Anda di halaman 1dari 122

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI

GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KELEBIHAN


VOLUME CAIRAN DI RUANG BOUGENVILLE
RSU dr. H. KOESNADI BONDOWOSO
TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

Oleh :

MOHAMMAD ABDUR RAHMAN SHOLEH


NIM : 15-03714-0871

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
TAHUN 2018
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI
GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KELEBIHAN
VOLUME CAIRAN DI RUANG BOUGENVILLE
RSU dr. H. KOESNADI BONDOWOSO
TAHUN 2018

KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS

Oleh :

MOHAMMAD ABDUR RAHMAN SHOLEH


NIM : 15-03714-0871

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
TAHUN 2018

i
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI
GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KELEBIHAN
VOLUME CAIRAN DI RUANG BOUGENVILLE
RSU dr. H. KOESNADI BONDOWOSO
TAHUN 2018

Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus disusun sebagai Syarat


Untuk Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Oleh :

MOHAMMAD ABDUR RAHMAN SHOLEH


NIM : 15-03714-0871

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
TAHUN 2018

ii
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama Mahasiswa : Mohammad Abdur Rahman Sholeh

NIM : 15-03714-0871

Menyatakan Karya Tulis Ilmiah saya berjudul :

"Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Gaga! Ginjal Kronik Dengan

Kelebihan Volume Cairan Di Ruang Bougenville RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso"

1. Disusun oleh saya sendiri.

2. Tidak memuat karya tulis orang lain baik sebagian maupun keseluruhan~

kecuali yang secara tertulis diacu dalam karya tulis ilmiah ini dan disebutkan

dalam referensi .

Demikian pemyataan ini dalam keadaan sadar dan tanpa tekanan dari siapapun.

Jika di kemudian hari terbukti adanya pelanggaran atas pemyataan tersebut diatas,

maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Bondowoso, IO Agustus 20 J8

M. Abdur Rahman S
NIM : 15-03714-0871

Ji
Ns. Susilowati, M..Kep
NIDN: 0718085906

l11
LEM BAR PERSETU.JUAN

KARY A TULIS ILMIAH

Oleh Mohammad Abdur Rahman Sholeh

Judul "Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Gagal Ginjal

Kronik Dengan Kelebihan Volume Cairan Di Ruang Bougenville RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso"

Telah Disetujui pada tanggal 16 Oktober 2018

Oleh :

Pembimbing

Ns. Susilowati, M.Kep


NIDN: 0718085906

Mengetahui,
h_
Ketua Progra ~ n Universitas Bondowoso

(ii
\ 1,,.,.
~ ,-;
_

-
, "-1.11111'" .A'll:

\ 0 / )

\!v. .-:
,'l'..lla' SKM M.Kes
8-7501

IV
LEMBARPENGESAttAN

KARYA TULIS ILMIAH

Telah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Sidang KTI

Pada tanggal 9 Oktober 2018

Mengesahkan

Tim Penguji

Tanda Tangan

Penguji I Damon Wicaksi, SST, M.Kes


NIDN: 07-1805-7505
( ...... ~ .......... )

Penguji II Ns. Alwan Revai, M.Kep ~


.. ......................... )

b
Penguji II Ns. Susilowati, M.Kep ( ...... .. .. .. ........ ~ ............ )
NJDN : 07-1808-5906

Ketua Prog

a
~

/ ,/
Q /)
.,r, .Rorn V
' , f ,t ri,
~oa M.Kes
N . -7501

V
ABSTRAK

Sholeh, Mohammad Abdur Rahman, 2018. Asuhan keperawatan pada klien


yang mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan masalah keperawatan
Kelebihan Volume Cairan di Ruang Bougenville RSU dr. H. Koesnadi
Bondowoso. Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus. Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso.

Gagal ginjal kronik menjadi salah satu penyakit yang sulit disembuhkan di
dunia. Yang disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat ireversibel,
ditandai dengan fungsi nefron yang berkurang, penumpukan produk sisa
metabolisme dan cairan didalam tubuh. Tujuan penulisan adalah melaksanakan
asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien yang mengalami gagal ginjal
kronik dengan kelebihan volume cairan di Ruang Bougenville RSU dr. H.
Koesnadi Bondowoso.
Partisipan dalam penelitian studi kasus ini adalah Ny.S dengan diagnosa
medis Penyakit gagal ginjal kronik dengan masalah keperawatan kelebihan
volume cairan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi kasus
Dari pengumpulan data pengkajian kepada klien yang menderita penyakit
gagal ginjal kronik. Diagnosa keperawatan yang diangkat peneliti adalah
kelebihan volume cairan yang telah sesuai teori di buku NANDA. Intervensi yang
diberikan berupa manajemen elektrolit/cairan dan terapi hemodialisa.
Implementasi yang dilakukan kepada klien berpedoman pada teori yang ada di
buku NIC dan NOC. Jumlah intervensi dan implementasi yang diberikan sesuai
dengan kondisi klien. Evaluasi tindakan yang dilakukan selama 7 hari hanya dapat
teratasi sebagian dengan memberikan tindakan sesuai dengan intervensi karena
kondisi pasien semakin memburuk.
Diharapkan pada pasien gagal ginjal kronik yang baru maupan yang sudah
lama menjalani hemodialisis untuk lebih meningkatkan kepatuhan pembatasan
asupan cairan untuk mencegah terjadinya komplikasi., menghindari faktor –
faktor predisposisi, menerapkan diet gagal ginjal kronik, dan meningkatkan
asupan nutrisi agar proses penyembuhan lebih optimal.

Kata kunci : Kelebihan Volume Cairan, Gagal Ginjal Kronik

vi
ABSTRACT

Sholeh, Mohammad Abdur Rahman, 2018. Nursing care for clients who
experience Chronic Kidney Failure with nursing problems Excess
Fluid Volume in Bougenville Room RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.
Case Study Scientific Writing. Nursing DIII Study Program at
Bondowoso University.

Chronic kidney failure is one of the most difficult to cure diseases in the
world. Which is caused by a decrease in irreversible kidney function,
characterized by reduced nephron function, accumulation of metabolic waste
products and fluids in the body. The purpose of writing is to carry out nursing care
performed on clients who experience chronic renal failure with excess volume of
fluid in Bougenville Room RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.
Participants in this case study were Mrs.S with a medical diagnosis of
chronic renal failure with nursing problems excess volume of fluid. Data
collection methods used are case studies
From data collection assessment to clients suffering from chronic kidney
failure. The nursing diagnosis that was appointed by the researcher was the excess
volume of fluid that had been in accordance with the theory in the book NANDA.
Interventions provided are electrolyte / fluid management and hemodialysis
therapy. Implementation carried out to clients is guided by the theories in the NIC
and NOC books. The number of interventions and implementations provided is in
accordance with client conditions. Evaluation of actions carried out for 7 days can
only be partially resolved by giving action according to the intervention because
the condition of the patient gets worse.
It is expected that in patients with new chronic renal failure or those who
have long been undergoing hemodialysis to further increase adherence to limiting
fluid intake to prevent complications, avoid predisposing factors, apply a diet of
chronic renal failure, and increase nutrient intake so that the healing process is
more optimal.

Keywords: Excess Fluid Volume, Chronic Kidney Failure

vii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan

rahmat serta hidayah-Nya semata, sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan dengan baik. Tugas ini disusun untuk sebagai salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan Studi di Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini

ucapan yang sedalam-dalamnya kami sampaikan kepada :

1. Yuana Dwi Agustin, SKM, M.Kes., sebagai Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Universitas Bondowoso yang telah memberikan ijin

penelitian.

2. Ns. Susilowati M.Kep., sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan penelitian kami

3. dr. Soeharto, Sp. PD M.Kes sebagai Direktur RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data

4. Ns. Novi Satyaningrum, S.Kep sebagai kepala ruangan Bougenville yang

telah memberikan bimbingan selama proses pengumpulan data di Ruang

Bougenville RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

5. Seluruh Perawat dan Tenaga Kesehatan lain ruang Bougenville yang telah

memberikan bimbingan selama proses pengumpulan data di Ruang

Bougenville RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

6. Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah

membantu selama pengerjaan Karya Tulis Ilmiah ini hingga selesai.

viii
Semoga segala sumbangsih yang diberikan kepada penulis mendapatkan

imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak untuk perbaikan yang akan datang.

Bondowoso, 11 Oktober 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul ............................................................................................. i

Halaman Judul.................................................................................................. ii

Halaman Pernyataan......................................................................................... iii

Halaman Persetujuan ........................................................................................ iv

Halaman Pengesahan ....................................................................................... v

Abstak .............................................................................................................. vi

Halaman Kata Pengantar .................................................................................. viii

Halaman Daftar Isi .......................................................................................... x

Halaman Daftar Tabel ..................................................................................... xiv

Halaman Daftar Lampiran................................................................................ xv

Halaman Daftar Singkatan ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2 Batasan Masalah ............................................................................ 3

1.3 Rumusan Masalah ........................................................................ 4

1.4 Tujuan Penelitian........................................................................... 4

1.4.1 Tujuan Umum .................................................................... 4

1.4.2 Tujuan Khusus..................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

1.5.1 Manfaat Teoritis ................................................................. 5

1.5.2 Manfaat Praktis .................................................................. 5

x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7

2.1 Konsep Penyakit ............................................................................ 7

2.1.1 Pengertian ........................................................................... 7

2.1.2 Etiologi ................................................................................ 9

2.1.3 Patofisiologi ........................................................................ 10

2.1.4 Gambaran Klinis ................................................................. 11

2.1.5 Penatalaksanaan .................................................................. 12

2.1.6 Komplikasi .......................................................................... 16

2.2 Konsep Cairan dan Elektrolit ........................................................ 18

2.2.1 Cairan Intraseluler .............................................................. 18

2.2.2 Cairan Ekstraseluler ........................................................... 19

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ...................................................... 26

2.3.1 Pengkajian .......................................................................... 26

2.3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................ 30

2.3.3 Intervensi ............................................................................ 31

2.3.4 Implementasi ...................................................................... 33

2.3.5 Evaluasi .............................................................................. 34

BAB III Metode Penelitian .............................................................................. 37

3.1 Desain Penelitian .......................................................................... 37

3.2 Batasan Masalah ........................................................................... 37

3.3 Partisipan ...................................................................................... 37

3.4 Lokasi dan Waktu ......................................................................... 37

3.5 Pengumpulan Data ....................................................................... 37

3.6 Uji Keabsahan Data ...................................................................... 39

xi
3.7 Analisis Data ................................................................................ 39

3.8 Etika Penelitian ............................................................................ 40

BAB IV Hasil dan Pembahasan ....................................................................... 42

4.1 Hasil .............................................................................................. 42

4.1.1 Gambaran lokasi pengambilan data .................................... 42

4.1.2 Pengkajian ........................................................................... 42

4.1.3 Analisa data ......................................................................... 55

4.1.4 diagnosa keperawatan ......................................................... 55

4.1.5 Intervensi keperawatan ........................................................ 56

4.1.6 Implementasi keperawatan dan evaluasi ............................. 57

4.2 Pembahasan ................................................................................... 71

4.2.1 Pengkajian ........................................................................... 71

4.2.2 Diagnosa keperawatan......................................................... 73

4.2.3 Intervensi ............................................................................. 74

4.2.4 Implementasi ....................................................................... 75

4.2.5 Evaluasi ............................................................................... 78

BAB V Penutup ............................................................................................... 81

5.1 Kesimpulan.................................................................................... 81

5.1.1 Pengkajian keperawatan ...................................................... 81

5.1.2 Diagnosa keperawatan......................................................... 81

5.2.3 Intervensi keperawatan ........................................................ 81

5.2.4 Implementasi keperawatan .................................................. 82

5.2.4 Evaluasi keperawatan .......................................................... 82

xii
5.2 Saran .............................................................................................. 82

5.2.1 Bagi Klien ........................................................................... 82

5.2.2 Bagi Perawat ....................................................................... 82

5.2.3 Bagi Instansi Rumah Sakit .................................................. 82

5.2.4 Bagi peneliti selanjutnya ..................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 84

LAMPIRAN .................................................................................................... 86

xiii
DAFTAR TABEL

Lampiran Halaman

2.1 Klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik ................................................... 9

2.2 Perencanaan tatalaksana gagal ginjal ........................................................ 15

2.3 Intervensi keperawatan ............................................................................. 31

2.4 Contoh format pelaksanaan tindakan keperawatan ................................... 34

4.1 Tabel kemampuan perawatan diri ............................................................. 45

4.2 Analisa data ............................................................................................... 55

4.3 Diagnosa keperawatan .............................................................................. 55

4.4 Intervensi keperawatan ............................................................................. 56

4.5 Implementasi keperawatan ........................................................................ 57

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Penjelasan Penelitian ................................................................... 86

2. Informed Consent ..................................................................................... 87

3. Format Asuhan Keperawatan Medikal Bedah .......................................... 88

4. Surat Pengambilan Data ............................................................................ 102

5. Surat Diklat RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso ........................................ 103

6. Rencana Kegiatan Penelitian .................................................................... 104

7. Lembar Konsultasi ................................................................................... 105

xv
DAFTAR SINGKATAN

1. WHO : World Health Organization

2. PERNEFRI : Persatuan Nefrologi Indonesia

3. RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

4. LFG : Laju Filtrasi Glomerulus

5. NIC : Nursing Intervention Classification

6. NOC : Nursing Outcomes Classification

7. GGA : Gagal Ginjal Akut

8. GGK : Gagal Ginjal Kronik

9. LVH : Left Ventrikular Hypertrophy

10. CIS : Cairan Intra Seluler

11. CES : Cairan Ekstra Seluler

12. CRT : Capirally Refill Time

13. RR : Respiration Rate

14. Hb : Hemoglobin

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronik menjadi salah satu penyakit yang sulit disembuhkan di

dunia. Yang disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang bersifat ireversibel,

ditandai dengan fungsi nefron yang berkurang, penumpukan produk sisa

metabolisme dan cairan di dalam tubuh. Gagal ginjal kronik dapat menyebabkan

kelainan pada struktur atau fungsi ginjal, berlangsung selama 3 bulan atau lebih.

Kelainan struktural menyebabkan terjadinya albuminuria lebih dari 30mg/hari,

hematuria atau adanya sel darah merah dalam urin, ketidakseimbangan elektrolit

dan kelainan tubular (Wells, 2015).

Gejala klinis yang ditimbulkan seperti sindrom uremia, komplikasi

penyakit lain dan gangguan fungsi organ tubuh. Gagal ginjal kronik sering

dikaitkan dengan edema atau bengkak yang terjadi akibat retensi natrium dan

cairan di dalam tubuh sehingga dari gejala klinis yang terjadi, muncul masalah

keperawatan Kelebihan volume cairan yang perlu diatasi dengan

penatalaksanaan yang tepat (Tambayong. 2013), salah satunya adalah terapi

hemodialisa, masalah yang mengakibatkan kegagalan pada terapi hemodialisa

adalah kepatuhan klien. Kesuksesan hemodialisis tergantung pada kepatuhan

pasien, pada populasi pasien hemodialisa prevalensi ketidakpatuhan cairan antara

10% sampai 60%, ketidakpatuhan diet 2% sampai 57%, waktu dialisis terhambat

19%, ketidakpatuhan obat 9%, pasien hemodialisa mengalami kesulitan lebih

tinggi dalam pengelolaan kontrol pembatasan asupan cairan. (Melianna, 2013)

1
2

WHO tahun 2014 memperkirakan di Indonesia akan terjadi peningkatan

penderita gagal ginjal pada tahun 1995-2025 sebesar 41,4% dan menurut data dari

Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) diperkirakan terdapat 70.000

penderita gagal ginjal di Indonesia, angka ini akan terus meningkat sekitar 10%

setiap tahunnya (Tandi dkk, 2014).

Riskesdas tahun 2013 melaporkan prevalensi gagal ginjal kronis terbesar

terdapat pada pasien berusia ≥ 75 tahun, yaitu sebesar 0.6 persen. Berdasarkan

jenis kelamin, Riskesdas (2013) melaporkan prevalensi gagal ginjal kronis pada

pria di Indonesia sebesar 0,3 persen dan pada wanita di Indonesia sebesar 0,2

persen. (Pakpahan, 2016). Sedangkan untuk angka kejadian Gagal ginjal kronik di

RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso sepanjang tahun 2017 adalah sebanyak 200

orang.

Pada gagal ginjal kronik fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme

protein yang normalnya diekresikan ke dalam urine tertimbun dalam darah.

Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan

produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Penyakit ginjal kronik

menyebakan terjadinya penurunan fungsi nefron secara progresif sehingga

mengakibatkan penurunan laju filtrasi glomerulus menjadi <15 ml/menit.

Penurunan laju filtrasi glomerulus ini menyebabkan penurunan yang besar pada

ekskresi air dan zat terlarut oleh ginjal. Penurunan fungsi nefron lebih lanjut ini

menyebabkan tertahannya cairan dan elektrolit di dalam tubuh sehingga ekskresi

cairan dan elektrolit menjadi sedikit. Hal ini ditandai dengan oliguria yaitu

produksi urin <200 ml/12 jam atau anuria yaitu produksi urin <50 ml/12 jam.

Penurunan fungsi nefron yang progresif juga mengakibatkan peningkatan kadar


3

urea dan kreatinin serum di dalam tubuh. Pada tahap akhir urin biasanya tidak

dapat dikonsentrasikan atau diencerkan secara normal sehingga terjadi

ketidakseimbangan elektrolit. Natrium dan cairan tertahan, dengan tertahannya

natrium dan cairan bisa terjadi edema dan acites. Hal ini menyebabkan kelebihan

volume cairan dalam tubuh yang meningkatkan resiko gagal jantung kongestif.

Penderita dapat menjadi sesak nafas, akibat ketidakseimbangan suplai oksigen

dengan kebutuhan tubuh karena penumpukan cairan di paru – paru, edema perifer

maupun dijaringan juga dapat terjadi (Guyton & Hall, 2006).

Dari permasalahan diatas maka ada alternatif solusi menurut NIC (Nursing

Intervention Classification), pendidikan kesehatan, manajemen cairan, terapi

hemodialisa, manajemen obat.

Melihat dari latar belakang data kejadian yang didapatkan maka penulis

tertarik untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam

sebuah Studi Kasus dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Klien yang

mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di Ruang

Bougenville RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso ”.

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien

yang mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di RSU

dr. H. Koesnadi Bondowoso.


4

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Gagal Ginjal

Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso ?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien

yang mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di

Ruang Bougenville RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Gagal

ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso.

2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami Gagal

ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso.

3. Menyusun intervensi keperawatan pada klien yang mengalami Gagal

ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Gagal

ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso.

5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien yang mengalami Gagal

ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan di RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso.
5

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari Studi Kasus yang telah dilakukan dapat digunakan

sebagai bahan pembelajaran, pengembangan ilmu keperawatan dan

pemahaman keterampilan dalam pemberian Asuhan Keperawatan pada

klien yang mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume

cairan.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi klien Gagal ginjal kronik

Asuhan keperawatan yang diberikan dapat menambah pengetahuan

klien terhadap penyakitnya, perawatan kondisi dan pengawasan diit

khusus yang harus dijalankan oleh klien dengan penyakit Gagal ginjal

kronik dengan kelebihan volume cairan.

2. Bagi perawat RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

Studi kasus ini dapat dijadikan acuan atau referensi dalam melakukan

Asuhan keperawatan khususnya pada klien yang mengalami Gagal

Ginjal Kronik dengan kelebihan volume cairan.

3. Bagi instansi RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

Meningkatkan perawatan yang diberikan dapat menjadi indikator

pelayanan yang lebih intensif khususnya dalam perawatan klien yang

mengalami penyakit Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume

cairan.
6

4. Bagi institusi pendidikan keperawatan

Hasil Studi Kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan

pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan mengenai pembuatan

asuhan keperawatan klien yang mengalami penyakit Gagal ginjal

kronik dengan kelebihan volume cairan.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Pengertian

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologi dengan

etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang

progesif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Selanjutnya,

gagal ginjal adalah suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal

ireversibel, pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal

yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu

sindrom klinik dan laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat

penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik. ( Aru Sudoyo, dkk,

2009 )

Gagal ginjal kronik adalah suatu penyakit yang tidak dapat

dipulihkan karena dampak yang merusak pada ginjal disebabkan oleh

diabetes melitus, hipertensi, glumerulonefritis, infeksi virus HIV, penyakit

ginjal policustic, atau nefropaty ischemic. ( Digiulio dan Jackson, 2014 )

Keadaan ireversibel, ditandai fungsi nefron yang berkurang.

Kerusakan ginjal berlangsung progresif. Perjalanan menuju uremia

berlangsung berangsur, untuk waktu yang cukup lama. Bila ginjal tak

dapat lagi mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, maka

diperlukan dialisis. (Tambayong, 2013)

7
8

Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan

gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan

tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan

dan elektrolit, menyebabkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen

lain dalam darah ). Ini dapat menyebabkan oleh penyakit sistemik seperti

diabetes melitus, glumerulonefritis, hipertensi yang tidak dapat dikontrol,

medikasi atau agens toksik. ( Brunner & Suddarth , 2015 )

Kriteria penyakit Ginjal Kronik :

1. Kerusakan ginjal ( renal damage ) yang terjadi lebih dari 3 bulan,

berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa

penurunan laju filtrasi glumerolus ( LFG ), dengan manifestasi :

1) Kelainan patologis

Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam

komposisi darah atau urine, atau kelainan dalam tes pencitraan

2) Laju filtrasi glumerolus kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2 selama 3

bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

Klasifikasi :

Klasifikasi penyakit ginjal kronik didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar

derajat ( stage ) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas

dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung dengan

mempergunakan rumus Kockcroft – Gault sebagai berikut : LFG

(ml/menit/1,73 m2) = ( 140 – Umur ) X berat badan : 72 X kreatinin

plasma ( mg / dl ). ( Aru Sudoyo dkk, 2009 )


9

*Pada wanita dikalikan 0,85

Klasifikasi penyakit ginjal kronik atas dasar derajat penyakit :

Tabel 2.1 Klasifikasi Penyakit Gagal Ginjal Kronik

Derajat Penjelasan LFG ( ml/mnt/1,73 m2 )


1 Kerusakan ginjal dengan LFG > 90
normal atau meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan LFG 60 – 89
penurunan ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG 30 – 59
penurunan sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG 15 – 29
penurunan berat
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

( Aru Sudoyo dkk, 2009 )

2.1.2 Etologi / Predisposisi

1. Diabetes mellitus ( tipe 1 dan 2 )

2. Hipertensi dan penyakit pembuluh darah besar

3. Glomerulonefritis

4. Kista ( ginjal polikistik )

5. Penyakit sistemik ( misal lupus dan vaskulitis )

6. Neoplasma

7. Infeksi dan penyakit lain ( Sudoyo dkk, 2009 )


10

2.1.3 Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk

glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa

nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi

volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam

keadaan penurunan LFG / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan

ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan

yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi

berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena

jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi

produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi

lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira

fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang

demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih

rendah itu. (Barbara C Long, 1996) Fungsi renal menurun, produk akhir

metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin)

tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem

tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin

berat menyebabkan edema dan acites. Banyak gejala uremia membaik setelah

dialisis (Brunner & Suddarth, 2015).


11

2.1.4 Gambaran klinis

Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus,

infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi,

lupus eritomatosus sistemik dan lain sebagainya.

a. Sindrome uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual

muntah, nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pturitus,

kejang – kejang sampai koma.

b. Gejala komplikasi antara lain hipertensi, anemia, payah jantung,

asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium,

kalium, khlorida). ( Sudoyo dkk, 2009 )

Manifestasi klinis :

1. Kardiovaskuler :

Hipertensi, edema ( kaki, tangan, sakrum ), edema periorbital,

pembesaran vena dileher, hiperkalemia, hiperlipidemia.

2. Integumen :

Warna kulit keabuan, kulit kering mudah terkelupas, pruritus,

ekimosis, purpura, kuku rapuh, rambut kasar dan tipis.

3. Paru-paru :

Ronchi basah, sputum kental, penurunan reflek batuk, nyeri pleura,

sesak napas, takipnea, kusmaul, pneumonitis uremik

4. Saluran cerna :

Bau amoniak, pengecapan rasa logam, ulserasi dan perdarahan mulut,

anoreksia, mual dan muntah, cegukan, konstipasi, atau diare.


12

5. Neurologik :

Kelemahan, keletihan, konfusi, ketidakmampuan konsentrasi, tremor,

kejang, tungkai tidak nyaman, telapak kaki serasa terbakar, perubahan

perilaku.

6. Muskuloskeletal :

Kram otot, kehilangan kekuatan otot, nyeri tulang, lunglai kaki

7. Reproduksi :

Amenorea, atrofi testis, ketidaksuburan, penurunan libido

8. Hematologi :

Anemia, trombositopenia. ( Brunner & Suddarth, 2015 )

2.1.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi :

1. Penatalaksanaan Farmakologis :

a. Hiperfosfatemia dan hipokalsemia ditangani dengan obat yang

dapat mengikat fosfat dalam saluran cerna

b. Hipertensi ditangani dengan pengontrolan volume intavaskuler dan

obat antihipertensi

c. Gagal jantung dan edema pulmonal ditangani dengan pembatasan

cairan, diet rendah natrium, diuresis, agen inotropik ( mis : digoksin

atau dobutamin ) dan dialisis

d. Asidosis metabolik diatasi, jika perlu dengan suplemen natrium

bikarbonat atau dialisis.


13

e. Pasien diobservasi untuk melihat tanda awal kelainan neurologik

(misalnya : kedutan, sakit kepala, derilium, atau aktivitas kejang),

diazepam intravaskuler ( valium ) atau fenitoin ( dilantin ) diberikan

untuk mengatasi kejang.

f. Anemia ditangani dengan rekombinan eritropoietin manusia

(Epogen), hemoglobin dan hematokrit dipantau secara berkala.

g. Heparin diberikan sesuai kebutuhan untuk mencegah bekuan darah

pada jalur dialisis selama terapi.

h. Suplemen besi dapat diberikan.

i. Tekanan darah dan kalium serum dipantau secara terus – menerus.

(Sudoyo dkk, 2009)

2. Terapi Nutrisi :

a. Mencukupi kebutuhan protein untuk menjaga keseimbangan

nitrogen dan juga mencegah berlebihnya akumulasi sisa

metabolisme di antara dialysis.

b. Memberikan cukup energi untuk mencegah metabolism

jaringan tubuh. Dibutuhkan asupan energi yang optimal yaitu

35 kalori/kgBB/hari. Diperoleh dari minyak, mentega,

margarine, gula, madu dan lain-lain.

c. Mengatur asupan natrium untuk mengantisipasi tekanan darah

dan oedema

d. Membatasi asupan kalium untuk mencegah hyperkalemia

e. Cairan dibatasi agar tidak terjadi kelebihan cairan tubuh. Diet

cairan adalah sebesar 500 ml cairan atau lebih dari jumlah


14

haluaran urine 24 jam pada hari sebelumnya. (Lumenta, Nico.

Nefro dkk. 2004)

3. Dialisis :

a. Konsep Hemodialisa

Hemodialisis - yang dikenal sebagai "cuci darah", menggunakan

alat dialiser (ginjal buatan) untuk membuang kelebihan cairan,

elektrolit, dan produk sisa metabolisme dari darah. Darah diambil

dari tubuh pasien melalui akses pembuluh darah seperti fistula

arteriovenosa (koneksi dibuat antara arteri dan vena di lengan

bagian bawah) atau sebuah kateter vena dimasukkan ke dalam

pembuluh darah utama di leher. Darah diedarkan oleh mesin

dialisis dengan kecepatan sekitar 200cc/menit, melewati ginjal

buatan untuk menyaring produk sisa metabolisme dan kelebihan

cairan. Darah yang sudah "dibersihkan" lalu dikembalikan ke

dalam tubuh pasien. Seorang pasien mungkin memerlukan 2 hingga

3 kali pengobatan hemodialisis per minggu, dan setiap sesi

pengobatan akan memakan waktu 4 hingga 6 jam.

b. Konsep Peritonial Dialisis

Merupakan salah satu bentuk dialisis untuk membantu penanganan

pasien GGA ( gagal ginjal akut ) maupun GGK ( gagal ginjal

kronik ), menggunakan membran peritonieum yang bersifat

semipermeabel. Melalui membran tersebut darah dapat di filtrasi.

Keuntungan dialisis peritonial bila dibandingkan dengan

hemodialisa, secara teknik lebih sederhana, cukup aman serta


15

cukup efisien dan tidak memerlukan fasilitas khusus, sehingga

dapat dilakukan di setiap rumah sakit. ( Sudoyo dkk, 2009 )

4. Penatalaksanaan Keperawatan :

a. Kajian status cairan dan identifikasi sumber potensi

ketidakseimbangan cairan.

b. Terapkan program diet untuk menjamin asupan nutrisi memadai

dan sesuai dengan batasan regimen terapi.

c. Dukung perasaan positif dengan mendorong pasien untuk

meningkatkan kemampuan perawatan diri dan lebih mandiri.

d. Berikan penjelasan dan informasi kepada pasien dan keluarga

terkait penyakit gagal ginjal kronik, pilihan pengobatan, dan

kemungkinan komplikasi.

e. Beri dukungan emosional.

Perencanaan tatalaksana gagal ginjal berdasarkan derajatnya :

Tabel 2.2 Perencanaan tatalaksana gagal ginjal

Derajat LFG Rencana Tatalaksana


( Ml/Mnt/1,73m2 )
1 > 90 Terapi penyakit dasar, kondisi
komorbid, evaluasi pemburukan
fungsi ginjal, memperkecil risiko
kardiovaskuler.
2 60 – 89 Menghambat pemburukan
(progression) fungsi ginjal.
3 30 – 59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15 – 29 Persiapan untuk terapi pengganti
ginjal
5 < 15 Terapi pengganti ginjal
16

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi yang sering kali ditemukan pada penyakit gagal ginjal

kronik adalah anemia, osteodistrofi ginjal, gagal jantung, dan disfungsi

ereksi dan impotensi ( Syamsir & Hadibroto, 2007 ).

1. Anemia :

Dikatakan anemia bila kadar sel darah merah rendah, karena terjadi

gangguan pada produksi hormon eritropetin yang bertugas

mematangkan sel darah, agar tubuh dapat menghasilkan energi yang

dibutuhkan untuk mendukung kegiatan sehari – hari. Akibat dari

gangguan tersebut, tubuh kekurangan energi karena sel darah merah

yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dan jaringan

tidak mencukupi. Gejala dari gangguan sirkulasi darah adalah

kesemutan, kurang energi, cepat lelah, luka lebih lamban sembuh,

kahilangan rasa ( baal ) pada kaki dan tangan.

2. Osteodistofi Ginjal

Kelainan tulang karena tulang kehilangan kalsium akibat gangguan

metabolisme mineral. Jika kadar kalsium dan fosfat dalam darah

sangat tinggi, akan terjadi pengendapan garam kalsium fosfat di

berbagai jaringan lunak ( kalsifikasi metastatik ) berupa nyeri

persendian ( atritis ), batu ginjal ( nefrolaksonosis ), pengerasan dan

penyumbatan pembuluh darah, gangguan irama jantung, dan

gangguan pengelihatan.
17

3. Gagal Jantung

Jantung kehilangan kemampuan memompa darah dalamjumlah yang

memadai ke seluruh tubuh. Jantung tetap bekerja, tetapi kekuatan

memompa atau daya tampungnya berkurang. Gagal jantung pada

penderita gagal ginjal pada penderita gagal ginjal kronik dimulai dari

anemia yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras,

sehingga terjadi pelebaran bilik jantung kiri ( left ventrikular

hypertrophy / LVH ). Lama – kelamaan otot jantung akan melemah

dan tidak mampu lagi memompa darah sebagaimana mestinya

(sindrom kardiorenal).

4. Disfungsi Ereksi

Ketidakmampuan seorang pria untuk mencapai atau mempertahankan

ereksi yang diperlukan untuk melakukan hubungan seksual dengan

pasangannya. Selain akibat gangguan sistem endokrin ( yang

memproduksi hormon testosteron ) untuk merangsang hasrat seksual,

secara emosional penderita gagal ginjal kronis juga mengalami

perubahan emosi ( depresi ) yang menguras energi. Namun penyebab

utama gangguan kemampuan pria penderita gagal ginjal kroni adalah

suplai darah yang tidak cukup ke penis yang berhubungan langsung

dengan ginjal ( Syamsir & Hadibroto, 2007 ).


18

2.2 Konsep Cairan Dan Elektrolit

Cairan berada dalam dua kompartemen utama, yaitu di dalam sel

(cairan intra sel/ CIS) yang pada orang dewasa sekitar 40% dari berat

badan atau 70% dari jumlah keseluruhan cairan tubuh, dan cairan di luar

sel (cairan ekstra sel/ CES) sekitar 20% dari berat badan atau 30% dari

seluruh cairan tubuh. Cairan ekstrasel termasuk didalamnya cairan

intravaskuler (plasma) sekitar 4-5% dari berat badan, dan cairan interstitial

atau cairan yang berada di antara sel termasuk cairan limfe sekitar 15%

dari berat badan (Kusnanto, 2016).

2.2.1 Cairan Intraselular (CIS)

Membran sel bagian luar memegang peranan penting dalam

mengatur volume dan komposisi intraselular. Pompa membran-bound

ATP-dependent akan mempertukarkan Na dengan K dengan perbandingan

3:2. Oleh karena membran sel relatif tidak permeable terhadap ion Na dan

ion K, oleh karenanya potasium akan dikonsentrasikan di dalam sel

sedangkan ion sodium akan dikonsentrasikan di ekstra sel. Potasium

adalah kation utama ICF dan anion utamanya adalah fosfat. Akibatnya,

potasium menjadi faktor dominant yang menentukan tekanan osmotik

intraselular, sedangkan sodium merupakan faktor terpenting yang

menentukan tekanan osmotik ekstraselular. Impermeabilitas membran sel

terhadap protein menyebabkan konsentrasi protein intraselular yang tinggi.

Oleh karena protein merupakan zat terlarut yang nondifusif (anion), rasio

pertukaran yang tidak sama dari 3 Na+ dengan 2 K+ oleh pompa membran

sel adalah hal yang penting untuk pencegahan hiperosmolalitas intraselular


19

relativ. Gangguan pada aktivitas pompa Na-K-ATPase seperti yang terjadi

pada keadaan iskemi akan menyebabkan pembengkakan sel (Kusnanto,

2016).

2.2.2 Cairan Ekstraselular (CES)

Fungsi dasar dari cairan ekstraselular adalah menyediakan nutrisi

bagi sel dan memindahkan hasil metabolismenya. Keseimbangan antara

volume ektrasel yang normal terutama komponen sirkulasi (volume

intravaskular) adalah hal yang sangat penting. Oleh sebab itu secara

kuantitatif sodium merupakan kation ekstraselular terpenting dan

merupakan faktor utama dalam menentukan tekanan osmotik dan volume

sedangkan anion utamanya adalah klorida (Cl- ), bikarbonat (HCO3- ).

Perubahan dalam volume cairan ekstraselular berhubungan dengan

perubahan jumlah total sodium dalam tubuh. Hal ini tergantung dari

sodium yang masuk, ekskersi sodium renal dan hilangnya sodium ekstra

renal (Kusnanto, 2016).

Menurut (Kusnanto, 2016) macam-macam cairan ekstraseluler antara lain :

1) Cairan Interstisial (ISF)

Normalnya sebagian kecil cairan interstisial dalam bentuk cairan

bebas. Sebagian besar air interstisial secara kimia berhubungan

dengan proteoglikan ekstraselular membentuk gel. Pada umumnya

tekanan cairan interstisial adalah negatif (kira-kira -5 mmHg). Bila

terjadi peningkatan volume cairan iterstisial maka tekanan interstisial

juga akan meningkat dan kadang-kadang menjadi positif. Pada saat

hal ini terjadi, cairan bebas dalam gel akan meningkat secara cepat
20

dan secara klinis akan menimbulkan edema. Hanya sebagian kecil dari

plasma protein yang dapat melewati celah kapiler, oleh karena itu

kadar protein dalam cairan interstisial relatif rendah (2 g/Dl). Protein

yang memasuki ruang interstisial akan dikembalikan ke dalam sistim

vaskular melalui sistim limfatik.

2) Cairan Intravaskular (IVF)

Cairan intravaskular terbentuk sebagai plasma yang

dipertahankan dalam ruangan intravaskular oleh endotel vaskular.

Sebagian besar elektrolit dapat dengan bebas keluar masuk melalui

plasma dan interstisial yang menyebabkan komposisi elektrolit

keduanya yang tidak jauh berbeda. Bagaimanapun juga, ikatan antar

sel endotel yang kuat akan mencegah keluarnya protein dari ruang

intravaskular. Akibatnya plasma protein (terutama albumin)

merupakan satu-satunya zat terlarut secara osmotik aktif dalam

pertukaran cairan antara plasma dan cairan interstisial. Peningkatan

volume ekstraselular normalnya juga merefleksikan volume

intravaskular dan interstisial. Bila tekanan interstisial berubah menjadi

positif maka akan diikuti dengan peningkatan cairan ekstrasel yang

akan menghasilkan ekspansi hanya pada kompartemen cairan

interstisial. Pada keadaan ini kompartemen interstisial akan berperan

sebagai reservoir dari kompartemen intravaskular. Hal ini dapat

dilihat secara klinis sebagai edema jaringan.


21

3) Elektrolit

Setelah bergabung dengan air, elektrolit ini ada yang menjadi

bermuatan listrik positif disebut kation, yaitu: Na, K, Ca, Mg, dan

bermuatan listrik negatif disebut anion, yaitu: Cl dan HCO3. Untuk

mempertahankan keadaan fisiologis yang stabil rasio anion dengan

kation serta konsentrasinya di setiap kompartemen harus seimbang

dan relatif menetap. Jenis elektrolit yang berada di tiap kompartemen

adalah sama tetapi konsentrasinya berbeda. Elektrolit utama di

ekstrasel adalah natrium dan chloride, sedangkan elektrolit utama

intrasel adalah kalium dan fosfat. Adanya perubahan konsentrasi

elektrolit dan atau rasio anion dan kation akan menimbulkan

perubahan aktivitas sel yang dapat membahayakan kehidupan.

4) Natrium (Na)

Merupakan elektrolit utama cairan ekstrasel, dalam keadaan

normal konsentrasinya dipertahankan antara 135-145 mEq/L. Natrium

dapat dijumpai dalam makanan seperti bacon (daging babi yang

dikukus dan diasinkan), ham (daging babi yang diasinkan), sosis,

kecap, mustard, keju, sayuran kalengan, roti, sereal dan makanan kecil

yang asin. Natrium dieksresikan dari tubuh melalui ginjal, sebagian

kecil melalui feses, dan perspirasi.

Natrium berfungsi dalam:

a. Mengatur volume cairan dalam tubuh

b. Berpartisipasi dalam membentuk dan transmisi impuls saraf.


22

Perubahan konsentrasi natrium dalam cairan tubuh dapat

menimbulkan masalah kesehatan yang serius, oleh karena itu tubuh

mempunyai mekanisme pengaturan agar natrium dipertahankan dalam

batas-batas normal.

5) Kalium (K)

Merupakan elektrolit utama cairan intrasel. Kalium banyak

dijumpai dalam sayuran seperti brokoli, kentang, dan buah-buahan

seperti: pisang, persik, kiwi, apricot, jeruk, melon, prune dan kismis.

Kalium terdapat dalam jumlah yang banyak dalam sekresi

gastrointestinal, saliva dan perspirasi.

Fungsi Kalium adalah:

a. Sebagai regulator utama bagi aktivitas enzim seluler

b. Berperanan penting dalam proses transpisi impuls listrik terutama

dalam saraf

c. Membantu dalam pengaturan keseimbangan asam basa melalui

pertukarannya dengan hydrogen

Dalam keadaan normal konsentrasi kalium dalam plasma dapat

dipertahankan antara 3.5-5.0 mEq/L.

6) Calsium (Ca)

Calsium merupakan elektrolit terbanyak di dalam tubuh. Lebih

dari 99% dari seluruh calcium dalam tubuh terdapat dalam tulang dan

membutuhkan calcium gigi dalam bentuk terionisasi. Setiap hari rata-

rata orang dewasa membutuhkan calsium sekitar 1 gram. Pada anak-

anak, wanita dalam keadaan hamil, menyusui, dan menapouse


23

kebutuhan ini lebih tinggi lagi. Calsium banyak terdapat dalam susu,

keju, kacang yang dikeringkan, dan sedikit dalam daging dan sayur-

sayuran.

Fungsi Calsium:

a. Mempunyai peran penting dalam transmisi impuls saraf dan

pembentukan darah

b. Sebagai katalis dalam kontraksi otot, kekuatan kontraksi terutama

otot jantung secara langsung berhubungan dengan konsentrasi ion

calsium dalam plasma

c. Diperlukan dalam absorpsi vitamin B12 untuk digunakan oleh

sel-sel tubuh

d. Berperan sebagai katalis bagi aktivitas beberapa zat kimia tubuh

e. Penting untuk menguatkan tulang dan gigi

f. Untuk membangun ketebalan dan kekuatan membrane sel.

7) Magnesium (Mg)

Magnesium terbanyak dijumpai di intrasel dan terdapat pada sel

jantung, tulang, saraf dan jaringan otot dan merupakan kation

terpenting kedua setelah kalium. Setiap hari rata-rata orang dewasa

memerlukan magnesium sekitar 18-30 mEq. Pada anak-anak

dibutuhkan lebih banyak lagi. Magnesium paling banyak dijumpai

dalam makanan terutama sayur-sayuran, kacang tanah, ikan, semua

padi-padian, dan kacang merah.

Fungsi magnesium penting:

a. Untuk metabolisme karbohidrat dan protein


24

b. Dalam beberapa reaksi yang berhubungan dengan enzim-enzim

tubuh

c. Untuk sintesa protein dan DNA, transkripsi DNA dan RNA, serta

translasi RNA

d. Dalam mempertahankan kalium intrasel

e. Membantu dalam mempertahankan aktivitas listrik dalam

membrane sel saraf dan sel otot.

8) Chlorida (Cl)

Chlorida merupakan anion utama di ekstrasel dan banyak

terdapat dalam darah, cairan interstitial, cairan limfe dan jumlah yang

sedikit di intrasel. Chlorida dijumpai dalam makanan yang banyak

mengandung natrium, produk susu dan daging.

Fungsi Chlorida:

a. Bersama-sama dengan natrium berperan dalam mempertahankan

tekanan osmotik darah

b. Memegang peranan dalam keseimbangan asam basa

c. Sebagai bahan pembentuk asam lambung.

9) Bikarbonat (HCO3)

Bikarbonat merupakan buffer basa utama di dalam tubuh.

Fungsi bikarbonat: mempunyai peranan yang sangat penting dalam

keseimbangan asam basa. Bikarbonat dan asam karbonat merupakan

sistem buffer utama dalam tubuh.


25

10) Phosphat (PO4)

Ion phosphate merupakan anion terbanyak di intrasel. Fungsi

phosphate:

a. Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa

b. Terlibat dalam reaksi kimia yang penting di dalam tubuh seperti

mengefektifkan beberapa vitamin B, membantu meningkatkan

aktivitas saraf dan otot, dan berperan serta dalam metabolism

karbohidrat

c. Penting dalam pembelahan sel dan transmisi trait heriditer.


26

2.3 Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada

penderita gagal ginjal kronik menurut Doenges (2000), dan Smeltzer dan

Bare (2002) ada berbagai macam, meliputi :

a. Demografi

Lingkungan yang tercemar, sumber air tinggi kalsium beresiko untuk

gagal ginjal kronik, kebanyakan menyerang umur 20-50 tahun, jenis

kelamin lebih banyak perempuan, kebanyakan ras kulit hitam.

b. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan, vaskuler

hipertensif, gangguan saluran penyambung, gangguan kongenital dan

herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik dan neropati obstruktif.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit metabolik, riwayat

menderita penyakit gagal ginjal kronik.

d. Pola kesehatan fungsional

1. Pemeliharaan kesehatan

Personal hygiene kurang, konsumsi toxic, konsumsi makanan

tinggi kalsium, purin, oksalat, fosfat, protein, kebiasaan minum

suplemen, kontrol tekanan darah dan gula darah tidak teratur pada

penderita tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.

a) Pola nutrisi dan metabolik

Perlu dikaji adanya mual, muntah, anoreksia, intake cairan


27

inadekuat, peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan

berat badan (malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak

sedap pada mulut (pernafasan amonia), penggunanan

diuretic, demam karena sepsis dan dehidrasi.

b) Pola eliminasi

Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap

lanjut), abdomen kembung, diare konstipasi, perubahan

warna urin.

c) Pola aktivitas dan latihan

Kelemahan ekstrim, kelemahan, malaise, keterbatsan gerak

sendi.

d) Pola istirahat dan tidur

Gangguan tidur (insomnia / gelisah atau somnolen)

e) Pola persepsi sensori dan kognitif

Rasa panas pada telapak kaki, perubahan tingkah laku,

kedutan otot, perubahan tingkat kesadaran, nyeri panggul,

sakit kepala, kram/nyeri kaki (memburuk pada malam hari),

perilaku berhati- hati/distraksi, gelisah, penglihatan kabur,

kejang, sindrom “kaki gelisah”, rasa kebas pada telapak kaki,

kelemahan khusussnya ekstremitas bawah (neuropati perifer),

gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,

ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau.

f) Persepsi diri dan konsep diri

Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan,


28

menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,

perubahan kepribadian, kesulitan menentukan kondisi,

contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran.

g) Pola reproduksi dan seksual

Penurunan libido, amenorea, infertilitas, impotensi dan atropi

testikuler.

e. Pengkajian Fisik

1) Keluhan umum : lemas, nyeri pinggang.

2) Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.

3) Pengukuran antropometri : beratbadan menurun, lingkar lengan

atas (LILA) menurun. Tanda vital : tekanan darah meningkat,

suhu meningkat, nadi lemah, disritmia, pernapasan kusmaul, tidak

teratur.

4) Kepala

a) Mata : konjungtiva anemis, mata merah berair, penglihatan

kabur, edema periorbital.

b) Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.

c) Hidung : pernapasan cuping hidung

5) Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia,

mual,muntah serta cegukan, peradangan gusi.

6) Leher : pembesaran vena leher.

7) Dada : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal dan

kusmaul serta krekels, nafas dangkal, pneumonitis, edema

pulmoner, friction rub pericardial.


29

8) Abdomen : nyeri area pinggang, acites.

9) Genital : atropi testikuler, amenore.

10) Ekstremitas : capirally refill time > 3 detik,kuku rapuh dan kusam

serta tipis, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki,

foot drop, kekuatan otot.

11) Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-abu,

mengkilat atau hiperpigmentasi, gatal (pruritas), kuku tipis dan

rapuh, memar (purpura), edema (Smeltzer, 2002).


30

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan ( 00026 )

a. Definisi : Peningkatan retensi cairan isotonik

b. Batasan karakteristik :

1. Ada bunyi S3 jantung

2. Anasarka

3. Asupan melebihi haluaran

4. Dispnea

5. Dispnea nokturnal paroksimal

6. Edema

7. Efusi pleura

8. Gangguan tekanan darah

9. Ketidakseimbangan elektrolit

10. Penambahan berat badan dalam waktu singkat

11. Perubahan berat jenis urine

c. Faktor yang berhubungan :

1. Keseimbangan elektrolit dan asam basa

2. Keparahan cairan berlebih

3. Keparahan hipernatremi

4. Fungsi ginjal

5. Status nutrisi : asupan makanan dan cairan

( Herdman, 2015)
31

2.2.3 Intervensi

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No. Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
Tujuan : Manajemen Elektrolit/Cairan
1. Kelebihan Setelah dilakukan
Volume Cairan asuhan keperawatan 1. Monitor tanda – tanda vital 1. Sebagai indikator untuk mengetahui dengan
(00026) selama 7x24 jam cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.
diharapkan masalah 2. Monitor suara paru yang abnormal 2. Peningkatan kongesti pulmonal mengakibatkan
kelebihan volume cairan konsolidasi, gangguan pertukaran gas, dan
dapat teratasi komplikasi
3. Monitor edema perifer 3. Perpindahan cairan pada jaringan sebagai akibat
Kriteria Hasil : retensi natrium dan air, penurunan albumin, dan
NOC penurunan ADH
Fungsi Ginjal (0504)
1. Urine output selama 4. Monitor hasil laboratorium yang relevan 4. Indikator adanya kelainan metabolisme cairan
8 jam dengan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Keseimbangan 5. Jaga pemantauan intake dan output yang 5. Untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan
intake dan output akurat pengganti cairan dan penurunan kelebihan
selama 24 jam
3. Warna urine 6. Timbang berat badan harian dan pantau 6. Untuk mengetahui perubahan berat badan
4. Peningkatan BUN gejala selama perawatan
5. Peningkatan
kreatinin 7. Batasi cairan yang sesuai 7. Pembatasan cairan akan menentukan berat
6. Peningkatan sel tubuh ideal, haluaran urin, dan respons terhadap
darah putih terapi.
7. Peningkatan berat 8. Instruksikan pasien dan keluarga mengenai 8. Diet yang tepat penting untuk penyembuhan.
badan alasan untuk batasan cairan seperti yang
8. Hipertensi ditujukan.
32

9. Kelelahan 9. Konsultasikan dengan dokter jika ada tanda 9. Mengetahui indikasi adanya kelainan cairan dan
10. Anemia dan gejala ketidakseimbangan cairan atau elektrolit agar segera ditangani
11. Edema elektrolit

Kriteria Skor 10. Kolaborasi tindakan dialisis dengan tim 10. Melakukan dialisa untuk mengurangi kelebihan
(1) Berat medis cairan pada pasien
(2) Cukup Berat 11. Kolaborasi Pemberian diuresis 11. Diuresis membantu pengeluaran cairan tubuh
(3) Sedang
(4) Ringan 12. Pantau kadar serum elektrolit yang 12. Indikator adanya kelainan metabolisme cairan
(5) Tidak ada abnormal, seperti yang tersedia dan elektrolit
13. Pantau tanda dan gejala overhidrasi yang 13. Untuk mengetahui tanda klinis dari gejala yang
NOC memburuk atau dehidrasi dialami pasien
Akses Hemodialisis 14. Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan 14. Mengetahui indikasi adanya kelainan cairan dan
(1105) gejala ketidakseimbangan cairan elektrolit agar segera ditangani
1. Drainase pada akses dan/elektrolit menetap atau memburuk.
dialisis Terapi Hemodialisa
2. Hematoma pada 15. Jelaskan Prosedur hemodialisa dan 15. Untuk menambah pengetahuan klien tentang
akses dialisis tujuannya tujuan prosedur hemodialisa
3. Perdarahan pada
akses dialisis 16. Ajarkan pasien untuk memantau sendiri 16. Mendorong klien untuk mengungkapkan respon
4. Edema perifer distal tanda dan gejala yang mengindikasikan verbal dan nonverbal selama perawatan
perlunya perawatan medis
Kriteria Skor
17. Monitor tekanan darah, denyut nadi, 17. Sebagai indikator untuk mengetahui dengan
(1) Berat
pernapasan, suhu, dan respon pasien selama cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.
(2) Cukup Berat
dialisis
(3) Sedang
(4) Ringan 18. Berkolaborasi dengan pasien untuk 18. Diet yang tepat penting untuk penyembuhan.
(5) Tidak ada menyesuaikan pengaturan diet, pembatasan
cairan dan obat-obatan
19. Berkolaborasi dengan pasien untuk 19. Mendorong klien untuk dapat meringankan
meringankan ketidaknyamanan akibat efek ketidaknyamanan
samping penyakit dan pengobatan
33

2.3.4 Implementasi

1. Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama

dan sesuadah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru.

2. Keterampilan yang Dibutuhkan dalam Pelaksanaan

1) Keterampilan Kognitif

2) Keterampilan Interpersonal

3) Keterampilan Psikomotor

3. Tahap – tahap dalam Pelaksanaan

1) Tahap Persiapan

a. Review rencana tindakan keperawatan.

b. Analisis pengetahuan dan keterampilan.

c. Antisipasi komplikasi yang timbul.

d. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.

e. Mengidentifikasi aspek aspek hukum dan etik.

f. Memerhatikan hak – hak pasien

2) Tahap Pelaksanaan

a. Berfokus pada klien.

b. Berorientasi pada tujuan dan kriteria hasil.

c. Memperhatiakan keamanan fisik dan psikologis klien.

d. Kompeten.
34

3) Tahap Sesudah Pelaksanaan

a. Menilai keberhasilan .

b. Mendokumentasikan tindakan, yang meliputi :

1. Aktivitas perawat

2. Hasil atau respon klien

3. Tanggal / Jam, nomer diagnosis keperawatan, tanda

tangan.

Contoh format pelaksanaan tindakan keperawatan :

Tabel 2.4 Contoh format pelaksanaan tindakan keperawatan

No. Diagnosis Tanggal / Jam Tindakan Tanda Tangan

2.3.5 Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien ( hasil yang diamati ) dengan tujuan dan kriteria hasil

yang dibuat pada tahap perencaan.

2. Tujuan Evaluasi

1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan.

2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan.

3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan.


35

3. Macam Evaluasi

1) Evaluasi Proses ( Formatif )

a. Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.

b. Berorientasi pada etiologi.

c. Dilakukan secara terus – menerus sampai tujuan yang telah

ditentukan tercapai.

Komponen SOAP / SOAPIER

1. S : Data Subjektif

Perawat menuliskan keluhan klien yang masih dirasakan setelah

dilakukan tindakan keperawatan

2. O : Data Objektif

Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran hasil

pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien, dan

yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan

3. A : Analisis

Interpretasi dari data sujektif dan data objektif. Analisis merupakan

suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau

juga dapat dituliskan masalah / diagnosis baru yang terjadi akibat

perubahan status kesehatan klien yang telah terindetifikasi datanya

dalam data subjektif dan objektif.

4. P : Planning

Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan,

dimodifikasi atau ditambahkan dari rencana tindakan

keperawatanyang telah ditentukan sebelumnya.


36

5. I : Implementasi

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan

sesuai dengan instruksi yang telah terindentifikasi dalam komponen P

( Perencanaan ).

6. E : Evaluasi

Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

7. R : Reassesment

Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan

terhadap perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari

rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan.

(Rohmah & Walid. 2014)

2) Evaluasi Hasil ( Sumatif )

a. Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan

secara paripurna.

b. Berorientasi pada masalah keperawatan.

c. Menjelaskan keberhasilan / ketidakberhasilan.

d. Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai

dengan kerangka waktu yang ditetapkan.


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penulisan

Studi kasus dalam karya tulis ini adalah untuk mengeksplorasi masalah

asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Gagal ginjal kronik dengan

Kelebihan volume cairan di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah asuhan keperawatan pada

klien Ny.S yang mengalami Gagal ginjal kronik dengan Kelebihan volume cairan

di RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso.

3.3 Partisipan

Partisipan dalam penyusunan studi kasus ini adalah klien Ny.S dengan

Gagal Ginjal Kronik.

3.4 Lokasi dan Waktu

Pada studi kasus ini dilakukan asuhan keperawatan pada klien yang

mengalami Gagal ginjal kronik dengan Kelebihan volume cairan di RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso selama 7 hari.

3.5 Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan

1. Wawancara ( hasil anamnesa berita tentang identitas klien. Keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang – dahulu – dan lain-lain ). Sumber data dari

klien, keluarga dan perawat lainnya

37
38

2. Observasi dan pemeriksaan fisik ( dengan pendekatan IPPA inpeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi ) pada sistem tubuh klien

3. Studi dukumentasi dan angket ( hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data

lain yang revelan ).

Pengumpulan data dalam studi kasus “Asuhan Keperawatan Klien yang

Mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di RSU dr. H.

Koesnadi Bondowoso”

a) Persiapan (Administratif)

Pengambilan data kunjungan penderita Gagal Ginjal Kronik di RSU

dr. H. Koesnadi Bondowoso dimulai dari pengiriman surat Permohonan ijin

pengambilan data ke Pengembangan RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

(Lampiran 4), lalu Rekomendasi pengambilan data dari Pengembangan ke

Rekam Medik dan Kepala Paviliun Bougenvile RSU dr. H. Koesnadi

Bondowoso (Lampiran 5).

b) Pelaksanaan pengambilan data Klien Gout Arthritis

Yang pertama Wawancara yang meliputi wawancara identitas,

keluhan, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dll, dengan

menggunakan format pengkajian Asuhan keperawatan medikal bedah yang di

tetapkan (Rohmah, 2014). Dilanjutkan obervasi dan pemeriksaan fisik

dengan pendekatan IPPA inpeksi, palpasi, perkusi, auskultasi ) pada sistem

tubuh klien. Setelah itu lakukan Studi Dokumentasi (Hasil dari pemeriksaan

diagnostik).

Setelah mengumpulkan data dan menemukan masalah kemudian

merumuskan diagnosa keperawatan (Heather, 2015). Setelah menetapkan


39

diagnosa keperawatan kemudian melakukan penyusunan intervensi

keperawatan dengan NIC (Nursing Intervention Classification) (Bulecheck,

2013) dan melaksanankan Implementasi dengan Kriteria Hasil atau patokan

Outcome dari NOC (Nursing Outcome Classification) (Moorhead, 2013) dan

di evaluasi secara sumatif ataupun formatif. (Rohmah, 2014)

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/nformasi

yang di peroleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping

intergritas penuliis ( karena penulis menjadi instrument utama ), uji keabsahan

data dilakukan yaitu dengan : 1) memperpanjang waktu pengamatan / tindakan

dan 2) sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data

utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti.

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan penulis di lapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutkan membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya di tuangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil intrepetasi

wawancara mendalam yang akan di lakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Teknis analisis digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diitrepretasikan dan

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam

intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :


40

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Hasil di tulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk

transkrip ( catatan terstruktur )

2. Mereduksi data

Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan

satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif dan

obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian

dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan dan teks

naratif. Kerahasian klien dijaga dengan mengaburkan identitas dari klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajiakan, kemudian data dibahas dan di bandingkan dengan

hasil-hasil penulisan terdahulu dan secara teontis dengan perilaku kesehatan.

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara indikasi. Data yang dikumpulkan

terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

3.8 Etika Penulisan

Dicantumkan etika yang mendasar penyusunan studi kasus, terdiri dari :

1. Informed consent ( persetujuan menjadi klien )

Informed consent diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti

memberi penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian pada responden,

jika responden bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan dan


41

apabila responden menolak, peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghormati haknya.

2. Anonymity ( tanpa nama )

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang didapat untuk

disembunyikan yaitu bisa dengan tanpa nama atau inisial ( Nursalam, 2008 )

3. Confidentiality ( kerahasian )

Subjek berhak untuk meminta bahwa data yang diberikan untuk

dirahasiakan ( Nursalam, 2008 )


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran lokasi pengambilan data

Lokasi pengambilan data studi kasus Asuhan Keperawatan pada klien

Gagal ginjal kronik dengan kelebihan volume cairan bertempat di RSU dr. H.

Koesnadi yang beralamat di Jalan KIS Mangunsarkoro Tamansari Bondowoso, di

Ruang rawat inap Bougenville. Ruangan tersebut memilik 3 Kelas pelayanan yaitu

kelas 1, 2, dan 3 Serta ruang paru. Di ruangan Bougenville kelas 3 terdapat 23

tempat tidur pasien, dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu, ruangan perempuan

terdiri dari 9 buah tempat tidur, ruangan laki-laki terdiri dari 10 buah tempat tidur,

dan terdapat ruangan khusus yaitu ruang paru-paru untuk pasien dengan penyakit

infeksi paru, ruangan tersebut terdiri dari 4 buah tempat tidur. Klien menempati

tempat tidur nomer 5 yaitu di ruang rawat inap perempuan posisi pojok kanan

ruangan.

4.1.2 Pengkajian

1. Identitas

1. Nama : Ny. S

2. Umur : 49 tahun

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Status : Menikah

5. Agama : Islam

6. Suku/bangsa : Madura/Indonesia

42
43

7. Bahasa : Indonesia

8. Pendidikan : Tamat SD

9. Pekerjaan : Wiraswasta

10. Alamat dan no. Telp : Jl. KIS Mangunsarkoro, Tamansari

11. Penanggung jawab : Keluarga klien

2. Riwayat sakit dan kesehatan

1. Keluhan utama:

Sesak

2. Riwayat penyakit sekarang:

Klien mengatakan pada tanggal 24 Agustus 2018 klien mengalami pingsan

dan badan mengalami bengkak terutama pada tangan dan kaki, kemudian

klien dibawa oleh keluarga ke IGD RSU Koesnadi Bondowoso, klien

mendapat terapi oksigen dan dilakukan tindakan pemasangan kateter

urine. Kemudian klien dirawat inap ke Ruang Bougenville kelas 3, klien

mengeluh masih sesak dan perutnya terasa mual.

3. Riwayat penyakit dahulu:

Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi,

diabetes mellitus

4. Riwayat kesehatan keluarga:

Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit seperti hipertensi

dan diabetes mellitus. Serta tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat

penyakit menular.
44

5. Susunan keluarga (genogram):

x X x

x x

Keterangan: = Laki laki

= Perempuan

= Laki laki meninggal


x
= Perempuan meninggal

= Garis pernikahan

= Garis keturunan

= Garis serumah

= Klien dengan umur

6. Riwayat alergi:

Klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan,

obat obatan, dan lainnya.


45

3. Pola fungsi kesehatan

A. Persepsi terhadap kesehatan (keyakinan terhadap kesehatan dan sakitnya)

Klien mengatakan jika sakit klien hanya membeli obat obatan

warung dan jika sakitnya tidak kunjung sembuh klien segera periksa ke

pelayanan kesehatan terdekat (bidan/pelayanan kesehatan lainnya). Klien

mempunyai kebiasaan minum minuman bersoda dan minuman kemasan

lain saat ia merasa haus.

B. Pola aktivitas dan latihan

I. kemampuan perawatan diri

4.1 Tabel kemampuan perawatan diri


SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4

Mandi √ √

Berpakaian/berdandan √ √

Eliminasi/toileting √ √

Mobilitas di tempat tidur √ √

Berpindah √ √

Berjalan √ √

Naik tangga √ √

Berbelanja √ √

Memasak √ √

Pemeliharaan rumah √ √

Skor: 0 = dibantu. 1 = alat bantu. 2 = dibantu orang lain. 3 =

dibantu orang lain dan alat. 4 = tergantung/tidak mampu

II. kebersihan diri

Di rumah Di rumah sakit


46

Mandi : 3x/hari Mandi : 1x/hari

Gogok gigi : 2x/hari Gogok gigi : Oral hygiene

Keramas : 3x/hari Keramas :-

Potong kuku : jika panjang Potong kuku : jika panjang

III. Aktivitas sehari-hari

Aktivitas sehari-hari klien adalah bekerja sebagai wiraswasta

IV. Rekreasi

Keluarga klien mengatakan klien jarang rekreasi karena setiap hari

bekerja

V. Olahraga:

Keluarga klien mengatakan klien jarang olahraga

C. Pola istirahat dan tidur

Di rumah Di rumah sakit

Waktu tidur: Siang : 1 jam Waktu tidur: Siang: 1 jam

Malam : 7-8 jam Malam: 4-5 jam

Jumlah jam tidur: ±8 jam Jumlah jam tidur: ±6 jam

Masalah di RS: Klien mengalami kesulitan untuk memulai tidur

D. Pola nutrisi-metabolik

I. Pola makan

Di rumah

Frekuensi : 3x/hari

Jenis : nasi nasi, lauk, sayur, tempe

Porsi : 1 porsi habis

Pantangan : tidak ada


47

Makanan disukai : nasi pecel

Di rumah sakit

Frekuensi : 3x/hari

Jenis : bubur kasar, sayur, tempe

Porsi : ½ porsi habis

Diit khusus : diit dari ahli gizi

II. Pola minum

Di rumah

Frekuensi : ±6x/hari

Jenis : air putih, minuman bersoda

Jumlah : ±1200 ml

Pantangan :-

Minuman disukai : minuman bersoda

Di rumah sakit

Frekuensi : 3gelas/hari

Jenis : Air putih

Jumlah : ±300 ml

E. Pola eliminasi

I. Buang air besar

Di rumah

Frekuensi : 1x/hari

Konsistensi : lunak berbentuk

Warna : kuning kecoklatan


48

Di rumah sakit

Frekuensi :-

Konsistensi :-

Warna :-

II. Buang air kecil

Di rumah

Frekuensi : 4x/hari

Konsistensi : cair

Warna : kuning jernih

Di rumah sakit

Selama berada di rumah sakit klien terpasang dower cateter dengan

produksi urine perhari ±200cc/hari dengan warna urine seperti teh

F. Pola kognitif perseptual

Di rumah

Berbicara : normal

Bahasa sehari-hari : Bahasa Indonesia

Kemampuan membaca : bisa

Tingkat ansietas : ringan

Kemampuan interaksi : sesuai

Di rumah sakit

Berbicara : normal

Bahasa sehari-hari : Bahasa Indonesia

Kemampuan membaca : bisa

Tingkat ansietas : sedang


49

Kemampuan interaksi : sesuai

G. Pola konsep diri:

Citra tubuh : klien mengatakan lebih senang saat kondisi sehat

Ideal diri : klien ingin bekerja seperti biasa

Harga diri : klien merasa tidak puas dengan kondisinya saat ini

Peran diri : klien sebagai wiraswasta, ibu dan istri dalam keluarganya

Identitas diri : klien berjenis kelamin perempuan

H. Pola koping : Klien mengatakan tidak mempunyai masalah selama di

Rumah sakit terkait biaya dan perawatan. Klien mengatakan ia akan

mengikuti anjuran dari rumah sakit asal ia bisa sembuh.

I. Pola seksual-reproduksi : tidak terkaji

J. Pola peran – hubungan

Pekerjaan : wiraswasta

Kualitas bekerja : baik

Hubungan dengan orang lain : baik

Sistem pendukung : keluarga

K. Pola nilai – kepercayaan

Agama : islam

Pelaksanaan ibadah : rutin sholat 5 waktu

Meminta kunjungan rohaniawan : ya

4. Pengkajian persistem (review of system)

A. Tanda tanda vital

Suhu : 36,2ºC

Nadi : 88X/menit
50

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Frekuensi nafas : 26x/menit

Spo2 : 98%

Kesadaran : Komposmentis

GCS : E = 4, V = 5, M = 6

BB sebelum MRS : 61kg

BB saat MRS : 64kg

B. Kepala

Inspeksi : tidak ada luka dan lesi, warna rabut tidak merata (hitam dan

putih/beruban), penyebaran rambut merata.

Palpasi : tidak benjolan, tidak ada oedem

C. Mata

Inspeksi : Mata simetris kanan kiri, sklera tidak ikterik, konjungtiva

anemis, refleks pupil +/+, daya penglihatan normal

Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada oedem.

D. Telinga

Inspeksi : Kedua telinga simetris, tidak ada lesi dan luka, tidak ada cacat

bersih dan tidak ada serumen, daya pendengaran normal

Palpasi : Tidak ada oedem, tidak ada benjolan

E. Hidung

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sekret di hidung, tidak ada lesi,

terpasang o2 nasal 4lpm

Palpasi : Tidak ada benjolan dan oedem


51

F. Mulut

Inspeksi : Bibir pucat, mukosa bibir kering, tidak ada perdarahan gusi, gigi

lengkap, tidak ada karies gigi.

Palpasi : tidak ada oedem, tidak ada benjolan

G. Leher

Inspeksi : Bentuk leher simetris, tidak ada lesi

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak terjadi kaku kuduk,

tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

H. Dada

1. Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba di ics 4 dan 5

Perkusi : Bunyi perkusi jantung pekak

Aauskultasi : Bunyi jantungs s1-s2 tunggal, tidak ada bunyi jantung

tambahan

2. paru

Inspeksi : Paru kanan dan kiri simetris, tidak ada penggunaan otot bantu

nafas, terdapat retraksi intercosta. RR 26x/menit

Palpasi : Pengembangan paru simetris kanan kiri

Perkusi : bunyi perkusi paru sonor

Auskultasi : Vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan

I. Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen datar, tidak ada lesi dan luka, tidak ada spider

navy.tidak ascites.
52

Auskultasi : Bising usus 8x/menit

Perkusi : Bunyi perkusi timpani

Palpai : Tidak terjadi distensi abdomen, tidak ada benjolan dan oedem

J. Urogenital

Inspeksi : Terpasang selang kateter, tidak ada lesi, anus bersih dan tidak

ada lesi, klien menggunakan pampers.

Palpasi : Tidak ada oedem dan benjolan

K. Ekstremitas

1. Ekstemitas atas

Inspeksi : Tangan kanan dan kiri oedem, tidak ada lesi, tidak ada cacat,

terpasang iv plug di tangan kanan.

Palpasi : Terdapat oedem, pitting oedem 4+ (waktu kembali 10 detik),

kekuatan otot 4/4.

2. Ekstremitas bawah

Inspeksi : Kaki kanan dan kiri oedem, tidak ada lesi, tidak ada cacat.

Palpasi : Terdapat oedem, pitting oedem 4+ (waktu kembali 10 detik),

kekuatan otot 4/4.

L. Kulit dan kuku

Inspeksi : Warna kulit merata sawo matang, tidak ada lesi.

Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada oedem, CRT <2 detik.

5. Pemeriksaan penunjang

a. Laboratorim

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 24 agustus 2018

Hb = 11,8 14-1 12-15


53

Leukosit 13. 00’/mm 4000 – 10.000)

Hematokrit = 34 % (N=P: 40-70 W:37-48%)

Trombosit = 332.000 /mm 150.000-400.000 /mm

Gula darah sewaktu = 152 mgr%

SGOT = 18 mgr% (N=P:37 W:31 mgr%)

SGPT = 8 u/l (N=P:42 W:32 u/l)

Kreatinin = 20,16 mgr% (N=P:0,6-1,1 W:0,5-0,9 mgr%)

Urea = 306 mgr% (N=10-50 mgr%)

Natrium = 146 mmol/L (N=135-155 mmol/L)

Kalium = 6,4 mmol/L (N=3,6-5,5 mmol/L)

Chlorida = 114 mmol/L (N=98-106 mmol/L)

b. Hasil pemeriksaan Foto Thorax

Hasil pemeriksaan tanggal 27 Agustus 2018 =

- Tampak opasitas ground glass memenuhi hemithorax dextra

- Tampak pelebaran pleural dextra

- Kedua diafragma licin, mendatar

- Cor, CTR<0,56 posisi deviated ke sinistra

- Sistema tulang yang tervisualisasi intak

Kesan :

- Effusi pleura dextra

- Besar Cor dalam batas normal

- Tampak terpasang CVC melintas di proyeksi sub clavicula dextra

dengan tip di proyeksi corpus Vth 7


54

6. Terapi

a. Injeksi : Furosemid 3x20mg

Ondancentron 3x4mg

Omeprazole 2x40mg

Santagesik 3x500mg

Levovlaxine 1x750mg
55

4.1.3 Analisa data

Tabel 4.2 Analisa data


Analisa data Etiologi Masalah
S: Klien mengatakan bengkak Gaya Hidup Kelebihan Volume
pada anggota tubuh terutama Cairan
pada bagian tangan dan kaki
Tertimbun di ginjal
O:
1. Tampak oedem pada tangan
dan kaki Kerusakan
2. Pitting oedema 4+ glomerolus
3. Terpasang CVC di sub
clavicula dextra
4. Hb = 11,8 g% Filtrasi glomerulus
Leukosit 13. 00’/mm menurun
Kreatinin = 20,16 mgr%
Urea = 306 mgr%
Natrium = 146 mmol/L Kerusakan nefron
Kalium = 6,4 mmol/L
Chlorida = 114 mmol/L
5. BB SMRS 61kg GFR menurun
BB MRS 64kg
6. Balance Cairan
Intake Penurunan fungsi
- Makan/minum : 360cc ginjal
- Inj furosemide : 2cc
- Inj ondansenton : 15cc
- Inj santagesik : 24cc Retensi Na, H2O
- Inj levofloxacin : 100cc
- Air metabolisme : 13cc
Total : 514cc Edema
Output
- Urine : 250cc
- IWL : 40cc
- Muntah : -
Total : 290cc
BC = Intake-output
514cc-290cc= 224cc
7. TTV
TD : 130/80 mmHg
S : 36,2oC
N : 88x/menit
RR : 26x/menit

4.1.4 diagnosa keperawatan


Tabel 4.3 Diagnosa Keperawatan
Klien Diagnosa keperawatan

Ny.S Kelebihan Volume Cairan


56

4.1.5 Intervensi keperawatan

Tabel 4.4 Intervensi keperawatan


Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
keperawatan hasil

Kelebihan Tujuan : Manajemen Elektrolit/Cairan


Volume Cairan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor tanda – tanda vital
keperawatan selama 7x24 2. Monitor suara paru yang abnormal
jam diharapkan masalah 3. Monitor edema perifer
kelebihan volume cairan 4. Monitor hasil laboratorium yang relevan
dapat teratasi dengan keseimbangan cairan
5. Jaga pemantauan intake dan output yang
Kriteria Hasil : akurat
NOC 6. Timbang berat badan harian dan pantau
Fungsi Ginjal (0504) gejala
1. Urine output selama 8 7. Batasi cairan yang sesuai
jam (5) 8. Instruksikan pasien dan keluarga
2. Keseimbangan intake mengenai alasan untuk batasan cairan
dan output selama 24 seperti yang ditujukan.
jam (5) 9. Konsultasikan dengan dokter jika ada
3. Warna urine (5) tanda dan gejala ketidakseimbangan
4. Peningkatan BUN (5) cairan atau elektrolit
5. Peningkatan kreatinin 10. Kolaborasi tindakan dialisis dengan tim
(5) medis
6. Peningkatan sel darah 11. Kolaborasi Pemberian diuresis
putih (5) 12. Pantau kadar serum elektrolit yang
7. Peningkatan berat badan abnormal, seperti yang tersedia
(5) 13. Pantau tanda dan gejala overhidrasi
8. Hipertensi (5) yang memburuk atau dehidrasi
9. Kelelahan (5) 14. Konsultasikan dengan dokter jika tanda
10. Anemia (5) dan gejala ketidakseimbangan cairan
11. Edema (5) dan/elektrolit menetap atau memburuk.
Kriteria Skor
(1) Berat
Terapi Hemodialisa
(2) Cukup Berat
(3) Sedang 15. Jelaskan Prosedur hemodialisa dan
(4) Ringan tujuannya
(5) Tidak ada 16. Ajarkan pasien untuk memantau sendiri
tanda dan gejala yang mengindikasikan
NOC perlunya perawatan medis
Akses Hemodialisis (1105) 17. Monitor tekanan darah, denyut nadi,
1. Drainase pada akses pernapasan, suhu, dan respon pasien
dialisis (5) selama dialisis
2. Hematoma pada akses 18. Berkolaborasi dengan pasien untuk
dialisis (5) menyesuaikan pengaturan diet,
3. Perdarahan pada akses pembatasan cairan dan obat-obatan
dialisis (5) 19. Berkolaborasi dengan pasien untuk
4. Edema perifer distal (5) meringankan ketidaknyamanan akibat
Kriteria Skor efek samping penyakit dan pengobatan
(1) Berat
(2) Cukup Berat
(3) Sedang
(4) Ringan
(5) Tidak ada
57

4.1.6 Implementasi keperawatan dan evaluasi

Tabel 4.5 Implementasi keperawatan hari ke 1

Hari ke 1, tanggal 3 September 2018


Jam Tindakan Jam Evaluasi
08:30 1. Kolaborasi pemberian obat injeksi dan diuresis 18:00 S: Klien mengatakan bengkak pada anggota tubuh
Respon/hasil: Injeksi Furosemid, Ondancentron, terutama pada bagian tangan dan kaki, klien mengeluh
santagesik lemas (3)
08:35 2. Memberikan terapi oksigen
Respon/hasil : Terpasang o2 nasal 4lpm O:
08:37 3. Memberikan posisi semi fowler 1. Tampak oedem pada tangan dan kaki (2)
Respon/hasil : Klien merasa lebih nyaman 2. Pitting oedema 4+ (1)
10:00 4. Mengkaji tanda tanda vital 3. Terpasang CVC di sub clavicula dextra
Respon/hasil: 4. Hb = 11,8 g% (5)
S : 36,2º C Leukosit 13. 00’/mm (3)
N : 88X/menit Kreatinin = 20,16 mgr% (1)
TD : 130/80 mmHg Urea = 306 mgr% (1)
RR : 26x/menit Natrium = 146 mmol/L (5)
10:05 5. Memonitor edema perifer Kalium = 6,4 mmol/L
Respon/hasil: Tangan dan kaki terdapat oedem dengan Chlorida = 114 mmol/L
pitting edema 4+ 5. BB SMRS 61kg
10:10 6. Memonitor suara paru abnormal BB MRS 64kg (1)
Respon/hasil: Auskultasi paru klien tidak terdapat suara 6. Balance Cairan (24 jam)
nafas tambahan Intake
11:12 7. Menimbang berat badan - Makan/minum : 360cc
Respon/hasil: Berat badan klien 64kg - Inj furosemide : 2cc
10:15 8. Menganjurkan klien untuk membatasi cairan yang sesuai - Inj ondansenton : 15cc
Respon/hasil: Klien dan keluarga mengerti untuk - Inj santagesik : 24cc
membatasi asupan minum maksimal 3gelas/hari - Inj levofloxacin : 100cc
12:30 9. Memantau kadar serum elektrolit yang abnormal - Air metabolisme : 13cc
es o / si 11 e ti i 20 16 m Total : 514cc
58

Urea = 306 mgr%, Natrium = 146 mmol/L , Kalium = 6,4 Output


mmol/L Chlorida = 114 mmol/L - Urine : 250cc (2)
- IWL : 40cc
- Muntah : -
Total : 290cc
BC = Intake-output
514cc-290cc= 224cc (3)
7. Warna urine kemerahan (3)
8. TTV
TD : 140/80 mmHg (4)
S : 36,6oC
N : 90x/menit
RR : 24x/menit
Terpasang o2 nasal 4lpm
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
59

Tabel 4.7 Implementasi keperawatan hari ke 2


Hari ke 2, tanggal 4 September 2018
Jam Tindakan Jam Evaluasi
08:00 1. Kolaborasi pemberian obat injeksi dan diuresis 15:00 S: Klien mengatakan bengkak pada tangan dan kaki
Respon/hasil: Injeksi Furosemid, Ondancentron, berkurang namun sesak masih dirasakan dan merasa
santagesik, levofloxacin lebih baik setelah HD (4)
09:00 2. Memantau intake dan output yang akurat
Respon/hasil: menghitung masukan cairan dan keluaran O:
cairan klien selama 24 jam 1. Tampak oedem pada tangan dan kaki (2)
09:30 3. Menimbang berat badan 2. Pitting oedema 3+ (2)
Respon/hasil: Berat badan klien 64kg 3. Terpasang CVC di sub clavicula dextra
10:30 4. Mengkaji tanda tanda vital. 4. Hb = 11,8 g% (5)
Respon/hasil: Leukosit 13. 00’/mm (3)
S: 37,5º C Kreatinin = 20,16 mgr% (1)
N: 90X/menit Urea = 306 mgr% (1)
TD: 150/90 mmHg Natrium = 146 mmol/L (5)
RR: 24x/menit Kalium = 6,4 mmol/L
10:40 5. Memonitor edema perifer Chlorida = 114 mmol/L
Respon/hasil: Tangan dan kaki terdapat oedem dengan 5. BB setelah HD 61kg (4)
10:45 pitting edema 4+ 6. Balance Cairan (24 jam)
6. Menganjurkan klien untuk membatasi cairan yang sesuai Intake
Respon/hasil: Klien dan keluarga mengerti untuk - Makan/minum : 300cc
membatasi asupan minum maksimal 3gelas/hari - Inj furosemide : 2cc
10:50 7. Menjelaskan prosedur hemodialisa dan tujuannya - Inj ondansenton : 15cc
Respon/hasil: Klien mengerti tujuan dilakukan - Inj santagesik : 24cc
hemodialisa - Inj levofloxacin : 100cc
11:00 8. Kolaborasi tindakan dialisis dengan tim medis - Air metabolisme : 12,7cc
Respon/hasil: Klien dijadwalkan melakukan hemodialisa Total : 453,7cc
13.00 9. Mengajarkan pasien untuk memantau sendiri tanda dan Output
gejala yang mengindikasikan perlunya perawatan medis - Urine : 250cc (2)
Respon/hasil : Klien kooperatif - IWL : 38cc
- Muntah : -
60

Total : 288cc
BC = Intake-output
453,7cc-288cc= 165,7cc (2)
7. Warna urine kemerahan (3)
8. TTV
TD : 140/80 mmHg (4)
S : 36,8oC
N : 90x/menit
RR : 24x/menit
Terpasang o2 nasal 4lpm
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
61

Tabel 4.7 Implementasi keperawatan hari ke 3


Hari ke 3, tanggal 5 September 2018
Jam Tindakan Jam Evaluasi
08.00 1. Kolaborasi pemberian obat injeksi dan diuresis 18:00 S: Klien mengatakan bengkak pada anggota tubuh
Respon/hasil: Injeksi Furosemid, Ondancentron, terutama pada bagian tangan dan kaki namun sudah
santagesik, levofloxacin berkurang dan klien mengeluh lemas (3)
09:45 2. Memantau tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk
Respon/hasil: klien tampak gelisah karena sesak dan O:
bengkaknya masih terasa 1. Tampak oedem pada tangan dan kaki (3)
09:50 3. Memonitor edema perifer 2. Pitting oedema 4+ (1)
Respon/hasil: Tangan dan kaki terdapat oedem dengan 3. Terpasang CVC di sub clavicula dextra
pitting edema 4+ 4. Hb = 11,8 g% (5)
09:50 4. Memantau intake dan output yang akurat Leukosit 13. 00’/mm (3)
Respon/hasil: menghitung masukan cairan dan keluaran Kreatinin = 20,16 mgr% (1)
cairan klien selama 24 jam Urea = 306 mgr% (1)
09:55 5. Menimbang berat badan Natrium = 146 mmol/L (5)
Respon/hasil: Berat badan klien 60kg Kalium = 6,4 mmol/L
10:00 6. Menganjurkan klien untuk membatasi cairan yang sesuai Chlorida = 114 mmol/L
Respon/hasil: Klien dan keluarga mengerti untuk 5. BB 60kg (3)
membatasi asupan minum maksimal 3gelas/hari 6. Balance Cairan (24 jam)
12:00 7. Mengkaji tanda tanda vital Intake
Respon/hasil: - Makan/minum : 300cc
S : 36,2º C - Inj furosemide : 2cc
N : 88X/menit - Inj ondansenton : 15cc
TD : 130/80 mmHg - Inj santagesik : 24cc
RR : 26x/menit - Inj levofloxacin : 100cc
- Air metabolisme : 12,5cc
Total : 453,5cc
Output
- Urine : 160cc (2)
- IWL : 37,5cc
- Muntah : -
Total : 197,5cc
62

BC = Intake-output
453,5cc-197,5cc= 256cc (3)
7. Warna urine kemerahan (3)
8. TTV
TD : 150/90 mmHg (3)
S : 36,8oC
N : 90x/menit
RR : 26x/menit
Terpasang o2 nasal 4lpm
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
63

Tabel 4.7 Implementasi keperawatan hari ke 4


Hari ke 4, tanggal 6 September 2018
Jam Tindakan Jam Evaluasi
08.00 1. Kolaborasi pemberian obat injeksi dan diuresis 18:00 S: Klien mengatakan bengkak pada tangan kanan dan
Respon/hasil: Injeksi Furosemid, Ondancentron, pada kaki sudah tidak bengkak dan klien merasa lemas
santagesik, levofloxacin (3)
09:15 2. Memonitor edema perifer
Respon/hasil: Tangan kanan terdapat oedem dengan O:
+
pitting edema 4 1. Tampak oedem pada tangan kanan (3)
09:20 3. Memantau tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk 2. Pitting oedema 4+ (1)
Respon/hasil: klien tampak gelisah karena sesak dan 3. Terpasang CVC di sub clavicula dextra
bengkaknya masih terasa 4. Hb = 11,8 g% (5)
10:30 4. Menimbang berat badan Leukosit 13. 00’/mm (3)
Respon/hasil: Berat badan klien 61kg Kreatinin = 20,16 mgr% (1)
10:35 5. Memantau intake dan output yang akurat Urea = 306 mgr% (1)
Respon/hasil: menghitung masukan cairan dan keluaran Natrium = 146 mmol/L (5)
cairan klien selama 24 jam Kalium = 6,4 mmol/L
11:00 6. Menganjurkan klien untuk membatasi cairan yang sesuai Chlorida = 114 mmol/L
Respon/hasil: Klien dan keluarga mengerti untuk 5. BB 60kg (3)
membatasi asupan minum maksimal 3gelas/hari 6. Balance Cairan (24 jam)
12:20 7. Mengkaji tanda tanda vital Intake
Respon/hasil: - Makan/minum : 240cc
S : 36,2º C - Inj furosemide : 2cc
N : 88X/menit - Inj ondansenton : 15cc
TD : 130/80 mmHg - Inj santagesik : 24cc
RR : 26x/menit - Inj levofloxacin : 100cc
- Air metabolisme : 12,5cc
Total : 395,5cc
Output
- Urine : 180cc (2)
- IWL : 37,5cc
- Muntah : -
Total : 217,5cc
64

BC = Intake-output
395,5cc - 217,5cc = 178cc (2)
7. Warna urine kemerahan (3)
8. TTV
TD : 130/80 mmHg (4)
S : 36,8oC
N : 90x/menit
RR : 26x/menit
Terpasang o2 nasal 4lpm
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
65

Tabel 4.7 Implementasi keperawatan hari ke 5


Hari ke 5, tanggal 7 September 2018
Jam Tindakan Jam Evaluasi
08.00 1. Kolaborasi pemberian obat injeksi dan diuresis 18:00 S: Klien mengatakan bengkak pada tangan kanan dan
Respon/hasil: Injeksi Furosemid, Ondancentron, sesak masih dirasakan bertambah berat (2)
santagesik, levofloxacin
09:45 2. Memantau tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk O:
Respon/hasil: klien tampak gelisah karena sesak dan 1. Tampak oedem pada tangan kanan (2)
bengkak pada lengan sampai tangan kanan 2. Pitting oedema 4+ (1)
09:50 3. Memonitor edema perifer 3. Terpasang CVC di sub clavicula dextra
Respon/hasil: Tangan kanan terdapat oedem dengan 4. Hb = 11,8 g% (5)
pitting edema 4+ Leukosit 13. 00’/mm (3)
09:50 4. Menimbang berat badan Kreatinin = 20,16 mgr% (1)
Respon/hasil: Berat badan klien 60kg Urea = 306 mgr% (1)
09:55 5. Memantau intake dan output yang akurat Natrium = 146 mmol/L (5)
Respon/hasil: menghitung masukan cairan dan keluaran Kalium = 6,4 mmol/L
cairan klien selama 24 jam Chlorida = 114 mmol/L
10:00 6. Menganjurkan klien untuk membatasi cairan yang sesuai 5. BB 60kg (3)
Respon/hasil: Klien dan keluarga mengerti untuk 6. Balance Cairan (24 jam)
membatasi asupan minum maksimal 3gelas/hari Intake
12:00 7. Mengkaji tanda tanda vital - Makan/minum : 200cc
Respon/hasil: - Inj furosemide : 2cc
S : 36,2º C - Inj ondansenton : 15cc
N : 88X/menit - Inj santagesik : 24cc
TD : 120/80 mmHg - Inj levofloxacin : 100cc
RR : 27x/menit - Air metabolisme : 12,5cc
13.00 8. Kunjungan Dosen pembimbing Total : 353,5cc
Respon/hasil: Triangulasi data dengan klien Output
- Urine : 160cc (2)
- IWL : 37,5cc
- Muntah : -
Total : 197,5cc
BC = Intake-output
66

353,5cc - 197,5cc = 156cc (2)


7. Warna urine kemerahan (3)
8. TTV
TD : 120/80 mmHg (5)
S : 36,8oC
N : 90x/menit
RR : 27x/menit
Terpasang o2 nasal 4lpm
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
67

Tabel 4.7 Implementasi keperawatan hari ke 6


Hari ke 6, tanggal 8 September 2018
Jam Tindakan Jam Evaluasi
08:00 1. Kolaborasi pemberian obat injeksi dan diuresis 15:00 S: Klien mengatakan bengkak pada tangan kanan dan
Respon/hasil: Injeksi Furosemid, Ondancentron, sesak masih dirasakan, klien merasa lebih nyaman
santagesik, levofloxacin setelah HD (3)
09:10 2. Memantau intake dan output yang akurat
Respon/hasil: menghitung masukan cairan dan keluaran O:
cairan klien selama 24 jam 1. Tampak oedem pada tangan kanan (2)
10:30 3. Mengkaji tanda tanda vital. 2. Pitting oedema 4+ (1)
Respon/hasil: 3. Terpasang CVC di sub clavicula dextra
S: 37,5º C 4. Hb = 11,8 g% (5)
N: 90X/menit Leukosit 13. 00’/mm (3)
TD: 150/90 mmHg Kreatinin = 20,16 mgr% (1)
RR: 24x/menit Urea = 306 mgr% (1)
10:35 4. Menimbang berat badan Natrium = 146 mmol/L (5)
Respon/hasil: Berat badan klien 59kg Kalium = 6,4 mmol/L Chlorida = 114 mmol/L
10:40 5. Memonitor edema perifer 5. BB setelah HD 58kg (3)
Respon/hasil: Tangan dan kaki terdapat oedem dengan 6. Balance Cairan (24 jam)
pitting edema 4+ Intake
10:45 6. Menganjurkan klien untuk membatasi cairan yang sesuai - Makan/minum : 180cc
Respon/hasil: Klien dan keluarga mengerti untuk - Inj furosemide : 2cc
membatasi asupan minum maksimal 3gelas/hari - Inj ondansenton : 15cc
10:55 7. Menjelaskan prosedur hemodialisa dan tujuannya - Inj santagesik : 24cc
Respon/hasil: Klien mengerti tujuan dilakukan - Inj levofloxacin : 100cc
hemodialisa - Air metabolisme : 12cc
11:00 8. Kolaborasi tindakan dialysis dengan tim medis Total : 333cc
Respon/hasil: Klien dijadwalkan melakukan hemodialisa Output
- Urine : 140cc (2)
- IWL : 36,2cc
- Muntah : -
Total : 176,2cc
BC = Intake-output
68

333cc – 176,2cc = 156,8cc (2)


7. Warna urine kemerahan (3)
8. TTV
TD : 130/80 mmHg (5)
S : 37oC
N : 92x/menit
RR : 26x/menit
Terpasang o2 nasal 4lpm
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
69

Tabel 4.7 Implementasi keperawatan hari ke 7


Hari ke 7, tanggal 9 September 2018
Jam Tindakan Jam Evaluasi
08.00 1. Kolaborasi pemberian obat injeksi dan diuresis 18:00 S: Klien mengatakan bengkak pada tangan kanan dan
Respon/hasil: Injeksi Furosemid, Ondancentron, sesak masih dirasakan bertambah berat klien merasa
santagesik, levofloxacin cepat lelah (2)
08:35 2. Memantau tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk
Respon/hasil: klien tampak gelisah karena sesak dan O:
bengkak pada lengan sampai tangan kanan 1. Tampak oedem pada tangan kanan (2)
08:40 3. Memonitor edema perifer 2. Pitting oedema 4+ (1)
Respon/hasil: Tangan kanan terdapat oedem dengan 3. Terpasang CVC di sub clavicula dextra
pitting edema 4+ 4. Hb = 11,8 g% (5)
09:50 4. Menimbang berat badan Leukosit 13. 00’/mm (3)
Respon/hasil: Berat badan klien 58kg Kreatinin = 20,16 mgr% (1)
09:55 5. Memantau intake dan output yang akurat Urea = 306 mgr% (1)
Respon/hasil: menghitung masukan cairan dan keluaran Natrium = 146 mmol/L (5)
cairan klien selama 24 jam Kalium = 6,4 mmol/L
10:00 6. Menganjurkan klien untuk membatasi cairan yang sesuai Chlorida = 114 mmol/L
Respon/hasil: Klien dan keluarga mengerti untuk 5. BB 58kg (2)
membatasi asupan minum maksimal 3gelas/hari 6. Balance Cairan (24 jam)
12:00 7. Mengkaji tanda tanda vital Intake
Respon/hasil: - Makan/minum : 200cc
S : 37º C - Inj furosemide : 2cc
N : 96X/menit - Inj ondansenton : 15cc
TD : 130/80 mmHg - Inj santagesik : 24cc
RR : 27x/menit - Inj levofloxacin : 100cc
- Air metabolisme : 12cc
Total : 353cc
Output
- Urine : 130cc (2)
- IWL : 36,25cc
- Muntah : -
Total : 166,25 cc
70

BC = Intake-output
353cc - 166,25cc = 186,75cc (2)
7. Warna urine kemerahan (3)
8. TTV
TD : 130/80 mmHg (5)
S : 37oC
N : 90x/menit
RR : 27x/menit
Terpasang o2 nasal 4lpm
A: Masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
71

4.2 Pembahasan

Pembahasan dilakukan terhadap tujuan khusus yang telah dirumuskan,

yaitu membahas pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi

dengan susunan fakta, teori, dan opini. Pembahasan berisi perbandingan antara

tinjauan pustaka dangan tinjauan khusus yang disajikan untuk menjawab tujuan

khusus. Setiap temuan perbedaan diuraikan dengan konsep. Pembahasan disusun

sesuai dengan tujuan khusus. Pembahasan berisi tentang mengapa ( why ) dan

bagaimana ( how ).

4.2.1 Pengkajian

Pada kasus Gagal ginjal kronik yang terjadi pada klien Ny.S berusia 49

tahun Sebagian besar terdapat persamaan, hal ini sesuai dengan tinjauan teori

(Brunner & Suddarth, 2015) yang mengatakan bahwa kasus Gagal ginjal terjadi

karena terjadi kerusakan nefron dalam ginjal sehingga dapat menyebabkan terjadi

uremia dalam darah. Terjadinya uremia dapat mempengaruhi setiap sistem tubuh.

Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat

menyebabkan edema dan acites. Sedangkan untuk faktor pencetus lainnya seperti

nutrisi ditemukan pada klien Ny.S mempunyai kebiasaan minum minuman

kemasan atau minuman bersoda sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan

ginjal yang salah satunya dapat menjadi penyebab gagal ginjal yaitu peradangan

pada nefron yang disebut Glomerulonefritis sesuai dengan teori (Aru Sudoyo,

2009) pada gejala Glomerulonefritis yang merupakan jenis penyakit ginjal dimana

terjadi peradangan pada glomerulus. Pada Ny. S sering muncul gejala yang sama

dengan teori yaitu Urine yang berwarna kemerahan seperti teh, pembengkakan

pada tangan dan kaki, mudah lelah, dan frekuensi buang air kecil berkurang.
72

Keluhan utama pada klien tersebut sebelum masuk rumah sakit adalah

klien mengeluh sesak, kemudian klien tidak sadarkan diri. Kondisi tubuh terutama

tangan dan kaki tampak bengkak sesuai pada tinjauan kepustakaan ( Brunner &

Suddarth, 2015 ) bermacam macam kombinasi keluhan utama dan tanda gejala

yang dapat terjadi pada klien dengan gagal ginjal kronik adalah tergantung fungsi

dari sistem tubuh yang mengalami masalah.

Pada riwayat kesehatan ditemukan bahwa klien sudah menderita gagal

ginjal kronik sejak 3-4 bulan yang lalu, hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka

(Aru Sudoyo, 2009) bahwa kasus tersering penyebab gagal ginjal kronik yang

mempunyai ciri – ciri seperti dapat terjadinya sindrome uremia yang terdiri dari

tanda gejala lemah, letargi, anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume

cairan, neuropati perifer, kejang – kejang sampai koma.

Pada pemeriksaan fisik (ekstremitas) pada kasus tersebut antara tinjauan

pustaka dan kasus nyata sebagian besar terdapat persamaan. Pada inspeksi

terdapat terdapat gejala bengkak pada tangan dan kaki dengan pitting oedem skor

4+ dengan waktu kembali 10 detik. Dan klien tampak mengalami kelemahan

dengan kekuatan otot ekstremitas 4.

Pada klien juga terjadi peningkatan berat badan dari sebelum masuk rumah

sakit berat badan klien adalah 61 kg sedangkan berat badan saat masuk rumah

sakit adalah 64 kg.

Pada pemeriksaan fisik paru inspeksi frekuensi pernapasan 26x/menit, dan

auskultasi bunyi jantung didapkan hasil bunyi jantung s1 s2 tunggal, sedangkan

pada auskultasi abdomen didapatkan bunyi bising usus 8x/menit. Pada palpasi

tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tidak terdapat pembesaran vena
73

jugularis. Pada perkusi ditemukan suara sonor pada lapang paru kanan dan mulai

redup pada lapang paru kiri sedangkan pada perkusi jantung didapatkan bunyi

pekak. Perubahan batas jantung tidak ditemukan semua dalam keadaan normal.

Dari pemeriksaan penunjang (Laboratorium) yang dilakukan pada tanggal

24 Agustus 2018 terdapat beberapa hasil yang abnormal seperti Kreatinin, Urea,

Kalium, Chlorida. Sedangkan dari pemeriksaan penunjang (Foto Thorax) yang

dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2018 menunjukan hasil tampak pelebaran

pleural dextra dan tampak terpasang CVC melintas di proyeksi sub clavicula

dextra dengan tip di proyeksi corpus Vth 7.

4.2.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Ny.S sesuai dengan

tinjauan pustaka yaitu kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan

Penurunan fungsi ginjal. Pada diagnosa kelebihan volume cairan berhubungan

dengan penurunan fungsi ginjal yang muncul pada kasus sesuai dengan tinjauan

teori, hal ini dikarenakan pada klien Ny.S ditemukannya ketidakseimbangan

elektrolit, dyspnea, penambahan berat badan dalam waktu singkat dan edema atau

bengkak.

Menurut Herdman, 2015. Diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan

yaitu Peningkatan retensi cairan isotonik dengan batasan karakteristik Anasarka ,

asupan melebihi haluaran, dyspnea, edema, efusi pleura, gangguan tekanan darah,

ketidakseimbangan elektrolit, dan penambahan berat badan dalam waktu singkat

yang berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal.

Berdasarkan opini penulis, data subjektif dan objektif pada pengkajian,

serta definisi dan batasan karakteristik keperawatan kelebihan volume cairan


74

menurut teori terdapat banyak kesamaan, maka pada Ny.S penulis merumuskan

gagal ginjal kronik dengan masalah keperawatan kelebihan volume cairan.

4.2.3 Intervensi

Pada tujuan untuk mencapai masalah kelebihan volume cairan teratasi

dapat diberikan waktu selama 7x24 jam untuk mencapai tidak adanya masalah

kelebihan volume cairan. Berdasarkan teori klien yang mengalami gagal ginjal

kronik dengan pengobatan terapi hemodialisa seorang klien memerlukan 2 hingga

3 kali pengobatan hemodialisis per minggu. Pada kriteria hasil terdapat 11 kriteria

hasil antara lain, Urine output selama 8 jam (5), Keseimbangan intake dan output

selama 24 jam (5), Warna urine (5), Peningkatan BUN (5), Peningkatan kreatinin

(5), Peningkatan sel darah putih (5), Peningkatan berat badan (5), Hipertensi (5),

Kelelahan (5), Anemia (5) Edema, dengan indikator sebagai berikut : 1) Berat 2)

Cukup Berat 3) Sedang 4) Ringan 5) Tidak ada gangguan.

Pada prinsipnya antara teori yang ada dengan kasus nyata dalam

merencanakan asuhan keperawatan pada kasus dengan gagal ginjal kronik Ny. S

tidak mengalami perbedaan. Akan tetapi tidak semua intervensi dapat dilakukan

mengingat kondisi dan waktu yang tidak memungkinkan, penulis melakukan 19

intervensi pada klien yaitu monitor tanda – tanda vital, monitor suara paru yang

abnormal, monitor edema perifer, monitor hasil laboratorium yang relevan dengan

keseimbangan cairan, jaga pemantauan intake dan output yang akurat, timbang

berat badan harian dan pantau gejala, batasi cairan yang sesuai, instruksikan

pasien dan keluarga mengenai alasan untuk batasan cairan seperti yang ditujukan,

konsultasikan dengan dokter jika ada tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan

atau elektrolit, kolaborasi tindakan dialisis dengan tim medis, kolaborasi


75

pemberian diuresis, pantau kadar serum elektrolit yang abnormal, seperti yang

tersedia, pantau tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk atau dehidrasi,

konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan

dan/elektrolit menetap atau memburuk., jelaskan prosedur hemodialisa dan

tujuannya, ajarkan pasien untuk memantau sendiri tanda dan gejala yang

mengindikasikan perlunya perawatan medis, monitor tekanan darah, denyut nadi,

pernapasan, suhu, dan respon pasien selama dialysis, berkolaborasi dengan pasien

untuk menyesuaikan pengaturan diet, pembatasan cairan dan obat-obatan,

berkolaborasi dengan pasien untuk meringankan ketidaknyamanan akibat efek

samping penyakit. Serta ada pula intervensi tambahan yang tidak ada di intervensi

yang diakukan seperti memberikan posisi semi fowler, dan terapi oksigen.

Berdasarkan keterangan diatas, penulis mempunyai opini bahwa

perencanaan tindakan keperawatan gagal ginjal kronik dengan masalah

keperawatan kelebihan volume cairan sesuai antara teori dan kenyataan dapat

direncanakan sesuai kebutuhan pasien untuk mengatasi masalah keperawatan

yang dialami.

4.2.4 Implementasi

Pada prinsipnya semua tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap

klien masih mengacu pada intervensi, tetapi tidak semua intervensi dapat

dilakukan pada klien. Pada hari pertama implementasi yang dilakukan masih

mengacu pada intervensi yaitu ada 7 implementasi dan 2 implementasi tambahan

yang dilakukan, pada jam 08:30 WIB Peneliti melakukan pemberian obat injeksi

dan diuresis berupa injeksi furosemide, ondancentron, santagesik, dan

levofloxacin, pada jam 08:35 WIB peneliti memberikan terapi oksigen,


76

memberikan posisi semi fowler pada jam 10:00 WIB mengkaji tanda tanda vital,

memonitor edema perifer, memonitor suara paru abnormal, menimbang berat

badan, menganjurkan klien untuk membatasi cairan yang sesuai, dan pada jam

12:30 WIB Peneliti memantau kadar serum elektrolit yang abnormal.

Pada hari kedua implementasi yang dilakukan sebanyak 8 implementasi,

pada jam 08:30 WIB Peneliti melakukan pemberian obat injeksi dan diuresis

berupa injeksi furosemide, ondancentron, santagesik, dan levofloxacin, pada jam

09:00 melakukan pemantauan intake dan output yang akurat, pada jam 09:30

melakukan penimbangan berat badan pasien, pada jam 10:30 mengkaji tanda-

tanda vital pasien, memonitor edema perifer, menganjurkan klien untuk

membatasi cairan yang sesuai, menjelaskan prosedur hemodialisa dan tujuannya,

dan pada jam 11:00 Peneliti mengantarkan klien untuk melakukan hemodialisa

sebagai bentuk kolaborasi tindakam dialisis dengan tim medis.

Pada hari ketiga implementasi yang dilakukan sebanyak 7 implementasi.

pada jam 08:00 WIB Peneliti melakukan pemberian obat injeksi dan diuresis

berupa injeksi furosemide, ondancentron, santagesik, dan levofloxacin, Pada jam

09:45 WIB memantau tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk klien tampak

sesak dan bengkak, pada jam 09:50 WIB memonitor edema perifer, memantau

intake dan output yang akurat, menimbang berat badan, menganjurkan klien untuk

membatasi cairan yang sesuai, dan pada jam 12:00 WIB Peneliti mengkaji tanda-

tanda vital.

Pada hari keempat implementasi yang dilakukan sebanyak 7 implementasi.

pada jam 08:00 WIB Peneliti melakukan pemberian obat injeksi dan diuresis

berupa injeksi furosemide, ondancentron, santagesik, dan levofloxacin, kemudian


77

pada jam 09:15 WIB memonitor edema perifer, memantau tanda dan gejala

overhidrasi yang memburuk, pada jam 10:30 WIB menimbang berat badan klien,

memantau intake dan output yang akurat dan menganjurkan klien untuk

membatasi cairan yang sesuai, dan pada jam 12:20 WIB mengkaji tanda tanda

vital

Pada hari kelima implementasi yang dilakukan sebanyak 8 implementasi.

pada jam 08:00 WIB Peneliti melakukan pemberian obat injeksi dan diuresis

berupa injeksi furosemide, ondancentron, santagesik, dan levofloxacin, pada jam

09:45 WIB memantau tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk, memonitor

edema perifer, menimbang berat badan, memantau intake dan output yang akurat,

menganjurkan klien untuk membatasi cairan yang sesuai, pada jam 12:00 WIB

peneliti mengkaji tanda tanda vital, kemudian pada jam 13:00 WIB Peneliti

mendapat kunjungan oleh dosen pembimbing untuk melakukan Tri Angulasi data

dengan pasien dan perawat.

Pada hari keenam implementasi yang dilakukan sebanyak 8 implementasi.

pada jam 08:00 WIB Peneliti melakukan pemberian obat injeksi dan diuresis

berupa injeksi furosemide, ondancentron, santagesik, dan levofloxacin, pada jam

09:10 WIB memantau intake dan output yang akurat, pada jam 10:30 WIB

Mengkaji tanda tanda vital, menimbang berat badan, memonitor edema perifer,

menganjurkan klien untuk membatasi cairan yang sesuai, pada jam 10:55 Peneliti

menjelaskan prosedur hemodialisa dan tujuannya, kemudian pada jam 11:00 Klien

mendapat terapi hemodialisa

Pada hari ketujuh implementasi yang dilakukan sebanyak 7 implementasi.

pada jam 08:00 WIB Peneliti melakukan pemberian obat injeksi dan diuresis
78

berupa injeksi furosemide, ondancentron, santagesik, dan levofloxacin, pada jam

08:35 WIB memantau tanda dan gejala overhidrasi yang memburuk, memonitor

edema perifer, menimbang berat badan, memantau intake dan output yang akurat,

menganjurkan klien untuk membatasi cairan yang sesuai, pada jam 12:00 WIB

peneliti mengkaji tanda tanda vital

Berdasarkan keterangan diatas, penulis mempunyai opini bahwa

pelaksanaan asuhan keperawatan gagal ginjal kronik dengan masalah keperawatan

kelebihan volume cairan sesuai antara teori dan kenyataan dan mengacu pada

intervensi, penulis dapat melakukan semua intervensi akan tetapi ada beberapa

hambatan dikarenakan kondisi klien memburuk.

4.2.5 Evaluasi

Pada evaluasi, 11 kriteria hasil yang ada pada intervensi belum dapat

tercapai secara keseluruhan atau mencapai angka (5) pada setiap kriteria hasil,

dikarenakan kondisi klien yang semakin menurun.

Pada hari pertama, setelah dilakukan tindakan untuk mengatasi kelebihan

volume cairan banyak keluhan yang dirasakan seperti bengkak, lemas, dan sesak,

kriteria hasil yang diperoleh antara lain : urine output selama 8 jam (2),

keseimbangan intake dan output selama 24 jam (3), warna urine berwarna

kemerahan (3), peningkatan BUN (1), peningkatan kreatinin (1), peningkatan sel

darah putih (3), peningkatan berat badan (1), hipertensi (4), kelelahan (3), anemia

(5), edema (2).

Pada hari kedua klien merasa lebih nyaman setelah mendapat terapi

hemodialisa, kriteria hasil yang diperoleh antara lain : urine output selama 8 jam

(2), keseimbangan intake dan output selama 24 jam (2), warna urine berwarna
79

kemerahan (3), peningkatan BUN (1), peningkatan kreatinin (1), peningkatan sel

darah putih (3), peningkatan berat badan (4), hipertensi (4), kelelahan (4), anemia

(5), edema (2).

Pada hari ketiga, kondisi klien sedikit lebih baik karena bengkak mulai

berkurang, meskipun beberapa keluhan seperti sesak masih sering dirasakan,

kriteria hasil yang diperoleh antara lain : urine output selama 8 jam (2),

keseimbangan intake dan output selama 24 jam (3), warna urine berwarna

kemerahan (3), peningkatan BUN (1), peningkatan kreatinin (1), peningkatan sel

darah putih (3), peningkatan berat badan (3), hipertensi (3), kelelahan (3), anemia

(5), edema (3).

Pada hari keempat, kondisi klien berdasarkan kriteria hasil yang diperoleh

antara lain : urine output selama 8 jam (2), keseimbangan intake dan output

selama 24 jam (2), warna urine berwarna kemerahan (3), peningkatan BUN (1),

peningkatan kreatinin (1), peningkatan sel darah putih (3), peningkatan berat

badan (3), hipertensi (4), kelelahan (3), anemia (5), edema (3)

Pada hari kelima, kondisi klien tampak lebih buruk karena bengkak dan

sesak dirasakan cukup berat. Berdasarkan kriteria hasil yang diperoleh antara lain

: urine output selama 8 jam (2), keseimbangan intake dan output selama 24 jam

(2), warna urine berwarna kemerahan (3), peningkatan BUN (1), peningkatan

kreatinin (1), peningkatan sel darah putih (3), peningkatan berat badan (3),

hipertensi (5), kelelahan (2), anemia (5), edema (2).

Pada hari keenam klien dijadwalkan melakukan terapi hemodialisa,

kondisi klien berdasarkan kriteria hasil yang diperoleh antara lain : urine output

selama 8 jam (2), keseimbangan intake dan output selama 24 jam (2), warna urine
80

berwarna kemerahan (3), peningkatan BUN (1), peningkatan kreatinin (1),

peningkatan sel darah putih (3), peningkatan berat badan (3), hipertensi (5),

kelelahan (3), anemia (5), edema (2).

Pada hari ketujuh, kondisi klien tampak bengkak pada tangan kanan dan

sesak dirasakan cukup berat, klien merasa cepat lelah. Berdasarkan kriteria hasil

yang diperoleh antara lain : urine output selama 8 jam (2), keseimbangan intake

dan output selama 24 jam (2), warna urine berwarna kemerahan (3), peningkatan

BUN (1), peningkatan kreatinin (1), peningkatan sel darah putih (3), peningkatan

berat badan (2), hipertensi (5), kelelahan (2), anemia (5), edema (2)

Opini penulis dalam Asuhan keperawatan pada Ny.S gagal ginjal kronik

dengan kelebihan volume cairan yang penulis lakukan, dapat ditarik kesimpulan

bahwa kriteria hasil yang ditargetkan belum sepenuhnya dapat berhasil atau hanya

dapat teratasi sebagian, akan tetapi beberapa kriteria hasil yang berhasil tercapai

tidak ada gangguan yaitu tidak mengalami hipertensi agar tidak semakin

memperburuk kondisi klien.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Pengkajian keperawatan

Dalam melakukan pengkajian keperawatan pada kilen yang mengalami

Gagal Ginjal Kronik dengan kelebihan volume cairan ditemukan banyak

persamaan antara fakta yang terjadi pada klien dan teori yang ada pada tinjauan

pustaka, dalam hal pengkajian riwayat kesehatan, pola fungsi kesehatan serta

pengkajian fisik banyak ditemukan data yang mengacu pada masalah keperawatan

yang muncul sesuai dengan tinjauan toeri.

5.1.2 Diagnosa keperawatan

Dalam menentukan diagnosa yang muncul pada klien sesuai dengan

tinjauan pustaka yaitu adalah kelebihan volume cairan berhubungan dengan

penurunan fungsi ginjal yang dialami pada klien Gagal Ginjal Kronik.

5.1.3 Intervensi keperawatan

Dalam merencanakan tindakan keperawatan pada prinsipnya juga tidak

mengalami perbedaan antara teori dan kasus nyata. Hanya saja tidak semua

intervensi yang ada pada tinjauan pustaka tidak semua dapat dilakukan mengingat

kondisi klien dan kebutuhannya agar sesuai antara intervensi yang akan dilakukan

dengan kondisi klien.

81
82

5.1.4 Implementasi keperawatan

Dalam melakukan implementasi keperawatan masih mengacu pada

intervensi, tetapi tidak semua intervensi dapat dilakukan, dan ada pula

implementasi tambahan yang dilakukan yang tidak ada pada intervensi.

5.1.5 Evaluasi keperawatan

Dalam evaluasi hasil dari pelaksanan tindakan keperawatan masih

mengacu pada kriteria hasil yang telah ditetapkan pada intervensi. Pada diagnosa

kelebihan volume cairan yang terjadi pada klien gagal ginjal Kronik masalah

teratasi sebagian.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Klien

Diharapkan pada pasien gagal ginjal kronik yang baru maupan yang sudah

lama menjalani hemodialisis untuk lebih meningkatkan kepatuhan pembatasan

asupan cairan untuk mencegah terjadinya komplikasi agar proses penyembuhan

lebih optimal.

5.2.2 Bagi Perawat

Saran untuk profesi keperawatan agar dapat menjadi acuan atau referensi

dalam melakukann asuhan keperawatan yang lebih holistik khususnya pada klien

yang mengalami gagal ginjal kronik

5.2.3 Bagi Instansi RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso

Diharapkan bagi rumah sakit RSU dr. H Koesnadi Bondowoso khususnya

Ruang Bougenville untuk menyediakan alat dan fasilitas pelayanan kesehatan

yang lebih intensif agar dapat mendukung kesembuhan klien. Khususnya pada

klien gagal ginjal kronik.


83

5.2.4 Bagi penelilti selanjutnya

Diharapkan untuk lebih meningkatkan kompetensi dan referensi untuk

menambah wawasan tentang perkembangan teori-teori terbaru dalam dunia

kesehatan terutama dalam penerapan asuhan keperawatan gagal ginjal kronik


84

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Bulechek, Gloria & Friends. 2016. Terjemahan Nursing Intervention


Classification Edisi 6. Elsevier: Singapura

Bulechek, Gloria & Friends. 2016. Terjemahan Nursing Outcome Classification


Edisi 6. Elsevier: Singapura

Digiulio & Jackson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha


Publishing

Doenges, E Marlynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 11.
Jakarta: EGC

Herdman T.Heather.dkk 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015 – 2017. Jakarta: EGC

Jonathan. 2007. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga

Kusnanto, 2016. Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan


Elektrolit. Surabaya., Pada Penerbit Hak publikasi pada Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga

Long, Barbara C, 1996. Perawatan Medikal Bedah (Volume 2), Penerjemah:


Karnaen, Adam, Olva, dkk, Bandung: Yayasan Alumni Pendidikan
Keperawatan

Lui, S. 2014. Gagal Ginjal Kronik. No. 6–8, www21.ha.org.hksubEMfilesChronik


– Renal – Failure – Indonesia.Pdfext (diakses pada tanggal 26 April 2018
pukul 20.00 WIB)

Lumenta, Nico. Nefro dkk. 2004. Kenali Jenis Penyakit Dan Cara
Penyembuhannya. Jakarta: Elex Media Komputindo
85

Melianna. 2012. Hubungan Kepatuhan Pembatasan Cairan Terhadap Terjadinya


Overload Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Post Hemodialisa di Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. (Diakses pada tanggal 5 April 2018 pukul 20.15 WIB)

Menkes. 2016. Hari Ginjal Sedunia. Halaman 1, http://depkes.go.id/articel/hari -


ginjal-sedunia–2016 (diakses pada tanggal 5 April 2018 pukul 13.15 WIB)

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC – NOC. Yogyakarta:
MediAction.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pakpahan. 2016. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien


Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rumah Sakit Pku
Muhammadiyah Gamping Sleman Yogyakarta.

Program Studi D III Keperawatan Universitas Bondowoso. 2018. Buku Panduan


Penysusunan Karya Tulis Ilmiah (Studi Kasus) Tahun akademik 2017/2018.
Bondowoso: Tidak dipublikasikan.

Rohmah & Walid. 2014. Proses Keperawatan. Yogyakarta: Ar – Ruzz Media

Smeltzer C, Suzanne, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner &
Suddarth, (Edisi 8 vol 2). Alih Bahasa Agung Waluyo. Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V. Jakarta: Interna
Publishing

Syamsir. Hadibroto. 2007. Gagal ginjal. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Tambayong. 2013. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Tandi, M. dkk. 2014. Hubungan Antara Derajat Penyakit Ginjal Kronik Dengan
Nilai Ahresi Trombosit di RSUP Prof. DR.R.D. Kandou Manado. Jurnal e-
Biomedik Volume 2, Nomor 2, Juli 2014. Manado.

Wells, 2015. Pharmacotheraphy Handbook, 2th Ed,94-114, www.jiptummpp-gdl-


aenyrizkyk-44458-2-babi.pdf (Diakses pada tanggal 16 April 2018 pukul
08.00 WIB)
86

Lampiran 1
PENJELASAN PENELITIAN
BAGI PASIEN

Judul Penelitian
“Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Gagal Ginjal Kronik dengan
Kelebihan Volume Cairan di Ruang Bougenville RSU dr. H. Koesnadi
Bondowoso”.

Tujuan
Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Gagal Ginjal
Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di Ruang Bougenville RSU dr. H.
Koesnadi Bondowoso.

Perlakuan yang di terapkan pada pasien


Pada studi kasus ini dilakukan Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami
Gagal Ginjal Kronik dengan Kelebihan Volume Cairan di Ruang Bougenville
RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso selama minimal 3 hari.

Hak untuk mengundurkan diri


Keikutsertaan pasien dalam penelitian ini bersifat sukarela dan pasien berhak
mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi yang merugikan.

Adanya insentif untuk pasien


Oleh karena keikutsertaan pasien bersifat sukarela, tidak ada insentif berupa
uang yang akan diberikan. Tetapi pasien berhak mendapatkan informasi atau
konsultasi kesehatan terkait penyakit yang diderita.
Data pribadi dan pengisian kuesioner akan dijamin kerahasiannya. Jika
terdapat pertanyaan tentang penelitian ini dan bila masih memerlukan penjelasan,
anda dapat menghubungi peneliti, (Mohammad Abdur Rahman Sholeh) dengan
nomor Telp (082337593544)
87

Lampiran 2

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)

Surat Persetujuan Responden Penulisan


Nama Institusi : Program Studi D III Keperawatan Universitas Bondowoso

Surat Persetujuan Peserta Penulisan


Yang Bertanda Tangan Dibawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari
manfaat dan risiko penulisan ini yang berjudul :
“Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Gagal Ginjal Kronik Dengan
Kelebihan Volume Cairan Di Ruang Bougenville RSU dr. H. Koesnadi
Bondowoso”
Dengan sukarela menyetujui keikutsertaan dalam penulisan di atas
dengan catatan suatu waktu merasa di rugikan dalam bentuk apapun, berhak
membatalkan persetujuan ini.

Bondowoso, 3 September 2018


Mengetahui Penanggung Jawab Yang Menyetujui
Penulis Peserta Penulisan

(………………………………) (………………………………)
88

Lampiran 3 Format Pengkajian KMB

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BONDOWOSO

Nama mahasiswa : ................................. Tgl/jam MRS : .....................


Tgl/jam pengkajian : ................................. No. RM : .....................
Diagnosa medis : ................................. Ruangan/kelas : .....................
................................. No. Kamar : .....................

I. IDENTITAS
1. Nama : .................................................................................
2. Umur : .................................................................................
3. Jenis kelamin : .................................................................................
4. Status : .................................................................................
5. Agama : .................................................................................
6. Suku/bangsa : .................................................................................
7. Bahasa : .................................................................................
8. Pendidikan : .................................................................................
9. Pekerjaan : .................................................................................
10. Alamat dan no. telp : .................................................................................
11. Penanggung jawab : .................................................................................
II. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN
1. Keluhan utama :
.................................................................................................................

2. Riwayat penyakit sekarang :


.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
89

3. Riwayat penyakit dahulu :


.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

4. Riwayat kesehatan keluarga :


.................................................................................................................
.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

5. Susunan Keluarga (Genogram) :

6. Riwayat Alergi
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
III. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan (Keyakinan Terhadap Kesehatan &
Sakitnya)
.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................

.................................................................................................................
90

2. Pola Aktivitas Dan Latihan


a. Kemampuan perawatan diri
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4

Mandi

Berpakaian/berdandan

Eliminasi/toileting

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Berjalan

Naik tangga

Berbelanja

Memasak

Pemeliharaan rumah

Skor

0 = mandiri 3 = dibantu orang lain & alat

1 = alat bantu 4 = tergantung/tidak mampu

2 = dibantu orang lain

Alat bantu : ( ) tidak ( ) kruk ( ) tongkat

( ) pispot disamping tempat tidur ( ) kursi roda

a. Kebersihan diri
Di rumah Di rumah sakit

Mandi : ........................  /hr Mandi : ........................  /hr

Gosok gigi : ........................  /hr Gosok gigi : ........................  /hr

Keramas : ....................  /mgg Keramas : ....................  /mgg


91

Potong kuku : ....................  /mgg Potong kuku : .................... 


/mgg

b. Aktivitas sehari-hari
..................................................................................................................

c. Rekreasi
..................................................................................................................

d. Olahraga : ( ) tidak ( ) ya
..................................................................................................................

3. Pola Istirahat dan Tidur


Dirumah Dirumah Sakit

Waktu tidur : Siang..........-............. Waktu tidur : Siang.........-..........

Malam......-............. Malam......-.........

Jumlah jam tidur :.......................... Jumlah jam tidur :......................

Masalah di RS : ( ) tidak ada ( ) terbangun dini ( ) mimpi buruk

( ) insomnia ( ) Lainnya, ...............................

4. Pola Nutrisi – Metabolik


a. Pola makan
Di rumah Di Rumah Sakit
Frekuensi : ......................... Frekuensi :.........................
Jenis : ......................... Jenis :.........................
Porsi : ......................... Porsi :.........................
Pantangan : ......................... Pantangan :.........................
Makanan disukai : ......................... Makanan disukai :.........................

Nafsu makan di RS : ( ) normal ( ) bertambah ( ) berkurang

( ) mual ( ) muntah, .............. cc ( ) stomatitis

Kesulitan menelan : ( ) tidak ( ) ya

Gigi palsu : ( ) tidak ( ) ya

NG tube : ( ) tidak ( ) ya
92

b. Pola Minum
Di rumah Di Rumah Sakit
Frekuensi : ......................... Frekuensi : ........................
Jenis : ......................... Jenis : ........................
Jumlah : ......................... Jumlah : ........................
Pantangan : ......................... Pantangan : ........................
Minuman disukai : ......................... Minuman disukai : ........................
5. Pola eliminasi
a. Buang air Besar
Di rumah Di Rumah Sakit
Frekuensi : .................................. Frekuensi : ..................................
Konsistensi : .................................. Konsistensi : ..................................
Warna : .................................. Warna : ..................................

Masalah di RS : ( ) konstipasi ( ) diare ( ) inkontinen

Kolostomi : ( ) tidak ( ) ya

b. Buang air kecil


Di rumah Di Rumah Sakit

Frekuensi : .................................. Frekuensi :


.........................
Konsistensi : .................................. Konsistensi :
.........................
Warna : .................................. Warna :
.........................

Masalah di RS : ( ) disuria ( ) nokturia ( ) hematuria

( ) retensi ( ) inkontinen

Kolostomi : ( ) tidak ( ) ya, kateter ........................... produksi :


.................. cc/hari

6. Pola Kognitif Perseptual


Berbicara : ( ) normal ( ) gagap ( ) bicara tak
jelas

Bahasa sehari-hari : ( ) Indonesia ( ) Jawa ( ) lainnya,


....................................

Kemampuan membaca : ( ) bisa ( ) tidak

Tingkat ansietas : ( ) ringan ( ) sedang ( ) berat ( ) panik

Sebab, ...................................................................................................
93

Kemampuan interaksi : ( ) sesuai ( )


tidak,...................................................................

Vertigo : ( ) tidak ( ) ya

Nyeri : ( ) tidak ( ) ya

Bila ya, P : .............................................................................................

Q : .............................................................................................

R : .............................................................................................

S : .............................................................................................

T : ..............................................................................................

7. Pola Konsep Diri


...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
........................................................................................

8. Pola Koping
Masalah utama selama MRS (penyakit, biaya, perawatan diri)

...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Kehilangan perubahan yang terjadi sebelumnya

...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

Kemampuan adaptasi

...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

9. Pola Seksual – Reproduksi


Menstruasi terakhir : ...............................................................................................

Masalah menstruasi : ...............................................................................................


94

Pap smear terakhir : ...............................................................................................


Pemeriksaan payudara/testis sendiri tiap bulan : ( ) ya ( ) tidak

Masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit : ………………………….

10. Pola Peran – Hubungan


Pekerjaan : ...........................................................................................................

Kualitas bekerja : ......................................................................................................

Hubungan dengan orang lain : .............................................................................

Sistem pendukung : ( ) pasangan ( ) tetangga/teman ( )


tidak ada ( )

lainnya,.................................................................................

Masalah keluarga mengenai perawatan di RS:

..............................................................................................

11. Pola Nilai – Kepercayaan


Agama : ...............................................................................................................

Pelaksanaan ibadah : ................................................................................................

Pantangan agama : ( ) tidak ( ) ya,.....................................

Meminta kunjungan rohaniawan : ( ) tidak ( ) ya

I. PENGKAJIAN PERSISTEM (Review of System)


1. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu : ................... °C lokasi : ......................
b. Nadi : ...................  /menit irama : .............pulsasi :
...........
c. Tekanan darah : ................... mmHg lokasi : ......................
d. Frekuensi nafas : ...................  /menit irama : ......................
e. Tinggi badan : ................... cm
f. Berat badan : SMRS ................... kg MRS .................... kg

2. Kepala
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
3. Mata
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

4. Telinga
..........................................................................................................................
95

..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

5. Hidung
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

6. Mulut
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

7. Leher
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

8. Dada:
Jantung:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

Paru:
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

9. Abdomen
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

10. Urogenital
..........................................................................................................................
96

..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

11. Ekstremitas
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

12. Kulit dan kuku


..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

13. Keadaan lokal


....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Laboratorium
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

2. Photo
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

3. Lain-lain
97

...................................................................................................................................
...................................................................................................................................
...................................................................................................................................

III. TERAPI
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................

........................,……..................

Mahasiswa

(...............................)
98

ANALISA DATA

Nama : Ruangan :

Umur : No.RM :

No. Data (Symptom) Penyebab (Etiologi) Masalah (Problem)


99

PRIORITAS MASALAH

Nama klien : Ruangan/kamar :

Umur : No. RM :

Tanggal Paraf
No . Masalah Keperawatan (Nama
Ditemukan Teratasi
Perawat)
100

RENCANA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
101

TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN

Waktu Waktu Catatan Perkembangan


No. Tindakan TT TT
Tgl/jam Tgl/jam (SOAP)
104

Lampiran 6

RENCANA KEGIATAN PENELITIAN


TAHUN 2017-2018
Oktober Maret April Agustus September Oktober
Uraian Kegiatan 2017 2018 2018 2018 2018 2018
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Informasi Kegiatan
Konfirmasi Penelitian
Konfirmasi Judul
Acc Judul
Penyusunan Proposal KTI
Bimbingan Proposal KTI
Ujian Proposal KTI
Pengumpulan Data KTI
Sidang KTI
Revisi KTI

Anda mungkin juga menyukai