Di susun oleh :
Saya mengucapakan puji syukur kepada Tuhan yang maha esa karena pembuatan makalah ini
bisa selesai dan puji Tuhan bisa menjadi pegangan pada pengajaran Perencanaan Bendungan.
Walaupun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya berharap kepada Ibu
dosen untuk memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah tentang Bendung
Tetap ini.
Sebagai penulis dari makalah ini saya barharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Ahirnya saya mengucapakan atas perhatian dari semua pihak, saya ucapkan terima kasih.
Penyusun.
NOVRIN PANDESINGKA
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………….…………………………………………………. i
Bab 1 Pendahuluan
a. Kesimpulan .………………..…………………………………….………….……
b. Saran……….………………..……...…………………………….………….……
Daftar Pustaka………………………….………………………..……………………….……
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, kontrak merupakan ikatan antara pemilik proyek
selaku pengguna jasa dengan pelaksana/kontraktor selaku penyedia jasa konstruksi. Kontrak
menjabarkan bentuk kerjasama, baik dalam hal teknik, komersial, maupun dari segi hukum
dengan poin poin yang telah disepakati oleh kedua pihak pemilik dengan kontraktor. Dalam
kontrak mencakup tentang hak dan kewajiban di antara kedua belah pihak. Sehingga kedua belah
pihak harus mencermati pasal-pasal yang ada dalam kontrak guna menghindari risiko yang
timbulkan dari kontrak yang telah disepakati.
b. Rumusan Masalah
1) Pengertian Developer …………………………………………..?
2) Developer Tentang Kasus Bangunan Perumahan ……………...?
BAB II
PEMBAHASASN
A. DEVELOPER
Definisi Developer
“Perusahaan Pembangunan Perumahan adalah suatu perusahaan yang berusaha dalam bidang
pembangunan perumahan dari berbagai jenis dalam jumlah yang besar di atas suatu kesatuan
lingkungan pemukiman yang dilengkapi dengan berbagai prasarana lingkungan dan fasilitas
sosial yang diperlukan oleh masyarakat penghuninya.”
Developer sebagai pelaku usaha juga dapat diartikan sebagai perusahaan yang bergerak dalam
bidang pengadaan perumahan.
Developer perumahan bersubsidi: developer yang menerima bantuan subsidi dalam arti harga
perumahan yang diberikan terjangkau dan dikhususkan bagi kalangan menengah ke bawah.
1. Hak Developer
Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, hak-hak pelaku usaha, dalam hal
ini seorang developer antara lain:
- Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan
nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
- Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak
baik;
- Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa
konsumen;
- Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen
tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
- Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
2. Kewajiban Developer
Developer memiliki tanggung jawab moral developer yang terangkum dalam kode etik Persatuan
Perusahaan Real Estate Indonesia yang dikenal dengan “Sapta Brata” sebagai berikut:
Secara Umum, Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Developer Dalam Hukum Terdiri Dari:
- Prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan (liability based on fault), yaitu prinsip yang
menyatakan bahwa seseorang baru dapat diminta pertanggungjawabannya secara hukum
jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya;
- Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab (presumption of liability), yaitu prinsip
yang menyatakan tergugat selalu dianggap bertanggung jawab sampai ia dapat
membuktikan bahwa ia tidak bersalah, dimana beban pembuktian ada pada tergugat;
- Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab (presumption of nonliability), yaitu
kebalikan dari prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab, dimana tergugat selalu
dianggap tidak bertanggung jawab sampai dibuktikan bahwa ia bersalah;
- Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability), yaitu prinsip yang menetapkan kesalahan
tidak sebagai faktor yang menentukan, namun ada pengecualian-pengecualian yang
memungkinkan untuk dibebaskan dari tanggung jawab;
- Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability), yaitu pelaku usaha
tidak boleh secara sepihak menentukan klausul yang merugikan konsumen, termasuk
membatasi maksimal tanggung jawabnya. Jika ada pembatasan maka harus berdasarkan
pada perundang-undangan yang berlaku.
Apabila dinyatakan bahwa pihak pelaku usaha harus bertanggung jawab, menurut pasal
19 ayat 1 Undang-undang Perlindungan Konsumen, tanggung jawab pelaku usaha
diantaranya:
- Barang tersebut terbukti seharusnya tidak diedarkan atau tidak dimaksudkan untuk
diedarkan;
- Cacat barang timbul pada kemudian hari;
- Cacat timbul akibat ditaatinya ketentuan mengenai kualifikasi barang;
- Kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen;
- Lewatnya jangka waktu penuntutan 4 (empat) tahun sejak barang dibeli atau lewatnya
jangka waktu yang diperjanjikan.
Namun dalam praktiknya, tidak semua developer atau pelaku usaha yang memiliki itikad
yang baik dan kerap kali terjadi persaingan yang tidak sehat antar pelaku usaha yang juga
berdampak negatif alias merugikan pihak konsumen.
1. Hak Konsumen
- Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau
jasa;
- Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
- Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa;
- Hak untuk didengarkan pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
- Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
- Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
- Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
- Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
- Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.
2. Kewajiban Konsumen
- Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan
barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
- Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
- Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
- Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
B. KASUS DVELEPOER PERUMAHAN
Menyusun Rencana Anggaran Biaya merupakan proses awal yang sangat penting untuk
memulai membangun rumah atau bangunan lainnya. Karena rencana anggaran biaya merupakan
komponen yang terbesar dalam satu kesatuan proyek terutama untuk mengetahui biaya bangun
rumah, jadi tingkat kehati-hatian di awal proyek benar-benar menjadi prioritas utama. Ini berlaku
baik anda sebagai pemilik rumah, kontraktor maupun sebagai developer.
Hal yang perlu diperhatikan dan benar-benar harus dikerjakan sebelum menjalankan adalah
membuat analisis pekerjaan dan rencana anggaran biaya proyek. Hal ini perlu dilakukan pada
awal agar tidak terjadi kesalahan yang fatal pada saat proyek sudah berjalan. Pekerjaan yang
diperlukan berkaitan dengan tanah pada tahap perencanaan adalah pengukuran, penentuan kontur
tanah (tinggi rendahnya), dan pengujian kekuatan tanah.
Sebelum menyusun RAB, terlebih dahulu anda harus menyusun item pekerjaan, sebagai berikut :
I. Pekerjaan Awal
V. Pekerjaan Dinding
X. Pekerjaan Sanitasi
Setelah mengetahui item pekerjaan diatas, baru kemudian anda menghitung volume pekerjaan
bangunan yang anda rencanakan, setelah itu RAB baru bisa dibuat.
Baiklah, kalau anda masih penasaran bagaimana cara pembuatan RAB tersebut,
silakan download file berikut, yang menjelaskan bagaimana menghitung volume pekerjaan untuk
kemudian menentukan RAB, download juga file analisa biaya konstruksi SNI (Standart Nasional
Indonesia), agar perhitungan anda tepat (walau selisih namun tidak jauh) dan sesuai standart.
Sebagai contoh, andaikan di jadwal pelaksanaan target yang harus di capai dalam 1 minggu (6
hari kerja mulai senin sampai sabtu) pemasangan bata 250 m2 maka material ataupun tenaga
yang di perlukan sebagai berikut.
Gunakan Analisa Pekerjaan Sipil Atau Ebook 153 Analisa Pekerjaan Sipil.
Pada Bab IV No.5 pada ebook 153 analisa pekerjaan sipil. sebagai berikut :
Bahan
0,3000 OH Pekerja
0,0150 OH Mandor
dari analisa tersebut, materila yang dibutuhkan untuk mengerjakan pasangan batadengan volume
250 m2 adalah :
Portland Cement = 8,12 kg x 250 = 2.030 kg atau kalau menggunakan 1 zak yg 40 kg = 50,75
zak
Jumlah material tersebut diatas, sudah ada digudang lapangan sehari sebelum pekerjaan dimulai.
sehingga jumlah tenaga yang diperlukan untuk meyelesaikan 250 m2 pasangan bata selama 6
hari, setiap harinya kurang lebih.
Pekerja = 12,5 orang, Tukang Batu = 4,2 , mandor dan kepala tukang kita abaikan .
disimpulkan setiap 1 tukang dilayani 3 pekerja, tetapi 1 tukang dengan dilayani 3 pekerja
kemungkinan tukang tidak mampu, maka kita kurangi menjadi 1 tukang dilayani 2 pekerja,
sisanya tenaga yang tdk terpakai kita simpan melihat situasi, apakah perlu atau tidak. karena
dalam analisa biasanya ada toleransi, maka kita gunakan saja 4 tukang 8 tenaga, sisanya kalau
kita memborong adalah merupakan keuntungan kita.
CONTOH RAB
Dari RAB diatas kita buat bobot masing-masing pekerjaan dengan cara jumlah harga tiap2
Contoh : Pekerjaan pengukura jumlah harga Rp. 150.000 dibagi dengan grand total didapat di
kalikan 100maka bobot yang di dapat dalam prosentase pekerjaan adalah 0.099399 %
Kemudian kita rencanakan pekerjaan tersebut akan diseleasikan berapa hari atau berapa minggu
kemudian kita buat tabel sebagai berikut, disini kami misalkan pekerjaan tersebut akan
diselesaikan dalam waktu 8 minggu. Tabel sebagai berikut
Dan perkirakan berapa lama tiap-tiap item pekerjaan akan kita selesaikan, kemudian dilanjutkan
dengan pekerjaan berikutnya.
Berikut ini tim MSK mencoba untuk mem-break down mengenai yang berhubungan dengan
dunia tukang juga profesi-profesi yang terlibat pada dunia konstruksi berikut upah-upahnya,
perlu diketahui mengenai uraian upah tidak dapat dijadikan acuan, hal tersebut tergantung
pasaran harga di wilayah masing-masing.
Ketika membasahas masalah konstruksi, ada banyak elemen yang menjadi perhatian di sini.
Bukan hanya pemilihan material, desain konstruksi, dan pengadaan alat berat saja yang jadi
pertimbangan. Dalam bidang ini, ada banyak tenaga kerja dengan spesialisasi tertentu dalam
sebuah proyek konstruksi.
Tukang-tukang dalam konstruksi berkontribusi dalam setiap proyek dengan pelaksanaan ugas
masing-masing sesuai dengan tanggung jawabny. Semua pekerjaan dalam sebua konstruksi
amatlah penting, jadi setiap pelaksanaannya butuh pengawasan khusus sehingga konstruksi bisa
berjalan sesuai dengan rancangan yang dibuat sebelumnya.
Berikut ini beberapa profesi dan juga tukang-tukang dalam kontruksi yang memberi kontribusi
pada selesainya sebuah konstruksi, pembagiannya dibagi menjadi dua: (1) orang-orang yang
bekerja dalam kantor, dan (2) tukang-tukang dalam yang bekerja di lapangan.
Insinyur desain
Insinyur desain memiliki tanggung jawab untuk merencanakan seluruh proyek pembangunan
untuk dan merealisasikan seluruh desain yang diusulkan diawal proyek. Dalam tugasnya
ini,insinyur desain harus memastikan pelaksanaan konstruksi berlangsung dengan lancar dengan
mengutamakan keselamatan.
Arsitek proyek
Seorang arsitek desain harus mampu menerjemahkan ide dalam sebuah desain, menguasai
teknologi, memahami karakter material bangunan, serta membuat perencaaan pembagunan
dalam bentuk gambar.
Mandor proyek
Pekerjaan di lapangan atau di lokasi kosntruksi diserahkan kepada tukang-tukang yang
profesional dengan pengawasan di bawah mandor.
Mandor harus memiliki pengetahuan akan bahan bangunan dan juga proses dari konstruksi
hingga bisa mengarahkan pekerjaan tukang-tukang dalam konstruksi serta mengavaluasi kinerja
tukang-tukang yang ada di bawahnya.
Jika pengetahuan dan pengalaman mandor rendah, maka bangunan tidak akan selesai sesuai
perencanaan. Hal ini karena tugas pengawasan langsung diserahkan kepada mandor. Mesipun tak
jarang juga manajer proyek maupun insinyur sipil terjun pula ke lapangan untuk melakukan
evaluasi kerja konstruksi dan inspeksi.
Upah mandor: Rp. 85.000 sampai dengan Rp. 95.000 perhari
Tukang kayu
Tukang-tukang dalam konstruksi memiliki peran sangat besar. Salah satunya ialah tukang kayu
yang harus ada dalam setiap proyek. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya pengerjaan konstuksi
yang melibatkan material kayu, meliputi pekerjaan:
Struktur plafon
Struktur lantai
Dll
Semua pekerjaan di atas sudah semestinya dilakukan oleh mereka yang professional sehingga
akan terihat hasil kerja konstruksi yang maksimal. Jika memungkinkan, bisa memilih tukang
kayu untuk konstruksi yang memiliki sertifikat khusus.
Dengan profesionalitas dan pengalaman, maka akan memudahkan pula untuk urusan koordinasi
dengan tukang atau pengerjaan bagian lain dalam konstruksi.
Upah tukang kayu: Rp. 50.000 sampai dengan Rp. 75.000 perhari (tergantung keterampilan yang
dimiliki)
Kerapihan kerja juga menjadi poin sendiri dalam evaluasi kerjanya, baik kerapihan pekerjaan
maupun dilapangan.
Seperti halnya tukang kayu, tukang besi yang kompeten harus memiliki sertifikat di bidang yang
sama. Namun hal tentu juga tak melupakan penilaian dari pengalaman dan kecekatan kerja
tukang besi dalam konstruksi, tugas tukang besi mencakup:
Meskipun insinyur dan arsitek desain sudah bekerja keras membuat desain konstruksi, namun
jika pelaksanaan tugasnya tidak maksimal, maka hasil konstruksi juga akan kurang maksimal
seperti perancanaan yang diharapkan. Maka dari itulah, pemilihan tukang-tukang dalam
konstruksi harus dilakukan dengan jeli. Pengetahuan, sertifikat kompetensi, dan pengalaman di
lapangan langsung menjadi beberapa poin pertimbangan dalam memilih tukangd alam
konstruksi.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
1. Hubungan hukum antara developer dengan konsumen perumahan ditinjau dari hukum
perlindungan konsumen adalah hubungan kontraktual yakni Perjanjian Jual Beli rumah.
Developer dan konsumen menuangkan kesepakatan dalam Perjanjian Pengikatan Jual
Beli (PPJB). Perjanjian jual beli dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap kesepakatan
kedua belah pihak mengenai rumah dan harga yang ditandai dengan kata sepakat dan
tahap penyerahan dari rumah yang menjadi obyek perjanjian, dengan tujuan untuk
mengalihkan hak milik dari rumah tersebut. Dalam hubungan hukum ini, pihak developer
memiliki
posisi yang lebih dominan dibanding dengan konsumen, pihak developer cenderung lebih
mengakomodasi kepentingan untuk melindungi dirinya, sedangkan kepentingan
konsumen diabaikan. Padahal seharusnya menurut ketentuan Berdasarkan ketentuan
Pasal 7 butir (1) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999, kewajiban pelaku usaha dalam
menawarkan dan menjual suatu produk haruslah beritikad baik dalam melakukan
kegiatan usahanya dengan melindungi hak-hak konsumen. 94
2. Pelaksanaan ganti kerugian yang menjadi hak konsumen perumahan terhadap developer
sebagai pelaku usaha didasarkan pada ketentuan Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1999. Developer bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerugian
konsumen akibat barang atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. Ganti kerugian
yang dimaksud didasarkan pada komponen yang sama yaitu biaya, rugi dan bunga
sebagaimana telah ditentukan dalam Pasal 1246 KUHPerdata.
b. Saran
1. Sebaiknya para developer melaksanakan perjanjian yang telah disepakati dan
memberikan informasi yang merupakan hak konsumen dengan jujur, benar dan jelas
mengenai kondisi barang dan/atau agar tidak merugikan konsumen di kemudian hari.
2. Untuk lebih integratif dan komprehensif mencapai sasaran perlindungan hukum terhadap
konsumen, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 dalam implementasinya harus disertai
peraturan pelaksanaannya, pembinaan aparat, pranata dan perangkat-perangkat yudikatif,
administratif dan edukatif, serta sarana dan prasarana lainnnya.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
Suputra, O., Ariany, dan Wahyuni S., (2008), Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 12,
Erlangga, Yakarta.
Yakarta.