Anda di halaman 1dari 2

HARI MINGGU BIASA KE V (C)

( Yes 6:1-2a.3-8; 1 Kor 15:1-11; Luk 5:1-11 )

PENGANTAR

Pengalaman akan kehadiran Tuhan yang sedang memanggil, membuat nabi Yesaya sadar akan ketidak-
layakan dirinya untuk menjalankan tugas pelayanan Ilahi.

Setelah peristiwa penangkapan ikan secara mengagumkan, Petrus menjadi sadar akan dirinya yang
berdosa dan akan kekudusan Yesus Kristus. Ia memohon agar Kristus menjauhi dia. Tetapi Yesus Kristus
memperlihatkan kepadanya bahwa dosa-dosanya dan kelemahannya, tidak menghalangi dia untuk
mengambil bagian dalam karya keselamatanNya.

Andaikata Yesus kristus hanya menggunakan orang-orang yang sempurna tanpa dosa, untuk melanjutkan
karya keselamatanNya, maka segala rencanaNya di dunia ini akan gagal total. Karena tidak seorangpun di
dunia ini yang tidak pernah berdosa atau tak seorang pun yang sempurna. Oleh karena itu, kita datang
kepadaNya dengan rendah hati, penuh kepercayaan mengakui dosa-dosa kita sambil mohon
pengampunanNya.

KHOTBAH

“TUHAN, JAUHILAH AKU SEBAB AKU INI ORANG BERDOSA!”

Setiap orang yang sungguh-sungguh mau bertemu dengan Tuhan, seperti pengalaman Yesaya, Paulus dan
Petrus, akan menyadari kelemahanya, ketidak-layakan-nya, bahkan kenajisannya di hadapan Tuhan.
Dalam keadaan suasana batin semacam ini: Pernahkah anda mengalami ditolak oleh Tuhan, karena anda
najis di hadapanNya? Pernahkah anda merasa dijauhi oleh Tuhan karena banyak dan besarnya dosamu?
Pernahkah anda merasa dan mengalami dihancurkan oleh Tuhan karena tidak pantas dan layak di
hadapanNya? Apakah Tuhan pernah bersikap acuh tak acuh, hanya karena kita berdosa dan tidak layak di
hadapanNya?

Cinta KasihNya jauh lebih kuat daripada banyak-nya dosa dan kesalahan kita. Sikap Rendah Hati dan
dengan Jujur mengakui kesalahan adalah sikap hidup orang beriman yang baik dan benar.

Uskup Edmund Dunne dari Amerika serikat terkenal sebagai seorang yang berkepribadian simpatik dan
seorang yang berbakat. Ia adalah seorang pemimpin yang baik, rendah hati dan bijaksana. Akan tetapi
kalau pergi untuk mengaku dosanya, ia biasanya mengatakan kepada pastor, bapa pengakuannya: “ Ya
bapa, lupakan bahwa saya adalah seorang uskup. Perlakukanlah saya sebagai seorang yang berdosa.”

Yesaya, Paulus dan Petrus adalah tiga tokoh yang telah melakukan hal-hal yang besar bagi Tuhan, namun
ketiganya mengalami “kompleks rendah diri” . Ketika berhadapan dengan Allah yang Kudus, Yesaya
menyatakan dirinya sebagai seorang yang najis bibir. “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang
yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam!” Paulus, yang
terkenal sebagai rasul para bangsa memberi kesaksiannya sebagai berikut: “Aku adalah yang paling hina
dari semua rasul, dan tidak layak disebut rasul!” Demikian pula halnya dengan Petrus, ketua dan
pemimpin para rasul ketika mengalami peristiwa penangkapan ikan yang ajaib di danau Genesaret atas
perintah Yesus gurunya, ia sendiri menyatakan pengaku-annya bahwa dirinya adalah orang berdosa,
“Tuhan, jauhilah aku, sebab aku ini orang berdosa!”
Suatu hal yang menarik untuk direnungkan yaitu bahwa ketiganya memulai hidup yang baru, dengan
terlebih dahulu mengakui ketidak-pantasan, ketidak-layakan dan kedosaannya, lalu dengan berani penuh
iman, mengambil keputusan untuk tetap mengandalkan Tuhan dan bantuan rahmatNya. Mereka
menyerahkan diri apa adanya kepada Allah. Nabi Yesaya sendiri menyatakan kesediaannya untuk tugas
panggilan dan perutusan Allah: “Inilah aku, utuslah aku!” Sebuah jawaban yang keluar dari nurani yang
sadar dan penuh iman. Paulus sendiri mengakui dengan berani dan jujur: “Aku bekerja lebih keras
daripada semua mereka yang lain. Karena rahmat Allah, maka aku ada sebagaimana aku ada sekarang.”
Petrus pun menyadari bahwa hidup dan karyanya sebagai nelayan kawakan berubah dan mendapat
kepercayaan baru dari Yesus setelah peristiwa penangkapan di danau Genesaret. “Mulai sekarang engkau
akan menjala manusia.”

Pengakuan Yesaya, Paulus dan Petrus, sebagai orang yang najis bibir, dan orang yang paling hina serta
orang berdosa, sesungguhnya merupakan suatu pe-nyadaran bagi kita, mengingat bahwa setiap orang
tidak begitu gampang dan berani mengakui kesalahan, apalagi dosa dalam hal ikut menciptakan
kesengsaraan dan membunuh banyak orang, dengan kata dan perbuatan, sebagaimana yang kita alami di
negeri kita ini.

Betapa sulitnya para pejabat negara dan gereja mengakui kesalahan dan dosanya. Orang yang merasa
diri hebat dan kuat lebih cenderung untuk selalu meng-anggap diri bersih, benar dan tidak bersalah. Apa
benar? Hendaklah kita berlaku jujur terhadap Tuhan, jujur terhadap orang lain dan tidak berbohong
terhadap diri sendiri.

Pengakuan Yesaya, Paulus dan Petrus, bahwa dirinya berdosa merupakan suatu ajakan bagi kita untuk
berani mengakui kesalahan di hadapan Allah. Bahwa kebohongan yang berakar dalam hati kita dan keluar
melalui mulut itu telah mengakibatkan kesengsaraan bagi orang lain.

Sesungguhnya merupakan suatu kemenangan bagi setan, apabila manusia tidak mau mengakui dosa dan
kesalahannya lalu bertobat dan tidak mau kembali bersatu dengan Allah, berdamai dengan sesama dan
diri sendiri.

“Dia yang bijak akan menyalahkan dirinya. Dia yang tidak bijak, akan menyalahkan orang lain. Jangan
mencari kambing hitam. Jangan menyalahkan orang lain. Kita harus betanggungjawab penuh terhadap
apa yang terjadi pada diri kita sendiri.” (A. Krisna). Sikap semacam ini perlu demi keselamatan dan
kebahagiaan kita semua. Amen.

Anda mungkin juga menyukai