NPM : 0116104031
1. Karakteristik Khusus
a. Sasaran
Aktiva utama perusahaan jasa adalah keterampilan dari staf profesional yang tidak
muncul dalam Laporan Posisi Keuangan (Neraca) perusahaan. Perusahaan jasa
yang menggunakan ketrampilan sebagai aktiva utamanya seperti kantor akuntan,
kantor pengacara, perusahaan arsitektur, kantor konsultan dan lainnya.
b. Profesional
d. Perusahaan Kecil
Manajemen senior dalam organisasi semacam itu dapat secara pribadi mengamati
apa yang sedang berlangsung dan secara langsung memotivasi karyawannya.
Dengan demikian, terdapat lebih sedikit kebutuhan akan sistem pengendalian
manajemen yang canggih, dengan pusat laba dan laporan kinerja formal. Meskipun
demikian, organisasi yang kecilpun tetap membutuhkan anggaran, perbandingan
umum antara kinerja terhadap anggaran, dan suatu cara untuk mengaitkan
kompensasi dengan kinerja.
e. Pemasaran
Pada perusahaan jasa, tidak terdapat pemisah yang jelas antara aktivitas pemasaran
dengan aktivitas produksi.
Sistem pemasaran yang dilakukan oleh organisasi jasa hukum. strategi marketing
dalam layanan jasa hukum memang bukan perkara mudah. Legalpreneur terikat
dengan kode etik yang harus dipenuhi saat mengenalkan jasa hukum yang
ditawarkan. Agar kegiatan marketing berjalan efektif. Langkah-langkah pemasaran
organisasi jasa hukum :
2. Creating
Setelah melakukan identifikasi customer value, legalpreneur mulai fokus berkreasi untuk
mencari solusi atas permasalahan atau pain yang dihadapi oleh calon klien.
Creating bukanlah sekedar mencipta ide. Proses ini menuntut legalpreneur menyusun strategi jitu
untuk menawarkan solusi efektif yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan calon klien yang
dituju. Legalpreneur harus banyak melakukan riset untuk menghasilkan rencana aksi yang
mumpuni. Jangan lupa, legalpreneur juga harus mempertimbangkan kapasitas dan kemampuan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki.
3. Delivering
Delivering memaksa legalpreneur menjalankan konsep creating secara total. Penting bagi
legalpreneur untuk menunjukkan performa jasa hukumnya sebaik mungkin.
Supaya delivering berjalan sukses, legalpreneur wajib memiliki infrastruktur yang mumpuni.
Keadaan ini menuntut legalpreneur tidak tanggung-tanggung dalam menggelontorkan dana untuk
operasional, fasilitas, dan teknologi yang tepat sasaran. Legalpreneur mengerti benar jika
kekuatan infrastruktur akan berpengaruh signifikan dalam menunjang strategi marketing yang
dijalankan.
4. Communicating
Communicating berbicara soal menyampaikan pesan pada klien sesuai customer value. Tahap ini
menuntut legalpreneur menampilkan strategi komunikasi yang komprehensif dan mudah
dipahami. Legalpreneur harus menyampaikan manfaat dan nilai lebih produk sebagai poin
utama. Legalpreneur juga sebaiknya melakukan strategi komunikasi dengan cara storytelling.
Metode storytelling ini menjadi pilihan ampuh yang mampu menjembatani value dengan jasa
hukum yang ditawarkan. Agar bisa menggunakan storytelling sebagai bagian strategi
communicating, legalpreneur harus bisa membuat cerita yang dipercaya sekaligus disukai calon
klien. Syarat utama membuat kisah yang baik adalah dengan melakukan komunikasi dengan
orang yang akan mendengarkan cerita. Klien dapat dilibatkan dalam proses penyusunan cerita
atau mungkin saja cerita yang dibangun justru berdasarkan dari pengalaman klien sendiri.
Maintaining berarti menjaga perfoma layanan jasa hukum yang ada dengan baik. Namun sekedar
memelihara kinerja tidaklah memadai, legalpreneur harus selalu memeriksa kembali kesesuaian
antara value yang dibangun dengan performa jasa hukum yang diberikan. Legalpreneur
sebaiknya menjalankan re-identifying secara berkala. Tujuannya tentu beradaptasi dengan tren
yang sedang berjalan. Identifikasi ulang ini sedikit banyak akan membuat perubahan berkala
pada kegiatan operasional tanpa menghilangkan esensi jasa layanan hukum itu sendiri.
a. Penentuan Harga
Harga jual dan pekerjaan ditetapkan dengan cara tradisional di banyak perusahaan-
perusahaan profesional. Jika profesi tersebut merupakn salah satu profesi di mana
para anggotanya sudah terbiasa untuk mencatat jadwal waktu mereka, penentuan
biaya profesional yang harus dibayar biasanya dikaitkan dengan Tarif tagihan per
jam biasanya didasarkan pada kompensasi dari tingkat profesional tersebut (dan
bukannya kompensasi dari orang tertentu), ditambah dengan beban untuk biaya
overhead dan laba.
Contoh penentuan harga pada organisasi jasa terdapat 4 metode untuk menetapkan
harga yaitu :
1. Berbasis Permintaan
Suatu metode yang menekankan pada berbagai faktor yang memengaruhi selera
dan kesukaan pelanggan berdasarkan kemampuan dan kemauan pelanggan untuk
membeli, manfaat yang diberikan produk dan perilaku konsumen secara umum.
2. Berbasis Biaya
Faktor penetapan harga yang dipengaruhi aspek penawaran atau biaya, dan
bukannya aspek permintaan. Harga akan ditentukan berdasarkan biaya produksi
dan pemasaran produk yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga menutupi
biaya langsung, overhead, dan juga laba/rugi.
3. Berbasis Laba
Penetapan harga yang didasarkan pada keseimbangan biaya dan pendapatan.
Metode ini memiliki 3 pendekatan yaitu, target profit pricing (penetapan harga
berdasarkan target keuntungan), target return on sales pricing (target harga
berdasarkan penjualan), dan target return on investment pricing sebuah
perusahaan.
4. Berbasis persaingan
Penetapan harga yang dilakukan dengan mengikuti apa yang dilakukan pesaing.
Metode ini memiliki 3 pendekatan melalui sistem penjualan di bawah harga normal
pesaing untuk menarik konsumen, menyamakan harga agar persaingan tidak terlalu
besar atau memberi harga lebih tinggi dari pesaingnya dengan asumsi bahwa
produk yang mereka tawarkan memiliki kualitas lebih baik.
organisasi nirlaba biasanya menggunakan pusat laba. Unit- unit pendukung seperti
pemeliharaan, proses informasi, transformasi, telekomunikasi, percetakan dan
sejumlah material dan jasa, membebankan layanan diberikan pada unit yang
mengkonsumsi layanan tersebut.
d. Pengendalian Operasi
Rasio waktu yang ditagih (billed time ratio), yang merupakan
rasio dari jumlah jam yang dapat ditagih terhadap jumlah jam yang
tersedia, dipantau secara ketat. Jika ternyata penggunaan waktu yang
sebaliknya merupakan waktu menganggur atau untuk alasan pemasaran
atau pelayanan umum, beberapa penugasan dibebankan dengan tarif
yang lebih rendah dari tarif normal, maka varians harga yang
ditimbulkan harus dipantau secara ketat.