Anda di halaman 1dari 4

Khotbah 

      : Roma 5:1-11


KUAT DAN LEMAH Batta’ anna Langga’

Seorang ibu menyuruh kedua anaknya mengisi air ke dalam dua bak di rumahnya. Masing-masing anak harus mengisi bak tersebut
hingga penuh. Jika dua bak itu sudah penuh maka mereka berdua bisa memakan kue dan jus. Sang kakak karena kuat bisa
mengangkat dua ember, sedangkan sang adik hanya mengangkat setengah ember saja. Alhasih bak yang diisi kakak penuh dan adik
masih bersusah payah mengangkat air. Kakak tidak mau membantu adiknya dan langsung meminta kue dan jus pada ibunya. Tetapi
sang ibu tidak memberikannya. Kue dan jus itu bisa diberikan jika kedua bak itu penuh.

Pendahuluan Roma
Penulis : Paulus
Tema : Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57
Latar Belakang
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-
alasan itulah surat ini diletakkan di depan ketiga belas suratnya yang lain. Paulus menulis surat ini dalam rangka pelayanan
rasulinya kepada dunia bukan Yahudi.

Roma 5 (disingkat "Rom 5") adalah pasal kelima Surat Paulus kepada Jemaat di Roma dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.
Pengarangnya adalah Rasul Paulus, tetapi dituliskan oleh Tertius, seorang Kristen yang saat itu mendampingi Paulus.[1][2]
 Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Yunani.
 Pasal ini dibagi atas 21 ayat.
 Berisi dasar-dasar pengajaran Kristen dari Paulus.
Pembagian isi pasal:
 Rom 5:1-11 = Hasil pembenaran
 Rom 5:12-21 = Adam dan Kristus

Kehidupan orang percaya di Roma juga mengalami hal serupa karena banyak diantara mereka yang hanya mementingkan diri
sendiri. Mereka hanya mengurus usaha, keluarga, kesenangan pribadi mereka. Mereka tidak saling mempedulikan dan
memperhatikan satu sama lain. Orang yang kuat baik secara ekonomi, sosoal dan iman tidak peduli kepada orang yang lemah. Rasul
Paulus menguatkan mereka semua bahwa Kristus sendiri telah menjadi teladan dengan tidak mementingkan diri sendiri tetapi justru
mementingkan manusia berdosa agar manusia bisa memperoleh kasih karunia. Demikianlah seharusnya orang Roma hidup saling
menopang dan menguatkan serta mementingkan kepentingan bersama bukan kepentingan diri sendiri.

Siapakah diantara kita yang tidak pernah berbuat salah ? Adakah diantara kita yang tidak pernah berbuat dosa ? Kesaksian Alkitab
jelas bahwa “upah dosa adalah maut”, Orang yang berbuat salah sudah selayaknya dihukum, orang yang berdosa sudah dibawah
cengkeraman maut.
Tetapi syukur pada Tuhan yang sudah memberikan kasih karunia kepada kita, sehingga kesalahan, pelanggaran  serta dosa-dosa  kita
tidak di perhitungkan oleh Tuhan (bd. Rm. 4:7-8).  Dia tidak memberikan hukuman setimpal dengan kesalahan dan pelanggaran
kita, tetapi justru Dia rela mati untuk menebus dosa kita, Dia rela digantung di kayu salib agar tidak ada tempat bagi kita di kayu
salib, Dia rela meninggalkan surga agar kita punya tempat di surga.
Seberapa dalam kita merasakan Kasih Karunia Allah  ? Untuk memahami betapa besar dan dalamnya kasih karunia Tuhan, kita
harus tahu siapa kita sebelum menerima kasih karunia. Setelah kita tahu bagaimana hidup kita sebelum dan sesudah menerima kasih
karunia, akan melahirkan pikiran  dan tidakan yang benar  sebagai respon atas kasih karunia itu

Ay. 1-2 Dibenarkan Karena Iman


Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”.  Yesus datang ke dunia adalah inisiatif
Allah mrnjadi “persembahan penganpunan dosa manusia”, siapa yang percaya dosanya akan diamupuni tetapi yang tidak percaya
akan binasa.
Hal ini juga yang di tekankan Paulus pada jemaat di Roma, bahwa manusia dibenarkan oleh iman, bukan karena perbuatan baik
manusia, bukan karena manusia sudah  kudus karena dengan sempurna melakukan semua hukum Tuhan. Paulus jelas mengatakan
bahwa “tidak ada  yang benar seorang pun tidak (bd.Rm.3:10-18).
Buah pembenaran adalah “hidup damai sejahtera dengan Allah. Pemberontakan manusia terhadap perintah Allah membuat manusia
menjadi seteru Allah.  Oleh karena pelanggaran Adam dia “diusir” dari taman eden, manusia menjadi takut bertemu dengan Allah,
banyak konsekwensi dosa yang harus di tanggung manusia bahkan harus menanggung :kematian”.
Perseteruan dengan Allah menimbulkan penderitaan bukan saja ketika hidup di dunia “sakit melahirkan, berpeluh mencari nafkah
yang lebih luar biasa si ujung kehidupannya sudah menunggu kematian.  Coba kita bayangkan jika ada “dua pihak yang sedang
bertikai jika mereka bertemu di suatu tempat, kira-kira bagaimana perasaan mereka” demikin juga perasaan manusia ketika dia
berseteru dengan Tuhan, tidak ada damai sejahtera.
Oleh kasih karunia ini kita dapat berdiri dan bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Artinya melalui iman
kita dibenarkan dan melalui iman kita masuk ke dalam kasih karunia Allah dan dengan iman juga kita bermegah dalam pengharapan
menerima kemuliaan Allah.
Ay. 3-5  Iman Membuat Bernegah dalam Kesengsaraan
Adakah manusia yang bermegah dalam kesengsaraan ? ya mungkin ada tetapi sedikit dan itu juga karena terpaksa, tidak ada pilihan
lain.  Pada umumnya manusia memilih jalan hidup sukacita damai sejahtera dan kalau boleh tidak ada menemukan tentangan dan
penderitaan. Berbeda dengan itu, justru Yesus memberi syarat menjadi pengikut-Nya, harus menyangkal diri, memikul salib dan
berjalan mengikutinya, di jalan kesengsaraan (jalan salib/ via dolorosa). Hanya dengan iman kita dapat melihat “Allah bekerja
dalam kesengsaraan kita untuk mendatangkan kebaikan”.  Paulus mengatakan bahwa oleh karena iman kita “bermegah” dalam
kesengsaraan, karena disana akan diproses pertumbuhan iman, membuat kita tahan uji, tahan uji menimbulkan pengharapan dan
pengharapan tidak mengecewakan.
Ay. 6-11 Kristus Mati Untuk Kita Orang Durhaka.
Cerita Malinkundang anak durhaka yang di kutuk menjadi batu,  mengajarkan kita supaya jangan menjadi anak durhaka. Karena
anak durhaka itu memang sangat wajar dikutuk. Manusia melakukan pemberontakan kepada Allah  Paulus mengidentikkan dengan
“orang durhaka”. Kasih karunia Allah membuat Dia tidak mengutuk manusia, tetapi justru rela menanggung kutukan itu dengan
mati di kayu salib.
Tidak mudah mencari orang yang mau mati untuk orang yang benar,  disini Paulus lebih menekankan lagi tentang “kasih Karunia”
Tuhan, karena untuk orang yang benar saja tidak ada yang mau berkorban apa lagi untuk orang “durhaka”, sesuatu yang mustahil,
tetapi itulah yang dilakukan oleh Yesus Kristus.
Menanggung kutuk dosa manusia durhaka ditanggungnya bukan setelah manusia itu bertobat dan sudah melakukan apa yang baik di
mata Tuhan. Allah menunjukkan KasihNya Dia rela mati ketika kita masih berdosa, sebagai korban perdamaian.

Dengan iman kita jalani kesengsaraan itu suatu “kasih karunia” Tuhan untuk membentuk kita menjadi pribadi yang tahan uji dan
berpengharapan.
Kasih karunia Allah kepada kita diberikan bukan karena kebaikan kita tetapi semata-mata karena kasih karunia Allah itu sendiri
(bdk. Invocatio Yo. 1:16 “Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia“
Sebagai pribadi yang sudah menerima kasih karunia Allah, selayaknyalah kita bersyukur dalam segala hal. Bukan seperti umat
Israel  yang terus bersungut-sungut, walaupun mereka sudah di bebaskan dari perbudakan di Mesir dan berjalan menuju negeri
“kasih Karunia yang berlimpah susu dan madu”.
Untuk memantapkan langkah hidup kita menuju negeri kasih karunia tataplah berdoa dan berseru, Remeniscere :Ingatlah segala
rahmat dan kasih setiaMu, ya TUHAN
Lalu bagaimana dengan kehidupan kita? Seringkali kita hanya terpusat pada diri sendiri. Tidak lagi peduli kepada orang lain. Saat
tetangga kekurangan kita tidak mau memberi, saat orang lain sakit kita tidak mau mendoakan, saat sesama dalam kedukaan kita
tidak menghiburkan. Marilah kita saling menguatkan dan menopang dengan kasih karunia Allah. Amin

Anda mungkin juga menyukai