BUAH-BUAH ROH
Menurut kesaksian Alkitab, buah-buah Roh tidak dapat dimiliki atau
dicapai oleh manusia dengan usaha dan amal ibadahnya sendiri. Sebab
hakikat manusia adalah bahwa dia berada di bawah kuasa dosa (Roma
3 : 9). Apapun yang dilakukan manusia selalu diwarnai oleh dosa,
sehingga semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah (Roma 3 : 23). Bila demikian bagaimanakah mungkin
manusia dapat memberlakukan buah-buah Roh dalam kehidupannya
sehari-hari ?
Karena hidup manusia berada di bawah kuasa dosa, maka hidup
manusia seluruhnya menjadi budak dosa. Situasi ini yang tidak
memungkinkan manusia dapat hidup benar dengan segala amal yang
dibuatnya sendiri. Seorang budak tidak mungkin mengubah statusnya
sendiri dengan cara membeli dirinya sendiri. Satu-satunya cara seorang
budak dapat bebas adalah bila ada seorang yang mampu menebusnya.
Inilah yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Umat manusia ditebus oleh
Yesus Kristus dengan kematian-Nya di atas kayu salib. Melalui inilah,
Yesus Kristus telah mematahkan segala kuasa dosa dan maut (I
Korintus 15 : 55 – 57).
Jadi buah-buah Roh Kudus dapat terwujud dalam kehidupan seseorang
bila dia menjadi milik Yesus Kristus. Arti “menjadi milik Kristus” adalah
beriman kepada Allah dan mau menyalibkan daging dengan segala
hawa napsu dan keinginannya (Galatia 5 : 24). Di sini pengertian
“menjadi milik Kristus” merupakan sikap hidup yang mau menyalibkan
kehidupan daging dengan segala hawa napsu dan keinginannya.
Kehidupan menurut Roh bertentangan dengan kehidupan menurut
daging. Ini sangat jelas dari Galatia 5 : 17, demikian : “Sebab keinginan
daging berlawanan dengan keinginan Roh, dan keinginan Roh
bertentangan dengan keinginan daging, karena keduanya bertentangan,
sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”
Jadi ada kemungkinan kita menghendaki kehidupan menurut Roh, tapi
kehendak kita tersebut dipatahkan oleh kuasa daging, sehingga kita
tetap hidup menurut keinginan daging dengan segala hawa napsunya.
Sebaliknya bila kita hidup menurut Roh, keinginan daging dapat kita
kalahkan. Maksudnya hidup menurut Roh adalah hidup yang hanya
mengandalkan kuasa dan karya Roh Kudus. Itulah sebabnya rasul
Paulus berkata, “Hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti
keinginan daging.” (Galatia 5 : 16). Dan orang yang hidup di dalam Roh
(Tuhan), maka ia pun akan hidup dalam pimpinan Tuhan dan bukan
menurut keinginan atau kehendaknya pribadi. Di dalam menjalani
1
kehidupannya, andalannya adalah Allah yang memimpin hidupnya dan
ia berserah penuh kepada keputusan Allah.
Maksud hidup menurut daging adalah melakukan : percabulan,
kecemaran, hawa napsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan,
perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh
pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan sebagainya
(Galatia 5 : 19 – 21). Seandainya kita membiarkan diri dikuasai atau
dipengaruhi sehingga kita hidup menurut daging, maka kita tidak akan
mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (Galatia 5 : 21b).
Alkitab memberi jaminan kepada kita dapat menolak hidup menurut
daging, sebab Yesus Kristus sendiri telah memerdekakan kita dari kuasa
dosa. Rasul Paulus berkata, “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka,
Kristus telah memerdekakan kita. Karena iu berdirilah teguh dan jangan
mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (Galatia 5 : 1 & 2).
Makna pengertian kata “kuk perhambaan” tersebut adalah suatu
ketaatan yang legalistis pada hukum Torat (Galatia 5 : 4). Sedangkan
seseorang yang merdeka di dalam Kristus Yesus hanya bersandar pada
iman yang bekerja oleh kasih (Galatia 5 : 6). Tuhan Yesus berkata,
“Maka Aku berkata kepadamu : Jika hidup keagamaanmu tidak lebih
benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli taurat dan orang-orang
Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan sorga.”
(Matius 5 : 20). Tuhan Yesus memberikan nilai kehidupan manusia di
dalam keselamatan, yakni kasih yang tulus kepada Tuhan dan kepada
sesama (Matius 22 : 34 – 40). Jadi “menjadi milik Kristus” berarti sikap
hidup yang mampu melaksanakan hukum-hukum Allah dan segala
kehendak-Nya atas dasar iman yang bekerja oleh kasih.
Oleh sebab itu, “menjadi milik Kristus” adalah tugas panggilan dalam
kehidupan yang harus senantiasa diperjuangkan terus-menerus. Artinya
“menjadi milik Kristus” bukan sesuatu tindakan yang sekali atau
beberapa kali dilakukan sesudah itu dianggap telah selesai. Sebab itu
kemerdekaan yang telah dianugerahkan oleh Allah bukan sebagai suatu
kesempatan untuk kehidupan di dalam dosa (daging). Rasul Paulus
berkata, “Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk
merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu
sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa” (Galatia 5 : 13).
Jadi, makna kemerdekaan dalam Kristus adalah kemerdekaan untuk
hidup menurut Roh.
2
1. KASIH (Love/Agape) : Kita telah mengetahui, bahwa kata kasih yang
dipakai dalam Alkitab memiliki 4 pengertian yang berbeda, yakni :
Agape, Philia, Eros dan Storge. Kita akan melihat arti masing-masing
dari pengertian tersebut.
Makna Agape adalah kasih yang sifatnya tulus. Kasih yang tulus
bukan kasih oleh karena…(melihat kelebihan seseorang), bukan pula
kasih supaya…. (pamrih). Kasih yang benar adalah kasih yang sepi
pamrih dan bukan untuk membalas kebaikan seseorang. Kasih yang
sejati adalah kasih “meskipun”… Artinya, meskipun seseorang
membencinya, atau tidak membalas kebaikannya, namun ia tetap
mengasihi, sekalipun ia harus mengorbankan dirinya sendiri. Kasih
seperti ini nyata dalam karya dan hidup Tuhan Yesus. Karena kasih-
Nya, Ia bersedia mati di kayu salib demi manusia berdosa, yang
seringkali ingkar dan menyakiti hati Tuhan dengan segala sikap dan
pola hidupnya yang tidak berkenan. Karena kasih-Nya, Ia bersedia
mengampuni sekalipun manusia seringkali melupakan-Nya. Oleh
Paulus, kasih Tuhan Yesus itu dilukiskannya dengan tulisan
demikian : “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia
tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang
tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak
pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak
bersukacita karena ketidak-adilan tetapi karena kebenaran. Ia
menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan
segala sesuatu. (I Korintus 13 : 4 – 7)
Makna pengertian Philia adalah kasih persahabatan atau kasih
persaudaraan dengan sesama. Kasih Philia menunjuk pada kasih
yang solider dengan sahabat (kawan), sehingga di antara kedua belah
pihak terdapat sikap saling membela dan menghormati satu sama
lain. Namun kasih philia tetap terbatas pada hubungan kawan dan
sifatnya bersyarat, yaitu akan mengasihi bila dikasihi, menghormati
bila dihormati.
Makna Eros adalah kasih yang bersumber pada daya tarik seksual
kepada jenis kelamin yang berbeda. Ini terlihat dari perasaan “eros”
(berahi) seorang pria kepada wanita dan sebaliknya. Puncak kasih
eros diwujudkan dalam hidup pernikahan. Menurut kesaksian Alkitab,
kasih eros adalah diciptakan oleh Allah. Dengan demikian, kasih eros
adalah karunia atau anugerah Tuhan, bukan sebagai sesuatu yang
kotor, najis atau dosa. Namun kasih eros dapat menjadi sumber dosa
bila dilepaskan dari prinsip-prinsip kehidupan iman, atau dilepaskan
dari persekutuan dengan Allah.
3
Kasih Storge merupakan kasih yang berada dalam ikatan
kekeluargaan. Misalnya kasih seorang anak kepada orang tuanya;
kakak kepada adiknya, dan seterusnya. Sebab itu, kasih storge dapat
berarti rasa sayang kepada para anggota keluarga atau famili.
Kelemahannya adalah kasih storge menjadi kasih kepada hubungan
keluarga saja, sehingga bersifat eksklusif (tertutup untuk kalangan
sendiri).
2. SUKACITA (Joy/Khara) : Kata Kata “Sukacita” sebagai buah Roh ini
tidak mengandung sukacita duniawi (material) atau sukacita karena
berhasil mengalahkan orang lain. Sukacita ini hanya berdasar pada
Allah saja. Untuk itulah, rasul Paulus berkata, “Semoga Allah, sumber
pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita.” (Roma
15 : 13). Sukacita sebagai ciri kehidupan orang Kristen ini didasarkan
karena anugerah keselamatan yang diberikan oleh Tuhan kepada
kita. Anugerah yang bersifat cuma-cuma itu telah mengubah hidup
kita yang semula berada di bawah bayang-bayang maut, kini memiliki
pengharapan kepada kehidupan yang kekal. Kita bersukacita, karena
kita sadar bahwa segala upaya apapun dalam hidup manusia untuk
memperoleh keselamatan, pastilah akan gagal. Sebab manusia
berada dalam kondisi tidak selamat. Melalui karya keselamatan yang
dikerjakan Allah dalam diri Yesus Kristus di kayu salib dan
mengimaninya, maka kita benar-benar memperoleh selamat itu.
Jadi, penghayatan sukacita merupakan ekspresi dari sikap hidup yang
bersandar kepada kuasa Allah tersebut. Perasaan sukacita yang lahir
dari pengalaman iman tidak akan pernah pudar atau rapuh, walaupun
keadaan terus-menerus mengalami perubahan. Pengertian khara
menunjuk kepada kegembiraan rohani. Kita tetap dapat bersukacita
walaupun berada di tengah-tengah penderitaan atau kesusahan. Hal
ini dialami sendiri oleh rasul Paulus, dan ia berkata, “Aku sangat
bersukacita dalam Tuhan.” (Filipi 4 : 10). Untuk itulah, ia dapat
menanggung semua perkara dalam hidupnya, sekalipun banyak
pencobaan dan pergumulan berat yang harus ia lewati sebagai
pengikut Tuhan (Filipi 4 : 13). Sekalipun ia dipenjarakan, namun ia
tetap mampu melakukan doa & bernyanyi puji-pujian (Kisah 16 : 25).
4
3. DAMAI SEJAHTERA (Peace/Eirene/Shalom) : Kata “Damai
Sejahtera” sebagai buah Roh ini tidak terlepas dari arti
penggunaannya pada saat itu. Ada dua hal. Pertama, kata ini
dipergunakan untuk ketentraman yang dinikmati oleh suatu negara
karena berlakunya keadilan dan kemakmuran di bawah pemerintahan
kepala negara yang bijaksana. Kedua, kata itu dipergunakan juga
untuk tata-tertib yang berlaku dan terpelihara dalam suatu kota atau
desa.
5
sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya,
melebihi orang yang merebut kota.”)
Sedang pengertian kesabaran dalam menanggung penderitaan
secara khusus dipergunakan kata Hupomone. Dalam makna kata
tersebut terkandung sifat ketabahan, ketekunan, sabar menanggung
dan tawakal. Sebagai contoh, II Korintus 6 : 4 & 5 kita menjumpai,
“Sebaliknya dalam segala hal kami menunjukkan bahwa kami adalah
pelayan Allah, yaitu dalam menahan dengan penuh kesabaran dalam
penderitaan, kesesakan dan kesukaran, dalam memanggung dera,
dalam penjara dan kerusuhan, dalam berjerih-payah, dalam berjaga-
jaga dan berpuasa.” Oleh sebab itu, orang percaya yang dapat
bertahan sampai akhir karena kesabarannya akan selamat atau
memperoleh hidupnya (Markus 13 : 13; Lukas 21 : 19; Wahyu
3 : 10). Sikap Humpomone ini sangat mewarnai kehidupan iman
Jemaat Kitab Wahyu dalam menghadapi penindasan, kekejaman dan
pembantaian dari pemerintah Roma (Wahyu 1 : 9; 2 : 2, 3, 19; 3 : 10;
13 : 10; 14 : 12).
6
4 : 5). Kebaikan yang dimaksud bukan dengan cara mengalahkan
kejahatan dengan kejahatan, tetapi mengalahkan kejahatan dengan
kebaikan (Roma 12 : 21). Sebab dengan kebaikanlah, kita seakan-
akan memberikan bara api di atas kepalanya (Roma 12 : 19 – 21).
Setiap kebaikan dapat mengalahkan kejahatan.
7
hadapan penuduh-penuduh-Nya yang lalim, tanpa berusaha
membalas dengan sepatah kata pun untuk membela diri.
Sikap kelemah-lembutan sebagai buah Roh ini muncul dalam kata-
kata Yesus demikian, “Karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan
jiwamu akan mendapat ketenangan.” (Matius 11 : 29). Bila kita teliti
lebih lanjut sikap kelemah-lembutan Yesus tersebut sebenarnya
diletakkan pada suara panggilan-Nya kepada orang-orang yang
berbeban berat. Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih
lesu dan berbeban berat. Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
(Matius 11 : 28). Sedang menurut Matius 5 : 5, kelemah-lembutan
sejati dapat merangkul semua orang di bumi ini. Yesus berkata,
“Berbahagialah orang yang lemah-lembut, karena mereka akan
memiliki bumi.”
Pada prinsipnya, pengertian “kelemah-lembutan” dalam PB
ditempatkan sebagai suatu sikap untuk membimbing orang lain. Ini
terlihat dari II Timotius 2 : 25, yaitu : “Ia harus cakap mengajar, sabar
dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka
melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada
mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka
mengenal kebenaran.” Prinsip ini dikuatkan oleh Galatia 6 : 1, yang
berbunyi demikian : “Maka kamu yang rohani harus memimpin orang
itu ke jalan yang benar dalam roh lemah-lembut.”
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa sikap kelemah-lembutan
merupakan sikap pastoral, yaitu untuk membimbing orang lain
menemukan kebenaran. Jadi sikap lemah-lembut bukanlah sikap
yang lemah, juga bukan sikap yang dibuat-buat (munafik). Sebaliknya
sikap lemah-lembut merupakan sikap pribadi (batin) yang kuat dan
dewasa dalam iman, sehingga mampu membimbing orang lain dalam
kasih.
8
kepribadian yang menyangkut akal budi, emosi atau perasaan dan
kehendak atau kemauan.
9
Seseorang yang disebut hidup baru (bertobat) dapat dicirikan ketika ia
menyerahkan dirinya sebagai orang yang mau menjadi pengikut Kristus.
Hal itu ditandai dengan memberikan dirinya dibaptis dan mengaku
percaya dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan
dan Juruselamatnya pribadi (bdk. Kisah 2 : 41).
Namun pertobatan tidak cukup hanya sampai di situ. Mengapa ? Kita
tahu, sekalipun hidup baru sudah Tuhan karuniakan kepada kita, namun
hidup manusia itu lemah dan mudah jatuh bahkan gagal dalam
mempertahankannya. Itulah sebabnya, setiap orang percaya harus
terus-menerus mengupayakan untuk hidup dalam pertobatan dari waktu
ke waktu. Ia harus selalu memperhadapkan kehidupannya kepada
rencana dan kehendak Tuhan. Ia tidak pernah puas untuk mencari,
mengenal dan memberlakukan perintah Tuhan itu. Hidup seperti inilah
yang sering disebut sebagai hidup dalam roh. Apa artinya ?
Pertobatan dan hidup dalam roh adalah suatu keadaan di mana
seseorang belajar untuk selalu mengutamakan pimpinan Roh Kudus
dalam hidupnya. Ia belajar untuk tidak lagi mengandalkan kekuatan dan
kemampuan manusianya untuk menjalani hidup ini, tetapi ia belajar
untuk menyerahkan (mengabdikan) diri sepenuhnya kepada pimpinan
Roh Kudus. Itulah sebabnya, ia akan belajar terus-menerus untuk
menyalibkan kedagingannya (menyangkal diri) dari segala hawa nafsu
dan keinginannya (Galatia 5 : 25). Hidupnya berani dikoreksi dan
diperbaharui terus-menerus oleh Roh Kudus melalui firman-Nya.
10