Mke 1
Mke 1
Tri Widagdo
Energi sangat dibutuhkan oleh manusia untuk membuat perubahan secara fisik. Ilmu
pendukung untuk mata kuliah ini adalah Termodinamika dan Mekanika Fluida serta Prinsip-
prinsip Perpindahan panas.
Energi B
Energi A
MKE
Energi C
Enegi D
η1 η2 η3
EP Ek Em EL
Air terjun Pengarah Generator
Runner
aliran air mm
Efisiensi keseluruhan, ηo = η1 x η2 x η3
𝑀𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝐴𝐹𝑅 = 𝑀 (2-1)
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
Kesetimbangan energy kalor (entalpi) didasarkan pada tiap mol bahan bakar adalah :
𝑄 = 𝐻𝑅 − 𝐻𝑃 (2-2)
Bahan bakar
Gas hasil pembakaran
Ruang pembakaran
Udara
HR Q HP
Sebagai contoh akan dihitung panas yang dihasilkan dari pembakaran pembakaran C2H6.
Persamaan reaksi pembakarannya adalah
Data entalpi jenis berbagai unsur diperoleh dari table berikut ini
Tabel 2.1. Entakpi jenis beberapa unsur pada kondisi standar
HR = HP (2-3)
Dimana,
HR:: Entalpi total Reaktan pada suhu stndar
=(∑ 𝑋𝑖 ℎ𝑖 )𝑅𝑒𝑎𝑐𝑡𝑎𝑛(77 𝐹)
HP : Entalpi total produk pembakaran pada temperatut t
= (∑ 𝑋𝑖 ℎ𝑖 )𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡(𝑡)
X: fraksi mol komponen terhadap jumlah mol product
h: entalpi jenis komponen pembakaran
Gambar berikut menampilkan sitem pembakaran isobar pada p = 1 atm
Bahan bakar Produk
Ruang
pembakaran
pembakaran
Udara
Q=0
Sebagai contoh akan dihitung temperatur pembakaran gas Metana, dengan reaksi pembakaran
Stoikiometrik:
1 mol bahan bakar menghasilkan 10,52 mol produk, maka fraksi mol komponen reaktan
terhadap produk adalah
𝑁𝐶𝐻4 1
𝑋𝐶𝐻4 = = = 0,095
𝑁𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 10,52
𝑁𝑂2 2
𝑋𝑂2 = = = 0,19
𝑁𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 10,52
𝑁𝑁2 7,52
𝑋𝑁2 = = = 0,715
𝑁𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 10,52
𝐵𝑡𝑢
(∑ 𝑋𝑖 ℎ𝑖 ) = 0,095 (−32,179) + 0 + 0 = −3.057
𝑅𝑒𝑎𝑐𝑡𝑎𝑛 (𝑡=77 𝐹) 𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙 𝑏. 𝑏
𝑁𝐶𝑂2 1
𝑋𝐶𝑂2 = = = 0,095
𝑁𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 10,52
𝑁𝐻2 𝑂 2
𝑋𝐻2 𝑂 = = = 0,19
𝑁𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 10,52
Maka
Dengan bantuan table 2.3 sebuah pemecahan coba-coba (trial and error) akan memberikan
temperatur yang menghasilkan entalpi total produk sebesar -3.057 Btu/lbmol CH4 . Dengan
mengambil harga 40000R dan 4200 0R serta dengan interpolasi diperoleh temperature 4.1870R
ini adalah temperatur pembakaran adiabatic untuk pembakaran stoikiometerik gas metana.
Tabel 2.3. Berbagai entalpi standar (h,Btu/lbmol) beberapa gas tekanan rendah
s
Tabel 2.3 lanjutan
- Timbang massa bahan bakar sebelum dibakar lalu masukkan kedalam ruang
pembakaran
- Tutup rapat ruang bakar agar tidak terjadi kebocoran
- Masukkan gas Oksigen sesuai dengan takaran untuk mendapatkan proses
pembakaran stoikiometrik
- Hidupkan sumber api dan dipastikan proses pembakaran terjadi
- Lihat respon temperatur air, serta catat temperature maksimum air yang terjadi
b. Kalorimeter Boy’s
Kalorimeter ini dipakai untuk menghitung nilai Kalor Bahan bakar secara kontnyu
Gambar 2.4 Boy’s Calorimeter
Kalorimeter jenis ini dipakai untuk menghitung nilai alor bahan bakar gas dan cair.
Komponennya meliputi pembakar bahan bakar, B, dimana bahan bakar dengan tekanan dan
volume tertentu dibakar. Gas panas hasil pembakaran dialirkan melalui cerobong tembaga. Di
luar tembaga dialirkan air dengan jumlah tertentu. Dari bagian atas ruang bakar, gas dibelokan
ke bawah melalui permukaan luar pipa dimana di dalam pipa mengalir air dingin M. Selanjutnya
gas dibelokan keatas melalui rangkaian pipa luar N. Selanjutnya gas meninggalkan ruang bakar
menuju udra atmosfir pada suhu tertentu. Suhu air sirkulasi diukur pada sis masuk ( t1) dan sisi
keluar( t2)
Nilai kalor atas,
𝑊(𝑡2− 𝑡1 )
𝐻𝐻𝑉 = , kcal/m3 (2-5)
𝑣
Motor Bakar Torak disebut juga sebagai mesin Pembakaran Dalam (Internal Combustion
Engines) dimana proses pembakaran terjadi di dalam silinder. Ada 3 jenis motor bakar torak,
yaitu: Motor Bensin, Motor Diesel dan Motor Gas.
TDC BDC
Poros engkol
Ruang Torak
pembakaran
VC VL
VS
Siklus ini dipakai pada motor bakar torak berbahan bakar solar. Memiliki kekhasan pada
proses pembakaran, yaitu pada tekanan konstan. Analisis termodinamika mengacu pada
Kendali massa. Tahapan-tahapan proses untuk satu satuan massa udara.
Proses 1→2 Kompresi isentropik udara dalam ruang bakar, Kerja spesifik yang dibutuhkan
w =(t2-t1)
Proses 2→3 Ekspansi 1: Pembakaran bahan bakar isobar. Panas yang diterima udara
q = u3-u2
Proses 3→4 Ekspansi2: Isentropik. Kerja yang dihasilkan
w = u3-u4
Proses 4→1 Pembuangan panas isobar.
q = u4-u1
Dengan korelasi gas ideal untuk proses isentropik dan isovolumik ∆u= Cv ∆T , proses
isobar ∆h= Cp ∆T serta persamaan umum gas, efisiensi termal siklus Diesel adalah
𝑟 𝑘 −1
𝜂𝑡ℎ = 1 − 𝑟𝑝 (1−𝑘) (𝑘(𝑟
𝑐
).. (3-4)
−1
𝑐
Siklus ini dipakai pada motor bakar torak dimana proses pembakaran terjadi dua kali,
yakni pada volume konstan dilanjutkan dengan tekanan konstan.
Menggunakan prosedur perhitungan seperti pada siklus Otto dan siklus Diesel, efisiensi
siklus pembakaran ganda adalah
𝑟𝑝 𝑟𝑐𝑘 −1
𝜂𝑡ℎ = 1 − 𝑟𝑐 (1−𝑘) ((𝑟 ) (3-5)
𝑝 −1)+𝑘𝑟𝑝 (𝑟𝑐 −1
3.3 Mekanisme Motor Bakar 4 langkah dan 2 langkah
Motor bakar 4 langkah biasa dijumpai pada Motor Bensin, motor Diesel dan Motor gas.
Motor bakar 2 langkah biasa dijumpai pada motor bensin. 1 Langkah diartikan sebagai
perubahan posisi torak dari BDC ke TDC atau sebaliknya. Sehingga untuk MBT 4 langkah
diperlukan 2 kali putaran poros engkol untuk satu siklus lengkap dan untuk MBT 2 langkah
diperlukan 1 kali putaran poros engkol untuk menghasilkan satu siklus lengkap.
Gambar 3.5 Meknisme MBT 4 langkah bensin
Daya indicator (IHP) adalah daya yang dihasilkan oleh gerakan torak, yang dapat dihitung
dengan rumus :
Untuk MBT 2 langkah
𝑁 𝑃𝑚 𝐿 𝐴 𝑛
𝐼𝐻𝑃 = , watt (3-6)
60
Untuk MBT 4 langkah
𝑁 𝑃𝑚 𝐿 𝐴 𝑛
𝐼𝐻𝑃 = , Watt (3-7)
2 𝑥 60
Dimana,N: jumlah silinder
Pm : tekanan rata-rata indicator, N/m2
L: panjang langkah torak, m
A: luas penampang torak, m2
n: putaran porors engkol, rpm
Daya poros BHP (Brake Horse Power) dari MBT adalah daya yang keluar dari poros engkol,
diukur menggunakan Dinamometer
𝜋𝑛
𝐵𝐻𝑃 = 𝑇 𝑥 𝜔 = 𝑇𝑥 30 , Watt (3-8)
𝐵𝐻𝑃
𝜂𝑚 = 𝑥 100% (3-9)
𝐼𝐻𝑃
Efisiensi keseluruhan, 𝜂𝑜 (Overall Efficiency) dimaksudkan sebagai perbandingan antara
energi mekanik dengan energy kalor, dirumuskan sebagai
𝐵𝐻𝑃
𝜂𝑜 = 𝑥 100% (3-10)
𝑚̇𝑓 .𝐿𝐻𝑉
4.1 Pendahuluan
Penggunaan uap air (H2O) sebagai fluida kerja sudah sejak lama dipakai manusia,
Mesin uap adalah mesin yang menggunakan energi panas dalam uap air dan mengubahnya
menjadi energi mekanik. Mesin uap digunakan dalam pompa, lokomotif dan kapal laut, dan
sangat penting dalam Revolusi Industri.
Mesin uap merupakan mesin pembakaran luar (external Combustion Engines), dengan
fluida kerja yang terpisah dari hasil pembakaran. Sumber panas yang dapat digunakan yaitu
bahan bakar yang tidak biasa dipakai oleh mesin penghasil daya yang lain. Jebis bahan bakar
yang dipakai antara lain batu bara, minyak berat serta biomassa. Proses pembakarn dilakukan di
dalam dapur, selanjutnya panas yang yang dihasilkan dipakai untuk mengubah fasa air dari cair
menjadi uap didalam ketel uap (boiler). Tekanan air dihasilkan oleh pompa dengan tenaga yang
diambil dari engine. Uap bertekanan, selanjutnya dipakai untuk mendorong torak secara bolak
balik (double acting). Gerakan torak dihubungkan dengan mekanime poros engkol untuk
selanjutnya menghasilkan daya dalam bentuk putaran poros.
Jenis ketel uap yang dipakai adalah jenis pipa api (Fire tube boiler). Uap air yang sudah
dipakai untuk menggerakkan mesin, selanjutnya dibuang keluar. Penggunaaan mesin uap,torak
dahulu sangat luas, seperti pada kapal laut, kereta api, mesin- mesin pertanian serta mesin
perang pada perang dunia I. Sejalan dengan perkembangan teknologi, penggunaan mesin uap
torak sudah ditinggalkan, terutama untuk penggerak kendaraan.
Pemakaian system energy uap saat ini terbatas pada industry, bersifat diam (Stationary).
Luaran energy dalam bentuk listrik. Siklus daya pada system energy uap disebut juga sebagai
Siklus Rankine. Dikembangkan pertama kali pada tahun 1927 oleh William John Macquorn
Rankine, seorang ilmuwan Scotlanddia di Glasgow University. Siklus daya yang konsepnya
adalah Kendali Volume, tujuannya mengubah energi kalor (panas) menjadi energi mekanik
(daya). Pemakaianya pada Pembangki Listrik Tenaga Uap (PLTU). Fluida kerja yang
dipergunakan adalah H2O dengan laju aliran massa (𝑚̇) yang konstan. Siklus Rankine adalah
mesin pembakaran luar (External Combustion Engines) dimana panas hasil pembakaran
dipindahkan ke fluida kerja.
Proses 1→2. Pompa, berfungsi untuk menaikkan tekanan dan mengalirkan H2O pada fasa cair.
Dengan mengabaikan energi potensial dan energi kinetik serta prosesnya
adiabatik, maka daya ideal yang diperlukan pompa adalah
𝑊𝑝̇ = 𝑚̇(ℎ2 − ℎ1 )
Proses 2→3. Boiler, berfungsi untuk memanaskan H2O. fasa fuida berubah dari cair ke uap
panas lanjut (superheat steam), terjadi secara isobar. Energi kalor yang diterima
H2O adalah
𝑄̇𝑏 = 𝑚̇(ℎ3 − ℎ2 )
Proses 3→4. Turbin Uap, berfungsi untuk mengubah energi kalor dari uap menjadi energy
mekanik dengan cara Ekspansi uap H2O, terjadi secara isentropik. Energi
mekanik yang dihasilkan oleh turbin uap adalah
𝑊̇𝑇 = 𝑚̇(ℎ3 − ℎ4 )
Proses 4→1. Konensor, berfungsi untuk mengembunkan uap H2O yang keluar dari turbin uap.
Prosenya terjadi secara isobar. Energi kalor yang dikeluarkan adalah
𝑄̇𝑘𝑜𝑛 = 𝑚̇(ℎ4 − ℎ1 )
a.Instalsi
b.Diagram T – s c. Diagram h - s
Contoh:
Siklus Rankine bekerja antara tekanan 6 MPa dan 0,3 MPa, menggunakan fluida kerja air (H2O)
dengan laju aliran massa 𝑚̇= 25 kg/sec. Uap masuk turbin pada suhu 4000C.
Ditanyakan:
Jawab.
a. Lihat gambar
h t3
3
h3
Gas
t1 = t2 CP g (panas lanjut)
6 MPa
a
ha
h4
h2 2 4
f Cair-gas
cair
0,3 MPa
h1
1
s2 = s1 s4 = s 3 Sg s
b. Kondisi air masuk pompa adalah cair jenuh. Dari tabel jenuh (B.1b) pada P= 0,3 MPa
diperoleh data t1 = 133,50C , s1 = 1,6722 kJ/kg 0C dan h1 = hf(p= 0,3 MPa) = 561,5 kJ/kg
dan hg= 2725,3 kJ/kg . Untuk menghitung h2 diperlukan bantuan data ha .Pada tekanan 6
MPa diperoleh data ta = 275,60C dan, ha =hf (p=6 MPa)=1213,3kJ/kg . Proses kenaikan
tekanan air pada pompa adalah isentropic-isothermal, sehingga t1 = t2. Entalpi jenis air
keluar pompa dihitung menggunakan rumus h2= ha – Cp( ta –t2). Dengan mengambil suhu
rata-rata antara t2 dan ta dan bantuan table C.3 diperoleh harga Cp= 4,505 kJ/kg, sehinga
h2 =1213,3 – 4,505 (275,6 – 133,5)= 573,3 kJ/kg . Energi mekanik pompa, Wp =𝑚̇(h2 –
h1) = 25 kg/sec (573,3 – 561,5) kJ/kg = 295 kW
c. Pada Tekanan 6 MPa dan suhu 4000C dari tabel panas lanjut (table B.2) diperoleh h3 =
3177,2 kJ/kg . Energi kalor boiler Qb = 𝑚̇(h3 – h2) = 25 kg/sec (3177,2 – 573,3) kJ/kg =
115.097,5 kW
d. Proses ekspansi uap pada turbin adalah isentropik sehingga s3 = s4. Dari table B.2
diperoleh entropi jenis uap masuk turbin, s3 = 6,5415 kJ/kg 0C. Dari table B.1b diperoleh
sg(p=0,3 MPa) = 6,9927 kJ/kg 0C. . Dari kedua angka tersebut membuktikan bahwa uap
keluar turbin adalah uap basah karena s4 sg (p = 0,3 MPa). Dari rumus s4 = s1 + x4 (sg – s1),
diperoleh fraksi uap keluar turbin x4 = 0,91, Harga ini masih pada batas toleransi karena
x4 ≥ 85 %. Eentalpi jenis uap keluar turbin, h4 = h1+ x4(hg(p=0,3 MPa) – h1)= 2320,6 kJ/kg.
Energi mekanik turbin WT = 𝑚̇(h3 – h4)= 25 kg/sec ( 3177,2 – 2320,6 ) = 21415 kW
e. Energi kalor yang dikeluarkan kondensor , Qkond =𝑚̇(h4 – h1) = 25 (2320,6-561,5)=
43977,5 kW
(𝑄̇𝑘𝑜𝑛 ) 43977,5
f. Efisiensi temal siklus Rankine 𝜂𝑡ℎ = 1 − (𝑄̇𝑏 )
=1 − 115079,5=0,618 = 61,8%
g. Daya netto = Daya turbin – daya pompa
= 21415 kW- 295 kW= 21120 kW = 21,12 MW
Turbin uap adalah bagian dari sistem energi uap yang bekerja untuk menghasilkan energi
mekanik. Berdasarkan arah aliran uap, turbin yang umum dipakai adalah jenis aksial (aliran uap
sejajar dengan poros). Ide awal dari turbin uap diperkenalkan oleh tentara Alexandria pada
sekitar abad 4 masehi. Bekerja berdasarkan prinsip reaksi, memanfaatkan pembuangan uap dari
dua nozel yang saling berseberangan.
V2
V1
𝑚̇
Kecepatan ideal uap keluar nozel dihitung berdasarkan perubahan entalpi jenis uap
sebelum dan setelah melalui nozel. Dengan menganggap kecepatan uap masuk nozel, V1 = 0,
dengan bantuan persamaan Energi diperoleh:
𝑉2 = 𝐶𝑣 √2(ℎ1 − ℎ2 ) , m/sec (4-2)
Energi Kinetik uap
1
𝐸𝑘 = 2 𝑚̇𝑉22 , Watt (4-3)
Dengan persamaan Kontinyuitas, laju alir massa uap keluar nozel dihitung dengan persamaan:
𝑚̇ = 𝜌. 𝐴 . 𝑉2 , m/sec (4-4)
Dimana Cv : koefisien kecepatan
h1 : entalpi jenis uap masuk nozel, J/kg
h2 : entalpi jenis uap keluar nozel, J/kg
A: luas penampang nozel, m2
ρ: massa jenis uap, kg/m3
Dari hukum Newton II
F = m.a atau
F = m. ΔV/t
Untuk fluida yang mengalir dengan laju alir massa, 𝑚̇ = 𝑚/𝑡 dan kecepatan,V, memiliki
Momentum M = 𝑚̇V, maka:
𝐹 = 𝑚̇(𝑉2 − 𝑉1 ) (4-5)
Dimana
F : gaya impulse, N
𝑚̇(𝑉2 − 𝑉1 ): perubahan momentum, N
Perhatikan uap yang mengalir dari nozel dengan kecepatan (Vs) yang menerpa plat datar
Vs Vb = 0 Vs Vb
𝑚̇ 𝑚̇
Vb
(2Vb – Vs)
Efisiensi sudu didefinisikan sebagai perbandingan antara energy mekanik sudu dengan energy
kinetic uap keluar nozel,
Pada profil sudu impulse tidak mungkin berbentuk setengah lingkaran, karena posisi
nozel dan sudu tetap harus dipertimbangkan. Celah natar dua sudu gerak tidak terjadi pengecilan
luas penampang aliran uap, sehingga tidak terjadi ekspansi. Sudu gerak turbin impulse hanya
membelokkan arah aliran uap. Perhitungan melibatkan operasi vector kecepatan.
⃑⃑⃑⃑𝑠 = ⃑⃑⃑⃑⃑
⃑𝑉 𝑉𝑏 + 𝑉⃑⃑⃑⃑𝑟 atau ⃑⃑⃑⃑
𝑉𝑟 = ⃑⃑⃑⃑
𝑉𝑠 − ⃑⃑⃑⃑⃑
𝑉𝑏
Vb
Vs1 Vr1
θ
Φ
Vb
Vr2
Vs2
Vb
Gambar 4.8 Profil sudu dan Segitiga kecepatan pada turbin impulse
Vs1 : Kecepatan uap keluar nozel = Kecepatan mutlak uap masuk sudu gerak, m/sec
Vb : Kecepatan tangensial sudu, m/sec
Vr1 : Kecepatan relative uap terhadap sudu pada sisi masuk sudu, m/sec
Vr2 : Kecepatan relative uap terhadap sudu pada sisi keluar sudu, m/sec
Vs2 : Kecepatan mutlak uap meninggalkan sudu gerak, m/sec
𝜃: sudut nozel = sudut kecepatan mutlak uap masuk sudu gerak
𝜙:sudut masuk sudu gerak= sudut kecepatan relative uap masuk sudu
𝛾: sudut keluar sudu gerak= sudut kecepatan relative uap keluar sudu
𝛿: sudut kecepatan mutlak uap keluar sudu gerak
Untuk sudu impuls 𝜙 = 𝛾
Dari prinsip momentum, gaya impulse pada sudu gerak sebagai besaran vector nilainya:
𝐹 = 𝑚̇(𝑉𝑠1 cos 𝜃 + 𝑉𝑠2 cos 𝛿) (4-8)
Energi mekanik yang dihasilkan sudu gerak turbin
𝑊̇ = 𝑉𝑏 . 𝐹 = 𝑚̇𝑉𝑏 (𝑉𝑠1 cos 𝜃 + 𝑉𝑠2 cos 𝛿) (4-9)
Efisiensi sudu gerak
𝑊̇
𝜂𝑏 = 𝐸̇ (4-10)
𝑘
Kecepatan sudu optimum dimaksudkan sebagai kecepatan sudu untuk menghasilkan daya dan
efisiensi maksimum,
𝑉𝑠1 cos 𝜃
𝑉𝑏,𝑜𝑝𝑡 = (4-11)
2
Energi mekanik maksimum yang dihasilkan sudu gerak terjadi pada Vb,opt
𝑊̇𝑚𝑎𝑘𝑠 = 2𝑚̇𝑉𝑏,𝑜𝑝𝑡
2
= 2𝑚̇ (𝑉𝑠1 cos 𝜃)2 (4-12)
Hubungan vector kecepatan
2
- Pada sisi masuk sudu gerak, 𝑉𝑟1 = √𝑉𝑠1 + 𝑉𝑏2 − 2𝑉𝑠1 𝑉𝑏 cos 𝜃 (4-13)
2
- Pada sisi keluar sudu gerak, 𝑉𝑠2 = √𝑉𝑟2 + 𝑉𝑏2 − 2𝑉𝑟2 𝑉𝑏 cos 𝛾 (4-14)
- Komponen kecepatan mutlak arah aksial uap masuk sudu gerak (Velicity of Whirl)
Vw1 = Vs1 sin 𝜃= Vr1 sin 𝜙 (4-15)
𝑉𝑤1
- Sudut masuk sudu gerak , 𝜙 = 𝑖𝑛𝑣 𝑠𝑖𝑛 (4-16)
𝑉𝑟1
- Komponen kecepatan mutlak arah aksial uap keluar sudu gerak (Velicity of Whirl)
Vw2 = Vs2 sin 𝛿= Vr2 sin 𝛾 (4-17)
Gambar 4.9 Konstruksi turbin impuls 2 tingkat
Contoh.
Turbin Uap 1 tingkat berdiamater 1,5 m beroperasi pada, putaran 6000 rpm. Nozel
mengekspansikan uap dari tekanan 8 MPa suhu 6500C hingga tekanan 2 MPa pada laju aliran
massa 0,5 kg/sec. Sudut nozel 80 koefisien kecepatan uap keluar nozel Cv = 0,95
Ditanyakan:
a) Gambarkan profil sudu dan segitiga kecepatan
b) Hitung kecepatan uap keluar nozel
c) Hitung energy kinetic yang dihasilkan oleh nozel
d) Hitung kecepatan tangensial sudu gerak
e) Hitung besar sudut sudu gerak
f) Hitung gaya impulse pada sudu gerak
g) Hitung Energi mekanik yang dihasilkan sudu gerak turbin
h) Hitung efisiensi turbin
Jawab:
a) Lihat gambar
0
b) Dari table B-2, H2O panas lanjut didapatkan h1 = h((p= 8 MPa, t= 650 C) = 3762,3 kJ/kg,
entropi jenis uap keluar nozel, s1 = 7,1553 kJ/kg 0C. Dengan menganggap ekspansi uap
pada nozel adalah isentropic, maka s1 = s2. Pada tekanan 2MPa diperoleh
P, MPa t= 4000C t =……… t = 4500C
2 h (kJ/kg) 3247,6 ……?…. 3357,5
s (kJ/kg 0C 7,1279 7,1553 7,2851
Dengan metode interpolasi linier, entalpi uap keluar nozel h2 = h(p=2 MPa, s = 7,1553 kJ/kg 0C)=
3266,7 kJ/kg
Kecepatan uap keluar nozel (Vs) = kecepatan mutlak uap masuk sudu gerak (Vs1)
=Cv √2(ℎ1 − ℎ2 ) = 0,95√2(7362,3 − 3266,7)𝑥1000 𝐽/𝑘𝐽 = 2.862 m/sec
𝑚̇𝑉 20,5𝑥2.862 2
Energi kinetic yang dihasilkan nozel, 𝐸𝑘̇ = 2 𝑠 = = 2.047.761 Watt =
2
2.047,761 kW = 2,05 MW
c) Kecepatan tangensial sudu gerak dihitung dengan rumus, Vb= π D n/60
= π x 1,5 x 6000/60 = 471 m/sec
d) Sudu turbin impuls berbentuk simetri bilateral, artinya sudut masuk sudu gerak(𝜙 ) sama
dengan sudut keluar sudu gerak(𝛾)
Kecepatan relative uap masuk sudu gerak (Vr1) dihitung dengan rumus
2
𝑉𝑟1 = √𝑉𝑠1 + 𝑉𝑏2 − 2𝑉𝑠1 𝑉𝑏 cos 𝜃 = √2.8622 + 4712 − 2 𝑥 2.862 𝑥 471 cos 80
= 2.396 m/sec
Komponen kecepatan mutlak arah aksial uap masuk sudu gerak (Velicity of Whirl)
Vw1 = Vs1 sin 𝜃= 2682 sin 8 = 373 m/sec
Sudut masuk sudu gerak (𝜙) dihitung dengan rumus
𝑉𝑤1 373
𝜙 = 𝑖𝑛𝑣 𝑠𝑖𝑛 = 𝑖𝑛𝑣 sin 2396 = 𝑖𝑛𝑣 sin 0,156 = 90
𝑉𝑟1
Dengan mengabaikan kerugian gesek pada sudu gerak, maka Vr2 = Vr1 = 2.396 m/sec
dan sudut keluar sudu gerak 𝛾= 90
Komponen kecepatan mutlak arah aksial uap keluar sudu gerak (Velicity of Whirl)
Vw2 = Vr2 sin 𝛾= 2396 sin 9 = 375 m/sec
Kecepatan mutlak uap keluar sudu gerak dihitung menggunakan rumus
2
𝑉𝑠2 = √𝑉𝑟2 + 𝑉𝑏2 − 2𝑉𝑟2 𝑉𝑏 cos 𝛾 = √23962 + 4712 − 2𝑥2396𝑥471 cos 90
= 1.932 m/sec
Sudut kecepatan mutlak uap keluar sudu gerak dihitung dengan rumus
𝑉 375
𝛿 = 𝑖𝑛𝑣 𝑠𝑖𝑛 𝑉𝑤2 = 𝑖𝑛𝑣 sin 1932 = 11,20
𝑠2
F 𝑚̇, Vs F 𝑚̇, Vs
Vb = 0 Vb
a. Diam b. Bergerak
Vb
Vr1
Vs1
𝜙
θ
Vb
δ γ
Vr2
Vs2
Vb
Gambar 4.11 Profil sudu dan Segitiga kecepatan pada turbin Reaksi
BAB 5
b. Instalasi
b. Diagram P – v. c. Diagram T- s
𝑊̇𝑐 = 𝑚̇(ℎ2 − ℎ1 )
Proses 2→3. Pemanasan udara di ruang bakar (heater), terjadi secara isobar. Energi kalor yang
diterima udara adalah
𝑄̇𝑖𝑛 = 𝑚̇(ℎ3 − ℎ2 )
Proses 3→4. Ekspansi gas hasil pembakaran pada turbin gas, terjadi secara isentropic. Energi
mekanik yang dihasilkan oleh turbin gas adalah
𝑊̇𝑇 = 𝑚̇(ℎ3 − ℎ4 )
Proses 4→1. Pembuangan panas ke lingkungan, terjadi secara isobar. Panas yang dibuang
adalah
𝑄̇𝑜𝑢𝑡 = 𝑚̇(ℎ4 − ℎ1 )
𝑊̇𝑇 −𝑊̇𝑐
𝜂𝑡ℎ = 𝑄̇𝑖𝑛
1−𝑘
𝜂𝑡ℎ = 1 − 𝑟𝑝 ( )
𝑘 ………………………………………………………. (5-1)
= P2 /P1
= 1,4
Gambar 5.2 Pembangkit listrik Tenaga Gas (PLTG)