Anda di halaman 1dari 13

Arsitektur banjar

BENTUK RUMAH TRADISIONAL BANJAR

Menurut Seman, Syamsiar (2001), beberapa ciri arsitektur tradisional Banjar khususnya mengenai
bangunan-bangunan rumah adat yang masih ada dapat diuraikan sebagai berikut:
1. bangunan dalam konstruksi bahan kayu
2. Rumah panggung yang didukung oleh sejumlah tiang dan tongkat yang tinggi dari kayu ulin (kayu
besi).
3. Bangunan rumah bersifat simetris, dengan jumlah jendela (Banjar: Lallungkang) sama banyaknya
pada sisi kiri dan kanan bangunan rumah.
4. Sebagian bangunan memiliki Anjung pada samping kiri dan kanan dengan posisi agak ke
belakang. Anjung Kiwa dan Anjung Kanan dikenal dengan istilah “konstruksi pisang sasikat”.
Masing-masing anjung memilki sebuah jendela pada sisi dinding bagian depan.
5. Atap rumah yang dipergunakan dari sirap. Konstruksi bubungan terdapat dalam bentuk Atap
Pelana (jurai=zadel daak) dan atap sengkuap (emper = lessen aardak)
6. Hanya memiliki dua buah tangga yaitu tangga hadapan dan tangga belakang, dengan anak tangga
berjunlah ganjil, yaitu lima, tujuh, atau Sembilan.
7. terdapat tangga hadapan kembar dengan arah ke samping kiri dan kanan dalam posisi simetris.
8. Pintu (lawang) yang menghubungkan ke luar masuk rumah hanya terdapat pada depan dan
belakang
9. Adanya tawing halat (dinding pembatas)
Rumah adat Banjar di Kalimantan Selatan yang dicatat
sebanyak 11 tipe yaitu:
1. Bubungan tinggi
2. Gajah baliku
3. Gajah manyusu
4. Balai laki
5. Balai bini
6. Palimasan
7. Palimbangan
8. Cacak burung
9. Atau anjung surung
10. Tadah alas
11. Joglo
12. Lanting Bubungan tinggi
Salah satu yang menjadi ciri khas rumah Bubungan Tinggi adalah adanya/terdapatnya anjung. Anjung
merupakan ruang yang berada di samping kiri dan kanan dan terlihat dengan jelas dari bagian depan.
Anjung sehari-hari berfungsi sebagai tempat tidur, istirahat, beribadah, dan menyimpan perlengkapan
pribadi. Tampilan Bangunan didominasi atap bubungan dan atap sindang. Sedangkan dari depan sangat
menonjol palataran dan anjung.
POLA RUANG RUMAH TRADISIONAL BANJAR
Menurut Seman (2001) tata ruang dalam Rumah Tradisional Banjar secara umum dapat dibagi menjadi :
a. Palataran/Surambi,yaitu ruangan terbuka pada bagian depan rumah. Mulanya ruang ini berfungsi sebagai
tempat menyimpan padi sementara, kemudian berubah fungsi menjadi ruang tamu (antar tetangga dekat) bagi
kaum pria. Bagian ini terbagi tiga, yaitu bagian terbawah disebut surambi muka, berikutnya surambi sambutan
dan bagian ketiga (di bawah atap sindang langit dan dikelilingi pagar/kandang rasi) disebut lapangan
pamedangan.
b. Panampik Kacil/Panurunan, yaitu ruangan di belakang dinding depan (tawing hadapan) dan pintu depan
(lawang hadapan) yang berfungsi sebagai lumbung padi (kindai) atau tempat menyimpan bahan makanan.
c. Panampik Panangah/Paledangan (letaknya bersambung dengan panampik basar dan fungsinya hampir sama).
d. Panampik Basar/Ambin Sayup/Paluaran, adalah ruangan yang berfungsi untuk menerima tamu terutama tamu
yang datang dari jauh. Pada waktu ada kenduri (walimah) ruang panampik besar sebagai ruang yang tertinggi
tingkatannya adalah tempat duduk para alim ulama, para tetuha kampung, dan orang-orang tua.
e. Paledangan atau Ambin Dalam, yaitu ruangan yang letaknya di tengah-tengah. Pada ruang ini terdapat delapan
tihang pitagor (empat buah di belakang tawing halat dan empat lainnya antara anjung disebut tihang
pahalatan padu) yang berfungsi menyangga atap bubungan tinggi.
f. Panampik Dalam, adalah ruangan yang khusus digunakan untuk ruang makan. Fungsi lainnya untuk
menyimpan barang pecah belah dan tempat menerima tamu bagi para wanita di rumah tersebut.
g. Anjung kiri (kiwa), adalah ruangan yang terletak di sisi kiri palidangan / ambin dalam. Ruang ini terbagi
dua yaitu bagian muka (anjung kiwa) dan bagian belakang (anjung jurai kiwa).
h. Anjung kanan, adalah ruangan yang terletak di sisi kanan palidangan / ambin dalam. Ruang ini terbagi dua
bagian yaitu bagian muka (anjung kanan) dan bagian belakang (anjung jurai kanan). Ruang ini secara umum
berfungsi sebagai tempat tidur, ibadah, berhias dan menyimpan pakaian.
i. Padapuran atau Panampik padu, adalah ruangan yang paling belakang dan terbuka. Fungsinya sebagai tempat
memasak, menyimpan makanan, bekerja, ruang makan, mengasuh anak, tempat tidur, mencuci , dll.
Kunci kekuatan dan kestabilan bangunan terletak pada sistem struktur
rangka kaku yang dibentuk oleh 3 elemen utama, yaitu elemen tiang
(tihang), balok watun (watun barasuk), dan balok pengaku
(panapih). Ketiga elemen tersebut saling mengikat dan mengakukan,
sehingga bangunan menjadi satu kesatuan.

balok konstruksi pondasi dengan


sistem kayu. Bangunan jadi
mengapung di atas tanah basah.

Konstruksi rangka atap


(bubungan)yang disebut
Konstruksi tiang (tihang) sangga ribut.
yang disatukan oleh balok
pengikat (watun) dengan
sistem pasak.

Konstruksi balok pengikat (watun) selanjutnya


diikat lagi oleh balok pengaku (panapih).
DEKORASI DAN WARNA

• Salah satu simbol yang paling menonjol yang tersisa dan masih dapat dilihat pada rumah
bubungan tinggi adalah seni ukiran (tatah).
• Seni ukiran dalam arsitektur Rumah Bubungan Tinggi merupakan salah satu hiasan yang menjadi ciri
khas untuk menunjukkan tingginya nilai status sosial rumah ini di antara rumah-rumah tinggal type
lainnya dalam masyarakat Banjar.
• Terdapat beberapa sumber inspirasi bentuk, motif dan juga detail ukiran yang ada dalam
arsitektur masyarakat Banjar, antara lain; sejarah (mitos dan legenda) masa lalu, lingkungan alam
sekitar (flora dan fauna), dan kepercayaan/ajaran agama Islam.
• Motif flora yang biasa digunakan seperti buaha-buahan, bunga dan tanaman khusus lainnya.
Beberapa buah-buahan yang umum dijadikan motif ornamen dalam arsitektur tradisional Banjar,
antara lain;
1. Buah belimbing. Motif buah belimbing digunakan karena sifat pohon belimbing yang memberikan
keteduhan pada rumah tinggal. Motif belimbing biasanya ditemukan pada tiang gapura mimbar mesjid.
2. Buah Manggis (Garcinia mangostana L). Motif buah manggis digunakan karena mempunyai makna ganda
yaitu keterusterangan dan bekerja keras. Ornamen motif buah manggis biasanya diaplikasikan pd sungkul
tangga .
3. Buah Mengkudu/Pacekap (Morinda citrifolia, Linn). Buah mengkudu sudah terkenal dengan manfaatnya
sebagai obat. motif mengkudu mempunyai makna untuk menolak bala. Sesuai dengan makna tersebut,
motif mengkudu ditemukan pada ukiran di bagian ventilasi pintu.
4. Buah Nenas (Ananas comosus). Motif buah nenas mempunyai makna ganda yaitu dikatujui dan
membersihkan karat dalam hati, ditempatkan sebagai sungkul pada kiri kanan pohon tangga hadapan
rumah adat Banjar Bubungan Tinggi.
Beberapa motif bunga yang biasa digunakan yaitu:
1. Bunga Cempaka Putih (Michelia Alba DC). Bunga ini diyakini sebagai lambang kehormatan. Diaplikasikan dalam ukiran relief,
kombinasi dengan dedaunan pada ornamen tawing halat, tawing watun dan dinding tataban.
2. Bunga Kacapiring. Motif bunga kacapiring melambangkan satria suci, kejujuran dan kesucian. Diaplikasikan pada dinding
pelataran (tawing palatar) dan dinding sandaran (dinding tataban).
3. Bunga Kenanga. Motif bunga kenanga bermakna lambang cinta. Karena baunya yang sangat harum dan warnanya kuning (lambang
kemuliaan) maka bunga kenanga sangat disukai.
4. Bunga Pakis. Bunga Pakis mengandung makna kekuatan. Tanaman ini mampu tumbuh di tempat-tempat yang sulit.
Diaplikasikan pada pangkal tiang tangga atau pada pagar pelataran.
5. Bunga Mawar (Rosa Sp). Bunga mawar selalu digunakan dalam setiap upacara adat karena harumnya. Motif bunga mawar diyakini
sebagai perlambang rasa cinta.
6. Bunga Melati (Jasminum sambac, Ait). sering digunakan dalam upacara adat, dengan cara dirangkai ataupun ditaburkan. Juga
karena sifatnya yang serupa dengan mawar dan warnanya yang saling melengkapi maka mawar dan melati sering disatukan dalam
satu ukiran.
7. BungaTeratai (Nelumbium nelumbo Druce). Tanaman teratai sebenarnya merupakan tanaman air. Tumbuhnya di rawa dan
kadang tidak pernah diperhatikan, namun pada saat berbunga sangat indah.
8. Bunga Tapak Kuda (Jalukap). Motif ini mempunyai makna bermanfaat, karena daun jalukap dapat dijadikan obat. Diapliasikan
sebagai hiasan pada bagian atas kusen pintu.
beberapa tanaman khusus yang digunakan sebagai motif antara lain;
1. Tanaman Kangkung (Ipomoea Aquatiqa). Tanaman kangkung sangat mudah tumbuh, karena media tumbuhnya adalah lingkungan berair. Karena
sifat tanaman ini maka di lingkungan rawa mudah sekali menemukan tanaman kangkung. Tanaman ini juga dapat dikonsumsi atau dijadikan
bahan makanan untuk ternak. Kangkug juga sangat berkhasiat. Motif kangkung mengandung makna tahan ujian dan godaan.
2. Tanaman Jamur (Kulat). Tanaman jamur adalah tanaman yang sangat mudah tumbuh di lingkungan tropis. Namun demikian tidak semua
tanaman jamur dapat dikonsumsi. Motif jamur memiliki lambang tahan terhadap penderitaan, kesabaran, dan kesadaran.
3. Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum,[Linn Merr.]). Motif bunga cengkeh memiliki makna manfaat. Bunga cengkeh sangat disukai sebagai
bahan pelezat masakan. Berbagai masakan khas Banjar menggunakan bunga cengkeh sebagai bumbu masakan. Daun cengkeh juga memiliki
khasiat untuk mengobati berbagai penyakit di daerah setempat.
4. Tanaman Paku Alai. Memiliki lambang bermanfaat karena tumbuhan ini dapat dijadikan sayur bahan makanan, diaplikasikan sebagai ukiran
layang-layang pada puncak atap bubungan.
5. Tunas bambu/Pucuk Rabung. Tunas bamboo biasanya diolah sebagai bahan pelengkap untuk sayuran khas di masyarakat Banjar. Motif pucuk
rabung mempunyai makna kerukunan sekaligus sebagai penolak bala.
6. Tanaman Jaruju (Acanthus Ilicifolius L). Tanaman Jaruju merupakan tumbuhan semak berduri yang suka hidup ditanah rendah dan rawa-rawa.
Karena duri yang ada pada tanaman ini, maka memiliki dimanfaatkan untuk melindungi dari binatang-bintang tertentu. melambangkan
menolak bala. Diaplikasikan sebagai hiasan pada bagian pintu atau list atap.
7. Tanaman Sirih (Piper betle, Linn.). Tanaman ini sangat terkenal sebagai bahan untuk obat-obatan. Juga untuk keperluan upacara adat.
Biasanya motif fauna digunakan secara terbatas, yaitu ditampilkan secara tidak penuh
atau hanya bagian tertentu dari hewan. Beberapa motif fauna yang sering digunakan
dalam arsitektur rumah tradisional Banjar, antara lain
1. motif ayam jantan (babulungan hayam jagau),
2. Cacak Burung,
3. Gigi ikan gabus (gigi haruan),
4. binatang lipan (halilipan),
5. kumbang (Kumbang Bagantung),
6. Unggas (I-itikan),
7. Sarang Tawon (Wanyi),
8. Burung Enggang,
9. Naga.

Burung enggang
Ornamen kaligrafi yang terdapat dalam Rumah Bubungan Tinggi
umumnya memiliki karakter;
1. Dibuat dengan teknik ukiran relief.
2. Dilengkapi/ditambah dengan hiasan motif flora untuk memperindah
kaligrafi. Perpaduan antara kaligrafi dan ornamen flora menjadikan kaligrafi
semakin indah. Terdapat ungkapan yang ingin disampaikan antara
perpaduan kaligrafi dan unsur flora, yaitu keindahan dari alam sebagai
ciptaan Tuhan.
3. Kaligrafi dihias pula dengan menggunakan warna kuning emas. Hal ini
juga sebagai ungkapan bahwa warna kuning keemasan yang berkilauan
dimaksudkan memperkuat kesan kemuliaan kalimat tersebut.
4. Ukiran kaligrafi juga diperindah dengan memberi bingkai. Ukiran list
berprofil dan ukiran tali disekeliling kaligrafi menjadikan kalografi sebagai
titik pandang utama (point of interest). Kaligrafi bertuliskan ayat-ayat Al-
Quran yang memiliki makna kuat dalam menuntun kehidupan, yaitu kalimat
Syahadat. Juga ungkapan pengagungan Asma Allah dan Rasulullah.

Anda mungkin juga menyukai