- INTIMACY -
Minggu ke-1
Keintiman dengan Tuhan
Seperti halnya ranting yang melekat pada pokok anggur supaya dapat hidup,
demikianlah keintiman kita dengan Allah akan menghasilkan kehidupan rohani.
Tanpa keintiman dengan Allah kita akan mati rohani, sebab Allah adalah sumber
kehidupan kita.
Seperti yang disampaikan ayat di atas, keintiman dapat berarti tinggal menyatu. Sebuah
ranting harus menyatu dengan pokok anggurnya supaya dapat menghasilkan buah.
Ketika kita menyatu dalam keintiman dengan Allah, maka hidup kita akan
menghasilkan buah.
Salah satu bentuk keintiman kita dengan Tuhan adalah kita menyediakan waktu untuk
bersaat teduh, yaitu berdialog denganNya.
Dalam saat teduh, kita tidak hanya menyampaikan permohonan doa tetapi juga
mendengarkanNya berbicara pada kita melalui FirmanNya.
Sesibuk apapun, kita harus berkomitmen untuk bersaat teduh. Ini adalah wujud nyata
bagaimana kita hidup bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Praktek:
Ceritakan komitmenmu untuk setia bersaat teduh dan komitmenkan bagaimana cara
saling mengingatkan dan memberi pertanggung jawaban saat teduh lewat teman
kompakmu setiap hari.
Minggu ke-2
Membangun Keintiman dengan Tuhan
Masalah dapat menjadi alat yang efektif digunakan Tuhan agar membawa kita untuk
intim denganNya.
Banyak orang yang datang pada Tuhan ketika mengalami masalah (problem, tantangan
hidup, aniaya/pencobaan). Tetapi ini adalah level keintiman paling rendah. Masalah
hanyalah sekedar “trigger” atau pemicu yang mengingatkan kita untuk membangun
kembali hubungan intim yang sudah mulai renggang dengan Tuhan. Memang ada
masalah-masalah yang Tuhan ijinkan terjadi untuk kita dapat bercermin dan
mengevaluasi kedewasaan rohani kita, contohnya adalah seperti yang dialami oleh
Ayub.
Di Markus 1:35 jelas sekali Tuhan Yesus sendiri memberi contoh kepada kita untuk
menyediakan waktu datang kepada Bapa saat pagi hari. Untuk dapat intim dengan
Tuhan, kita bisa menyediakan waktu terbaik kita dalam bersaat teduh, berdoa dan
membaca Firman. Bukan hanya itu saja, kita dapat melakukan penyembahan dan juga
berbahasa roh dalam waktu khusus kita dengan Tuhan tersebut.
Yang terpenting adalah semua kita lakukan dengan penuh kesadaran, kerinduan dan
kebutuhan untuk intim dengan Tuhan.
Minggu ke-3
Penghalang Keintiman dengan Tuhan
Mazmur 25:14
TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya
diberitahukan-Nya kepada mereka.
Kata takut pada Mazmur 25:14 di dalamnya mengandung arti hormat dan kesadaran
bahwa kita berada di bawah kekuasaan Allah.
Takut di sini tidak sama artinya dengan 'ketakutan'. Ketakutan adalah rasa takut akan
konsekuensi/akibat dari tidak melakukan atau tidak bersikap sesuai dengan
perintah/aturan.
Bahkan ketakutan akan hilang jika tidak ada konsekuensi lagi. Sedangkan takut yang
dimaksud di sini adalah tetap sadar walaupun tidak berkonsekuensi, dalam hal ini
contohnya seperti berbuat dosa. Kita seharusnya memilih untuk tidak berbuat dosa
lagi karena sadar bahwa dosa akan merusak hubungan intim kita dengan Allah, bukan
lagi takut hukuman dari pada dosa itu sendiri.
Dosa adalah yang membuat keintiman kita dengan Allah rusak, sebab Allah tidak bisa
kompromi dengan dosa sekecil apapun.
Minggu ke-4
Mengalahkan Dosa dengan Keintiman dengan Allah
Seseorang yang jatuh ke dalam dosa tidak dalam waktu seketika itu juga, tetapi ada tahapan
proses yang ia alami. Bahayanya adalah saat masuk ke dalam proses kejatuhan itu orang
tersebut tidak menyadarinya.
Pada awalnya, setan hanya menggoda saja dengan berbagai macam caranya, sedangkan
KEINGINAN kitalah yang menjadi penyebab dosa tersebut.
Yakobus 1:13-15 (TB)
Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah
tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.
Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat
olehnya.
Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah
matang, ia melahirkan maut.
Kita dapat mengalahkan dosa dengan menyadarinya saat proses dimulai, yaitu saat kita digoda.
Saat kita digoda itulah saat paling baik kita mengalahkannya dengan berpindah dari pikiran
yang menggoda tersebut kepada pikiran yang berfokus pada keintiman dengan Allah.
Sadarilah kehadiran Allah yang senantiasa ada dalam hidup kita, berdialoglah langsung
denganNya saat godaan itu datang.
Seperti ilustrasi, burung-burung boleh lewat di atas kepala kita, tetapi kita bisa menghalaunya
saat burung mau hinggap dan membuat sarang.