DISUSUN OLEH :
A. Latar Belakang
Sejalan dengan krisis ekonomi global tiga tahun terakhir maka
pemerintah Indonesia mendorong industri dalam negeri menggunakan bahan
baku lokal dan mengurangi ketergantungan pada bahan impor
(Arisoesilaningsih, 2009). Suweg adalah tanaman umbi tradisional
yang telah dimanfaatkan sejak lama di Indonesia. Di Jawa, umbi direbus dan
dikonsumsi sebagai pengganti nasi terutama selama musim kering, selain itu
suweg telah diketahui banyak manfaatnya sehingga mempunyai nilai
ekonomi tinggi (Prihatyanto, 2007). Umbi suweg mengandung glukomanan
yang banyak manfaatnya sebagai bahan baku konniyaku makanan khas
Jepang, perekat, industri tekstil, industri film, industri listrik, industri senjata
perang dan gelatin mannan sebagai pengganti media tumbuh (Lingga et
al.,1989). Umbi suweg mengandung pati dalam jumlah besar sehingga sering
dikonsumsi langsung sebagai bahan pangan (Jansen et al., 1996).
Secara alami suweg tumbuh di hutan tropika dataran rendah hingga
100-1000 meter di atas permukaan laut. Pada tahun 2009 total ekspor umbi
suweg di Indonesia mencapai 235 ton , peluang industri suweg dalam dan
luar negeri sangat tinggi dan produksi saat ini belum memenuhi kebutuhan
lebih dari 3000 ton per tahun, maka masyarakat lebih memilih berburu di
hutan-hutan termasuk memperoleh bibit juga mengandalkan pasokan alam
daripada membudidayakannya di lahan. Akibatnya, populasi suweg di alam
terancam kelestariannya. Berdasar permasalahan tersebut, perlu adanya
pengembangan budidaya suweg secara intensif pada lahan budidaya. Agar
suweg dapat dibudidayakan pada lingkungan yang bukan habitat aslinya,
maka harus dilakukan modifikasi lingkungan tempat tumbunnya dengan
penanaman tanaman naungan. Masa panen suweg antara 5-6 bulan, sehingga
dalam waktu enam bulan tersebut tentunys lahan tidak dapat berproduksi,
untuk mengatasinya tanaman naungan yang digunakan pada budidaya suweg
haruslah tanaman yang dapat berproduksi kurang dari enam bulan namun
berpotensi untuk menunjang produktivitas suweg. Selain itu, untuk
memaksimalkan fase vegetatif disemprotkan hormon giberelin agar umbi
dapat berkembang maksimal sebelum ditanam pada lahan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan karakter morfologi tanaman suweg di
Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi Jawa Timur dengan karakter
morfologi tanaman suweg di Kecamatan Panjangan, Kabupaten Bantul
Yogyakarta ?
2. Bagaimana perbadingan karakter pati tanaman suweg di
Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi Jawa Timur dengan karakter
morfologi tanaman suweg di Kecamatan Panjangan, Kabupaten Bantul
Yogyakarta ?
C. Tujuan
1. Mengetahui karakter morfologi tanaman suweg di
Kecamatan Pangkur, Kabupaten Ngawi Jawa Timur dengan karakter
morfologi tanaman suweg di Kecamatan Panjangan, Kabupaten Bantul
Yogyakarta ?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Suweg
Suweg merupakan tanaman berumbi telanjang, berbentuk
globose dan memiliki batang semu dengan satu daun tunggal yang
terpecah-pecah dan tangkai daun tegak yang keluar dari umbinya.
Tangkainya berwarna hijau dan memiliki belang putih yang menyebar rata
diseluruh permukaan batang. Batang juga dipenuhi dengan bintil- bintil,
halus yang menyebar rata, panjang batang berkisar antara 50-150 cm dan
helaian daun berdiameter 75-200 cm. Dengan lebar daun demikian,
mengakibatkan indeks luas daun rendah sehingga populasi tanaman per
hektar menurut Soemono et al. (1986) dapat mencapai 40000- 50000
tanaman. Suweg dipelihara untuk dimakan umbinya dan secara tradisional
parutan umbi yang segar dapat dipakai untuk obat luka. Umbi suweg
mengandung kristal kalsium oksalat yang membuat rasa gatal, senyawa
tersebut dapat dihilangkan dengan perebusan.
Sedangkan bunganya termasuk bunga mejemuk dan
uniseksual (bunga jantan dan betina ada dalam dua bunga yang terpisah).
Bunga jantan dan betina dapat terlihat hanya saat bunga mekar, tongkol
bunga terdiri dari bunga betina dibagian bawah, bunga jantan di tengah
dan bagian tangkai teratas bunga mandul. Semuanya tersusun dalam
tangkai yang menjulang di tengah bunga, maka yang disebut bunga,
sebenarnya hanyalah seludang, sehingga dapat disebut bunga semu. Umbi
suweg, berbentuk bundar agak pipih dan berkulit kasar, dengan serabut
menyerupai akar yang tumbuh jarang di permukaan kulitnya.. Seluruh
permukaan kulit umbi suweg dipenuhi dengan bintil-bintil dan tonjolan,
sebagai anak umbi dan tunas yang dapat dugunakan untuk perbanyakan
atau perkembangbiakan secara vegetative dengan menanam tunas atau
umbi anaknya. Sementara di bagian atas tepat di tengah-tengah lingkaran
umbi, terletak tunas utamanya.
c. Budidaya Suweg
Tunas yang terdapat di sekeliling buah suweg harus dipilih untuk
ditanam. Setelah tunas terpilih, tanam tunas tersebut dalam lubang ± 15 cm.
Suweg bisa tumbuh baik di tempat tempat yang lembab dan terlindung dari
sinar matahari. Tanaman ini membutuhkan suhu rata-rata harian 25 – 35 °
C. Curah hujan rata-rata tahunan yang dibutuhkan antara 100 mm-1500 mm.
Untuk hasil yang baik, tanaman suweg menghendaki tanah yang subur serta
tidak becek , selain itu derajat keasaman tanah yang ideal adalah antara PH
6 – 7 serta pada kondisi jenis tanah apa saja. Naungan yang ideal untuk
tanaman suweg adalah jenis Jati, Mahoni Sono, dan lain-lain yang dapat
menaungi serta terhindar dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan
minimal 40% sehingga semakin rapat semakin baik, sedangkan untuk masa
panen dapat dilakukan setelah berumur 3 tahun (3 kali pertumbuhan).
Perkembangbiakan tanaman suweg dapat dilakukan dengan cara
generatif maupun vegetatif. Satu tongkol buah dapat menghasilkan bunga
yang kemudian menjadi buah dan biji. Satu tongkol buah dapat
menghasilkan bunga yang kemudian dapat dijadikan sebagai bahan tanam
yang terlebih dahulu disemaikan. Akan tetapi perkembangbiakan melalui
biji memerlukan waktu lama. Perkembangbiakan dengan umbi dapat
dilakukan menggunakan umbi yang besar dan kecil.