Soal 1 Lakukan Analisis Situasi terhadap fenomena yang anda temukan untuk
diteliti.
Prevalensi Anemia
1. Program suplementasi TTD remaja putrid dilaksanakan sesuai
dengan pedoman
2. Seluruh kabupaten/kota melaksanakan program suplementasi TTD
reamatri dengan target minimal 25% dari sasaran.
3. Form pencatatan dan pelaporan yang digunakan seragam.
DASAR HUKUM
1. Peraturan menteri kesehatan no.88 tahun 2014 tentang standar tablet
tambah darah bagi ibu hamil dan wanita usia subur
2. Surat edaran menteri kesehatan nomor : HK.03.03/V/0595/2015
tentang pemberian tablet tambah darah pada remaja putri dan wanita
usia subur.
Soal 2 tetapkan Fenomena yang muncul sebagai sebab dari beberapa kondisi /
keadaan
Sementara itu, asupan makanan mungkin tidak mengandung zat gizi, termasuk zat
2. Remaja putri yang sudah mengalami haid akan kehilangan darah setiap bulan
3. sebagian remaja putri kadang-kadang mengalami gangguan haid seperti haid yang
Soal 3 jelaskan urgensinya fenomena tersebut diteliti (apa manfaatnya dan apa
dampaknya)
– Merasa cepat lelah dan lemah, sehingga malas dan lamban melakukan aktivitas, dan
Remaja anemia yang kemudian menjadi ibu hamil dapat berdampak buruk pada
dirinya dan janin yang dikandungnya :
1. Meningkatnya risiko melahirkan bayi dengan berat badan di bawah 2.500 gram
(Berat Badan LahirRendah), yang meningkatkan risiko sakit dan meninggal di usia
muda
2. Bayi lahir dengan cadangan zat besi (Fe) yang rendah, yang menyebabkan bayi
mudah mengalami anemia pada usia dini. Anemia pada usia dini yang tidak
segera dikoreksi akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian bayi dan risiko
turunnya kecerdasan
dan bayinya .
Soal 5 Buatlah Kerangka Teori dan Kerangka Konsep dari Variable yang akan di
teliti
Oleh :
Sonia Jamelza
Nim: 1813101041
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah
Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah tugas mata kuliah Penulisan karya ilmiah.
informasi dan pengetahuan yang lebih baik, sebagaimana tujuan makalah ini di tulis.
Penulis juga berharap agar setelah membaca makalah ini, pembaca dapat memahami
jawaban atau penjelasan dari tiap rumusan masalah dalam makalah ini. Mengingat
proses penulisan makalah ini, penulis rasakan masih jauh dari kesempurnaan, maka
penulis selalu membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritik sehingga
Sonia Jamelza
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Perumusan masalah ......................................................................
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................
1 Tujuan Umum .................................................................................
2 Tujuan Khusus ................................................................................
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
E. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sumber daya manusia yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat,
disamping masalah gizi ganda yang mulai muncul. Keempat masalah gizi
serta dampaknya pada masalah gizi saat dewasa. Saat ini populasi remaja di
dunia telah mencapai 1.200 juta jiwa atau sekitar 19 % dari total populasi
dunia. Di Indonesia persentase populasi remaja bahkan lebih tinggi yaitu
Masalah gizi yang banyak terjadi pada remaja putri adalah kurang zat
gizi besi atau anemia. Anemia adalah gejala kekurangan (defisiensi) sel darah
merah karena kadar hemoglobin yang rendah. Kekurangan sel darah merah
akan membahayakan tubuh, sebab sel darah merah berfungsi sebagai sarana
transportasi zat gizi dan oksigen yang diperlukan pada proses fisiologis dan
biokimia dalam setiap jaringan tubuh. Anemia masih merupakan salah satu
kurang gizi lainnya. Kurang darah yang terjadi pada anak-anak dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: kehilangan darah secara kronis, asupan
zat besi tidak cukup, penyerapan yang tidak adekuat dan peningkatan
kebutuhan akan zat besi.
akan menjadi calon ibu maka akan beresiko tinggi untuk hamil dan
sekolah dan remaja sekitar 26,5%, Wanita Usia Subur (WUS) berkisar 40%.
Sedangkan data dari Riset Kesehatan Dasar diperoleh anemia sebesar 59,9% .
Remaja putri menderita anemia, hal ini dapat dimaklumi karena masa
sebesar 30%.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
anemia pada remaja putri yaitu pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pengetahuan
remaja putri tentang anemia, asupan zat gizi (energi, protein dan zat besi), IMT,
kejadian anemia pada remaja putri yaitu pendidikan ibu, pekerjaan ayah,
pengetahuan remaja putri tentang anemia, asupan zat gizi (energi, protein dan
2019.
D. Manfaat Penulisan
dan penanganan lebih lanjut pada remaja putri yang menderita anemia.
3. Bagi Peneliti
E. Ruang Lingkup
sectional. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data
pengukuran BB/TB, data asupan gizi diperoleh dengan food recall 2x24
jam serta data pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pengetahuan remaja putri
dan XI.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Remaja
Menurut Kartono (1990) masa remaja adalah masa penghubung atau masa
peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah remaja atau
adolescence berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau
dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan
Monks,dkk (1999) yang membagi fase-fase masa remaja menjadi tiga tahap,
yaitu :
Pada rentang usia ini remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat
anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau
sendiri. Pada rentang usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri
yang lebih berbobot. Pada masa ini remaja mulai menemukan diri sendiri
sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang
mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru
peningkatan kebutuhan zat gizi, dan terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan ini
sosial, dan kesibukan pada remaja, akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka.
Pola konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi,
seringkali terlalu ketat dalam pengaturan pola makannya karena enggan menjadi
gemuk, sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi (Sayogo, 2006). Jumlah
waktu makan yang ditunda dan makan diluar rumah meningkat mulai awal remaja
sampai remaja akhir. Terdapat peningkatan asupan makanan siap saji yang cenderung
mengandung lemak, kalori, natrium tingi, dan rendah asam folat, serat, dan vitamin
A.
Seorang remaja dapat mengalami peningkatan risiko defisiensi zat besi, karena
mengalami haid setiap bulan. Remaja yang berasal dari sosial ekonomi rendah,
sumber makanan yang adekuat tidak terpenuhi, mempunyai risiko defisiensi zat besi
sebelum hamil.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola makan pada remaja, yaitu
pola makan keluarga, teman sebaya, dan media (Arisman, 2004). Remaja yang sering
makan bersama dengan keluarganya memiliki pola makan lebih baik dengan
makanan yang lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang jarang makan bersama
yang menyajikan makanan siap saji (fast food). Masa remaja merupakan target utama
iklan restoran cepat saji, makanan ringan, dan minuman manis, yang akan
internal. Masa ini merupakan periode yang sangat penting dan berpengaruh terhadap
perkembangan pola tingkah laku, yang meliputi pola makan dan perawatan diri.
Sumber-sumber informasi di luar keluarga, seperti media (TV dan radio) dapat
menjadi lebih bermakna. Oleh sebab itu, masa remaja merupakan masa yang tepat
B. Anemia
Husaini (1989) menyatakan bahwa anemia disebabkan oleh penurunan
didefinisikan suatu keadaan yang mana nilai Hb dalam darah lebih rendah dari
keadaan normal (WHO, 2001). Batas kadar normal Hb untuk kelompok orang
ditentukan menurut umur dan jenis kelamin seperti yang diperlihatkan dalam
menjadi dua. Penyebab utama adalah meningkatnya kehilangan sel darah merah
darah merah dapat disebabkan oleh perdarahan dan penghancuran sel. Perdarahan
dapat disebabkan oleh trauma atau luka, perdarahan kronik karena polip pada
yang kedua adalah pembantukan sel darah merah yang terganggu. Setiap keadaan
yang mempengaruhi sumsum trulang dimasukkan dalam kelompok ini, seperti :
(1) keganasan yang tersebar seperti kanker, obat dan zat toksik, serta radiasi; (2)
penyakit menahun melibatkan ginjal dan hati, infeksi dan defisiensi endokrin.
Kekurangan vitamin-vitamin penting seperti vitamin B12, vitamin C dan zat besi
juga dapat mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga
menimbulkan anemia.
anemia :
1. Sebab langsung, yaitu karena ketidakcukupan zat besi dan infeksi penyakit.
besi.
aktifitas wanita tinggi, pola distribusi makanan dalam keluarga dimana ibu
redahnya pendapatan, status sosial yang rendah dan lokasi geografis yang
sulit.
C. Anemia Gizi
Anemia yang disebabkan karena kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi
esensial seperti zat besi atau zat gizi mikro lainnya seperti asam folat dan vtamin
B12 disebut anemia gizi. Kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial yang
besar anemi baik di Negara barat maupun di Negara timur, dengan prevalensi
besi pada populasi. Hal ini dapat diibaratkan sebagai puncak gunung es dalam air
dimana anemia merupakan puncak sementara defisiensi zat besi adalah kaki
gunung yang berada dalam air (Hallberg, 1988). Menurut WHO (2001) apabila
prevalensi anemia lebih dari 20 % pada populasi dengan umur dan jenis kelamin
Husaini (1980), bahwa kadar Hb yang kurang dari standar dapat digunakan
tersebut masih tinggi. Kekurangan (defisiensi) zat besi dan anemia kekurangan zat
besi adalah suatu keadaan yang berbeda. Defisiensi zat besi merupakan kondisi
pembentukan sel darah merah. Sedangkan anemia defisiensi besi adalah anemia
yang disebabkan karena defisiensi zat besi ekstrim dengan karakteristik sel darah
merah berkurang dan kadar Hb yang rendah dengan gejala kelelahan, lesu, sakit
kepala, pucat, tidak tahan dingin, dan penurunan daya konsentrasi (Hallberg,
1988).
D. Gejala Anemia
Gejala anemia menurut Arisman (2004) biasanya tidak khas dan sering tidak
jelas seperti pucat, mudah lelah, berdebar, dan sesak nafas. sedangkan menurut
(lelah, lesu, lemah, letih, lalai), bibir tampak pucat, nafas pendek, lidah licin,
denyut jantung meningkat, susah buang air besar, nafsu makan berkurang,
E. Dampak Anemia
Dampak yang ditimbulkan akibat anemia terjadi pada perkembangan fisik dan
psikis yang terganggu, penurunan kerja fisik dan daya pendapatan, penurunan
daya tahan terhadap keletihan, peningkatan angka kesakitan dan kematian (WHO,
1996). Anemia yang diderita oleh remaja putri dapat menyebabkan menurunya
prestasi belajar, menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit
infeksi. Selain itu pada remaja putri yang anemia, tingkat kebugarannyapun akan
turun yang berdampak pada rendahnya produktifitas dan prestasi olahraganya dan
tidak tercapainya tinggi badan maksimal karena pada masa ini terjadi puncak
Putri
Remaja Putri
1. Pendidikan Ibu
sehingga dapat
lebih luas dan baik. Hal ini secara tidak langsung akan
2 . Pekerjaan Ayah
putri.
menderita anemia.
hati. Transferrin akan membawa zat besi dalam darah yang akan
yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam).
Makanan nabati (seperti sayuran hijau tua) walaupun kaya akan
zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik
(40%) dan besi non hem. Besi non hem merupakan sumber
daging, ikan, ayam, hati dan organ – organ lain. Sebagian besar
sebelumnya.
Salah satu pengukuran antropometri untuk mengetahui
Depkes RI adalah:
6 . Mentruasi
menstruasi.
1. Siklus Menstruasi
tahun adalah 25,1 hari sedangkan pada wanita usia 43 tahun adalah 27,1
hari. Dan pada wanita usia 55 tahun adalah 51,9 hari. Jadi panjang siklus
2. Lama Menstruasi
berlangsung 3-6 hari. Ada yang 1-2 hari dan diikuti darah sedikit-
sedikit tetapi ada yang sampai 7 hari (Jones, 1996). Pada wanita
3. Volume Menstruasi
seseorang antara 25-30 ml. Lebih tua usia seseorang biasanya akan
lebih banyak. Bila jumlah darah menstruasi lebih dari 80 ml dianggap
untuk memenuhi kebutuhan akan zat besi karena kurangnya intake zat
dari metode ini adalah mengingat kembali, dan mencatat jumlah serta
Metode ini adalah metode yang paling banyak dan paling mudah
yang idealnya adalah seorang ahli gizi, atau orang lain yang mengerti
A. Kerangka Teori
baik penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah.
membuat daya tahan tubuh sangat lemah, memudahkan terkena penyakit infeksi.
asuh anak tidak memadai serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola
dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik
fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah
tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh
seluruh keluarga.
terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik
pola pengasuhan anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang
ada. Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga
pangan, dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.
penyakit yang kronis, misalnya TBC, Hepatitis, dsb, pola hidup remaja putrid.
Berdasarkan teori-teori yang diuraikan di atas, maka kerangka teori dalam penelitian
ini adalah:
sebagai berikut :
4. Ada hubungan antara asupan zat gizi (energi, protein dan zat besi)
2019.
5. Ada hubungan antara IMT dengan kejadian anemia pada remaja putri di
10 Sijunjung 2019.
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Anemia Suatu keadaan dimana Pemeriksaan Hb sahli 0. Anemia < 12 Ordinal
kadar hemoglobin laboratorium gr/dl
kurang dari normal 1. Tidak anemia ≥
(WHO, 2000) 12gr/dl
2 Pendidikan Jenjang pendidikan Wawancara Kuesioner 0. Rendah < SMA Ordinal
Ibu terakhir yang pernah 1. Tinggi ≥ SMA
ditempuh secara formal
oleh ibu responden
(BPS, 2003)
3 Pekerjaan Pekerjaan yang Wawancara Kuesioner 0. Pekerjaan tidak Ordinal
Ayah dilakukan oleh ayah tetap: tani/buruh,
responden untuk wiraswasta
mendapatkan 1. Pekerjaan tetap:
penghasilan untuk PNS/TNI/Polri,
memenuhi kebutuhan karyawan swasta
keluarga (Qomariah,
2006)
4 Pengetahuan Tingkat pengetahuan Wawancara Kuesioner 0. Kurang < mean Ordinal
Remaja Putri remaja putri tentang 1. Baik ≥ mean
tentang anemia berdasarkan
Anemia persentase jawaban
yang benar dalam
kuesioner (Nurhayati,
2005).
5 Asupan Energi Banyaknya makanan wawancara Kuesioner 0. Kurang < 80% Ordinal
yang mengandung AKG
energi yang 1. Cukup ≥ 80%
dikonsumsi sehari-hari AKG
dibandingkan terhadap
angka kecukupan gizi
yang dianjurkan
(WNKPG, 1998)
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
6 Asupan Banyaknya makanan Wawancara Formulir 0. Kurang < 80% Ordinal
Protein yang mengandung food recall AKG
protein yang 2x 24 jam 1. Cukup ≥ 80%
dikonsumsi sehari-hari AKG
dibandingkan terhadap
angka kecukupan gizi
yang dianjurkan
(WNKPG, 1998)
7 Asupan Zat Banyaknya makanan wawancara Formulir 0. Kurang < mean
Besi yang mengandung zat food recall 1. Cukup ≥ mean
besi yang dikonsumsi 2x 24 jam
sehari-hari
dibandingkan terhadap
angka kecukupan gizi
yang dianjurkan
(WNKPG, 1998)
8 IMT/U Keadaan status gizi Pengukuran Timbangan 0. Tidak normal Ordinal
remaja putri yang BB dan TB seca dan (kurus, sangat
diperoleh dari microtois kurus, gemuk,
perhitungan berat obesitas
badan (dalam 1. Normal
kilogram)dibagi
kuadran tinggi badan
(dalam meter) diolah
dengan WHO anthro
plus.
9 Menstruasi Keadaan responden Wawancara Kuesioner 0. Sedang Nominal
pada saat pemeriksaan menstruasi
Hb sedang menstruasi 1. Tidak sedang
atau tidak menstruasi
10 Siklus Jarak antara mulainya Wawancara Kuesioner 0. Tidak normal > 1 Ordinal
Menstruasi menstruasi yang lalu kali sebulan
dengan menstruasi 1. Normal 1 kali
berikutnya (Biran, sebulan
1990)
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
11 Lama Waktu yang dialami Wawancara Kuesioner 0. Tidak normal > 7 Ordinal
Menstruasi oleh responden selama hari
berlangsungnya 1. Normal ≤ 7 hari
Menstruasi
12 Volume Volume darah yang Wawancara Kuesioner 0. Tidak normal > 3 Ordinal
Menstruasi keluar pada saat kali ganti
menstruasi berlangsung pembalut
diukur dengan jumlah 1. Normal ≤ 3 kali
pembalut yang ganti pembalut
digunakan dalam sehari
(Biran, 1990)
13 Konsumsi Jumlah tablet tambah Wawancara Kuesioner 0. Tidak konsumsi Ordinal
Tablet Tambah darah yang dikonsumsi 1. Konsumsi
Darah responden 1 tablet
setiap minggu dan 1
tablet setiap hari
selama menstruasi
(Depkes, 2005)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
cross sectional yaitu untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan
hanya diobsevasi sekali saja dalam suatu waktu selama penelitian berlangsung
(Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
B. Waktu Penelitian
Tahun 2019.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X dan XI di SMAN I0
Sampel
Sampel adalah sebagian kecil atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dipilih
dengan teknik probability sampling (random sample) dengan cara acak sederhana atau
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data status
anemia diperoleh dengan pemeriksaan darah dengan Hb sahli, data IMT diperoleh
dengan melakukan pengukuran BB/TB, data asupan gizi diperoleh dengan food recall
2x24 jam serta data pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pengetahuan remaja putri tentang
konsumsi tablet tambah darah dengan pengisian kuesioner. Sedangkan data sekunder
E . Analisis Data
1. Analisis Univariat
masing variabel, data disampaikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi menurut
masing-masing variabel yang akan diteliti. Variabel dependen yaitu kejadian anemia
pada remaja putri, sedangkan variabel independen meliputi pendidikan ibu, pekerjaan
ayah, pengetahuan remaja putri tentang anemia, asupan zat gizi (energi, protein, zat
besi), IMT, menstruasi, siklus menstruasi, lama menstruasi, volume menstruasi dan
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Analisis yang dipakai pada analisis bivariat adalah uji kai kuadrat
(Chi square test). Pada dasarnya uji ini dilakukan untuk melihat ada/tidaknya
perbedaan proporsi yang bermakna antara distribusi frekuensi yang diamati dengan
yang diharapkan. Derajat kemaknaan yang dipakai adalah pada p value < 0,05.
3. Analisis Multivariat
independen pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pengetahuan remaja putri tentang anemia,
asupan zat gizi (energi, protein, zat besi) IMT, menstruasi, siklus menstruasi, lama
menstruasi, volume menstruasi dan konsumsi tablet tambah darah dengan variabel
dependen (kejadian anemia pada remaja putri) secara bersamaan sehingga dapat
dependen dipengaruhi oleh variabel lain atau tidak, dan bagaimana bentuk hubungan
Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
analisis ini yaitu seleksi bivariat dengan melakukan analisis bivariat antara variabel
independen dan dependen, bila hasil uji bivariat mempunyai nilai p < 0,25 maka
yang terdiri dari beberapa variabel independen yaitu pendidikan ibu pekerjaan ayah,
pengetahuan remaja putri tentang anemia, asupan zat gizi (energi, protein, zat besi)
konsumsi tablet tambah darah yang dianggap terbaik untuk memprediksi kejadian
variabel dependen yaitu kejadian anemia pada remaja putri. Pemodelan dilakukan
dengan memilih variabel yang dianggap penting dengan cara mempertahankan variabel
yang mempunyai p value < 0,05 dan mengeluarkan variabel yang p valuenya > 0,05
secara bertahap mulai dari variabel yang mempunyai p value terbesar. Jika hasil selisih
hasil OR yang didapat antara sebelum dan sesudah variabel dikeluarkan tidak ada yang
> 10% maka variabel tersebut dikeluarkan, namun jika ada yang >10 % maka variabel
tersebut dimasukkan lagi dalam model. Begitu seterusnya sehingga didapatkan model
akhir yang nantinya akan dianalisa dan diinterpretasikan, kriteria untuk melihat
variabel yang paling berpengaruh adalah dari nilai exp (B) dimana semakin besar nilai
exp (B) semakin besar pengaruhnya terhadap variabel dependen (Hastono, 2007).
F. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan diolah melalui tahapan pengolahan data sebagai
berikut:
1. Editing Data
Tahap ini merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isian kuesioner, yaitu:
2. Coding
Coding data dilakukan dengan cara memberikan kode pada setiap jawaban yang
diberikan pada lembar jawaban yang tersedia dengan tujuan untuk memudahkan
3. Entry Data
Data yang sudah diberi kode dan diedit dimasukkan ke komputer untuk dilakukan
analisa.
4. Cleaning Data
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah saat
memasukkan data ada kesalahan atau tidak seperti kesalahan pengkodean, ketidak
Affandi, Biran. (1990). Gangguan Haid pada Remaja dan Dewasa. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Achmad Djaeni. (2016). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa Profesi di Indonesia. Jakarta: Dian
Rakyat
Almatsier, (2015). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Arisman. (2014). Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Departemen Gizi, (2017). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Depkes, RI. (2015). Gizi dalam Angka sampai Tahun 2003. Jakarta: Direktorat Gizi
Masyarakat
Depkes, RI. (2017). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007.
Jakarta: Depkes RI
Depkes, RI. (2016). Kita Bisa Lebih Berprestasi tanpa Anemia. Jakarta: Direktorat Bina
Gizi Masyarakat
Kemenkes, RI. (2016). Ketentuan Umum Penggunaan Standar Antropometri WHO 2005.
Jakarta: Kemenkes RI
Fauziah, Nur. (2016). Faktor Determinan Kejadian Anemia Siswa SMP di Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu (Analisis Data Sekunder Tahun 2005). Depok: Tesis
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia