Notulensi Bimbingan Akreditasi Snars - Pokja Pap
Notulensi Bimbingan Akreditasi Snars - Pokja Pap
POKJA PAP
Catatan:
Catatan :
PAP 2.
- Buat alur proses pelayanan antar unit.
Contoh : pasien masuk dari poli penyakit dalam (pasien elektif), akan dilakukan tindakan di
ruang OK (bisa saat itu juga, bisa di hari lain). Pasien sudah mengisi inform concent di poli
bedah. Dimana inform concent disimpan? Jika tindakan akan dilakukan di lain hari,
bagaimana alurnya dampai ke ruang OK? Buat alurnya!
- Point 4 (dokumentasi) :
Apa itu CPPT?
Catatan yang berisi informasi tentang pasien, digunakan sebagai alat komunikasi inter PPA
(perawat-dokter)
Siapa saja yang menulis di CPPT?
Perawat, dokter, gizi
Apa saja yang ditulis dalam CPPT?
Perawat : point-point yang penting saja agar dibaca oleh dokter (mis. instruksi yang tidak
dapat dilakukan, hasil pemeriksaan penunjang, kondisi pasien yang tidak normal). Dengan
demikin CPPT dapat digunakan sebagai komunikasi inter PPA.
Sedangkan komunikasi antar perawat (intra PPA/askep) yang tidak perlu diketahui oleh
dokter dapat ditulis dalam catatan lain (mis. Catatan perkembangan)
Gizi : tidak perlu menulis di semua CPPT. cukup ditulis di CPPT pasien dengan kriteria
tertentu (misalnya dengan skoring gizi 2).
Farmasi : tidak perlu menulis di semua CPPT. cukup ditulis di CPPT pasien dengan
kriteria tertentu (mis. pasien dengan DPJP > 2, atau pasien dengan multiple drugs)
Bagaimana dengan tindakan konsulan? Apakah perlu dilakukan tulbacon?
Tulbacon/SBAR tetap dilakukan, tetapi untuk tindakan konsulan tsb harus diverivikasi
oleh dokter DPJP (bahwa dokter DPJP menyetujui tindakan tsb)
- Harus dibuat SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
- Pasien yang harus memiliki case manager adalah pasien yg membutuhkan perhatian lebih
(mis. Pasien dengan diagnosa kompleks, kondisi kritis, dsb. Bisa juga pasien dengan resiko
tinggi komplain misalnya keluarga pejabat, dsj).
PAP 2.1
- Dari assesment awal muncul kebutuhan pelayanan. Dari kebutuhan tsb, muncul perencanaan
(mis. Instruksi dari dokter, kemudian perawat membaca instruksi dari dokter tsb. Setelah itu
perawat melakukan implementasi).
- Prinsipnya survey : jika RS sudah memiliki kebijakan yg dinilai, maka RS tsb sudah
mendapat nilai.
- Wujud integrasi terdapat di panduan/alur (mis. Pada panduan penulisan CPPT tertulis : dokter
harus membaca dan menulis CPPT) harus dibuat panduan!
- Instruksi dari perawat ke perawat lain (komunikasi intra perawat) ditulis dalam catatan
perkembangan perawat kalau bisa asuhan keperawatan jangan dalam format contreng-
contreng.
- Instruksi dokter ditulis di bawah P (SOAP dokter/perawat dalam CPPT)
PAP 2.2
- Instruksi diberikan oleh mereka yg memiliki wewenang (wewenang bisa diberikan jika
memiliki krudensial) beda wewenang dengan kompetensi. Kompetensi melekat pada
profesi sedangkan wewenang adalah instruksi direktur RS.
- Buat regulasi yang memuat
- Wewenang diberikan oleh direktur untuk memberi resep (harus dicantumkan di RKK)
- PKPO wajib memberikan pelatihan penulisan resep kepada dokter agar dokter memahami
bahwa tulisan dokter yang tidak jelas merupakan potensi yang beresikk dokter. onsiliasi obat
harus diisi oleh.
- Kewenangan menulis resep harus dicantumkan dalam SPAK dan RKK sebagai bukti
kwenangan dokter menulis resep.
- Rekonsiliasi obat sudah otomatis dilakukan oleh dokter. Sehingga rekonsiliasi obat harus
ditulis oleh dokter di RM rekonsiliasi obat setiap pasien masuk, pindah unit, dan saat pasien
pulang.
PAP 2.3
- Tindakan klinik (operasi) / tindakan diagnostik (radiologi, lab) harus ditulis di rekam medis.
- Pasien dan keluarga harus diberi informasi tentang rencana asuhan dan pengobatan
- Pasien dan keluarga harus diberi informasi tentang hasil asuhan dan pengobatan yang tidak
diharapkan.
- Siapkan regulasi yang mengatur pelaporan insiden keselamatan pasien (insiden keselamatan
pasien, ex: KTD, KNC, KTC, KPC, kejadian sentinel)
KPC (Kejadian Potensial Cedera) : tensimeter yang tidak dikalibrasi, pasien tidak
dipasangkan gelang.
KNC (kejadian Nyaris Cedera) : salah obat
KTC (Kejadian Tidak Cedera) : pasien sudah disuntik tapi pasien tidak apa-apa
KTD : menyebabkan pasien cedera. Ex. disuntik tapi efeknya tidak berat
Sentinel : menyebabkan kematian, syok anafilaktik
- KPC pada proses :
Melakukan tindakan tanpa identifikasi pasien
Memberikan obat tanpa melakukan indentifikasi pasien
Menerima perintah lisan/telp
- Sign out di ruang OK ada 2 : sebelum menutup luka (ex. Meghitung jumlah kasa) dan
sebelum meninggalkan ruang operasi Perbaiki SPO di ruang operasi
- Site marking dilakukan pada saat assesment, dicek sebelum ke ruang OK, dan sebelum
melakukan tindakan barrier switch
- Sign out harus dilakukan sebelum menutup luka tidak ada barrier, tidak dilakukan maka
fatal. Harus ada SPO khusus sign out.
- Jenis-jenis KPC input & proses harus ditulis dan ditaruh di tiap ruangan.
3. PAP 3 : Pelayanan pasien resiko tinggi dan penyediaan pelayanan resiko tinggi
Catatan :
- Code blue : harus cepat, harus benar
Harus ada SPO khusus troli emergency
Troli emergency harus diisi oleh farmasi
Troli emergency harus menggunakan kunci plastik yang bernomor seri (petugas unit harus
mengecek dan menulis nomer serinya setiap pagi. Jika nomernya benar, sudah dipastikan obat
dalam troli emergency lengkap dan bisa digunakan, jika nomernya tidak cocok, harus
dilaporkan ke farmasi untuk diperiksa)
Troli emergency yang tidak dikunci atau tidak sesuai SPO termasuk KPC
- EWS (early warning system), perlu dilakukan jika :
Frekuensi pemeriksaan setiap shift
Rasio jumlah perawat dan jumlah pasien tidak sesuai
Prinsip EWS : diharapkan tidak terjadi codeblue meminilisir resiko
Skor EWS
- Buat regulasi tentang pelayanan resusistasi
- Produk darah
- Identifikasi pada saat pengambilan darah, menyerahkan ke RS, identifikasi pada saat
memberikan ke pasien.
- Buat template edukasi tentang tranfusi, reaksi yang muncul selama transfusi,
5. PAP 5
- Buat pedoman/panduan pengisian CPTT (adime/SOAP)
6. PAP 6 : Nyeri
- 3 unsur dari perawat, dokter bedah dan dokter anastesi adalah harus bisa memberikan
kenyamanan kepada pasien.
- RS harus menjamin pada saat operasi dan sesudah operasi tidak ada nyeri dengan cara dibius.
- Pasien harus diedukasi bahwa tindakan operasi tidak menimbulkan nyeri karena sebelum
tindakan dilakukan akan diberikan bius. Jelaskan kepada pasien apa itu pembiusan. Sehingga
pasien tidak merasa cemas.
- Klasifikasi nyeri :
1. Nyeri karena penyakit
2. Nyeri yang direncanakan (tindakan OK)
3. Nyeri karena inpartu (penanganannya : relaksasi, senam hamil)
- Buat panduan tertulis tentang observasi nyeri (ex. Nyeri diobservasi setiap 15 mnt).
Tambahkan juga pengukuran TTV di ruang OK, dokter anastesi.
- Pelatihan manajemen nyeri yang tinggi : carikan obat yang omsetnya cepat dan derajatnya
tinggi.