Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 RUMAH ADAT JAWA TENGAH

Rumah Adat jawa atau bisa disebut “Joglo”, sebuah bangunan yang
mengarah pada arsitektur Jawa yang mencerminkan ketenangan, hadir di antara
bangunan-bangunan yang beraneka ragam. Bangunan ini memilki ciri konstruksi
atap yang kokoh dan bentuk lengkung-lengkungan di ruang per ruang. Rumah
adat joglo yang merupakan rumah peninggalan adat pada masa lampau dengan
karya seninya yang bermutu memiliki nilai arsitektur tinggi sebagai wujud dan
kebudayaan daerah yang sekaligus merupakan wujud seni bangunan atau gaya
seni bangunan fungsional.

Gambar 2.1 Struktur Rangka Rumah Joglo


Sumber : sketchup dengan perubahan

3
Nama rumah adat Joglo ini terdiri dari dua kata yang digabung menjadi
satu. Yaitu kata “Tajug” dan “Loro” yang memiliki arti menggabungkan dua
Tajug. Sedangkan untuk Tajug sendiri merupakan bentuk atap seperti piramid.
Masyarakat jawa saat itu memilih Tajug sebagai model atap rumah ini, karena
bentuknya yang hampir sama dengan gunung. Jaman dulu, gunung dianggap
sebagai tempat yang sakral oleh masyarakat yang hidup kala itu.

Gambar 2.2 Struktur Atap Rumah Joglo


Sumber : sketchup dengan perubahan

Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah adat kudus terdiri
atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang
songo(tumpang sembilan) atau numpang tumpang telu(tumpang tiga) di atasnya.
Struktur joglo yang seperti itu,selain sebagai penopang struktur utama rumah, juga
sebagai atap rumah agar atap rumah bisa berbentuk pencu.

4
a. Denah
Denah rumah tradisional jawa tengah membentuk pola grid, bila di
tarik garis-garis imajiner maka akan terlihat pola grid tersebut.

Gambar 2.3 Denah Joglo


Sumber : Autocad dengan perubahan

b. Keseimbangan
Keseimbangan pada rumah tradisional jawa tengah ialah berbentuk
simetris, baik secara tampak maupun denah, hal ini terlihat jika ditarik
garis imajines pada masing-masing sumbu sisi.

Gambar 2.4 Keseimbangan Bangunan


Sumber : 3dWareHouse dengan perubahan

5
c. Pondasi dan Kolom
Pondasi pada rumah tradisional jawa tengah menggunakan pondasi
umpak, yaitu dengan penopang batu kali yang dihubungkan ke kolom.
Material kolom yang digunakan yaitu dengan kayu jati, karena kayu jenis
ini selain kekuatannya, juga mudah didapat pada masa itu.

Gambar 2.5 Pondasi dan Kolom


Sumber : Sketchup dengan perubahan

d. Pondasi dan Lantai


Kepal pondasi dan lantai langsung berhubungan langsung.
Sebelum adanya perkerasan pada lantai, orang dahulu hanya menggunakan
tanah untuk lantainya.

Gambar 2.6 Pondasi dan lantai


Sumber : Sketchup dengan perubahan

6
e. Bukaan / Jendela
Bukaan pada rumah tradisional jawa tengah memang memiliki
banyak bukaan, menyesuaikan dengan iklim Indonesia yaitu tropis.
Bukaan biasanya tidak berukuran terlalu besar, terbuat dari bahan kayu
jati,dengan ditambahkan ornamen-ornamen ukiran flora.

Gambar 2.6 Jendela


Sumber : google

f. Pintu
Pintu utama pada rumah tradisional jawa tengah memang dibuat
lebih lebar, hal ini merupakan implementasi masyarakat jawa yang terbuka
kepada semua tamu yang datang. Pada pintu biasanya dibuat dengan motif
atau ukiran gebyok.

Gambar 2.7 Pintu


Sumber : google

7
g. Kolom Struktur
Kolom struktur pada rumah tradisional jawa tengah berjumlah
genap, dengan empat kolom utama yang berada direngah disebut sebagai
soko guru.

Gambar 2.8 Kolom Struktur rumah adat Joglo


Sumber : google

h. Atap
Atap rumah tradisional jawa tengah berbentuk atap limasan,
biasanya disebut limasan lawakan lebih spesifiknya.

Gambar 2.8 Struktur atap


Sumber : google
8
2.2 SUSUNAN RUANG DALAM BANGUNAN TRADISIONAL JAWA
TENGAH

Susunan ruang rumah tradisional jawa tengah pada prinsipnya terdiri dari
beberapa bagian ruang-ruang yaitu:

Gambar 2.9 Susunan Ruang


Sumber : google

a. Pendapa, berfungsi sebagai tempat berkumpul atau aktivitas yang


bersifat formal(pertemuan,upacara dan pentas seni), meskipun berada
didepan ruang ini merupakan tempat penerima yang mengantar orang
sebelum memasuki rumah.
b. Pringgitan, lorong penghubung(connection hall) antara pendapa dan
omah njero(rumah dalam). bagian pringgitan berfungsi sebagai area

9
publik dan ada juga bagian lain yaitu Emperan atau teras depan tempat
melakukan kegiatan umum yang bersifat nonformal.
c. Omah Njero, Kadang disebut sebagai omah mburi,dalem ageng atau
omah. Kata omah dalam masyarakat jawa digunakkan sebagai istilah
yang mencakup arti kedomestikan, yaitu sebagai unit tempat tinggal.
d. Senthong-kiwa,digunakkan sebagai ruang istirahat atau ruang tidur
keluarga, menyimpan cadangan makanan atau alat petani
e. Senthong tengah (krobongan) juga disebut sebagai boma, pedaringan
atau krobongan. Letak senthong tengah berada paling jauh dari luar.
Senthong tengah merupakan pusat dari seluruh bagian rumah. Ruang ini
menjadi ruang primer dan sakral juga karena berfungsi untuk acara ritual
keluarga dan tempat penyimpanan benda-benda pusaka keluarga.
f. Senthong-tengen, berfungsi sama dengan sentong kiwa
g. Gandhok, bangunan tambahan yang mengitari sisi samping dan belakang
bangunan inti
h. Senthong kiwa, digunakan sebagai kamar tidur keluarga atau sebagai
penyimpan beras.

10
2.3 SIMBOL ORNAMEN TRADISIONAL RUMAH ADAT JAWA

Dalam sebuah bangunan jawa biasanya dapat dijumpai ukiran ukiran kayu
yang dimana dalam pembuatannya memiliki makna simbolis. Ornamen yang ada
memiliki banyak jenis namun ada beberapa ornamen yang bisa dibilang memang
umum digunakan dalam rumah adat jawa. Ragam ornamen yang akan dibahas
diantaranya gunungan, tlacapan, ayam jago, ular naga, banyu tetes, banaspati.

Gambar 2.10 Jenis Jenis Ornamen


Sumber : ismunandar

a. Gunungan
Gunungan digambarkan sebagai simbol jagad raya. Puncak dari
gunungan melambangkan keagungan dan keesaan. Bentuk dari gunungan
menyerupai gunung atau memuncak menyerupai gunung ( seperti yang
sering dipakai dalam salah satu alat untuk pertunjukan wayang kulit ).
Dalam penerapannya di dalam rumah adat jawa, orang jawa memasang
motif gunungan di rumah mereka sebagai benuk pengharapan akan
datangnya ketentraman dan perlindungan tuhan yang maha kuasa di dalam
rumah.

11
Gambar 2.11 Gunungan Atap Gambar 2.12Gunungan Pewayangan
Sumber : ismunandar Sumber : google

b. Lung-Lungan
Sesuai dengan arti harafiah kata “lung” sendiri yang berarti batang
tumbuhan yang masih muda, simbol ini berupa tangkai, buah, bunga dan
daun yang distilir. Jenis tumbuhan yang sering digunakan adalah
tumbuhan teratai, kluwih, melati, beringin, buah keben dsb. Simbol ini
melambangkan kesuburan sebagai sumber penghidupan di muka bumi.

Gambar 2.13 Lung Lungan


Sumber : ismunandar

12
c. Wajikan
Berasal dari kata ”wajik”, yaitu sejenis makanan dari beras ketan
yang dicampur gula kelapa. Sesuai dengan namanya, wajikan berupa
bentukan belah ketupat yang di tengahnya terdapat stilasi bunga sehingga
bisa dibilang wajikan masuk dalam ragam hias flora. Wajikan selain indah
juga memiliki makna mengurangi kesan tinggi pada bangunan

Gambar 2.14 Wajikan


Sumber : ismunandar

d. Patran
Patran berbentuk seperti daun yang disusun berderet-deret.
Biasanya patran ditempatkan di bagian bangunan yang sempit dan
panjang.

e. Banyu Tetes
Ornamen ini biasa diletakkan bersamaan dengan patran. Sesuai
dengan namanya, oranamen ini menggambarkan tetesan air hujan dari
pinggiran atap (tritisan) yang berkilau-kilau memantulkan sinar matahari.

13
f. Banaspati/Kala/Kemamang
Ragam hias berbentuk wajah hantu / raksasa. Banaspati ini
melambangkan raksasa yang akan menelan / memakan segala sesuatu yang
jahat yang hendak masuk ke dalam rumah. Karenanya ragam hias ini biasa
ditempatkan di bagian depan bangunan, seperti pagar, gerbang, atau pintu
masuk.

Gambar 2.15 Banaspati Gambar 2.16 Banaspati


Sumber : ismunandar Sumber : google

14
15

Anda mungkin juga menyukai