Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

KEGANASAN VESIKA URINARIA

I. PENGERTIAN

Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang berusia di
atas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita (3:1). (Brunner &
SUddarth, 2001).
Kanker kandung kemih adalah kanker nonagresif yang muncul pada lapisan sel
transisional kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam kasus yang lebih sedikit,
kanker kandung kemih ditemukan menginvasi lapisan lebih dalam dari jaringan kandung
kemih. Dalam kasus ini, kanker cenderung lebih agresif. Paparan zat kimia industri (cat,
tekstil), riwayat penggunaan cyclophosphamide, dan merokok meningkatkan resiko kanker
kandung kemih (DiGiulio, et al. 2007).
Kebanyakan kanker kandung kemih merupakan pertumbuhan papiloma di urotelium
kandung kemih, meskipun pertumbuhan ini dapat menyebar ke dinding kandung kemih.
Kanker kandung kemih adalah neoplasma yang paling sering terjadi di saluran kemih,
dilaporkan mendekati angka 3% dari semua kematian yang disebabkan oleh kanker. Kanker
ini paling sering muncul pada orang-orang di usia 40 – 60 tahun. Kanker kandung kemih
juga muncul 2 – 3 kali lebih sering pada pria daripada wanita meskipun angka kejadian pada
wanita juga meningkat. Kanker ini sekarang menjadi urutan nomor 5 dari kanker yang
paling sering terjadi pada pria dan menjadi urutan 10 dari kanker yang paling sering terjadi
pada wanita. Kanker ini juga lebih sering terjadi pada orang kulit putih daripada orang kulit
hitam dan lebih sering muncul di daerah perkotaan dan di daerah industri bagian utara
(Coleman, et al. 1997)
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG- MARSHAL
untuk menentukan operasi atau observasi (Jiang & Lizhong2008)

T = Pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui: Pemeriksaan klinis,


uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan
biopsy atau tansurethral reseksi.
Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat dilakukan
Tanda-tanda tumor primer tidak ada
Pada pemeriksaan bimanual didapatkan massa yang bergerak
Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-buli
Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau massa nodular yang bergerak bebas
dapat diraba di buli-buli
Invasi otot yang lebih dalam
Perluasan lewat dinding buli-buli
Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina T4b Tumor sudah
melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam abdomen
N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe, pemeriksaan
kinis, lympgraphy, urography, operative
Minimal yang ditetapkan kel.Lymfe regional tidak dapat ditemukan
N0 Tanpa tanda-tanda pembesaran kelenjar lymfe regional
N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe regional
yang multiple
N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebas antaranya dan tumor
N4 Pembesaran kelenjar lymfe juxta regional
M = Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limfe yang jauh,
Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia
MX Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya
metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 Adanya metastase jauh
M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
M1d Metastase dalam organ yang multiple

Sedangkan untuk tipe dan lokasinya adalah sebagai berikut: (Jiang &

Lizhong 2008)
Tipe tumor didasarkan pada tipe selnya, tingkat anaplasia dan invasi.

1. Efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli squamosa cell anaplastik,


invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
2. Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
3. Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent),
infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal.
4. Primary Malignant lymphoma, neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat
menimbulkan serangan hipertensi selama kencing.
Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma mungkin mengadakan
metastase ke buli-buli, invasi ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi.

II. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Menurut Coleman, et al, (1997), proses penyakit dari kanker kandung kemih memiliki
beberapa kemungkinan penyebab. Diperkirakan terdapat korelasi yang sangat kuat antara
merokok dengan kejadian kanker kandung kemih. Paparan industri terhadap zat-zat dan
kondisi tertentu juga dapat menyebabkan kanker kandung kemih. Periode laten dari paparan
industri dapat terjadi hingga 20 – 45 tahun. Percobaan untuk menghubungkan konsumsi
kopi dan kanker kandung kemih menghasilkan penemuan yang berlawanan. Kontroversi
lain menghubungkan pemanis buatan dengan kejadian kanker kandung kemih meskipun
penelitian terbaru tidak menemukan peningkatan secara signifikan. Sebagian ahli percaya
bahwa klien yang mengalami kekambuhan kanker kandung kemih harus menghindari
pemanis buatan karena dapat memicu agen penyebab kanker.

Kanker kandung kemih memiliki beberapa faktor etiologi termasuk interaksi


antara latar belakang genetik dan faktor lingkungan dan merokok adalah faktor resiko utama
pemicu kanker kandung kemih (Cohen, et al.

2000 dalam Rouissi, et al. 2011), dan bertanggung jawab atas 50% kasus pada pria
dan 35% pada wanita (Zeegers, et al. 2000 dalam Rouissi, et al.

2011). Asap rokok mengandung sejumlah xenobiotics termasuk oksidan dan radikal
bebas, sehingga asap rokok dapat menurunkan serum dan folat sel darah merah dalam
darah dan antioksidan vitamin B12 (Maninno, et al.
2003; Tungtrongchitr, et al. 2003 dalam Rouissi, et al. 2011). Sebagai tambahan
laporan mengindikasikan bahwa konsentrasi total plasma homocysteine lebih tinggi pada
perokok daripada non perokok (Lwin, et al.

2002; Saw, et al. 2001 dalam Rouissi. et al. 2011). Penemuan-penemuan ini
menunjukkan bahwa fungsi polimorfisme pada gen terlibat dalam metabolisme folat dan
tingkat serum dari vitamin B12 memiliki peranan penting dalam perkembangan
karsinogenesis kanker.

Bagaimana pun juga, peneliti yakin bahwa orang-orang dengan faktor resiko tertentu
akan memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terpapar kanker kandung kemih. Penelitian
menemukan bahwa faktor-faktor berikut beresiko terhadap munculnya kaner kandung
kemih (National Cancer Institute 2010):

1. Merokok

Merokok merupakan faktor resiko utama untuk kanker kandung kemih. Merokok
merupakan penyebab utama dari beberapa kasus kanker kandung kemih. Orang yang
merokok selama bertahun-tahun memiliki resiko lebih tinggi daripada orang yang tidak
merokok atau orang yang merokok dalam jangka waktu yang pendek.

2. Bahan-bahan kimia di tempat kerja

Orang-orang tertentu memiliki resiko lebih tinggi karena bahan kimia penyebab
kanker di tempat mereka bekerja. Pekerja di industri pewarnaan, karet, kimia, logam, tekstil,
dan bulu, akan memiliki resiko terkena kanker kandung kemih. Resiko lain juga muncul
pada piñata rambut, masinis, pekerja printer, pengecat, dan supir truk.

3. Riwayat kanker kandung kemih

Orang-orang yang memiliki riwayat kanker kandung kemih memiliki kemungkinan untuk
kembali memiliki penyakit yang sama.

4. Pengobatan kanker tertentu

Orang yang pernah mendapatkan pengobatan kanker dengan obat-obatan tertentu seperti
cyclophosphamide akan meningkatkan resiko kanker kandung kemih. Juga orang yang
pernah mendapatkan terapi hadradiasi di abdomen atau panggul akan memiliki resiko

5. Arsenik
Arsenik merupakan suatu racun yang mampu meningkatkan resiko kanker kandung
kemih.Di beberapa bagian dunia,kadar arsenik mungkin ditemukan tinggi pada air minum.

6. Riwayat keluarga dengan kanker kandung kemih

Keluarga yang memiliki riwayat kanker kandung kemih maupun kanker lain seperti
kanker kolon dan kanker ginjal (RCC) akan menimbulkan resiko kanker kandung kemih

7. Infeksi

Infeksi kronis saluran kencing dan infeksi dari parasit S. haematobium juga dikaitkan
dengan peningkatan resiko kanker kandung kemih, seringnya pada karsinoma sel
skuamosa. Inflamasi kronis juga diperkirakan memainkan peran penting pada proses
karsinogenesis pada kasus ini.

Faktor resiko lain yang menyebabkan kanker kandung kemih menurut Wein, AJ
(2012):

1. Pada karsinoma urothelial kandung kemih

a) Merokok

b) Paparan industri

c) Paparan zat kimia

d) Paparan cyclophosphamide

2. Pada karsinoma sel skuamosa kandung kemih:

a) Schistosomiasis, merupakan sebuah infeksi dari Schistosoma

haematobium

b) Batu pada saluran kemih, jika terjadi bertahun- tahun

c) Penggunaan kateter selama bertahun- tahun d) Divertikula kandung kemih

3. Pada adenokarsinoma kandung kemih:

a) Sisa dari tindakan urachal

b) Neurogenic bladder

c) Metastasis dari malignansi primer


d) Ekstropi kandung kemih

e) Invasi tumor/kanker dari organ lain seperti kolon dan ginjal

4. Penyebab lain yang jarang terjadi: Penggunaan analgesic yang


mengandung phenacetin.

Faktor resiko lain (Ferri 2014):

1. Kerusakan spinal cord disebabkan karena pasien neurogenic bladder memerlukan


drainase kandung kemih jangka panjang dengan kateter Foley; iritasi kronis dari
penggunaan jangka panjang secara umum mengingkatkan resiko kanker kandung
kemih, khususnya karsinoma sel skuamosa.

2. Onkogenik berkaitan dengan kanker kandung kemih termasuk ras keluarga dengan
gene dan onkogenik ras p21.

3. Tumor suppressor genes, termasuk p53 pada kromosom 17p; gen retinoblastoma
(Rb) pada kromosom 13q; gen pada kromosom 9:

9p21 dan 9q32-33.

III. PATOFISIOLOGI
Keganasan yang terjadi pada kandung kemih ini kebanyakan menyerang pada sel
epitel transisional kandung kemih (Monahan, et al, 2007).

Perubahan (mutasi gen) pada kandung kemih melibatkan zat-zat karsinogen yang
didapat dari lingkungan seperti tembakau, aromatik amina, arsen; faktor resiko lain yang
mempengaruhi proses pertumbuhan sel kanker pada kandung kemih diantaranya : genetik
dan riwayat penyakit kandung kemih sebelumnya. Secara umum, karsinogenesis dapat
terjadi melalui aktivasi proto-onkogen dan rusaknya gen supresor tumor yang termasuk
fosfatase dan tensin homolog (PTEN) dan p53. Akibat dari mutasi ini terdapat delesi dari
kromosom 9 atau mengaktifkan mutasi dari reseptor faktor pertumbuhan fibroblast 3
(FGFR 3) (Ching & Hansel 2010).

Karsinoma kandung yang masih dini merupakan tumor superficial. Tumor ini
lama-kelamaan dapat mengadakan infiltrasi ke lamina propia, otot dan lemak perivesika
yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya. Hematuria yang disertai
nyeri merupakan gejala awal kanker pada kebanyakan pasien (Nursalam & Batticaca 2006).

IV. MANIFESTASI KLINIS


Kanker kandung kemih dapat menyebabkan beberapa gejala seperti berikut: (National
Cancer Institute 2010)
1) Terdapat darah dalam urin (urine terlihat seperti berkarat atau merah gelap).
2) Adanya dorongan mendesak untuk mengosongkan kandung kemih.
3) Harus mengosongkan kandung kemih lebih sering dari biasanya.
4) Adanya dorongan untuk mengosongkan kandung kemih tanpa ada hasil.
5) Merasa perlu berusaha keras saat mengosongkan kandung kemih.
6) Merasa nyeri saat mengosongkan kandung kemih
V. PENATALAKSANAAN
1. Tindakan konservatif
Irigasi kandung kemih adalah tindakan mencuci kandung kemih dengan cairan
yang mengalir. Tindakan ini dilakukan untuk memepertahankan kepatenan kandung
kemih, membuang atau meminimalkan obstruksi seperti bekuan dan plug mucus
dalam kandung kemih, mencegah atau mengatasi inflamasi atau infeksi kandung
kemih dan untuk memasukkan obat untuk pengobatan kandung kemih lokal. (Johnson
2005)
Irigasi dilakuakan dengan instilasi formalin, fenol atau perak nitrat untuk
mencapai penghilangan hematuria dan strangulasi (pengeluaran urine yang lambat
dan menyakitkan). (Baughman 2000)
2. Tindakan invasive minimal
Tindakan yang pertama dilakukan untuk mengatasi kanker kandung
kemih adalah dengan TURB. setelah itu dilanjutkan dengan irigasi atau diversi
urine baik secara sementara ataupun permanen.
Transurethral reseksi bledder (TURB): Prosedur ini, atau disebut dengan
"reseksi transurethral dari tumor kandung kemih", umum untuk kanker kandung
kemih tahap awal, atau mereka yang terbatas pada lapisan superfisial dari dinding
kandung kemih. Operasi kanker kandung kemih ini dilakukan dengan melewatkan
instrumen melalui uretra, yang menghindari memotong melalui perut. Instrumen
bedah yang digunakan untuk operasi ini disebut resectoscope. Sebuah loop kawat di
salah satu ujung resectoscope digunakan untuk menghilangkan jaringan abnormal
atau tumor. Setelah prosedur ini, membakar dasar tumor (fulguration) dapat
membantu memastikan bahwa sel-sel kanker yang tersisa dihancurkan. Atau laser
energi tinggi dapat digunakan. Dan cytoscope digunakan untuk melihat bagian dalam
kandung kemih selama prosedur.
3. Pembedahan untuk kanker kandung kemih (Cancer Treatment Cancer of America
2013)
Pembedahan biasanya pilihan pengobatan pertama untuk tahap awal kanker
kandung kemih karena tumor memiliki kemungkinan tidak menyebar ke area lain
dari tubuh. Prosedur pembedahan kanker kandung kemih adalah Cystectomy,
pembedahan ini bisa digunakan untuk menghapus baik seluruh atau sebagian dari
kandung kemih. Kadang- kadang, kandung kemih dapat diakses melalui sayatan di
perut. Hal ini juga
mungkin untuk melakukan operasi laparoskopi.Operasi laparoskopi, juga
disebut operasi lubang kunci, dapat mengurangi rasa sakit dan mempersingkat waktu
pemulihan.
Ada dua jenis cystectomi :
1) Cystectomi parsial: Jika kanker telah menyerang lapisan otot dinding kandung
kemih, tetapi tidak besar dan terpusat di satu daerah kandung kemih, maka
dimungkinkan untuk mengobati kanker dengan menghapus hanya sebagian
dari kandung kemih. Dengan prosedur ini, bagian dari kandung kemih di mana
ada kanker dihapus, dan lubang di dinding kandung kemih kemudian ditutup.
2) Cystectomi radikal: Jika kanker lebih besar dalam ukuran atau di lebih dari
satu daerah kandung kemih, maka seluruh kandung kemih mungkin perlu
dihapus . Dengan cystectomi radikal, kelenjar getah bening di dekatnya juga
dapat dihapus, bersama dengan prostat ( untuk pria ), dan bagi perempuan,
ovarium, tuba falopi, rahim, dan sebagian kecil dari vagina. Jenis operasi kanker
kandung kemih merupakan prosedur yang luas, tetapi dapat membantu
memastikan bahwa semua sel kanker dikeluarkan dari tubuh dan mengurangi
kemungkinan penyakit berulang.
4. Diversi Urine (NKUDIC 2013)
Prosedur ini untuk mengalihkan urine yang diperlukan dalam menangani
kegasanan pada system perkemihan.Ketika urin tidak dapat mengalir keluar dari tubuh
, dapat menumpuk di kandung kemih, ureter, dan ginjal. Akibatnya, limbah tubuh
dan air tambahan tidak kosong dari tubuh, berpotensi mengakibatkan rasa sakit,
infeksi saluran kemih, gagal ginjal, atau jika tidak diobati dapat menimbulkan
kematian. Diversi urin dapat bersifat sementara atau permanen, tergantung pada
alasan untuk prosedur ini.
Diversi urin sementara mengalirkan urine selama beberapa hari atau minggu.
Diversi urin sementara mengalirkan urin hingga penyebab penyumbatan diatasi atau
setelah operasi saluran kemih dilakukan. Jenis diversi urin sementara ini termasuk
nefrostomi dan kateterisasi urin.
Sebuah nefrostomi mengggunakan tabung kecil yang dimasukkan melalui kulit
langsung ke ginjal. Tabung nefrostomi mengalirkan urin dari ginjal ke dalam kantong
drainase eksternal. Seseorang perlu nefrostomi jika terjadi penyempitan,
penyumbatan, atau peradangan pada ureter. Dalam keadaan ini, nefrostomi dapat
digunakan selama beberapa minggu sampai masalah teratasi.
Kateterisasi urin menggunakan selang fleksibel (kateter) ke dalam kandung
kemih untuk mengalirkan urin. Dua metode kateterisasi urin meliputi penyisipan
kateter melalui uretra atau melalui insisi di kulit. Untuk metode pertama, tipe khusus
dari kateter, yang disebut kateter Foley, dimasukkan melalui uretra. Sebuah kateter
Foley memiliki balon berisi air sebagai kunci di dalam kandung kemih untuk menjaga
kateter di tempat. Untuk metode kedua, disebut kateterisasi suprapubik, kateter
dimasukkan melalui sayatan di kulit di bawah pusar langsung ke dalam kandung
kemih. Kateter urin mungkin tetap di tempat selama beberapa hari atau minggu.
Sedangkan untuk diversi urin permanen membutuhkan pembedahan untuk
mengalihkan aliran urine ke kantong eksternal melalui sebuah lubang di dinding perut,
yang disebut stoma, atau reservoir internal yang dibuat pembedahan . Stoma berkisar
dari tiga perempat inci sampai 3 inci. Ahli bedah melakukan diversi urin permanen
ketika pasien memiliki kandung kemih yang rusak atau tidak lagi memiliki kandung
kemih. Kanker kandung kemih merupakan kasus yang paling umum untuk
dilakukannya diversi urin permanen. Kerusakan kandung kemih dapat terjadi akibat
kerusakan saraf, cacat lahir, peradangan yang lama atau kronis, suatu kondisi yang
menyebabkan kandung kemih menjadi bengkak dan iritasi, menyebabkan kapasitas
kandung kemih berkurang. Retensi urin adalah ketidakmampuan untuk
mengosongkan kandung kemih sepenuhnya.
Dua jenis diversi urin permanen meliputi urostomy dan illeal conduit. Urostomy
juga disebut diversi urin noncontinent, membutuhkan kantong eksternal (kantong
plastik sekali pakai yang menempel pada kulit perut). Ileal conduit melibatkan
penciptaan reservoir internal dengan segmen usus kecil maupun usus besar.
Urostomy (non continent) adalah stoma yang terhubung ke saluran kemih dan
memungkinkan urin mengalir keluar dari tubuh saat buang air kecil biasa tidak dapat
terjadi. Stoma tidak memiliki otot, sehingga tidak bisa mengendalikan aliran urin,
menyebabkan aliran kontinu. Sebuah kantong eksternal mengumpulkan urin mengalir
melalui stoma. Saluran ileum dan ureterostomi kulit adalah dua jenis utama
urostomy.
Sedangkan ileal conduit (continen) adalah sebuah saluran ileum yang
menggunakan bagian dari usus - usus kecil, pembedahan dari saluran pencernaan dan
reposi saluran untuk urin dari ureter ke stoma. Salah satu ujung saluran menempel
pada ureter, ujung lainnya menempel pada stoma. Akan tetapi, seorang ahli bedah
akan melakukan ureterostomi kulit ketika usus tidak dapat digunakan untuk membuat
stoma karena penyakit dan kondisi atau paparan radiasi dengan dosisyang tinggi.
Setelah operasi diversi urin, luka, ostomy, dan kontinensia, perawat atau terapis
enterostomal membantu pasien belajar bagaimana mengurus pengalihan kemih
permanen mereka.Perawat dan terapis enterostomal mengkhususkan diri dalam
perawatan ostomy dan rehabilitasi.
Daily care adalah sebagai berikut :
a. Menyeka lendir ekstra. Untuk membersihkan lendir ini, pasien mungkin perlu
untuk mengairi, atau flush, reservoir menggunakan jarum suntik dengan air
steril atau normal saline.
b. Mencuci stoma dan kulit di sekitarnya dengan sabun ringan dan air
c. Membilas stoma secara menyeluruh
d. Pengeringan stoma sepenuhnya
e. Pasien harus memeriksa stoma dan kulit mereka dan memberitahu penyedia
layanan kesehatan mereka setiap perubahan, khususnya bukti kerusakan kulit,
biasanya di daerah di mana kebocoran urin antara kantong dan stoma.
5. Radiasi dan Kemoterapi intrabladder atau intrabuli (Singhealth 2013)
Terapi radiasi dapat menjadi alternatif untuk operasi untuk penyakit lokal. Hal ini juga
dapat digunakan jika pasien memiliki penyakit lain yang mencegah operasi. Atau, dapat
digunakan setelah operasi untuk mencoba untuk mengurangi kemungkinan kanker berulang.
Radiasi melibatkan berkonsentrasi sinar berenergi tinggi ke suatu daerah di mana kanker
itu.
Efek samping, yang bersifat sementara , termasuk kemerahan pada kulit, nyeri buang
air kecil, melewati sejumlah kecil urin sering, dan kerugian sementara rambut di lokasi
radiasi
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan yang membunuh kanker . Beberapa obat
kemoterapi dapat disuntikkan langsung ke dalam kandung kemih untuk pasien dengan
kanker kandung kemih awal, untuk mencegah kambuhnya kanker. Obat Kemoterapi juga
bisa disuntikkan ke pembuluh darah di tangan untuk membunuh sel-sel kanker kandung
kemih yang telah menyebar ke seluruh tubuh, untuk memperlambat pertumbuhan kanker.
Dengan kemoterapi intravesical, obat antikanker yang secara langsung membunuh sel
kanker aktif dimasukkan langsung ke dalam kandung kemih melalui kateter. Pendekatan
ini membantu menghindari banyak efek samping yang keras yang terjadi sebagai
akibat dari obat merugikan sel normal.Obat-obatan yang paling umum digunakan dalam
kemoterapi intravesical adalah mitomycin dan thiotepa. Obat lainnya yang digunakan dalam
pendekatan ini termasuk valrubicin, doxorubucin dan gemcitabine. Kadang-kadang,
mitomycin diberikan sebagai "terapi mitomycin elektro" yang berarti bahwa kandung kemih
dipanaskan sementara obat dimasukkan. (Cancer Treatment Cancer of America 2013)
Efek samping dari kemoterapi disuntikkan di pembuluh darah tangan termasuk mual
sementara dan muntah, sariawan, rambut rontok, kehilangan nafsu makan dan kelelahan.

6. Immunoterapi Intravesical (Cancer Treatment Cancer of America 2013) Ada beberapa jenis
imunoterapi intravesical :
a. Terapi Bacillus Calmette-Guerin ( BCG ) : BCG adalah jenis imunoterapi intravesical
, dan dapat menjadi cara yang tepat untuk mengobati stadium awal kanker
kandung kemih. BCG adalah bakteri yang tidak menyebabkan penyakit serius, tetapi
berhubungan dengan kuman yang menyebabkan tuberkulosis. Untuk pengobatan
kanker kandung kemih, BCG dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui kateter.
Sistem kekebalan tubuh alami menjadi diaktifkan oleh kehadiran bakteri asing, yang
kemudian mempengaruhi sel-sel kanker kandung kemih. BCG biasanya diberikan
selama 1 sampai 6 minggu, dan dapat diberikan bersama reseksi transurethral. Kurang
umum, BCG diberikan sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang.
b. Interferon: Beberapa jenis sel dalam tubuh menghasilkan zat yang disebut
interferon, yang membantu merangsang sistem kekebalan tubuh. Bahan kimia alami
juga dapat direkayasa untuk digunakan sebagai obat untuk mengobati berbagai
penyakit. Salah satu aplikasi dari disintesis interferon sebagai pengobatan
imunoterapi intravesica l untuk tahap awal kanker kandung kemih.
VI. KOMPLIKASI
Komplikasi dari kanker kandung kemih bisa merupakan akibat dari pengobatan (missal:
operasi) dan bisa merupakan akibat dari terganggunya mekanisme tubuh akibat kanker itu
sendiri. Kompilikasi akibat dari kanker meliputi: (Medlineplus 2014)

1. Retensi urin akut

Striktur uretra dapat secara total menghalangi aliran urin, menyebabkan retensi urin akut.
Retensi urine adalah ketidakmampuan dalam mengeluarkan urine sesuai dengan
keinginan, sehingga urine yang terkumpul di buli-buli melampaui batas maksimal.

2. Hydronephrosis

Hydronephrosis adalah pembesaran satu atau kedua ginjal yang

disebabkan oleh terhalangnya aliran urin.

3. Masalah seksual (NHS N.D.)

a. Disfungsi ereksi, terjadi pada pria setelah radikal sistektomi dan dapat diobati
dengan inhibitor phosphodiesterase tipe 5.

b. Penyempitan vagina, akibat radiotherapy dan cystectomy yang


menyebabkan vagina memendek dan menyempit.

Hal ini menyebabkan rasa sakit saat penetrasi dan sulit,

4. Infeksi

Bisa terjadi akibat penatalaksanaan divers urin, dimana terdapat lubang stoma yang
rentan terhadap kuman yang dapat menyebabkan infeksi. selain itu perawatan yang
kurang tepat setelah pembedahan juga dapat beresiko terjadinya infeksi

5. Sedangkan komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.

Penyebaran dapat terjadi secara limfogen menuju kelenjar limfe, obturator, iliaka
eksterna dan iliaka komunis serta penyebaran secara hematogen paling sering
terjadi di hepar, paru dan tulang.

VII. PENGKAJIAN FOKUS


a) Demografi
Pengkajian demografi penting dilakukan karena pada pasien dengan keganasan
vesika urinaria pada umur, jenis kelamin mempunyai status yang berbeda. Data
demografi meliputi :
1. Nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Tempat tinggal
5. Pekerjaan
b) Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Mendiskripsikan secara kronologis tentang perjalanan penyakit pasien mulai
dari awal mula sakit sampai dibawa ke rumah sakit.

b. Riwayat penyakit dahulu


Pasien memiliki riwayat kesehatan seperti infeksi atau iritasi saluran
kemih atau gangguan berkemih seperti hematuria dan disuria.

c. Riwayat penyakit keluarga


Berhunbungan dengan riwayat kanker dalam keluarga seperti kanker prostat,
kanker ginjal, dan lain- lain.

d. Riwayat penggunaan obat-obatan


Pasien mungkin mengkonsumsi obat-obatan seperti siklofosfamid (cytoxan)
yang menjadi faktor penyebab.

e. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.


Misalnya kebiasaan merokok. Panjanan lingkungan dengan zat karsinogen
seperti 2-naftilamin, senyawa nitrat.

c) Data fokus
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan letih
Tanda : Perubahan kesadaran
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah normal (hipertensi)
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardia, bradikardia, disritmia
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
d. Eleminasi
Gejala : Perubahan gejala BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, Urine bewarna merah
e. Makanan & Cairan
Gejala : Mual muntah
Tanda : Muntah
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara (Vertigo)
Tanda : Perubahan kesadaran sampai koma, perubahan mental
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri
h. Interaksi Sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
i. Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan lagi
j. Seksualisasi
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga silus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea
k. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga lebih tinggi dari normal untuk insiden depresi
Tanda : Prestasi akademik tinggi
d) Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan fisik, kadang bisa diraba/dirasakan benjolan di perut. Jika


dicurigai kanker ginjal, maka dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai berikut:
 Urografi intravena
 USG
 CT scan
 MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran
tumor.
Jika tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan
analisa. Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai persiapan
pembedahan untuk memberikan keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri
renalis. (Sumber : Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2)
Prosedur diagnostic yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
- Darah rutin (Purnomo 2011)
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit,
laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit.
- Faal ginjal (Purnomo 2011)
Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan kadar
kreatinin, kadar ureum atau BUN (Blood Urea
Nitrogen), dan klirens kreatinin.
- Faal Hepar (Purnomo 2011)
Pemeriksaan faal hepar ditujukan untuk mencari adanya metastasis suatu
keganasan atau untuk melihat fungsi hepar
secara umum
- Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker)
Pemeriksaan penanda tumor antara lain adalah : PAP (Prostatic Acid Phosphate)
dan PSA (Prostat Spesific Antigen) yang berguna untuk menegakkan diagnosis
karsinoma. PSA ini dapat digunakan sebagai deteksi awal tumor yang tidak
invasif (Luo 2004).
- Cell survey antigen study (Nursalam 2009)
Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel antigen terhadap
kanker, bahan yang digunakan adalah darah vena
- Kultur urine
Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi saluran kemih.
2. Pemeriksaan radiologi
Dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, dan foto torax.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan traktus urinarius yaitu berupa
adanya gangguan fungsi eksresi ginjal, hidronefrosis, hidroureter, dan filling
defect pada buli-buli, menilai infiltrasi tumor ke dinding buli-buli, dan melihat
adanya metastasis regional atau jauh.
3. Sitoskopi dan biopsy
Pada persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan sitoskopi
adalah mutlak dilakukan, bila perlu pdapat dilakukan CT-scan. Pada
pemeriksaan sitoskopi, dapat dilihat adanya tumaor dan sekaligus dapat
dilakukan biopsi atau reseksi tumor yang juga merupakan tindakan pengobatan
pada tumor-tumor superficial. (Sumber :Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Perkemihan)
VIII. PATHWAYS KEPERAWATAN
Genetik: riwayat kanker kandung kemih, riwayat Life style : merokok, kafein, Riwayat kesehatan : medikasi
keluarga dengan kanker di area sekitar kandung paparan zat karsinogenik di (kemoterapi,obat nefrotoksik), riwayat
kemih (Ca prostat, Ca ginjal, Ca kolon) tempat kerja, arsenik penyakit ginjal, infeksi

Tersirkulasi dalam darah Masuk ke ginjal & terfiltrasi di glomerulus

Masuk ke buli -buli Bercampur urin secara kontinyu

Zat-zat karsinogen menetap di kandung kemih & menempel pada dinding kandung kemih

Berikatan dengan protein RNA dan DNA sel transisional kandung kemih

Delesi kromosom 9 dan aktivasi mutasi dari reseptor faktor pertumbuhan fibroblast 3 (FGFR3)

Inhibisi aktivtas gen supresi sel tumor : fosfatase dan tensin homolog (PTEN) dan
p53

Penyimpangan ekspresi gen, proliferasi sel, dan kegagalan apoptosis DNA gagal melakukan perbaikan

Aktivasi proto-onkogen Mutasi DNA ↓ produksi sel regulatorik


Dysplasia sel Ca MALIGNANSI SEL KANDUNG KEMIH
MALIGNANSI SEL KANDUNG KEMIH

Invasi sel ca ke jaringan yang lebih dalam Pemasangan kateter Bedah invasive:TURB&bedah terbuka Diversi urin

↑aktivasi produksi sel Ca Hygiene tidak Masuknya Diskontinuitas jaringan Insisi bedah Trauma pada jaringan
adekuat bakteri pada area
insersi kateter
Pembesaran masa Supresi sel saraf di Port de entry bakteri Masuknya bakteri pada daerah luka
di kandung kemih kandung kemih

inflamasi
Distensi kandung kemih
Merangsang
nesireseptor Resiko infeksi
dikortek serebri Intoleransi Hb ↓ Ikatan hb- O2 ↓ hipoksia
↓ kapasitas volume & hipotalamus aktivitas
kandung kemih
Gangguan transpor oksigen melalui membran kapiler
Persepsi nyeri
kelelahan
Retensi Pucat,sianosis,pernafasan cuping hidung
urin,disuria,nocturia Nyeri suprapubik
anemia

Ketidakefektifan perfusi jaringan ginjal


Gangguan Nyeri Jaringan inflamasi hematuri
eliminasi urin kurang pengetahuan

Perubahan
Kandung kemih tidak dapat berkontraksi maksimal Adanya darah di urin status kesehatan
Beban psikologis
meningkat
Lapisan mukosa kandung kemih rapuh Trauma jaringan
Resiko tinggi disfungsi Informasi
seksual Krisis tidak
takut situasi
Jaringan debris terlepas Perdarahan mukosa kandung kemih adekuat
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan eliminasi urine b.d retensi urine, diuria, nokturia
2. Nyeri b.d supresi sel saraf akibat pembesaran karsinoma pada kandung kemih
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan ginjal b.d gangguan transport oksigen melalui
membrane kapiler
4. Intoleransi aktivitas b.d anemia
5. Risiko tinggi infeksi b.d luka post operasi
6. Resiko disfungsi seksual b.d Perubahan struktur atau fungsi tubuh
7. Kurangnya pengetahuan b.d informasi yang kurang tentang tindakan diagnostik
invasif, intervensi kemoterapi, radiasi dan pembedahan,adanya
stoma,perencanaan pasien pulang

X. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL


1. Gangguan eliminasi urine b.d retensi urine, diuria, nokturia
Intervensi :
1) Lakukan dan ajarkan cara perawatan nefrostomi tube
Rasional : pasca pembedahan dengan nefrostomi tube yang ada,maka pasien
atau keluarga perlu diajak untuk berpartisipsi agar kemandirian
meningkat
2) Pantau proses penyembuhan luka insisi pada sekitar nefrostomi tube.
Rasional : Mengembangkan intervensi dini terhadap kemungkinan
komplikasi
3) Anjurkan klien mengunjungi seorang yang telah mengalami nefrostomi tube
Rasional : Menurunkan kecemasan dan ketakutan terhadap kemampuan
beradaptasi
4) Sarankan klien untuk mencegah kontak urine dengan kulit, untuk mencegah
iritasi kulit akibat diversi urine
Rasional : Menurunkan resiko infeksi
5) Nilai kemampuan partisipasi pasien dan keluarga
Rasional : untuk mengevaluasi tingkat pengetahuan pasien
2. Nyeri b.d supresi sel saraf akibat pembesaran karinoma pada kandung kemih
1) Perhatikan nyeri dengan PQRST

Rasional : Menentukan keparahan nyeri

2) Berikan rasa nyaman (perubahan posisi, kompres hangat).

Rasional : Menurunkan tegangan otot.

3) Dorong menggunakan teknik relaksasi (nafas dalam, imaginary, atau


visualisasi).

Rasional : Meningkatkan kemampuan koping.

4) Kolaborasi pemberian obat analgesik, kortikosteroid, antispasmodik.

Rasional : Menurunkan nyeri dang meningkatkan relaksasi otot.

5) Pantau skala nyeri.

Rasional : Menetukan penurunan skala nyeri

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan ginjal b.d gangguan transport oksigen melalui


membran kapiler
1) Observasi status hidrasi dan TTV
Rasional : Memantau tekanan ortostatik.
2) Pantau hasil laboratorium yang relevan.
Rasional : untuk mengetahui perubahan nilai hemoglobin
3) Pantau BUN, elektrolit serum, kreatinin serum, pH, dan kadar hematokrit.
Rasional : Untuk mengetahui faal ginjal.
4) Observasi hematuria.

Rasional : untuk mengetahui adanya perarahan di saluran kemih.

5) Pertahankan keakuratan asupan dan haluaran

Rasional : Mencegah dehidrasi maupun over hidrasi

4. Intoleransi aktivitas b.d anemia


1) Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Rasional : Menjadi data dasar kepatuhan pasien.
2) Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manjemen waktu
Rasional : Untuk mencegah kelelahan.
3) Pantau respon kardiorespiratori (misalnya: dispnea, pucat, frekuensi nafas, dan
denyut nadi)
Rasional : Menjadi indikasi aktivitas untuk disudahi
(istirahat dahulu)
4) Pantau asupan nutrisi
Rasional : Untuk memastikan sumber – sumber energi yang adekuat
5) Pantau pola tidur dan lamanya waktu tidur.
Rasional : Mengetahui pola istirahat pasien
5. Resiko tinggi infeksi b.d luk post operasi
1) Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
Rasional : Mencegah transmisi organisme
2) Pertahankan intake cairan adekuat.
Rasional : untuk mempertahankan kecukupan pre load dan afterload jantung
3) Ajarkan klien tentang gejala dan tanda infeksi, serta anjurkan untuk
melaporkannya.
Rasional : Memberikan informasi untuk meningkatkan kepatuhan.
4) Ajarkan klien dan keluarga untuk mengalirkan kantong untuk mencegah
refluks.
Rasional : Ajarkan klien dan keluarga untuk mengalirkan kantong untuk
mencegah refluks
5) Kaji jenis pembedahan, dan apakah adanya anjuran khusus dari tim dokter
bedah dalam melakukan perawatan luka.
Rasional : Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang
diharapkan.
6) Lakukan mobilisasi miring kiri-kanan tiap 2 jam.
Rasional : Mencegah penekanan setempat yang berlanjut pada nekrosis
jaringan lunak.
7) Lakukan perawatan luka :
 Lakukan perawatan luka steril pada hari ke-3 operasi dan diulang setiap
2 hari sekali.
Rasional : Perawatan luka sebaiknya tidak setiap hari untuk menurunkan
kontak tindakan dengan luka yang dalam kondisi steril
sehungga mencegah kontaminasi
 Bersihkan lukan dengan cairan antiseptik jenis iodine providum dengan
cara swabbing dari arah dalam ke luar.
Rasional : Pembersihan debris (sisa fagositosis, jaringan mati) dan
kuman sekitar luka dengan mengoptimalkan kelebihan dari
iodin providum sebagai antiseptik dan dengan arah dari dalam
keluar dapat mencegah kontaminasi kuman ke jaringan luka.
 Bersihkan bekas sisa iodin providum dengan alkohol 70% atau
normal saline dengan cara swabbing dari arah dalam ke luar
Rasional : Antiseptik iodine providum mempunyai kelemahan dalam
menurunkan proses jaringan sehingga memperlambat
penyembuhan luka
 Tutup luka dengan kasa steril dan tutup dengan plester adhesif yang
menyeluruh menutupi kasa
Rasional : Penutupan secara menyeluruh dapat menghindari
kontaminasi dari benda atau udara yang bersentuhan dengan
luka bedah
6. Resiko tinggi disfungsi seksual b.d perubahan struktur atau fungsi tubuh
1) Informasikan secara dini kepada pasien bahwa seksualitas merupakan bagian
penting dari kehidupan dan bahwa penyakit, obat, dan stress (atau masalah
lain yang dialami pasien) sering kali mengubah fungsi seksual
Rasional : pemberian informasi yang benar membentuk persepsi pasien.
2) Diskusikan dampak penyakit, situasi kesehatan, dan obat pada seksualitas, jika
diperlukan (misalnya, efek samping obat; aspek normal penuaan; penyesuaian
pascabedah, terutama setelah pembedahan organ-organ seksual atau ostomi;
pasca infark miokard)
Rasional : mengetahui pandangan pasien tentang penyakitnya,sehingga
memudahkan untuk menentukan prioritas tidkan perawatn
selanjutnya
3) Anjurkan pasien untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan dan mengajukan
pertanyaan
Rasional : bantu pasienuntuk mengungkapan perasaan.
4) Anjurkan pengungkapan keluhan seksual melalui peran pemberi asuhan yang
telah membina hubungan saling percaya dengan pasien dan merasa nyaman
mendiskusikan keluhan seksual. Sebutkan siapa pemberi asuhan tersebut.
Rasional : memudahkan untuk membina hubungan saling percaya.
5) Kenalkan pasien pada model peran positif yang telah berhasil mengatasi
masalah yang sama, jika diperlukan
Rasional : membantu pasien dalam menemukan koping adaptif
7. Kurangnya pengetahuan b.d informasi yang kurang tentang tindakan diagnostik
invasif,intervensi kemoterapi,radiasi dan pembedahan,adanya stoma ,perencanaan
pasien pulang
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yang spesifik
Rasional : untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien.
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat
Rasional : memberikan informasi tentang proses penyakit pasien
3) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat.
Rasional : memberikan keyakinan pada pasien tentang proses penyembuhan
4) Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan.
Rasional : memberikan tambahan pengetahuan pasien tentang penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M, Dayrit, MW & Siswadi, Y (2008). Klien Gangguan Ginjal: Seri


Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Baughman, Diane C. (2000). Keperawatan medical-bedah : Buku Saku untuk
Brunner dan Suddart. Jakarta : EGC
Carpenito, LJ (2009). Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis Edisi
9. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall & Moyet (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi
10. Jakarta:EGC
Cancer Treatment Cancer of America (2013). Diakses dari
http://www.cancercenter.com/bladder-cancer/surgery/ pada tanggal 14 Maret
2014 pukul 20.00 WIB
Ching, CB & Hansel, DE (2010). Expanding TherapauticTargets in Bladder
Cancer: The PI3K/Akt/mTOR Pathway, hl: 1406. Diunduh dari
www.laboratoryinvestigation.org pada 8 Maret 2014 pukul 14.45 WIB
Coleman, EA, Lord, JE, Huskey, SW, Black JM, & Jacobs EM (1997). Medical-
Surgical Nursing: Clinical Management For Continuity of Care. 5th Edition.
USA: Saunders Company
DiGiulio, M, Jackson, D, & Keogh, J (2007). Medical-Surgical Nursing,
Demystified: A Self-Teaching Guide. USA: The McGraw-Hill Companies.
Ferri, FF (2014). Ferri's Clinical Advisor 2014. 169-171.e1. USA: Mosby Inc.
Grace, PA & Borley NR (2006). At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta:
Erlangga
Medical Series
Jiang, Q & Lizhong C (2008). Karsinoma Ginjal dalam Buku Ajar Onkologi Klinis.
Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Johnson, Joyce Young. (2005). Prosedur Perawatan di Rumah : Pedoman Untuk
Perawat. Jakarta : EGC
Medlineplus (2014). Bladder Cancer. Diakses dari
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000486.htm pada tanggal
15 Maret 2014 Pukul 10.00
Monahan, FD, Sands, JK, Neighbors M (2007). Medical-Surgical Nursing: Health
and Illness Perspectives. Edisi 0. St. Louis: Mosby Elsevier
Muttaqin, A & Sari, K (2011). Asuhan Keperawatan gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika. Hal: 218-129
National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse. (2013). Diakses
dari http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/urostomy/ pada tanggal 14
Maret 2014 pukul 20.00 WIB
National Cancer Institute (2010). What You Need To Know About™ Bladder
Cancer. Rockville: U.S. Department of Health and Human
Services. Diakses dari http://www.cancer.gov/cancertopics/wyntk/bladder pada 10
Maret pukul 17.00 WIB
NHS (N.D.). Bladder Cancer Complication. Diakses dari
http://www.nhs.uk/Conditions/Cancer-of-the-
bladder/Pages/Complications.aspx pada tanggal 15 Maret 2014
pukul
08.00 WIB
Nursalam & Batticaca, FB. (2009). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Hal 120-121

Anda mungkin juga menyukai