suatu sistem pembacaan data - data meter secara otomatis yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pemantauan, dan pengendalian pasokan energi kepada
pelanggan, demikian pula untuk mendukung keperluan administrasi dan penagihan.
Dengan menggunakan sistem AMR ini dapat diketahui dan di deteksi gangguan -
gangguan yang terjadi dalam pengoperasiannya. baik itu gangguan yang terjadi di
meter elektronik maupun gangguan - gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik,
misalnya pada generator ataupun transformatornya.
Dari data yang diperoleh, gangguan yang terjadi dapat ditampilkan pada control center
AMR dengan fitur DLPD yaitu Data Langganan yang Perlu Diperhatikan. DLPD ini
mencakup Incorrect wiring, over voltage, under voltage, beban lebih, stop metering,
time difference, arus tidak seimbang, arus berlebih, reaktive energi undetected. dan
gangguan yang sering terjadi yaitu incorrect wiring, analisis terhadap DLPD ini
dilakukan untuk mempermudah pengidentifikasian gangguan - gangguan yang terjadi,
sehingga usaha untuk melakukan pencegahan kerusakan pada peralatan dapat
dilakukan secepat mungkin.
ABSTRACT
AMR system consists of the control center, communications media and electronic
meters which is a data reading system - automatic meter data that can be used for
purposes of monitoring, and controlling the energy supply to customers, as well as to
support the administrative and billing purpose.
By using this AMR system can be known and the detection of disturbances that occur
in the operation. whether disruption occurred in the electronic meters and disturbances
- disturbances that occur in electric power systems, such as the generator or
transformer.
From the data obtained, the disturbance that occurred can be displayed on the control
center features DLPD AMR with the customer data that need attention. This includes
DLPD Incorrect wiring, over voltage, under voltage, overload, stop metering, time
difference, unbalanced currents, overcurrent, reaktive energy undetected. And
disruption that often occurs is incorrect wiring. DLPD analysis of this was done to
facilitate the identification of disturbance that occur, so that efforts to prevent damage
to equipment can be done as soon as possible.
Halaman
Persetujuan…………………………………………………………………... i
Pernyataan …………………………………………………………………. ii
Penghargaan…………………………………………………………………. iii
Abstrak………………………………………………………………………. iv
Abstract……………………………………………………………………… v
Daftar Isi…………………………………………………………………….. vi
Daftar Gambar…………………………………………………………….... viii
Daftar Tabel…………………………………………………………………. ix
Daftar Singkatan ……………………………………………………………. x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang………………………………………………….. 1
1.2 Batasan Masalah………………………………………………... 2
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………. 2
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………... 2
1.5 Sistematika Penulisan………………………………………….. 3
Daftar Pustaka……………………………………………………………. 68
Lampiran
Halaman
Halaman
Sistem AMR terdiri dari control center, media komunikasi dan meter elektronik yang
merupakan suatu sistem pembacaan data - data meter secara otomatis yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pemantauan, dan pengendalian pasokan energi kepada
pelanggan, demikian pula untuk mendukung keperluan administrasi dan penagihan.
Dengan menggunakan sistem AMR ini dapat diketahui dan di deteksi gangguan -
gangguan yang terjadi dalam pengoperasiannya. baik itu gangguan yang terjadi di
meter elektronik maupun gangguan - gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik,
misalnya pada generator ataupun transformatornya.
Dari data yang diperoleh, gangguan yang terjadi dapat ditampilkan pada control center
AMR dengan fitur DLPD yaitu Data Langganan yang Perlu Diperhatikan. DLPD ini
mencakup Incorrect wiring, over voltage, under voltage, beban lebih, stop metering,
time difference, arus tidak seimbang, arus berlebih, reaktive energi undetected. dan
gangguan yang sering terjadi yaitu incorrect wiring, analisis terhadap DLPD ini
dilakukan untuk mempermudah pengidentifikasian gangguan - gangguan yang terjadi,
sehingga usaha untuk melakukan pencegahan kerusakan pada peralatan dapat
dilakukan secepat mungkin.
ABSTRACT
AMR system consists of the control center, communications media and electronic
meters which is a data reading system - automatic meter data that can be used for
purposes of monitoring, and controlling the energy supply to customers, as well as to
support the administrative and billing purpose.
By using this AMR system can be known and the detection of disturbances that occur
in the operation. whether disruption occurred in the electronic meters and disturbances
- disturbances that occur in electric power systems, such as the generator or
transformer.
From the data obtained, the disturbance that occurred can be displayed on the control
center features DLPD AMR with the customer data that need attention. This includes
DLPD Incorrect wiring, over voltage, under voltage, overload, stop metering, time
difference, unbalanced currents, overcurrent, reaktive energy undetected. And
disruption that often occurs is incorrect wiring. DLPD analysis of this was done to
facilitate the identification of disturbance that occur, so that efforts to prevent damage
to equipment can be done as soon as possible.
PENDAHULUAN
Pada proses pencatatan meter listrik, PLN memanfaatkan tenaga petugas untuk
mendatangi rumah pelanggan dan mencatat data pemakaian energi listrik yang ada
pada KWH meter. Apabila rumah pelanggan yang dikunjungi tersebut kosong, maka
proses pencatatan tidak dapat dilakukan. Selain itu pada proses pencatatan secara
manual tersebut seringkali terjadi kesalahan yang merugikan pihak pelanggan. Oleh
karena itu, diperlukan suatu sistem baru yang mampu mengatasi beberapa masalah
diatas.
Sistem Automatic Meter Reading (AMR) adalah suatu sistem pembacaan data
– data meter listrik secara otomatis yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pemantauan dan pengendalian pasokan energi kepada pelanggan, demikian pula
untuk mendukung keperluan administrasi dan penagihan. Pembacaan sistem AMR
umumnya dilakukan dari jarak jauh dengan menggunakan media komunikasi
misalnya PSTN, modem (GSM,CDMA) , DPLC atau Radio Packet.
1. Pihak PLN, hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk
mengatasi gangguan yang terjadi.
Adapun sistematika dalam penyusuna tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
TINJAUAN PUSTAKA
Bagi para pelanggan tenaga listrik terputusnya penyediaan tenaga listrik terasa sebagai
hal yang mengganggu kegiatannya atau mengganggu kenyamanannya (dalam bahasa
Inggris disebut convendency). Gangguan penyediaan tenaga listrik tidak dikehendaki
oleh siapapun, tetapi merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindarkan oleh
karenanya usaha – usaha perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah gangguan.
Yang dimaksud dengan gangguan dalam operasi sistem tenaga listrik adalah kejadian
yang menyebabkan bekerjanya relay dan menjatuhkan Pemutus Tenaga (PMT) diluar
kehendak operator, sehingga menyebabkan putusnya aliran daya yang melalui PMT
tersebut. Untuk bagian sistem yang tidak dilengkapi dengan PMT misalnya yang
diamankan dengan sekering, maka gangguan adalah kejadian yang menyebabkan
putusnya (bekerjanya) sekering.
Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak komponen dan
sangat kompleks. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
gangguan, antara lain sebagai berikut :
a. Faktor Manusia
Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian dalam memberikan
perlakuan pada sistem. Misalnya salah menyambungkan rangkaian, keliru
dalam mengkalibrasi suatu piranti pengaman, dan sebagainya.
b. Faktor Internal
Faktor ini menyangkut gangguan – gangguan yang berasal dari sistem itu
sendiri. Misalnya usia pakai, keausan, dan sebagainya. Hal ini bisa mengurangi
sensitivitas relai pengaman, juga mengurangi daya isolasi peralatan listrik
lainnya.
c. Faktor Eksternal
Faktor ini meliputi gangguan – gangguan yang berasal dari lingkungan di
sekitar sistem. Misalnya cuaca, gempa bumi, banjir, dan sambaran petir.
Disamping itu ada kemungkinan gangguan dari binatang, misalnya gigitan
tikus, burung, kelelawar, ular dan sebagainya.
KWH meter merupakan suatu alat pengukur energi listrik. Kwh meter terbagi menjadi
KWH Meter Analog dan KWH Meter Digital atau sering disebut dengan Meter
Elektronik.
Dari gambar tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa arus beban I menghasilkan fluks
bolak – balik yang melewati piringan aluminium dan menginduksinya, sehingga
menimbulkan tegangan dan arus. Kumparan tegangan juga menghasilkan fluks bolak
– balik yang memintas arus. Karena itu piringan mendapat gaya, dan resultan dari
torsi membuat piringan berputar. Kecepatan putaran piringan sebanding dengan daya
aktif yang terpakai. Semakin besar daya yang terpakai, kecepatan piringan semakin
besar, demikian pula sebaliknya. Secara mum perhitungan untuk daya listrik dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu : daya kompleks (S), daya reaktif (Q), dan daya
aktif (P). dari ketiga daya tersebut, yang terukur pada KWH meter adalah daya aktif,
Meter Elektronik dirancang sebagai meter multifungsi yang mampu mengukur energi
aktif (KWH), energi reaktif (kvarh) baik total maupun masing – masing fasa, dan
parameter sesaat seperti tegangan, arus, faktor daya, daya aktif, daya reaktif, daya
untuk masing – masing fasa. Meter elektronik merupakan sebuah alat ukur besaran
listrik yang bekerja berdasarkan prinsip elektronik (pulsa) untuk memantau pasokan
energi (KWH) ke pelanggan baik yang secara langsung (instantaneous) atau yang
sudah tersimpan dalam memori meter.
Pada Meter AMR juga terdapat Real Time Clock (RTC) yang digunakan untuk
mengontrol tarif dan stamping waktu untuk data load survey dan event log. RTC
dilengkapi dengan backup battery yang menjaga RTC selama catu daya hilang (mati),
yang mampu bertahan hingga 2 tahun. Ketidak-akurasian RTC adalah sekitar 0,5
menit/bulan.
Pada umumnya meter elektronik memiliki empat buah modul :
a. Measurement Modul
Meter elektronik mengukur tegangan per fasa, arus per fasa, daya aktif, daya
reaktif, daya semu, factor daya dll.
b. Comunication modul
Meter Elektronik menyediakan modul komunikasi untuk memudahkan
pembacaan atau konfigurasi setting meter tersebut dari melalui PC ke meter
elektronik.
Komunikasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara local atau remote reading
(dial up) jarak jauh seperti contoh sebagai berikut :
1. Local Communication (optical)
2. Local Communication RS 232 atau RJ-45
3. Remote Reading (Modem Communication) PSTN,GSM, CDMA,PLC.
Parameter yang ditampilkan terdiri dari beberapa item yang mana interval waktu
tampilan diatur sedemikian rupa . misalnya 8 detik per item untuk tampilan isi maka
secara otomatis akan berganti ke item berikutnya, dan seterusnya.
Kelompok tampilan meter elektronik :
a. Parameter pengukuran saat ini (instant)
b. Parameter pengukuran yang lalu
c. Informasi atau keterangan pelanggan
2.3 MODEM
Kebanyakan modem yang digunakan di PC atau laptop dewasa ini adalah dengan
menggunakan teknik asynchronous. Asynchronous ini maksudnya bahwa ketika
modem ini mengirimkan data tanpa menggunakan clock untuk menyinkronisasikan
kegiatan dari kedua sistem yang terhubung, data dikirim dalam 1 byte yang berada
dalam sebuah frame pada satu waktu. Frame tersebut berisikan sebuah start bit, dan
biasanya satu atau lebih stop bit. Start dan stop bit inilahyang memberitahukan kapan
dan dimana data tersebut. Karena fungsi inilah,sehingga dapat diketahui mana yang
dapat diterima dan mana yang tidak. Modem yang digunakan di PC atau laptop
dewasa ini adalah tersebut dapat dikirimkan melalui beberapa media
telekomunikasi dengan menggunakan teknik asynchronous. Data dari komputer
yang berbentuk sinyal digital diberikan kepada modem untuk diubah menjadi
sinyal analog. Sinyal analog seperti telepon dan radio. Setibanya di modem
tujuan, sinyal analog tersebut diubah menjadi sinyal digital kembali dan
dikirimkan kepada komputer.
Kecepatan sebuah modem diukur dengan satuan bps (bit per second) atau kbps (kilobit
per second). Besarnya bervariasi, antara 300 bps hingga 56,6 kbps, namun kecepatan
yang umum digunakan dewasa ini berkisar antara 14.4 hingga 56,6 kbps. Makin tinggi
kecepatannya tentunya makin baik karena akan mempersingkat waktu koneksi dan
menghemat biaya pulsa telepon. Kecepatan koneksi juga sangat bergantung pada
kualitas saluran telepon yang digunakan. Modem 56,6 kbps biasanya sangat jarang
bisa mencapai kecepatan puncaknya. Umumnya koneksi tercepat yang bisa dicapai
lewat saluran telepon konvensional adalah berkisar antara 45-50 kbps untuk
downstream, tergantung jarak dari sentral saluran telepon yang digunakan (makin
dekat tentunya makin baik), sedangkan untuk upstream maksimal hanya sebesar 33.6
kbps. Hal ini berkaitan dengan keterbatasan saluran telepon yang memang pada
dasarnya tidak dirancang untuk komunikasi data berkecepatan tinggi.
Secara Fisik, modem dapat dibedakan sebagai modem internal dan modem eksternal.
Disamping itu, kita mengenal pembagian berdasarkan kecepatan dan cara kerjanya,
apakah itu berupa software atau hardware modem. Ada beberapa pembagian lagi yang
sifatnya lebih teknis, seperti error control, data compression protocol
Seperti namanya, perangkat modem eksternal berada diluar CPU. Modem eksternal
dihubungkan ke CPU melalui port COM atau USB. Modem jenis ini biasanya
menggunakan sumber tegangan terpisah berupa adaptor. Keuntungan penggunaan
modem jenis ini adalah portabilitasnya yang cukup baik sehingga gampang dipindah-
pindah untuk digunakan di komputer lain. Disamping itu dengan menggunakan
modem eksternal, tidak perlu ada slot ekspansi yang dikorbankan sehingga bisa
dipakai untuk keperluan lain, terutama apabila mainboard yang digunakan hanya
menyediakan sedikit slot ekspansi. Modem eksternal juga dilengkapi dengan lampu
indikator yang memudahkan kita untuk memonitor status modem. Kerugiannya,
harganya lebih mahal dibandingkan dengan modem internal. Modem eksternal juga
membutuhkan tempat tersendiri untuk menaruhnya meskipun kecil.
Yang pertama dari jenis modem eksternal adalah modem dial up, modem ini
masih menggunakan saluran telepon dengan menggunakan frekuensi suara sehingga
jalur telepon tidak dapat digunakan saat terhubung ke internet. Contohnya Telkomnet
dan modem jenis ini lebih mahal daripada jenis internal. Sama seperti jenis lain dari
modem eksternal anda mungkin mempertimbangkan dua tipe modem : modem kabel
dan DSL jika anda menginginkan layanan internet berkecepatan tinggi. Semua ISP
biasanya menyediakan modem spesial dinamakan modem digital di dalam paket
broadband. Sangat penting untuk memperhatikan bahwa modem kabel harus
Modem DSL (DIgital Subscriber Line) secara eklusif digunakan untuk koneksi
dari telepon kantor yang dipindahkan ke pengguna. Teknologi ini, tersedia dan
seringkali dipakai, dipisahkan dalam dua kategori utama :
Disamping kedua pembagian diatas, kita juga mengenal istilah hardware atau software
modem. Modem yang bekerja secara hardware menggunakan chip khusus untuk
menangani fungsi-fungsi komunikasi data, sedangkan pada software modem,
pekerjaan ini diambil alih oleh sebuah program driver. Penggunaan software modem
akan cukup membebani kerja CPU, dan dengan demikian tentunya memerlukan
sistem dengan processor yang cepat (disarankan minimal menggunakan processor
Pentium 200 Mhz). Penurunan performa akan sangat terasa saat menggunakan modem
jenis ini. Sebuah mesin berbasis Celeron 400 misalnya, hanya mampu bekerja
layaknya PC Pentium Classic saat online dengan memanfaatkan software modem.
Secara fisik hampir tidak ada ciri yang menyolok yang membedakan antara kedua
jenis modem ini. Namun demikian, dewasa ini hampir seluruh modem internal
berbasis PCI yang ada di pasaran adalah software modem. Modem jenis ini umumnya
dijual dengan harga yang jauh lebih murah dibanding dengan modem berbasis
hardware. Karena faktor ketersediaan driver, maka software modem umumnya hanya
bisa bekerja di lingkungan OS Windows sehingga jenis modem ini juga sering disebut
sebagai Winmodem.
2.4 GSM
GSM (Global System for Mobile) adalah sebuah teknologi komunikasi bergerak yang
tergolong dalam generasi kedua (2G). Perbedaan utama sistem 2G dengan teknologi
sebelumnya terletak pada teknologi digital yang digunakan. Keuntungan teknologi
generasi kedua dibanding dengan teknologi generasi pertama antara lain ialah :
a. Kapasitas sistem lebih besar, karena menggunakan teknologi digital, dimana
penggunaan sebuah kanal tidak diperuntukkan bagi satu user saja. Sehingga pada
Spesifikasi Teknis :
a. Uplink 890 MHz – 915 MHz
b. Downlik 935 MHz – 960 MHz
c. Duplex Spacing 45 MHz
d. Carrier Spacing 200 MHz
e. Modulasi GMSK
f. Metode akses FDMA – TDMA
Bandwith yang dialokasikan untuk tiap frekuensi pembawa pada GSM adalah sebesar
200 kHz. Pada kenyataannya, bandwith sinyal tersebut lebih besar dari 200 kHz,
bahkan setelah dilakukan pemfilteran pun hal itu tetap terjadi. Akibatnya sinyal akan
memasuki kanal – kanal disebelahnya. Jika pada satu sel terdapat BTS dengan
frekuensi pembawa yang sama atau bersebelahan kanal, maka akan terjadi interferensi
akibat overlapping tersebut. Begitu juga sel – sel yang bersebelahan memiliki
frekuensi pembawa sama atau berdekatan. Alasan inilah yang menyebabkan mengapa
dalam satu sel atau antara sel – sel yang berdekatan tidak boleh menggunakan kanal
yang sama atau berdekatan.
Pembagian area dalam kumpulan sel- sel merupakan prinsip penting GSM sebagai
sistem telekomunikasi selular. Sel – sel tersebut di modelkan sebagai bentuk
heksagonal seperti gambar berikut. Tiap sel mengacu pada satu frekuensi pembawa/
kanal. Pada kenyataannya jumlah kanal yang dialokasikan terbatas, sementara jumlah
sel bisa saja berjumlah sangat banyak. Untuk memenuhi hal ini, dilakukan teknik
pengulangan frekuensi (frekuensi re-use). Pada gambar terlihat contoh frekuensi re-
use dengan jumlah kanal 7 buah. Antara sel – sel yang berdekatan frekuensi yang
digunakan tidak boleh bersebelahan kanal atau bahkan sama.
3. Network Sub-System
a. Mobile Switching Center (MSC)
MSC adalah network elemen central dalam sebuah jaringan GSM. Semua
hubungan (Voice Call/transfer data) yang dilakukan oleh mobile subscriber selalu
menggunakan MSC sebagai pusat pembangunan hubungannya.
2.5 GPRS
GPRS (singkatan bahasa Inggris: General Packet Radio Service, GPRS) adalah suatu
teknologi yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan data lebih cepat jika
dibandingkan dengan penggunaan teknologi Circuit Switch Data atau CSD. Sering
disebut pula dengan teknologi 2,5G. Sistem GPRS dapat digunakan untuk transfer
data (dalam bentuk paket data) yang berkaitan dengan e-mail, data gambar (MMS),
dan penelusuran (browsing) internet. Layanan GPRS dipasang pada jenis ponsel tipe
GSM dan IS-136, walaupun jaringan GPRS saat ini terpisah dari GSM.
GPRS merupakan sistem transmisi berbasis paket untuk GSM yang menggunakan
prinsip 'tunnelling'. Ia menawarkan laju data yang lebih tinggi. Laju datanya secara
kasar sampai 160 kbps dibandingkan dengan 9,6kbps yang dapat disediakan oleh
rangkaian tersakelar GSM. Kanal-kanal radio ganda dapat dialokasikan bagi seorang
pengguna dan kanal yang sama dapat pula digunakan secara berbagi ('sharing') di
antara beberapa pengguna sehingga menjadi sangat efisien.
Dari segi biaya, pentarifan diharapkan hanya mengacu pada volume penggunaan.
Penggunanya ditarik biaya dalam kaitannya dengan banyaknya byte yang dikirim atau
diterima, tanpa memperdulikan panggilan, dengan demikian dimungkinkan GPRS
akan menjadi lebih cenderung dipilih oleh pelanggan untuk mengaksesnya daripada
layanan-layanan IP.
SGSN bertugas mengirimkan data ke Mobile Station (MS) dalam satu area, mengirim
sejumlah pertanyaan ke HLR untuk memperoleh profile data pelanggan GPRS
(management mobility), mendeteksi MS-GPRS yang baru dalam suatu area servis
yang menjadi tanggungjawabnya (location management). SGSN dihubungkan ke BSS
pada GSM dengan koneksi Frame Relay melalui PCU (Packet Control Unit) di dalam
BSC.
GGSN bertugas sebagai interface ke jaringan IP external seperti public internet atau
mobile service provider, meng-update informasi routing dari PDU (Protocol Data
Units) ke SGSN.
2.6 PSTN
PSTN adalah Public Switched Telephone Network yaitu jaringan telepon tetap yang
menggunakan kabel sebagai perantara atau media penghubung lainnya. Jaringan
PSTN sudah dikenal lama oleh masyarakat luas yang pada umumnya memanfaatkan
jaringan PSTN untuk telepon rumah dan jaringan internet karena biaya yang
dikeluarkan cukup murah dibandingakan dengan jaringan lainnya. Jaringan PSTN
merupakan produk dari American Telephotne and Telegraph Company (AT&T) yaitu
perusahaan telephone yang sangat besar di Amerika yang berdiri akibat inovasi dari
Alexander Graham Bell yang menemukan telepon pertama kalinya pada 1876.
Pengoperasian telepon sangat mirip dengan saklar lampu. Bila saklar pada
lampu kita pencet kemudian lampu menyala akibat dari rangkaian arus tersambung,
maka pada telepon cara ini kita lakukan dengan mengangkat gagang telepon. Ketika
gagang telepon kita angkat (atau yang disebut dengan off-hook), maka rangkaian arus
tersambung, dimana kondisi tersebut memungkinkan CO untuk mengirim sinyal ke
telepon kita. Setelah kita angkat gagang telepon tentunya kita akan memencet
serangkaian angka agar telepon kita tersambung ke tujuan. Proses ketika kita
mengirimkan sinyal dengan memencet nomor tujuan ini disebut signaling. Dulu,
semua orang melakukan signaling dengan memutar nomor telepon yang ada di
telepon. Sekarang, kita semua melakukan signaling dengan memencet angka yang ada
di telepon. Hal ini adalah metode signaling yang dinamakan Dual Tone
Multifrequency (DTMF), yang menyediakan dua frekuensi yang berbeda pada setiap
angka yang di pencet. Frekuensi yang berbeda tersebut dibutuhkan untuk
mendefenisikanhkan nomor tujuan dengan lebih tepat.
Setelah sinyal diterima CO, sinyal tersebut akan ditarik dan dikirimkan ke suatu
jaringan yang bernama Signaling System 7 (SS7), yakni sebuah metode yang
menggunakan sistem jaringan sehingga penelepon dengan penerima telepon terhubung
tanpa membutuhkan kabel langsung dari penelepon dan penerima.
Komponen yang kedua adalah network acess, yaitu penyedia jasa layanan
telepon yang akan menghubungkan penelepon dengan penerima telepon. Ketika
telepon pertama kali muncul, penyedia jasa layanan telepon adalah Regional Bell
Operating Companies (RBOCs), Local Exchange Carriers (LEC) atau penyedia
layanan telepon local, Interexchange Carriers atau penyedia jasa layanan telepon
jarak jauh dan cellular operators.
Komponen yang keempat adalah trunk dan special circuits. Trunk adalah jalur
komunikasi diantara beberapa switch CO atau jalur komunikasi yang menghubungkan
pengguna telepon ke CO. jika kita menggunakan kabel untuk menghubungkan telepon
rumah kita dengan setiap telepon rumah yang kita telepon, maka biaya kabel menjadi
sangat tidak efektif. Sama halnya dengan menggunakan kabel untuk menghubungkan
satu CO dengan CO lainnya. Untuk itulah kita menggunakan trunk sehingga kabel
tidak harus dihubungkan satu per satu dari rumah ke rumah, melainkan dibentuk suatu
jaringan kabel yang biayanya lebih efektif.
2.7 CDMA
METODOLOGI PENELITIAN
Data hasil pembacaan tersebut disimpan ke dalam database dan dapat digunakan
untuk melakukan analisa transaksi serta troubleshooting. Teknologi ini tentu saja
dapat membantu perusahaan penyedia jasa elektrik untuk menekan biaya operasional,
serta menjadi nilai tambah kepada pelanggannya dalam hal penyediaan, ketepatan, dan
keakurasian data yang dibaca, dan tentu saja dapat menguntungkan pengguna jasa
tersebut.
Sistem AMR terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu Control Center, Meter
Elektronik dan Media Komunikasi.
c. Fitur Komunikasi
1. Fasilitas komunikasi dengan modem PSTN, GSM, CDMA atau DPLC
2. Fasilitas pembacaan lokal dengan akses melalui port InfraRed (standar fisik
EC1107)
3. Fasilitas pembacaan dengan akses melalui port RS232
4. Mendeteksi dan mengirimkan alarm tampering
5. Mendeteksi dan mengirimkan informasi missing phase
6. Menerima dan menampilkan pesan singkat
7. Fungsi port output untuk menggerakkan relay eksternal (aplikasi TusBung
pada pengukuran tidak langsung)
8. Fungsi port input untuk menerima sinyal eksternal yang dapat disimpan /
diteruskan ke Control Center melalui fasilitas komunikasi
e. Fitur Perangkat
1. Layar tampilan 2 x 20 LCD dengan backlight
2. Real Time Clock (RTC) dengan baterai cadangan
3. Penyimpanan Data pada non volatile memory EEPROM
4. Register terpisah untuk beban puncak dan bukan beban puncak pada setiap
fasa
f. Sekuriti
1. Segel Metrologi
2. Segel PLN
3. Tampering detector dan alarm
4. Proteksi hardware untuk measurement parameter setting
5. Access password
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa control center AMR terdiri dari empat
komponen utama yaitu : web server, database server, froent end concentrator dan
embedded concentrator. Dengan web server yang terhubung ke internet sehingga
dapat di akses oleh computer – computer dengan menggunakan jaringan LAN yang
menggunkan TCP/IP .
4. Web Server
5. Database Server
Teknologi database yang digunakan yaitu oracle. Oracle merupakan suatu produk
database yang menggunakan konsep Relational Database Management System, yang
merupakan dasar yang dipakai dalam teknologi dewasa ini
Alasan digunakan Oracle :
d. Oracle adalah teknologi database yang umum digunakan untuk aplikasi sekelas
server yang bisa menampung data hingga Tera Byte.
e. Sebagai engine database sudah terbukti handal dan stabil
f. Sudah dilengkapi dengan fitur store procedure dan trigger yang dapat membantu
mengurangi beban pemrosesan di web server pada saat beban tinggi.
g. PLN sudah familiar dengan menggunakan Oracle database dan sudah memiliki
lisensi corporate
a. Aplikasi Wincons
Adalah sub sistem Control Center yang berinteraksi langsung dengan meter digital
melalui suatu media komunikasi. Media komunikasi yang digunakan bergantung
dari jenis meter yang akan di baca serta sarana komunikasi yang tersedia.
Secara default aplikasi ini akan melakukan pembacaan meter – meter digital yang
terdaftar di database secara otomatis berdasarkan scheduler atau jadwal yang
terdapat di database. Fasilitas penambahan atau pendaftaran meter baru serta
perubahan setting atau scheduler meter – meter yang terdapat di database dapat
dilakukan melalui aplikasi web client.
c. Aplikasi Fetch DB
Adalah aplikasi sistem AMR yang di jalankan di perangkat FEC. Secara periodik
aplikasi ini akan mengambil data – data meter yang sudah dikumpulkan oleh Fetch
FTP, kemudian mentransfer data – data tersebut ke database server sesuai dengan
format penyimpanan data pada database.
Proses pembacaan data – data meter di EC oleh FEC berlangsung secara berkala
dengan selang waktu tertentu. Secara default proses ini akan dijalankan secara
otomatis tanpa memerlukan bantuan operator.
Setiap aplikasi pada Contol Center mencatat semua aktifitas nya ke dalam sebuah file
log pada Log Directory masing – masing. File log ini di buat setiap hari dan nama
filenya pun disesuaikan dengan hari aktivitasnya.
Kapasitas Control Center sebagai berikut :
a. Kapasitas Database Server
Tidak terdapat pembatasan jumlah meter dalam Database Server. Faktor yang
akan menentukan adalah kapasitas storage dan kecepatan processor dari server
yang digunakan.
b. Kapasitas Web Server
Web Server berisi program aplikasi berbasis web dan tidak terkait dengan
kapasitas meter yang akan di tangani.
c. Jumlah FEC per Sistem
Jumlah FEC pada setiap Control Center tidak dibatasi. Faktor yang menentukan
adalah intensitas trafik jaringan LAN dari Control Center.
d. Jumlah EC per FEC
Dalam hal koneksi antara EC dengan FEC menggunakan media komunikasi lain
(misal : dial up) maka batasan dari jumlah EC yang dapat ditangani oleh satu FEC
sangat ditentukan oleh kecepatan komunikasi data yang terjadi.
Media komunikasi merupakan salah satu komponen penting dalam sistem AMR.
Keberhasilan dan kelancaran pembacaan data meter AMR oleh Control Center AMR
sangat dipengaruhi oleh kualitas media komunikasi. Secara umum media komunikasi
yang digunakan di PT PLN (Persero ) Cabang Pematangsiantar untuk penyaluran
data pada sistem AMR , yaitu Circuit Switched Communication.
5. PSTN ke GSM
Pada konfigurasi ini, sisi pemanggil (EC pada Control Center) maupaun sisi meter
AMR menggunakan modem GSM. Konfigurasi pada sistem AMR diperlihatkan pada
gambar berikut :
PSTN GSM #2
GSM #1
MODEM PSTN
GSM MODEM
Control Center METER ELEKTRONIK
b. Kerugian
1. Harga modem PSTN relatif mahal
2. Biaya komunikasi (pemanggil) dan abonemen (pemanggil dan sisi meter)
relatif tinggi, karena tarif berdasarkan durasi.
3. Sifat koneksi tidak “always on”
6. GSM ke GSM
Pada konfigurasi ini, sisi pemanggil (EC pada Control Center) maupaun sisi meter
AMR menggunakan modem GSM. Konfigurasi pada sistem AMR diperlihatkan pada
gambar berikut :
b. Kerugian
1. Harga modem GSM relatif mahal
2. Biaya komunikasi (pemanggil) dan abonemen (pemanggil dan sisi meter)
Yang menjadi data penelitian ini adalah yang berasal dari penelitian dokumen atau
data yang berasal dari Sistem AMR , yaitu melalui data yang direkam oleh Meter
AMR dan kemudian dibaca oleh Control Center AMR.
Untuk mendapatkan informasi dari data – data yang diperlukan dalam penelitian ini,
penulis memakai instrumen pengumpul data sebagai berikut :
1. Observasi, yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan dan
pengamatan ke lokasi penelitian untuk mengetahui bagaimana sebenarnya
sistem AMR itu, komponen pendukungnya , serta peng-aplikasiannya.
2. Kepustakaan, yang dilakukan dengan mengadakan studi terhadap sejumlah
literatur yang ada kaitannya dengan judul penelitian.
3. Dokumen atau data, yang didapat dari Control Center AMR.
4. Wawancara, yang dilakukan penulis dengan Kepala Bagian AMR di PT PLN
(Persero) Cabang Pematangsiantar serta pegawai – pegawai dibagian tersebut.
Tahap tahap pengolahan dan analisis data dimulai dari proses pengumpulan data.
Selanjutnya adalah dengan mengadakan pengolahan dan analisis data , dilakukan
sebagai berikut :
Analisis terhadap data yang diperoleh dari Control Center AMR, yaitu melakukan
analisis terhadap Kesalahan Pengawatan, Tegangan Lebih, Tegangan Terlalu Rendah,
Pada meter elektronik,dikenal adanya kondisi normal dan kondisi abnormal. Kondisi
normal merupakan kondisi dimana meter elektronik dalam keadaan standar/baik.
Sedangkan kondisi abnormal kebalikannya, artinya meter elektronik sedang
mengalami gangguan dalam pengoperasiannya.
Kondisi normal meter elektronik sebagai berikut :
a. Tegangan terukur sesuai spesifikasi
b. Beban di pelanggan bersifat induktif
c. Daya berada pada kuadran I
d. Daya aktif bernilai positif
e. Daya reaktif bernilai positif
f. Urutan fasa 1-2-3 atau R-S-T
g. Arus untuk ketiga fasa relatif seimbang
Kondisi normal dan abnormal meter elektronik dapat dipantau dan dideteksi
oleh sistem AMR pada Control Center. Karena pada control center terdapat fitur
analisa data yang dinamakan DLPD. DLPD ini singkatan dari Data Langganan yang
Perlu Diperhatikan. DLPD ini dapat menampilkan parameter meter elektronik yang
mengalami masalah/ gangguan.
Parameter DLPD AMR ialah sebagai berikut :
a. Kesalahan Pengawatan
b. Tegangan Lebih
c. Tegangan Terlalu Rendah
d. Arus Tidak Seimbang
e. Arus Berlebih
f. Energi Reaktif Tidak Terdeteksi
g. Penggunaan Beban Berlebih
h. Perbedaan Waktu
a. Tujuan:
Untuk menemukan indikasi kesalahan instalasi pengawatan pada meter
pelanggan.
b. Batasan :
1. Salah satu sudut fasa > 900
2. PF < 0
3. Frekuensi kejadian lebih dari 2 kali per hari
d. Penyebab :
1. Phase Sequence Error ( Urutan fase salah )
Beda fasa 2400 Normal -/+ - 2400 - 3000 -0,5 < PF < 0,5
Beda fasa 2400 Terbalik +/- + 600 - 1200 -0,5 < PF < 0,5
0.4
0.3
0.2
0.1 KW
KVAR
0
KVA
-0.1
-0.2
-0.3
Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa daya aktif, daya reaktif bernilai negatif. Ini
menunjukkan adanya kesalahan dalam melakukan pengawatan sehingga ada daya
yang bernilai negatif. Ini juga dapat dibuktikan dengan menghitung faktor daya dari
setiap fasanya.
Untuk fasa R :
Untuk fasa T :
Dari hitungan diatas dapat dilihat bahwa untuk fasa T faktor dayanya < 0 yaitu -0.426.
hasil ini menunjukkan bahwa telah terjadinya kesalahan dalam pengawatan pada
meter AMR.
V A
No. Date Time Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa %
R S T R S T
Thu Aug 06,
1 251.708 253.759 254.388 2.241 0.198 2.441 110.6
2009 12:30:00
Tue Aug 11,
2 251.306 253.007 253.439 2.460 0.199 2.347 110.2
2009 12:00:00
Tue Aug 11,
3 252.213 253.914 254.419 2.623 0.272 2.498 110.6
2009 12:30:00
Thu Aug 13,
4 251.564 252.955 253.542 2.449 0.274 2.347 110.2
2009 12:00:00
Thu Aug 13,
5 251.017 252.543 253.233 2.337 0.287 2.453 110.1
2009 12:30:00
Sat Aug 15, 2009
6 249.801 251.430 253.367 0.019 0.268 0.038 110.2
03:00:00
Sat Aug 15, 2009
7 250.275 251.770 253.800 0.023 0.266 0.045 110.3
03:30:00
Sat Aug 15, 2009
8 250.213 251.770 253.254 0.023 0.267 0.045 110.4
04:00:00
Sat Aug 15, 2009
9 249.492 251.131 253.007 0.015 0.197 0.038 110.1
04:30:00
Mon Aug 17,
10 249.234 251.337 253.707 0.023 0.223 0.026 110.0
2009 14:00:00
a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi catuan tegangan tidak normal pada meter
Pelanggan.
d. Penyebab :
1. Catuan tegangan naik (pada sebagian fasa)
Tegangan lebih merupakan suatu gangguan akibat tegangan pada sistem tenaga
listrik lebih besar dari yang seharusnya gangguan tegangan lebih dapat terjadi
karena kondisi eksternal dan internal pada sistem berikut ini :
1) Kondisi Internal
Hal ini terjadi karena osilasi akibat perubahan yang mendadak dari
kondisi rangkaian atau karena resonansi. Misalnya operasi hubung pada
saluran tanpa beban, perubahan beban yang mendadak, operasi pelapasan
pemutus tenaga yang mendadak akibat hubungan singkat pada jaringan,
kegagalan isolasi dan sebagainya. Tegangan lebih yang dibangkitkan generator
terutama disebabkan oleh putaran akibat pelepasan beban yang mendadak.
Governor pada generator mengatur kecepatan putaran agar putarannya tetap
normal. Namun rentang waktu yang diperlukan cukup lama sehingga pada saat
itu terjadi tegangan lebih yang sangat membahayakan piranti – piranti
kelistrikan lainnya. Tegangan lebih ini akan merusakkan isolasi kumparan
generator akibat panas yang berlebihan.
2) Kondisi Eksternal
Kondisi eksternal akibat adanya sambaran petir. Petir terjadi
disebabkan oleh terkumpulnya muatan listrik, yang mengakibatkan
bertemunya muatan positif dan negatif. Pertemuan ini berakibat terjadinya
beda tegangan antara awan bermuatan positif atau negatif dengan tanah.
V Phasa R
251
V Phasa S
250
V Phasa T
249
248
247
246
Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa tegangan pada fasa T dan sebagian fasa S
terlalu tinggi. Batas Tegangan normalnya 110% dari 230 V( tegangan untuk meter
dengan meter TM) yaitu 253 V. Ini dapat dilihat pada data tegangan di fasa T dan
sebagian fasa S yaitu > 253 V. Dan ini dapat dibuktikan dengan menghitung persen
dari data. Sebagai contoh : tegangan di fasa T pada tanggal 06 Agustus 2009 adalah
254,388 V. Dan tegangan untuk meter dengan meter TM (Tegangan Menengah) yaitu
230 V. Sehingga didapat :
Hasil ini telah menunjukkan bahwasanya tegangan di fasa T terlalu tinggi yaitu
> 110 % yaitu 110,6% .
V A
No. Date Time Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa %
R S T R S T
Tue Nov 24, 2009
1 56.646 57.229 32.352 0.140 0.198 0.060 56.1
00:15:00
Tue Nov 24, 2009
2 56.625 57.090 32.338 0.141 0.199 0.061 56.0
00:30:00
Tue Nov 24, 2009
3 56.856 57.371 34.347 0.169 0.272 0.106 59.0
00:45:00
Tue Nov 24, 2009
4 56.941 57.434 34.111 0.171 0.274 0.106 59.1
01:00:00
Tue Nov 24, 2009
5 56.929 57.510 34.472 0.176 0.287 0.112 59.7
01:15:00
Tue Nov 24, 2009
6 56.971 57.472 33.969 0.170 0.268 0.100 58.9
01:30:00
Tue Nov 24, 2009
7 57.035 57.486 33.926 0.169 0.266 0.099 58.8
01:45:00
Tue Nov 24, 2009
8 57.021 57.567 34.268 0.168 0.267 0.101 59.4
02:00:00
Tue Nov 24, 2009
9 57.036 57.487 31.051 0.248 0.197 0.097 53.8
02:15:00
Tue Nov 24, 2009
10 57.079 57.462 30.000 0.413 0.223 0.188 52.0
02:30:00
a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi catuan tegangan tidak normal pada meter
pelanggan
b. Batasan :
1. Tegangan salah satu fasa < 40,39 Vrms (70 %) (untuk meter TR)
2. Tegangan salah satu fasa < 161 Vrms (70 %) (untuk meter TM)
3. Arus untuk fasa bersangkutan > 0
4. Frekuensi kejadian ≥ 2 kali per hari
70
60
50
Tegangan (V)
40 V Phasa R
V Phasa S
30
V Phasa T
20
10
Gambar 4.3 Grafik Tegangan Per Fasa Pada Tegangan Terlalu Rendah
Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa tegangan pada fasa T terlalu rendah. Batas
Tegangan normalnya 70% dari 57,7 V ( tegangan untuk meter dengan meter TR) yaitu
40,39 V. Ini dapat dilihat pada data tegangan di fasa T yaitu < 40,39 V. Dan ini dapat
dibuktikan dengan menghitung persen dari data. Sebagai contoh : tegangan di fasa T
pada tanggal 24 November 2009 pada jam 00:15:00 adalah sebesar 32,352 V. Dan
tegangan untuk meter dengan meter TR (Tegangan Rendah) yaitu 57,7 V. Sehingga
didapat :
V A
Phasa Phasa Phasa Phasa
No. Date time Phasa R Phasa S %
T R S T
Sat Aug 01, Phase
1 213.357 200.701 205.710 0.000 0.601 0.000
2009, 05:00:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
2 213.646 198.361 201.752 0.000 0.665 0.000
2009, 05:30:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
3 216.109 197.763 198.464 0.000 0.831 0.000
2009, 20:30:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
4 217.047 196.691 198.876 0.000 0.824 0.000
2009, 21:00:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
5 218.376 195.908 200.546 0.000 0.771 0.000
2009, 21:30:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
6 219.077 196.970 202.782 0.000 0.773 0.000
2009, 22:00:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
7 217.706 199.051 204.442 0.000 0.703 0.000
2009, 22:30:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
8 216.985 198.845 205.091 0.000 0.703 0.000
2009, 23:00:00 Current = 0
Sat Aug 01, Phase
9 217.160 200.855 205.833 0.000 0.680 0.000
2009, 23:30:00 Current = 0
Sat Aug 02, Phase
10 221.180 207.472 211.564 0.000 0.525 0.000
2009, 04:00:00 Current = 0
a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi penggunaan beban tidak seimbang pada
pelanggan.
b. Batasan :
1. Arus sebagian fasa = 0, arus fasa yang lain > 0,5 A
2. Selisih arus antar fasa dari tertinggi dan terendah > 50 %
d. Penyebab :
1. Beban pelanggan tidak seimbang
Arus tidak seimbang atau arus di sebagian fase bernilai nol, ini disebabkan dari
adanya gangguan ketidakseimbangan beban di generator, biasanya disebabkan
adanya kebocoran atau hubungsingkat penghantar ketanah atau antar
penghantar. Gangguan ini menyebabkan adanya arus negatif yang mengalir
pada penghantar bernilai nol. Pada keadaan demikian generator harus segera di
amankan agar kerusakan dapat dihindari.
0.9
0.8
0.7
0.6
Arus (A)
A Phasa R
0.5
A Phasa S
0.4
A Phasa T
0.3
0.2
0.1
0
Gambar 4.4 Grafik Tegangan dan Arus tiap fasa pada Arus Tidak Seimbang
Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa tegangan tiap fasa seimbang, tetapi arus tidak
seimbang, ada dua fasa pada arus yang bernilai nol yaitu fasa R dan T.
V A
No. Date Time Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa %
R S T R S T
Tue Sep 01, 2009
1 221.942 221.757 227.694 5.894 6.243 6.009 124.9
04:00:00
Tue Sep 01, 2009
2 221.448 221.530 227.364 5.805 6.201 5.975 124.0
04:30:00
Tue Sep 01, 2009
3 221.850 221.984 227.724 5.842 6.235 6.005 124.7
05:00:00
Tue Sep 01, 2009
4 221.788 221.685 227.611 6.054 6.417 6.209 128.3
05:30:00
Tue Sep 01, 2009
5 220.809 220.778 226.560 6.099 6.462 6.239 129.2
06:00:00
Tue Sep 01, 2009
6 221.293 220.798 226.065 6.107 6.489 6.338 129.8
06:30:00
Tue Sep 01, 2009
7 224.200 223.653 228.724 6.047 6.409 6.247 128.2
07:00:00
Tue Sep 01, 2009
8 224.756 224.364 229.301 6.001 6.368 6.186 127.4
07:30:00
Tue Sep 01, 2009
9 223.251 223.076 227.745 6.009 6.375 6.179 127.5
08:00:00
Tue Sep 01, 2009
10 221.891 222.015 226.477 6.081 6.360 6.183 127.2
08:30:00
a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi arus berlebih pada pelanggan.
b. Batasan :
1. Arus > 6,0 A (120 % In, untuk meter yang menggunakan CT)*
* asumsi semua ratio CT adalah ke 5 A
d. Penyebab :
1. Beban pelanggan melebihi batas
2. Kondisi short circuit di pelanggan
6.6
6.4
6.2
A Phasa R
Arus (A)
6 A Phasa S
A Phasa T
5.8
5.6
5.4
Dari data dan grafik dapat dilihat bahwa Arus pada fasa S dan T terlalu tinggi. Batas
arus normalnya 120% dari 5A yaitu 6 A. Ini dapat dilihat pada data arus di fasa S dan
sebagian fasa T yaitu > 6 A. Dan ini dapat dibuktikan dengan menghitung persen dari
data. Sebagai contoh : arus di fasa S pada tanggal 01September 2009 adalah 6,243 A.
Dan arus normalnya yaitu 5 A. Sehingga didapat :
Hasil ini telah menunjukkan bahwasanya besar arus di fasa S terlalu tinggi yaitu
> 120 % yaitu 124.9% .
V A Phase Angel
No. Date Time Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa Phasa PF
kVarh
R S T R S T R S T
Sun Nov 29,
1 2009 - - - 0.850 0.526 0.769 0.000 - - - 0.930
00:00:00
Sun Nov 29,
2 2009 - - - 0.851 0.530 0.771 0.000 - - - 0.932
00:00:00
Sun Nov 29,
3 2009 - - - 0.849 0.517 0.776 0.000 - - - 0.927
00:00:00
Sun Nov 29,
4 2009 - - - 0.843 0.516 0.762 0.000 - - - 0.928
00:00:00
Sun Nov 29,
5 2009 - - - 0.827 0.491 0.755 0.000 - - - 0.923
00:00:00
Sun Nov 29,
6 2009 - - - 0.833 0.493 0.757 0.000 - - - 0.924
00:00:00
Sun Nov 29,
7 2009 - - - 0.835 0.492 0.751 0.000 - - - 0.927
00:00:00
Sun Nov 29,
8 2009 - - - 0.837 0.500 0.758 0.000 - - - 0.929
00:00:00
Sun Nov 29,
9 2009 - - - 0.835 0.505 0.760 0.000 - - - 0.926
00:00:00
Sun Nov 29,
10 2009 - - - 0.831 0.495 0.763 0.000 - - - 0.928
00:00:00
Dari data dapat diketahui bahwa energi reaktif tidak terdeteksi atau bernilai nol (0).
Dan tegangan juga tidak terbaca di meter sehingga bernilai 0.
a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi pengukuran energi yang tidak normal
d. Penyebab :
1. Kesalahan setting meter
Apabila terjadi kesalahan pada saat men-setting meter, maka harus dilakukan
setting ulang terhadap meter elektronik tersebut.
2. PF mendekati 1
Jika faktor daya mendekati 1 atau artinya beban di pelanggan hampir resistif.
Beban bersifat resistif artinya seluruh daya yang dialihkan ke beban adalah
daya aktif.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa penggunaan beban telah melebihi daya
kontrak,ini dapat diketahui melalui persennya. Pada data terlihat bahwa penggunaan
beban sebesar 159.3 %. Ini telah melebihi daya kontrak yang seharusnya 110 %.
a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi penggunaan daya pelanggan yang melebihi
daya kontrak.
d. Penyebab :
1. Beban pelanggan terlalu tinggi tetapi masih dibawah kriteria trip pembatas
arus.
Beban lebih merupakan gangguan yang terjadi akibat konsumsi energi listrik
melebihi energi listrik yang dihasilkan pada pembangkit. Gangguan beban
lebih sering terjadi terutama pada generator dan transformator daya. Ciri dari
beban lebih adalah terjadinya arus lebih pada komponen. Arus lebih ini dapat
menimbulkan pemanasan yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan
kerusakan pada isolasi. Pada transformator distribusi sekunder yang
menyalurkan energi listrik pada konsumen akan memutuskan aliran melalui
relai beban lebih jika konsumsi tenaga listrik oleh konsumen melebihi
kemampuan transformator tersebut.
a. Tujuan :
Untuk menemukan adanya indikasi perbedaan real time clock antara meter
dengan Control Center.
b. Batasan :
1. Selisih waktu antara Meter dan Control Center > 15 menit.
d. Penyebab :
1. Baterai meter habis
Apabila baterai meter habis, maka harus diganti dengan menggunakan baterai
yang baru.
2. Kerusakan meter
Kerusakan meter mungkin saja terjadi, dan apabila meter mengalami
kerusakan maka meter tersebut diserahkan terlebih dahulu ke pihak PLN
untuk diperbaiki.
3. Kesalahan setting meter
Apabila terjadi kesalahan pada saat pen settingan meter, sehingga
menyebabkan perbedaan waktu dengan control center AMR, maka dilakukan
setting ulang meter elektronik tersebut.
Sistem tenaga listrik dapat dikatakan baik apabila dapat ,mencatu dan menyalurkan
tenaga listrik ke konsumen dengan tingkat keandalan yang tinggi. Keandalan di sini
meliputi kelangsungan, stabilitas, dan harga per KWH yang terjangkau oleh
konsumen. Pemadaman listrik sering kali terjadi akibat gangguan yang tidak bisa
diatasi oleh sistem pengamannya. Keadaan ini akan sangat mengganggu kelangsungan
penyaluran tenaga listrik. Naik turunnya kondisi tegangan dan catu daya listrik pun
bisa merusakkan peralatan listrik.
Sejauh ini untuk pengecekan meter listrik petugas sering dihadang dengan pintu yang
tertutup. Pekerjaan ini sangat memakan waktu, dan dengan pengiriman data online
bisa dilakukan setiap hari dan tenaga mungkin bisa lebih digunakan untuk
memberikan layanan, terutama terhadap gangguan.
Untuk bisa mengirimkan data pemakaian listrik perlu dihubungkan dengan perangkat
pembaca pemakaian listrik atau yang biasa disebut sistem Automatic Meter Reading
(AMR). Dengan cara ini bisa didapatkan data pemakaian listrik sehari – hari secara
online dan otomatis. Data masing – masing pada meter elektronik tersebut
dikumpulkan secara otomatis di Embedded Concentrator pada Control Center yang
dikirimkan melalui jaringan telekomunikasi GSM/CDMA ataupun telepon kabel
(PSTN).
Dengan terkumpulnya data pemakaian listrik di control center tersebut, maka PLN
akan mudah mendeteksi adanya pencurian listrik oleh pelanggan / industri.
5.1 Kesimpulan
2. Gangguan dapat diketahui melalui data dari meter elektronik. Sehingga dapat
dilakukan perbaikan secepat mungkin dan dapat dilakukan usaha pencegahan
agar tidak terjadi gangguan yang sama. Dan upaya untuk mencegah ataupun
memperkecil gangguan dapat dilakukan setelah diketahui penyebab
gangguannya. Dari hasil analisis, gangguan yang terdeteksi ada yang terdapat
pada meter elektronik, generator ataupun transformator. Ada juga gangguan yang
terjadi akibat petir. Dan gangguan yang paling sering terjadi ketika penelitian ini
dilakukan adalah gangguan pada meter elektroniknya yaitu kesalahan dalam
pengawatan.
3. Sistem AMR dapat diaplikasikan di bidang kelistrikan, perairan dan gas. Dan di
Indonesia baru pada tahap awal yaitu aplikasi di bidang kelistrikan. Pada bidang
kelistrikan, sistem AMR digunakan di PLN- PLN. Dan di PLN itu sendiri sistem
AMR dapat diaplikasikan ke transmisi, jaringan distribusi dan pembangkit.
Tetapi di PT PLN (Persero) Cabang Pematangsiantar, sistem AMR baru dapat
diaplikasikan ke pelanggan. Dengan syarat pelanggan yang menggunakan sistem
AMR ialah pelanggan yang berpotensial artinya sistem ini digunakan pada
5.2 Saran
Di pembahasan skripsi ini di harapkan kepada pihak PLN untuk mengembangkan lagi
pengaplikasian sistem AMR, tidak hanya kepada pelanggan / distribusi tetapi juga
dapat diaplikasikan di jaringan transmisi dan pembangkit.
http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2007/08/15/brk,20070815-105659,id .
html. Diakses tanggal 26 Oktober 2009.
http://blog.uad.ac.id/kartikaf/files/2008/12/e-xx-modem.pdf. Diakses tanggal 30 April
2010.
http://halamansebelas.co.cc/2009/08/28/cara-menggunakan-modem-att/. Diakses
tanggal 03 Mei 2010.
http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:Q-
T6nass8KkJ:te.ugm.ac.id/~risanuri/siskom/SISTEM%2520KOMUNIKASI%2520CD
MA-
fix.pdf+sistem+komunikasi+cdma&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=ADGEEShOnljzgZi
Zh7eIxNdRixko61_G2s8VDZicqMdR9gy-
pLfXwSASmt53go3P2fHTsC5Dc0sZ3dBEdiob_cQdN0Vza-
i2j91608ScFNj0CQ2vPPc2zzOPaC4WKSjKaBMaDhy29_5g&sig=AHIEtbRU9qoak
P2KsgGjFcdig3YBlZCxvw. Diakses Tanggal 03 Mei 2010.