Anda di halaman 1dari 9

HIDUP DALAM RENCANA ALLAH

Bacaan : Yohanes 18:1-11


“Maka Ia bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus dari Nazaret." Jawab Yesus: "Telah
Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi." (Yohanes 18:7-8)

Pendahuluan
Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, peristiwa kematian Yesus Kristus perlu kita renungkan
karena kematian Kristus adalah kunci kehidupan kekristenan kita, tanpa kematian Kristus kehidupan kita sama
sekali tidak ada gunanya. Saya percaya melalui perenungan tentang kematian Kristus, iman kita akan semakin
diteguhkan, kita akan semakin yakin akan hidup ini bahwa Tuhan sangat mengasihi kita dan Dia menginginkan
kita untuk hidup mempermuliakan Dia selama kita ada di dunia ini.
Isi Khotbah
Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, dari bacaan yang kita sudah baca, Yesus mempersiapkan
diri menjelang penyaliban Nya. Ia pergi ke sungai Kidron dan menuju ke sebuah taman. Taman itu adalah taman
getsemani yang terletak di lereng bukit Zaitun. Sering kali Yesus ke tempat bersama-sama murid-murid-Nya
termasuk Yudas untuk berdoa, itu sebabnya Yudas tahu tempat itu sehingga dengan mudah mendapati Yesus.
Yudas yang telah dirasuki oleh Iblis mendatangi imam-imam kepala untuk menyerahkan Yesus dan meminta
imbalan dari apa yang ia lakukan. Lalu imam-imam kepala setuju dan memberikan tiga puluh uang perak kepada
Yudas sebagai bayaran terhadap perbuatannya.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, Yudas mengetahui waktu yang tepat dan tempat yang tepat
untuk menangkap Yesus. Di taman Getsemani ketika Yesus selesai berdoa, pada saat itulah Yudas datang
bersama-masa dengan pasukan prajurit dan para penjaga Bait Allah yang lengkap dengan senjata untuk
menangkap Yesus. Kedatangan pasukan prajurit dan para penjaga Bait Allah dengan senjata yang lengkap
mengindikasikan bahwa Yesus adalah seorang penjahat, perampok dan orang berbahaya bagi keamanan dan
kesejahteraan masyarakat.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, di mata mereka Yesus telah melakukan perbuatan yang
melanggar hukum. Hanya orang yang telah melakukan perbuatan yang melanggar hukumlah yang perlu
ditangkap, di adili dan dihukum sesuai dengan perbuatan mereka. Lalu kita bertanya perbuatan apakah yang Yesus
lakukan yang melanggar hukum? Lalu hukum apakah yang telah dilanggar oleh Yesus? Bukankah yang Yesus
lakukan adalah mengasihi orang lain, menyembuhkan orang sakit, memberi makan orang lapar, menguatkan
orang yang lemah, membela hak orang yang tertindas, bertindak adil, mengajar kebenaran, menasihati,
mengampuni kesalahan dan membawa orang kepada Tuhan. Kalau hukum Taurat yang dilanggar, apakah
perbuatan-perbuatan Yesus itu melanggar hukum Taurat? Tentu jawabanya tidak. Semua yang Yesus lakukan
mengenapi hukum Taurat.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, namun Yesus telah dianggap oleh para imam dan pemimpin
Yahudi sebagai penjahat yang harus ditangkap, diadili dan dihukum. Waktu Yesus dianggap penjahat dan
didatangi, Ia tidak sembunyi bahkan melarikan diri. Tetapi Ia malah maju ke depan dan berkata kepada mereka,
“siapakah yang kamu cari?” Yesus tidak takut dan gentar menghadapi kedatangan para prajurit. Yesus
menghadapi dengan wibawa seorang pemimpin. Mereka yang ditanya menjawab, “Yesus dari Nasaret.” Dan
Yesus menjawabnya, “Akulah Dia.”
Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, di dunia ini tidak ada penjahat yang mau mengakui kalo dia
orangnya. Kalau semua mengakui mungkin penjara akan penuh dan dunia akan damai dan aman. Yang terjadi
sebaliknya, kalau kedapatan seseorang berbuat salah dan melanggar hukum, orang itu akan berusaha sembunyi
bahkan melarikan diri dan kalau dia ditangkap, dia akan memakai pengacara untuk membela dirinya. Lebih parah
lagi orang yang bersalah itu bisa berteriak bahwa orang lain yang bersalah bukan dirinya, istilahnya “maling teriak
maling”
Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, sikap Yesus seperti itu menunjukan kepada kita bahwa Dia
tidak takut, karena Dia tahu bahwa Dia di dalam rencana Bapa-Nya. Rencana penyelamatan umat manusia adalah
rencana yang kekal dan untuk itulah Yesus diutus ke dunia untuk mengenapi rencana itu. Dan proses menuju
pengenapan itu Yesus harus ditangkap, diadili dan disalibkan. Yesus tidak takut, tidak bersembunyi dan tidak
melarikan diri karena masalah yang akan dihadapi tetapi dia dengan berani menghadapinya karena Dia sedang
hidup dalam rencana BapaNya.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, sebagai anak-anak Tuhan, kita harus belajar dari teladan
Yesus. Allah memiliki rencana dalam hidup kita berbeda-beda. Namun semua memiliki tujuan yang sama yaitu
Allah dimuliakan dalam hidup kita. Oleh sebab itu, selama kita hidup dalam rencana Allah kita tidak perlu takut,
membela diri, sembunyi atau melarikan diri dari segala macam ancaman atau masalah yang datang dalam hidup
kita. Banyak orang percaya yang begitu takut, gentar, sembunyi dan bahkan lari dari hadapan Tuhan karena
tekanan hidup yang datang bertubi-tubi. Banyak orang menjadi pesimis, putus asa dan bahkan kompromi dengan
dunia karena tidak berani menghadapi bersama Tuhan.
Orang-orang seperti itulah yang sebenarnya tidak hidup dalam rencana Allah, mereka hidup sesuai rencana
mereka. Mereka tidak mau mengenal apa yang Tuhan inginkan bagi mereka. Orang-orang yang tidak hidup dalam
rencana Allah adalah orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri, egois dan cenderung suka menyalahkan
orang lain. Mereka menghabiskan waktu yang Tuhan beri untuk diri sendiri, mereka memakai talenta yang Tuhan
beri untuk memperkaya diri sendiri, mereka menggunakan uang dan harta mereka untuk diri mereka sendiri.
Mereka berbicara kasih tetapi tidak mepraktekkan kasih, mereka berbicara adil tetapi bertindak tidak adil, mereka
menyembah Allah yang kudus tetapi mereka tidak hidup dalam kekudusan. Orang-orang seperti itulah yang
sebenarnya tidak hidup dalam rencana Allah.
Pertanyaan bagi untuk kita renungkan?? Siapakah yang telah melanggar hukum? Siapakah penjahat yang
sebenarnya yang harus ditangkap? Mereka adalah orang-orang yang tidak hidup dalam rencana Allah. Bukankan
sikap para imam menunjukan bahwa mereka adalah penjahat. Orang-orang rohani yang haus akan pujian, haus
akan otoritas, haus akan kekuasaan dan kedudukan. Itulah yang menyebabkan mereka begitu egois dan hanya
mementingkan diri mereka sendiri. Mereka memperkokoh kedudukan mereka dengan cara-cara yang tidak benar,
mereka mengajarkan hukum tetapi mereka tidak hidup sesuai hukum itu. Mereka menyuruh orang berkerja tetapi
mereka sendiri malas untuk bekerja.
Yudas pun demikian. Yudas adalah murid Yesus, namun ia begitu tergiur oleh kenikmatan dunia. Ia tidak tahan
uji, ia terbuai oleh uang. Karena uang ia telah menghabiskan waktu untuk mengejarnya. Murid-murid yang lain
belajar untuk melayani Yesus, belajar untuk mendoakan orang lain dan belajar untuk bertumbuh, tetapi Yudas
telah terikat oleh mammon dan dia rela menjadikan mammon sebagai tuannya dari pada Yesus. Yesus dijual
karena uang. Para prajurit adalah orang-orang yang bertindak kasar dan semena-mena, mereka tidak adil dalam
sikap. Bukankah kita kadang seperti mereka? Apa yang kita kejar hari-hari ini, kedudukan dan jabatan? Atau ada
prioritas lain yang sedang kita kejar selain keinginan Tuhan. Apa kita sedang menggunakan waktu yang Tuhan
beri untuk diri kita sendiri. Atau harta kita untuk diri kita sendiri.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, bagimana dengan Yesus? Yesus memberi segalanya,
“waktunya, perhatiannya, kasihnya bahkan dirinya diberikan untuk keselamatan manusia” Orang yang hidup
dalam rencana Allah relah memberikan segala-galanya bagi Tuhan untuk Tuhan gunakan dalam mencapai tujuan-
Nya Tuhan. Yesus memberikan segala-galanya untuk mencapai tujuan BapaNya supaya.
Marilah kita mengikuti teladan Tuhan kita, yang berani karena Ia hidup dalam rencana Bapa-Nya. Ia rela
memberikan segala-galanya bagi Tuhan karena Dia tahu bahwa untuk itulah ia diutus ke dunia ini. Apakah
saudara sedang hidup dalam rencana Allah atau tidak? Kalau tidak itulah yang membuat saudara takut untuk
menyerahkan hidup saudara dan segalanya bagi Tuhan. Tetapi kalau saudara sedang hidup dalam rencana Allah
maka saudara tidak akan takut karena saudara percaya bahwa Allah memiliki rencana yang indah dan kekal buat
saudara. Matius 16:25, mengatakan: “Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.”
Ada sebuah ilustrasi. Seorang pemuda hanya tertunduk lesu, memandang tiang gantungan yang menanti di
hadapannya. Andaikan ia tahu akan berakhir begini, tentu tidak akan sekarang ... sudah terlambat. Seorang
petugas mengikatnya dengan tali dan mempersiapkannya untuk digantung. Sambil menuju tiang gantungan,
terlintas di pikirannya, ibunya yang juga satu-satunya keluarganya yang tinggal, sedang menangisinya. Kini hanya
tinggal menunggu lonceng. Ya, tinggal menunggu sedentang lonceng dan ia akan meninggalkan dunia fana ini
untuk selama-lamanya. Peraturannya saat itu, hukuman gantung dilaksanakan setelah lonceng besar berbunyi. Ia
sudah pasrah dan menunggu ajalnya.
Saat itu pukul 11 siang hari. Ditunggunya satu jam ... dua jam ... lonceng tidak juga berbunyi hingga pukul 2
siang. "Akh, berarti kematianku sudah sangat dekat?" pikir si pemuda. Tapi lonceng tidak juga berdentang hingga
pukul 5 sore. Lonceng itu memang bergerak sejak siang, namun ternyata bukan bunyi yang dikeluarkannya,
melainkan tetesan darah !!!
Di tengah-tengah lonceng besar tersebut, ternyata ada seorang wanita tua yang menjepit bola di dalam lonceng
hingga tidak terdengar bunyinya. Saat lonceng tersebut dipukul, wanita ini menjepitkan dirinya di dalam lonceng
besar itu. Wanita tua itu tak lain adalah ibu sang pemuda yang akan dihukum!!! Akhirnya, pemuda tersebut
dibebaskan dari hukumannya karena lonceng tersebut tidak juga berbunyi, sesuai dengan peraturan yang ada.
Begitu besarnya cinta Ibu itu terhadap anaknya, hingga dia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri demi
menyelamatkan anak yang dikasihinya. Ibu itu melambangkan Tuhan kita, Yesus Kristus yang telah rela
membayar harga yang seharusnya menjadi tanggungan kita, dengan mati di kayu salib, agar kita diselamatkan.
Seharusnya, kitalah yang sepatutnya digantung, kitalah yang sepatutnya disalib! Namun cinta Tuhan amat besar
bagi kita, Cintanya tiada batasnya bagi kita anak-anak Nya.
Yohanes 3:16. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang
tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal?”
Yohanes 4:9. "Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus
Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.” Roma 8:39. "Atau kuasa-kuasa, baik yang
di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah,
yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” Kasih anak sepanjang penggalah ... Kasih ibu sepanjang abad ...
Kasih Tuhan sepanjang masa.
AKU HAUS
YOHANES 19:28-30
Pendahuluan:
Ada 2 orang bercakap-cakap. Yang pertama berkata: ‘Aku ingin tahu dimana aku akan mati’. Temannya
menjawab: ‘Kamu gila; untuk apa tahu dimana akan mati?’. Yang pertama menjawab: ‘Kalau aku tahu aku akan
mati dimana, aku tidak akan pergi ke tempat itu’. Ini menunjukkan bahwa orang itu ingin terhindar dari kematian.
Dan memang adalah sesuatu yang umum kalau orang ingin terhindar dari kematian. Tetapi jika kita lihat di alkitab
Yesus itu berbeda dengan orang dalam cerita di atas, Ia tahu Ia akan mati dimana. Ia tahu bahwa Ia akan mati di
Yerusalem. Tetapi ketika saatnya untuk mati sudah tiba, Ia bukannya menjauhi Yerusalem, tetapi Ia justru pergi
ke sana (Mat 16:21-24).
Di taman Getsemani, pada waktu mau ditangkap, Ia dibela oleh Petrus yang mengeluarkan pedangnya dan
membacok hamba imam besar. Sebetulnya bisa saja pada waktu itu Yesus memberi komando kepada 10 murid
yang lain untuk membantu Petrus, dan sementara terjadi perkelahian masal, Yesus lari. Tetapi Ia tidak mau
melakukan itu, bahkan Ia memerintahkan Petrus untuk menyarungkan pedangnya (Mat 26:51-52).
Ia juga berkata kepada Petrus bahwa sebetulnya Ia bisa minta kepada Bapa untuk mengirim lebih dari 12 pasukan
malaikat untuk membantuNya (Mat 26:53). Andaikata Ia melakukan hal ini, sudah pasti semua orang yang mau
menangkapNya itu dibasmi dalam sekejap mata. Tetapi Ia tidak mau mela-kukan hal ini.
Sebetulnya, kalaupun Ia tidak mau minta bantuan Bapa untuk mengirimkan pasukan malaikat, Ia sendiri, yang
juga adalah Allah sendiri, bisa saja menggunakan kemahakuasaanNya untuk membasmi semua orang yang mau
menangkapNya itu. Kalau Ia melakukan hal ini, pasti Ia terhindar dari kematian. Tetapi Ia tidak mau melakukan
hal itu, karena Ia memang tidak mau menghindari kematian.
Tetapi ada sesuatu yang lebih aneh, yaitu bahwa Yesus bukan saja tidak mau menghindari kematian, tetapi bahkan
tidak mau penderitaanNya dikurangi! Dari mana kita bisa melihat hal ini?
Dalam Mat 27:34 dikatakan bahwa Yesus diberi minum ‘anggur bercampur empedu’, dan dalam Mark 15:23
dikatakan bahwa Yesus diberi ‘anggur bercampur mur’. Ini bukan kontradiksi, karena minuman itu adalah anggur
bercampur ramuan tertentu, yang mengandung baik empedu maupun mur.
Tetapi pada saat Yesus mengecap minuman itu, dikatakan bahwa Ia tidak mau meminumNya. Mengapa? Padahal
sebentar lagi Ia minta minum (Yoh 19:28 - ‘Aku haus’), dan mau meminum minuman yang diberikan kepadaNya
(Mark 15:36 Yoh 19:29-30). Beberapa penafsir mengatakan bahwa Ia tidak mau meminum anggur bercampur
empedu / mur itu, karena itu adalah minuman yang mengandung ramuan yang bisa membius / mengurangi rasa
sakit, dan diberikan kepada orang yang disalib sebagai suatu tindakan belas kasihan kepada mereka.
KetidakmauanNya menerima pengurangan rasa sakit / penderitaan merupakan sesuatu yang lebih aneh lagi dari
pada sekedar tidak menghindari kematian. Orang kristen yang sejati, seharusnya mempunyai keyakinan
keselamatan, dan karena itu mestinya tidak takut mati. Tetapi siapa yang tidak takut pada penderitaan / rasa sakit
yang hebat? Siapa yang pada waktu mengalami rasa sakit yang hebat tidak menginginkan rasa sakitnya dikurangi?
Kalau saudara pergi ke dokter gigi untuk dicabut giginya, atau kalau saudara akan dioperasi, tentu saudara senang
menerima pembiusan supaya tidak mengalami rasa sakit.
Lalu mengapa Yesus tidak mau rasa sakit / penderitaanNya dikurangi? Karena Ia sadar bahwa saat itu Ia sedang
memikul hukuman dosa manusia, termasuk hukuman dosa saudara dan saya. Dan Ia ingin memikul seluruh
hukuman dosa manusia!
Andaikata saja pada saat itu Yesus mau meminum minuman bius itu, dan rasa sakitNya berkurang, katakanlah 10
%, maka itu berarti Ia hanya memi-kul 90 % hukuman dosa saudara dan saya. Tahukah saudara apa akibatnya?
Saudara boleh saja betul-betul percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, tetapi hanya 90 %
dari dosa-dosa saudara yang ditebus / dibayar oleh Yesus. Sedangkan 10 % sisanya, saudara harus menanggung-
nya sendiri. Kalau hal ini terjadi, maka renungkanlah 2 hal di bawah ini:
1) 10 % dari dosa kita itu luar biasa banyaknya.
Kalau saudara menganggap diri saudara itu baik, atau kalau saudara beranggapan bahwa jumlah dosa saudara
cuma ratusan atau ribuan, maka itu disebabkan saudara tidak mengerti Firman Tuhan, yang meru-pakan standard
Allah untuk menentukan dosa. Kalau saja saudara mengerti Firman Tuhan, dan saudara membandingkannya
dengan hidup saudara, maka saya yakin saudara akan menemui berjuta-juta dosa.
Kalau kita menyoroti hukum Tuhan yang berbunyi ‘Jangan berdusta’ saja, maka berapa dosa yang saudara
temukan dalam hidup saudara? Mulai saat saudara masih kecil sampai sekarang, berapa kali saudara berdusta
kepada orang tua, kakek / nenek, guru di sekolah, teman, kakak / adik, teman kerja / rekan bisnis, langganan,
pejabat pemerintahan, pegawai, bahkan kepada pengemis (dengan berkata ‘tidak punya uang’ padahal saudara
punya)? Hanya dari satu hukum itu saja, sudah sukar menghitung jumlah dosa saudara! Bagaimana kalau
ditambahkan dengan hukum-hukum yang lain, seperti jangan berzinah, jangan mencuri, jangan iri hati, hormatilah
orang tuamu, hukum hari sabat, hukum antara suami istri, dsb? Bagaimana kalau ditambahkan lagi hukum-hukum
yang diang-gap tidak masuk akal, seperti:
 Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, pikiran, akal budi (Mat 22:37).
 Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Mat 22:39).
 Kasihilah musuhmu, doakan orang yang menganiaya kamu (Mat 5:44).
 Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (Ro 12:17,21).
 Bersukacitalah senantiasa (1Tes 5:16).
 Mengucap syukurlah dalam segala hal (1Tes 5:18).
Karena itu 10 % dari dosa kita pastilah luar biasa banyaknya. Kalau dosa kita jumlahnya 1 juta, maka 10 % dari
dosa kita berarti 100.000 dosa!
2) Satu dosa sudah cukup untuk memasukkan diri saudara ke dalam neraka sampai selama-lamanya!
Ada agama lain yang mengatakan bahwa nanti pada akhir jaman perbuatan baik dan dosa setiap orang akan
ditimbang; kalau lebih berat dosanya maka orangnya dimasukkan neraka, dan kalau lebih berat perbuatan baiknya
maka orangnya akan dimasukkan surga. Ditinjau dari sudut agama lain itu, maka mungkin masih ada
kemungkinan saudara akan masuk surga kalau saudara memikul sendiri 10 % dosa saudara. Tetapi Kitab Suci /
Firman Tuhan tidak mengajar demikian! Ro 6:23 mengatakan bahwa "upah dosa ialah maut"! Jadi, tidak
dikatakan kalau dosanya banyak / besar / lebih banyak dari perbuatan baiknya, barulah upahnya maut! Hanya
dikatakan bahwa upah dosa ialah maut, dan itu berarti bahwa satu dosa saja sudah cukup untuk membawa saudara
kedalam neraka sampai selama-lamanya!
Mengapa demikian? Karena Kitab Suci / Firman Tuhan mengajar bahwa perbuatan baik tidak bisa menutup dosa
(Gal 2:16,21). Memang, kalau saudara ditangkap polisi karena melanggar peraturan lalu lintas dan akan
menghadapi persidangan, bisakah saudara lalu berbuat baik dengan harapan perbuatan baik saudara itu
menyebabkan saudara tidak didenda dalam pengadilan? Jelas tidak mungkin! Jadi, hukum duniapun mengata-kan
bahwa perbuatan baik tidak bisa menutup dosa. Dan demikian juga ajaran dari Kitab Suci / Firman Tuhan! Karena
itulah maka satu dosa saja sudah cukup untuk membuat saudara masuk neraka sampai selama-lamanya!
Sekarang, bagaimana kalau kita gabungkan 2 hal di atas ini? 10 % dari dosa saudara bukan main banyaknya,
sedikitnya ada 100.000 dosa. Padahal satu dosa saja sudah cukup membuang saudara ke dalam neraka sampai
selama-lamanya. Bagaimana kalau saudara harus menanggung 100.000 dosa atau bahkan lebih dari itu?
Karena itu, andaikata Yesus mau meminum minuman yang mengandung ramuan bius itu, pasti seluruh umat
manusia, mulai dari Adam sampai kiamat, termasuk saudara dan saya, akan masuk neraka sampai selama-
lamanya!

Tetapi puji Tuhan, Yesus menolak minuman yang mengandung ramuan bius itu! Ia tidak mau memikul hanya
sebagian atau 90 % hukuman dosa kita; Ia mau memikul seluruhnya atau 100 % hukuman dosa kita!!
Ada 2 hal lain yang menunjukkan bahwa seluruh hukuman dosa kita memang sudah dibereskan oleh Yesus di
kayu salib, yaitu:
a) Kata-kata ‘Sudah selesai’ (Yoh 19:30) menunjukkan bahwa penderitaan aktifNya untuk memikul seluruh dosa
kita, sudah selesai!
b) Yesus bisa bangkit dari kematian.
Karena upah dosa ialah maut, kalau saja ada satu dosa yang belum beres, maka Ia tidak akan bisa bangkit. Bahwa
Ia bisa bangkit pada hari yang ke tiga, menunjukkan bahwa memang seluruh dosa kita sudah dibereskan! Karena
itu, kalau saudara mau percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat saudara, semua dosa saudara tanpa
kecuali, akan dihapuskan / diampuni.
III) Tanggapan kita.
1) Percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat dan sebagai Tuhan.
Yesus sudah memikul seluruh hukuman dosa saudara, dan Yesus sudah memikul kehausan yang luar biasa yang
seharusnya saudara alami di neraka. Karena itu, kalau saudara mau percaya dan menerima Yesus sebagai
Juruselamat dan Tuhan, saudara tidak mungkin bisa dihukum lagi oleh Allah. Ini sesuai dengan Ro 8:1 yang
berbunyi: "Demikianlah sekarang tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus".
Tetapi sebaliknya, kalau saudara tidak mau sungguh-sungguh percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat
dan Tuhan, tidak jadi soal apakah saudara itu orang kristen KTP atau kafir, pergi ke gereja atau tidak, sudah
dibaptis atau belum, berusaha mentaati Firman Tuhan atau mengabaikannya, saudara tetap akan menangguing
hukuman dosa sau-dara sendiri dengan masuk neraka sampai selama-lamanya, dan meng-alami kehausan yang
luar biasa yang memang layak saudara dapatkan!
3) Memberikan yang terbaik kepada Tuhan.
Jangan meniru tentara Romawi yang memberi anggur asam kepada Yesus (ay 29). Sebaliknya, berikanlah yang
terbaik kepada Tuhan. Ini berlaku untuk bermacam-macam hal seperti:
a) Memberikan uang kepada Tuhan.
Banyak orang kristen yang kalau mau memberi persembahan selalu bingung mencari uang kecil. Apakah
pengorbanan Kristus pantas saudara balas dengan uang kecil? Memang kalau saudara adalah orang miskin yang
hanya mempunyai uang kecil, maka persembah-kanlah uang kecil itu kepada Tuhan, Tuhan pasti menerimanya
(bdk. Luk 21:1-4). Tetapi kalau untuk makan, pakaian, membangun rumah, hobby, dsb saudara bisa
mengeluarkan uang besar, tetapi hanya mau mengeluarkan uang kecil untuk Tuhan, itu betul-betul keterlaluan.
b) Memberikan waktu, tenaga, pikiran untuk Tuhan.
Ada orang kristen yang pada pagi, siang, sore tidak berdoa / membaca Firman Tuhan, dan baru melakukannya
pada malam hari setelah tenaga dan pikirannya sudah mencapai titik terendah. Orang seperti ini memberikan
waktu, tenaga, pikiran yang terjelek untuk Tuhan. Bukankah sebaiknya kita melakukan doa / saat teduh pada pagi
hari, dimana kita ada dalam keadaan paling segar?
c) Memberikan diri / hidup kita untuk Tuhan.
Banyak orang yang pada waktu masih muda menggunakan dirinya / hidupnya untuk diri sendiri. Baru pada saat
sudah tua dan hampir mati, ‘menyerahkan dirinya’ untuk Tuhan. Ada juga orang kristen yang setelah lulus SMA,
lalu berusaha masuk ke Universitas. Tetapi karena tidak diterima di mana-mana, akhirnya ia ‘menyerahkan
dirinya’ untuk masuk sekolah Theologia / melayani Tuhan!
Penutup / kesimpulan:
Untuk saudara yang belum percaya kepada Yesus, janganlah menunda! Percayalah sebelum terlambat. Dan Untuk
saudara yang sudah percaya: tirulah teladan Kristus dan berikan yang terbaik kepada Tuhan.
HATI-HATI! (YOHANES 13:36-38)

Pendahuluan
Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus, saya memiliki perumpaan Dalam setiap pertandingan
Atletik, ada satu cabang bergengsi yang seringkali dipertandingkan, yaitu: Marathon. Disini Marathon adalah
nama sebuah daerah di Yunani, dimana pada tahun 490 BC terjadilah Battle of Marathon atau yang dikenal
sebagai Pertempuran Marathon di Teluk Marathon. Pertempuran tersebut terjadi antara tentara Yunani dari
Athena melawan serangan pasukan Persia. Pertempuran tersebut begitu hebat namun berhasil dimenangkan oleh
tentara Yunani yang bernama, Pheidippides, yang ditugaskan oleh komandannya untuk membawa pesan.
Pheidippides, sang pembawa pesan yang berlari tanpa henti dari Marathon menuju Athena untuk mengabarkan
kemenangan Yunani atas Pertempuran Marathon. Pheidippides (530-490 BC), menjadi seorang “hemerodrome”
Athena, yang bisa dipahami sebagai pembawa pesan, “pelari siang”, kurir ataupun “kurir lari profesional”, dan
bahkan “pelari sepanjang hari”. Ia merupakan pahlawan Yunani kuno, dan menjadi tokoh utama dalam kisah yang
menjadi inspirasi bagi perlombaan olahraga modern, maraton.
Dia berlari tanpa henti sejauh 240 km dalam dua hari. Ketika pasukan Yunani berhasil mengalahkan pasukan
Persia, kembali Pheidippides ditugaskan untuk menyampaikan berita kemenangan itu ke Athena dengan berlari.
Ia kemudian berlari sejauh 40 km dari medan perang dekat Marathon hingga ke Athena untuk mengabarkan
kemenangan Yunani atas Persia dalam Pertempuran Marathon. Pheidippides berlari dari Marathon ke Athena
seusai pertempuran untuk mengumumkan kemenangan pasukan Yunani. Akhirnya ia sampai di Athena dan
dengan lantang ia berteriak (nikemen) yang berarti “Kita menang”. Setelah mengucapkan itu, dia tersungkur di
sebuah pasar akibat kelelahan atau kemungkinan serangan jantung. Hal ini disebabkan temperatur di sepanjang
rute Marathon sekitar 38 derajat Celcius yang bisa menyebabkan kelelahan berlebihan atau serangan hawa panas
meskipun pada atlit terhandal. Jarak yang ditempuh oleh Pheidippides tersebut baru diukur ketika penduduk
Athena ingin merayakan kotanya seabad kemudian pada era Heraclides. Pada saat diukur, ternyata jarak itu
sepanjang 42,195 km. Mulai saat itulah lari Maraton diperkenalkan dan diresmikan untuk mengenang dan
menghormati Pheidippides.
Dalam menjalankan tugasnya itu, ada begitu banyak godaan dan bahkan tantangan. Kelelahan, bahaya dijalan dan
sebagainya; dapat saja membuatnya lengah sehingga bisa saja Pheidippides gagal dalam menjalankan misinya
tersebut. Untuk itulah maka sikap waspadai diri atau berhati-hati, menjadi suatu hal yang penting dalam
kehidupannya. Ketika ia mampu dengan sikap yang demikian, maka keberhasilan mencapai Athena setelah berlari
sejauh 42 km dapat terlaksana, dan ungkapan “νικωμεν” (nikemen) yang berarti “Kita menang”, dapat terucap.
Banyak orang tidak berhati-hati dalam kehidupannya sehingga ia gagal mencapai kemenangan dan justru
kejatuhan. Itulah sebabnya sikap hati-hati perlu ditumbuh kembangkan dalam kehidupan seorang pengikut
Kristus. Pertanyaannya kini adalah, “Mengapa kita harus berhati-hati dengan apa yang kita perbuat untuk Tuhan?”
Sebab ketiga hal berikut ini akan memberikan gambaran yang jelas, yaitu:
Pertama: hati-hati permintaan kita kepada Tuhan (ay. 36). Alkitab menyatakan: Simon Petrus berkata kepada
Yesus: “Tuhan, ke manakah Engkau pergi?” Jawab Yesus: “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti
Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.” (Yohanes 13:36). Terlihat betapa Simon memiliki
keinginan untuk terus bersama dengan Yesus, namun ada hal yang perlu disadari bahwa prinsip “tidak selamanya
kita bersama dengan seseorang, karena ada hal yang tidak mungkin untuk kebersamaan selamanya itu” haruslah
menjadi perhatian. Ketika seorang suami ingin terus bersama dengan istrinya, maka ada saat dimana ia tidak
mungkin terus bersama dengan istrinya. Ketika seorang ayah ingin terus bersama dengan anaknya, ada masa
dimana ia tidak bisa selamanya bersama dengan anaknya. Inilah yang harus diingat oleh Petrus. Itulah sebabnya
Tuhan Yesus berkata: “Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau
akan mengikuti Aku.” (ay. 36), atau dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia sehari hari (BIS), dikatakan: ….
“Ke tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku.”
(Yohanes 13:36 BIS). Ketika Simon berkata: “Tuhan, kemanakah Engkau pergi?”; sesungguhnya bagian ini
merupakan sebuah pertanyaan yang tidak perlu ditanyakan seorang yang sudah lama menjadi pengikut Kristus.
Beberapa ahli menyatakan bahwa ini adalah pertanyaan “terbodoh” yang pernah diucapkan Petrus. Padahal Tuhan
Yesus dalam beberapa kesempatan sering memberitahukan bahwa “Ia akan pergi!”. John Calvin berkata: “Tetapi
dalam hal ini kita juga seperti dia; karena kita mendengar setiap hari dari mulut Kristus semua yang baik yang
berguna dalam hidup, dan semua yang perlu diketahui, dan, pada waktu kita sampai pada prakteknya, kita sama
herannya dengan seorang murid yang tidak pernah diajar satu katapun.” Jawaban Tuhan Yesus, bahwa: “Ke
tempat Aku pergi, engkau tidak dapat mengikuti Aku sekarang, tetapi kelak engkau akan mengikuti Aku”. Bisa
menunjuk kepada tempat yang akan Ia tuju, yaitu Surga!, karena beberapa kali Tuhan Yesus menyatakannya,
namun juga dalam konteks tersebut, bisa menunjuk kepada Salib!, dan saya lebih setuju dalam konteks ini sebab
Salib akan dihadapiNya, dan Simon tidak mungkin ikut dalam peristiwa tersebut. Bahkan dapatlah dikatakan
bahwa simon Petrus belum cukup matang untuk memikul salib. Dia harus ditumbuhkan dan dikuatkan dulu iman
percayanya, baru setelah itu mengikuti Yesus dalam memikul salib. William Hendriksen, seorang sarjana Alkitab
mengatakan: “Yesus, melalui kematian oleh penyaliban, pergi kepada Bapa, dan Petrus tidak dapat mengikutiNya
sekarang. Mengapa? Karena menurut ketetapan kekal Allah, saat yang tepat untuk kepergian ke sana belumlah
tiba. Demikian juga ketika membicarakan salib, Petrus belum siap secara rohani. Tetapi nanti Petrus akan
mengikuti jalan Kristus. Ia juga akan pergi kepada Bapa. Lebih dari itu, ia akan pergi kepada Bapa melalui
kematian oleh penyaliban!.” Jadi diperlukan sikap hati-hati ketika kita meminta kepada Kristus, karena bisa saja
kita belum siap seperti Petrus yang ingin ikut Tuhan, namun sesungguhnya ia belum siap dengan peristiwa salib.
Dan hal itu terbukti dengan penyangkalan yang ia lakukan. Berhati-hatilah dengan permintaan kita kepada Tuhan,
karena Tuhan yang lebih tahu siapa kita sesungguhnya. Garda Swiss merupakan pasukan pengawal yang dikenal
sebagai pasukan pengawal Paus. Mereka merupakan orang yang terlatih dan ketika direkrut Vatikan, para anggota
ini diambil sumpahnya di pelataran Istana San Damaso. Anggota Garda Swiss menyelenggarakan upacara
pengambilan sumpah sebagai bagian dari ritual, mereka yang baru direkrut berbaris dan mengangkat tiga jari
sesuai tradisi sumpah korps. Mengangkat tiga jari melambangkan Trinitas. Komandan Garda Swiss akan
meletakkan karangan bunga di sebuah monumen untuk memperingati 147 anggota korps Garda Swiss yang gugur
saat melindungi Paus Klemens VII dari serangan pasukan Kaisar Charles V ke kota Roma pada 6 Mei 1527.
Upacara pengambilan sumpah dirayakan setiap tahun, pada 6 Mei, untuk mengenang peristiwa tersebut. Tugas
utama Garda Swiss yang memiliki motto “Acriter et Fideliter” (Keberanian dan Loyalitas) adalah menjaga pribadi
Paus Roma dan Istana Vatikan. Moto keberanian dan loyalitas harusnya ada dalam diri setiap pengikut Tuhan.
Apakah hal itu ada dalam kehidupan kita semua?
Kedua: Hati-Hati dengan janji kita kepada Tuhan! (ay. 37). Perhatikanlah kalimat ini: Kata Petrus kepada-Nya:
“Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!”
(Yohanes 13:37). Petrus dengan berani mempetarukan nyawanya bagi Kristus. Namun demikian, hal ini pun harus
disikapi dengan hati-hati. Loyalitas dan bahkan kesetiaan sampai mati perlu ada dalam diri seorang pengikut
Kristus, namun bukan sekedar sebuah ucapan, melainkan harus dibuktikan dengan tindakan seumur hidup.
Ungkapan “memberikan nyawa bagiMu” (ay. 37), bahkan ditambahkan oleh penulis kitab Lukas dengan
“kesediaan Petrus untuk masuk penjara dan bahkan mati bersama Yesus” (lih. Lukas 22:33). Kalau
memperhatikan ayat 36, maka ungkapan Petrus ini merupakan ungkapan ketidakpuasan atas jawaban Yesus.
Pernyataan Petrus merupakan ungkapan pembaktian diri kepada Kristus, dan juga komitmen; namun hal itu harus
dibuktikan dengan seiring berjalannya waktu. Ada yang mengatakan bahwa ungkapan: “Tuhan, mengapa aku
tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!” merupakan bentuk ketidak
mampuan Petrus mengenal siapa dirinya. Ia begitu percaya diri, dan merasa mampu untuk mengambil peran
seperti yang akan diterima Yesus dalam penderitaan salib. Itulah sebabnya John Calvin berkata: “Karena
kesombongan dan kesembronoan muncul dari ketidaktahuan tentang diri sendiri, Petrus dipersalahkan karena
berlaku sebagai tentara yang berani, sementara ia ada di luar jangkauan panah; karena ia tidak pernah menguji
kekuatannya, dan mengira bahwa ia bisa melakukan apa saja. Belakangan ia dihukum, seperti yang layak ia
dapatkan, untuk kesombongannya. Biarlah kita belajar untuk tidak mempercayai kekuatan kita sendiri, dan
membawa diri kita sendiri kepada Tuhan sejal awal, supaya Ia bisa menopang kita dengan kuasaNya.”
Ketiga: Hati-hati dengan peringatan Tuhan (ay. 38). Jangan sembarangan bicara!, barangkali inilah nasehat yang
tepat untuk Simon Petrus!. Perhatikanlah apa yang Tuhan Yesus ucapkan berkaitan dengan perkataan Simon
Petrus sebelumnya, yaitu: Jawab Yesus: “Nyawamu akan kauberikan bagi-Ku? Sesungguhnya Aku berkata
kepadamu: Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.” (Yohanes 13:38), yang dalam
terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia Sehari hari (BIS), dikatakan: Yesus menjawab, “Sungguhkah engkau rela
mati untuk-Ku? Ketahuilah, sebelum ayam berkokok nanti, engkau sudah tiga kali berkata bahwa engkau tidak
mengenal Aku!” (Yohanes 13:38 BIS). Tuhan Yesus hendak pembelajaran kepada kita semua bahwa tidak mudah
untuk bertanggung jawab atas apa yang kita ucapkan. Jangan dengan mudah berjanji karena mengandung banyak
resiko atas setiap yang diungkapkan. Kepada Petrus nasehat ini diberikan, dan tentunya juga kepada kita semua.
Yesus menubuatkan penyangkalan yang akan dilakukan Simon Petrus. Ia bukan hanya menubuatkan terjadinya
penyangkalan, tetapi juga jumlah penyangkalan yang akan terjadi dan bahkan saat terjadinya penyangkalan itu.
Jumlahnya ada tiga kali dan terjadi sebelum ayam berkokok. Kejatuhan Simon Petrus karena kesombongannya,
yaitu: siap memberikan nyawa sekalipun (lih. Ayat 37). Kesombongan dan rasa percaya diri yang berlebihan
inilah yang membuat Petrus jatuh. Charles Haddon Spurgeon berkata: “Petrus telah jatuh secara luar biasa. Ia
telah menyangkal Yesus, menyangkalNya berulangkali, menyangkalNya dengan sumpah, menyangkalNya di
hadapanNya, sementara Yesus sedang dipukuli dan difitnah; menyangkalNya sekalipun ia adalah seorang rasul;
menyangkalNya sekalipun ia telah menyatakan bahwa sekalipun semua orang meninggalkanNya, ia tidak akan
pernah tersandung. Itu adalah dosa yang sangat menyedihkan. Ingatlah apa yang membawanya kepada dosa itu.
Itu adalah, pertama-tama, kesombongan dan keyakinan diri sendiri dari Petrus. … Tinggi hati mendahului
kejatuhan.” (lih. Spurgeon’s Expository Encyclopedia’, vol 12, hal 21.). Tuhan baik maka Ia memberikan
peringatan kepada Simon Petrus, yaitu: “… Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali.”
(ay. 38), dan harusnya hal itu membuat Petrus untuk mawas diri. Berhati-hatilah dengan peringatan Tuhan.
Sayangnya hal penyangkalan itu akhirnya terbukti. Petrus benar-benar menyangkal Tuhan sebanyak tiga kali,
sebelum ayam berkokok. Dalam hal tersebut Petrus dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi kita; bagaimana kita
harus hati-hati dalam mengikuti Tuhan kita. Dengan demikian, maka; mengapakah kita harus berhati-hati dengan
apa yang kita perbuat untuk Tuhan? ketiga hal berikut ini akan memberikan gambaran yang jelas, yaitu: Pertama:
hati-hati permintaan kita kepada Tuhan, Kedua: Hati-Hati dengan janji kita kepada Tuhan!, dan Ketiga: Hati-hati
dengan peringatan Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai