Anda di halaman 1dari 11

PERSPEKTIF HUKUM DAN MORAL PADA IKLAN SUSU KENTAL MANIS

(FRISIAN FLAG) DALAM ETIKA BISNIS ISLAM

WAHYU RAMADHANA (20181020016)

SAVITRIAH (20181020032)

DARA KANIA I (20181020037)

MUHAMMAD ARIFUDDIN (20181020038)

LATIFAH DINAR (20181020039)

MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susu kental manis atau biasa disebut sweetened condensed milk adalah susu segar
atau susu evaporasi yang telah dipekatkan dengan menguapkan sebagian airnya dan
kemudian ditambahkan gula sebagai pengawet. Ada banyak sejarah yang menulis tentang
kemunculan susu ini pertama kali. Charles dan George Page yang berasal dari Swiss, atau
Gall Border Jr adalah pencipta minuman ini pertama kali di Amerika. Hal ini tercipta karena
adanya kendala dalam meyimpan susu murni. Ketika belum ada kulkas susu murni menjadi
cepat basi dan tak bisa dinikmati. Maka dari itu, ide susu kental manis lahir agar semua orang
bisa menikmati susu ini tanpa takut basi.

Di Indonesia sendiri, Susu kental manis masuk pertama kali pada tahun 1873, yaitu
melalui impor susu kental manis merek Milkmaid oleh Nestlé yang kemudian dikenal dengan
nama Cap Nona. Pada akhir tahun 1967, Indonesia mulai memproduksi susu kental manis
pertama kalinya melalui PT Australian Indonesian Milk atau yang saat ini dikenal dengan
nama PT Indolakto, diikuti oleh PT Frisian Flag Indonesia pada tahun 1971 dan diikuti oleh
PT Nestlé Indonesia pada tahun 1973. Setelah itu, industri susu kental manis terus
berkembang hingga sekarang.

Dengan semakin banyaknya merek-merek lain yang bermunculan di Indonesia,


membuat susu kental manis menjadi salah satu produk yang banyak dijual di pasaran. Seiring
berkembangnya jaman perusahaan-perusahaan yang memproduksi dan menjual produk susu
kental manis mulai menggunakan iklan melalui media televisi untuk memasarkan produknya.

Tahun 1968, PT. Friesche Vlag Indonesia didirikan dengan kemitraan antara
Cooperatieve Condensfabriek Friesland dan sebuah perusahaan lokal. Pada tahun 1969,
pabrik Pasar Rebo mulai di bangun, dan mulai tahun 1971, pabrik tersebut mulai
memproduksi susu kental manis untuk dipasarkan di seluruh Indonesia. Tahun 2002 menjadi
tahun yang bersejarah karena perusahaan berganti nama menjadi PT. Frisian Flag Indonesia,
dan terus melakukan inovasi untuk mengeluarkan beragam varian produk susu inovatif sesuai
kebutuhan dan perkembangan jaman. Selain susu bubuk yang diproduksi tahun 1979, pada
tahun 1988 dimulailah produksi susu pertumbuhan pertama di Indonesia, dan susu UHT siap
saji tahun 1991.

Pada tahun 2018 Sekretaris Umum Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia


(YLKI) Agus Suyatno mengatakan perusahaan susu kental manis telah melanggar Undang-
Undang Perlindungan Konsumen karena menampilkan iklan yang manipulatif dan tidak
memberi informasi yang jelas, benar, serta jujur. Hal ini menimbulkan keresahan di kalangan
masyarakat yang mengonsumsi produk susu kental manis. Sebelumnya BPOM mengeluarkan
surat edaran Nomor HK.06.5.51.511.05.18.2000 Tahun 2018. Lewat surat itu, BPOM
memberi 4 perintah kepada produsen, importir, dan distributor susu kental manis dan
analognya mengenai label dan iklan produk mereka. hal ini membuat masyarakat yang
mengonsumsi produk susu kental manis menjadi resah tentang berita tersebut, mengenai
amankah mengonsumsi produk tersebut.
Seperti yang telah di paparkan pada uraian diatas maka munculah beberapa
permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini menegenai produk susu kental manis
dengan merk Indomilk. Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini
yaitu :

1. Apakah iklan produk susu kental manis Frisian Flag sesuai dengan hukum yang
berlaku?
2. Apakah iklan produk susu kental manis Frisian Flag sesuai dengan etika yang
berlaku?

LANDASAN TEORI

ETIKA BISNIS ISLAM DALAM PERIKLANAN

Iklan
Pengertian iklan secara komprehensif adalah semua bentuk aktivitas untuk mengahadirkan
dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nopersonal yang dibayar oleh sponsor
tertentu. (Stewat H. Rewoldt, 1995).

Etika Bisnis Islam dalam Periklanan


Adapun etika bisnis Islami yang perlu diperhatikan dalam periklanan adalah:

1. Iklan wajib menyampaikan semua informasi dan tidak boleh menyampaikan informasi
yang palsu.
Iklan yang mengandung unsur kebohongan ataupun penipuan adalah iklan yang
melanggar etika. Hadits Nabi saw.: “Pedagang yang benar dan terpercaya bergabung
dengan para Nabi, orang-orang benar (shiddiqin) dan para syuhada” (HR. Tirmidzi).
Nabi saw. Juga bersabda: “Penjual dan pembeli bebas memilih selama belum putus
transaksi. Jika keduanya bersikap benar dan mau menjelaskan kekurangan barang yang
diperdagangkan maka keduanya mendapatkan berkah dari jual belinya. Namun, jika
keduanya sahng menutupi aib barang dagangan itu dan berbohong, maka jika mereka
mendapat laba, hilanglah berkah jual beli itu” (HR. Muttafaqun alaih).
Wahbah al Zuhaili mengatakan bahwa cacat dalam jual beli meliputi: jabalah (ketidak-
tahuan), ikrab (paksaan), tauqit (pembatasan waktu), gharar (ketidakjelasan objek
transaksi), dlarar (berbahaya) dan adanya syarat-syarat yang merusak. Al Sayyid Sabiq
mengatakan bahwa ketidak-tahuan tentang kualitas dan kuantitas barang atau harga
menyebabkan jual beli tersebut tidak sah karena mengandung gharar.
2. Iklan tidak boleh mengarah kepada pemaksaan
Menurut Islam, iklan seperti yang disebutkan di atas adalah iklan yang dilarang, karena
dapat dikategorikan sebagai sumpah seorang penjual untuk meyakinkan pembeli supaya
terpikat untuk membeli produk yang ditawarkan. Nabi melarang pedagang banyak
bersumpah dalam berdagang dengan maksud melariskan barang dagangannya, beliau
bersabda:“Empat tipe manusia yang dimurkai Allah: penjual yang suka bersumpah,
orang miskin yang congkak, orang tua renta yang berzina dan imam yang zalim” (HR.
Nasa’i).Di dalam atsar (sunnah), disebutkan bahwa ciri pedagang yang lurus adalah:
“Mereka adalah orang-orang yang jika menjual tidak memuji barang dagangannya dan
jika membeli tidak mencela barang beliannya.
3. Iklan tidak boleh mengarah kepada tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai
kesusilaan
Iklan yang etis adalah iklan yang sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan masyarakat yang
menjadi objek karena menurut Redi Panuju iklan yang kontradiksi dengan nilai-nilai
kesusilaan akan menimbulkan protes dari masyarakat karena dianggap mengganggu
perasaan umum. Faisal Badroen menambahkan bahwa di bidang pemasaran masih
banyak perusahaan yang melakukan strategi pemasaran dengan exploitasi kaum wanita
yang mengarah kepada pelecehan akan martabat dan kehormatan wanita.
Contoh iklan yang bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan adalah iklan sabun yang
menampilkan tubuh seorang wanita yang seksi dan sensual. Iklan seperti ini tidak hanya
bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan tetapi juga bertentangandengan nilai-nilai
keagamaan karena Allah telah memerintahkan kepada manusia untuk menutup aurat (al
Quran: 24:31).
4. Iklan hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat
Sikap hidup konsumtif dilarang dalam Islam karena merupakan sikap hidup yang
berlebih-lebihan (israfj, Islam mengajarkan sikap hidup sederhana, tidak berlebih-lebihan
dan tidak kikir (al-Quran: 25:67). Menurut Islam, sebaiknya kelebihan harta yang
dimiliki tersebut digunakan untuk membantu kehidupan orang lain yangkekurangan.
Perbuatan ini disebut shadaqob yang merupakan perbuatan orang-orangyang telah
mencapai derajat dbror dan ihsan. Al Sayyid Sabiq mengatakan di antara ciri-ciri orang
yang mencapai derajat abror dan ihsan adalah orang yang memberikan hak-hak kaum
fakir yang ada dalam harta miliknya.
Supaya manusia tidak memiliki sikap hidup yang berlebih-lebihan, Rasulullah SAW
mengingatkan bahwa setiap orang akan dimintai pertanggungjawabannya tentang
penggunaan harta yang ada di tangannya, hadits Nabi saw.: “Tidak beranjak kaki
seseorang pada hari kiamat, kecuali setelah ditanya empat hal... dan tentang hartanya,
dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakan?” (HR. Tirmidzi).
5. Pesan yang disampaikan diterima oleh yang bukan audience target utama
Diriwayatkan dari Abu Musara., ia berkata: “Aku pemah bertanya: “Wahai Rasulullah,
siapakah muslim yang palingutama?” Beliau menjawab: “Muslim yang muslim lainnya
terbebas dari gangguan lisan dan tangannya” (HR Bukhari-Muslim). Nabi saw. Juga
bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah berkata yang
baik atau diam” (HR. BukhariMuslim). Produsen seharusnya juga menjaga perasaan
orang lain demi terdapatnya persaudaraan. Sabda Nabi saw.: “Perumpamaan orang-orang
mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, adalah bagaikan satu
tubuh. Jika salah satu bagian tubuh merasakan sakit, maka seluruh bagian tubuh yang
lain juga ikut merasakan sakit dengan tidak dapat tidur dan mengalami demam” (HR.
Bukhari-Muslim).
6. Iklan hendaknya tidak memberikan contoh yang dapat membahayakan masyarakat
Tidak sedikit iklan memberikan contoh yang negatif kepada masyarakat sehingga
menimbulkan bahaya misalnya saja anak kecil yang ditemukah ibunya sedang
mengurung dirinya di dalam lemari es karena meniru iklan permen dengan rasa mint
dengan visualisasi seorang wanita yang kedinginan di dalam sebuah lemari es.
Pemberian contoh yang tidak baik ini dilarang dalam Islam karena selain bertentangan
dengan perintah Allah agar manusia selalu berbuat baik sehingga menjadi contoh yang
baik (al Quran: 2:195), juga bisa menimbulkan bahaya bagi manusia. Rasul bersabda:
tidak boleh membahayakan orang lain dan tidak boleh menantang bahaya untuk diri
sendiri. (HR. Ahmad).

UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (UUPK) DAN PERATURAN


PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PPRI) TENTANG LABEL DAN IKLAN
PANGAN

UUPK mendefinisikan konsumen sebagai setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdaganggkan. Pasal 1 ayat (3) UU No 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, memberikan konsep Pelaku Usaha, sebagai
berikut:

“Pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri
maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi”.

Pelaku usaha yang dimaksud dalam pengertian ini adalah perusahaan, korporasi, BUMN,
koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.

Kewajiban dan Larangan Bagi Pelaku Usaha

Kewajiban pelaku usaha dalam pasal 7 UUPK di antaranya adalah:

 Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;


 Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa, serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan
pemeliharaan;
 Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diperoduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standart mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memeperdagangkan barang dan/atau jasa yang:

 Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
 Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau neto, dan jumlah dalam hitungan
sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;
 Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana
dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
 Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya mode, atau
penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang
dan/atau jasa tersebut;
 Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalm label, etiket, keterangan, iklan, atau
promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;

Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklan-kan suatu barang dan/atau


jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah :

 Menggunakankata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya,tidak


mengandung risiko atau efek sampingan tanpa keterangan yang lengkap;
 Menawarkansesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.

Label dan Iklan Pangan

Label pangan yang harus benar dan tidak menyesatkan seperti yang tercantum dalam Pasal
5PP RI No 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, yaitu:

1. Keterangan dan atau pernyataan tentang pangan dalam Label harus benar dan tidak
menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar, atau bentuk apapun lainnya.
2. Setiap orang dilarang memberikan keterangan atau pernyataan tentang pangan yang
diperdagangkan melalui, dalam, dan atau dengan label apabila keterangan atau
pernyataan tersebut tidak benar dan atau menyesatkan.

Yang tercantum dalam Pasal 6 adalah:

1. Pencantuman pernyataan tentang manfaat pangan bagi kesehatan dalam Label hanya
dapat dilakukan apabila didukug oleh fakta ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Ketentuan lebih lanjut, tentang tata cara dan persyaratan pencantuman pernyataan
tentang manfaat pangan bagi kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur
oleh Menteri Kesehatan.

Keterangan bahan pangan yang digunakan tidak boleh mengada-ada, seperti yang tercantum
dalam Pasal 21, yaitu:

 Pencantuman pernyataan pada Label bahwa pangan telah ditambah, diperkaya atau
difortifikasi dengan vitamin, mineral, atau zat penambah gizi lain tidak dilarang,
sepanjang hal tersebut benar dilakukan pada saat pengolahan pangan tersebut, dan
tidak menyesatkan.

Dalam Pasal 32Keterangan tentang Kandungan Gizi wajib dicantumkan sesuai urutan dan
sesuai takaran.

1. Pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pangan pada Label wajib dilakukan
bagi pangan yang :
a. disertai pernyataan bahwa pangan mengandung vitamin, mineral, dan atau zat
gizi lainnya yang ditambahkan; atau
b. dipersyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di bidang mutu dan zat gizi lainnya.
2. Keterangan tentang kandung gizi pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dicantumkan dengan urutan :
a. jumlah keseluruhan energi, dengan perincian berdasarkan jumlah energi yang
berasal dari lemak, protein, dan karbohidrat;
b. jumlah keseluruhan lemak, lemak jenuh, kolesterol, jumlah keseluruhan
karbohidrat, serat, gula, protein, vitamin dan mineral.
3. Jika pelabelan kandungan gizi digunakan suatu pangan, maka Label untuk pangan
tersebut wajib memuat hal-hal berikut :
a. ukuran takaran saji;
b. jumlah sajian per kemasan;
c. kandungan energi per takaran saji;
d. kandungan protein per sajian (dalam gram);
e. kandungan karbohidrat per sajian (dalam gram);
f. kandungan lemak per sajia (dalam gram);
g. persentase dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan

Iklanpanganharus memuat keterengan yang jelas, benar dan tidakmenyesatkan, dan tidak
bertentangan dengan norma.Seperti yang tercantumdalam pasal 44 ayat 1, yaitu:

 Setiap Iklan tentang pangan yang diperdagangkan wajib memuat keterangan


mengenai pangan secara benar dan tidak menyesatkan, baik dalam bentuk gambar dan
atau suara, pernyataan, dan atau bentuk apapun lainnya.

Iklanyang mengandung bahan-bahan yang berkadar tinggi dan dapat mebahayakan atau
mengganggu pertumbuhan dan/atau perkembangan anak-anak dilarang dimuat dalam media
apapun.Seperti yang tercantum dalam pasal 47, yaitu:

 Iklan tentang pangan olahan tertentu yang mengandung bahan-bahan yang berkadar
tinggi yang dapat membahayakan dan atau mengganggu pertumbuhan dan atau
perkembangan anak-anak dilarang dimuat dalam media apapun yang secara khusus
ditujukan untuk anak-anak.
 Iklan tentang pangan yang diperuntukkan bagi bayi yang berusia lanjut dengan 1 (satu)
tahun, dilarang dimuat dalam media massa, kecuali dalam media cetak khusus tentang
kesehatan, setelah mendapat persetujuan Menteri Kesehatan, dan dalam Iklan yang
bersangkutan wajib memuat keterangan bahwa pangan yang bersangkutan bukan
pengganti ASI.

Iklanpangan yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan tidak boleh memberi pernyataan yang
menyatakan bahwa produk tesebut merupakan sumber energi yang unggul dan memberi
kekuatan dengan segera. seperti yang tercantum dalam pasal 50, yaitu:
 Iklan dilarang memuat keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut adalah
sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan.

PEMBAHASAN

Iklan merupakan bagian dalam proses bisnis, yang biasanya bersifat ajakan atau
membujuk secara halus. Iklan di Indonesia diatur dalam Undang-undang dan Peraturan
pemerintah guna untuk melindungi hak-hak konsumen. Pada Agama Islam, iklan pun
diperbolehkan karena iklan termasuk dalam proses perniagaan, yang mana perniagaan dalam
Islam juga diperbolehkan dengan syarat sesuai dengan ketentuan dan tidak melanggar kaidah
serta hokum-hukum syariat Islam. Iklan umumnya merupakan bentuk ajakan yang
didalamnya menyampaikan nilai-nilai dan ajakan untuk menggunakan produk tersebut. Iklan
juga mempunyai fungsi untuk memberikan informasi meliputi kegunaan produk, komposisi,
dan kombinasi elemen yang digunakan dalam pembuatan produk. Iklan yang mengandung
unsur kebohongan ataupun penipuan adalah iklan yang tidak baik karena melanggar hokum
serta melanggar etika.

Iklan pada susu kental manis merk Frisian Flag dalam iklannya yang ditampilkan
pada media televisi pada tahun 2017, mendapat teguran dari BPOM RI, karena dalam isi
iklannya tidak menyampaikan nilai-nilai produk secara jujur, yang mana BPOM RI
merupakan badan pengawasan obat dan makanan merupakan institusi resmi sebagi rujukan
masyarakat apakah obat dan makanan serta minuman yang beredar di pasaran aman serta
layak di konsumsi oleh para konsumen khususnya konsumen Indonesia. Dalam hal iklan susu
kental manis merk Frisian Flag ini, iklan yang ditampilkan pada media elektronik khususnya
televisi dan pada label produk tidak sesuai manfaat atas nilai-nilai kandungan yang ada
komposisi produknya. Adapun 4 poin dalam surat edaran BPOM tersebut :

1. Dilarang menampilkan anak-anak berusia dibawah 5 tahun dalam bentuk apa pun.
2. Dilarang menggunakan visualisasi bahwa produk Susu Kental dan Analognya (Kategori
Pangan 01.3) disetarakan dengan produk susu lain sebagai penambah atau pelengkap zat
gizi. Produk susu lain antara lain susu sapi/susu yang dipasteurisasi/susu yang
disterilisasi/susu formula/susu pertumbuhan.
3. Dilarang menggunakan visualisasi gambar susu cair dan atau susu dalam gelas serta
disajikan dengan cara diseduh untuk dikonsumsi sebagai minuman.
4. Khusus untuk iklan, dilarang ditayangkan pada jam tayang acara anak-anak.

Maka jika ditinjau dari UU Perlindungan konsumen, maka hal ini dapat dikatakan penipuan
sesuai dengan undang-undang perlindungan konsumen dan tentu saja melanggar norma-
norma dalam etika Bisnis Islam.

Sesuai dengan surat edaran dari BPOM RI, maka susu kental manis merk Frisian Flag
melanggar di beberapa poin yang dikeluarkan oleh BPOM RI, di antaranya

1. Iklan susu kental manis merk Frisian Flag pada iklannya menampilkan visualisasi
dengan menyamakan susu kental manis Frisian Flag seperti susu formula ataupun susu
pertumbuhan.
2. Iklan susu kental manis merk Frisian Flag dalam penyampaian penggunaannya
ditampilkan seperti minum susu pada umumnya dengan cara di seduh, padahal susu
kental manis harusnya di gunakan sebagai produk tambahan.
3. Iklan susu kental Manis merk Frisian Flag menampilkan iklannya pada jam tayang acara
anak-anak, yang mana.

Tinjauan dari Segi Etika Bisnis Islam.

1. Dalam kasus iklan susu kental manis merek Frisian Flag ini tentunya melanggar norma-
norma dalam perniagaan Islam, karena ada unsur ketidak jujuran dalam penyampaian
nilai produk. Iklan yang mengandung unsur kebohongan ataupun penipuan adalah iklan
yang melanggar etika. Hadits Nabi saw.: “Pedagang yang benar dan terpercaya
bergabung dengan para Nabi, orang-orang benar (shiddiqin) dan para syuhada” (HR.
Tirmidzi). Nabi saw. Juga bersabda: “Penjual dan pembeli bebas memilih selama belum
putus transaksi. Jika keduanya bersikap benar dan mau menjelaskan kekurangan barang
yang diperdagangkan maka keduanya mendapatkan berkah dari jual belinya. Namun, jika
keduanya sahng menutupi aib barang dagangan itu dan berbohong, maka jika mereka
mendapat laba, hilanglah berkah jual beli itu” (HR. Muttafaqun alaih).
2. Dalam iklan susu kental manis Frisian Flag, produsen seakan hanya mengejar
keuntungan tanpa memperdulikan apakah produknya dibutuhkan oleh masyarakat atau
tidak, mengingat susu merupakan suatu kebutuhan pelengkap yang identik di msayarakat,
maka produsen hanya mencari celah bahwa produk berupa susu akan laris manis
dipasaran padahal sebenarnya susu kental manis ini komposisi yang paling dominan
merupakan gula, bukan susunya. Cara seperti ini bertentangan dengan Islam yang lebih
mengutamakan kemaslahatan, karena itu produsen muslim seharusnya membuat produk
yang sesuai dengan kebutuhan manusia, untuk itu diperlukan perencanaan, analisis dan
statistik untuk mengetahui kebutuhan masyarakat.
3. Pesan yang disampaikan diterima oleh yang bukan audience target utama. Target atau
sasaran iklan hendaknya diperhatikan betul agar jangan sampai terjadi salah sasaran yang
bisa berakibat negatif dimasyarakat. Misalnya saja iklan alat kontrasepsi yang
ditayangkan di TV padahal penonton TV bukan hanya orang dewasa tetapi juga anak-
anak sehingga secara moral bisa berakibat negatif pada anak-anak. Hal inilah yang
menjadi masalah moral pada iklan susu kental manis Frisian Flag, karena dalam iklannya
menampilkan sekeluarga yang ceria dan bersemangat karena meminum susu kental
manis Frisian Flag dengan cara penyajian diseduh dengan air, ini sudah bertentangan
dengan fungsi pokok iklan susu kental manis yang seharusnya han ya menjadi penambah
dalam menu maupun komposisi makanan lain. Dalam iklan ini seolah-olah pengilklan
mengajak bahwa susu kental manis Frisian Flag cocok untuk disegala umur.
Diriwayatkan dari Abu Musa ra., ia berkata: “Aku pemah bertanya: “Wahai Rasulullah,
siapakah muslim yang paling utama?” Beliau menjawab: “Muslim yang muslim lainnya
terbebas dari gangguan lisan dan tangannya” (HR Bukhari-Muslim). Nabi saw. Juga
bersabda: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah berkata yang
baik atau diam” (HR. BukhariMuslim). Produsen seharusnya juga menjaga perasaan
orang lain demi terdatanya persaudaraan

Tinjauan dari Segi Hukum

Setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman serta kenyamanan dalam
kehidupan bernegara, termasuk dalam mendapatkan informasi. Iklan merupakan bagian
dalam informasi yang berisi ajakan persuasive atau bujukan. Dalam kasus iklan susu kental
manis Frisian Fleg ini jika merujuk pada surat edaran BPOM RI telah melanggar Undang-
undang perlindungan konsumen. Merujuk pada Kewajiban dan Larangan bagi pelaku usaha
dalam pasal 7 UUPK diantaranya:

1. Pada point 2 tertuliskan bahwa Kewajiban pelaku usaha adalah Memberikan informasi
yang benar, jelas serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
Dalam iklan susu kental manis Frisian Flag ini tentunya melanggar peraturan point diatas,
karena dalam iklannya terdapat kesalahan penggunaan ataupun penyajiannya. Yang
seharusnya bukan untuk diseduh sebagai minuman, akan tetapi sebagai bagian dari
pelengkap makanan ataupun tambahan komposisi dari sebuah hidangan.
2. Pada peraturan label pangan dan Iklan pangan seperti yang tercantum pada pasal 44 PP
RI No 69 tahun 1999 ayat 1 yang berbunyi : Setiap iklan tentang pangan yang
diperdagangkan wajib memuat keterangan mengenai pangan secara benar dan tidak
menyesatkan, baik dalam bentuk gambar dan atau suara, pernyataan, dan atau bentuk
ataupun lainnya.

Dalam hal ini susu kental manis Frisian Flag dapat dikatakan melanggar kaidah-kaidah
iklan jika merujuk pada pasal diatas, karena dalam isi iklannya menampilkan cara
konsumsi dan penyajian yang tidak semestinya. Dalam iklan susu kental manis Frisian
Flag dapat menggiring asumsi bahwa susu kental manis Frisian Flag boleh diminum
dengan diseduh langsung. Dalam hal ini konsumen yang merasa dirugikan, karena dalam
satu gelas susu kental manis yang disajikan secara diseduh di gelas mengandung 23 gram
gula, yang mana setiap orang dewasa konsumsi gula dalam sehari maksimal 40 gram.
Maka sebenarnya susu kental manis ini lebih cocok disebut pemanis, bukan susu.

KESIMPULAN

Fungsi utama iklan yaitu untuk memberikan informasi meliputi kegunaan produk,
komposisi, dan kombinasi elemen yang digunakan dalam pembuatan produk. Iklan yang
mengandung unsur kebohongan ataupun penipuan adalah iklan yang tidak baik karena
melanggar hukum serta melanggar etika.

Frisian flag merupakan salah satu merk susu kental manis di Indonesia pada iklan
yang ditampilkan frifian flag banyak mengandung unsur kebohongan dan penipuan terhadap
publik khususnya konsumen. BPOM juga telah memberikan surat perintah terhadap produk
susu kental manis yang beredar dipasaran bukan hanya teguran untuk frisian flag namun juga
untuk merk produk susu kental manis lainnya. Hal tersebut dilakukan oleh BPOM karna
produk susu kental manis telah melanggar UU perlindungan konsumen yang dimana pelaku
usaha wajib Memberikan informasi yang benar, jelas serta memberikan penjelasan
penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan suatu produk. Dalam iklan susu kental manis
Frisian Flag ini tentunya melanggar peraturan point diatas, karena dalam iklannya terdapat
kesalahan penggunaan ataupun penyajiannya, yang seharusnya bukan untuk diseduh sebagai
minuman, akan tetapi hanya sebagai bagian dari pelengkap makanan ataupun tambahan
komposisi dari sebuah hidangan.

Secara etika iklan mengenai susu frisian flag telah melanggar etika kejujuran karna
dalam penyampaian pada iklan menggunakan visualisasi keluarga yang harmonis dan anak-
anak yang sebetulnya produk tersebut tidak untuk anak anak, bagi pelaku usaha sendiri lebih
mementingkan keuntungan bisnisnya dibandingkan dengan produk yang seharusnya
dibutuhkan oleh konsumen karna susu kenal manis frisian flag lebih banyak mengandung
gula dibanding kandungan protein pada susu. Hal tersebut telah melanggar etika bisnis dalam
islam yang mengutamakan kemaslahatan, sebenarnya susu kental manis frisian flas lebih
cocok dikatakan pemanis, crim atau karamel karna lebih banyak mengandung gula dibanding
kandungan protein nya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Barkatullah, Framework Sistem Perlindungan Hukum bagi Konsumen di


Indonesia. Bandung:Nusa Media. 2016.

Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Rajawali
Pers.2004.

Amelia Rahmaniah, 2009, Etika Bisnis Islam dalam Periklanan, dalam


https://media.neliti.com/media/publications/89429-ID-etika-bisnis-islami-dalam-
periklanan.pdf,26/06/2019, 21:00 pm.

Rewoldt, Stewart, Strategi Promosi Pemasaran, Jakarta: Rineka Cipa, 1995.

http://hukum.unstrat.ac.id/pp/pp_69_99.htm

https://news.detik.com/berita/4097560/susu-kental-manis-ramai-dibahas-ini-4-larangan-bpom

https://tirto.id/perusahaan-susu-kental-manis-dinilai-telah-melanggar-uu-konsumen-cNAV

https://tirto.id/kemenkes-tegaskan-susu-kental-manis-bukan-produk-penambah-gizi-cNv6

https://www.boombastis.com/fakta-dan-sejarah-susu-kental-manis/166865

https://wartakota.tribunnews.com/2018/07/15/keberadaan-susu-kental-manis-di-indonesia

http://indomilk24.blogspot.com/p/produk_26.html

https://inforperusahaan.wordpress.com/2015/05/19/pt-indolakto/

Anda mungkin juga menyukai