BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker Bladder atau Ca buli termasuk dalam 10 besar daftar keganasan pada
pria di Indonesia, dengan peningkatan angka insiden sebesar 15% per tahun pada
dekade terakhir (Tiera & Umbas 2013). Ca Buli merupakan penyebab kedua
kematian kanker pada laki-laki setelah ca prostat (Kemenkes RI, 2015). Tingginya
angka insiden Ca Buli yang semakin meningkat membutuhkan perhatian khusus
dalam menentukan manajemen intervensi pada kasus tersebut.
Data Globocan 2018 menjelaskan bahwa kanker buli merupakan jenis kanker
dengan jumlah insiden kesebelas tertinggi di seluruh dunia, dengan angka insiden
kasus baru sebanyak 549,393 kasus dan angka kematian Ca Buli mencapai
199,922 jiwa (Bray et al. 2018). Di Indonesia, mayoritas kasus kanker buli
merupakan jenis karsinoma sel transisional (KST) yang besarnya 78,8% dari
seluruh kasus tumor buli (Tiera & Umbas 2013).
Morbiditas dan mortalitas Ca Buli dipengaruhi oleh diagnosis penyakit yang
tepat dan cepat dalam menentukan grade dan stage dari Ca Buli. Diagnosis dari
Ca Buli ditegakkan berdasarkan keluhan, tanda gejala pemeriksaan fisik,
pemeriksaan sitologi urin dan sistoskopi. Saat ini, sistokopi merupakan
pemeriksaan gold standard untuk diagnosis dan follow up untuk menentukan
grade dari kasus Ca Buli (Umbas et al. 2014; Tiera & Umbas 2013). Grade dan
stage dari Ca Buli digunakan sebagai dasar untuk menentukan tindakan pada
pasien Ca Buli. Penentuan manajemen tindakan pada kasus Ca Buli
mempertimbangkan usia, status kesehatan secara umum, keuntungan tindakan,
serta efek samping dari tindakan intervensi yang dipilih (Sarto 2017). Penetapan
klasifikasi berdasarkan grading, diferensiasi varian histologi, dan staging
berperan penting dalam menentukan prognosis dan terapi (Nur et al. 2015).
Manajemen penatalaksanaan pada kasus Ca Buli sangat penting dilakukan
dengan tepat, efektif dan efisien untuk menurunkan tingkat morbiditas dan
mortalitas pasien Ca Buli. Penatalaksanaan pada kasus Ca Buli dapat dilakukan
melalui berbagai macam tindakan, yaitu reseksi tumor transureta, sistektomi
radikal, radiasi eksterna dan kemoterapi (Umbas et al. 2014). Penentuan atau
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Ca.Buli
2.1.1 Definisi Ca.Buli
Ca buli atau kanker kandung kemih adalah kanker yang berasal dari
mukosa kandung kemih (urotel). Ca buli merupakan tumor yang berbentuk
papiler, noduler (infiltrative), atau campuran infiltrative dengan papiler yang
ditemukan pada vesika urinaria atau buli-buli((IAUI), 2014).
Kanker kandung kemih adalah kanker non agresif yang muncul pada
lapisan sel transisional kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam kasus
yang lebih sedikit, kanker kandung kemih ditemukan menginflasi lapisan lebih
dalam dari jaringan kandung kemih (Gislefoss et al., 2018)
Dapat disimpulkan bahwa carsinoma buli-buli adalah tumor yang
didapatkan pada buli-buli atau kandung kemih oleh sel abnormal yang tumbuh
secara terus – menerus dan merugikan bagi manusia sebagai hospes dimana
keluhan yang paling sering dikeluhkan adalah hematuria tanpa rasa sakit yaitu
keluar air kencing warna merah terus.
2.1.2 Etiologi
Gambar 2.1
Derajat invasi Tumor
non-kanker, termasuk infeksi prostat dan sistitis. Kanker ginjal juga dapat
menyebabkan hematuria.
Berikut merupakan manifestasi klinis yang bisa ditemukan pada pasien Ca
Bladder;
2.1.5 Patofisiologi
Kebanyakan kanker kandung kemih merupakan kanker urotel. Perubahan
(mutasi gen) pada kandung kemih melibatkan zat-zat karsinogen yang didapat
dari lingkungan seperti tembakau, aromatik amina, arsen; faktor resiko lain yang
mempengaruhi proses pertumbuhan sel kanker pada kandung kemih diantaranya :
genetik dan riwayat penyakit kandung kemih sebelumnya. Secara umum,
8
Gambar 2.2.
Diagram Kandung Kemih
6. Patologi Anatomi
Pemeriksaan patologi anatomi merupakan alat baku emas untuk
menentukan diagnosis pasti, jenis, derajat diferensiasi dan derajat invasi
(keterlibatan lapisan otot kandung kemih, apakah sudah atau belum
mengenai lapisan otot kandung kemih), adanya carsinoma in situ (CIS) dan
invasi limfovaskuler. Spesimen biopsi dasar tumor diperlukan untuk
mengetahui adanya invasi tumor pada lapisan otot.
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif
Irigasi kandung kemih melalui kateter adalah pencucian kateter
urine untuk mempertahankan kepatenan kateter urine menetap dengan
larutan steril yang diprogramkan oleh dokter. Karena darah, pus, atau
sedimen dapat berkumpul di dalam selang dan menyebabkan distensi
kandung kemih serta menyebabkan urine tetap berada di tempatnya (It,
2019). Ada dua metode untuk irigasi kateter , yaitu :
a. Irigasi kandung kemih secara tertutup. Sistem ini memungkinkan
seringnya irigasi kontinu tanpa gangguan pada sitem kateter steril.
Sistem ini paling sering digunakan pada pasien yang menjalani bedah
genitourinaria dan yang kateternya berisiko mengalami penyumbatan
oleh fragmen lender dan bekuan darah.
13
3. Pembedahan
a. Partial Cystectomy
Sistektomi parsial dilakukan apabila kanker telah menyerang
otot tetapi tidak terlalu besar dan hanya terdapat di satu tempat, kadang-
kadang dapat diangkat bersama dengan bagian dari dinding kandung
kemih tanpa mengambil seluruh kandung kemih. Lubang di dinding
kandung kemih kemudian ditutup. Kelenjar getah bening di dekatnya
juga diangkat dan diperiksa untuk penyebaran kanker. Hanya sebagian
kecil orang dengan kanker yang telah menyerang otot dapat melakukan
operasi ini.
Keuntungan utama dari operasi ini adalah kandung kemih dapat
dipertahankan dan tidak perlu operasi rekonstruksi.Tetapi kandung
kemih yang tersisa mungkin tidak banyak menampung urin, yang
berarti orang tersebut harus buang air kecil lebih sering. Perhatian
utama dengan jenis operasi adalah bahwa kanker kandung kemih masih
bisa kambuh di bagian lain dari dinding kandung kemih. (American
Cancer Society 2019)
b. Radical Cystectomy
Apabila kanker lebih besar atau lebih dari satu bagian dari
kandung kemih, sebuah sistektomi radikal ini akan dibutuhkan.
Operasi ini menghilangkan seluruh kandung kemih dan kelenjar getah
bening di dekatnya. Pada pria, prostat juga diangkat. Pada wanita,
ovarium, saluran tuba (tabung yang menghubungkan ovarium dan
uterus), uterus (rahim), dan sebagian kecil dari vagina sering diangkat
bersama dengan kandung kemih. (American Cancer Society 2019)
4. Diversi Urin
Diversi urinarius adalah stoma urinarius untukmengalihkan aliran
urin dari ginjal secaralangsung ke permukaan abdomen dilakukankarena
beberapa alasan. Diversi urine umunya dipertimbangkan sebagai pilihan
terakhir pada pasien yang bukan calon yang baik untuk rekonstruksi
traktus urinearius bawah dan dapat diobati dengan bentuk terapi lain. Dua
tipe diversi urine adalah diversi urine yang kontinen dan yang tidak
15
6. Imunoterapi
Imunoterapi dapat digunakan untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh. Vaksin anti-tuberkulosis, BCG, disuntikkan di dalam
kandung kemih, telah efektif dalam mengobati kanker kandung kemih
superficial beresiko tinggi.
7. Radioterapi
Terapi radiasi dapat menjadi alternative untuk pembedahan untuk
lokalisasi penyakit. Ini juga dapat digunakan jika pasien memiliki penyakit
lain yang menghalangi operasi. Pengobatan kandung kemih hemat
termasuk penggunaan kombinasi kemoterapi dan radioterapi. Radiasi
melibatkan konsentrasi sinar energy tinggi ke daerah dimana kanker
berada. Efek samping, yang biasanya sementara, termasuk kemerahan
kulit, nyeri saat buang air kecil, sering buang air kecil sedikit-sedikit, dan
kehilangan rambut pada tempat radiasi.
Tabel 2.2.
Probabilitas Tingkat Rekurensi Berdasarkan Nilai Total Rekurensi.
Probabilitas Probabilitas
Nilai rekurensi pada rekurensi pada
Derajat
Rekurensi tahun pertama tahun ke – 5
% (95% CI) % (95 CI)
0 Rendah 15 (10-19) 31 (24-37)
1-4 Sedang 24 (21-26) 46 (42-49)
5-9 38 (35-41) 62 (58-65)
Tinggi
10-17 61 (55-67) 78 (73-84)
19
Tabel 2.3
Probabilitas Tingkat Progresi Berdasarkan Nilai Total Progresi.
Probabilitas progresi Probabilitas
Nilai Progresi Derajat pada tahun progresi pada
pertama tahun ke – 5
% (95% CI) % (95 CI)
0 Rendah 0.2 (0-0.7) 0.8 (0-1,7)
2-6 Sedang 1 (0.4-1.6) 6 (5-8)
7-13 5 (4-7) 17 (14-20)
14-23 Tinggi 17 (10-24) 45 (35-55)
Berdasarkan faktor-faktor prognostik yang tersedia, khususnya data dari
tabel risiko, EORTC, pasien distratifikasi menjadi tiga kelompok risiko
yang dapat membantu menentukan jenis terapi (tabel 2.3)
Tabel 2.4
Stratifikasi Risiko Berdasarkan Kelompok
Kategori risiko Definisi
Tumor primer, tunggal, Ta, G1, < 3 cm,
Tumor risiko rendah
tidak terdapat CIS
Semua kasus antara kategori sedang
Tumor risiko sedang
dan berat
Semua tumor berikut:
Tumor T1
Tumor G3 (grade tinggi) CIS
Tumor Ta G1G2 yang banyak, rekuren, dan
Tumor risiko tinggi berukuran besar (> 3 cm)
Gambar 2.4
Tipe Kontinen disversi urinari
Sumber : (Health, 2017)
21
Gambar 2.5
Diagram Tatalaksana Kandung Kemih Urotelial T2-T4ab N0M01
Diseksi KGB bilateral harus dilakukan dan meliputi KGB iliaka interna dan
eksterna serta obturator. Data di RSCM dan RS Dharmais selama 10 tahun dari Januari
1995 sampai dengan Desember 2004 didapatkan 4 pasien (1,2%) yang dilakukan
sistektomi parsial. Tindakan ini jarang dilakukan karena hanya dianjurkan pada
beberapa keadaan diantaranya pasien dengan ukuran tumor relatif kecil, tumor dalam
divertikel, atau pada penderita dengan usia lanjut serta keadaan yang kurang baik
untuk tindakan operasi ekstensif.
Tabel 2.6
Pemantauan pada pasien dengan KKKIO/MIBC
Pemeriksaan Jangka waktu (bulan) setelah sistektomi
3 6 12 18 24 30 36 48 60
USG Ginjal X
Foto / CT/ MRI
thoraks X X X X X
/abdomen + saluran
<pT1 kemih atas
(urografi)*
Laboratorium*
*, analisa urin, X X X X X X X
dan kultur
USG Ginjal X
karena itu, perlu untuk mempertimbangkan terapi adjuvan pada semua pasien.
Gambar 2.7
Management of non mucle invasie bladder cancer
Sumber : (Steinberg et al., 2019)
diberikan 2 minggu pasca TUR-BT untuk menghindari terjadinya efek samping lokal
dan sistemik tetapi di Indonesia, BCG intravesika belum tersedia.
Gambar 2.8
Pilihan Perawatan (Kamat et al., 2017)
untuk operasi, maka bisa dianjurkan terapi radiasi atau bladder sparing yang akan
dijelaskan pada bagian KKKIO/MIBC (Umbas et al., 2014).
2.6.8 Sistektomi Radikal untuk KKKNIO/NMIBC
Sistektomi radikal dapat diusulkan kepada pasien dengan KKKNIO/
NMIBC yang berisiko tinggi mengalami progresi, seperti: Tumor multipel dan
atau besar (> 3 cm) T1, derajat tinggi (G3); T1, derajat tinggi (G3), dan juga
terdapat CIS di kandung kemih atau uretra prostatika T1, G3 rekuren; dan
Varian mikropapiler dari karsinoma urothelial
Tabel 2.7
Rekomendasi Pengobatan Tumor TaT1 Sesuai dengan Stratifikasi Risiko
Kategori Definisi Rekomendasi pengo-
risiko batan
Tumor Tumor primer, tunggal, Ta, G1, < Instilasi kemoterapi segera
risiko 3 cm, tidak terdapat tunggal
rendah CIS
Instilasi kemoterapi
segera diikuti oleh
Tumor Semua kasus antara kategori instilasi lanjutan , baik
risiko sedang dan berat kemoterapi selama maksimal
sedang 1 tahun atau
BCG dosis penuh selama
1 tahun
Semua tumor berikut:
Tumor T1
Tumor G3 (grade tinggi) CIS
Tumor Ta G1G2 yang banyak, Instilasi intravesika dosis penuh
Tumor rekuren, dan berukuran besar (> BCG untuk 1-3 tahun atau
risiko tinggi 3 cm) sistektomi (pada tumor risiko
tertinggi)
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Kualitas Hidup pasien Ca Buli yang Menjalani Radical Cystectomy
Ca buli atau kanker kandung kemih adalah kanker yang berasal dari mukosa
kandung kemih (urotel), yang merupakan kanker non agresif yang muncul pada
lapisan sel transisional kandung kemih. Kanker ini sifatnya kambuh. Dalam kasus
34
yang lebih sedikit, kanker kandung kemih ditemukan menginflasi lapisan lebih
dalam dari jaringan kandung kemih (Gislefoss et al., 2018). Pada Ca Buli invasif
otot berisiko tinggi (MIBC) dan non-MIBC, Radical Cystectomy (RC) tetap
menjadi pengobatan standar. Radical Cystectomy adalah pengangkatan kandung
kemih dengan pembedahan kelenjar getah bening dan dianggap sebagai prosedur
bedah uro-onkologi yang paling canggih (Jensen et al., 2014).
Apabila kanker lebih besar atau lebih dari satu bagian dari kandung kemih,
sebuah sistektomi radikal ini akan dibutuhkan. Operasi ini menghilangkan seluruh
kandung kemih dan kelenjar getah bening di dekatnya. Pada pria, prostat juga
diangkat. Pada wanita, ovarium, saluran tuba (tabung yang menghubungkan
ovarium dan uterus), uterus (rahim), dan sebagian kecil dari vagina sering
diangkat bersama dengan kandung kemih. (American Cancer Society 2019). Ca
buli atau kanker kandung kemih yang dilakukan tindakan invasive merupakan
suatu keadaan yang memerlukan tatalaksana multimodalitas, multidisiplin serta
pemantauan jangka panjang. Kanker kandung kemih yang dilakukan tindakan
invasive memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan non invasive. Prosedur ini sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari
pasien. Terdapat 9 – 11 dan pasien Radical Cystectomy telah melaporkan fungsi
tubuh yang secara signifikan lebih buruk dibandingkan dengan populasi umum
(tanpa Radical Cystectomy). Berbagai gangguan dilaporkan dari kehilangan
kandung kemih, termasuk komplikasi yang berkaitan dengan pengalihan urin
(UD), kelelahan, kehilangan kontrol usus atau sembelit, dan disfungsi seksual.
Aspek-aspek ini telah dikaitkan dengan kualitas hidup yang berhubungan dengan
kesehatan (HRQoL) dan pemulihan (Taarnhøj, Johansen and Pappot, 2019).
kualitas hidup pasien kanker kandung kemih. Beberapa variabel penting seperti
usia pasien, status mental, dan jenis kelamin masih jarang dipertimbangkan. Hal
ini cukup sulit karena toleransi terhadap gejala pada setiap individu berbeda
(Umbas et al., 2014).
Pada penelitian kualitas hidup terkait kesehatan dinilai baik pada 95%
kelompok pasien yang dikelola secara radikal konstruksi saluran cystectomy
(Gomez et al., 2014). Pemilihan tipe diversi urin dapat mempengaruhi kualitas
hidup pasien kanker kandung kemih dengan mestastasis maupun non kuratif,
dimana kualitas hidup akan rendah karena hubungan dengan terdapatnya masalah
berkemih, perdarahan, nyeri, dan gangguan sosial maupun kehidupan seksual
(Cowan et al., 2014).
Pengendalian nyeri adalah salah satu tatalaksana paling penting dalam terapi
paliatif. Kenyamanan pasien menjalani sisa hidupnya adalah prioritas dalam
tatalaksana paliatif. Pada stadium T4b yang telah menginvasi pelvis atau dinding
abdomen dapat dilakukan radioterapi paliatif. Radioterapi lokal diberikan pada
daerah metastasis yang menimbulkan gejala nyeri tulang, kompresi medula
spinalis atau saraf perifer. Kontrol nyeri menggunakan konsep stepladder WHO
dapat diberikan berdasarkan nilai Visual Analog Scale (VAS). Tingkatan tersebut
adalah ringan (VAS 1-4), sedang (VAS 5-6), dan berat (VAS 7-10) (Cerantola et
al., 2013; Group and Surgeons, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Li and Chen, tahun 2014, kualitas hidup
perioperatif pada psien Ca Buli dievaluasi dengan menggunakan kuesioner
EuroQol atau EQ-5D dan bentuk kualitas perawatan keperawatan perioperative.
Semua pasien diminta untuk mengisi kuesioner EuroQol pada 1 minggu pasca
operasi dan keluar dari rumah sakit terakhir. Skor EuroQol, sebagai ukuran
kualitas hidup, telah terbukti dapat diterima, efektif, dan valid dalam studi
populasi. Ini terdiri dari 2 komponen, yang pertama, disebut skor deskriptif (EQ-
5D), mengukur masalah yang dirasakan pasien dalam 5 dimensi: mobilitas,
perawatan diri, aktivitas biasa, kecemasan / depresi, dan rasa sakit / tidak nyaman.
Setiap dimensi memiliki 3 level skor, yang mewakili tingkat masalah yang
dirasakan. Hasilnya disajikan sebagai proporsi dari populasi yang melaporkan
level 1 (tidak ada masalah), level 2 (beberapa masalah), dan level 3 (masalah
ekstrim) untuk dimensi tertentu. Peneliti melakukan analisis data dengan cara
37
Peserta dalam penelitian yang dilakukan oleh Gomez et al., tahun 2014
dengan menggunakan instrument penelitian Stoma – Quality of Life untuk menilai
kualitas hidup pasien Ca Buli post Radical Cystectomy, menyatakan bahwa
manajemen keperawatan selama kursus di rumah sakit dan pada saat pemulangan
penting untuk diberi edukasi untuk mengelola Ca Buli post Radical Cystectomy,
dan menyesuaikan diri dengan situasi baru mereka. asuhan keperawatan harus
mencakup penilaian Stoma – Quality of Life yang berkelanjutan saat ia sembuh
dan matang setelah pembedahan, identifikasi komplikasi stomal atau peristomal,
dimasukkannya pasangan pasien atau pengasuh utama dalam pengajaran dan
konseling. Peran perawat dalam manajemen dan membantu pasien untuk
mencapai HRQOL yang baik setelah operasi sangat penting.
Penyintas kanker kandung kemih adalah target populasi yang sangat penting
untuk upaya promosi kesehatan. Pasien dengan penyakit invasif sering menjalani
operasi ekstirpatif menggunakan sebagian usus sebagai pengalihan saluran kemih.
Untuk penyakit noninvasif, frekuensi prosedur diperlukan untuk hasil pengawasan
dan perawatan dalam suatu beban dan biaya perawatan kesehatan yang luas.
(Ajay et al., 2018).
ke HRQoL. Sebanyak 953 penderita kanker kandung kemih diteliti dan diberi
kuesioner Diet History Questionnaire II and Functional Assessment of Cancer
Therapy-Bladder Cancer. Menggunakan Kuisioner Riwayat Diet II, kualitas
makanan dinilai dengan skor Healthy Eating Index 2010. Populasi penelitian
dilaporkan memiliki asupan biji-bijian dan vitamin yang larut dalam lemak yang
rendah khususnya vitamin D. Kualitas diet tercatat berkorelasi dengan HRQoL.
Indeks komorbiditas tinggi berkorelasi dengan mengurangi HRQoL.Secara
keseluruhan studi oleh Gopalakrishna et al. mengkonfirmasi hasil bahwa makan
lebih sehat lebih baik untuk penderita kanker kandung kemih (Rosser, 2018).
Karena itu, diperlukan upaya yang lebih terpadu dari tenaga kesehatan di
klinik penyintas untuk menilai diet saat ini dan untuk mengimplementasikan serta
memonitor rencana untuk menumbuhkan kebiasaan makan yang sehat. Seperti
yang bisa kita bayangkan, HRQoL pada penderita kanker kandung kemih
mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor selain kebiasaan diet. Dua komponen
utama dari multifaktorial HRQoL ini termasuk merokok dan latihan fisik.
Etiologi kanker kandung kemih telah dikaitkan dengan faktor risiko eksogen
dan lingkungan. Yang paling terkenal faktor risiko dalam masyarakat Barat yang
menggunakan tembakau. Faktanya, mayoritas investigasi epidemiologi kandung
kemih etiologi kanker telah berfokus pada merokok menunjukkan peningkatan
risiko 3 kali lipat terkait dengan merokok (Rosser, 2018).
terlihat dengan RARP belum direplikasi, ada tanda-tanda bahwa ini sekarang
sedang berubah. Dalam dekade terakhir, robot-assisted radikal cystectomy
(RARC) telah secara bertahap diadopsi sebagai pilihan bedah di Amerika Serikat
dan Eropa. Baru-baru ini pada tahun 2010, jumlah pusat yang melakukan operasi
ini tampak terbatas, dengan hanya sekitar 500 kasus yang dilaporkan dalam
literatur di seluruh dunia (Davis et al., 2010).
Reseksi tumor bedah adalah komponen yang penting dari terapi kuratif dan
mengarah ke hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pelestarian kandung
kemih (Lerman et al., 2014). Namun dari hasil penelitian Johnson, Mulla,
Munderloh, & Redig, (2015) mengatakan ada kekurangan yang signifikan dari
kistektomi radikal pada semua pasien yang didiagnosis dengan kanker kandung
kemih, terutama di antara pasien kulit hitam non-hispanik yang lebih tua.
mencegah penyumbatan
sementara pada tingkat
dinding perut
disebabkan oleh edema
pasca operasi.
Stoma ileum harus
terbentuk setelah
pengangkatan spesimen
dan
dekompresi
pneumoperitoneum.
RARC = kistektomi radikal dengan bantuan robot;
PSM = margin bedah positif;
DVC = kompleks vena punggung;
PLND = diseksi kelenjar getah bening pelvis.
1. Pemilihan pasien
Proses seleksi termasuk penyelidikan pra operasi untuk memastikan
kestabilan untuk operasi serta konseling khusus tentang operasi robotik.
Kontraindikasi pada tindakan RARC antara lain : Pasien dengan gangguan pada
organ pernafasan yang tidak dapat mentolerir posisi Trendelenburg, lebih lanjut,
jika pasien memiliki riwayat operasi abdomen luas sebelumnya, serta pasien yang
menderita penyakit kronis (Collins et al., 2013).
a. Kistektomi radikal standar yang dibantu robot dan kistektomi radikal
bantuan robot yang membantu saraf pada pria
1) Tahap 1: Penempatan port dan lisis adhesi, jika diperlukan
Penempatan port yang tepat sangat penting untuk keberhasilan operasi.
Teknik enam-port digunakan, dengan port kamera ditempatkan 5 cm di atas
umbilicus di garis tengah. Port kamera ditempatkan oleh mini-laparotomi
kecil, seperti yang dijelaskan oleh Hasson, dan port lainnya ditempatkan di
depan kamera. Pneumoperitoneum antara 10 dan 12 mmHg diinginkan
selama prosedur, tetapi selama penempatan port, tekanan 18 mmHg
menguntungkan. Dua port robot ditempatkan sejajar dengan umbilikus di
sisi kiri dan kanan, lateral ke selubung rektus. Port kiri ditempatkan 8 cm
dari garis tengah, dan port kanan ditempatkan 10-11 cm dari garis tengah
untuk memungkinkan lebih banyak ruang untuk port asisten. Port instrumen
robot ketiga ditempatkan 2 cm di atas dan medial ke spina iliaka superior
anterior kiri melalui port 15-mm, memungkinkan stapel laparoskopi oleh
45
asisten ketika port robot ketiga terputus sementara. Dua port asisten
ditempatkan di kedua sisi port instrumen robot kanan, dengan port lateral
kanan 2 cm di atas dan medial ke tulang iliaka superior anterior (lihat
Gambar 1) (Collins et al., 2013).
Gambar 3.1
Posisi Pasien
Gambar 3.2
Clipping the ureter
Gambar 3.3
Lateral Dissection
Gambar 3.4
Non-nerve-sparing dissection
5) Tahap 5
a) Tahap 5a: Kontrol pedikel vaskular dengan segel Liga Sure ke
ujung vesikula seminalis
Vas deferens dibagi untuk membuka ruang medial ke pembuluh iliaka
eksterna, dan diseksi lateral dilanjutkan (lihat Gambar 4). Dengan
menggunakan lengan keempat, tarik kandung kemih ke arah umbilikus.
Dengan pencabutan yang baik, pedikel lateral dapat diidentifikasi untuk
pembagian dengan klip LigaSure atau Hem-o-Lok. Arteri vesikel superior
dibagi pada asalnya. Kemudian, arteri vesikel inferior dan arteri
vesikoprostatik dibagi. Pembagian pedikel dihentikan pada aspek lateral atas
prostat, sejajar dengan vesikula seminalis, jika Anda ingin mempertahankan
bundel neurovaskular (NVB). Dalam prosedur hemat saraf, pembedahan
dilanjutkan dengan segel LigaSure. NVB pada aspek posterolateral prostat
mudah ditransaksikan dengan cara ini sampai ke puncak prostat (Collins et
al., 2013).
49
Gambar 3.6
Diseksi saraf
Gambar 3.7
Pengendalian nyeri adalah salah satu tatalaksana paling penting dalam terapi
paliatif. Kontrol nyeri menggunakan konsep stepladder WHO dapat diberikan
berdasarkan nilai Visual Analog Scale (VAS). Tingkatan tersebut adalah ringan
(VAS 1-4), sedang (VAS 5-6), dan berat (VAS 7-10) (Cerantola et al., 2013;
Group and Surgeons, 2013). Mempertahankan gaya hidup sehat dengan
memastikan kualitas diet keseluruhan yang lebih baik, penghentian merokok dan
intervensi latihan fisik dapat berkorelasi dengan peningkatan HRQoL pada pasien
kanker kandung kemih.
Kanker kandung kemih merupakan keganasan umum yang lebih tua orang
dewasa dengan usia rata-rata 68 tahun saat didiagnosis. Diperkirakan 70.980
kasus (pria : 52.810 dan perempuan : 18.170) dan 14.336 kematian (laki-laki:
10.180 dan wanita: 4.150) akan muncul di tahun 2009 di Amerika Serikat. Pada
tahun 2005, kanker kandung kemih adalah penyebab utama keempat kematian
pada pria > 80 tahun, dengan transisi karsinoma sel (TCC) yang terdiri hampir
90% dari semua tumor kandung kemih primer. Meskipun mayoritas pasien datang
dengan tumor kandung kemih dangkal, 20-40% pasien akan datang baik dengan
atau akhirnya mengembangkan otot invasif penyakit. Kanker kandung kemih
invasif adalah keganasan yang mematikan, jika tidak diobati lebih dari 85%
pasien meninggal karena penyakit dalam 2 tahun setelah diagnosis. Selanjutnya,
beberapa persen pasien dengan tumor kandung kemih tingkat tinggi tanpa
keterlibatan lamina propria akan kambuh / berkembang dan / atau gagal
53
operasi dan tidak ada komplikasi signifikan dalam 3 bulan setelah operasi.
Kistektomi radikal dengan tipe saluran ileum dari pengalihan urin masih menjadi
teknik bedah yang paling disukai di institusi kami untuk kanker kandung kemih
dengan hasil yang baik.
Meskipun mengalami pencapaian yang mengesankan baruibaru ini di
pendekatan terkait radiochemotherapy dan terapi berbasis molekuler, kistektomi
radikal (RC) tetap menjadi pengobatan pilihan kedua untuk invasif otot kanker
kandung kemih (MIBC) dan dipilih kanker non-MIBC.
Indikasi lain untuk radikal kistektomi termasuk karsinoma in-situ (cis) atau
tinggi tumor grade refrakter terhadap kemo atau intravesical imunoterapi, atau
berulang multifokal superfisial tumor tidak dapat dikelola dengan memadai ulangi
reseksi transurethral. Kapan pertama kali diperkenalkan untuk pengobatan kanker
kandung kemih, kistektomi dikaitkan dengan morbiditas yang signifikan dan
kematian. Namun, dengan kemajuan atas 60 tahun terakhir dalam pemilihan
pasien, perioperatif manajemen dan teknik bedah, saat ini memiliki tingkat
kematian perioperatif yang relatif rendah dan tingkat komplikasi yang dapat
diterima.
Tingkat morbiditas awal mirip dengan laporan lain. Tetapi tingkat
morbiditas dan mortalitas mayor awal lebih tinggi. Ini mungkin karena jumlah
komorbiditas pra operasi yang lebih tinggi, stadium tumor yang lebih lanjut, dan
volume rumah sakit yang rendah untuk prosedur khusus ini dibandingkan dengan
yang lain (Masfar, et. al, 2014).
55
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ca buli termasuk dalam 10 besar daftar keganasan pada pria di Indonesia,
dengan peningkatan angka insiden sebesar 15% per tahun pada dekade terakhir.
Manajemen intervensi pada kasus Ca Buli terdiri dari 2 jenis penatalaksanaa
berdasarkan invasi ke otot kandung kemih yaitu KKKNIO/NMIBC (berupa
reseksi tumor transuretra disertai pemberian obat kemoterapi intravesika) dan
KKKIO/MIBC (berupa radical cystectomy, radiasi eksterna dan atau kemoterapi.
Peran perawat dalam manajemen intervensi pada pasien Ca Buli post radical
cystectomy dengan penurunan kualitas hidup adalah caring dan melakukan
komunikasi efektif terhadap keadaan pasien, serta melakukan pemantauan status
kesehatan pasien yang akan memperngaruhi kulaitas hidup pasien, antara lain:
pemeriksaan gejala klinis, elektrolit, radiologi thorax, abdomen, pelvis dan
lainnya.
4.2 Saran
Manajemen tindakan radical cystectomy dapat dilakukan di Indonesia sebagai
standard dalam menangani masalah fisik maupun psikis pasien Ca Buli.
Penggunanaan tindakan radical cystectomy ini memiliki tingkat komplikasi yang
56
DAFTAR PUSTAKA
Abt, D. et al. (2013) ‘Therapeutic options for intractable hematuria in advanced
bladder cancer’, pp. 651–660. doi: 10.1111/iju.12113.
Ajay, D. X. et al. (2018) ‘Dietary patterns and health-related quality of life in
bladder cancer survivors’, Urologic Oncology: Seminars and Original
Investigations. Elsevier Inc., 000. doi: 10.1016/j.urolonc.2018.06.001.
American Urological Association. Non-muscle invasive bladder cancer. 2016.
www.auanet.org/education/guidelines/non-muscle-invasive-bladder-
cancer.cfm
Babjuk M, Burger M, Zigeuner R, Shariat S, Rhijin B.V, Comperat E, et al.
EAU guidelines on non-muscle-invasive urothelial carcinoma of the
bladder: update 2013. Eur Urol 2013; 64(4):639–53.
Bochnera, B. H., Dalbagnia, G., Sjobergb, D. D., Silbersteina, J., Paza, G. E. K.,
Donata, S. M., … Laudone, V. P. (2015). Comparing Open Radical
Cystectomy and Robot-assisted Laparoscopic Radical Cystectomy: A
Randomized Clinical Trial. European Urology, 67(6), 1042–1050.
https://doi.org/10.1177/0333102415576222.Is
Bray, F., Ferlay, J. & Soerjomataram, I., 2018. Global Cancer Statistics 2018 :
GLOBOCAN Estimates of Incidence and Mortality Worldwide for 36
Cancers in 185 Countries. Cancer Journal for Clinicians, 68(6), pp.394–424.
Cancer, B. and Committee, A. J. (2019) ‘Understanding your bladder cancer
stage’, pp. 1–7.
Cancer, B. and Factors, R. (2019) ‘Bladder Cancer Risk Factors Risk factors you
can change Race and ethnicity’, pp. 1–5.
Cerantola, Y. et al. (2013) ‘Guidelines for perioperative care after radical
cystectomy for bladder cancer : Enhanced Recovery After Surgery ( ERAS
Ò ) society recommendations’, Clinical Nutrition. Elsevier Ltd, 32(6), pp.
879–887. doi: 10.1016/j.clnu.2013.09.014.
Chen, M., Ji, H., Fang, Q., Zhang, J., Pan, J., Li, X., … Chen, Z. (2013). Use of
Urostomy Bags in the Management of Perioperative Urine Leakage After
Radical Cystectomy. Cancer Nursing, 37(3), 170–174.
https://doi.org/10.1097/ncc.0b013e318277db29
Collins, J. W. et al. (2013) ‘Surgery in Motion Robot-assisted Radical
Cystectomy : Description of an Evolved Approach to Radical Cystectomy’,
European Urology. European Association of Urology, 64(4), pp. 654–663.
doi: 10.1016/j.eururo.2013.05.020.
Cowan, N. C. et al. (2014) ‘EAU Guidelines on Muscle-invasive and Metastatic
Bladder Cancer : Summary of the 2013 Guidelines’, 65, pp. 778–792. doi:
10.1016/j.eururo.2013.11.046.
Collins, J. W., Sooriakumaran, P., Sanchez-Salas, R., Ahonen, R., Nyberg, T.,
Wiklund, N. P., & Hosseini, A. (2014). Robot ssisted radical cystectomy
with intracorporeal neobladder diversion. Indian Journal of Urology, 30(3),
307–313. https://doi.org/DOI: 10.4103/0970-1591.134251
Davis, J. W. et al. (2010) ‘Robot-assisted radical cystectomy : An expert panel
review of the current status and future direction’, URO. Elsevier Inc., 28(5),
58