Anda di halaman 1dari 8

IJAZ SUNNAH

STUDI IJAZ ILMY TERHADAP HADITS PENYAKIT DAN PENAWAR


PADA LALAT
Pendahuluan

Sebagai sumber ajaran kedua setelah Alquran, hadits Nabi memuat berbagai asepek
kehidupan manusia, dari yang paling sepele sampai yang paling besar. Tidak hanya bercerita
tentang tauhid, akhlaq, teologi, fiqih, maupun ibadah, akan tetapi juga bercerita tentang
beberapa hal yang berkaitan ilmu pengetahuan dan sains. Dalam berbagai kitab hadis ada
beberapa hadis yang secara tekstual dapat dipahami dengan mudah, akan tetapi ada beberapa
hadits yang memuat persoalan yang pelik dan sukar dipahami nalar meskipun hadits tersebut
telah memiliki penilaian sanad yang shahih, tapi masih diangap ganjil (musykil). Banyak
sekali perdebatan tentang sebuah hadits yang masih bersifat musykil walaupun sudah
berstatus sahih. Terlebih lagi hadis-hadis shahih yang berkaitan dengan saintifik. Seperti
salah satu hadits yang akan dikaji dalam makalah ini yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Abu Daud dalam kitab haditsnya mengenai lalat yang mempunyai penyakit dan penawar pada
kedua sisi sayap nya, berikut redaksi hadits tersebut:

‫ل اه‬
ِ‫َّلل‬ َ‫َسُو‬
‫ن ر‬ ‫َه‬
ُْ
‫ه‬‫أ‬‫َن‬ ‫ِيَ اه‬
‫َّللُ ع‬ ‫َض‬‫ة ر‬ ََ َْ
‫ير‬‫هر‬ُ ‫ِي‬ ‫َب‬ ‫ْ أ‬ ‫َن‬
‫ع‬
ُ
‫باب‬ ُّ
َ‫الذ‬ ‫َع‬
َ ‫َا‬
‫َق‬
‫و‬
‫ِذ‬‫ «إ‬:‫ل‬ َ‫َا‬
‫َ ق‬ ‫لم‬‫َسَه‬‫ِ و‬‫ْه‬ ََ
‫لي‬ ‫َه‬
‫لى هللاُ ع‬ ‫ص‬
‫َح‬
ُْ
،‫ه‬ ‫ْر‬
‫َط‬‫لي‬ِ ‫ه‬
‫ثم‬ُ ،‫ه‬
ُ‫ل‬‫ُه‬
‫ه ك‬ُْ‫ِس‬ ‫ْم‬
‫َغ‬ َْ
‫لي‬ ‫ْ ف‬ ‫ُم‬
‫ِك‬ ‫َح‬
‫َد‬ ‫ء أ‬ِ‫نا‬ َِ ‫ِي إ‬‫ف‬
ً‫دا‬
»‫ء‬ َ ِ‫َر‬ ‫َف‬
‫ِي اآلخ‬ ‫ و‬،‫ء‬ً‫َا‬ ‫ِف‬‫ِ ش‬‫ْه‬‫َي‬‫َاح‬‫َن‬‫ِ ج‬ ‫َح‬
‫َد‬ ‫ِي أ‬ ‫ن ف‬ َِ
‫إه‬‫ف‬
Artinya: dari abi Hurairah semoga Allah meridhai kepadanya sesungguhny Nabi Shalallahu
Alaihi Wa Salllam telah bersabda: “apabila seekor lalat hinggap di tempat minum salah
seorang dari kalian, hendaknya ia mencelupkan ke dalam minuman tersebut, kemudian
membuangnya, karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya
terdapat penawar.”

Hadits di atas merupakan hadis shahih yang sebagian ulama menilainya sebagai hadis
musykil. Hal ini disebakan ketidakrasionalannya kandungan yang termuat di dalamnya.
Berbagai komentar terhadap kandungan hadits tersebut, misalnya sebagai berikut “lalat biasa
hinggap di tempat-tempat kotor, penuh dengan kuman-kuman penyakit. Ia juga makan dari
hal-hal kotor itu, membawa kuman dengan seluruh badannya. Maka apabila ia hinggap pada
makanan atau minuman, kuman-kuman yang ia bawa juga akan ditempelkan pada makanan,
sehingga makanan itu akan membawa bencana yang berarti tidak boleh dimakan.”1

Adapun komentar al-bani yang dikutip dalam artikel Abu Muhammad Rachdie yang berjudul
tentang studi imiah hadis lalat dalam perfesftif Islam dan Ilmu Medis. Al-Albani berkomentar
tentang hadis ini, mengatakan “adapun hadis lalat dan penjelasan bahwa pada kedua
sayapnya terhadap penyakit dan obatnya, maka haditsnya dhaif. Bahkan hadits tersebut
secara akal adalah hadits yang dibuat-buat, karena telah jelas bahwa lalat itu membawa
kuman dan penyakit. Tidak ada seorang pun yang mengatakan bahwa pada satu sayap lalat
terdapat penyakit dan pada sayap satunya terdapat obat, melainkan orang yang memalsukan
hadis ini atau mengada-ngadakannya. Kalau hadits ini shahih nisaya ilmu hadits akan
mengungkapkan bahayanya dan mendororng untuk menjauhinya.” Tuduhan ini adalah
tuduhan yang nyata-nyata bathil, yang dapat diketahui dari takhrij hadis. menuduh bahwa
hadis ini secara akal adalah dibuat-buat. Tuduhan ini tidak kalah jelasnya akan kebatilannya
dibandingkan dengan tuduhannya yang pertama. Karena tuduhannya ini hanyalah sekedar
tuduhan belaka, tanpa disokong oleh dalil sedikitun melainkan berangkat dari kebodohannya,
yang tidak mungkin ia menguasai sepenuhnya.2 Wajar saja ulama terdahulu banyak
memperdebatkan tentang kelogisan hadits diatas, karena keterbatasan ilmu modern dan
tekhnologi di zaman mereka. Walaupun demikian, sedapat mungkin mereka berusaha
menciptakan metode untuk memahami hadits-hadits musykil. Namun metode-metode dulu
masih dirasa belum cukup untuk membuktikan secara ilmiah. Sementara kajian pada aspek
ini kurang perhataian para ulama. Fakta ilmiah tentang lalat baru dibuktikan pada dekade
terakhir abad ke-20. Oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis akan mengalisis tentang
hadits lalat tersebut hanya dari matannya, mengingat hadits yang diriwayatkan Bukhari sudah
tidak diragukan lagi keshahihan sanadnya. Sebagai penambah penjelasan matan hadis dan
meperluas kandungannya, akan diterapkan penggunaan sains dalam rangka menampakkan
kemukjizatan hadits. maka dari itu makalah ini diberi judul “STUDI IJAZ ILMY
TERHADAP HADITS PENYAKIT DAN PENAWAR PADA LALAT”

Identifikasi dan Takhrij Hadits

1
Yunita Kartika Sari, Skripsi: Studi Hadis tentang Lalat, (Jakarta: DIGLIB UIN Syarif Hidayatullah, 2017)
hlm, 59
2
Yunita Kartika Sari, Skripsi: Studi Hadis......., hlm, 14
Pencarian Hadits tentang menenggalamkan lalat yang jatuh pada minuman lewat CD
al-Maktabah Syamilah. Dilakukan pencarian teks hadits secara kolektif (beberapa lafal)
dengan kata kunci ‫إذا وقع الذباب‬

Berdasarkan hasil pencarian dengan menggunakan CD al-maktabah al-Syamilah


terhadap hadits tentang menenggalamkan lalat yang jatuh pada minuman diperoleh data
sebgai berikut

1. Shahih Bukhari hadits no 33230 bab idza waqa’a adzubᾱbu fil inᾱi
2. Sunan Ibnu Majah no 3505 bab Yaqa’u adzubᾱbu fil inᾱi
3. Sunann Abu Daud no 3844 bab fi azdubᾱbu fii atha’amu
4. Sunan Annasᾱi no 4262 bab Adzubᾱbu YAqo’u fil Inai
5. Shahih Ibnu Khuzaimah hadits no 105 bab adzalilu as-Saqutu fil Maai lᾱyaunajisuhu
6. Shahih Ibnu Hiban hadis no 1245 bab dzikru ibahah al-iigtisal minal maai aladzi
khaalathau……

Penjelasan Hadis Sayap Lalat; Segi Matan Hadits dan Saint

Lalu dinamakan lalat ‫ الذباب‬karena banyak geraknya. Plato mengatakan, sebagaimana


dikutip Ibnu Hajar al-Askalani, “ lalat adalah binatang yang sanagt rakus, hingga ia
melemparkan dirinya ke segala sesuatu meskipun membinasakannya. Ia muncul dari sesuatau
yang busuk.” Sedangkan al-Maliqi mengatakan, “lalat muncul dari kotoran hewan.”
‫ إذا وقع الذباب‬idza waqa’a (apabila lalat jatuh). Dikatakan, karena gerakannya. Abu
Ya’la meriwayatkan dari Ibnu Umar yang dinisbatkan kepada nabi Saw, ‘‫عمر الذباب أربعون ليلة‬
‫( والذباب فى النار إال النحل‬umur lalat adalah 40 malam, semua lalat berada dineraka kecuali nahl
[lebah]). Ibnu Adi meriwayatkan tanpa mengutip bagian awalnya melalu jalur lain dengan
sanad yang lemah. Al-Jahiz berkata, “keberadaananya di neraka bukan sebgai siksaaan
baginya, bahkan untuk menyiksa penghuni neraka.” Al Jauhari berkata, “dikatakan, tidak ada
jenis burung yang menjilat kecuali lalat.” Palate berkata, “Lalat adalah binatang yang sangat
rakus, hingga Ia melemparkan dirinya dalam segala sesuatu meskipun membinasakannya. Ia
lahir dari kotoran ia tidak memiliki pelupuk mata, karena wajahnya kecil. Adapun fungsi
pelupuk mata adalah membersihkan mata. Oleh karena itu, lalat membersihkan matanya
dengan kedua tangannya sehingga ia terlihat senantiasa menyapu kedua matanya. Diantara
keajaiban lalat adala apabila kotorannya jatuh pada kaiin hitam, maka akan berwarna putih
dan demikian sebaliknya.3

Umumnya lalat berada ditempat kotor, bau dan busuk sebab awal penciptaannya
ditempat seperti itu dan disana pula ia berkembang biak. Oleh karena itu lalat adalah salah
satu jenis hewan yang tidak disukai oleh manusia, karena binatang ini dinilai menjadi sumber
penyebab penyakit seperti disentir atau penyakit perut lainnya. Oleh sebab itu banyak orang
yang tidak menginginkan binatang lalat ini hidup disekitar mereka, sehingga berupaya
menyingkirkan lalat tersebut dari makanan atau minuman mereka. Namun didalam hadis ini
ditemukan perintah untuk membenamkan lalat ketika ia hinggap atau jatuh kedalam sebuah
minuman.

‫ فليغمسه كله‬falyagmishhu kulluhu (hendaklah membenamkannya seluruhnya)adalah


perintah dala konteks petunjuk unyuk melawan penyakit dengan obat. Pada kata ‫ كله‬kulluhu
(selruhnya) mempunyai pengertian upaya menghilangkan anggapan makna majaz yaitu
cukup dengan mencelupkan sebagiannya.4 Dan dalam lafadzh Abu Daud (‫‘ )فامقلوه‬maka
hendaklanh kalian membenamkannya.’ Dalam lafazh Ibnu Sakan (‫‘ )فليمقله‬maka hendaklah ia
membenamkannya.”5

Perintah membenamkan dalam hadis tersebut apakah membenamkan tanpa


mamatikannya? Ibnu Hajar al-Asqalani menegaskan, bahwa perintah membenamkannya

3
Yunita Kartika Sari, Skripsi: Studi Hadis......., hlm. 50
4
Ahmad bin Hajar Abu Fadl al-Asqalani as-Yayafii, Fathul Bari Syarah Sahih Bukhari, (Beirut: Darul
Ma’rifah, t.th) hlm. 213
5
Ismail Al-Khalani, Subulusalam, (Bandung: Maktabah Dahlan, t.th) juz. 1, hlm. 26
mencakup membenamkan tanpa mematikannya dan membenamkan tanpa memperdulikan
mati atau tidak.6 Serta mencakup pula keadaan makanan itu panas dimana umumnya pada
kondisi demikian lalat akan mati, berbeda bila makanan itu dingin. Seperti yang dikatakan
Plato, “Lalat adalah binatang yang sanagt rakus, hingga Ia melemparkan dirinya dalam segala
sesuatu meskipun membinasakannya.” Oleh karena itu tidak ada pembatasan, maka dipahami
konteks umum namun, hal ini perlu dialisa lebih lanjut, sebab ia bersifat mutlak dan tidak
bisa diperuntukan bagi salah satu bentuknya. Apabila telah ada keterangan yang menetepakan
bentuk tertentu, maka dipahami dibawah konteks tersebut.

‫ فى إناء أحدكم‬fi inai ahadikum (pada bejana salah seorang diantara kamu). Sudah
disebutkan pada pembahasan tentang awal mula penciptaan dengan redaksi, ‫ فى شرب أحادكم‬fii
Syarabi ahadikum (pada minuman salah seorang dari kalian). Kemudian dalam hadis Abu
Said yang dinuki an-Sa’I dan Ibnu Majah dinyatakan shahih oleh Ibnu Hiban disebutkan, ‫إذا‬
‫ وقع فى الطعام‬idza waqa’a fi tha’ami (apabila terjatuh pada makanan). Namun penggunaan kata
inna (bejana) lebih luas cakupannya. Demikian juga yang tercantum dalam hadis Anas yang
diriwayatkan al-Bazzar.7

‫ فليغمسه كله‬falyagmishu kulluhu (hendaklah dia membenamkannya seluruhnya) atau


menenggelamkannya. ‫ ثم ليطره‬tsumma liyathrahu (kemudian hendaklah ia membuangnya).
Dalam riwayata Sulaiman bin Bilal disebutkan, ‫ ثم لينزعه‬tsumma liyanza’hu (kemudian
hendaklah mencabut/mengambiilnya). Dlam riwayat Abdullah bin al-Mutsanna dari
pamannya bahwa dia menceritakan kepadanya, “kami berada disamping Anas, tiba-tiba lalat
jatuh dalam bejana. Anas menggerakan jarinya, lalu membenamkan lalat itu dalam bejana
tiga kali kemudian berkata, “Bismillah” lalu dia berkata, sesungguhnya Rasulullah shalallhu
Alaihi Wa Sallam memerintahkan mereka untuk melakukan seperti itu.” Hadis ini
diriwayatkan al-Bazzar dan para periwayatnya tsiqah (terpercaya). Diriwayatkan oleh
Hammad bin Salamah dari Tsumamah, dia berkata, “Dari Abu Hurairah” dan dinyatakan kuat
oleh Abu Hatim. Ad-Daruqutni berkata, “Kedua jalur ini mungkin benar.”8 Jadi lafazh
tersebut menujukkan boleh menunda dan membuangnya setelah dibenamkan dalam air.9

‫ فإن في جناحيه‬fainna fi Janahaihi (sesunguhnya pada salah satu dari kedua sayapnya).
Dalam riwayat Abi Daud disebutkan, ‫ فإن في أحد‬fainna fi ahadi (sesungguhnya pada satu).

6
Ahmad bin Hajar Abu Fadl al-Asqalani as-Yayafii, Fathul Barii..., hlm.214
7
Ahmad bin Hajar Abu Fadl al-Asqalani as-Yayafii, Fathul Barii..., hlm. 213
8
Ahmad bin Hajar Abu Fadl al-Asqalani as-Yayafii, Fathul Bari....., hlm. 213
9
Ismail Al-Khalani, Subulusalam...., hlm. 26
Sayap terkadang digolongkan mudzakar (jenis laki-laki) dan mu’annats (jenis perempuan)
dinisbatkan pada tangan. Menurut ash-Shaghani Ia tidak digolongkan muaanats dan dia
membenarkan riwayat dengan kata, ‫ احد‬satu. Hakikat sayap itu adalah untuk burung, namun
terkadang digunakan untuk selainnya dalam kontesk majaz, seperti pada firman Allah dalam
surah al-Isra ayat 24, ‫ض لَ ُه َما َجنَا َح الذُّ ِل‬ ْ ‫ َو‬wahfid lahuma janahadzulli (dan rendahkanlah
ْ ‫اخ ِف‬
dirimu untuk mereka berdua).10

Disebutkan dalam riwayat Abu Daud dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Hiban, dari
Said al-maqburi, dari Abu Hurairah, bahwa lalat melindungi dirinya dengan sayapnya yang
mengandung penyakit. Namun, tidak menemukan keterangan jelas tentang mana sayap lalat
yang mengandung penyakit. Hanya saja salah seorang ulama mengatakan dia telah
mencermati perihal lalat dan ternyata selalu melindungi dirinya dengan sayapnya yang kiri,
maka diketahui sayap kananlah yang mengandung obat peneymbuh. Kesesuaain tentang itu
pun cukup jelas. Pada hadis Abu Said diatas disebutkan bahwa lalat mendahulukan racun dan
mengakhirkan obat penyembuh.

Adapun tafsir saintis dari hadits diatas adalah penemuan Dokter Juan Alvarez Bravo
dan timnya yang berhasil mengangkat martabat binatang kotor itu. Sebagaiman ditulis “the
Economist” ternyata dari tubuh lalat bisa diangkat beraneka ragam bahan antibiotik.
Penemuan itu berawal dari pengamatan sepele yang menpertanyakan mengapa larva lalat
(belatung) bisa bertahan hidup di lingkunag sampah dan penuh kuman. Perhatian pun tertuju
pada lalat hijau Sarchopaga peregina, yang suk mengerubuti daging busuk. Ternyata dari
perut serangga itu Juan Alvarez menemukan enam macam antibiotika. Salah satu diantaranya
ditandai sebagai Sapecin B, sebuah senyawa kimia yang memiliki 34 gugus asam amino.

Karena lalat dikenal sebagai antibiotika lalat berdasarkan temuan bahan antibiotika
pada perut lalat. Imusca domestica (lallat rumah) lalat-lalat lainnya mungkin sekali
mengandung banyak jenis antibotik dalam lambungnya, karena lalat-lalat yang menelan
patogen (bakteri dan virus)mengapa tidak terbunuh oleh patogen tersebut? Dikatakan lalat
memiliki penawar dimana racun pada sayap kiri lalat sebagai alat untuk mempertahankan
dirinya dari serangan musuh, sementara sebagai penawar pada sayap kanan untuk
memastikan keselamatan makhluk lain yang dicemari racunnya.11

10
Ahmad bin Hajar Abu Fadl al-Asqalani as-Yayafii, Fathul Bari....., hlm. 213
11
Idam Aditia. H, dkk, Konstribusi Sains Dalam Menetukan Kualitas Hadis, dalam journal EDU RILIGIA, vol. 1 No.
3, (UIN Sumatra Utara), hlm 232
Penelitian Terhadap Sayap Lalat

Dalam buku al-Shihati hadits al-Dzubabah karya Khalil Ibrahim Mala Khtir,
disebutkan bahwa sekelompok ahli biologo dari Universitas King Abdul Aziz dan Universitas
Kairo, melakukan serangkaian penelitian dengan cara mencelupkan seluruh tunbuh lalat yang
hinggap pada tabung berisi air, susu, dan makanan. Mereka menemukan bahwa pencelupan
lalalt ke dalam cairan semisal air, susu, jus, dan makanan lainnya dapat menurunkan jumlah
mikroba dibandingkan jika lalat yang hinggap itu dibiarkan terbang atau lagsung dibuang
tanpa dicelupkan lebih dahulu seluruh bagian tubuhnya. Penelitian ini menjelaskan bahwa
pencelupan seluruh bagian tubuh lalat ke dalam benda cair dapat memusnahkan mikroba
pembawa penyakit (patogen).

Menurut penelitian lain yang dilakukan oleh Tim Separtemen Mikrobiologi medis,
Fakultas Sains, Universitas Qashim, Kerajaan Arab Saudi, beberapa peneliti muda yang
terdiri dari sami Irahim at-Taili, ‘dil’ Abdurrahman al-Misnid dan Khalid Dza’ar al-Utaibi.
Dibimbing langsung oleh Dr. Jamal Hamid yang dikoordinasi langsung oleh Dr. Saleh als-
Ahalih (seorang dai terkenal di Eropa), melakukan penelotian tentang analisis mikrobiologi
tentang sayap lalat. Laporan ini mereka presentasikan ke acara student Research Seminar di
Universitas Qashim, KSA.

metode penelitian yang mereka lakukan cukup sederhana yaitu dengan memasukkan
lalalt ke dalam masing-masing cawan yang berisi air dan memasukkan lalat ke dalam cawan
tersebut dengan cawan 1 dalam kondisi trebenam selurhnya dan cawan 2 lalat dimasukkan ke
cawan tersebut tanpa membenamkannay.

Pada cawan 1, awalnya tampak tumbuh koloni kecil berupa bakteri E. Coli namun
pertumbuhannya terhambat oleh bacteri Actinomyces yang memproduksi antibiotik.bakteri
itu biasanya menghasilkan antibiotik yang dapat diekstrak, yaitu Actinomycin yang berfunsi
melisiskan (menghilangkan secara oerlahan) bakteri dan bersifat antibakteri dan antifunsi.

Sedangkan cawan 2, ternyata media ditumbuhi oleh koloni bakteri patogen tipe E.Coli
yang merupakan penyebab bergbagai macam penyakit.

Dari penelitian di atas, maka dapat mengambil kesimpulan bahwa lalat pada minuman
dengan dan tanpa dibenamkan seluruh tubuhnya ternyata memberikan hasil yang berbeda dan
signifikan. Hal ini tentu saja membenarkan apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah Saw
sebagaimana yang telah dijelaskan pada hadis di atas bahwa pada sayap lalat itu terdapat
penyakit dan sekaligus penawarnya.12

PENUTUP

Dari hasil penelitian secara empniris oleh Tim Separtemen Mikrobiologi Medis yang
telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa lalat terbukti mempunyai racun sekaligus
penawar pada sayapnya. Hadits yang diclaim sebagai hadits muyskil pada zaman dahulu yang
mana belum berkembang ilmu modern dan tekhnologi, pada zaman era moderen ini
kejanggalan pada hadits tersebut telah tersingkap oleh ilmu sains. hadits shahih yang tidak
perlu di perselisihkan lagi kredibilitasnya telah terbukti pada era ini.

Merupakan sebuah kemukjizatan, ilmu mengenai lalat ini telah ada pada hadis yang
disampaikan Rasulullah Shalallhu Alaihi Wa Sallam jauh pada masa dimana ilmu modern
dan tekhnologi belum berkembang. Bagamana tidak? hadis tersebut adalah wahyu,
pengetahuan dari Allah, yang maha menciptakan makhluknya begitu juga dengan ilmunya.

Daftar Pustaka

Buku

Hajar al-Asqalani. Syarah Shahih Bukhari. Beirut: Darul Ma’rifah.

Ismail al-Khalani. Subulussallam. Bandung: Maktabah Dahlan.

Skripsi

Yunita Kartika Sari. 2017. Studi Hadi tentang lalat. Skripsi. Jakarta: DIGLIB UIN Syarif
Hidayatullah.

Jurnal

Idam Aditia dkk. Konstribusi Sains dalam menentukan Kualitas Hadis. Journal. EDU
RILIGIA Universitas Islam Negri Sumatra.

12
Yunita Kartika Sari, Skripsi: Studi Hadis......., hlm. 65-66

Anda mungkin juga menyukai